55 PERSEPSI TENTANG YOGA ASANA PADA UMAT HINDU DESA

advertisement
PERSEPSI TENTANG YOGA ASANA
PADA UMAT HINDU DESA MEKO KECAMATAN PAMONA BARAT
I K. Mertayasa
Program Studi Pendidikan Agama Hindu STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah
Email: [email protected]
ABSTRAK
Pada zaman modern dengan berbagai dampak negatif yang ditimbulkan, maka yoga
merupakan salah satu alternatif yang bisa dilakukan dalam usaha untuk menghindari terjadinya stres
(mental tension) dan ketegangan perasaan (emotional tension) yang banyak menyerang manusia
modern. Yoga dilakukan untuk dapat menyeimbangkan antara pikiran, perasaan dan jiwa, sehingga
dapat mencapai kebahagiaan. Namun Desa Meko, Kecamatan Pamona Barat, Kabupaten Poso, yoga
dipersepsikan dengan beragam sehingga tidak terdapat pemahaman yang komprehensif tentang
yoga. Persepsi tersebut berdampak pada pelaksanaan ajaran yoga yang mulai di tinggalkan. Padahal
yoga dewasa ini sudah mulai banyak dikembangkan, bahkan yang mengembangkan bukan hanya
berskala nasional, namun sudah sampai pada skala internasional. Oleh karena itu dianggap penting
untuk mengkaji bagaimanakah Persepsi Yoga Asana pada masyarakat Hindu di Desa Meko
Kecamatan Pamona Barat Kabupaten Poso ? Dari pembahasan diperoleh bahwa persepsi
masyarakat hindu di desa meko tentang yoga yaitu 1). Yoga Sebagai Ajaran Magis; 2). Ajaran
Mendekatkan Diri Kepada Tuhan; 3). Ajaran yang dilakukan oleh para Rsi; 4). Ajaran Kesehatan
Kuno; 5). Ajaran Untuk Mencapai Moksa
Kata Kunci: Persepsi, Yoga, Asana.
1.
Pendahuluan
Perkembangan
ilmu
pengetahuan,
teknologi dan seni banyak memberikan
kemudahan dalam kehidupan manusia.
Kemudahan-kemudahan tersebut merupakan
salah satu dampak positif yang muncul karena
adanya perkembangan IPTEKS, akan tetapi
disamping itu perkembangan tersebut juga
memunculkan berbagai dampak negatif,
diantaranya yaitu manusia cenderung memiliki
sifat yang kurang sabar. Sifat tersebut
dikarenakan kebiasaan manusia dalam
mendapatkan sesuatu secara instan, yang
berdampak pada timbulnya sifat yang kurang
sabar, selalu ingin mencapai sesuatu secara
instan. Akibatnya adalah manusia cenderung
stres apabila apa yang diinginkan tidak
tercapai dengan cepat. Selain itu manusia juga
menjadi memiliki sifat yang kurang sabar
dalam mencapai sesuatu.
Perkembangan ipteks juga turut serta
memberi pengaruh pada perkembangan dunia
WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015
global, yang menuntut manusia untuk terus
mengikuti perkembangan tersebut. Dalam
usaha mengikuti perkembangan tersebut
manusia melakukan aktifitas semaksimal
mungkin, sehingga manusia cenderung
melupakan tujuan kehidupan yang hakiki.
Manusia mulai melupakan hakekat keberadaan
manusia di dunia, dan memaksimalkan diri
pada
pemenuhan
kebutuhan
jasmani.
Keterikatan akan keberadaan benda-benda
duniawi juga akhirnya tidak dapat terelakkan
lagi. Manusia menjadi melakukan kerja hanya
semata-mata untuk memenuhi kebutuhan
duniawi, dan terikat akan hasil dari kerja yang
dilakukan. Hal tersebut sudah tidak sejalan
dengan ungkapan kitab bhagavad gita “tasmad
asaktah satatam karyam karma samacara,
asakto hy acaran karma param apnoti
purusah” laksanakanlah kerja sebagai
kewajiban tanpa terikat (pada akibat), sebab
dengan melakukan kerja yang bebas dari
keterikatan orang itu akan mencapai yang
55
utama, (Bhagavad Gita III.19). Keterikatan
akan hasil dari pekerjaan yang dilakukan akan
membawa seseorang pada kegelisahan,
terlebih lagi apabila hasil yang diharapkan
tidak tercapai.
Kegelisahan membawa dampak negatif
bagi pikiran dan jiwa seseorang sehingga tidak
akan mampu untuk mencapai kebahagiaan.
Kebahagiaan (anandam) dalam konsep yoga
adalah kebahagiaan rohani yang diperoleh dari
dalam diri tanpa harus mencarinya pada orang
lain atau benda-benda yang bersifat materi
(Agustika, 2014:26). Kebahagiaan rohani salah
satunya dapat diperoleh seseorang melalui
disiplin yoga. Yoga merupakan suatu sarana
dalam upaya untuk mencapai suatu tingkat
dimana aktifitas tubuh, pikiran dan jiwa
berfungsi bersama secara harmonis (Belling,
2006: 8).
