Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang meliputi indikator angka harapan hidup, angka kematian, angka kesakitan, dan status gizi. Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Dinas kesehatan Kabupaten Bone Bolango memprioritaskan pelayanan kesehatan ibu dan anak, pelayanan kesehatan masyarakat miskin, pendayagunaan tenaga kesehatan, penanggulangan penyakit menular, penanggulangan gizi buruk serta ketersediaan sarana dan prasarana yang memudahkan jangkauan pelayanan kesehatan bagi masyarakat terutama daerah terpencil. Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango tahun 2011 berupaya untuk menggambarkan secara umum tentang kondisi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan dan faktor-faktor terkait lainnya. Adapun data-data tersebut dianalisis dengan analisis sederhana dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. Dengan demikian jelas bahwa tujuan diterbitkannya Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 ini adalah dalam rangka menyediakan sarana untuk perencanaan, pemantauan dan mengevaluasi pencapaian pembangunan kesehatan di Kabupaten Bone Bolango tahun 2011 yang mengacu kepada Visi Kabupaten Bone Bolango serta pembinaan dan pengawasan terhadap Puskesmas – Puskesmas binaan dalam pencapaian Visi Kabupaten Bone Bolango Sehat. 1 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 1.2 SISTEMATIKA PENYAJIAN Sistematika penyajian Profil Kesehatan sebagai berikut : Bab-I : Pendahuluan Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan Profil Kesehatan dan sistematika dari penyajiannya. Bab-II : Gambaran Umum Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten Bone Bolango. Selain uraian tentang letak geografis, administratif dan informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lainnya misal kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan lingkungan. Bab-III : Situasi Derajat Kesehatan Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan, dan angka status gizi masyarakat. Bab-IV : Situasi Upaya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh Kabupaten Bone Bolango. Bab-V : Situasi Sumber Daya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya. 2 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 Bab-VI : Kesimpulan Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango di tahun 2010. Selain keberhasilan-keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Lampiran Pada lampiran ini berisi resume/angka pencapaian Kabupaten Bone Bolango dan 63 tabel data yang merupakan gabungan Tabel Indikator Kabupaten sehat dan Indikator pencapaian kinerja Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan. 3 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. KEADAAN GEOGRAFI Letak Kabupaten Bone Bolango secara geografis berbatasan langsung dengan Kabupaten Bolaang Mongondow (Sulawesi Utara) dan Kecamatan Atinggola di sebelah utara. Sementara di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bolaang Mongondow, di sebelah selatan berbatasan dengan Kota Gorontalo dan di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Telaga, Kota Selatan dan Kota Utara. Bone Bolango Dalam Angka 2011 menunjukan bahwa Kabupaten Bone Bolango memiliki luas wilayah sebesar 1.985 km2 atau 16,24% dari total luas Provinsi Gorontalo. Kecamatan dengan luas paling besar adalah Kecamatan Suwawa Timur dengan luas 489.20 km2 atau mencapai 24.65% dari luas wilayah Kabupaten Bone Bolango, sedangkan luas daerah yang terkecil adalah kecamatan Bulango Selatan yang hanya memiliki luas 9.87 % atau 0,50% dari luas wilayah Kabupaten Bone Bolango. Adanya pemekaran wilayah yang dilakukan hingga akhir tahun 2011 maka Kabupaten Bone Bolango telah memiliki 18 Kecamatan dan 163 desa/kelurahan (BPS Kabupaten Bone Bolango). Berdasarkan ketinggiannya dari permukaan laut Kabupaten Bone