1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persaingan bisnis dalam dunia pemasaran telah berkembang semakin pesat
di era globalisasi saat ini. Hal ini menyebabkan munculnya suatu peluang dan
tantangan bisnis yang baru bagi setiap perusahaan. Fenomena tersebut secara
nyata dapat disaksikan setiap hari yakni semakin gencarnya perusahaanperusahaan memasarkan produknya melalui iklan di media massa.
Perusahaan dalam menayangkan iklannya menggunakan media elektronik
seperti televisi sebab jangkauannya luas dan ada unsur hiburan yang sangat
mendukung pembentukan persepsi konsumen terhadap suatu produk yang pada
gilirannya dapat mengarah pada tindakan pertukaran juga memuaskan berbagai
pihak yang terlibat dalam aktivitas pemasaran.
Televisi merupakan kombinasi dari gambar bergerak, suara, dan kesegaran
yang mengalami peralihan fungsi, awalnya sebagai media periklanan kemudian
menjadi bidang permintaan penjualan perseorangan. Iklan dipandang sebagai
media hiburan dan media komunikasi yang efektif terutama jika ditayangkan di
televisi. Dengan menayangkan iklan suatu produk di televisi dapat mempengaruhi
konsumen sehingga konsumen tertarik untuk melakukan pembelian terhadap
produk tersebut.
Walaupun biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menayangkan
produknya di televisi cukup mahal, tetapi sangat efektif untuk meningkatkan
jumlah penjualan produknya. Televisi disukai masyarakat atau pemirsa, karena
mampu membangkitkan emosi dan perasaan pemirsa terhadap acara atau iklan
yang ditayangkan. Iklan di media televisi menyajikan suara, musik, kata-kata,
gambar, warna, dan gerak. Hal inilah yang membuat iklan di televisi relatif mudah
dicerna oleh masyarakat terutama melalui mata dan pendengaran.
1
Menurut Rhenald Kasali, iklan adalah: Segala bentuk pesan tentang suatu
produk dan jasa yang disampaikan lewat media dan dibiayai oleh perusahaan yang
dikenal serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. Sedang
pengaruh pesan ini berati hal-hal yang diterjemahkan dalam bentuk gambar,
rangkaian kata-kata jingle, maupun warna dengan tujuan membangkitkan
kebutuhan konsumen dan menanamkan citra pada konsumen pemerkasanya
adalah produsen sedangkan media adalah sarana yang digunakan yaitu media
cetak dan media elektronik (Kasali, 1992:9).
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 BAB 11 MEMILAH PESAN MENARIK DAN MEMILIH PESOHOR
INTI SARI
Bab ini menggali beberapa pendekatan yang digunakan dalam menciptakan pesanpesan
iklan.
Pertama
adalah
persoalan
tentang
bagaimana
pengiklan
meningkatkan motivasi, kesempatan, dan kemampuan konsumen dalam mengolah
pesan-pesan iklan. Bagian berikutnya mengulas banyaknya penggunaan pesohor
dalam iklan. Bagian ketiak mengkaji lima jenis pesan yang harus ada dalam
periklanan: 1) humor, 2) menonjolkan rasa takut, 3) menonjolkan rasa bersalah, 4)
daya tarik seks, dan 5) pesan bawah sadar. Bab ini diakhiri dengan ulasan tentang
peranan musik dalam iklan serta pro dan kontra penggunaan periklanan
pembanding.
2.1.1 Meningkatkan Pengolahan Motivasi, Kesempatan, dan Kemampuan
Diketahui bahwa tidak ada satu cara tunggalpun dalam mempengaruhi
orang-orang untuk membentuk sikap yang baik terhadap merek atau berperilaku
sesuai yang diinginkan oleh pihak pemasaran. Alih-alih, strategi pengaruh yang
tepat bergantung pada karakteristik konsumen (motivasi, kesempatan, dan
kemampuan untuk mengolah pesan-pesan Marcom) dan keunggulan merek.
Apabila konsumen berminat dalam mempelajari suatu produk, dan merek suatu
perusahaan memiliki keunggulan dibandingkan merek pesaing, maka taktik
persuasi yang diambil jelas: merancang suatu pesan dengan mengatakan secara
jelas pada orang-orang alasan mengapa merek anda lebih unggul. Hasilnya harus
juga jelas: konsumen akan terpengaruh oleh argumentasi anda yang akan
mengarah pada perubahan sikap yang relatif lama dan mereka akan lebih merek
anda daripada merek pesaing anda.
Akan tetapi, pada kenyataannya merek-merek dalam sebagian besar
kategori produk serupa dan karena hal inilah konsumen secara umum tidak terlalu
yakin untuk melakukan usaha mental pada pengolahan pesan yang sedikit
3
memberikan informasi baru. Sehingga, pelaku pemasaran dihadapkan dengan dua
kelemahan (hanya konsumen yang terlibat dan merek aku juga) harus mencari
cara untuk mendorong konsumen sehingga mereka mau mendengar atau membaca
pesan yang disampaikan. Sehingga, apapun yang mampu dilakukan oleh pelaku
pemasaran untuk meningkatkan faktor-faktor MKK (motivasi, kesempatan, dan
kemampuan) akan menghasilkan peningkatan keefektifan komunikasi.
Bagan 11.1 Meningkatkan Motivasi, Kesempatan, dan Kemampuan Konsumen
untuk Mengolah Informasi Merek
I Meningkatkan MOTIVASI Konsumen untuk
A memperhatikan pesan dengan …
-
Merujuk pada kebutuhan-kebutuhan duniawi (rasa lapar, daya tarik
seksual)
-
Menggunakan rangsangan baru (gambar yang tidak biasa, format iklan
berbeda, banyak layar lebar)
-
Menggunakan tanda-tanda yang kuat atau jelas (aksi, musik nyaring, iklan
warna, selebritas, gambar besar)
-
Menggunakan gerak (gambar kompleks; suntingan dan potongan)
B Mengolah informasi merek dengan …
-
Meningkatkan
keterkaitan
merek
pada
diri
sendiri
(mengajukan
pertanyaan retoris, menggunakan penonjolan rasa takut, mengunakan
sajian dramatis)
-
Meningkatkan rasa ingin tahu terhadap merek (membuka dengan
ketegangan atau kejutan, menggunakan humor, menyajikan sedikit
informasi dalam pesan)
II Meningkatkan KESEMPATAN konsumen untuk …
A Menerjemahkan informasi dengan …
-
Mengulang informasi merek
-
Mengulang babak-babak penting
-
Mengulang iklan pada beragam kesempatan
B Mengurangi waktu pengolahan dengan . . .
-
Membentuk pengolahan Gestalt (menggunakan gambar dan citraan)
4
III Meningkatkan KEMAMPUAN Konsumen untuk . . .
A Memperoleh struktur pengetahuan dengan …
-
Menyediakan konteks (menggunakan bingkai verbal)
B Menciptakan struktur pengetahuan dengan . . .
-
Menjembatani pembelajaran berbasis contoh (menggunakan benda
kongkrit, demonstrasi, dan analogi)
Motivasi untuk Memperhatikan Pesan
Bagan 11.1 menunjukkan bahwa salah satu tujuan pelaku adalah meningkatkan
motivasi konsumen untuk memperhatikan pesan dan mengolah informasi merek.
Bagian ini hanya membahas komponen perhatian; bagian selanjutnya akan
membahas unsur pengolahan.
Terdapat dua bentuk perhatian: sukarela dan tidak sukarela. Perhatian
sukarela terjadi ketika konsumen memberikan perhatian pada iklan atau pesan
Marcom lain yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelian saat ini. Dengan
kata lain, pesan diperhatikan secara sukarela apabila iklan dianggap sesuai pada
kebutuhan. Pelaku pemasaran menarik perhatian sukarela dengan memunculkan
kebutuhan informasi atau kebutuhan duniawi. Di sisi lain, perhatian tidak
sukarela terjadi ketika perhatian diperoleh melalui penggunaan teknik-teknik
pemeroleh perhatian. Rangsangan baru, sinyal-sinyal kuat atau jelas, gambargambar kompleks, dan pada iklan penyiaran, suntingan dan potongan seperti alam
video MTV merupakan teknik yang digunakan untuk menarik perhatian.
•
Ketertarikan pada Kebutuhan Informasi dan Kebutuhan Duniawi
Konsumen cenderung memperhatikan pesan yang memberikan kebutuhan
informasi dan yang membuat mereka merasa enak dan membawa kepuasan
(yakni, yang memuaskan kebutuhan duniawi). Pada kebutuhan informasi,
konsumen tertarik pada rangsangan yang memenuhi fakta dan gambaran terkait.
Seorang mahasiswa yang ingin pindah dari asrama ke apartemen contohnya, akan
lebih terfokus pada pencarian informasi apartemen. Iklan baris dan menguping
informasi tentang apartemen akan dilakukan bahkan ketika pencari apartemen
tidak mencari informasi secara aktif.
5
•
Menggunakan Rangsangan Baru
Banyak cara yang dilakukan pelaku pemasaran dalam menggunakan pembaruan
untuk menarik perhatian tidak sukarela. Secara umum, pesan-pesan baru bersifat
tidak
biasa,
beda,
atau
mengejutkan.
Rangsangan
tersebut
cenderung
menghasilkan perhatian lebih besar daripada yang biasa. Ini dapat dijelaskan
melalui konsep adaptasi manusia. Individu beradaptasi apda kondisi di sekitar
mereka: ketika suatu rangsangan semakin dikenali, orang-orang semakin
menjauhinya. Para psikolog menyebut hal ini dengan pembiasaan. Contoh, ketika
berkendara anda melewati papan iklan menuju sekolah atau tempat kerja setiap
hari, anda akan semakin jarang memperhatikan. Apabila papan iklan diambil,
anda akan memperhatikan lebih lama. Dengan kata lain, kita memperhatikan
dengan pengecualian.
•
Penggunaan Tanda-Tanda yang Kuat atau Jelas
Tanda-tanda yang kuat dan jelas (tanda yang lebih nyaring, lebih berwarna,
lebih besar, lebih terang, dll) meningkatkan peluang menarik perhatian. Hal ini
dikarenakan sulit bagi konsumen untuk menghindari rangsangan tersebut,
sehingga mengarah pada perhatian tidak sukarela. Seseorang hanya perlu
berkeliling pusat belanja, toserba, atau supermarket dan mengamati beragam
paket, pajangan, penglihatan, suara, dan bau untuk menilai usaha-usaha khusus
yang dilakukan pelaku pemasaran untuk menarik perhatian. Juga, penggunaan
selebritas dalam iklan adalah cara pasti mendapatkan perhatian karena daya
tariknya bagi pemirsa. (Bagian selanjutnya akan membahas secara rinci
penggunaan selebritas).
•
Menggunakan Gerak
Pengiklan terkadang menggunakan gerak untuk menarik dan mengarahkan
perhatian konsumen pada nama merek dan pada cetak iklan terkait. (Gerak secara
jelas digunakan dalam iklan TV, yang merupakan media dinamis. Akan tetapi,
bahasan ini lebih sesuai pada iklan cetak – majalah dan koran – yang merupakan
bentuk status tampilan iklan. Sehingga, teknik artistik dan fotografi digunakan
yang menghasilkan kesan gerakan, meski tidak ada yang bergerak.) Benda-benda
6
jatuh (contoh, melempar koin), orang yang seolah berlari, dan gerak mobil adalah
sebagain teknik yang digunakan dalam iklan cetak untuk menarik perhatian.
Seorang pasangan mengendarai mobil atap terbuka (Gambar 11.7) adalah
penggaet perhatian yang efektif untuk produk yang diiklankan, Armada Kapal
Norwegia, dan digunakan untuk menekankan bahwa titik keberangkatan Armada
Kapal Norwergia relatif dekat – “perjalanan pendek ke kapal.”
Motivasi untuk Mengolah Pesan
Meningkatnya motivasi pengolahan pesan berarti bahwa peenrima pesan
telah meningkatkan ketertarikan dalam membaca atau mendengarkan pesan iklan
untuk menentukan keterkaitannya. Diantara beberapa hasil yang diharapkan,
meningkatnya motivasi pengolahan pesan telah ditunjukkan untuk memperkuat
pengaruh pendekatan merek pada maksud pembelian. Untuk meningkatkan
motivasi konsumen dalam mengolah informasi merek, pelaku pemasaran
melakukan dua hal: 1) mengembangkan keterkaitan merek terhadap konsuimen
dan 2) mengembangkan rasa ingin tahu terhadap merek.
Meningkatkan keingintahuan pada suatu merek dapat dicapai dengan
menggunakan humor, menyajikan sedikit informasi dalam pesan (dan sehingga
mendorong konsumen untuk memikirkan suatu merek), atau membuka pesan
dengan ketegangan atau kejutan. menggunakan kejutan untuk ‘menarik pembaca’
secara efektif dan menarik perhatian terhadap produk.
Kesempatan untuk Menerjemahkan Informasi
Pesan-pesan pemasaran tidak akan memiliki keefektifan terkecuali
konsumen memahami informasi tentang suatu merek dan menggunakannya
dengan informasi yang terkait pada kategori produk dalam struktur memori yang
ada. Sehingga, tujuan penyampai pesan adalah meminta konsumen untuk
menerjemahkan informasi dan pada detik ini dilakukan sesederhana dan secepat
mungkin. Rahasia dalam menjembatani penerjemahan adalah pengulangan:
pelaku pemasaran harus mengulang informasi merek, mengulang babak-babak
penting, dan mengulang iklan pada beragam kesempatan. Melalui pengulangan
konsumen memiliki peningkatan kesempatan untuk menerjemahkan informasi
7
penting yang dibawa oleh penyampai pesan. Karena alasan inilah kita melihat
iklan diulang setiap malam di TV, terkadang beberapa kali. Baiknya, pengiklan
tahu bahwa pengulangan diperlukan untuk menyampaikan inti pesan.
Kesempatan untuk Mengurangi Waktu Pengolahan Pesan
Kesempatan untuk mengolah informasi lebih lanjut ditingkatkan apabila
penyampai pesan perlu mengurangi waktu yang dibutuhkan konsumen dalam
membaca, mendengarkan, dan memahami arti pesan Marcom. Penggunaan
gambar dan citraan menciptakan bentuk pengolahan pesan keseluruhan (atau
Gestalt) dimana konsumen dapat menerjemahkan keutuhan pesan daripada
sekedar pengolah informasi sedikit demi sedikit. Hal ini sejalan dengan pepatah
lama bahwa sebuah gambar lebih mampu menyampaikan pesan daripada ribuan
kata. Perhatikan iklan minimalis untuk minuman keras Royal Crown yang hanya
menampilkan gambar seekor ular melingkari botol Crown Royal dengan
pertanyaan
retoris,
“Tertarik?”
yang
ditulis
disampingnya.
Iklan
yang
menggunakan kisah Taman Surga serta Adam dan Hawa – melalui cetak verbal
minimal dan citraan jelas – untuk menyampaikan konsep bahwa pembaca iklan
akan tertarik untuk menikmati ‘buah khuldi’ Crown Royal.
Kemampuan untuk Memperoleh Struktur Pengetahuan
Struktur pengetahuan berbasis merek melambangkan hubungan asosiatif
dalam memori jangka panjang konsumen antara merek dan pikiran, perasaan, dan
keyakinan pada suatu merek. Secara umum, individu paling mampu mengolah
informasi baru yang terkait pada sesuatu yang sudah mereka ketahui atau pahami.
Contoh, jika seseorang memahami tentang komputer, maka informasi yang
disajikan dalam bahasa komputer sudah dapat dipahami. Tugas pelaku pemasaran
adalah membuat konsumen memperoleh struktur pengetahuan yang sudah ada
ataupun menciptakan struktur pengetahuan baru.
Untuk mewadahi perolehan struktur pengetahuan, pelaku pemasaran perlu
memberikan konteks terhadap teks atau gambar. Pembingkaian verbal merupakan
satu cara menyediakan konteks. Ini artinya bahwa gambar dalam suatu iklan
ditempatkan dalam konteks, atau dibingkai dengan kata-kata atau frasa yang tepat
sehingga penerima iklan dapat memahami informasi merek lebih baik serta poin
8
penjualan utama dari pesan Marcom. Dalam iklan merek Teflon anti gores dari
DuPont, perhatian diarahkan pada gambar wajan yang terisi dengan kabel
tembaga, paku paying, dan pecahan kaca. Sebagian besar konsumen yakin bahwa
wajan anti lengket dapat dengan mudah rusak ketika digores dengan benda-benda
tajam. Dalam menentang struktur pengetahuan yang sudah ada ini dan pandangan
tentangan gambar yang tidak jelas ini, cetak iklan dibutuhkan untuk memperjelas
citraan ini. Ungkapan minimalis hanya menyatakan bahwa lapisan Teflon DuPont
adalah anti gores dan mendorong pembaca untuk mengunjungi situs mereka
(http://teflon.com) untuk informasi lebih lanjut.
Kemampuan untuk Menciptakan Struktur Pengetahuan
Terkadang pelaku pemasaran perlu menciptakan struktur pengetahuan agar
konsumen memahami informasi merek. Hal ini dicapai dengan mewadahi
pembelajaran berbasis contoh. Eksemplar adalah contoh atau model dari suatu
konsep atau gagasan. Dengan menggunakan benda kongkrit, demonstrasi, atau
analogi, pelaku pemasaran dapat mewadahi pembelajaran melalui contoh. Misal,
perhatikan konsep kesegaran. Kita semua tahu apa arti kesegaran, namun kata ini
adalah konsep abstrak yang sulit diutarakan. Yakni, sulit menjelaskan apa yang
dimaksud dengan kesegaran tanpa merujuk pada contoh. Para manajer merek Diet
Pepsi dihadapkan dengan situasi ini ketika mengenalkan pada konsumen tentang
“tanggal kesegaran” – yakni cetakan pada wadah minuman ringan tentang batas
waktu minuman tetap segar. Jika anda adalah manajer merek Diet Pepsi, produk
kelontong apakah yang anda gunakan untuk menunjukkan kesegaran? Pilihan
mereka adalah menggunakan gambar produk dimana individu secara ajeg
memeriksa kesegaran (memeras jerus, menjepit sebuah roti) dan dengan analogi,
menyampaikan ide bahwa konsumen harus memeriksa tanda panah pada kaleng
Diet Pepsi untuk memastikan bahwa isinya tidak kadaluwarsa. Iklan (Gambar
11.9) untuk vitamin Nature Made menggunakan analogi bahwa merek vitamin ini
bukan sekedar vitamin dibandingkan gambar Mona Lisa terkenal yang sekedar
gambar.
2.1.2 Kongkritisasi
9
Mengkongkritkan banyak digunakan dalam periklanan untuk menjembatani
pembelajaran dan pemerolehan kembali informasi merek pada konsumen.
Mengkongkritkan didasarkan pada gagasan langsung bahwa lebih mudah bagi
individu untuk mengingat dan memperoleh kembali benda nyata daripada
informasi abstrak. Penegasan tentang suatu merek lebih bersifat kongkrit (atau
abstrak) ketika mereka dibuat jelas, gamblang, nyata, terang, dan cerah.
2.1.3 Peranan Pesohor dalam Periklanan
Merek-merek yang diiklankan seringkali menerima dukungan dari beragam sosok
populer. Diperkirakan sekitar seperenam iklan di seluruh dunia menghadirkan
selebritas. Sebagai tambahan pada dukungan selebritas, produk juga menerima
dukungan jelas atau tersembuny dari non-selebritas.
Pendukung Selebritas
Bintang televisi, aktor film, atlit terkenal, dan bahkan tokoh-tokoh mati digunakan
secara luas untuk mendukung produk. Pengiklan dan bironya bersedia membayar
gaji besar pada selebritas yang disukai dan dihargai oleh audiens target dan yang
akan mempengaruhi sikap dan tindakan konsumen pada merek yang disokong.
Sederhananya, investasi ini sesuai. Contoh, harga saham ditunjukkan meningkat
ketika perusahaan mengumumkan kontrak dukungan selebirtas dan jatuh ketika
publisitas negatif melalui media tentang selebritas yang mendukung salah satu
merek perusahaan.