Yoga pertama kali di lakukan di india,
hingga sekarang yoga sudah mulai menyebar
ke seluruh penjuru dunia termasuk salah
satunya adalah indonesia. Yoga sudah mulai
diajarkan pada lembaga pendidikan informal
maupun pendidikan formal. Pada jalur
informal yoga sudah mulai diajarkan di
pasraman-pasraman, yang memang dibentuk
untuk melengkapi pendidikan formal dalam
pembelajaran agama Hindu. Lembaga
pendidikan formal, yoga juga sudah diajarkan
mulai pada tingkat pendidikan dasar sampai
pada perguruan tinggi. Namun pembelajaran
pada tingkat dasar dan menengah masih
merupakan
pembelajaran
berupa
ekstrakurikuler dari mata pelajaran pendidikan
agama hindu.
Yoga dilakukan agar terjadi hubungan
harmonis antara atman dan brahman sehingga
terjadi penyatuan kesadaran. Penyatuan
tersebut bermakna berpikir, bertindak,
berpengetahuan dan berbahagia dalam
kesadaran Brahman. Tujuan latihan yoga
adalah untuk mengendalikan pikiran yang
cenderung liar. Yoga adalah cittawrti nirodah
yaitu usaha untuk mendiamkan tingkah polah
pikiran (Saraswati dalam Sukayasa, tt: 8).
56
Pengendalian pikiran merupakan sesuatu yang
penting karena pikiran merupakan penentu
bagi kehidupan seseorang. Pola pikiran
merupakan penyebab utama munculnya
penyakit dalam tubuh (Agustika, 2014: 6).
Pembelajaran yoga merupakan olahraga
yang murah dan mudah untuk dilakukan,
disamping melihat demikian banyak manfaat
dari pelaksanaan yoga yang dilakukan secara
rutin dan secara berkesinambungan. Pada
zaman modern dengan berbagai dampak
negatif yang ditimbulkan, maka yoga
merupakan salah satu alternatif yang bisa
dilakukan dalam usaha untuk menghindari
terjadinya stres (mental tension) dan
ketegangan perasaan (emotional tension) yang
banyak menyerang manusia modern.
Yoga
dilakukan
untuk
dapat
menyeimbangkan antara pikiran, perasaan dan
jiwa, sehingga dapat mencapai kebahagiaan.
Namun berbeda halnya dengan persepsi dari
beberapa umat hindu di Desa Meko,
Kecamatan Pamona Barat, Kabupaten Poso,
yoga dianggap sebagai sesuatu yang diajarkan
semata-mata untuk dapat memiliki kekuatan
yang bersifat magis. Persepsi tersebut
berdampak pada pelaksanaan ajaran yoga yang
mulai di tinggalkan. Padahal yoga dewasa ini
sudah mulai banyak dikembangkan, bahkan
yang mengembangkan bukan hanya umat
hindu namun sudah mulai dikembangkan dan
diikuti oleh umat-umat lain. Perkembangannya
bukan hanya berskala nasional, namun sudah
sampai pada skala internasional.
Persepsi yang kurang tepat berdampak
pada ditinggalkannya ajaran yoga oleh
masyarakat, khususnya masyarakat hindu di
Desa Meko, Kecamatan Pamona Barat,
Kabupaten Poso. Oleh karena itu penerapan
yoga khususnya yoga asana menjadi kurang
dan bahkan jarang dilakukan. Sungguh sangat
disayangkan ajaran yang memiliki makna
begitu dalam dan sangat bermanfaat bagi
kehidupan manusia namun tidak dilakukan,
terlebih apabila melihat asal mula munculnya
yoga yaitu india sebagai negara awal dari
WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015
munculnya agama hindu. Hal tersebut
menjadikan daya tarik tersendiri bagi peneliti
untuk mengkaji lebih mendalam tentang
bagaimana persepsi masyarakat hindu desa
meko kecamatan pamona barat terhadap yoga
asana? Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan pemahaman yang komprehensif
terhadap yoga asana.
2.
Hasil dan Pembahasan
Persepsi tentang yoga beraneka ragam,
mulai dari keberadaan yoga sebagai sebuah
ajaran yang bersifat magis dan hanya
dilakukan untuk memiliki kekuatan magis,
hingga pada persepsi yang modern, yaitu
sebagai sebuah bentuk olah raga. Beberapa
persepsi tentang ajaran yoga oleh masyarakat
hindu di Desa Meko, Kecamatan Pamona
Barat, Kabupaten Poso adalah sebagai berikut:
1. Yoga Sebagai Ajaran Magis
Kata magis berasal dari bahasa latin
“magia” yang sama artinya dengan kata
“magi” sesuatu yang gaib-gaib. Magis atau
magic selalu mengkaitkan peristiwa dengan
adanya kekuatan-kekuatan gaib. Kekuatan
tersebut dapat diperoleh oleh seseorang
melalui belajar baik secara otodidak maupun
dengan guru spiritual sebagai pembimbing.