Bolango sebagian besar daerahnya berada di ketinggian 100 – 500 meter dari permukaan laut yakni sebesar 48,65% dan 9,09% berada di atas ketinggian 1000 meter dari permukaan laut. 4 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 Sumber : BPS Kab. Bone Bolango (Bone Bolango dalam Angka 2011) 2.2. KEADAAN PENDUDUK Jumlah penduduk hasil Sensus Penduduk 2011 di kabupaten Bone Bolango sebanyak 141.915 jiwa yang terdiri atas 71.145 laki-laki dan 70.770 perempuan. Kecamatan Kabila merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu 21.004 jiwa, sedangkan yang paling sedikit adalah Kecamatan Bulango Ulu yakni hanya 3.612 jiwa. Jika dilihat laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bone Bolango adalah sebesar 2,14 % pertahun. Kecamatan yang paling tinggi laju pertumbuhan penduduknya adalah Kecamatan Suwawa yakni sebesar 2,63 %, sedangkan kecamatan yang paling rendah laju pertumbuhan penduduknya adalah Kecamatan Bulawa yakni sebesar 1,01 %. Tingginya laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan Suwawa disebabkan karena Kecamatan Suwawa merupakan ibukota Kabupaten Bone Bolango yang merupakan pusat kegiatan sosial ekonomi masyarakat Bone Bolango. Sedangkan Kecamatan Bulawa dengan laju pertumbuhan penduduk yang paling rendah disebabkan Kecamatan Bulawa merupakan kecamatan baru hasil pemekaran yang awalnya hanya dua desa, yaitu Desa Kaidundu dan Desa Mamungaa. 5 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 2.2.1. Kepadatan Penduduk Tabel 1. Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Kecamatan Kepadatan Penduduk Tapa Bulango Utara Bulango Selatan Bulango Timur Bulango Ulu Kabila Botupingge Tilongkabila Suwawa Suwawa Selatan Suwawa Timur Suwawa Tengah Bonepantai Kabila Bone Bone Raya Bone Bulawa Bone Bolango 107 39 984 462 46 109 119 208 319 26 13 88 60 68 92 119 43 72 Sumber : BPS Kabupaten Bone Bolango 2011 Rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Bone Bolango adalah sebesar 72 jiwa per km2. Jika dirinci menurut kecamatan, maka kecamatan Bulango Selatan adalah wilayah yang paling padat penduduknya yakni mencapai 984 jiwa/km2. Salah satu yang menyebabkan tingginya kepadatan penduduk di Kecamatan Bulango Selatan adalah karena Kecamatan Bulango Selatan berbatasan langsung dengan Kota Gorontalo sehingga menjadi daerah penyangga bagi kota Gorontalo. Sedangkan kecamatan yang paling rendah tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Suwawa Timur yakni hanya 13 jiwa/km2. Hal ini disebabkan karena sebagian wilayah Kecamatan Suwawa Timur berupa pegunungan atau hutan (BPS Kabupaten Bone Bolango). 6 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 2.2.2. Sex Ratio Penduduk dan Struktur Penduduk Menurut Golongan Umur Perkembangan penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari perkembangan ratio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan. Berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 2011 sex ratio penduduk Kabupaten Bone Bolango sebesar 100,5 %, yang artinya jumlah penduduk laki-laki 0,45 % lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Sex ratio terbesar terdapat di Kecamatan Suwawa Timur 110,2 %, sedangkan terkecil terdapat di Kecamatan Kabila sebesar 95,3 % yang berati jumlah penduduk laki-laki di Kecamatan kabila 7,2 % lebih sedikit dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Sex ratio Kabupaten Bone Bolango dapat dilihat sebagaimana tabel berikut ini : Tabel 2. Distribusi Penduduk Menurut Jenis kelamin Di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 Kecamatan Laki-Laki Perempuan Total Sex Ratio Tapa Bulango Utara Bulango Selatan Bulango Timur Bulango Ulu Kabila Botupingge Tilongkabila Suwawa Suwawa Selatan Suwawa Timur Suwawa Tengah Bonepantai Kabila Bone Bone Raya Bone Bulawa 3365 3465 4793 2453 1888 10248 2814 8163 5281 