PERSEPSI TENTANG YOGA ASANA PADA UMAT HINDU DESA MEKO KECAMATAN PAMONA BARAT I K. Mertayasa Program Studi Pendidikan Agama Hindu STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah Email: [email protected] ABSTRAK Pada zaman modern dengan berbagai dampak negatif yang ditimbulkan, maka yoga merupakan salah satu alternatif yang bisa dilakukan dalam usaha untuk menghindari terjadinya stres (mental tension) dan ketegangan perasaan (emotional tension) yang banyak menyerang manusia modern. Yoga dilakukan untuk dapat menyeimbangkan antara pikiran, perasaan dan jiwa, sehingga dapat mencapai kebahagiaan. Namun Desa Meko, Kecamatan Pamona Barat, Kabupaten Poso, yoga dipersepsikan dengan beragam sehingga tidak terdapat pemahaman yang komprehensif tentang yoga. Persepsi tersebut berdampak pada pelaksanaan ajaran yoga yang mulai di tinggalkan. Padahal yoga dewasa ini sudah mulai banyak dikembangkan, bahkan yang mengembangkan bukan hanya berskala nasional, namun sudah sampai pada skala internasional. Oleh karena itu dianggap penting untuk mengkaji bagaimanakah Persepsi Yoga Asana pada masyarakat Hindu di Desa Meko Kecamatan Pamona Barat Kabupaten Poso ? Dari pembahasan diperoleh bahwa persepsi masyarakat hindu di desa meko tentang yoga yaitu 1). Yoga Sebagai Ajaran Magis; 2). Ajaran Mendekatkan Diri Kepada Tuhan; 3). Ajaran yang dilakukan oleh para Rsi; 4). Ajaran Kesehatan Kuno; 5). Ajaran Untuk Mencapai Moksa Kata Kunci: Persepsi, Yoga, Asana. 1. Pendahuluan Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni banyak memberikan kemudahan dalam kehidupan manusia. Kemudahan-kemudahan tersebut merupakan salah satu dampak positif yang muncul karena adanya perkembangan IPTEKS, akan tetapi disamping itu perkembangan tersebut juga memunculkan berbagai dampak negatif, diantaranya yaitu manusia cenderung memiliki sifat yang kurang sabar. Sifat tersebut dikarenakan kebiasaan manusia dalam mendapatkan sesuatu secara instan, yang berdampak pada timbulnya sifat yang kurang sabar, selalu ingin mencapai sesuatu secara instan. Akibatnya adalah manusia cenderung stres apabila apa yang diinginkan tidak tercapai dengan cepat. Selain itu manusia juga menjadi memiliki sifat yang kurang sabar dalam mencapai sesuatu. Perkembangan ipteks juga turut serta memberi pengaruh pada perkembangan dunia WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015 global, yang menuntut manusia untuk terus mengikuti perkembangan tersebut. Dalam usaha mengikuti perkembangan tersebut manusia melakukan aktifitas semaksimal mungkin, sehingga manusia cenderung melupakan tujuan kehidupan yang hakiki. Manusia mulai melupakan hakekat keberadaan manusia di dunia, dan memaksimalkan diri pada pemenuhan kebutuhan jasmani. Keterikatan akan keberadaan benda-benda duniawi juga akhirnya tidak dapat terelakkan lagi. Manusia menjadi melakukan kerja hanya semata-mata untuk memenuhi kebutuhan duniawi, dan terikat akan hasil dari kerja yang dilakukan. Hal tersebut sudah tidak sejalan dengan ungkapan kitab bhagavad gita “tasmad asaktah satatam karyam karma samacara, asakto hy acaran karma param apnoti purusah” laksanakanlah kerja sebagai kewajiban tanpa terikat (pada akibat), sebab dengan melakukan kerja yang bebas dari keterikatan orang itu akan mencapai yang 55 utama, (Bhagavad Gita III.19). Keterikatan akan hasil dari pekerjaan yang dilakukan akan membawa seseorang pada kegelisahan, terlebih lagi apabila hasil yang diharapkan tidak tercapai. Kegelisahan membawa dampak negatif bagi pikiran dan jiwa seseorang sehingga tidak akan mampu untuk mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan (anandam) dalam konsep yoga adalah kebahagiaan rohani yang diperoleh dari dalam diri tanpa harus mencarinya pada orang lain atau benda-benda yang bersifat materi (Agustika, 2014:26). Kebahagiaan