Agama hindu menyakini akan adanya
kekuatan-kekuatan yang bersifat magi, yang
dapat membantu apabila diarahkan pada jalan
dharma dan dapat pula menjadi penyebab
penderitaan bagi diri sendiri dan orang lain
apabila penerapannya tidak didasarkan pada
dharma. Masyarakat Hindu di Desa Meko
menganggap bahwa belajar yoga dianggap
akan mampu memberikan kekuatan gaib pada
seseorang. Oleh karena itu yoga dianggap
sebagai suatu ajaran yang memiliki kekuatan
magis, dan akan memiliki akibat buruk apabila
dipelajari oleh orang-orang yang tidak pada
jalan dharma. Namun kekuatan tersebut akan
bermanfaat apabila digunakan untuk menolong
sesama manusia.
“… yoga biasanya dipelajari oleh orangorang
yang
ingin
meningkatkan
keimanan, selain itu juga agar bisa
memiliki kekuatan gaib. Yoga dipelajari
hanya untuk seseorang bisa menjadi
balian, mampu mengobati orangWIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015
orang…” (Wawancara, MDS, 25 Juni
2015)
Seorang
balian
yang
memiliki
kemampuan dalam mengobati atau menyakiti
memperoleh kemampuan tersebut melalui
pelatihan yoga secara tekun. Teks budha
kecapi sebagai inti dari pengetahuan ke-usadaan, juga merupakan hasil dari yoga yang
dilakukan oleh Sang Budha Kecapi. Kutipan
laku yoga Sang Budha Kecapi (Sukayasa, tt:
34) adalah sebagai berikut :
“… Alkisah ada seorang bernama Sang
Budha Kacapi sedang bertapa semadi di
setra pangesengan „kuburan‟. Kuburan
itulah yang dijadikan yasa „sarana untuk
mendapat phala kebaikan‟, yaitu untuk
menyempurnakan
batinnya
dengan
merafalkan mantra untuk memuja
Tuhan. Keteguhan laku yoga Sang
Budha Kacapi di dengar oleh Bhatara
Siwa. Maka beliau berkanan turun ke
kahyangan dalem untuk bertimbang rasa
dengan permaisuri-Nya, Hyang Nini
Dalem. Sabda Hyang Siwa: “hai dindaku, Hyang Nini Dalem. Dinda aku
titahkan turun ke kuburan untuk
menemui Sang Budha Kacapi sekarang.
Ia sangat tekun memuja berkontemplasi
kepada-Ku di kuburan. Oleh sebab itu,
dinda pantas memberikannya anugerah.
Hai dinda apapun yang ia mohonkan
berikanlah”. Hyang Bhatari Dalem
menjawab titah Bhatara Siwa: “jika
demikian titah-Mu, hamba bersedia”…”
Kutipan laku yoga Sang Budha Kacapi
di atas menguraikan bahwa yoga yang
dilakukan dengan ketekunan dan kesungguhan
hati akan dapat memberikan hasil yang
maksimal. Yoga yang dilakukan dengan tujuan
memohon waranugraha dari Tuhan, apabila
dilakukan dengan sungguh-sungguh akan
terkabulkan. Demikian halnya dengan seorang
yang hendak menjadi balian, perlu melakukan
yoga dengan tekun dan bersungguh-sungguh.
Yoga dilakukan bagi orang-orang yang
ingin lebih meningkatkan pengetahuannya,
terutama berkaitan dengan ke-usada-an,
sebagaimana yang dilakukan oleh Sang Budha
Kacapi. Karena itulah masyarakat hindu di
57
Desa Meko beranggapan bahwa yoga
dilakukan untuk mendapatkan kekuatan magis
layaknya seorang balian yang mendapatkan
kekuatan dari Bhatara Siwa. Seorang balian
untuk dapat mendapatkan pengetahuan keusada-an
dan
dalam
usaha
untuk
meningkatkan pengetahuannya maka dapat
melakukan samadhi secara bersungguhsungguh. Yoga yang dilakukan secara tulus
dengan upaya yang tekun dan secara
berkesinambungan dalam waktu yang cukup
lama terus-menerus diyakini akan bisa
memperoleh sesuatu kekuatan luar biasa
(supernatural)
yang
dikenal
dengan
paranormal (Darmayasa, 13: 11).