Penyokong Iklan Orang Biasa
Pendekatan iklan yang cukup sering dilakukan adalah menampilkan orang-orang
biasa – yakni, bukan selebritas – yang menggunakan atau menyokong produk.
Selain tidak terlalu mahal dibandingkan selebritas, penyokong orang biasa
menghindarkan potensi reaksi balik daripada menggunakan ‘orang-orang cantik’
yang kecewa karena memiliki daya tarik luar biasa atau ciri-ciri individu lain.
Juga, orang-orang biasa yang mengalami secara pribadi manfaat menggunakan
merek tertentu memiliki tingkat kepercayaan yang luar biasa.
10
Banyak periklanan yang menampilkan pengguna orang biasa seringkali
melibatkan banyak orang daripada satu orang. Apakah ada alasan mengapa
banyak sumber menjadi efektif daripada sumber tunggal? Faktanya, ada: tindakan
menampilkan lebih dari satu orang Nampak meningkatkan kecenderungan suatu
iklan akan menghasilkan tingkat keterlibatan pesan lebih tinggi dan pemikiran
terkait pesan lebih besar. Sebaliknya, penjelasan lebih besar meningkatkan
peluang bahwa argumentasi pesan yang menarik akan mempengaruhi sikap secara
positif.
2.1.4 Sifat-Sifat Penyokong: Model KKKRK
Pembedaan dilakukan antara dua tipe umum penyokong iklan, sehingga penting
untuk
menjelaskan
sifat-sifat
penyokong
dan
peranan
mereka
dalam
menjembatani keefektifan komunikasi pesan. Penelitian telah menunjukkan
bahwa dua sifat umum, kredibilitas dan kemenarikan, menyumbangkan
keefektifan penyokong, dan masing-masing terdiri dari beberapa sub-sifat yang
berbeda. Untuk membantu ingatan pembelajar terkait sifat-sifat penyokong, kami
menggunakan singkatan TEARS untuk lima sifat terpisah: kepercayaan dan
keahlian adalah dua dimensi kredibilitas, sedangkan kemenarikan fisik, rasa
hormat, dan kemiripan (pada audiens target) adalah komponen umum konsep
kemenarikan. Table 11.1 mendata dan menjelaskan kelima sifat.
Table 11.1 Komponen KKKRK
K = kepercayaan
Bagian
yang
dianggap
sebagai
dapat
dipercaya
dan
diandalkan – seperti seseorang yang dapat dipercaya.
K = keahlian
Sifat yang memiliki keahlian khusus, pengetahuan, atau
kemampuan terhadap merek yang disokong.
K = kemenarikan Ciri yang dianggap sedap dipandang menurut konsep
fisik
kemenarikan kelompok.
R = rasa hormat
Kualitas dihargai atau bahkan terpandang karena kualitas dan
prestasi seseorang.
Kredibilitas: Proses Internalisasi
11
Yang paling mendasar, kredibilitas mengacu pada kecenderungan untuk meyakini
atau mempercayai seseorang. Ketika suatu sumber informasi, semisal penyokong
iklan, dianggap dapat dipercaya, maka sikap pemirsa berubah melalui proses
psikologis yang disebut internalisasi.
Dua sub-sifat penting kredibilitas penyokong adalah kepercayaan dan
keahlian. Kepercayaan, K, dalam model KKKRK, merujuk pada kejujuran,
ketulusan, dan keterpercayaan suatu sumber. Meski keahlian dan kepercayaan
tidak sama derajadnya, seringkali seorang penyokong dianggap sangat dapat
dipercaya meski bukan ahli. Kepercayaan penyokong mencerminkan fakta bahwa
penyokong potensial suatu merek berbeda dalam meyakinkan audiens.
Kepercayaan penyokong terletak pada persepsi pemirsa tentang motivasi
dukungannya.Seorang selebritas mendapatkan rasa percaya pemirsa melalui dunia
profesionalnya (di layar, di lapangan olahraga, di kantor, dll) dan secara pribadi
yang ditunjukkan pada masyarakat umum melalui media massa.
Aspek kedua dari kredibilitas penyokong adalah keahlian, komponen K
dari model KKKRK. Keahlian merujuk pada pengetahuan, pengalaman, atau
keahlian yang dimiliki oleh penyokong yang mereka kaitkan pada merek yang
didukung. Sehingga, atlit dianggap sebagai ahli ketika ada dukungan terkait pada
produk olahraga. Model dianggap memiliki keahlian terkait pada produk
penambah keantikan dan barang-barang fesyen. Pebisnis sukss dianggap sebagai
ahli terkait proses manajerial.
Kemenarikan: Proses Identifikasi
Sifat umum kedua yang menopang keefektifan penyokong, kemenarikan, berarti
lebih dari sekedar kemenarikan fisik –meski hal tersebut dapat menjadi ciri yang
sangat penting – dan meliputi banyak sifat baik yang dilihat konsumen pada
seorang penyokong: kecakapan intelektual, kepribadian, gaya hidup, kemampuan
atletis, dsb. Ketika konsumen menekukan sesuatu pada seorang penyokong yang
mereka anggap menarik, persuasi muncul melalui identifikasi.
12
Model KKKRK mengidentifikasi tiga sub-komponen konsep umum
kemenarikan: kemenarikan fisik, rasa hormat, dan kemiripan. Pertama,
kemenarikan fisi – komponen K dalam model KKKRK – adalah pertimbangan
penting dalam banyak hubungan dukungan. Mungkin ilustrasi terbaik adalah
keberhasilan pemain tenis Anna Kournikova sebagai penyokong. Nona
Kournikova telah meraup lebih dari $10 juta per tahun dalam kontrak iklan, meski
ia tidak pernah memenangkan pertandingan tenis profesional. Rekannya dari
Rusia, Maria Sharapova, bisa jadi memiliki karir dukungan produk lebih baik
mengingat ia pemain tenis berprestasi selain cantik secara fisik. Ada alasan
mengapa agen periklanan dank lien manajemen merek seringkali memilih
selebritas yang sangat menarik untuk menyokong produk: penelitian telah
mendukung perkiraan intuisi bahwa penyokong yang menarik secara fisik
menghasilkan lebih banyak evaluasi iklan dan merek yang diiklankan secara
positif daripada pelaku yang kurang menarik.
Rasa hormat, R dalam model KKKRK, adalah komponen kedua dari
keseluruhan sifat kemenarikan. Rasa hormat mewakili kualitas dihargai atau
dihormati karena kualitas dan prestasi pribadi. Meski kemenarikan fisik selebritas
dapat dianggap aspek ‘bentuk’ dari keseluruhan sifat kemenarikan, rasa hormat
merupakan’fungsi’ atau unsur mendasar. Terkadang fungsi melampaui bentuk,
bahkan dalam hubungan merek – penyokong.
Selebritas dihargai karena kemampuan berakting, keahlian atletis,
kepribadian yang menarik, posisi mereka pada permasalahan kemasyarakatan
yagn penting (lingkungan, permasalahan politik, perang dan damai, dll), serta
banyak kualitas lainnya. Mungkin mantan petinju Muhammad Ali melambangkan
dimensi rasa hormat lebih dari selebritas lain di dunia – baik karena keahliannya
yang luar biasa di atas ring tinju dan posisinya pada permasalahan politik dan
sosial di luar ring.
Kemiripan, komponen kemenarikan ketiga dan K dalam model KKKRK,
melambangkan kadar kesesuaian penyokong dengan pemirsa menurut hubungan
merek yang didukung – usia, jenis kelamin, suku, dsb. Kemiripan merupakan ciri
13
penting karena berdasar fakta orang-orang cenderung menyukai individu yang
memiliki ciri atau sifat serupa. Tentunya, ini serupa dengan pepatah ‘Burung
mengepakkan sayap bersamaan.”
Ketika hal ini diterapkan pada wilayah hubungan merek-selebritas, nilai
kemiripan menyatakan bahwa ini biasanya disukai karena seorang selebritas
menyesuaikan pemirsa target mereknya menurut ciri-ciri demografis dan
psikografis. Terdapat bukti bahwa kesesuaian antara kemiripan penyokong dan
pemirsa sangat penting ketika produk atau jasa pada masyarakat heterogen yang
berbeda selera dan kesukaan. Contoh, ketika orang-orang berbeda pada apa yang
mereka sukai di restoran, drama, dan film, seorang penyampai diangap serupa
dengan pemirsa diharapkan memiliki pengaruh paling besar dalam mempengaruhi
sikap dan pilihan mereka. Di sisi lain, ketika kesukaan diantara anggota pemirsa
relatif homogeny (seperti yang diharapkan pada jasa ledeng, setrika, dan servis
oto), kesesuaian antara kemiripan penyampai dan pemirsa tidak sebegitu penting.
Alih-alih, melalui pengalaman atau keahlian penyampai terhadap produk atau jasa
yang memiliki pengaruh terbesar dalam membentuk sikap dan tindakan pemirsa.
2.1.5 Pertimbangan Pemilihan Penyokong: Pendekatan ‘Tanpa KKKRK’
Bagian sebelumnya menjabarkan ciri-ciri selebritas yang penting dalam
menentukan keefektifan sebagai penyokong. Model KKKRK mengidentifikasi
lima ciri yang dikelompokkan dalam dua komponen umum yakni kredibilitas dan
kemenarikan. Sekarang mari kita beralih pada permasalahan bagaimana manajer
perusahaan dan biro periklanannya memilih penyokong dalam mendukung merek
mereka. Dengan menanggalkan singkatan KKKRK, pemilihan penyokong
dijelaskan di sini sebagai pendekatan ‘tanpa KKKRK’. Dibandingkan dengan
penggunaan KKKRK, yang merupakan singkatan dari gabungan kata pertama
lima ciri penyokong, penggunaan huruf kecil dalam artian kata airmata. Dengan
kata lain, pembahasan ini diarahkan untuk mengenali bagaimana manajer
perusahaan dan biro iklannya dalam menyeleksi selebritas untuk menghindari
kekecewaan (dengan gaya metafora, airmata) karena tidak membuat keputusan
bijak.
14
Pihak eksekutif periklanan menggunakan beragam faktor dalam memilih
penyokong selebritas, sebagai berikut: 1) kesesuaian selebritas dan pemirsa; 2)
kesesuaian selebritas dan merek; 3) kredibilitas selebritas; 4) kemenarikan
selebritas; 5) pertimbangan biaya; 6) faktor kemudahan atau kesulitan kerja; 7)
faktor kemampuan dukungan; dan 8) gaktor kecenderungan terlibat masalah.
1. Kesesuaian Selebritas dan Pemirsa
Kemungkinan yang paling mendasar, seorang penyokong harus menyesuaikan
dengan psar target merek yang didukung. Pertanyan pertama yang harus diajukan
seorang manajer perusahaan ketika memilih penyokong adalah, “Apakah pasar
target mengaitkan secara positif pada penyokong ini?” Shaquille O’Neal, LeBron
James, Allen Iverson, dan para bintang NBA lain yang menyokong sepatu bola
basket sangat sesuai dengan sebagian besar pemirsa remaja yang ingin melakukan
slam dunk, menghadang lemparan, mencuri umpan, dan memasukkan lemparan
lompat 25 kaki.
2. Kesesuaian Selebritas dan Merek
Eksekutif periklanan mengharuskan perilaku, nilai-nilai, penampilan, dan sikap
selebritis sesuai dengan citraan yang diinginkan untuk merek yang diiklankan.
Contoh, kepala bagian pemasaran perusahaan kosmetik Elizabeth Arden
menjelaskan pilihan supermodel dan aktris Catherine Zeta-Jones sebagai berikut:
“Catherine memiliki karir dan keluarga yang luar biasa, ia adalah seorang ibu, dan
ia memiliki kecantikan yang tak termakan waktu, adalah citraan yang kami
inginkan.”
3. Kredibilitas Selebritas
Kredibitas selebritas adalah alasan utama memilih penyokong selebritas. Orangorang yang dapat dipercaya dan dianggap memiliki pengetahuan tentang kategori
produk paling tepat untuk meyakinkan orang lain untuk melakukan suatu
tindakan.
4. Kemenarikan Selebritas
15
Dalam memilih pembicara selebritas, pihak eksekutif iklan mengevaluasi
beberapa aspek berebda yang dikelompokkan dalam tanda kemenarikan. Seperti
dibahas sebelumnya dalam model KKKRK, kemenarikan memiliki ragam dimensi
dan tidak sekedar kemenarikan fisik. Penting juga diperhatikan bahwa eksekutif
periklanan menganggap kemenarikan tidak terlalu penting dibandingkan
kredibilitas dan kesesuaian penyokong dengan pemirsa dan merek.
5. Pertimbangan Biaya
Berapa harga untuk mendapatkan jasa selebritas merupakan pertimbangan penting
namun bukan sebagai penentu akhir. Selebritas yang tidak terlalu mahal akan
dipilih daripada yang lebih mahal. Tentu, tidak semuanya dianggap sama.
Sehingga, manajer merek harus melakukan analisis biaya terhadap manfaat untuk
menentukan apakah selebritas yang lebih mahal dapat memberikan keuntungan
yang lebih besar atau tidak. Sayangnya, ini bukan kalkulasi mudah karena sulitnya
untuk memperkirakan arus keuntungan yang akan diperoleh dengan menggunakan
penyokong selebritas tertentu. Akan tetapi, pihak manajemen harus berusaha
untuk memperhitungkan alternatif keuntungan dari beberapa pilihan selebritas
yang sesuai dengan citraan merek yang diinginkan dan pasar target.
6. Faktor Kemudahan atau Kendala Kerja
Sebagian selebritas relative mudah diajak kerjasama, sedangkan yang lainnya
agak sulit – keras kepala, tidak patuh, sombong, emosional, menjauh, atau sulit
dikendalikan. Manajer merek dan biro iklan akan menghindari ‘faktor kendala’
dengan individu yang tidak mau mematuhi jadwal, enggan berpartisipasi dengan
merek di luar ikatan selebritas, atau sulit bekerjasama dengan orang lain.
7. Faktor Sebaran
Pertimbangan penting lain, meski tidak sepenting faktor sebelumnya namun harus
dievaluasi adalah banyaknya merek yang disokong. Apabila seorang selebritas
terlalu sering dimunculkan – yakni, menyokong terlalu banyak produk – maka
kredibilitasnya akan diragukan.
8. Faktor Masalah
16
Pertimbangan terakhir adalah evaluasi kecenderungan seorang selebritas akan
terlibat masalah setelah hubungan dukungan diikat. Potensi seorang selebritas
terlibat masalah menjadi bahan pertimbangan manajer dan biro iklan. Anggap saja
seorang selebritas dituduh melakukan kejahatan atau citranya ternodai selama
promo iklan. Apakah dampak negatif untuk merek yang disokong? Sejujurnya,
tidak ada jawaban sederhana terhadap pertanyaan ini, dan peneliti sedang
menggali permasalahan ini.
2.1.6 Peranan Skor Q
Pemilihan penyokong selebritas berharga tinggi biasanya dilakukan dengan
pemikiran mendalam oleh manajer merek dan biro iklannya. Proses pemilihannya
difasilitasi dengan Skor Q Pelaku yang tersedia secara komersiil dari perusahaan
yang berada di New York yang disebut dengan Evaluasi Pemasaran. Q dalam
Skor Q adalah quotient.
Evaluasi pemasaran mendapatkan Skor Q untuk sekitar 1.500 orang
terkenal (penyanyi, atlit, dan orang penting lain) dengan mengirimkan kuesioner
pada sekelompok individu. Partisipan panel masing-msaing diajukan dua
pertanyaan langsung: 1) apakah anda pernah mendengar tentang orang ini?
(ukuran familiaritas); dan 2) Jika ya, apakah penilaian anda buruk, cukup baik,
baik, sangat baik atau salah satu favorit anda? (ukuran popularitas). Penghitungan
setiap skor Q pelaku, atau quotient, dicapai dengan menentukan persentasei
respons anggota panel apakah seorang pelaku merupakan ‘salah satu favorit saya’
dan kemudian membagi angka tersebut dengan persentase yang menyatakan
bahwa mereka pernah mendengar sosok tersebut. Dengan kata lain, persentase
popularitas dibagi dengan persentase familiaritas, dan quotient adalah skor Q
sosok tersebut. Peringkat ini sekedar menunjukkan proporsi suatu kelompok yang
mengenal sosok tersebut dan yang memandang sosok tersebut sebagai salah satu
favorit mereka.
Skor Q memberikan informasi berguna bagi manajer merek dan biro iklan,
namun ada hal lain yang lebih penting dalam memilih selebritas dalam
menyokong merek mereka selain lembar skor Q. Penilaian subyektif akhirnya
17
berperan penting dalam menentukan apakah bakal penyokong selebritas sesuai
dengan citraan merk dan pasar target yang dibidik.
2.1.7 Peranan Humor dalam Iklan
Sebuah penelitian menggunakan sampling iklan televisi dari empat
negara (Jerman, Korea, Thailand, dan Amerika Serikat) menyatakan bahaw iklan
yang memiliki humor di semua negara tersebut secara umm melibatkan
penggunaan resolusi ketidakpatutan. Humor dalam iklan majalah dan radio di AS
biasanya menggunakan resolusi ketidakpatutan. Ketidakpatutan terjadi ketika
makna sebuah iklan tidak secara langsung jelas. Bingung dengan ketidakpatutan
tersebut, konsumen dipaksa untuk memahami makna iklan dan mencari
ketidakpatutannya. Ketika makna pada akhirnya dipahami – contoh, ketika humor
dalam sebuah iklan diketahui – terjadi rasa terkejut, dan ini merupakan sensasi
kejutan yang menghasilkan respons lucu. Sebaliknya, respons lucu ini dapat
menimbulkan sikap yang diinginkan terhadap iklan dan mungkin pada merek
yang diiklankan.
Ketika digunakan dengan benar dan pada situasi tepat, humor merupakan
teknik periklanan yang sangat efektif. Kendala penggunaan humor dalam iklan
adalah rasa lucu berbeda keefektifannya lintas kelompok demografi dan individu.
Contoh, lelaki dan wanita tidak sama perhatiannya pada iklan lucu. Sebagai
tambahan pada perbedaan demografi pada humor, bukti penelitian juga
menunjukkan bahwa iklan lucu lebih efektif daripada iklan tidak-lucu hanya
ketika evaluasi konsumen pada merek yang diiklankan sudah positif. Ketika
evaluasi sebelumnya negatif pada merek yang diiklankan, iklan ini ditunjukkan
kurang efektif. Temuan ini sejalan dengan hubungan antar indiviidu: ketika anda
menyukai seseorang, anda lebih condong memperhatikan usahanya agar lucu
dibandingkan jika anda tidak menyukai orang tersebut. Akhirnya, juga ditemukan
bahwa individu yang memiliki kebutuhan humor lebih tinggi (yakni
kecenderungan untuk mencari hiburan, kecerdikan, dan bualan) lebih terbuka pda
iklan lucu daripada individu lainnya.
18
Ringkasnya, humor dalam iklan bisa menjadi alat yang sangat efektif
untuk encapai beragam tujuan komunikasi pemasaran. Namun, pengiklan harus
menggunakannya secara cermat ketika bermaksud menggunakan humor.
Pertama, pengaruh humor berbeda menurut perbedaan sifat pemirsa – dampak apa
ketika kelucuan tidak lucu sama sekali pada sebagian orang. Kedua, definisi lucu
di satu negara atau wilayah tidaklah sama dengan daerah lain. Akhirnya, pesan
lucu bisa menjadi pengganggu sehingga pemirsa mengabaikan isi pesan. Tentu
ada garis aman dalam iklan antara menghibur (melalui humor) dan menyediakan
informasi yang memadai untuk mempengaruhi sikap dan perilaku. Sehingga,
pengiklan harus meneliti dengan cermat segmen pasar yang diinginkan sebelum
menggunakan iklan lucu.
Fokus IMC
Pemilihan Tokoh “Mark” dalam Iklan Holiday Inn
Anda akan ingat promosi iklan Holiday Inn yang dibahas dalam bab sebelumnya,
yang disajikan sebagai contoh iklan cerdas dan kreatif. Promosi tersebut
menghadirkan beragam tindakan bersama antara ibu, ayah, nenek, dan Mark si
pelawak, yang di akhir 30an masih tinggal bersama keluarganya daripada bekerja.