rohani salah satunya dapat diperoleh seseorang melalui disiplin yoga. Yoga merupakan suatu sarana dalam upaya untuk mencapai suatu tingkat dimana aktifitas tubuh, pikiran dan jiwa berfungsi bersama secara harmonis (Belling, 2006: 8). Yoga pertama kali di lakukan di india, hingga sekarang yoga sudah mulai menyebar ke seluruh penjuru dunia termasuk salah satunya adalah indonesia. Yoga sudah mulai diajarkan pada lembaga pendidikan informal maupun pendidikan formal. Pada jalur informal yoga sudah mulai diajarkan di pasraman-pasraman, yang memang dibentuk untuk melengkapi pendidikan formal dalam pembelajaran agama Hindu. Lembaga pendidikan formal, yoga juga sudah diajarkan mulai pada tingkat pendidikan dasar sampai pada perguruan tinggi. Namun pembelajaran pada tingkat dasar dan menengah masih merupakan pembelajaran berupa ekstrakurikuler dari mata pelajaran pendidikan agama hindu. Yoga dilakukan agar terjadi hubungan harmonis antara atman dan brahman sehingga terjadi penyatuan kesadaran. Penyatuan tersebut bermakna berpikir, bertindak, berpengetahuan dan berbahagia dalam kesadaran Brahman. Tujuan latihan yoga adalah untuk mengendalikan pikiran yang cenderung liar. Yoga adalah cittawrti nirodah yaitu usaha untuk mendiamkan tingkah polah pikiran (Saraswati dalam Sukayasa, tt: 8). 56 Pengendalian pikiran merupakan sesuatu yang penting karena pikiran merupakan penentu bagi kehidupan seseorang. Pola pikiran merupakan penyebab utama munculnya penyakit dalam tubuh (Agustika, 2014: 6). Pembelajaran yoga merupakan olahraga yang murah dan mudah untuk dilakukan, disamping melihat demikian banyak manfaat dari pelaksanaan yoga yang dilakukan secara rutin dan secara berkesinambungan. Pada zaman modern dengan berbagai dampak negatif yang ditimbulkan, maka yoga merupakan salah satu alternatif yang bisa dilakukan dalam usaha untuk menghindari terjadinya stres (mental tension) dan ketegangan perasaan (emotional tension) yang banyak menyerang manusia modern. Yoga dilakukan untuk dapat menyeimbangkan antara pikiran, perasaan dan jiwa, sehingga dapat mencapai kebahagiaan. Namun berbeda halnya dengan persepsi dari beberapa umat hindu di Desa Meko, Kecamatan Pamona Barat, Kabupaten Poso, yoga dianggap sebagai sesuatu yang diajarkan semata-mata untuk dapat memiliki kekuatan yang bersifat magis. Persepsi tersebut berdampak pada pelaksanaan ajaran yoga yang mulai di tinggalkan. Padahal yoga dewasa ini sudah mulai banyak dikembangkan, bahkan yang mengembangkan bukan hanya umat hindu namun sudah mulai dikembangkan dan diikuti oleh umat-umat lain. Perkembangannya bukan hanya berskala nasional, namun sudah sampai pada skala internasional. Persepsi yang kurang tepat berdampak pada ditinggalkannya ajaran yoga oleh masyarakat, khususnya masyarakat hindu di Desa Meko, Kecamatan Pamona Barat, Kabupaten Poso. Oleh karena itu penerapan yoga khususnya yoga asana menjadi kurang dan bahkan jarang dilakukan. Sungguh sangat disayangkan ajaran yang memiliki makna begitu dalam dan sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia namun tidak dilakukan, terlebih apabila melihat asal mula munculnya yoga yaitu india sebagai negara awal dari WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015 munculnya agama hindu. Hal tersebut menjadikan daya tarik tersendiri bagi peneliti untuk mengkaji lebih mendalam tentang bagaimana persepsi masyarakat hindu desa meko kecamatan pamona barat terhadap yoga asana? Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang komprehensif terhadap yoga asana. 