Tahapan yoga yang dilakukan oleh
balian dalam mendapatkan pengetahuan
merupakan tingkatan yoga yang sudah
tergolong pada tingkatan yang tinggi. Untuk
dapat mencapai tingkatan tersebut, seseorang
harus memulainya dari tingkatan yang rendah,
sebagaimana diungkapkan oleh Rsi Patanjali,
bahwa tahapan yoga terdiri dari delapan
tahapan, yang umum dikenal dengan sebutan
Astangga yoga. Kedelapan tahapan yoga
tersebut dilakukan layaknya seorang anak
yang menapaki anak-anak tangga, untuk dapat
melakukan tahapan demi tahapan dengan baik,
diperlukan kesabaran dan ketekunan serta
kesungguhan. Delapan Tahapan Yoga
sebagaimana diungkapkan oleh Rsi Patanjali
adalah 1). Yama (Etika); 2). Nyama
(Moralitas); 3). Asana (Sikap Tubuh yang
baik); 4). Pranayama (Pengendalian Energi);
5). Pratyahara (Penyerapan indra duniawi);
6). Dharana (pemusatan perhatian); 7).
Dhyana (perenungan dalam aliran kesadaran
terus-menerus); 8). Samadhi (kesadaran
murni), (Agustika, 2014: 30).
Dalam kedelapan tahapan tersebut,
seorang balian sudah memasuki tahapan
samadhi, yaitu tahapan terakhir dari Astangga
Yoga. Sukayasa, (tt: 43) Para penekun yoga
yang telah mencapai tataran Samadhi akan
memperoleh yang disebutsiddhi, yang
merupakan efek bawaan yoga, yaitu hasil yang
berupa kemampuan supranatural yang
diperoleh oleh para penekun yoga.
Samadhi dalam yoga Sutra Pantanjali
sebutkan sebagai sebuah keadaan Dyana yang
mendalam dan telah mencapai penerangan diri,
hal tersebut di ungkapkan sebagai berikut:
58
Samadhi
Tadeva arthamatranirbhasam
Sarvarupasunyam iva samadhih
(Yoga Sutra III.3)
Dalam keadaan Dhyana yang mendalam
dan terpusat ke dalam diri sepenuhnya
mencapai penerangan sang diri dan
segala bentuk perwujudan yang tidak
kekal dikosongkan (Agustika, 2014: 47).
Siddhi atau daya-daya gaib, terwujud
dengan sendirinya, apabila seorang yogi maju
dalam pelaksanaan yoganya. Siddhi ini
semacam tembus pandang, tembus dengar dan
sebagainya merupakan halangan di jalan
spiritualnya. Seorang yogi harus menjauhkan
diri dari hal itu dan tetap tegap langsung
menuju tujuan, yaitu asamprajnata atau
nirwikalpa
samadhi.
Spiritual
yang
sesungguhnya tidak ada kaitannya dengan
daya-daya ini yang merupakan sampingan dari
konsentrasi (Sivananda, 20013: 139).
Yoga merupakan ajaran spiritual yang
mampu untuk menumbuhkan siddhi pada
individu yang melakukanya. Siddhi merupakan
kekuatan magis yang merupakan salah satu
hasil sampingan yang diperoleh apabila
menekuni yoga. Namun hasil tersebut bukan
merupakan tujuan utama dalam yoga, karena
apabila seorang penekun yoga mengikuti daya
gaib atau siddhi tersebut itu merupakan
halangan bagi perjalanan spiritualnya.
2. Untuk Mendekatkan Diri Kepada Tuhan
Yoga berasal dari asal kata “yuj” yang
dalam
bahasa
sansekerta
berarti
menghubungkan atau mempersatukan. Yoga
bermakna menyatu atau menunggal dengan
kesadaran Tuhan atau kenyataan diri. Yoga
juga dapat diartikan sebagai salah satu ritual
yang
mengantarkan
seseorang
pada
kemanunggalan dirinya dengan sang pencipta.
Disiplin yoga akan mampu menghubungkan
atau mempersatukan atman dengan brahman.
Kamajaya (dalam Sutama dan Watra,
2008:3) menyebutkan pengertian yoga
WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015
adalah:a) Untuk mengendalikan pikiran yang
obyektif dan kecenderungan alam pikiran; b)
Untuk mengatur semua pemikiran-pemikiran
dan kegelisahan-kegelisahan dan tetap tidak
terpengaruh; c) Penyatuan antara kesadaran
unit dan kesadaran kosmik.
Yoga
merupakan
pengaturan
kecenderungan pikiran yang cenderung liar.
Mengatur pikiran sehingga tidak terpengaruh
terhadap
kegelisahan-kegelisahan
yang
disebabkan
oleh
keadaan
duniawi.
Pengendalian pikiran akan membawa pada
penyatuan
kesadaran
seseorang,
yaitu
penyatuan kesadaran unit dan kesadaran
kosmik. Penyatuan kesadaran berawal dari
pengaturan
kecenderungan-kecenderungan
yang ada dalam pikiran manusia. Oleh karena
itu pengaturan kecenderungan pikiran menjadi
awal yang penting untuk dilakukan dengan
melakukan yoga.