Dalam beragam aksi Mark digambarkan menuntut banyak tuntutan pada
keluarganya – untuk fasiltas seperti ruang lebih luas, TV keluarga, dan portal data
komputer.
Dalam
setiap
tindakan
secara
bersamaan
anggota
keluraga
meneriakkan, “Menurutmu ada dimana, Holiday Inn?”
Bagi kita yang tidak memiliki kemampuan akting atau keahlian drama,
iklan Holiday Inn Nampak sebagai produksi kecil yang sederhana. Akan tetapi,
seperti halnya membuat film hebat, rahasianya adalah memiliki skrip bagus dan
seleksi yang tepat. Potensi terhadap promosi iklan yang berhasil muncul dari frasa
utama, “Menurutmu ada dimana, Holiday Inn?” Ide menggunakan frasa ini
berasal dari penulis biro iklan dan sutradara, yang pernah mendengar frasa
tersebut saat masih anak-anak dari orangtua mereka ketika tidak berhasil minta
pakaian atau mainan. Setelah mereka menentukan frasa ini sebagai bagian utama
promosi, mereka memutuskan bahwa seleksi bersama antara ibu, ayah, nenek, dan
Mark si pelawak akan stabil dari satu ambilan iklan ke iklan berikutnya.
19
Menyeleksi tokoh Mark menjadi tantangan besar. Satu calon demi calon
ditolak karena tidak tepat sesuai dengan perannya. Faktanya, setelah mengalami
banyak kegagalan, ada pertanyaan apakah konsep tersebut akan berhasil.
Mendekati keputusasaan untuk menghentikan ide ini, direktur biro iklan ingat
seorang pria yang pernah ia film-kan di New Orleans, seorang badut jalanan
bernama Ross Brockley. Setelah mencari-cari Brokley, biro tersebut mengetahui
bahwa ia sudah menghentikan kegiatannya dan kembali ke Nebraska. Setelah
beberapa kali percakapan telepon, biro iklan (Fallon McElligott) mampu
meyakinkan Ross untuk menimbang memainkan tokoh Mark dalam iklan Holiday
Inn. Sisanya adalah riwayat: Ross Brockley diberi tawaran dan menerima peran
Mark dan akan menjadi salah satu legenda komedi dalam wilayah periklanan.
Sikapnya yang seperti orang bingung, gaya tutur pelan, dan perilakunya yang gakngeh sangat tepat untuk peran Mark. Sulit membayangkan aktor lain lebih
sempurna untuk peran ini.
Sebagian pembaca mungkin ingat ketika melihat Brockley belakangan ini
dalam seri TV, Pilot Season. Brockley memainkan tokoh, Russ Chockley, yang
merupakan aktor yang menjadi petani kesepian.
2.1.8 Menonjolkan rasa takut
Penonjolan Rasa Takut Konsumen
Bab sebelumnya membahas pelaku pemasaran menggunakan beragam teknik
untuk meningkatkan motivasi, kesempatan, atau kemampuan pengolahan
informasi konsumen. Seperti yang diperkirakan, penonjolan rasa takut sangat
efektif sebagai alat untuk meningkatkan motivasi. Fakta yang tidak mengenakkan
adalah konsumen di abad 21 hidup di dunia dimana ancaman terorisme selalu ada,
bencana alam kadang kala terjadi seeprti tsunami yang terjadi di sekitar Samudera
Hindia, dan masalah kejahatan dan kesehatan. Diperkirakan sekitar 15 juta orang
Amerika mengalami rasa takut yang tidak berdasar dan gangguan kecemasan yang
mempengaruhi sekitar 13 persen orang dewasa.
Menyadari bahwa masyarakat memiliki rasa takut, pengiklan rasional pun
tidak rasional berusaha untuk memotivasi konsumen untuk mengolah informasi
20
dan mengambil tindakan dengan menonjolkan pada rasa takut mereka. Penonjolan
rasa takut dalam iklan mengidentifikasi akibat negatif dari: 1) tidak menggunakan
merek yang diiklankan atau 2) melakukan tindakan yang tidak aman (seperti
berkendara dalam keadaan mabuk, menggunakan obat-obatan, makan makanan
tidak sehat, mengemudi tanpa sabuk pengaman, dan melakukan seks tanpa
kondom).
Logika Penonjolan Rasa Takut
Logika dasarnya adalah penonjolan rasa takut konsumen akan mendorong
keterlibatan pemirsa pada pesan dan sehingga mendukung penerimaan
argumentasi pesan. Penonjolan rasa takut konsumen bisa mengambil bentuk
penolakan sosial atau ancaman fisik. Contoh, pencuci mulut, pewangi, pasta gigi,
dan produk lain menonjolkan rasa takut ketika menekankan penolakan sosial
akibat nafas bau, ketiak kita basah, atau gigi kita berlubang. Alat deteksi asap, ban
mobil, seks tidak aman, mengemudi dalam pengaruh alkohol dan obat-obatan lain,
serta berasa tidak aman adalah contoh produk dan tema yang digunakan oleh
pengiklan untuk memicu rasa takut ancaman fisik atau permasalahan yang
mengancam. Iklan perawatan kesehatan seringkali menonjolkan rasa takut, dan
biro periklanan menyesuaikan penggunaan rasa takut ini dengan logika seperti,
“Terkadang anda harus menakut-nakuti orang untuk menyelamatkan hidup
mereka.”
Intensitas Tepat
Diluar masalah etika apakah rasa takut harus digunakan atau tidak, permasalahan
mendasar bagi pengiklan adalah menentukan seberapa kuat ancaman semestinya.
Haruskan pengiklan menggunakan sedikit ancaman sekedar untuk mendapatkan
perhatian konsumen, atau haruskan ancaman berat digunakan sehingga konsumen
tidak kehilangan inti dari keinginan pengiklan? Meski terdapat keajegan dalam
demonstrasi bahwa semakin sering pemirsa mengalami rasa takut akibat ancaman
iklan, semakin besar mereka terbujuk untuk mengambil tindakan yang disarankan.
Secara umum, Nampak bahwa kadar intensitas ancaman yang efektif
dalam menimbulkan rasa takut pada pemirsa bergantung pada seberapa besar
keterkaitan suatu tema bagi pemirsa – semakin besar keterkiatan, semakin kecil
intensitas ancaman yang dibutuhkan untuk mengaktifkan respons tersebut.
21
Dengan kata lain, orang-orang yang sangat terlibat dalam suatu tema dapat
dimotivasi relatif ‘mudah’, sedangkan kadar ancaman lebih besar diperlukan
untuk memotivasi orang-orang yang tidak terlibat.
Untuk menggambarkan hubungan antara intensitas ancaman dan
keterkaitan permasalahan, mari kita membandingkan kampanye ancaman rendah
untuk ban mobil Michelin dengan kampanye ancaman besar yang dirancang untuk
mencegah berkendara dalam keadaan mabuk. Promosi iklan Michelin memiliki
serangkaian iklan televisi yang menampilkan beberapa bayi cakap sedang duduk
dikelilingi ban. Iklan ini pengingat cerdas (tingkat ancaman rendah) bagi orangtua
untuk menimbang pembelian ban Michelin untuk memastikan keselamatan anakanak mereka. Tingkat ancaman rendah diperlukan dalam situasi ini untuk memicu
rasa takut, karena keselamatan anak-anak adalah perhatian mendasar bagi
orangtua.
Sebagai perbandingan, perhatikan tingkat ancaman yang dibutuhkan bagi
siswa sekolah menengah dan pemuda yang menjadi bidikan pesan layanan
masyarakat yang berusaha mencegah berkendara dalam keadaan mabuk. Hal
terakhir yang ingin didengar banyak pemuda adalah apa yang harus mereka
lakukan dan tidak. Meski keselamatan terkait pada hampir semua orang, ini
kurang terkait bagi pemuda yang menganggap diri mereka aman. Akibatnya,
penonjolan kuat rasa takut diperlukan untuk mempengaruhi para pemuda resiko
bagi diri mereka sendiri dan teman mereka saat berkendara dalam keadaan mabuk.
Kasus Terkait Penonjolan Kelangkaan Produk
Pengiklan dan agen persuasi lain menonjolkan kelangkaan produk ketika
menekankan pesan bahwa sesuatu akan menjadi lebih diinginkan ketika sangat
dibutuhkan namun pasokannya sedikit. Dengan menempatkan suatu produk jarang
atau akan menjadi langka lebih dihargai. Bagian penjualan dan pengiklan
menggunakan taktik ini ketika mendorong orang-orang untuk segera membeli
seperti, “Hanya sedikit tersisa,” “Kami tidak lagi memiliki pasokan sampai
dengan hari ini,” dan “Barang ini terjual cepat.”
Teori reaktan psikologis membantu menjelaskan mengapa kelangkaan
berfungsi. Teori ini menyatakan bahwa orang-orang bereaksi terhadap suatu
upaya untuk menurunkan kebebasan atau pilihan mereka. Kebebasan dan pilihan
22
yang dihilangkan atau terancam dianggap lebih menarik dari sebelumnya.
Sehingga, ketika produk dibuat seolah langka, maka produk tersebut akan menjadi
lebih berharga di pikiran konsumen. Tentu, penonjolan kelangkaan tidak selalu
efektif. Namun jika pembujuk dapat dipercaya dan abash, maka daya tarik lebih
efektif jika mengaktifkan respons seperti “Tidak banyak barang tersisa, jadi Saya
pikir lebih baik membeli sekarang berapapun harganya.”
Mungkin tidak ada tempat di dunia ketika kelangkaan digunakan lebih
sering sebagai taktik mempengaruhi dibandingkan Singapura. Dalam dialektika
Hokkien Cina, kata kiasu berart ‘rasa takut kehilangan.’ Singapura, menurut
seorang dosen dalam jurusan filsafat Universitas Nasional, akan melakukan
apapun untuk mendapatkannya, mski mereka tidak yakin benar-benar
menginginkannya. Banyak orang Singapura mentalitas kelompok – tidak ada
seorangpun ingin beda. Sehingga, pemasar mengeksploitasi karakteristik udaya
dalam
menjual
semua
jenis
produk.
Contoh,
diler
mobil
Singapura
mengumumkan akan pindah lokasi dan menawarkan 250 mobil BMW 316i edisi
terbatas dengan harga $78,125 untuk transmisi manual dan $83,125 untuk
transmisi otomatis. Semua mobil terjual dalam waktu empat hari, dan diler
dipaksa untuk memesan 100 mobil lagi yang cepat terjual meski penggirimannya
membutuhkan waktu berbulan-bulan.
Mentalitas kiasu menjadikan orang Singapura seperti ‘bebek duduk’ abgi
pengguna taktik kelangkaan. Akan tetapi, konsumen Singapura seperti konsumen
lain dimanapun hanya erntan pada taktik persuasi pada situasi dimana memang
ada fakta kelangkaan. Jika tidak konsumen akan menjadi skeptic terhadap usaha
yang menyesatkan mereka dan menolak upaya terang-terangan dalam menjual
produk dengan menggunakan kebohongan.
2.1.9 Menonjolkan rasa bersalah,
Penonjolan pada Rasa Bersalah Konsumen
Seperti penonjolan rasa takut, penonjolan rasa bersalah berusaha untuk memicu
emosi negatif. Orang-orang merasa bersalah ketika mereka melanggar aturan,
melanggar standar atau keyakinan mereka sendiri, atau berperilakut tidak
23
bertanggungjawab. Penonjolan rasa bersalah kuat karena mereka memotivasi
secara emosional individu dewasa untuk bertanggungjawab untuk mengurangi
kadar rasa bersalah. Pengiklan dan pelaku pemsaran lain menonjolkan rasa
bersalah dan berusaha untuk membujuk bakal konsumen dengan menegaskan atau
menyarankan bahwa perasaan bersalah dapat diredakan dengan menggunakan
produk yang dipromosikan. Sebuah analisis spektrum luas majalah yang
menampilkan 1 dari 20 iklan berisi penonjolan rasa bersalah. Contoh, perhatikan
iklan majalah untuk Asuransi Hewan Peliharaan (Gambar 11.12), sebuah
perusahaan yang memasarnkan asuransi untuk melindungi kecelakaan atau sakit
hewan yang mendadak. Tajuk yang melingkari gambar anjing yang bersedih
menempatkan pemilik hewan merasa bersalah ketika mengatakan, “Ia tidak akan
pernah tahu anda tidak dapat membiayai perawatan. Tapi anda pasti.” Iklan ini
menunjukkan penonjolan rasa bersalah yang dapat dicegah. Yakni, iklan berusaha
untuk memicu rasa bersalah pembaca dengan menyatakan seseorang gagal
merawat dengan baik hewan peliharaannya jika ia tidak mampu membayar
perawatan hewan.
Meski terbatas, bukti menyatakan bahwa rasa bersalah tidak efektif jika
iklan mengandung rasa bersalah dengan menonjolkan kurangnya kredibilitas atau
pengiklan dianggap memiliki maksud penipuan. Ketika iklan dianggap kurang
dapat dipercaya atau berusaha untuk menipu penerima, perasaan bersalah
berkurang. Sehingga, penonjolan rasa bersalah ketika iklan dianggap kurang dapat
dipercaya atau bermaksud menipu memiliki sedikit peluang dalam mempengaruhi
secara positif keyakinan, sikap, atau tindakan terhadap pesan. Seperti dinyatakan
di awal bab, penting bagi pembelajar untuk menyadari bahwa ‘ini tergantung’
sifat iklan. Dalam hal ini, apakah suatu iklan menonjolkan rasa bersalah atau tidak
efektif bergantung pada kredibilitas dan maksud penipuan iklan tersebut
2.1.10 Daya tarik seks,
Penggunaan Seks dalam Iklan
Dua penonjolan iklan sebelumnya pada dasarnya negatif (yakni, orang-orang
secara umum menghindari dua emosi ini), penggunaan seks pada pada iklan
24
secara umum didekati. Daya tarik seks dalam iklan seringkali digunakan dan
semakin jelas. Produk seperti minuman ringan, minuman beralkohol, kosmetik,
mobil, dan banyak lainnya menggunakan daya tarik seks dengan harapan menarik
perhatian terhadap iklan dan meningkatkan penjualan.
Penggunaan seks secara gamblang tidak dipikirkan beberapa tahun lalu,
sekarang mewakili bagian ranah periklanan. Tren ini tidak terbatas pada Amerika
Serikat; pada dasarnya, kegamblangan seksual lebih dominan dan lebih nyata –
contoh, di Brasil dan negara-negara Eropa.
Apakah Peranan Seks dalam Periklanan?
Sebenarnya seks memiliki beberapa potensi peranan. Pertama, materi seksual
dalam iklan berfungsi untuk menarik dan mempertahankan perhatian untuk
periode waktu yang lebih lama. Ini disebut fungsi kekuatan penghenti seks. Suatu
promosi iklan untuk minuman keras Three Olives menampilkan peran ini. Setiap
tindakan dalam promosi ini menampilkan model wanita menarik dan berpose
menggoda dengan gelas martini besar. Disamping gelas martini terdapat
pertanyaan retoris (ingat pembahasan sebelumnya tentang pertanyaan retoreis
dalam konteks faktor-faktor MKK): “Apa yang ada dalam martini-mu?” Terdapat
dua maksud yang jelas dalam pertanyaan ini, di satu sisi menyatakan bahwa Three
Olives mestinya vodka di dalam gelas anda, dan di sisi lain, menyatakan bahwa
meminum Three Olives cenderung menarik wanita-wanita cantik.
Peranan potensial kedua adalah untuk meningkatkan ingatan dari inti
pesan. Akan tetapi, penelitian menyatakan bahwa isi atau simbolisme seksual
hanya akan meningkatkan ingatan semata jika ini tepat pada kategori produk dan
pelaksanaan iklan kreatif. Daya tarik seksual menghasilkan ingatan yang lebih
baik ketika pelaksanaan iklan memiliki hubungan tepat dengan produk yang
diiklankan.
Peranan ketiga dari kontek seksual dalam iklan adalah untuk memicu
respons emosional, seperti perasaan hasrat dan bahkan nafsu. Reaksi ini dapat
meningkatkan dampak persuasif iklan, namun berbeda pengaruhnya jika iklan
menampilkan perasaan negatif seperti rasa jijik, ras malu, atau rasa tidak nyaman.
Iklan untuk merek vodka Three Olives yang dijelaskan sebelumnya dirancang
untuk menimbulkan perasaan pada pemirsa target yang utamanya lelaki muda dan
25
usia pertengahan. Penonjolan hasrat seksual ditunjukkan oleh iklan televisi Diet
Coke yang ditayangkan pada era 1990an dimana sekelompok wanita penggoda
ditampilkan sedang menyaksikan tampilan yang menggiurkan dari seorang
pekerja bangunan yang seksi di dekat tempat pembangunan saat melepas kaosnya
dan membuka Diet Coke.
Apakah konten seksual menyebabkan reaksi negatif atau positif
bergantung pada keterkaitan konten seksual pada pokok bahasan yang diiklankan.
Sebuah eksperimen pemasaran yang menarik menguji konsep ini dengan beragam
iklan majalah untuk dua produk, kunci set gigi rda (suatu produk dimana daya
tarik seskual tidak sesuai) dan minyak tubuh (produks sesuai daya tarik seksual).
Penelitian ini juga memanipulasi tiga versi pakaian untuk model wanita yang
muncul dalam iklan: dalam versi model santun, ia ditampilkan berpakaian
lengkap dengan blus dan celana panjang; dalam versi model menggoda, ia
mengenakan pakaian yang sama seperti dalam versi santun, namun kancing
bajunya dilepas semua dan menjuntai kebawah, memaparkan sekat rongga depan
dan belahan dada; dan dalam versi model telanjang, ia benar-benar tidak memakai
baju. Temuan penelitian menunjukkan bahwa kombinasi model menggoda dan
minyak tubuh dianggap paling disukai oleh semua responden. Banyak wanita
memadang model telanjang dan set kunci gigi roda kurang menarik. Kajian ini
dilakukan lebih dari duapuluh tahun lalu, dan tidak pasti apakah temuan yang
sama diperoleh dalam masyarakat yang lebih eksplisit secara seksual saat ini.
Konten seksual kurang begitu efektif kecuali terkait secara langsung pada
poin penjualan utama suatu iklan. Akan tetapi, jika digunakan secara tepat konten
seksual mampu memicu perhatian, meningkatkan ingatan, dan menciptakan
hubungan baik dengan produk yang diiklankan.
Potensi Kelemahan Penonjolan Seks dalam Iklan
Sajian pada poin ini menyatakan bahwa ketika digunakan dengan tepat, daya tarik
seks dalam iklan efektif. Namun, pembahasan tidaklah lengkap tanpa
menyebutkan potensi kerugian penggunaan daya tarik seks. Ada bukti yang
menyatakan bahwa penggunaan ilustrasi seksual dalam iklan dapat mengganggu
pengolaan argumentasi pesan dan mengurangi pemahaman pesan terhadap
konsumen. Lanjut, banyak orang tersinggung oleh iklan yang menampilkan
26
wanita (dan lelaki) sebagai obyek seks yang tidak berotak. Contoh, banyak protes
pada iklan bir Old Milwaukee yang mempertontonkan Swedish Bikini Team –
sekelompok wanita cantik Skandinavia dalam perahu yang mengenakan bikini
biru yang dipaparkan di depan sekelompok nelayan. Karyawan perempuan
Perusahaan Stroh Brewery, produsen Old Milwaukee menuntut bos mereka
dengan mengatakan bahwa iklan menciptakan suasana yang mendukung
pelecehan seksual di tempat kerja. Tanpa mengabaikan kasus ini, intinya adalah
seks dalam iklan dapat merendahkan martabat wanita (dan lelaki) dan karena
alasan inilah harus digunakan secara cermat.