2. Hasil dan Pembahasan Persepsi tentang yoga beraneka ragam, mulai dari keberadaan yoga sebagai sebuah ajaran yang bersifat magis dan hanya dilakukan untuk memiliki kekuatan magis, hingga pada persepsi yang modern, yaitu sebagai sebuah bentuk olah raga. Beberapa persepsi tentang ajaran yoga oleh masyarakat hindu di Desa Meko, Kecamatan Pamona Barat, Kabupaten Poso adalah sebagai berikut: 1. Yoga Sebagai Ajaran Magis Kata magis berasal dari bahasa latin “magia” yang sama artinya dengan kata “magi” sesuatu yang gaib-gaib. Magis atau magic selalu mengkaitkan peristiwa dengan adanya kekuatan-kekuatan gaib. Kekuatan tersebut dapat diperoleh oleh seseorang melalui belajar baik secara otodidak maupun dengan guru spiritual sebagai pembimbing. Agama hindu menyakini akan adanya kekuatan-kekuatan yang bersifat magi, yang dapat membantu apabila diarahkan pada jalan dharma dan dapat pula menjadi penyebab penderitaan bagi diri sendiri dan orang lain apabila penerapannya tidak didasarkan pada dharma. Masyarakat Hindu di Desa Meko menganggap bahwa belajar yoga dianggap akan mampu memberikan kekuatan gaib pada seseorang. Oleh karena itu yoga dianggap sebagai suatu ajaran yang memiliki kekuatan magis, dan akan memiliki akibat buruk apabila dipelajari oleh orang-orang yang tidak pada jalan dharma. Namun kekuatan tersebut akan bermanfaat apabila digunakan untuk menolong sesama manusia. “… yoga biasanya dipelajari oleh orangorang yang ingin meningkatkan keimanan, selain itu juga agar bisa memiliki kekuatan gaib. Yoga dipelajari hanya untuk seseorang bisa menjadi balian, mampu mengobati orangWIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015 orang…” (Wawancara, MDS, 25 Juni 2015) Seorang balian yang memiliki kemampuan dalam mengobati atau menyakiti memperoleh kemampuan tersebut melalui pelatihan yoga secara tekun. Teks budha kecapi sebagai inti dari pengetahuan ke-usadaan, juga merupakan hasil dari yoga yang dilakukan oleh Sang Budha Kecapi. Kutipan laku yoga Sang Budha Kecapi (Sukayasa, tt: 34) adalah sebagai berikut : “… Alkisah ada seorang bernama Sang Budha Kacapi sedang bertapa semadi di setra pangesengan „kuburan‟. Kuburan itulah yang dijadikan yasa „sarana untuk mendapat phala kebaikan‟, yaitu untuk menyempurnakan batinnya dengan merafalkan mantra untuk memuja Tuhan. Keteguhan laku yoga Sang Budha Kacapi di dengar oleh Bhatara Siwa. Maka beliau berkanan turun ke kahyangan dalem untuk bertimbang rasa dengan permaisuri-Nya, Hyang Nini Dalem. Sabda Hyang Siwa: “hai dindaku, Hyang Nini Dalem. Dinda aku titahkan turun ke kuburan untuk menemui Sang Budha Kacapi sekarang. Ia sangat tekun memuja berkontemplasi kepada-Ku di kuburan. Oleh sebab itu, dinda pantas memberikannya anugerah. Hai dinda apapun yang ia mohonkan berikanlah”. Hyang Bhatari Dalem menjawab titah Bhatara Siwa: “jika demikian titah-Mu, hamba bersedia”…” Kutipan laku yoga Sang Budha Kacapi di atas menguraikan bahwa yoga yang dilakukan dengan ketekunan dan kesungguhan hati akan dapat memberikan hasil yang maksimal. Yoga yang dilakukan dengan tujuan memohon waranugraha dari Tuhan, apabila dilakukan dengan sungguh-sungguh akan terkabulkan. Demikian halnya dengan seorang yang hendak menjadi balian, perlu melakukan yoga dengan tekun dan bersungguh-sungguh. Yoga dilakukan bagi orang-orang yang ingin lebih meningkatkan pengetahuannya, terutama berkaitan dengan ke-usada-an, sebagaimana yang dilakukan oleh Sang Budha Kacapi. Karena itulah masyarakat hindu di 57 Desa Meko beranggapan bahwa yoga dilakukan untuk mendapatkan kekuatan magis layaknya seorang balian yang mendapatkan kekuatan dari Bhatara Siwa. Seorang balian untuk dapat mendapatkan pengetahuan keusada-an dan dalam usaha untuk meningkatkan pengetahuannya maka dapat melakukan samadhi secara bersungguhsungguh. Yoga yang dilakukan secara tulus dengan upaya yang tekun dan secara berkesinambungan dalam waktu yang cukup lama terus-menerus diyakini akan bisa memperoleh sesuatu kekuatan luar biasa (supernatural) yang dikenal dengan paranormal (Darmayasa, 13: 11). Tahapan yoga yang dilakukan oleh