Aneka ragam tingkah polah atau pikiran
dapat dikelompokkan menjadi 5 lima jenis
yaitu 1). klesa yaitu tidak diam-diam; 2).
mudha yaitu bodoh, malas; 3). wiksipta yaitu
bingung, kacau; 4). ekagra yaitu terpusat; 5).
nirodha yaitu terkendali (Sukayasa, tt: 9).
Yoga dalam kitab Bahagavad Gita
disebutkan bahwa
Yoga sthah kuru karmani
Sangam tyaktva dhananjaya
Siddhy asiddhyoh samo bhutva
Samatvam yoga ucyate
(B.G. II.48)
Artinya:
Pusatkanlah pikiranmu pada kerja tanpa
menghiraukan hasilnya, wahai dananjaya
(Arjuna), tetaplah teguh baik dalam
keberhasilan maupun kegagalan, sebab
keseimbangan jiwa itulah yang disebut
jiwa.
Buddhi yukto jahatiha
Ubhe sukrta duskrte
Tasmad yogaya yujyasva
Yogah karmasu kausalam
Artinya:
Orang yang terikat oleh buddhi-nya
bebas dari perbuatan baik dan keji.
Karena itu laksanakanlah yoga itu, sebab
melakukan
kegiatan
kerja
yang
sempurna itu sama dengan yoga.
Sloka di atas menguraikan bahwa yoga
adalah suatu disiplin dengan memusatkan
pikiran kepada Tuhan. Selain itu kegiatan
kerja yang tidak mengharapkan akan hasil dan
menyerahkan semunya kepada Tuhan juga
merupakan sebuah bentuk yoga. Yoga sebagai
sebuah disiplin untuk lebih mendekatkan diri
kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
diungkapkan oleh informan berikut.
“… yoga dilakukan untuk bisa lebih
dekat dengan Tuhan, dilakukan untuk
bisa mendekatkan diri dengan tuhan.
Yoga itu ada banyak, ada bhakti yoga,
karma yoga, jnana yoga, dan raja yoga.
Keempat yoga itu disebut dengan catur
yoga. Kesemuanya itu adalah untuk
mendekatkan diri kepada tuhan. Bisa
dilakukan dengan jalan bhakti atau jalan
lain…” (Wawancara, WSL, 26 Juni
2015).
Ungkapan informan di atas memberikan
uraian bahwa yoga adalah dianggap sebagai
jalan untuk menghubungkan diri dengan
Tuhan.
Jalan-jalan
tersebut
dapat
dikelompokkan menjadi 4 yang disebut
dengan catur marga yoga. Siwananda (2003:
133) mengungkapkan bahwa empat jalan
spiritual yang utama untuk mewujudkan tuhan
adalah karma yoga, bhakti yoga, raja yoga dan
jnana yoga. karma yoga cocok untuk yang
bertempramen aktif, bhakti yoga bagi yang
bertempramen bhakti, raja yoga bagi orang
yang bertempramen mistis, dan jnana yoga
bagi yang bertempramen rasional philosofi.
Melaksanakan yoga membawa menuju
penyatuan dengan Tuhan bagaimanapun titik
awalnya, akhir yang dicapai adalah sama.
(B.G. II. 50
WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015
59
3. Ajaran yang dilakukan oleh para Rsi
Maharsi Patanji disebut sebut sebagai
maharsi yang mempopulerkan yoga melalui
karyanya yang termuat dalam kitab yoga sutra
patanjali dan menjadi hingga saat ini menjadi
ajaran yang diikuti oleh banyak kalangan, baik
dari agama Hindu maupun non Hindu. Tulisan
pertama tentang ajaran Yoga adalah kitab
Yoga Sutra karya Maharsi Patanjali,
walaupun unsur-unsur ajarannya sudah ada
jauh sebelum itu. Pada umumnya yoga
dianggap sebagai sebuah ajaran yang haya
diperuntukan kepada para maha rsi. Namun
seiring perkembangan dan karena banyaknya
manfaat yang diperoleh dari melakukan yoga
sehingga anggapan tersebut mulai di bantah.
Pada masyarakat Hindu di Desa Meko
Kecamatan Pamona Barat Kabupaten Poso,
memiliki persepsi tentang keberadaan yoga
sebagai sebuah ajaran yang hanya untuk
dipelajari oleh para maha rsi dan orang-orang
suci. Walaupun hal tersebut sudah tidak sesuai
dengan perkembangan yoga saat ini. Beberapa
masyarakat desa meko mengungkapkan
persepsi tentang yoga sebagai berikut.