Sebuah iklan TV untuk bir Miller Lite (sulih suara “Catfight”) mungkin
mencirikan penggunaan konten seksual dalam iklan. (Iklan ini dibahas
sebelumnya dalam Fokus IMC dalam bab 6). Iklan ini, yang dibuat oleh biro
periklanan Ogilvy & Mather, ditayangkan beberapa kali selama pertandingan NFL
pada musim bola 2002 – 2003. Anda mungkin ingat ketika melihat iklan ini, yang
menampilkan dua orang wanita menarik dan berdada besar saling menarik
pakaian di sebuah kolam renang dan kemudian semen basah saat memperdebatkan
apakah bir Miller Lite adalah sebuah pilihan karena produk ini ‘berasa lebih enak’
daripada bir ringan lain atau karena ‘kurang memuaskan’. Iklan ini tidak
diragukan menarik perhatian jutaan lelaki (dan wanita) yang menonton sepakbola
NFL, dan mungkin membangkitkan emosi dan membantu ingatan terhadap nama
mrek. Apakah iklan mencapai tujuan positifnya atau tidak bagi produsen Miller
Lite, iklan ini menimbulkan permasalahan etika tentang kelayakan iklan.
Faktanya tetap bahwa banyak orang – lelaki maupun perempuan –
direndahkan oleh iklan yang menampilkan wanita (dan lelaki) sebagai obyeks
seks tidak berotak. Penggunaan seks dalam iklan menjadi perhatian banyak orang
dan komisi iklan di seluruh dunia. Seks dalam iklan bisa merendahkan wanita
(dan lelaki) dan untuk alasan ini harus digunakan secara hati-hati. Tiga kategori
iklan yang kurang sesuai meliputi iklan yang seksis atau seksi, atau yang
merendahkan model mereka secara seksual. Iklan seksis adalah yang
merendahkan satu jenis kelamin pada yang lainnya, khususnya melalui
penyebutan-peranan-seks (contoh, menampilkan wanita sebagai ‘pirang nan
bodoh’); iklan seksi menggunakan citraan atau sugesti seksual; dan pengobyekan
27
seksual terjadi ketika iklan menggunakan wanita (atau lelaki, seperti dalam iklan
Diet Coke yang dinyatakan sebelumnya) sebagai obyek pajangan atau obyek
penarik perhatian tnapa atau sedikit keterkaitan dengan kategori produk. Nampak
bahwa iklan “Catfight” Miller Lite salah karena pengobyekan seksual.
Contoh lain pengobyekan seksual adalah iklan untuk sepatu but Wolverine
(tidak ditampilkan di sini). Iklan ini, diarahkan pada lelaki, menampilkan seorang
wanita yang sangat seksi hanya mengenakan bikini yang sangat minim ketika ia
terlentang di pasir sambil mengangkat kedua kakinya dengan latar lautan. Ia tidak
mengenakan penutup dada, namun nanya sepasang but Wolverine yang
dikalungkan di pundaknya yang menutupi buah dadanya. Dibawah but adalah
klaim iklan (poin pengaruh dalam terminologi MECCAS dari bab sebelumnya):
“Hanya Saat Anda Ingin Melepaskan But Kami.” Pernyataan ini yang
menandakan penegasan tidak langsung bahwa but Wolverine sangat nyaman dan
menandakan bahwa pembaca majalah lelaki ingin melihat dada telanjang si
model, terbuka pada kritikan berdasarkan poin yang sama dalam banyak hal tanpa
harus mengarahkan apda pengobyekan wanita. Di sisi lain, banyak lelaki –
pemirsa target – cenderung menyukai iklan ini dan memandangnya tepat dan tidak
merendahkan. Secara jelas, semua pihak tidak memiliki pandangan yang sama
terhadap iklan apa yang sesuai atau tidak.
Dalam bagian penyimpul ini, harus ditegaskan bahwa ‘menampilkan kulit’
dalam iklan tidak mesti sama dengan seksis atau secara seksual mengobyekkan
lelaki atau wanita. Contoh, iklan untuk Satin Care Spicy Green Tea Shave Gel
dari Gillete (Gambar 11.3) mewakili penggambaran seorang wanita yang menarik
dan penarik perhatian dalam konteks yang tepat pada merek yang diiklankan.
Pesan-Pesan Bawah Sadar dan Lekatan Simbolis
Kata subliminal mengaju pada sajian rangsang pada tingkat titik kesadaran. Satu
contoh adalah rekaman swa-laya (seperti rekaman untuk membantu seseorang
berhenti merokok) yang memutar pesan pada tingkat decibel yang tidak dapat
ditangkap telinga telanjang. Rangsangan tidak dapat diterima oleh indra sadar
dianggap secara bawah sadar. Kemungkinan ini menimbulkan perhatian besar dari
kritikus periklanan dan telah memicu banyak spekulasi dari para peneliti. Alasan
terhadap kekhawatiran ini jelas; surve telah menunjukkan bahwa banyak orang
28
Amerika percaya bahwa metode subliminal digunkan oleh pengiklan. Namun,
perwakilan asosiasi periklanan menyangkal penggunaan luas iklan bawah sadar.
Protes besar terjadi sekitar 50 tahun lalu sebagai respons terhadap seorang
peneliti yang mengatakan telah meningkatkan penjualan Coca-Cola dan
berondong jagung di bioskop New Jersey dengan menggunakan pesan-pesan
bawah sadar. Selama rentang jeda lima detik selama pemutaran film Picnic,
pesan-pesan bawah sadar mengatakan “Minumlah Coca-Cola” dan “Makanlah
Berondong Jagung” nampak pada layar sekitar 1/3,000 detik. Meski mata
telanjang tidak dapat melihat pesan ini, peneliti James Viary mengatakan bahwa
penjualan Coca-Cola dan berondong jagung meningkat 58 persen dan 18 persen.
Meski penelitian Vicary secara ilmu tidak berarti karena ia gagal menggunakan
prosedur eksperimen yang tepat, namun kajian menimbulkan kekhawatiran
masyarakat tentang iklan bawah sadar dan mengarah pada dengar pendapat
dewan. UU federal tidk pernah dijalankan, namun semenjak itu iklan subliminal
menjadi pokok bahasan oleh kritikus iklan, mempermalukan praktisi iklan, dan
permasalahan keingintahuan teoritis bagi peneliti iklan.
Luapan pertentangan terjadi lagi di era 1970an dan 80an dengan publikasi
tiga buku yang berjudul: Subliminal Seduction (Perayuan Bawah Sadar), Media
Sexploitation (Eksploitasi Seks Media); dan The Clam Plate Orgy (Kegairahan di
Atas Panggung). Penulis buku ini, Wilson Key, mengatakan bahwa teknik iklan
bawah sadar digunakan secara luas dan memiliki kekuatan untuk mempengaruhi
tindak pilihan konsumen.
Tantangan Cermat
Banyak praktisi periklanan dan peneliti Marcom mengabaikan argumentasi Key,
dan sangat tidak sepakat dengan kesimpulannya. Bagian dalam mendapatkan
jawaban yang paling sulit adalah siapa yang benar dan siapa yang salah berasal
dari fakta bahwa komentator berbeda tentang apa yang dimaksud dengan iklan
bawah sadar. Faktanya, ada tiga bentuk stimulasi bawah sadar. Bentuk pertama
menyajikan rangsangan visual pda kecepatan tinggi melalui sebuah perangkat
yang disebut tachistoscope (yakni sekitar 1/3,000 detik seperti dalam penelitian
Vicary). Bentuk kedua menggunakan percepatan wicara dalam pesan suara.
29
Bentuk ketiga melibatkan pelekatan simbol-simbol tersembunyi (seperti gambar
atau kata-kata seksual) dalam iklan cetak.
Bentuk terakhir ini, pelekatan, adalah apa yang dituliskan Key dan sudah
diteliti oleh peneliti iklan. Akan tetapi, penting diingat bahwa lekatan-lekatan
(contoh, kata seks yang dicetak dalam iklan) tidak benar-benar suliminal karena
masih tertangkap mata telanjang. Namun, pembahasan pesan-pesan bawah sadar
dibatasi pada penggunaan pelekatan.
Untuk memahami lebih baik pelekatan, perhatikan iklan untuk jel cukur
Edge yang dipasang di majalan beberapa tahun lalu. Iklan ini menghadirkan
gambar seorang pria dengan baluran jel dimukanya yang nampak wajahnya
bahagia dan gambar kaleng jel cukur Edge dipegang dengan jarinya. Di bawah
bibirnya terdapat latar wanita telanjang dengan lutut terangkat, gambaran wajah
wanita pirang yang menarik, dan latar lelaki seksi di atas papan selancar sedang
berselancar di saluran air. Disamping simbolisme Freudian yang dihubungkan
dengan saluran air dan wajah bahagia si lelaki, iklan juga memasukkan tiga
gambar telanjang kabur yang dicat pada busa cuur di atas bibir si pria.
Apakah simbol-simbol yang dilekatkan dalam iklan efektif? Untuk
menjawab pertanyaan ini kita perlu terlebih dulu mengulas proses pelekatan
dalam mempengaruhi tindak pilihan konsumen. Iklan jel cukur Edge memberikan
media untuk memotivasi pembahasan. Langkah pertama dalam proses
mengharuskan konsumen secara sadar atau bawah sadar mengolah simbol yang
dilekatkan (gambar telanjang dalam iklan majalah Edge). Kedua, setelah
pengolahan, konsumen harusnya memiliki keinginan yang lebih besar
menggunakan jel cukur Edge daripada sebelum melihat iklan. Ketiga, karena iklan
dilakukan pada tingkat merke dan karena pengiklan tertarik dalam menjual merek
mereka dan tidak sekedar merek dalam kategori produk, maka pelekatan simbolis
efektif membuat konsumen meningkatkan ketertarikan pada merek tertentu, dalam
hal ini edge, daripada merek lain dalam kategori yang sama. Akhirnya, konsumen
perlu memindahkan keinginan terhadap merek yang diiklankan pada tindak
pembelian sesungguhnya.
Apakah ada bukti untuk mendukung rangkaian peristiwa ini? Disamping
terbatasnya kajian pada permasalahan ini, banyak ragam permasalahan praktis
30
yang menghalangi pelekatan simbol menjadi efektif dalam konteks pemasaran
nyata. Mungkin alasan utama mengapa pelekatan simbol dalam iklan kecil
pengaruhnya adalah karena gambar harus disembunyikan agar tidak terlihat oleh
konsumen. Banyak konsumen membenci usaha iklan yang culas andaikata mereka
tahu. Sehingga, menghalangi diketahui konsumen berarti bahwa pelekatan simbol
merupakan teknik yang relatif lemah dibandingkan dengan tampilan iklan yang
lebih jelas. Karena sebagian besar konsumen meluangkan sedikit waktu dan usaha
dalam mengolah iklan, rangsangan lemah berarti bahwa sebagian besar konsumen
tidak akan banyak terpengaruh.
Meskipun konsumen memperhatikan dan menerjemahkan lekatan-lekatan
seksual dalam kondisi iklan alamai, masih ada keraguan besar bahwa informasi ini
memiliki dampak memadai dalam mempengaruhi tindak pilihan produk atau
merek. Informasi iklan standar (supraliminal) itu sendiri kesulitan mempengaruhi
konsumen. Akankan informasi subliminal menjadi lebih efektif? Contoh, akankan
lelaki memilih jel cukur Edge hanya karena mereka dipaparkan secara sadar atau
tidak sadar pada wanita telanjang dalam iklan produk tersebut? Sayangnya,
posisinya baur pada permasalahan ini. Mari kita ulas secara singkat sudut pandang
yang menyatakan mengapa iklan bawah sadar tidak befungsi, dan kemudian
perhatikan kemungkinan lain bahwa dalam kondisi tertentu iklan jenis ini dapat
mempengaruhi tindak pembelian.
Sudut Pandang Berbeda
Perspektif ini mengatakan bahwa iklan subliminal tidak efektif karena
penggunaan rangsangan lemah, seperti lekatan yang tidak jelas atau bunyi yang
tidak terdengar. Kutipan berikut meringkas sudut pandang ini. Perhatikan bahwa
kutipan ini mengakui persepsi bawah sadar merupakan fenomena terkenal (yakni,
penelitian luas telah menunjukkan bahwa orang-orang mampu menerima
rangsangan dalam ketiadaan kesadaran terhadap rangsangan), namun pengaruh
rangsangan bawah sadar digagalkan dalam kondisi pasar sebenarnya dimana
banyak merek bersaing untuk mendapatkan perhatian konsumen pada titik
pembelian.
Seabad penelitian psikologi membuktikan prinsip umum bahwa rangsangan yang
lebih kuat memiliki pengaruh lebih besar pada tindakan orang-orang daripada
31
rangsangan lemah. Meski persepsi bawah sadar merupakan fenomena terkenal,
pengaruh yang diperoleh kecil dan untuk mendapatkannya membutuhkan konteks
yang terstruktur rapi. Rangsangan subliminal biasanya begitu lemah dimana
penerima bukan saja tidak menyadari namun juga tidak mengetahui fakta bahwa
ia sedang dirangsang. Sehingga, potensi pengaruh rangsangan subliminal mudah
dipatahkan oleh rangsangan berkelanjutan dalam saluran indra yang sama atau
oleh perhatian yang dititikberatkan pada modalitas lain. Faktor-faktor ini
menempatkan kendala serius untuk penerapan pemasaran.
2.1.11 Pesan bawah sadar
Peluang Rangsangan Bawah Sadar Dapat Mempengaruhi Pilihan Merek
Seperti dibahas dalam Bab 3 dalam konteks etika periklanan, ada banyak bukti
bahwa tindakan manusia tidak dalam kendali sadar namun terjadi hampir secara
otomatis (tanpa intervensi kognitif). Pelaku pemasaran dapat mengaktifkan
pikiran bawah sadar pada orang-orang dengan menggunakan teknik-teknik
tersembunyi atau pesan-pesan bawah sadar. Agar penggunaan bawah sadar
efektif, topik yang disiapkan harus sesuai dengan kondisi kebutuhan individu saat
ini. Dengan kata lain, seseorang tidak dapat dipaksa untuk bertindak secara bawah
sadar terkecuali ia memang ingin bertindak. Lanjut, kebutuhan yang dipersiapkan
tidak menjadi pengendali aktif penilaian dan perilaku dalam jangka panjang,
melainkan terbatas pada masa pengaruhnya. Sehingga, pengiklan dapat
mengaktifkan pikiran atau perasaan tertentu terkait merek secara bawah sadar,
namun konsumen tidak akan bertindak pada pikiran atau perasaannya jika ia tidak
ada di pasar untuk membeli produk terkait rangsangan tersebut. Secara umum,
diperkirakan bahwa iklan media massa kurang efektif terkait paparan pada iklan
dan keputusan pembelian yang terpisah oleh waktu. Akan tetapi, seperti
dinyatakan dalam bab 3, iklan pada titik pembelian (contoh, pemrograman radio
di toko) dapat memberikan media tepat (meski tidak etis) karena mempengaruhi
konsumen secara bawah sadar untuk pembelian produk atau merek.
32
2.1.12 Membahas iklan
Peranan Musik dalam Iklan
Musik menjadi komponen penting dari iklan semenjak permulaan adanya
rekaman suara. Nada, musik latar, lagu populer, dan gubahan klasik digunakan
untuk menarik perhatian, membawa poin-poin penjualan, menata nada emosional
untuk iklan, dan mempengaruhi suasana hati pendengar. Penyanyi terkenal,
instrumentasi musik, dan vokalis tidak terkenal digunakan secara luas dalam
mempromosikan semua produk dari pelembut kain hingga mobil. Lagu Celine
Dion, “I Drove All Night,” dihadirkkan dalam sernagkaian iklan Chrysler. Lagu
penyanyi rok terkenal “Love Sick” Bob Dylan dikenalkan dalam iklan untuk
Victoria’s Secret. Chevrolet meluncurkan promosi iklan pada lagu yang
menyebutkan Chevy atau produk Chevy, meliputi lagu dari Beach Boys (409),
Don McLean (American Pie), Elton John (Crocodile Rock), dan Prince (Little
Red Corvette).
Banyak praktisi dan peneliti iklan menganggap bahwa musik mewadahi
beragam fungsi komunikasi meliputi menarik perhatian, menempatkan konsumen
pada suasana hati positif, menjadikan mereka lebih terbuka pada argumentasi
pesan, dan bahkan menyampaikan makna tentang produk yang diiklankan.
Contoh, perhatikan penggunaan musik dalam iklan Pepsi yang terkenal. Tindakan
staf pengiriman Coke di supermarket tertangkap kamera pengintai. Sedangkan
lagu Hank Williams, “Your Cheatin’ Heart” sebagai latar, staf pengiriman
mendekati mesin pendingin Pepsi yang berdekatan dengan mesin pendingin CocaCola. Staf pengirman ditampilkan mengendap-endap mesin pendingan Pepsi,
membukanya, dan dan kemudian mengambil sekaleng Pepsi – dimana puluhan
kaleng Pepsi berjatuhan kelantai dengan suara gaduh yang menyita perhatian
pebelanja, yang membuat dirinya malu. Iklan klasik ini merupakan penarik
perhatian yang membawa pesan cerdas bahwa Pepsi lebih baik daripada Coke.
Iklan tersebut hampir tidak efektif tanpa musik, “Your Cheatin’ Heart,” sebagai
latar.
Peranan musik dalam iklan sedikit mendapat penelitian formal dari
akademis pemasaran. Akan tetapi, ikhtisar singkat satu penelitian menunjukkan
33
potensi pengaruh musik. Dengan menggunakan prosedur pengondisian klasik,
musik mewakili rangsangan alami dalam usaha untuk mempengaruhi pilihan
subyek eksperimen pena ballpoint, yang mewakili rangsangan buatan.
Rangsangan Alami (RA) merupakan yang membangkitkan perasaan atau pikiran
nyaman pada orang-orang. Rangsangan Buatan (RB) yang bersifat netral secara
emosional
atau
kognitif
sebelum
permulaan
eksperimen
pengondisian.
Sederhananya, pengondisian klasik tercapai ketika pemaduan RA dan RB
menghasilkan perubahan perasaan dari RAAA (musik dalam hal ini) pada RB
(pena ballpoint).
Subyek eksperimen dalam kajian ini diberitahu bahwa biro iklan berusaha
untuk memilih musik yang digunakan untuk iklan pena ballpoint. Kemudian
subyek mendengarkan musik sembari melihat gambar gerak pena. RA positif
untuk separuh subyek adalah musik dari film Grease, dan RB negatif untuk
subyek selebihnya adalah musik Asia-Indian klasik. Hubungan sederhana antara
musik dan pena mempengaruhi pilihan produk – hampir 80 persen subyek
dipaparkan pada musik Grease memilih pena yang diiklankan, sedangkan 30
ersen subyek yang dipaparkan pada musik Asia Indian memilih pena yang
diiklankan.
Peranan Iklan Pembanding
Seperti dirujuk pada Tantangan Marcom, praktik pembandingan secara langsung
atau idak langsung produk mereka dengan produk pembanding, menyatakan
bahwa barang ynag dipromosikan lebih unggul dalam satu atau beberapa
pertimbangan pembelian disebut iklan pembanding. Iklan pembanding berbeda
pada kejelasna perbandingan dan apakah target perbandingan disebut atau dirujuk
secara umum.
Bagian penjualan selalu mempergunakan pesan pembanding dalam
menegaskan kelebihan produk mereka terhadap produk pesaing. Serupa,
pengiklan cetak (yakni, koran dan majalah) mempergunakan klaim pembanding
selama beberapa dekade. Tidak sampai awal 1970an, iklan televisi di AS mulai
melakukan klaim pembandingan langsung. Dikarenakan semua media mengalami
peningkatan besar dalam penggunaan iklan pembanding. Di beberapa negara
(contoh, Belgia, Hongkong dan Korea) dilarang mempergunakan iklan
34
pembanding; dan dengan pengecualian di AS dan Inggris, pembandingan iklan
digunakan tidak sering di negara-negara dimana bentuk iklan ini diperbolehkan.
Untuk memahami iklan pembanding, perlu mengulas beberapa contoh.
Iklan dalam gambar 11.14 Clorox Clean-Up membandingkan produknya sendiri
secara langsung dengan Mr.Clean pesaingnya. Dengan menggunakan grafik
menarik, iklan menyatakan bahwa Clrox Clean-Up dapat menghilangkan noda
bandel seperti tumpahan anggur, sedangkan Mr.Clean tidak dapat. Sekarang
perhatikan iklan perbandingan tidk langsung untuk Allegra dalam gambar 11.15.