balian dalam mendapatkan pengetahuan merupakan tingkatan yoga yang sudah tergolong pada tingkatan yang tinggi. Untuk dapat mencapai tingkatan tersebut, seseorang harus memulainya dari tingkatan yang rendah, sebagaimana diungkapkan oleh Rsi Patanjali, bahwa tahapan yoga terdiri dari delapan tahapan, yang umum dikenal dengan sebutan Astangga yoga. Kedelapan tahapan yoga tersebut dilakukan layaknya seorang anak yang menapaki anak-anak tangga, untuk dapat melakukan tahapan demi tahapan dengan baik, diperlukan kesabaran dan ketekunan serta kesungguhan. Delapan Tahapan Yoga sebagaimana diungkapkan oleh Rsi Patanjali adalah 1). Yama (Etika); 2). Nyama (Moralitas); 3). Asana (Sikap Tubuh yang baik); 4). Pranayama (Pengendalian Energi); 5). Pratyahara (Penyerapan indra duniawi); 6). Dharana (pemusatan perhatian); 7). Dhyana (perenungan dalam aliran kesadaran terus-menerus); 8). Samadhi (kesadaran murni), (Agustika, 2014: 30). Dalam kedelapan tahapan tersebut, seorang balian sudah memasuki tahapan samadhi, yaitu tahapan terakhir dari Astangga Yoga. Sukayasa, (tt: 43) Para penekun yoga yang telah mencapai tataran Samadhi akan memperoleh yang disebutsiddhi, yang merupakan efek bawaan yoga, yaitu hasil yang berupa kemampuan supranatural yang diperoleh oleh para penekun yoga. Samadhi dalam yoga Sutra Pantanjali sebutkan sebagai sebuah keadaan Dyana yang mendalam dan telah mencapai penerangan diri, hal tersebut di ungkapkan sebagai berikut: 58 Samadhi Tadeva arthamatranirbhasam Sarvarupasunyam iva samadhih (Yoga Sutra III.3) Dalam keadaan Dhyana yang mendalam dan terpusat ke dalam diri sepenuhnya mencapai penerangan sang diri dan segala bentuk perwujudan yang tidak kekal dikosongkan (Agustika, 2014: 47). Siddhi atau daya-daya gaib, terwujud dengan sendirinya, apabila seorang yogi maju dalam pelaksanaan yoganya. Siddhi ini semacam tembus pandang, tembus dengar dan sebagainya merupakan halangan di jalan spiritualnya. Seorang yogi harus menjauhkan diri dari hal itu dan tetap tegap langsung menuju tujuan, yaitu asamprajnata atau nirwikalpa samadhi. Spiritual yang sesungguhnya tidak ada kaitannya dengan daya-daya ini yang merupakan sampingan dari konsentrasi (Sivananda, 20013: 139). Yoga merupakan ajaran spiritual yang mampu untuk menumbuhkan siddhi pada individu yang melakukanya. Siddhi merupakan kekuatan magis yang merupakan salah satu hasil sampingan yang diperoleh apabila menekuni yoga. Namun hasil tersebut bukan merupakan tujuan utama dalam yoga, karena apabila seorang penekun yoga mengikuti daya gaib atau siddhi tersebut itu merupakan halangan bagi perjalanan spiritualnya. 2. Untuk Mendekatkan Diri Kepada Tuhan Yoga berasal dari asal kata “yuj” yang dalam bahasa sansekerta berarti menghubungkan atau mempersatukan. Yoga bermakna menyatu atau menunggal dengan kesadaran Tuhan atau kenyataan diri. Yoga juga dapat diartikan sebagai salah satu ritual yang mengantarkan seseorang pada kemanunggalan dirinya dengan sang pencipta. Disiplin yoga akan mampu menghubungkan atau mempersatukan atman dengan brahman. Kamajaya (dalam Sutama dan Watra, 2008:3) menyebutkan pengertian yoga WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015 adalah:a) Untuk mengendalikan pikiran yang obyektif dan kecenderungan alam pikiran; b) Untuk mengatur semua pemikiran-pemikiran dan kegelisahan-kegelisahan dan tetap tidak terpengaruh; c) Penyatuan antara kesadaran unit dan kesadaran kosmik. Yoga merupakan pengaturan kecenderungan pikiran yang cenderung liar. Mengatur pikiran sehingga tidak terpengaruh terhadap kegelisahan-kegelisahan yang disebabkan oleh keadaan duniawi. Pengendalian pikiran akan membawa pada penyatuan kesadaran seseorang, yaitu penyatuan kesadaran unit dan kesadaran kosmik. Penyatuan kesadaran berawal dari pengaturan kecenderungan-kecenderungan yang