2455 3448 2913 4924 5025 3003 4434 2473 3506 3468 4918 2542 1724 10756 2784 8406 5407 2341 3130 2803 4852 4730 2873 4240 2290 6871 6933 9711 4995 3612 21004 5598 16569 10688 4796 6578 5716 9776 9755 5876 8674 4763 96,0 99,9 97,5 96,5 109,5 95,3 101,1 97,1 97,7 104,9 110,2 103,9 101,5 106,2 104,5 104,6 108,0 Bone Bolango 71.145 70.770 141.915 100,5 Sumber : BPS Kabupaten Bone Bolango 7 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 Struktur penduduk Kabupaten Bone Bolango menurut jenis kelamin dan golongan umur dapat dilihat pada diagram Bar berikut : Sumber : Data Capil 2011 Kab. Bone Bolango Dari diagram bar di atas terlihat bahwa ciri penduduk Kabupaten Bone Bolango di tahun 2011 masih tetap bersifat ekspansive karena sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur muda. Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di tiap golongan umur hampir sama. Penduduk laki-laki dan perempuan Kabupaten Bone Bolango paling banyak berada di kelompok umur 5-9 tahun sedangkan jumlah penduduk paling sedikit berada pada golongan umur 0-1 tahun baik penduduk laki-laki maupun perempuan. 2.3. KEADAAN SOSIAL EKONOMI 2.3.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Berdasarkan Bone Bolango Dalam Angka 2011, Perekonomian Kabupaten Bone Bolango tahun 2011 terlihat semakin meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasar atas harga berlaku Produk Domestik bruto Kabupaten Bone Bolango mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Pada tahun 2010 nilai PDRB Kabupaten Bone Bolango mengalami kenaikan sebesar 8 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 831.504.000.000 rupiah menjadi 937.685.000.000 rupiah pada tahun 2011. Dari distribusi persentasi menurut harga berlaku terlihat bahwa sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan masih mendominasi perekonomian Kabupaten Bone Bolango. Pada tahun 2010 sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan memiliki nilai kontribusi sebesar 39,63 %. Sektor lain yang cukup besar pengaruhnya adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, memiliki nilai kontribusi sebesar 12,18%. 2.3.2. Angka Beban Tanggungan Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu daerah apakah tergolong daerah maju atau negara yang sedang berkembang. Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Rasio Ketergantungan didapat dengan membagi total dari jumlah penduduk usia belum produktif (0-14 tahun) dan jumlah penduduk usia tidak produktif (60 tahun keatas) dengan jumlah penduduk usia produktif (15-60 tahun). Untuk Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 dependency ratio sebesar 57,7%. Artinya setiap 100 orang yang 9 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 berusia kerja (dianggap produktif) mempunyai tanggungan sebanyak 57-58 orang yang belum produktif dan dianggap tidak produktif lagi. 2.4. TINGKAT PENDIDIKAN Tabel 4. Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 No Tingkat Pendidikan 1 Jumlah 2 3 1 SD / MI 19.073 2 SLTP / MTS 5.849 3 SLTA / MA 4.162 Total 29.084 Sumber : Dinas Pendidikan Bone Bolango Berdasarkan tabel di atas terlihat Bolango pada tahun 2011 bahwa penduduk Kabupaten Bone masih tetap paling banyak hanya berpendidikan SD sederajat yakni sebanyak 19.073 orang, namun apabila dibandingkan dengan tahun 2010, di Tahun 2011 jumlah penduduk yang berada di bangku sekolah mengalami peningkatan dari 26.719 orang menjadi 29.084 orang. Tabel 5. Jumlah Anak Usia Sekolah (7 – 12 Thn) Menurut Statusnya Di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 No Tingkat Pendidikan Anak Usia Sekolah (7-12 Th) 1 2 Jumlah 3 1 Belum pernah sekolah 12.834 2 Masih sekolah 15.796 3 Putus sekolah 127 Total 28.757 Sumber : BPS (Bone Bolango dalam Angka 2011) 10 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa jumlah anak usia sekolah (7 – 12 tahun) penduduk Kabupaten Bone Bolango yang masih sekolah sebanyak 15.796. Untuk anak usia sekolah yang belum pernah sekolah tahun ini sebesar 12.834 orang, jumlah ini mengalami peningkatan yang sangat pesat bila dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sebesar 6.819 orang. Hal ini disebabkan walau pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bone Bolango meningkat namun masih ada penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan serta masih adanya masyarakat yang kurang memahami arti pentingnya bersekolah. 