Tanpa menyebutkan merek pesaing, iklan ini menunjukkan secara grafis dan
menyatakan bahwa satu dosis Allegra ‘bertahan 4 kali lebih lama daripada satu
dosissebagian besar obat-obatan alergi lain.
Apakah Iklan Pembanding Lebih Efektif?
Dalam menentukan apakah menggunakan iklan pembanding daripada bentuk nonpembanding, seorang pengiklan harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:
-
Bagaimana iklan pembanding dan non-pembanding sesuai terhadap
dampak kesadaran merek, pemahaman konsumen tentang klaim iklan, dan
kredibilitas?
-
Apakah iklan pembanding dan non-pembanding berbeda pengaruhnya
pada pilihan merek, maksud pembelian, dan tindkan pembelian?
-
Bagaimana faktor-faktor seperti pilihan merek konsumen dan posisi
pembanding pengiklan mempengaruhi keefektifan iklan pembanding?
-
Dalam kondisi apakah seorang pengiklan harus mempergunakan iklan
pembanding?
Para peneliti telah melakukan banyak kajian yang mengulas proses bagaimana
iklan pembanding berjalan, hasil yang diperoleh, dan bagaimana pengaruhnya
berbeda dari iklan non-pembanding. Temuan beebrapa kali masih mengambang
dan bahkan bertentangan. Kurangnya hasil yang jelas sudah diperkirakan karena
iklan merupakan fenomena kompleks yang berbeda dari situasi ke situasi lain
menurut unsur pelaksanaan, demografi pemirsa, karakteristik media, dan faktorfaktor lain. Akan tetapi, ulasan penelitian yang telah menguji iklan pembanding vs
non-pembanding menyatakan simpulan sementara berikut ini:
-
Iklan pembanding lebih baik dalam meningkatkan ingatan nama merek.
35
-
Iklan pembanding mendukung ingatan argumentasi pesan lebih baik.
-
Iklan pembanding dianggap kurang dapat dipercaya daripada iklan nonpembanding.
-
Iklan pembanding bertanggungjawab untuk menimbulkan sikap yang lebih
positif pada merek yang didukung, khususnya ketika merek baru (dengan
merek lama).
-
Iklan pembanding menghasilkan keinginan yang lebih kuat untuk membeli
merek yang didukung.
-
Iklan pembanding menghasilkan pembelian lebih besar.
Jelas dari daftar ini beragam manfaat terkumpul dalam menggunakan iklan
pembanding daripada non-pembanding. Akan tetapi tidak selalu demikian, satu
bentuk iklan tidak secara keseluruhan lebih unggul daripada iklan lain dalam
segala situasi. Bagian berikut mengidentifikasi beberapa permasalahan khusus
yang harus dipertimbangkan ketika menentukan apakah menggunakan iklan
pembanding atau tidak.
Pertimbangan yang Memandug Penggunaan Iklan Pembanding
Faktor Situasi
Sifat pemirsa, media, pesan, perusahaan, dan produk semua berperan penting
dalam menentukan apakah iklan pembanding akan lebih efektif daripada iklan
non-pembanding. Contoh, iklan pembanding dinilai kurang positif oleh orangorang yang masih menyukai merek yang dibandingkan daripada mereka yang
tidak menggunakan merek tersebut.
Keuntungan yang Nampak
Iklan pembanding sangat efektif untuk mempromosikan merek yang memiliki
keuntungan jelas terhadap merek pembanding. Ketika sebuah merek memiliki
keuntungan jelas daripada merek pembanding, maka iklan pembanding
memberikan metode kuat dalam membawa keuntungan ini. Iklan Clorx Clean-Up
(gambar 11.14) menunjukkan situasi ini. Iklan pembanding juga ditunjukkan
meningkatkan kemiripan yang dianggap antara merek pesaing dalam kategori
produk dan unggulan kategori.
Permasalahan Kredibilitas
36
Keefektifan iklan pembanding meningkat ketika klaim pembanding dibuat
nampak lebih dapat dipercaya. Ada beragam cara untuk mencapai tujuan ini: 1)
memiliki organisasi penelitian mandiri dalam mendukgn klaim keunggulan, 2)
menyajikan hasil mengesankan untuk mendukung klaim tersebut, dan 3)
menggunakan penyokong terpercaya sebagai penyampai.
Menilai Keefektifan
Karena iklan pembanding membuat klaim untuk merek yang diiklankan terhadap
merek lain dan karena konsumen menerjemahkan informasi pembanding ini
secara relatif, maka teknik pengukuran dalam menilai keefektifan iklan
pembanding paling peka ketika pertanyaan ditulis menurut relativitasnya. Yakni,
untuk kepekaan maksimal konteks atau penyusunan kalimat pertanyaan harus
menyesuaikan pola penerjemahan konsumen. Contoh, dengan rujukan pada iklan
Allegra (gambar 11.15) ada dua pertanyaan alternatif yang dapat dibentuk untuk
memastikan apakah konsumen memandang Allegra sebagai merek efektif dalam
mengatasi alergi: 1) Apakah pengaruh Allegra bertahan lama? (bingkai nonrelatif) atau 2) Apakah Allegra bertahan lebih lama daripada sebagian besar obat
alergi lain? (bingkai relatif). Penelitian telah menunjukkan bahwa bingkai relatif
lebih bagus dalam menilai keyakinan konsumen setelah dipaparkan pada iklan
pembanding.
2.2 BAB 12 PENELITIAN IKLAN
INTI SARI
Di saat bersamaan, tim manajemen merek bertanggungjawab untuk meneliti
apakah iklan yang diajukan memiliki peluang berhasil sebelum mengeluarkan
uang dalam iklan cetak atau televisi. Dengan kata lain, sangat tidak tepat
menganggap bahwa iklan yang diajukan akan berhasil tanpa adanya bukti berbasis
penelitian. Tuntutan terhadap akuntabilitas yang kuat dalam bisnis (ingat
pembahasan dalam bab 2) mengharuskan iklan diuji sebelum dipasang di media
dan sekali lagi selama atau setelah periode iklan dicetak atau ditayangkan.
Praktik bisnis yang bagus memerlukan upaya tersebut dilakukan untuk
menentukan apakah pengeluaran iklan sesuai atau tidak, khususnya terkait besaran
37
uang yang diinvestasikan di Amerika Serikat dan seluruh dunia. Sehingga, banyak
waktu dan uang dihabiskan dalam menguji keefekifan pesan. Bab ini menggali
sebagian teknik-teknik yang paling penting digunakan dalam bisnis penelitian
iklan.
2.2.1 Tidak Mudah atau Tidak Mahal
Mengukur keefektifan pesan merupakan tugas yang sulit dan memakan biaya
besar. Akan tetapi, nilai yang diperoleh dari pelaksanaan upaya biasanya
melampaui apa yang sudah dikeluarkan. Dalam tidak adanya penelitian formal,
sebagian besar pengiklan tidak akan tahu apakah pesan iklan yang diajukan akan
efektif atau tidak atau apakah iklan berkelanjutan bagus atau tidak, atau mereka
juga tidak tahu apa yang perlu diubah untuk meningkatkan kontribusi iklan pada
pencapaian sasaran pemasaran dan menghasilkan keuntungan yang diharapkan.
Penelitian pesan terbaru menggali akar pembahasan pada abad 19, ketika
mengukur daya ingat dan ingatan diperoleh sebagai indikator keefektifan iklan
cetak.
Saat
ini
sebagian
besar
pengiklan
di
seluruh
negeri
tidak
mempertimbangkan penayangan iklan televisi atau memasang iklan majalan tanpa
mengujinya terlebih dulu. Survei pengiklan dan biro periklanan terbesar di
Amerika Serikat menyatakan bahwa lebih dari 80 persen responden dari setiap
kelompok menguji awal iklan televisi sebelum penayangan di stasiun nasional.
Yang menarik, iklan ini diuji dalam bentuk awalnya daripada versi akhir. Tujuan
menguji iklan dalam bentuk kasar adalah memungkinkan alat-alat ekonomi
memilah ide-ide buruk pada biaya rendah daripada yang diperlukan dalam
mengembangkan iklan jadi. Penelitian telah menunjukkan abhwa hasil dari
pengujian iklan belum jadi sejalan dengan uji yang dilakukan pada iklan jadi.
Fokus IMC secara singkat membeberkan beragam bentuk iklan televisi belum jadi
yang diuji.
Fokus IMC
2.2.2 Menguji Iklan TV dalam Bentuk Belum Jadi
Sebuah biro iklan bekerja dari pertemuan kreatif yang diadakan bersama dengan
tim manajemen merek klien. Seperti dibeberkan dalam bab 10, pertemuan kreatif
merupakan dokumen yang dirancang untuk mendorong penulis dengan
38
menghubungkan upaya-upaya kreatif pada sebuah solusi yang menampung
kepentingan klien. Pertemuan kreatif menandakan pakta informal antara klien dan
biro iklan yang menjamin kontrak pada promosi iklan yang ingin dicapai.
Diantara bagian-bagian lain, pertemuan kreatif mengidentifikasi penempatan
merek, keseluruhan strategi pemasaran, dan pernyataan skema nilai utama merek.
Dengan bekerja dari pertemuan ini, penulis dan staf biro lain membuat dua atau
lebih pelaksanaan kreatif yang dianggap sesuai ntuk mencapai tujuan yang
disepakati. Akan tetapi, alih-alih membuat iklan jadi, yang dapat menelan biaya
$500,000 atau lebih, lebih praktis dan efisien biaya untuk menguji konsep iklan
dalam bentuk belum jadi. Terdapat lima bentuk belum jadi yang diji dalam
penelitian iklan televisi. Bentuk terjauh yang dihilangkan dari iklan jadi adalah
bingkai-cerita, sedangkan bentuk-bentuk lain menjadi lebih seperti iklan jadi
ketika beralih dari bentuk animatik ke versi liveamatik. Masing-masing
dibeberkan berikut ini.
1. Bingkai-cerita. Versi belum jadi ini menyajikan serangkaian bingkai visual
utama dan skrip audio. Urutan bingkai visual ditempel pada papan poster
sehingga namanya bingkai-cerita. Tidak seperti iklan dinamis, versi
bingkai-cerita benar-benar statis. Gambar orang-orang menggantikan aktor
atau selebritas sesungguhnya yang pada akhirnya akan muncul dalam iklan
jadi. Pengujian bingkai-cerita seringkali dilakukan dalam latar kelompok
fokus dengan sekelompok konsumen kecil.
2. Animatik: Ini merupakan film atau rekaman video urutan gambar dengan
pemutaran audio secara bersamaan untuk menandakan iklan yang
diajukan. Versi animatik ini mempertahankan sifat asli bingkai-cerita
namun mempergunakan elemen dinamisme dengan merekam urutan
gambar.
3. Fotomatik: Runutan foto yang difilmkan atau direkam dan dibarengi
dengan audio untuk mewakili iklan yang diajukan. Versi ini semakin
realistis ketika foto-foto orang sebenarnya ditampilkan daripada sekedar
ditunjukkan.
4. Ripomatik (juga disebut steal-o-matics). Film diambil dari iklan yang
sudah ada dan dipadukan untuk mewakili iklan yang diajukan. Sehingga,
39
versi ripomatik menangkap realisme iklan sebenarnya namun tidak
melibatkan biaya besar seperti pada pembuatan film iklan asli.
5. Liveamatik: versi pra-jadi ini melibatkan pembuatan film atau rekaman
video langsung pada calon subyek untuk mewakili iklan yang diajukan.
Versi ini paling mendekati iklan jadi, namun tidak sepenuhnya mewakili
latar atau subyek yang akan digunakan dalam iklan jadi.
2.2.3 Melibatkan Apakah Penelitian Iklan?
Seiring meningkatnya permintaan terhadap akuntabiiltas iklan, maka penelitian
iklan dalam beragam bentuk lebih melas dan penting daripada sebelumnya.
Penelitian iklan melingkupi beragam tujuan, metode, ukuran, dan teknik. Secara
umum, kita dapat membedakan dua bentuk penelitian iklan: mengukur keefektifan
media dan keefektifan pesan. Bab-bab selanjutnya akan membahas keefektifan
media; sedangkan bab ini menitikberatkan pada pengukuran keefektifan pesan.
Mencapai kesadaran merek, membawa poin-poin tercetak, mempengaruhi
sikap, menggugah respons emosional, dan mempengaruhi pilihan pembelian
adalah ragam penekanan penelitian pesan iklan. Singkatnya, penelitian pesan
iklan dilakukan untuk menguji keefektifan pesan iklan. (Penelitian pesan iklan
disebut juga dengan penelitian tercatat, atau uji cetak, namun istilah-istilah ini
terlalu sempit karena penelitian pesan iklan melibatkan pengujian semua aspek
periklanan, tidak sekedar materi cetak verbal.)
Terdapat empat tahapan penelitian pesan iklan dilakukan: 1) pada tahap
pengembanagn cetakan; 2) pada tahapan ‘kasar’ (yakni bentuk belum jadi, seperti
animatik dan fotomatik; lihat Fokus IMC); 3) pada tahap produksi akhir, namun
sebelum memasang iklan di majalan, Tv, atau media lain; dan 4) setelah iklan
ditampilkan di media. Dengan kata lain, penelitian iklan melibatkan pengujian
awal pesan selama tahapan-tahapan pengembangan (sebelum penempatan pada
media periklanan) dan pengujian akhir pesan untuk keefektifan setelah
ditayankan atau dicetak. Pengjujian awal dilakukan untuk mengurangi iklan tidak
efektif sebelum dipasang, sedangkan pengujian akhir dilakukan untuk
menentukan apakah pesan memperoleh tujuan yang diinginkan.
Terkadang penelitian dilakukan dalam kondisi iklan alami dan di lain
waktu dalam situasi simulasi atau laborat. Ukuran-ukuran keefektifan bisa mulai
40
dari instrumen kertas dan pensil (seperti skala sikap) hingga perangkat fisiologi
(contoh, pupilometer yang mengukur gerakan mata). Harus jelas bahwa tidak ada
bentuk penelitian pesan tunggal utuh. Namun, ukuran-ukuran keefektifan pesan
sama beragamnya seperti pertanyaan yang ingin dijawab pengiklan dan biro iklan.
2.2.4 Kriteria Industri terhadap Penelitian Pesan Iklan
Penelitian berbasis pesan iklan, atau pengujian cetak, luas digunakan. Namun,
agak berlebihan mengatakan bahwa banyak penelitian berbasis pesan iklan bukan
yang paling tinggi. Terkadang tidak jelas apa yang diukur dalam penelitian,
prosedur seringkali gagal memenuhi persyaratan dasar penelitian yang baku, dan
hasil kurang menyatakan dengan jelas posisi iklan efektif atau tidak.
Anggota masyarakat penelitian iklan sadar tentang masalah ini dan
mencari standar performa lebih baik dari para peneliti iklan. Sebuah dokumen
yang disebut Penempatan Uji Cetak Iklan (PUCI), dibentuk oleh biro iklan AS
ternama untuk memperbaiki permasalahan penelitian yang biasa-biasa saja atau
lemah. Dokumen diarahkan utamanya pada iklan televisi namun sesuai juga pada
pengujian iklan di semua media.
Dokumen PUCI terdiri dari sembilan dasar pengujian pesan. Dasar ini
merupakan panduan bagaimana penelitian iklan harus dilakukan. Tidak harus
anda berusaha untuk mengingat daar-dasar ini; namun, tujuan anda dalam
membaca dasar-dasar ini diharapkan memahami apa yang mendasari penelitian
pesan iklan yang baik. (Perhatikan bahwa pengembang dasar PUCI lebih
menyebutnya
uji
cetak
daripada
penelitian
pesan.
Deskripsinya
ttap
mempergunakan uji cetak, meski penelitian pesan iklan lebih sesuai.)
Dasar 1
Sistem uji cetak yang baik perlu memberikan ukuran yang sesuai dengan tujuan
iklan. Tujuan khusus promosi iklan dimaksudkan untuk mencapai (semisal
menciptakan kesadaran merek, mempengaruhi citra merek, atau membangkitkan
kehangatan) haruslah menjadi pertimbangan utama dalam menentukan metode
untuk menilai keefektifan iklan. Contoh, jika tujuan promosi adalah
membangkitkan reaksi emosional yang kuat, standar ingatan tidaklah tepat.
41
Dasar 2
Sistem uji cetak yang baik adalah yang mengharuskan adanya kesepakatan
bagaimana hasil akan digunakan setelah uji. Merinci penggunaan hasil penelitian
sebelum pengumpulan data menjamin bahwa semua pihak yang terlibat
(pengiklan, biro iklan, dan firma penelitian) sepakat pada tujuan penelitian dan
mengurangi peluang beda penafsiran dari hasil tes. Maksud dasar ini adalah
mendorong penggunaan aturan-aturan keputusan atau standar tindakan yang
menentukan hasil tes yang harus dicapai bagi iklan yang diuji menerima sebaran
penuh media.
Dasar 3
Sistem uji cetak yang baik memberikan ragam pengukuran, karena pengukuran
tunggal secara umum tidak tepat untuk menilai totalitas performa iklan. Proses
bagaimana iklan mempengaruhi konsumen kompleks, jadi ragam ukuran lebih
dapat menangkap ragam pengaruh iklan.
Dasar 4
Sistem uji cetak yang baik didasarkan pada model respons manusia pada
komunikasi – penerimaan rangsangan, pemahaman rangsangan, dan respons pada
rangsangan. Disadari iklan memiliki dampak berbeda menurut tujuan yang ingin
dicapai, sehingga sistem uji cetak yang baik mampu menjawab pertanyaan yang
ditentukan pada model tindakan tersebut. Contoh, apabila konsumen membeli
suatu produk karena alasan emosional, maka penelitian pesan iklan harus
mempergunakan ukuran yang sesuai respons emosional daripada mengukur
ingatan pada poin-poin cetak. Menarik untuk diperhatikan bahwa penelitian pesan
iklan menurut riwayatnya telah menitikberatkan pada aspek rasional dan kognitif
tindakan manusia dan perhatian pada emosi dan perasaan – faktor-faktor yang
semakin dikenali oleh peneliti dan praktisi daripada kesadaran dalam
mengendalikan tindakan konsumen.
Dasar 5
Sistem uji cetak yang baik memperbolehkan penimbangan apakah rangsangan
iklan harus dipaparkan lebih dari sekali atau tidak. Dasar ini membahas
permasalahan apakah paparan uji tunggal (menunjukkan sebuah iklan pada
konsumen hanya sekali) memberikan uji potensi pengaruh yang memadai atau
42
tidak. Banyak paparan seringkali diperlukan iklan untuk mencapai pengaruh
besar, sehingga penelitian pesan harus memaparkan sebuah iklan uji pada
responden dua kali atau lebih ketika situasi komunikasi memerlukan prosedur
tersebut. Contoh, uji paparan tunggal tidak sesuai untuk menentukan apakah iklan
berhasil membawa manfaat yang kompleks. Di sisi lain, paparan tunggal sesuai
jika iklan dirancang hanya untuk menciptakan kesadaran nama untuk merek baru.
Dasar 6
Sistem uji cetak yang baik mengetahui bahwa bagian cetak yang lebih jadi dapat
dievaluasi lebih mendalam; sehingga, sistem yang baik minimal mengharuskan
pelaksanaan alternatif diuji sama dengan yang jadi. Hasil uji biasanya berbeda
bergantung pada kadaran jadi, contohnya, ketika menguji versi fotomatik atau
ripomatik iklan televisi (lihat Fokus IMC). Terkadang besaran informasi yang
hilang dari uji iklan yang belum jadi kecil; terkadang besar.
Dasar 7
Sistem uji cetak yang baik memberikan kendali untuk menghindarkan simpangan
yang biasanya ditemukan pada konteks paparan. Konteks dalam suatu iklan
(contoh, serakan atu kurangnya serakan dalam majalah) akan memiliki dampak
besar pada bagaimana iklan dirasakan, diolah, dan diterima. Untuk alasan inilah,
prosedur uji cetak harus berusaha menggandakan konteks akhir dari klan cetak
atau iklan tv.