ada dalam pikiran manusia. Oleh karena itu pengaturan kecenderungan pikiran menjadi awal yang penting untuk dilakukan dengan melakukan yoga. Aneka ragam tingkah polah atau pikiran dapat dikelompokkan menjadi 5 lima jenis yaitu 1). klesa yaitu tidak diam-diam; 2). mudha yaitu bodoh, malas; 3). wiksipta yaitu bingung, kacau; 4). ekagra yaitu terpusat; 5). nirodha yaitu terkendali (Sukayasa, tt: 9). Yoga dalam kitab Bahagavad Gita disebutkan bahwa Yoga sthah kuru karmani Sangam tyaktva dhananjaya Siddhy asiddhyoh samo bhutva Samatvam yoga ucyate (B.G. II.48) Artinya: Pusatkanlah pikiranmu pada kerja tanpa menghiraukan hasilnya, wahai dananjaya (Arjuna), tetaplah teguh baik dalam keberhasilan maupun kegagalan, sebab keseimbangan jiwa itulah yang disebut jiwa. Buddhi yukto jahatiha Ubhe sukrta duskrte Tasmad yogaya yujyasva Yogah karmasu kausalam Artinya: Orang yang terikat oleh buddhi-nya bebas dari perbuatan baik dan keji. Karena itu laksanakanlah yoga itu, sebab melakukan kegiatan kerja yang sempurna itu sama dengan yoga. Sloka di atas menguraikan bahwa yoga adalah suatu disiplin dengan memusatkan pikiran kepada Tuhan. Selain itu kegiatan kerja yang tidak mengharapkan akan hasil dan menyerahkan semunya kepada Tuhan juga merupakan sebuah bentuk yoga. Yoga sebagai sebuah disiplin untuk lebih mendekatkan diri kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, diungkapkan oleh informan berikut. “… yoga dilakukan untuk bisa lebih dekat dengan Tuhan, dilakukan untuk bisa mendekatkan diri dengan tuhan. Yoga itu ada banyak, ada bhakti yoga, karma yoga, jnana yoga, dan raja yoga. Keempat yoga itu disebut dengan catur yoga. Kesemuanya itu adalah untuk mendekatkan diri kepada tuhan. Bisa dilakukan dengan jalan bhakti atau jalan lain…” (Wawancara, WSL, 26 Juni 2015). Ungkapan informan di atas memberikan uraian bahwa yoga adalah dianggap sebagai jalan untuk menghubungkan diri dengan Tuhan. Jalan-jalan tersebut dapat dikelompokkan menjadi 4 yang disebut dengan catur marga yoga. Siwananda (2003: 133) mengungkapkan bahwa empat jalan spiritual yang utama untuk mewujudkan tuhan adalah karma yoga, bhakti yoga, raja yoga dan jnana yoga. karma yoga cocok untuk yang bertempramen aktif, bhakti yoga bagi yang bertempramen bhakti, raja yoga bagi orang yang bertempramen mistis, dan jnana yoga bagi yang bertempramen rasional philosofi. Melaksanakan yoga membawa menuju penyatuan dengan Tuhan bagaimanapun titik awalnya, akhir yang dicapai adalah sama. (B.G. II. 50 WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015 59 3. Ajaran yang dilakukan oleh para Rsi Maharsi Patanji disebut sebut sebagai maharsi yang mempopulerkan yoga melalui karyanya yang termuat dalam kitab yoga sutra patanjali dan menjadi hingga saat ini menjadi ajaran yang diikuti oleh banyak kalangan, baik dari agama Hindu maupun non Hindu. Tulisan pertama tentang ajaran Yoga adalah kitab Yoga Sutra karya Maharsi Patanjali, walaupun unsur-unsur ajarannya sudah ada jauh sebelum itu. Pada umumnya yoga dianggap sebagai sebuah ajaran yang haya diperuntukan kepada para maha rsi. Namun seiring perkembangan dan karena banyaknya manfaat yang diperoleh dari melakukan yoga sehingga anggapan tersebut mulai di bantah. Pada masyarakat Hindu di Desa Meko Kecamatan Pamona Barat Kabupaten Poso, memiliki persepsi tentang keberadaan yoga sebagai sebuah ajaran yang hanya untuk dipelajari oleh para maha rsi dan orang-orang suci. Walaupun hal tersebut sudah tidak sesuai dengan perkembangan yoga saat ini. Beberapa masyarakat desa meko mengungkapkan persepsi tentang yoga sebagai berikut. “… yoga sudah ada dari dulu, dan itu dipelajari hanya oleh orang-orang suci, kalau dulu yang mempelajari itu adalah para maha rsi dan sulinggih. Jika bukan orang suci yang mempelajari yoga itu akan sulit, karena yoga