“… yoga sudah ada dari dulu, dan itu
dipelajari hanya oleh orang-orang suci,
kalau dulu yang mempelajari itu adalah
para maha rsi dan sulinggih. Jika bukan
orang suci yang mempelajari yoga itu
akan sulit, karena yoga membutuhkan
kesucian
dari
orang
yang
melakukannya…” (wawancara, KMR,
tanggal 26 Juni 2015)
Uraian informan tersebut menguraikan
bahwa yoga hanya diperuntukan bagi orang
yang sudah suci. Persepsi tersebut dikarenakan
pemahaman bahwa yoga hanya dapat
dilakukan oleh orang yang telah suci. Walau
yoga itulah yang akan menjadikan seseorang
menjadi lebih bijaksana dan mulia dalam
tingkah laku dan sikap. Yoga yang
berkembang dewasa ini di indonesia sebagian
besar bersumber dari karya Rsi patanjali, yang
termuat dalam kitab yoga yaitu yoga sutra
60
patanjali. Yoga dapat dilakukan oleh semua
kalangan mulai dari yang muda hingga yang
tua. Oleh karena itu yoga tidak hanya
dilakukan oleh para maha rsi, semua orang
dapat melakukan yoga. Dalam melakukan
yoga yang terpenting adalah ketekunan dan
kesabaran dalam melakukan latihan yoga.
Karena yoga akan mampu memperlihatkan
manfaat ketika dilakukan secara kontinu dan
penuh kesabaran serta keseriusan dalam
melaksanakannya.
4. Ajaran Kesehatan Kuno
Ajaran yoga diketahui telah ada sejak
lebih dari lima ribu tahun lalu dan berasal dari
India. Yoga merupakan jenis latihan yang
tidak hanya bermanfaat meningkatkan dan
memelihara kesehatan tubuh. Gerakan-gerakan
dalam yoga juga dapat menenangkan pikiran
bahkan meredakan stres yang banyak dialami
oleh orang-orang pada kehidupan modern.
Yoga
fokusnya
adalah
meningkatkan
kesehatan secara holistik baik fisik maupun
mental. Yoga dirancang sebagai sistem kuno
penyembuhan oleh orang-orang yang berlatih
secara disiplin yang telah ada selama beberapa
ribu tahun yang lalu. Konsep utama dari yoga
adalah menghubungkan pikiran dan tubuh
sebagai dua bagian yang membentuk
keseluruhan, hal teresbut berarti bahwa yoga
lebih dari sebuah aktifitas fisik yang dilakukan
untuk menjaga kesehatan.
Lara-Roga „penderitaan dan penyakit‟
apapun bentuknya merupakan masalah purba
yang tetap hangat dan sampai sejauh ini tetap
tidak tuntas ditanggulangi. Sistem pengobatan
modern dengan berbagai kecanggihan
pirantinya juga kewalahan mengatasinya
(Sukayasa, tt:1). Masalah penderitaan dan
penyakit seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan
juga
terus
berkembang.
Keberadaan berbagai macam penyakit dewasa
ini menjadikan teknologi yang diciptakan oleh
manusia
menjadi
kewalahan
dalam
mengatasinya. Terlebih lagi penyakit kejiwaan
yang memang hanya mampu disembuhkan
WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015
dengan melakukan teknik-teknik khusus. Yoga
sebagai salah satu latihan yang telah ada sejak
ribuan tahun yang lalu diyakini sebagai latihan
yang dapat menyebuhkan dan mencegah
penyakit kejiwaan yang banyak dialami
manusia dewasa ini.
Latihan yoga pada prosesnya adalah
untuk membentuk pribadi yang luhur serta
untuk mengatasi pikiran yang bingung, gelisah
(stres) disamping juga memperlancar kerjanya
urat saraf dan menguasai pikiran sendiri serta
mengembangkan
rasa
cinta
kasih
(Swasthi&Suastawa,
2008:
137).Yoga
merupakan ajaran kesehatan yang telah sejak
lama diterapkan, dan diyakini sebagai sebuah
latihan fisik yang memberi manfaat pada
kesehatan fisik dan mental. Ajaran yoga oleh
masyarakat Hindu di Desa Meko Kecamatan
Pamona Barat sebagai sebuah olahraga yang
dilakukan pada zaman dahulu. Ungkapan
tersebut di ungkapkan oleh informan berikut.
“… yoga dulu diterapkan sebagai sebuah
ajaran selain untuk mendekatkan diri
dengan Tuhan, juga sebagai ajaran untuk
kesehatan. Yoga sangat baik untuk
dilakukan, agar bisa memiliki tubuh
yang sehat, karena yoga ajaran kesehatan
kuno yang masih sangat baik untuk
diterapkan
sampai
saat
ini…”
(wawancara, WS, Tanggal 27 Juni
2015).