Dasar 8
Sistem uji cetak yang baik menjelaskan pertimbangan dasar definisi sampel. Ini
biasanya mengharuskan sampel cukup mewakili pemirsa target dimana hasil uji
disebarkan dan ukuran sampel harus cukup besar untuk menarik kesimpulan
statistik yang kokoh.
Dasar 9
Akhirnya, sistem uji cetak yang baik adalah yang dapat menunjukkan reliabilitas
dan validitas. Reliabilitas dan validitas adalah sarat dasar kegiatan penelitian.
Ketika diterapkan pada penelitian pesan iklan, tes yang handal menghasilkan
angka yang ajeg kapanpun suatu iklan diuji, dan uji absah adalah yang dapat
memperkirakan performa pangsa pasar.
43
Dasar-dasar sebelumnya memebntuk set stadnar tinggi bagi masyarakat
penelitian iklan, dan harus dipandang mengikat apabila ingin keefektifan iklan
diuji secara bermakna.
2.2.5 Apa yang Ingin Dipelajari Manajer Merek dan Biro Iklan dari
Penelitian Pesan?
Seperti dinyatakan sebelumnya dalam bab 2, upaya Marcom diarahkan pada
peningkatan ekuitas merek dengan harapan bahwa meningkatnya ekuitas akan
mengarah pada peningkatan penjualan merek dan pangsa pasar. Anda ingat dari
pembahasan dalam bab 2 bahwa ekuitas merek dari sudutpandang konsumen
terdiri dari dua unsur: kesadaran merek dan citra merek. Peranan iklan adalah
untuk meningkatkan kesadaran merek, mengubah sifat berbasis merek, dan
hubungan manfaat yang membentuk citra merek, dan pada akhirnya peningkatan
penjualan merek dan pangsa pasar. Sehingga, penelitian pesan iklan diperlukan
untuk menyediakan informasi diagnostik tentang peningkaan ekuitas iklan dan
potensi perluasan penjualan (penelitian pra-uji) dan untuk menentukan apakah
iklan jadi dapat memenuhi tujuan ini (penelitian paska-uji).
Sebelum melanjutkan, penting untuk diperhatikan bahwa anggota
masyarakat iklan telah berusaha bertahun-tahun untuk menandaskan standar iklan
mana yang paling baik dalam memperkirakan keefektifan iklan, utamanya adalah
penelitian yang didanai oleh Yayasan Penelitian Iklan yang menguji 35 standar
berbeda untuk memperkirakan keefektifan penjualan iklan televisi terbaik. Meski
melambangkan upaya besar, hail dari Proyek Validitas Penelitian Cetak YPI
belum final dan masih bertentangan. Mungkin kesimpulan terbaik adalah tidak
ada satu ukuran tunggal yang selalu paling tepat atau terbaik. Masing-masing
situasi periklanan – merek memerlukan penilaian cermat tujuan iklan yang ingin
dicapai dan kemudian penggunaan metode penelitian yang tepat untuk
menentukan apakah tujuan ini tercapai atau tidak.
Dengan cakupan teknik penelitian iklan yang digunakan, muskil dalam
bab ini untuk memberikan pembahasan lengkap. Banyak metode untuk mengukur
keefektifan pesan, dan banyak perusahaan mengkhususkan pada pengukuran
keefektifan iklan – firma seperti Starch Readership Service, Bruzzone Research
44
Company, Millward Brown, Ameritest, Gallup & Robinson, Mapes and Rose,
Ipsos-ASI, Reserch Sytems Corporation, dsb.
2.2.6 Jenis-jenis metode apa yang digunakan dalam penelitian pesan iklan?
Umumnya, penelitian pesan iklan muncul dalam dua bentuk: kualitatif dan
kuantitatif. Kami akan mengulas penelitian kualitaitf secara singkat; namun
memberikan perhatian lebih pada metode kuantitatif. Ini bukan karena yang kedua
lebih penting; namun, faktanya bahwa penelitian kuantitatif telah mendominasi
industri iklan dan memiliki riwayat penggunaan yang lebih besar dibandingkan
prosedur kualitatif.
Penelitian Pesan Iklan Kualitatif
Bentuk penelitian ini disebut kualitatif karena tidak didasarkan pada penghitungan
hasil angka dan analisis statistik terkait pada cetak iklan dan respons individu
pada
cetak
tersebut.
Namun,
penelitian
kualitatif
berkaitan
dengan
menyamaratakan wawasan dan penafsiran unsur-unsur iklan yang mempengaruhi
respons individu pada iklan. Kelompok fokus mewakili satu bentuk penelitian
iklan kualitatif. Contoh, panel partisipan kelompok fokus disajikan versi bingkaicerita dari iklan baru yang diajukan, dan kemudian dengan panduan moderator
mereka didorong untuk berbagi pemikiran dan perasaan tentang iklan tersebut.
Terdapat lebih banyak bentuk-bentuk penelitian iklan kualitatif yang
berusaha untuk meningkatkan pemahaman konsumen yang timbul dari iklan dan
model mental yang mendorong pemikiran dan tindakan mereka. Salah satu
metodenya adalah Teknik Elisitasi Metafora Zaltman, yang disingkat dengan
TEMZ.
Teknik ini didasarkan pada beberapa premis dasar, seperti fakta bahwa
sebagian besar komunikasi manusia melibatkan unsur-unsur non-verbal (gambar,
layar, dan musik), bahwa pikiran dan perasaan individu muncul secara nonverbalseperti gambar, dan metafora adalah mekanisme penting untuk mencapai
pikiran dan perasaan inidvidu.’ (Metafora adalah orang-orang memahami dan
mengalami sesuatu menurut sesuatu yang lain. Contoh, kita merujuk seseorang
memiliki ‘mata elang’ yang berarti ia memiliki penglihatan tajam; kita terkadang
mencirikan produk dengan ‘lemon’ untuk menyatakan produk tersebut gagal.
Sehingga, ‘mata elang’ dan ‘lemon’ adalah metafora yang berdiri untuk sesuatu
45
yang lain). Metafora berfungsi untuk menunjukkan pikiran dan mengasahnya
juga. Dengan memahami metafora yang digunakan individu ketika memikirkan
suatu merek, maka memungkinkan untuk menggunakan wawasan ini dalam
mengembangkan cetak iklan yang menyelaraskan pada pikiran dan perasaan
individu terhadap merek.
Lebih rinci tentang bagaimana TEMZ diterapkan berada di luar cakupan
bab ini. (sebagai rujukan lihat artikel yang dikutip dalam catatan 13). Banyak
pembaca mengetahui TEMZ dalam penelitian pasar. Dimanapun, tujuan dari
pembahasan singkat ini adalah peneltiian kualitatif seperti Teknik Elisitasi
Metafora Zaltman sangat berharga dalam mengembangkan cetak iklan. Sehingga,
berbeda dengan penelitian kuantitatif, TEMZ digunakan sebagai dasar untuk
mengembangkan cetak iklan daripada menguji cetak tersebut.
Penelitian Pesan Kuantitatif
Penelitian pesan kuantitatif berkaitan dengan pengukuran potensi pengaruh iklan
(penelitian pra-uji) atau dampaknya (penelitian paska-uji). Bagian berikut
membahas sebagian metode populer yang digunakan oleh pengiklan nasional.
Terdapat dua poin penting sebelum melanjutkan. Penting untuk menyadari bahwa
banyak pengiklan – khususnya perusahaan dan organisasi kecil – tidak melakukan
penelitian iklan apapun, baik dalam menguji cetak iklan yang diajukan atau
menguji iklan yang telah dicetak atau ditayankangkan dalam bentuk iklan koran
atau iklan tv jadi. Alasan yang diberikan adalah terbatasnya waktu atau pendanaan
untuk melakukan penelitian. Sejujurnya, ini agak menyedihkan bahwa ongkos
pembuatan kesalahan (contoh, menayangkan iklan yang buruk) jauh lebih besar
daripada ongkos waktu dan uang menguji cetak iklan. Saya akan langsung saja
mengatakan bahwa iklan tidak boleh dipasang di media sebelum melakukan
penelitian ‘cepat dan kotor’, meski penelitian lebih formal diperlukan.
Poin awal kedua yang akan menentukaan tahapan presentasi rinci metode
penelitian pesan iklan kuantitatif ada dalam kutipan berikut:
Pengukuran adalah langkap pertama yang mengarah pada kendali dan pada
akhirnya peningkatan. Jika anda tidak dapat mengukur sesuatu, anda tidak dapat
memahaminya. Jika anda tidak dapat memahaminya, maka anda tidak dapat
46
mengendalikannya. Jika anda tidak dapat mengendalikannya, maka anda tidak
dapat meningkatkannya.
Poin kutipan ini adalah penelitian iklan sangat penting untuk mengukur pengaruh
iklan sehingga perbaikan dapat dilakukan secara berkelanjutan.
Sebenarnya apakah yang diukur oleh penelitian pesan iklan kuantitatif?
Untuk menjawab pertanyaan ini, berguna untuk kembali ke salah satu dasar uji
cetak yang dibahas sebelumnya. Dasar 4 PUCI mengatakan bahwa sistem
pengukuran uji cetak yang baik didasarkan pada model respons manusia pada
komunikasi. Dengan kata lain, sebelum menentukan dengan tepat apa yang akan
diukur, penting untuk mengetahui jenis respons apa yang mampu diakibatkan
sebuah iklan. Pikirkanlah sejenak. Apakah pengaruh dari iklan? Pernahkah anda
memikirkannya? Baiklah, iklan memiliki beragam pengaruh, meliputi: 1)
menciptakan kesadaran merek; 2) mengajarkan bakal konsumen tentang kualitas
dan manfaat suatu merek; 3) membangun hubungan emosional dengan konsumen;
4) mempengaruhi keyakinan terkait pembelian dan mempengaruhi sikap secara
positif (atau negatif) pada merek yang diiklankan; 5) mengubah pilihan individu
dari satu merek ke merek lain, dan; 6) mendorong uji-coba dan tindakan
pembelian berulang.
Iklan memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang dengan beragam
cara. Manajer merek, biro iklan, dan pelaku penelitian dapat mengukur secara
efektif dampak iklan hanya dengan menentukan terlebih dulu pengaruh promosi
iklan yang ingin dicapai. Setelah itu, melakukan penelitian untuk mengukur
apakah prmosi mencapai hasil yang dinginkan atau tidak. Menurut kutipan
tersebut di atas, jika anda tidak dapat mengukur, maka anda tidak dapat
mengendalikannya. Dan jika anda tidak dapat mengendalikannya, maka anda
tidak dapat mempengaruhi.
Untuk enaknya (dan sederhananya), kami akan mengelompokkan
penelitian pesan iklan ke dalam empat kelompok ukuran: 1) pengenalan dan
ingatan, 2) pembangkitan fisiologi, 3) persuasi, dan 4) respons penjualan. Maksud
memberikan contoh sampling teknik pengukuran utama yang digunakan manajer
merek dan biro iklan adalah untuk mengukur keefektifan iklan. Kategori umum
dan ukuran khusus yang ada dalam setiap kategori diringkas dalam tabel 12.1.
47
Singkatnya, ukuran pengenalan dan ingatan menilai apakah iklan telah berhasil
mempengaruhi kesadaran merek dan mempengaruhi pikiran dan perasaan terkait
merek. Ukuran pembangkitan fisiologi memberikan indikator lemah apakah iklan
telah menggugah konsumen secara emosional atau tidak. Akhirnya, ukuran
respons penjualan menentukan secara khusus apakah promosi iklan telah
mempengaruhi pembelian konsumen pada merek yang diiklankan atau tidak.
2.2.7 Ukuran Pengenalan dan Ingatan
Setelah paparan pada iklan, konsumen bisa mengalamai beragam tingkat
kesadaran, yang paling mendasar adalah sekedar meliaht tanpa mengolah unsurunsur khususnya. Namun, pengiklan pengiklan ingin konsumen mengamati
bagian, unsur, atau tampilan khusus iklan dan menghubungkannya dengan merek
yang diiklankan. Pengenalan dan ingatan keduanya mewakili unsur-unsur ingatan
konsumen terhadap informasi iklan, akan tetapi ukuran pengenalan yang dapat
dihubungkan dengan pertanyaan tes pilihan ganda memperoleh tingkat ingatan
yang lebin dangkal daripada ukuran ingatan, yang serupa pada pertanyaan esai.
Juga dinyatakan dari pembahasan tentang ekuitas merek di bab 2 bahwa
pengenalan tingkat kesadaran merek lebih rendah daripada ingatan. Dengan kata
lain, manajer merek ingin konsumen tidak saja mengenali suatu nama merek dan
sifat atau manfaatnya namun juga mengingatnya secara bebas informasi ini dari
ingatan tanpa kunci atau pengingat.
Beberapa firma penelitian iklan memberi pengiklan informasi tentang
seberapa bagus tampilan iklan mereka dalam membangkitkan kesadaran yang
dinilai dengan ukuran pengenalan atau ingatan. Terdapat tiga layanan yang
dijelaskan dalam bagian berikut: Starch Readership Service (pengenalan majalah);
uji Bruzzone (pengenalan televisi), dan uji ingatan setelah satu hari Burke
(ingatan televisi).
2.2.8 Starch Readership Service
Starch Readership Service, jasa pengujian sebuah perusahaan yang bernama
Roper ASW, mengukur tujuan utama iklan majalah – agar dilihat dan dibaca.
Starch mengkaji kesadaran pembaca iklan dalam majalan konsumen dan
penerbitan bisnis. Lebih dari 75,000 iklan diteliti setiap tahun berdasarkan
wawancara dengan 100,000 orang lebih yang melbiatkan lebih dari 140
48
penerbitan. Ukuran sampel mulai dari 100 hingga 150 individu per masalah,
sebagian besar wawancara dilakukan di rumah responden atau, dalam kasus
penerbitan bisnis, di kantor atau tempat-tempat usaha. Wawancara dilakukan
selama awal penerbitan. Setelah periode tunggu setelah munculnya penerbitan
dalam meberi pembaca kesempatan untuk membaca atau memperhatikan
permasalahan, wawancara dimulai dan dilanjutkan selama seminggu penuh (untuk
penerbitan mingguan), dua minggu (untuk dua-mingguan), atau tiga minggu
(untuk penerbitan bulanan).
Pewawancara Starch mencari pembaca yang layak dari setiap isu majalan
yang dikaji. Pembaca yang layak adalah orang yang telah memperhatikan atau
membaca sebagian permasalahan sebelum kunjungan pewawancara dan yang
memenuhi persaratan usia, jenis kelamin, dan pekerjaan untuk majalah tertentu.
Setelah kelayakan ditentukan, pewawancara membuka laman majalah, memberi
pertanyaan tentang iklan yang dikaji. Pertama responden ditanya, “Apakah anda
melihat atau membaca bagian iklan ini?” Jika responden menjawab “ya,” prosedur
pertanyaan yang disarankan diikuti untuk menentukan kesadaran responden
tentang bagian-bagian iklan berbeda (ilustrasi, tajuk berita, dll). Kemudian
responden dikelompokkan dengan pembaca memperhatikan, menghubungkan,
membaca sebagian, atau membaca banyak bagian menurut definisi khusus
berikut:
-
Memperhatikan adalah sejumlah orang yang diwawancarai yang
mengingat telah melihat iklan sebelumnya dalam permasalahan yang
diteliti.
-
Menghubungkan adalah sejumlah orang yang diwawancarai yang tidak
saja memperhatikan iklan namun juga melihat atau membaca sebagian dari
iklan yang menyatakan nama merek atau pengiklan dengan jelas.
-
Membaca sebagian adalah besaran orang yang diwawancarai yang
membaca sebagian cetak iklan.
-
Membaca bagian besar adalah besaran orang yang diwawancarai yang
membaca setengah atau lebih materi tertulis dalam iklan.
Untuk setiap iklan majalah yang masuk dalam analisis Starch, dibuatkan indeks
untuk skor iklan memperhatikan, menghubungkan, membaca sebagian, dan
49
membaca bagian besar. Dua set indkes dibuat: satu indeks membandingkan skor
iklan terhadap skor rata-rata untuk semua iklan dalam permasalahan majalah, dan
kedua (disebut indeks Adnorm) membandingkan skor iklan terhadap iklan lain
dalam kategori produk sama serta ukuran sama (contoh, halaman penuh) dan
klasifikasi warna (contoh, empat warna). Sehingga, iklan yagn mendapatkan nilai
rata-rata menerima indeks 100. Sebagai perbandingan, skor 130 contohnya, berarti
bahwa iklan tersebut bernilai 30 persen diatas iklan serupa, sedangkan skor 70
persen menandakan iklan bernilai 30 persen di bawah iklan serupa.
Gambar 12.1 dan 12.2 mengilustrasikan dua iklan yang dinilai Starch dari
permasalahan majalah Sports Illustrated. Contoh pertama (gambar 12.1) adalah
iklan untuk Kia Sorento yang berisi sejumlah besar cetak badan. Skor Starch
Readership untuk iklan ini menandakan bahwa 39 persen responden ingat pernah
melihat (atau memperhatikan) iklan, 37 persen menghubungkannya, dan 27 persen
membaca sebagian iklan, serta 10 persen membaca bagian besar cetak badan
yang ada dalam iklan ini. (Untuk pembaca yang paham dengan prosedur Sarch,
perhatikan bahwa Starch dulu melekatkan label kuning kecil pada iklan untuk
menandakan persentase ini, namun sekarang tidak; tapi, skor diberikan dalam
laporan terpisah). Ilustrasi kedua (gambar 12.2) adalah untuk minuman keras
tekila Jose Cuervo Espeial, dalam pembahasan bab sebelumnya, menggunakan
penonjolan daya tarik seks untuk menarik perhatian dan mungkin menciptakan
ikatan emosional dengan merek, khususnya dalam pandangan pemirsa Sports
Illustrated yang pembacanya dominan lelaki. Iklan ini hampir tidak memiliki
cetak badan selain tajuk tiga kata (“Kejarlah Mimpi mu.”), skor memperhatikan,
menghubungkan, membaca sebagian, dan membaca bagian bsar iklan lebih tinggi
daripada skor untuk Sorento pada kisaran 58, 54, 39, dan 39 persen. (lihat gambar
dalam Fokus Global untuk komentar menarik tentang perkembangan dalam
pemasaran tekila).
Asumsi dasar prosedur Starch adalah responden mengingat apakah mereka
pernah melihat iklan tersebut dalam permasalahan majalah yang dibahas atau
tidak. Teknik Starch terkadang dikritisi karena disebut penelitian iklan yang palsu
yang menggunakan pra-publikasi atau permasalahan balikan, responden
melaporkan pernah melihat iklan yang belum ditampilkan. Perusahaan yang
50
melakukan kajian Starch, Roper ASW, tidak menganggap kajian tersebut absah
dan mengatakan bahwa kajian palsu tidak pernah mengikuti prosedur tepat untuk
menegaskan permasalahan pada pembaca dan memberikan pertanyaan pada
responden. Penelitian menunjukkan abhwa ketika diwawancarai dengan baik,
sebagian besar responden mengetahui bahwa iklan pernah dilihat atau dibaca
dalam permasalahan terkait dengan tingkat keakuratan tinggi; menurut penelitian
ini, pelaporan keliru tentang pengenalan iklan kecil.