membutuhkan kesucian dari orang yang melakukannya…” (wawancara, KMR, tanggal 26 Juni 2015) Uraian informan tersebut menguraikan bahwa yoga hanya diperuntukan bagi orang yang sudah suci. Persepsi tersebut dikarenakan pemahaman bahwa yoga hanya dapat dilakukan oleh orang yang telah suci. Walau yoga itulah yang akan menjadikan seseorang menjadi lebih bijaksana dan mulia dalam tingkah laku dan sikap. Yoga yang berkembang dewasa ini di indonesia sebagian besar bersumber dari karya Rsi patanjali, yang termuat dalam kitab yoga yaitu yoga sutra 60 patanjali. Yoga dapat dilakukan oleh semua kalangan mulai dari yang muda hingga yang tua. Oleh karena itu yoga tidak hanya dilakukan oleh para maha rsi, semua orang dapat melakukan yoga. Dalam melakukan yoga yang terpenting adalah ketekunan dan kesabaran dalam melakukan latihan yoga. Karena yoga akan mampu memperlihatkan manfaat ketika dilakukan secara kontinu dan penuh kesabaran serta keseriusan dalam melaksanakannya. 4. Ajaran Kesehatan Kuno Ajaran yoga diketahui telah ada sejak lebih dari lima ribu tahun lalu dan berasal dari India. Yoga merupakan jenis latihan yang tidak hanya bermanfaat meningkatkan dan memelihara kesehatan tubuh. Gerakan-gerakan dalam yoga juga dapat menenangkan pikiran bahkan meredakan stres yang banyak dialami oleh orang-orang pada kehidupan modern. Yoga fokusnya adalah meningkatkan kesehatan secara holistik baik fisik maupun mental. Yoga dirancang sebagai sistem kuno penyembuhan oleh orang-orang yang berlatih secara disiplin yang telah ada selama beberapa ribu tahun yang lalu. Konsep utama dari yoga adalah menghubungkan pikiran dan tubuh sebagai dua bagian yang membentuk keseluruhan, hal teresbut berarti bahwa yoga lebih dari sebuah aktifitas fisik yang dilakukan untuk menjaga kesehatan. Lara-Roga „penderitaan dan penyakit‟ apapun bentuknya merupakan masalah purba yang tetap hangat dan sampai sejauh ini tetap tidak tuntas ditanggulangi. Sistem pengobatan modern dengan berbagai kecanggihan pirantinya juga kewalahan mengatasinya (Sukayasa, tt:1). Masalah penderitaan dan penyakit seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan juga terus berkembang. Keberadaan berbagai macam penyakit dewasa ini menjadikan teknologi yang diciptakan oleh manusia menjadi kewalahan dalam mengatasinya. Terlebih lagi penyakit kejiwaan yang memang hanya mampu disembuhkan WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015 dengan melakukan teknik-teknik khusus. Yoga sebagai salah satu latihan yang telah ada sejak ribuan tahun yang lalu diyakini sebagai latihan yang dapat menyebuhkan dan mencegah penyakit kejiwaan yang banyak dialami manusia dewasa ini. Latihan yoga pada prosesnya adalah untuk membentuk pribadi yang luhur serta untuk mengatasi pikiran yang bingung, gelisah (stres) disamping juga memperlancar kerjanya urat saraf dan menguasai pikiran sendiri serta mengembangkan rasa cinta kasih (Swasthi&Suastawa, 2008: 137).Yoga merupakan ajaran kesehatan yang telah sejak lama diterapkan, dan diyakini sebagai sebuah latihan fisik yang memberi manfaat pada kesehatan fisik dan mental. Ajaran yoga oleh masyarakat Hindu di Desa Meko Kecamatan Pamona Barat sebagai sebuah olahraga yang dilakukan pada zaman dahulu. Ungkapan tersebut di ungkapkan oleh informan berikut. “… yoga dulu diterapkan sebagai sebuah ajaran selain untuk mendekatkan diri dengan Tuhan, juga sebagai ajaran untuk kesehatan. Yoga sangat baik untuk dilakukan, agar bisa memiliki tubuh yang sehat, karena yoga ajaran kesehatan kuno yang masih sangat baik untuk diterapkan sampai saat ini…” (wawancara, WS, Tanggal 27 Juni 2015). Ungkapan informan di atas menyebutkan bahwa yoga sebagai sebuah olahraga yang selain untuk kesehatan mental juga memberi dampak pada kesehatan rohani. Yoga diyakini sebagai sebuah olahraga alternatif