Ungkapan informan di atas menyebutkan
bahwa yoga sebagai sebuah olahraga yang
selain untuk kesehatan mental juga memberi
dampak pada kesehatan rohani. Yoga diyakini
sebagai sebuah olahraga alternatif yang sangat
bermanfaat bagi kesehatan manusia. Terlebih
lagi dewasa ini manusia lebih cenderung untuk
mengejar kebutuhan diniawi, sehingga
kesehatan mental tidak lagi menjadi perioritas
utama. Hal tersebut menjadikan manusia
dewasa ini kecenderungan terserang stres
menjadi lebih tinggi, karena selalu berusaha
untuk mengikuti keinginan, sangat jarang
orang yang berusaha untuk mengnendalikan
WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015
pikirannya. Walaupun pikiran merupakan
penyebab dari segala bentuk penderitaan yang
diderita oleh manusia. Usaha untuk mengikuti
akan menjadikan seseorang menjadi terbiasa,
sehingga apabila keinginan yang sangat
diharapkan oleh pikiran tidak terpenuhi maka
pada saat itulah akan mulai terserang stres.
Tidak semua yang terjadi sesuai dengan apa
yang diinginkan, sehingga pengedalian
keinginan menjadi sesuatu yang sangat penting
untuk dilakukan. Yoga sebagai suatu latihan
untuk menjaga kesehatan memberikan
ketenangan dan mengajarkan untuk selalu
mengendalikan pikiran. Kebiasaan tersebut
akan memberikan efek yang baik bagi fisik
dan mental seseorang.
5. Ajaran Untuk Mencapai Moksa
Yoga mengajarkan tentang pengetahuan
tentang sang diri yang sejati, dengan
memahami keberadaan diri seseorang akan
lebih memahami keberadaannya dalam
kehidupan ini. Tujuan akhir dari kehidupan
umat Hindu yaitu untuk mencapai kebahagiaan
lahir dan batin (moksartham jagadhita).
Kebahagiaan batin yang tertinggi ialah
bersatunya Atman dengan Brahman yang
disebut Moksa. Moksa atau nirwana berarti
kebebasan atau terlepas dari ikatan karma,
kelahiran,
kematian,
dan
belenggu
maya/penderitaan hidup keduniawian.
Moksa merupakan tujuan terakhir bagi
kehidupan dalam keyakinan agama Hindu.
Moksa dapat dicapai dengan menghayati dan
mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan
sehari-hari secara baik dan benar. Hal tersebut
dapat
dilakukan
dengan
menjalankan
sembahyang rutin dengan menetapkan cipta
(Dharana), memusatkan cipta (Dhyana) dan
mengheningkan cipta (Samadhi). Manusia
melalui kelahirannya yang berulang kali akan
berangsur-angsur untuk mencapai tujuan
hidupnya yang tertinggi ialah bebas dari segala
ikatan
keduniawian
untuk
mencapai
bersatunya Atman dengan Brahman. Setiap
61
kelahiran bagi umat Hindu adalah merupakan
anak tangga menuju kebebasan.
Yoga terdiri dari delapan tahapan,
dimulai dari tahap yang paling rendah yaitu
yama, sampai pada tahap samadhi. Delapan
tahapan tersebut apabila dilakukan dengan
tekun dan penuh keyakinan akan membawa
individu pada penyatuan dengan Brahman.
Dharana, dyana dan samadhi merupakan tiga
bagian akhir dari astangga yoga yang
diungkapkan oleh Rsi Patanjali, dengan
demikian tiga tahap terakhir tersebut akan
membawa seseorang untuk mencapai suatu
kebebasan yang disebut dengan moksa, yaitu
terbebas dari kelahiran kembali (renkarnasi).
Masyarakat hindu di desa meko
memiliki persepsi bahwa yoga merupakan
jalan yang ditempuh untuk mencapai
kebebasan, hal tersebut diungkapkan oleh
informan berikut.
“… yoga biasanya dilakukan untuk
mendapatkan
moksa,
mendapatkan
kebebasan, sehingga tidak lahir lagi.
Kebebasan itu antara purusa dan prakerti
sebagai
unsur
pembentuk
dari
mickrokosmos…” (wawancara, WSL,
tanggal 27 Juni 2015).
Informan di atas mengungkapkan bahwa
yoga dilakukan untuk mencapai kebebasan,
yaitu kelepasan dari proses kelahiran kembali.
Kelepasan akan bisa tercapai apabila mampu
untuk memahami secara mendalam purusa
sebagai unsur kejiwaan dan prakrti sebagai
unsur kebendaan yang membentuk tubuh
manusia. Sivannada(2003: 191) menyebutkan
bahwa Prakerti dan purusa adalah anadi (tanpa
Awal) dan ananta (tak terbatas). Ketidak
berbedaan antaran keduanya merupakan
penyebab kelahiran dan kematian. Pembedaan
antara purusa dan prakerti memberikan mukti
(pembebasan). Lebih lanjut Darmayasa (2013:
10) mengungkapkan bahwa kelepasan jiwa
dapat dicapai melalui pengetahuan tentang
perbedaan
jiwa
dengan
benda-benda
62
duniawian termasuk badan jasmani, pikiran
dan ego (keakuan) diri sendiri.