Dikarenakan kelemahan ingatan individu, hampir dipastikan bahwa skor
Starch tidak memberikan persentase pasti namun disimpangkan pada derajat
menurut pelaporan individu bahwa mereka pernah melihat atau membaca iklan
padahal tidak. Sumber potensal penyimpangan ini adalah individu yang
melaporkan mereka belum pernah melihat iklan, padahal faktanya pernah. Namun,
ini bukanlah skor yang penting namun hanya perbandingan antara skor untuk
iklan yagn sama di tempatkan di majalan berbeda atau skor pembanding diantara
iklan berbeda yang ditempatkan pada majalah yang sama. Contoh, Kia Sorento
dalam gambar 12.1 mendapatkan skor indeks (disebut skor indeks Adnorm) 72
(memperhatikan), 74 (menghubungkan), 73 (membaca sebagian), dan 59
(membaca bagian besar). Indeks ini berarti iklan ini 28 persen lebih buruk
daripada rata-rata skor memperhatikan (indeks 100 menyatakan rata-rata performa
iklan; sehingga 100-72 = 28 persen lebih buruk), untuk semua iklan dengan
ukuran dan warna sama dalam permasalahan ini Sports Illustrated, 26 persen lebih
buruk median skor menghubungkan, 27 persen lebih buruk daripada median skor
membaca sebagian, dan 41 persen lebih buruk daripada median skor membaca
bagian besar. Jelas bahwa iklan ini memiliki performa di bawah rata-rata. Sebagai
pembanding, indeks Adnorm untuk tekila Jose Cuervo Especial (gambar 12.2)
adalah 107 (memperhatikan), 108 (menghubungkan), 105 (membaca sebagian),
dan 229 (membaca sebagian besar). Dibandingkan pada iklan yang berukuran
sama, iklan Jose Cuervo di atas rata-rata dalam hal skor memperhatikan,
menghubungkan, dan membaca sebagian namun di bawah rata-rata pada skor
membaca bagian besar. Dikarenakan Starch telah melakukan kajian ini semenjak
1920an dan telah mengumpulkan banyak data basis, atau norma, maka pengiklan
51
dan perencana media dapat membuat keputusan bagus terkait nilai-nilai majalah
berbeda dan keputusan bagus terakit keefektifan suatu iklan.
Uji Bruzzone
Bruzzone Research Company (BRC) memberi para pengiklan tes pengenalan
konsumen pada iklan televisi bersama dengan evaluasi iklan tersebut. Biasanya,
BRC mengirimkan se-set iklan bingkai-foto pada sampel acak rumah tangga dan
mendorong respons dengna memberikan insentif uang. Mulai di akhir 1990an,
pengumpulan data BRC beralih ke Internet dan menghapus penyebaran surat,
karena menguji iklan secara online terbukti lebih efisien, lebih murah, dan samasama absah pada prosedur pengiriman surat.
Dalam prosedur pengujian bakunya, BRC mengirimkan surel 15 iklan
pada sampel pengguna online. Untuk setiap iklan yang diuji, responden kali
pertama melihat pertanyaan ini, “Apakah anda ingat melihat iklan ini di TV?”
Pertanyaan ini diikuti dengan serangkaian enam bagian utama dari iklan dan
skripnya. Dibawah sajian enam gambar adalah tiga pilihan jawaban: “ya” “Tidak”
dan “Tidak Yakin”. Responden yang menjawab “Ya” (bahwa mereka ingat
melihat iklan ini) terus menjawab serangkaian pertanyaan terkait iklan. (Mereka
yang menjawab “Tidak” atau “Tidak Yakin” melopati iklan yang diujikan
selanjutnya). Terpenting, apapun yang mengenali pengiklan (seperti menyebutkan
nama merek dalam skrip) dihapus, sehingga mereka yang memperhatikan iklan
dapat menyatakna apakah mereka mengingat nama merek yang diiklankan. (untuk
demonstrasi
prosedur
uji
online
BRC,
kunjungi
http://www.bruzzone-
research.com/online_demoQ.htm.)
Contoh uji Bruzzone ditunjukkan dalam gambar 12.3. Iklan ini berjudul
“Terima Kasih Serdadu” dan disponsori oleh Anheusur-Bsch – ditayangkan
pertama kali pada pertandingan Super Bowl 2005 dan diuji olhe BRC seetlah laga
bola tersebut. Ulasan enam gambar utama menunjukkan bahwa iklan ini
melibatkan latar bandara dimana penumpang menunggu penerbangan yang
memberikan penghormatan pada serdadu AS yang sedang menuju pesawat.
Setelah menandakan apakah mereka pernah melihat iklan ini atau tidak,
responden selanjutnya diminta untuk menyatakan seberapa tertarik mereka pada
iklan dan apa yang mereka rasakan tentang merek yang diiklankan (Budweiser).
52
Responden juga diminta untuk menjelaskan perasaan mereka dengan mencentang
27 kata sifat, yang menurut mereka, mencirikan iklan – kata-kata seperti menarik,
menawan, meyakinkan, cerdas, dsb. Setelah penilaian ini, responden menyatakan
apakah tepat bagi pengiklan (dalam hal ini Anheuser – Busch) untuk
menayangkan iklan ini. Kemudian mereka menyebutkan seberapa menyukai pada
iklan (dari “Sangat menyukai’ hingga “Sangat tidak menyukai”) dan apakah
mereka inagt merek mana yang diiklankan – Coors, Budweiser, Heineken, atau
“Tidak Tahu.”
Dikarenakan BRC telah melakukan ratusan tes semacam ini (antara tahun
1992 dan 2005 BCR menguji hampir 700 iklan yang ditayangkan di 15 Super
Bowl yang dilagakan selama periode ini), BRC telah memiliki norma untuk ratarata performa iklan terhadap iklan yang baru diuji dapat dibandingkan. Model
Respons Iklan (MRI) BRC menghubungkan respons pada 27 kata sifat terhadap
sikap konsumen pada iklan dan produk yang diiklankan, dan akhirnya pada
keseluruhan pengaruh iklan. Gambar 12.4 menyajikan analisis MRI untuk iklan
“Terima Kasih Serdadu” Anheuser – Busch untuk merek Budweiser.
Terlebih dulu perhatikan pojok kanan atas kode warna untuk analisis ini.
Khususnya kata sifat yang diberi kode kuning menandakan bahwa iklan tampil
lebih baik daripda rata-rata (dibandingkan norma BRC), kata-kata yang diberi
kode biru muda menunjukkan tampilan rata-rata, dan kata sifat yang diberi kode
merah menandakan tampilan di bawah rata-rata. Ulasan gambar 12.4
menunjukkan bahwa iklan Anheuser – Busch dinilai di atas rata-rata berdasarkan
indikator keunikan, kebaruan, kehangatan, daya bujuknya, kredibilitas, nilainya,
dan kejelasannya. Pada saat yang bersamaan, iklan dibawah rata-rata tentang
humor (tidak dimaksudkan untuk lelucon) dan energi (iklan yang ditujukan untuk
menenangkan). Dari kiri ke kanan pada gambar 12.4, dapat dilihat bahwa iklan
ditampilkan pada tingkat rata-rata menurut nilai iklan namun di atas rata-rata
menurut empati dan keterkaitan. Sehingga, iklan dinilai di atas rata-rata menurut
sikpa pada iklan dan sikap pada produk. Intinya, pengaruh keseluruhan iklan ini di
atas rata-rata.
Presiden BRC, Don Bruzzone, menyatakan iklan ini sebagai salah satu
iklan tampilan terbaik yang ditayangkan selama musim Super Bowl 2005,
53
dilekatkan dengan dua iklan lain dalam jumlah konsumen yang mengenalinya,
mengingat mereknya, dan menyukainya. Meski sebagian besar iklan Super Bowl
lebih lucu dan lebih berenergi daripada iklan “Terima Kasih Serdadu” Anheuser –
Buch, hampir tidak ada iklan Super Bowl 2005 memiliki dampak besar pada iklan
yang ditampilkan.
Ringkasnya, pengujian BRC memberikan taksiran absah performa pangsa
pasar nyata yang relatif murah dibandingkan dengan metode uji cetak. Karena uji
Bruzzone tidak dapat dijalankan sampai iklan Tv jadi ditayangkan, ini tidak
memberikan indikasi apakah iklan harus ditayangkan terlebih dulu atau tidak.
Akan tetapi, uji BRC menawarkan informasi penting untuk keefektifan iklan dan
memberikan saran apakah terus ditayangkan atau tidak.
2.2.9 Reaksi Emosional yang Diukur melalui Pembangkitan Fisiologi
Peneliti mengenali bahwa iklan yang mempengaruhi perasaan dan emosi
penerima secara positif sangat berhasil untuk produk dan situasi tertentu.
Penelitian telah menunjukkan bahwa iklan yang lebih disukai – seringkali karena
mereka memicu emosi positif – lebih cenderung diingat dan berpengaruh. Sejalan
dengan tren pada iklan yang lebih ditujukan pada emosi, ada peningkatan dalam
usaha untuk mengukur reaksi perasaan dan emosional konsumen terhadap iklan.
Peneliti iklan telah menggunakan beragam perangkat uji fisiologi untuk mengukur
reaksi ini. Ini meliputi tekni menggunakan galvanometer (yang mengukur kadar
keringat sebagai respons pada pembangkitan emosional) dan uji pupillometrik
(yang mengukur pelebaran pupil).
Untuk menghargai nilai pengukuran fisiologi, perhatikan kasus iklan Jose
Cuervo Especial yang mempromosikan merek yang diiklankan dengan
menempatkannya dalam konteks sepasang kekasih yang berpelukan dengan
tajuknya yang menarik, “Kejar Impian Mu.” Selama menguji iklan ini, sebagian
orang merespon bahwa mereka mendapatinya menarik. Lainnya, ketika ditanya
apa yang mereka pikirkan terhadap iklan, mengatakan bahwa mereka tidak
menyukai iklan karena mereka menganggapnya terlalu bermuatan seksual dan
terlalu bebas. Masih individu lain berpura-pura jengkel (dari apa yang mereka
rasakan sebenarnya) untuk memberi kesan pada pewawancara. Yakni, kelompok
54
terakhir ini sebenarnya menikmati iklan namun menyangkal pertanyaan
pewawancara, sehingga menyembunyikan evaluasi sebenarnya. Di sini ukuran
pembangkitan fisiologi memiliki peranan penting dalam penelitian iklan – untuk
mencegah pemantauan perasaan diri dan simpangan respons pada ukuran standar
kertas dan pensil.
2.2.10 Galvanometer
Galvanometer (juga disebut dengan psiko-galvanometer) adalah alat untuk
mengukur respons kulit galvanik, atau RKG (Galvanik merujuk pada listrik yang
dihasilkan oleh reaksi kimia). Ketika sistem saraf otonom konsumen diaktifkan
dengan sebagian unsur dalam iklan, respons fisik terjadi dalam kelenjar keringat
yang terletak di telapak dan jari tangan. Kelenjar ini terbuka bergantung pada
intensitas pembangkitan, dan resistansi kulit turun ketika kelenjar keringat
membuka. Dengan mengirimkan arus listrik sangat halus melalui satu jari dan
meletakkannya di bagian lain serta menempatkan rangkaian melalui instrumen
yang disebut galvanometer, penguji mampu mengukur kadar dan frekuensi
bagaimana iklan mengaktifkan respons emosional. Galvanometer menilai secara
tidak lagnsung kadar respons emosional pada iklan dengan mengukur sejumlah
kecil keringat.
Terdapat bukti yang menyatakan bahwa respons kulit galvanik merupakan
indikator valid besaran kehangatan yang ditimbulkan oleh iklan. Banyak
perusahaan mendapati bahwa galvanometer adalah alat berguna untuk menilai
potensi keefektifan iklan, pesan surat langsung, cetak kemasan, dan pesan-pesan
Marcom lainnya. Praktisi penelitian iklan yang menggunakan galvanometer
mengatakan bahwa ini merupakan prakira valid dari kemampuan iklan untuk
memotivasi tindakan pembelian konsumen. Memang, mengenal kemampuan
galvanometer untuk menunjukkan bagian-bagian motivasi iklan, praktisi merujuk
pada penelitian RKG sebagai Metode Respons Motivasi, atau MRM.
2.2.11 Pupilometer
Uji pupilometrik dalam iklan dilakukan dengan mengukur pelebaran pupil
responden ketika mereka menonton iklan televisi atau terfokus pada iklan cetak.
55
Kepala responden dalam posisi diam untuk melakukan pengukuran elektronik
berkelanjutan perubahan respons gerak pupil. Resopns pada unsur khusus dalam
iklan digunakan untuk menyatakan reaksi positif (dalam kasus pelebaran lebih
besar) atau reaksi negatif (pelebaran relatif kecil). Meski tidak diterima, ini
merupakan bukti ilmiah semenjak akhir 1960an untuk menandakan bahwa
respons gerak pupil terkait dengan pembangkitan pada rangsang dan pada rasa
suka dan tidak suka.
2.2.12 Metode-Metode Persuasi
Metode-metode persuasi digunakan ketika tujuan iklan adalah untuk
mempengaruhi sikap konsumen terhadap dan pilihan terhadap merek yang
diiklankan. Firma yang menjalankan jenis penelitian ini meliputi, diantaranya
Ipsos-ASI dan rsc. Bagian berikut menjabarkan metode yang dijelaskan secara
rinci. Pembahasan lebih lanjut diberikan pada prosedur penelitian iklan yang
kedua karena rsc melakukan pekerjaan luar biasa dalam mendokumentasikan
layanan iklannya. (secara tidak sengaja, ini bisa terjadi pada anda dimana
perusahaan-perusahaan dalam bisnis penelitian iklan memiliki nama-nama
janggal. Sebenarnya, nama-nama ini tidak lebih asing daripada nama-nama
perusahaan terkenal seperti IBM atau AT&T.
2.2.13 Metode Next*TV Ipsos-ASI
Ipsos adalah perusahaan Prancis yang membeli ASI Market Research,
sebuah perusahaan Amerika pada tahun 1988. Firma internasional ini (yang
menjadi Ipsos-ASI, merupakan Perusahaan Penelitian Iklan) menjalankan
beragam bentuk penelitian iklan di lebih dari 50 negara. Salah satu layanan
penelitian iklan paling penting adalah metode Next*TV. Metode ini menguji iklan
televisi di rumah-rumah konsumen. Berikut adalah prosedur kerjanya:
1. Perusahaan merekrut konsumen dengan memberitahu mereka bahwa tugas
mereka,
jika
mereka
setuju
untuk
berpartisipasi
adalah
untuk
mengevaluasi program televisi. Ini sebenarnya merupakan topeng karena
tujuan sebenarnya penelitian adalah mengevaluasi respons konsumen pada
iklan yang dilekatkan pada program TV.
56
2. Perusahaan mengirimkan surat pada sampel konsumen nasional sebuah
rekaman video yang berisi program TV berdurasi 30 menit (seperti komedi
situasi) dan disitu dilekatkan iklan televisi. Prosedur ini pada dasarnya
mengulang konteks menonton waktu tayang-utama sebenarnya.
3. Konsumen diminta untuk menonton program (dan, secara tersirat, iklan
yang dilekatkan) dari rekaman video. Konteks menonton adalah kegiatan
menonton aktual dan di dalam rumah, sama seperti konsumen melihat
iklan televisi dalam kondisi menonton alami.
4. Satu hari seetelah menonton program TV yang direkam (dan iklan),
pegawai Ipsos-ASI menghubungi konsumen yang diambil sampel dan
mengukur reaksi mereka pada program tv (sejalan dengan topeng aslinya)
dan pada iklan yang merupakan tujuan utama.
5. Ipsos-ASI kemudian mengukur ingatan pesan dan persuasi. Persuasi
diukur dengan menilai sikap konsumen terhadap merek yang diiklankan,
perubahan pada pilihan merek, dan maksud pembelian terkait merek dan
frekuensi pembelian.
Next*TV dari Ipsos-ASI mempergunakan metodologi dasar sama di seluruh
dunia. Metodologi rekaman video di rumah memberikan banyak keuntungan.
1) paparan di rumah memungkinkan untuk mengukur keefektifan iklan dalam
lingkungan alami.
2) dengan melekatkan iklan uji dalam konten pemrograman aktual bersama
dengan iklan lain, memungkinkan untuk menilai kemampuan iklan TV
untuk memilah kekusutan, mendapatkan perhatian penonton, dan
mempengaruhi daya ingat dan daya bujuk pesan.
3) dengan mengukur ingatan satu hari setelah paparan, Ipsos-ASI dapat
menentukan seberapa bagus iklan yang diuji diingat setelah periode tunda
ini.
4) teknologi rekaman video memungkinkan penggunaan sampling nasional
yang mewakili. Terakhir, dengan memberikan beberapa ukuran persuasi
alternatif, metode Next*TV memungkinkan manajer merek dan biro
iklannya memilih metode yang paling baik memenuhi kebutuhan mereka.
57
2.2.14 Metode Persuasi SPI
Research Systems Company (disingkat rsc) merupakan salah satu
penyuplai penelitian pengujian pesan paling aktif. Perusahaan ini menguji
proposisi penjualan individu serta seluruh iklan televisi. Iklan yang diuji pada
beragam tahap penyelesaian mulai dari potongan kasar (contoh, animatik atau
fotomatik) hingga bentuk jadi. Prosedur pengujian rsc disebut metode Persuasi
SPI, dimana SPI artinya Sistem Penelitian Iklan. Prosedur pengujian SPI adalah
sebagai berikut:
Iklan ditampilkan dalam sesi uji SPI reguler pada (800 hingga 1,000) lelaki dan
wanita (usia 16+) diambil secara acak dari (delapan) daerah metropolitan dan
diundang untuk mengulas materi televisi biasa. Setiap iklan uji dan iklan lain
yang tidak terkait disisipkan pada program televisi. Dalam lokasi pusat,
pengukuran Persuasi SPI dilakukan dengan memperoleh pilihan merek sebelum
dan sesudah paparan pada program televisi. Metode Persuasi SPI adalah persen
responden yang memilih produk uji terhadap pesaing setelah paparan pada
materi TV dikurangi persen memilih produk uji sebelum paparan.
Dengan kata lain, metode persuasi SPI pertama meminta responden
menyatakan merek mana yang mereka sukai untuk menerima beragam kategori
produk. Jika nama mereka dipilih dalam satu ambilan memenangkan ‘sekaleng’
barang bebas (pra-ukuran). Diantara daftar produk dan barang adalah ‘merek
target’ yang tidak diketahui responden, kemudian mereka dipaparkan pada iklan
yang sedang diuji. Setelah paparan pada program televisi, dimana didalamnya
dilekatkan iklan uji, resonden sekali lagi menyatakan merek mana yang akan
mereka pilih apabila nama mereka terpiih dalam satu ambilan (paska-ukuran).
Skor Persuasi SPI mewakili persentase paska-ukuran responden yang memilih
merek target dikurangi persentase pra-ukuran yang memilih merek tersebut (lihat
persamaan berikut). Skor positif menandakan bahwa iklan uji telah mengubah
pilihan terhadap merek target dan pilihan merek yang dikuatkan diantara prapemilih.
Skor Persuasi SPI = paska % untuk merek target – Pra % untuk merek target
58
Research Systems Corporation telah menguji lebih dari 30,000 iklan dalam
30 tahun, dan dari uji ini perusahaan ini mampu menegaskan bahwa skor Persuasi
SPInya memperkirakan besaran performa penjualan sebenarnya ketika iklan
ditayangkan. Yakni, iklan berskor lebih tinggi menghasilkan volume penjualan
lebih besar dan capaian pangsa pasar lebih luas.
2.2.15 Metode Respons Penjualan (Sistem Sumber Tunggal)
Menentukan dampak iklan pada penjualan – seperti dibahas dalam Bab 2,
6, dan 9 – merupakan tugas paling sulit. Namun, prosedur penelitian sekarang
tersedia – khususnya dalam kasus produk barang kemasan konsumen (BKK) yang
tersedia di supermarket, toko obat, dan toko barang massal – yang mampu menilai
pengaruh promosi iklan pada penjualan merek. (Perhatikan bahwa pembahasan
akan dibatasi pada iklan, namun penyedia utama sistem sumber tunggal yang
dibahas dalam bagian ini juga menawarkan prosedur untuk menguji pengaruh
pembangkitan penjualan variabel lain bauran pemasaran seperti promosi
penjualan dan bahan pembelian langsung)
Disebut dengan sistem sumber tunggal (SST) telah berkembang dalam
mengukur pengaruh iklan pada penjualan. SST memungkinkan dengan
kemunculan tiga perkembangan teknologi: 1) meter televisi elektronik, 2)
pemindai laser optik kode produk universal (simbol-simbol UPC), dan 3)
teknologi kabel-pisah. Sistem sumber tunggal mengumpulkan data pembelian dari
panel rumah tangga dengan menggunakan peralatan pemindai optik dan
menggabungknanya dengan karakteristik demografi rumah tangga dan, paling
penting, dengan informasi tentang variabel pemasaran sebab-akibat, sperti iklan
yang mempengaruhi pembelian rimah tangga. Bagian berikut memaparkan dua
sistem sumber tunggal utama: ACNielsen’s ScanTrack dan IRI’s BehaviorSan.