yang sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia. Terlebih lagi dewasa ini manusia lebih cenderung untuk mengejar kebutuhan diniawi, sehingga kesehatan mental tidak lagi menjadi perioritas utama. Hal tersebut menjadikan manusia dewasa ini kecenderungan terserang stres menjadi lebih tinggi, karena selalu berusaha untuk mengikuti keinginan, sangat jarang orang yang berusaha untuk mengnendalikan WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015 pikirannya. Walaupun pikiran merupakan penyebab dari segala bentuk penderitaan yang diderita oleh manusia. Usaha untuk mengikuti akan menjadikan seseorang menjadi terbiasa, sehingga apabila keinginan yang sangat diharapkan oleh pikiran tidak terpenuhi maka pada saat itulah akan mulai terserang stres. Tidak semua yang terjadi sesuai dengan apa yang diinginkan, sehingga pengedalian keinginan menjadi sesuatu yang sangat penting untuk dilakukan. Yoga sebagai suatu latihan untuk menjaga kesehatan memberikan ketenangan dan mengajarkan untuk selalu mengendalikan pikiran. Kebiasaan tersebut akan memberikan efek yang baik bagi fisik dan mental seseorang. 5. Ajaran Untuk Mencapai Moksa Yoga mengajarkan tentang pengetahuan tentang sang diri yang sejati, dengan memahami keberadaan diri seseorang akan lebih memahami keberadaannya dalam kehidupan ini. Tujuan akhir dari kehidupan umat Hindu yaitu untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin (moksartham jagadhita). Kebahagiaan batin yang tertinggi ialah bersatunya Atman dengan Brahman yang disebut Moksa. Moksa atau nirwana berarti kebebasan atau terlepas dari ikatan karma, kelahiran, kematian, dan belenggu maya/penderitaan hidup keduniawian. Moksa merupakan tujuan terakhir bagi kehidupan dalam keyakinan agama Hindu. Moksa dapat dicapai dengan menghayati dan mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari secara baik dan benar. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menjalankan sembahyang rutin dengan menetapkan cipta (Dharana), memusatkan cipta (Dhyana) dan mengheningkan cipta (Samadhi). Manusia melalui kelahirannya yang berulang kali akan berangsur-angsur untuk mencapai tujuan hidupnya yang tertinggi ialah bebas dari segala ikatan keduniawian untuk mencapai bersatunya Atman dengan Brahman. Setiap 61 kelahiran bagi umat Hindu adalah merupakan anak tangga menuju kebebasan. Yoga terdiri dari delapan tahapan, dimulai dari tahap yang paling rendah yaitu yama, sampai pada tahap samadhi. Delapan tahapan tersebut apabila dilakukan dengan tekun dan penuh keyakinan akan membawa individu pada penyatuan dengan Brahman. Dharana, dyana dan samadhi merupakan tiga bagian akhir dari astangga yoga yang diungkapkan oleh Rsi Patanjali, dengan demikian tiga tahap terakhir tersebut akan membawa seseorang untuk mencapai suatu kebebasan yang disebut dengan moksa, yaitu terbebas dari kelahiran kembali (renkarnasi). Masyarakat hindu di desa meko memiliki persepsi bahwa yoga merupakan jalan yang ditempuh untuk mencapai kebebasan, hal tersebut diungkapkan oleh informan berikut. “… yoga biasanya dilakukan untuk mendapatkan moksa, mendapatkan kebebasan, sehingga tidak lahir lagi. Kebebasan itu antara purusa dan prakerti sebagai unsur pembentuk dari mickrokosmos…” (wawancara, WSL, tanggal 27 Juni 2015). Informan di atas mengungkapkan bahwa yoga dilakukan untuk mencapai kebebasan, yaitu kelepasan dari proses kelahiran kembali. Kelepasan akan bisa tercapai apabila mampu untuk memahami secara mendalam purusa sebagai unsur kejiwaan dan prakrti sebagai unsur kebendaan yang membentuk tubuh manusia. Sivannada(2003: 191) menyebutkan bahwa Prakerti dan purusa adalah anadi (tanpa Awal) dan ananta (tak terbatas). Ketidak berbedaan antaran keduanya merupakan penyebab kelahiran dan kematian. Pembedaan antara purusa dan prakerti memberikan