Kelepasan dari kelahiran kembali dapat
dicapai melalui pengetahuan tentang diri yang
sejati. Tidak terikat akan keberadaan bendabenda duniawi dan tidak bingung oleh
keberadaan sesuatu yang bersifat maya.
Pemahaman akan sesuatu yang bersifat maya
dan yang bersifat kekal menjadi pengetahuan
yang penting sehingga dapat mencapai
kebebasan. Dalam kitab Bhagavad Gita
diungkapkan
bahwa pikiran yang tidak
dibingungkan oleh apa yang didengar akan
mampu mencapai yoga. Ungkapan tersebut
sebagai berikut.
Sruti vipratipanna te
Yada sthasyati niscala
Samadhav acala buddhis
Tada yogam avapsyasi
B.G. II.53
Artinya:
Bila pikiranmu yang dibingungkan
oleh
apa
yang
didengar
tak
tergoyahkan lagi dan tetap dalam
samadhi, kemudian engkau mencapai
yoga.
Keteguhan pikiran sehingga tidak
tergoyahkan dengan sesuatu yang bersifat
keduniawian
dapat
dilakukan
dengan
melakukan disiplin yoga, karena yoga pada
dasarnya adalah pengendalian pola tingkah
pikiran yang cenderung liar. Darmayasa (2013:
13) mengungkapkan bahwa yoga mengajarkan
bahwa kelepasan itu dapat dicapai melalui
pengetahuan langsung tentang perbedaan roh
dan dunia jasmani termasuk badan, pikiran dan
sifat
keakuan
(ego).
Sivananda(2003:
204)Yoga merupakan penyatuan roh pribadi
dengan roh tertinggi.
3.
Kesimpulan
Dari penelitian dan pembahasan
diperoleh hasil bahwa persepsi masyarakat
Hindu di Desa Meko Kecamatan Pamona
WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015
Barat Kabupaten Poso tentang yoga adalah
sebagai berikut:
1. Yoga Sebagai Ajaran Magis, yaitu
masyarakat mempersepsikan yoga sebagai
ajaran untuk mendapatkan kekuatan
supranatural dan memiliki kemampuan
untuk menyembuhkan dan menyakiti orang
lain;
2. Ajaran Mendekatkan Diri Kepada Tuhan,
yaitu yoga merupakan jalan untuk
mendekatkan diri dengan Tuhan Yang
Maha Esa, dalam hal ini termuat dalam
catur marga yoga sebagai jalan untuk
mendekatkan diri dengan Brahman;
3. Ajaran yang dilakukan oleh para Rsi, yaitu
persepsi bahwa yoga hanya dilakukan oleh
para rsi dan orang-orang suci yang ingin
meningkatkan spiritualitalnya;
4. Ajaran Kesehatan Kuno, yaitu yoga
merupakan ajaran untuk mendapatkan
kesehatan, yang telah dilakukan sejak
ribuan tahun yang lalu yang hingga kini
masih tetap dilakukan oleh masyarakat
yang meyakini hal tersebut;
5. Ajaran Untuk Mencapai Moksa, yaitu yoga
dipersepsikan sebagai jalan untuk mencapai
kelepasan
dari
kelahiran
kembali
(renkarnasi) dan penyatuan atman dengan
brahman.
Kementerian
Agama
Republik
Indonesia.
Pudja, G MA. 1999. Bhagavad Gita (Pancama
Veda). Paramita: Surabaya.
Rendel,Peter. 2001. Pengetahuan Tentang
Chakra Dan Cara-Cara Melatih Tenaga
Dalam. Kanwil Deppen Provinsi Jatim.
Sivananda, Sri Svami. 2007. Pengetahuan dan
Pengendalian
Prana
(Pranayama).
Surabaya: Paramita.
__________________.2003. Intisari Ajaran
Hindu. Paramita: Surabaya
Sukayasa, Wayan, dkk. tt. Roga Versus Yoga
Perspektif Ayur Weda. Universitas
Hindu Indonesia.
Swasthi&Suastawa. 2008. Psikologi Agama
Seimbangkan Pikiran, Jiwa dan Raga.
Widya Dharma: Denpasar
DAFTAR PUSTAKA
Agustika, I Gede Hendra. 2014. Yoga Sehat,
Seimbang, Berbahagia. Wisnu Press.
Denpasar.
Belling, Noa. 2006. Yoga Perpaduan Antara
Tubuh, Pikiran dan Jiwa. Karisma
Publishing Group: Batam Center
Darmayasa, I Gede Sukra. 2013. Belajar Yoga
Asanas Untuk Kesehatan Jasmani dan
Rohani. Denpasar: Pt. Offset BP
Kadjeng,
I
Nyoman,
dkk.
2003.
Sarasamuccaya. Paramita Surabaya
Sutama, Ida Bagus dan Watra, I Wayan. 2008.
Materi Pokok Yoga. Direktorat Jenderal
Bimbingan
Masyarakat
Hindu
WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015
63
Download