2.2.16 ACNielsen’s ScanTrack
Terdapat dua sifat paling menarik dari prosedur pengumpulan data
ScanTrack. Pertama dan paling penting, Scantrack mengumpulkan data pembelian
dengan meminta ratusan panel rumah tangga menggunakan mesin pemindai
59
pegang. Alat pemindai ini ditempatkan di panel rumah anggota, biasanya,
diletakkan di dapur atau dinding ruang penyimpanan. Setelah kembali dari
berbelanja, panelis ScanTrack diarahkan untuk merekam pembelian dari setiap
produks yang memiilki kode balok yang dibeli tanpa memandang dimana mereka
membeli – apakah itu rantai grosir utama, toserba mandiri, pusat stok, atau grosir.
Ciri pembeda kedua ScanTrack adalah anggota panel juga menggunakan
alat pemindai pegang untuk memasukkan kupon yang digunakan dan untuk
merekam
semua
transaksi
toko
dan
bagian-bagian
dalam
toko
yang
mempengaruhi keputusan pembelian mereka. Setiap anggota panel mengirimkan
data pembelian dan data lain ke Nielsen setiap minggu dengan menghubungi
telpon bebas pulsa dan memegang alat pemindai pada telepon, yang merekam data
melalui rangkaian bip elektronik. ACNielsen’s Scantrack memberi pengiklan dan
bironya informasi berguna tentang pengaruh iklan jangka pendek dan panjang.
2.2.17 IRI’s BehaviorScan
Information Resources Inc. (IRI) mempelopori pengumpulan data sumber
tunggal ketika perusahaan ini memperkenalkan layanan BehaviorScan satu
generasi lalu. IRI menjalankan panel rumah tangga BehaviorScan di lima pasar
seluruh Amerika Serikat: Pittsfield, Masschusetts; Eau Claire, Wisconsin; Cedar
Rapids, Iowa; Midland, Texas; dan Grand Junction, Colorado. (IRI juga memiliki
panel BehaviorScan di banyak negara lain). Kota-kota kecil ini dipilih karena
mereka ditempatkan cukup jauh dari stasiun televisi dimana warga harus
bergantung pada TV Kabel dalam menerima penangkapan yang baik. Lebih lanjut,
toko kelontong dan toko obat di kota ini disaranai dengan piranti pemindai optik
yang membaca simbol UPC dari kemasan dan sehingga merekam dengan tepat
kategori produk dan panel rumah tangga merek yang dibeli.
Dalam setiap pasar, sekitar 3,000 rumah tangga direkrut untuk
berpartisipasi dalam panel BehaviorScan, dan sekitar sepertiga rumah tangga ini
disaranai dengan meter elektronik yang dilekatkan pada pesawat Tv. Anggota
panel layak mendapatkan penarikan hadiah sebagai upah atas partisipasinya.
Dikarenakan setiap rumah tangga BehaviorScan memiliki kartu identitas yang
ditunjukkan di pintu keluar toko kelontong pada setiap kali belanja, IRI tahu
60
dengan tepat barang apa yang dibeli rumah tangga dengan menghubungkan
pembelian yang dipindai secara optik dengan nomor ID. (Mulai tahun 2002, IRI
juga mulai menyuplai anggota panel dengan alat pindai pegang untuk merekam
pembelian di toko selain toko kelontong tradisional, seperti toko grosir, dan pusat
perbelanjaan. Ini memungkinkan prosedur IRI’s BehaviorScan dalam memberikan
cakupan toko eceran, seperti halnya metode ACNelsen’s ScanTrack). Anggota
panel juga memberi IRI informasi demografi rinci, seperti ukuran keluarga,
tingkat pendapatan, jumlah televisi yang dimiliki, jenis koran dan majalah yang
dibaca, dan siapa yang ada di rumah tangga paling sering belanja. (Perhatikan
bahwa prosedur ACNelsen’s ScanTrack juga mengumpulkan jenis informasi ini).
IRI kemudian menggabungkan semua data ini ke dalam sumber tunggal dan
menentukan rumah tangga mana membeli produk dan merek apa serta seberapa
terbuka mereka pada iklan dan variabel penyebab pembelian lain. Sehingga, data
sumber tunggal terdiri dari:
1) informasi demografi rumah tangga;
2) tindak pembelian rumah tangga; dan
3) paparan rumah tangga pada (secara teknis, peluang untuk melihat, atau
OTS) iklan televisi baru yang diuji di dunia nyata, atau kondisi uji dalam
pasar.
Ketersediaan Tv kabel memungkinkan IRI (bekerjasama dengan
perusahaan kabel dan pengikaln) untuk menyisipkan sinyal kabel sebelum
mencapai rumah tangga, memecah sinyal, dan mengirimkan iklan berbeda pada
dua panel rumah tangga (uji vs kontrol). Sehingga, bagian kabel-pisah dan data
pembelian pindai optik memungkinkan IRI mengetahui iklan mana yang mampu
dilihat setiap rumah tangga dan berapa banyak merek yang diiklankan dibeli
rumah tangga.
2.2.18 Uji Bobot vs Uji Cetak
Prosedur IRI’s BehaviorScan memungkinkan pengujian keefektifan iklan
televisi. Dua jenis tes ditawarkan: uji bobot dan uji cetak. Dalam kedua jenis tes,
sebuah iklan uji ditayangkan dalam dua pasar BehaviorScan hingga satu tahun
penuh. Dengan uji bobot, panel rumah tangga dibagi menjadi kelompok uji dan
61
kelompok kontrol. Iklan serupa dikirimkan pada kedua kelompok, namun jumlah
poin peringkat kasar (PPK) atau bobot berbeda antara kelompok selama rentang
periode uji. Adanya perbedaan antara tindak pembelian kolektif kelompok untuk
merek yang diuji dapat dilekatkan pada selisih bobot iklan antara dua kelompok.
Bentuk kedua pengujian, uji cetak mempertahankan besaran bobot konstan
namun berbeada diantara isi iklan. Yakni, kelompok uji dipaparkan pada iklan
baru selama periodi pengujian, sedangkan kelompok kontrol memiliki kesempatan
untuk melihat pengumuman layanan publik (PLP) atau iklan lama untuk merek
yang sama disisipkan di tempat iklan baru. Tanpa melihat jenis uji,
mengumpulkan data pembelian lintas rumah tangga dalam setiap dua kelompok
menyederhanakan penentuan apakah perbeadan dalam cetak iklan atau bobot
menghasilkan perbedaan dalam tindak pembelian.
2.2.19 Prosedur Pengujian
Untuk
memahami
lebih
baik
bagaimana
data
sumber
tunggal
BehaviorScan dapat digunakan untuk menunjukkan hubungan antara iklan dan
aktivitas penjualan, perhatikan situasi dimana produsen makanan ringan baru
tertarik dalam menguji keefektifan iklan televisi yang mempromosikan merek ini.
BehaviorScan akan melakukan berikut ini:
1) memilih dua pasar untuk melakukan uji (mungkin Midland, Texas dan
Grand Junction, Colorado),
2) mengumpulkan merek produsen di semua toko kelontong dan mungkin
toko obat yang berada di pasar ini;
3) menyiarkan secara selektif iklan baru untuk merek yang menggunakan
televisi kabel pisah khusus sehingga setengah dari anggota panel dalam
setiap pasar dipaparkan pada iklan baru atau PLP;
4) merekam secara elektronik (melalui alat pindai optik) pembelian bahan
pangan yang dilakukan oleh semua anggota panel; dan
5) membandingakn tindak pembelian dua kelompok anggota panel yang
dipaparkan pada iklan baru vs PLP.
Jika iklan efektif, proporsi lebih besar anggota panel yang
dipaparkan pada iklan uji seharusnya membeli barang yang dipromosikan
62
dibandingkan yang hanya dipaparkan pada PLP. Persentase anggota panel yang
melakukan tindak pembelian ujicoba menandakan keefektifan iklan televisi baru,
dan persentase yang menjadikan pembelian berulang akan menandakan seberapa
besar iklan disukai.
2.2.20 Beberapa Kesimpulan Besar tentang Iklan Televisi
Bagian sebelumnya telah membahas beragam ukuran keefektifan iklan,
meliputi Metode Persuasi SPI dan sistem sumber tunggal untuk menilai
keefektifan penjualan iklan TV (ScanTrack dan BehaviorScan). Uji luas yang
dilakukan oleh rsc berperan penting dalam meningkatkan pemahaman kami
tentang kelebihan dan kelemahan iklan televisi. Bukti penelitian disampaikan oleh
rsc dengan dukungan dari lingkaran akademis pada bahasan ini.
Empat kesimpulan utama dapat ditarik dari penelitian rsc yang
menggunakan metode Persuasi SPI dengan menimbang iklan televisi untuk
meningkatkan performa penjualan merek:
1) cetak iklan harus khas;
2) bobot iklan tanpa daya bujuk tidak sesuai;
3) daya jual iklan mereda menurut waktu, dan
4) iklan berfungsi dengan cepat jika mengerjakan semuanya.
Kesimpulan 1 – Semua Iklan Tidak Diciptakan Sama: Cetak Iklan Harus
Khas
Apakah yang dimaksud cetak iklan khas? Penelitian oleh rsc telah
menunjukkan bahwa iklan memiliki proposisi penjualan kuat adalah khas dan
cenderung memperoleh skor Persuasi SPI lebih tinggi. Apakah yang menentukan
suatu iklan memiliki proposisi penjualan kuat? Penelitian menyatakan bahwa
adanya informasi pembeda terkait merek baru atau ciri baru dari suatu merek lama
memberikan proposisi penjualan lebih tinggi daripada skor tinggi. Meski iklan
untuk merek baru dan iklan dengan bagian baru lebih persuasif di atas rata-rata,
iklan untuk merek yang lama juga dapat menjadi sangat persuasif melalui
diferensiasi merek – yakni, dengan membedakan merek yang diiklankan dari
penawaran pesaing dan memberi konsumen alasan khas untuk membelinya. Versi
63
bingkai-foto iklan televisi sikat gigi Mentadent ProCare (gambar 12.5)
menggambarkan iklan yang memperoleh skor Persuasi SPI tinggi dari 11.2 karena
iklan berisi proposisi penjualan kuat bahwa sikat gigi memiliki pegangan lentur
yang memungkinkan penggosokan gigi yang lembut.
Pembahasan sebelumnya telah menggambarkan prinsip iklan utama: iklan
efektif haruslah persuasif dan khas, atau iklan harus memiliki proposisi penjualan
kuat. Penghargaan poin ini membutuhkan pengujian iklan yang diajukan sebelum
memberikan media uang pada penayangan atau pencetakan. Seperti orang tua
yang menasihati anaknya ‘untuk menengok kiri-kanan sebelum menyeberang
jalan,’ desakan serupa dapat dilakukan pada pengiklan ketika membentuk pesan
iklan: “Ujilah sebelum anda menayangkan atau mencetak!” sejujurnya, sangat
beresiko menanamkan uang pada promosi media tnapa terlebih dulu memastikan
bahwa pesan iklan mampu mengubah pilihan merek pada merek yang diiklankan.
Untuk alasan inilah pengiklan cerdas harus selalu menguji terlebih dulu iklan
yang diajukan sebelum pencetakan atau penayangan.
Kesimpulan 2 – Lebih Besar Tidak Mesti Lebih Baik: Bobot Tidaklah Cukup
Dengan latar ini, kami sekarang memperhatikan kesimpulan penting kedua
tentang keefektifan iklan – yakni, besaran bobot iklan dalam suatu merek tidak
dengan sendirinya memberikan prakira baik performa penjualan. Dengan kata
lain, meningkatkan bobot iklan tidak seara langsung berubah menjadi performa
merek lebih baik. Cetak iklan, juga harus khas dan persuasif (seperti yang
dinyatakan sebelumnya) agar iklan memiliki dampak positif pada penjualan iklan
dan pangsa pasar. Seorang praktisi iklan mungkin menganggap terbaik saat
menyatakan bahwa ‘penayangan iklan tidak efektif seperti di belakang layar; ini
mahal.’ Tidak dapat diberikan penekanan lebih bahwa iklan tidak persuasif dan
tidak kahas tidak layak tayang atau cetak.
Keseimpulan ini mereima dukungan dari penelitian terbaru yang
menganalisis banyak uji didasarkan pada data sumber tunggal BehaviorScan.
Seorang peneliti iklan terkenal dan rekan menentukan bahwa ketika iklan tidak
persuasif, tidak ada kecenderungan pencapaian volume penjualan meningkat
meski menggandakan bobot iklan tv.
64
Kejelasan bobot iklan dan penjualan dinyatakan dalam tabel 12.5. Hasil
yang disajikan dalam tabel ini didasarkan pada penelitian dengan menggunakan
data sumber tunggal untuk beragam merek CPG. Data dalam tabel 12.5 berasal
dari uji bobot dimana dua panel rumahtangga memiliki kesempatan untuk melihat
iklan serupa untuk suatu merek, namun besaran pengeluaran, atau bobot, berbeda
antara dua panel. Pembelian rumah tangga berikutnya dari merek yang diiklankan
kemudian dibandingkan berdasarkan data pembelian yang diperoleh melalui
perangkat pemindaian optik di toko kelontong.
Tabel 12.5 menyajikan data dari 20 uji bobot, masing-masing melibatkan
kajian pangsa pasar aktual pengaruh iklan pada penjualan produk pangan
bermerek. Dalam setiap uji, terdapat dua bagian utama usaha iklan. Pertama
adalah besaran PPK, atau bobot, yang digunakan untuk mempromosikan merek;
dalam tabel 12.5 ini dinyatakan dengan selisih bobot antara dua panel
rumahtangga (menurut PPK) ditayankan selama periode uji pada kedua kelompok
rumah tangga. Bagian iklan utama kedua adalah skor Persuasi PSI bahwa iklan uji
diperoleh dalam setiap tes. Skor ini menjangkau dari rendah – 1.3 (uji 1) hingga
tinggi 9.3 (uji 20). Akhirnya, untuk setiap uji yang dilaporkan, kolom terakhir
menandakan apakah selisi penjualan siknifikan secara statistik terjadi antara dua
panel.
Kesimpulan 3 – Semua yang Bagus Harus Berakhir: Iklan Pada Akhirnya
Memudar
Pelajaran penting lain yang diambil dari presentasi sebelumnya tentang
kasus V8 Campbell, serta dukungan bukti lain, adalah iklan pada akhirnya
memudar dan harus disegarkan secara berkala untuk mempertahankan atau
meningkatkan penjualan merek. Penelitian dalam masyarakat akademis serta oleh
praktisi telah menunjukkan secara meyakinkan bahwa iklan merek menurun
menurut waktu. Ini disebut memudar, akibatnya adalah berkurangnya keefektifan
iklan ketika PPK terakumulasi menurut waktu. Menariknya, merek-merek yang
dikenal (yakni, konsumen memiliki pengalaman penggunaan langsung atau telah
mempelajari tentang merek melalui informasi dari pesan-pesan Marcom)
ditunjukkan memudar secara perlahan daripada merek yang tidak dikenal. Ini
65
menyatakan bahwa merek yang lebih kuat – yakni merek dengan ekuitas lebih
besar (lihat bahasan dalam bab 2) – dapat terus menggunakan alasan kreatif untuk
periode waktu lebih lama, tidak perlu menyegarkan iklan terlalu sering, dan
mendaptkan tembakan lebih besar untuk perolehan iklan. Pepatah lama
mengatakan bahwa, “pengetahuan menciptakan pengetahuan’ memiliki kemiripan
dengan ‘keberhasilan menciptakan keberhasilan’ – yakni, merek dikenal yang
memiliki ekuitas merek lebih besar menikmati peningkatan keefektifan Marcom
dengan menunda permulaan pemudaran iklan.
Pelajaran yang diperoleh dari kesimpulan 3 adalah penting untuk menguji
kembali iklan secara berkala (contoh, menggunakan metode Persuasi SPI) untuk
menentukan seberapa besar daya bujuk tetap ada dalam iklan. Ketika daya bujuk
turun menjadi 3.0 hingga 3.9 atau bahkan lebih rendah (lihat tabel 12.3),
kemungkinan ini saatnya menggantikan iklan dengan iklan baru atau suntingan
iklan.
Kesimpulan 4 – Jangan Keras Kepala: Iklan Berfungsi dengan Cepat atau
Tidak Sama Sekali
Karena sulitnya menentukan dengan tepat pengaruh iklan pada penjualan,
dalam banyak kasus pengiklan memulai kampanye iklan dan kemudian bertahan
selama beberapa bulan. Meski tidak ada bukti awal bahwa iklan menggerakkan
angka penjualan, ada kecenderungan diantara sebagian pengiklan ‘untuk
menggantungnya,’ berharap bahwa paparan berulang (peningkatan bobot) iklan
pada akhirnya mendaptkan hasil positif. Pemikiran seperti “Janganlah
menurunkan kampanye terlalu cepat” atau “Kita hanya harus sabar” seriklai
diterapkan untuk menahan kampanye iklan yang diragukan.
Pandangan pada permasalahan berapa lama seorang pengiklan harus tetap
bertahan dengan suatu kampanye iklan bisa dilihat dari temuan-temuan yang
dibahas sebelumnya dari rangkaian 23 uji BehaviorScan Frito-Lay. Meski tidak
jelas dalam tabel 12.4, hasil keempat dari uji BehaviorScan Frito-Lay bahwa 12
(dari 23) kasus dimana iklan untuk merek Frito-Lay mendorong peningkatan
penjualan siknifikan, pengaruhnya terjadi dalam enam bulan pertama. Yang lebih
66
mencengangkan, 11 dari 12 uji dengan capaian penjualan siknifikan, peningkatan
penjualan terjadi dalam tiga bulan pertama!
Pelajaran yang dapat diambil dari kesimpulan terakhir ini adalah meski
ada nilai untuk sabar, ada perbedaan antara sabar dan keras kepala. Terkadang
pengiklan harus menerima fakta bahwa kampanye iklan tidak mendorong
peningkatan penjualan. Konsep ekonomi biaya benaman relevan dalam konteks
ini. Khususnya, konsep tersebut memberitahu kita bahwa keputusan tidak
dilakukan menurut pengeluaran terdahulu namun harus melihat prospek ke depan.
Biaya benaman di masa lalu tidak dapat menentukan kelangsungan dengan
sesuatu yang tidak menghasilkan capaian penjualan. Pembuat keputusan bijak
harus siap menjauh dari kesalahan masa lalu (seperti kampanye iklan bodoh),
terima kenyataan bahwa pengeluaran masa lalu tebrenam, usahakan tidak
mengulang kesalahan yang sama di masa datang, dan raihlah pendapatan yang
bagus!
67
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Pada bab 11 “memilah pesan menarik dan memilih pesohor” kita dapat
mengetahui beberapa pendekatan yang digunakan dalam menciptakan pesanpesan iklan yang dapat memotivasi,meningkatkan pengolahan kesempatan dan
kemampuan secra benar. Kemudian mengulas banyaknya penggunaan pesohor
dalam iklan mulai dari penggunaan selebriti atau orang biasa yang ditentukan dari
seorang pemasar. Kita sebagai pemasar diharapkan dapat mengkaji lima jenis
pesan yang harus ada dalam periklanan. Untuk bab 12 “penelitian iklan” kita
sebagai pemasar untuk meneliti apakah iklan yang diajukan memiliki peluang
berhasil sebelum mengeluarkan uang dalam iklan cetak atau televisi. Dengan kata
lain, sangat tidak tepat menganggap bahwa iklan yang diajukan akan berhasil
tanpa adanya bukti berbasis penelitian. mengharuskan iklan diuji sebelum
dipasang di media dan sekali lagi selama atau setelah periode iklan dicetak atau
ditayangkan. Sehingga kita harus mampu melakukan penelitian apakah iklan yang
dibuat mampu diterima oleh paar.
68
Download