mukti (pembebasan). Lebih lanjut Darmayasa (2013: 10) mengungkapkan bahwa kelepasan jiwa dapat dicapai melalui pengetahuan tentang perbedaan jiwa dengan benda-benda 62 duniawian termasuk badan jasmani, pikiran dan ego (keakuan) diri sendiri. Kelepasan dari kelahiran kembali dapat dicapai melalui pengetahuan tentang diri yang sejati. Tidak terikat akan keberadaan bendabenda duniawi dan tidak bingung oleh keberadaan sesuatu yang bersifat maya. Pemahaman akan sesuatu yang bersifat maya dan yang bersifat kekal menjadi pengetahuan yang penting sehingga dapat mencapai kebebasan. Dalam kitab Bhagavad Gita diungkapkan bahwa pikiran yang tidak dibingungkan oleh apa yang didengar akan mampu mencapai yoga. Ungkapan tersebut sebagai berikut. Sruti vipratipanna te Yada sthasyati niscala Samadhav acala buddhis Tada yogam avapsyasi B.G. II.53 Artinya: Bila pikiranmu yang dibingungkan oleh apa yang didengar tak tergoyahkan lagi dan tetap dalam samadhi, kemudian engkau mencapai yoga. Keteguhan pikiran sehingga tidak tergoyahkan dengan sesuatu yang bersifat keduniawian dapat dilakukan dengan melakukan disiplin yoga, karena yoga pada dasarnya adalah pengendalian pola tingkah pikiran yang cenderung liar. Darmayasa (2013: 13) mengungkapkan bahwa yoga mengajarkan bahwa kelepasan itu dapat dicapai melalui pengetahuan langsung tentang perbedaan roh dan dunia jasmani termasuk badan, pikiran dan sifat keakuan (ego). Sivananda(2003: 204)Yoga merupakan penyatuan roh pribadi dengan roh tertinggi. 3. Kesimpulan Dari penelitian dan pembahasan diperoleh hasil bahwa persepsi masyarakat Hindu di Desa Meko Kecamatan Pamona WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015 Barat Kabupaten Poso tentang yoga adalah sebagai berikut: 1. Yoga Sebagai Ajaran Magis, yaitu masyarakat mempersepsikan yoga sebagai ajaran untuk mendapatkan kekuatan supranatural dan memiliki kemampuan untuk menyembuhkan dan menyakiti orang lain; 2. Ajaran Mendekatkan Diri Kepada Tuhan, yaitu yoga merupakan jalan untuk mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa, dalam hal ini termuat dalam catur marga yoga sebagai jalan untuk mendekatkan diri dengan Brahman; 3. Ajaran yang dilakukan oleh para Rsi, yaitu persepsi bahwa yoga hanya dilakukan oleh para rsi dan orang-orang suci yang ingin meningkatkan spiritualitalnya; 4. Ajaran Kesehatan Kuno, yaitu yoga merupakan ajaran untuk mendapatkan kesehatan, yang telah dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu yang hingga kini masih tetap dilakukan oleh masyarakat yang meyakini hal tersebut; 5. Ajaran Untuk Mencapai Moksa, yaitu yoga dipersepsikan sebagai jalan untuk mencapai kelepasan dari kelahiran kembali (renkarnasi) dan penyatuan atman dengan brahman. Kementerian Agama Republik Indonesia. Pudja, G MA. 1999. Bhagavad Gita (Pancama Veda). Paramita: Surabaya. Rendel,Peter. 2001. Pengetahuan Tentang Chakra Dan Cara-Cara Melatih Tenaga Dalam. Kanwil Deppen Provinsi Jatim. Sivananda, Sri Svami. 2007. Pengetahuan dan Pengendalian Prana (Pranayama). Surabaya: Paramita. __________________.2003. Intisari Ajaran Hindu. Paramita: Surabaya Sukayasa, Wayan, dkk. tt. Roga Versus Yoga Perspektif Ayur Weda. Universitas Hindu Indonesia. Swasthi&Suastawa. 2008. Psikologi Agama Seimbangkan Pikiran, Jiwa dan Raga. Widya Dharma: Denpasar DAFTAR PUSTAKA Agustika, I Gede Hendra. 2014. Yoga Sehat, Seimbang, Berbahagia. Wisnu Press. Denpasar. Belling, Noa. 2006. Yoga Perpaduan Antara Tubuh, Pikiran dan Jiwa. Karisma Publishing Group: Batam Center Darmayasa, I Gede Sukra. 2013. Belajar Yoga Asanas Untuk Kesehatan Jasmani dan Rohani. Denpasar: Pt. Offset BP Kadjeng, I Nyoman, dkk. 2003. Sarasamuccaya. Paramita Surabaya Sutama, Ida Bagus dan Watra, I Wayan. 2008. Materi Pokok Yoga. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015 63