11 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN Gambaran masyarakat Kabupaten Bone Bolango masa depan yang ingin dicapai oleh segenap komponen masyarakat melalui pembangunan kesehatan Kabupaten Bone Bolango adalah Menjadi Pelayan Setia dan Mitra Unggul Menuju Terwujudnya Bone Bolango Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan. Terdapat beberapa keterkaitan dari beberapa aspek yang dapat mendukung meningkatnya kinerja yang dihubungkan dengan pencapaian pembangunan kesehatan, diantaranya adalah: (1) Indikator derajat kesehatan sebagai hasil akhir, yang terdiri atas indikator-indikator untuk mortalitas, morbiditas, dan status gizi. (2) Indikator hasil antara, yang terdiri atas indikator-indikator untuk keadaan lingkungan, perilaku hidup masyarakat, akses dan mutu pelayanan kesehatan, serta (3) Indikator proses dan masukan, yang terdiri atas indikator-indikator untuk pelayanan kesehatan, sumber daya kesehatan, manajemen kesehatan, dan kontribusi sektor terkait. 3.1. Derajat Kesehatan Pengertian tentang keadaan sehat dan sakit sangat penting mengingat kita harus dapat menentukan ada/tidaknya permasalahan/penyakit diantara masyarakat dan seberapa banyaknya. Secara sederhana keadaan sakit itu dinyatakan sebagai : Penyimpangan dari keadaan normal, baik struktur maupun fungsinya atau Keadaan dimana tubuh atau organisme atau bagian dari organisme/populasi yang diteliti tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dilihat dari keadaan patologisnya. 12 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 Menurut UU RI No. 23 tahun 1992, yang dimaksud dengan keadaan sehat adalah keadaan meliputi kesehatan badan, rohani ( mental ) dan social dan bukan hanya keadaan yang bebas penyakit, cacat, dan kelemahan sehingga dapat hidup produktif secara sosial ekonomi. Beberapa aspek yang dapat dihubungkan dengan derajat kesehatan adalah : lingkungan, pelayanan kesehatan dan perilaku. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Derajat kesehatan yang merupakan pencerminan masyarakat kesehatan perorangan, kelompok maupun digambarkan dengan umur harapan hidup, mortalitas, morbiditas dan status gizi masyarakat. Sehat dalam pengertian secara luas, yakni bukan saja bebas dari penyakit dan kecacatan tetapi juga tercapainya keadaan kesejahteraan baik fisik, sosial dan mental. Gambaran tentang derajat kesehatan meliputi indikator mortalitas, morbiditas, dan status gizi. Mortalitas dilihat dari indikator Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 Kelahiran Hidup, Angka Kematian Balita (AKABA) per 1.000 Kelahiran Hidup, Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 Kelahiran Hidup, dan Umur Harapan Hidup (UHH). Morbiditas dilihat dari indikator-indikator Angka Kesakitan Malaria per 1.000 Penduduk, Angka Kesembuhan TB Paru BTA+, Prevalensi HIV (Persentase Kasus Terhadap Penduduk Berisiko), Angka Acute Flacid Paralysis (AFP) pada anak usia < 15 Tahun per 100.000 anak, dan Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per 100.000 Penduduk. Sedangkan status gizi dilihat dari indikator Persentase Balita dengan Status Gizi di Bawah Garis Merah pada KMS dan Persentase Kecamatan Bebas Rawan Gizi. 13 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 Adapun indikator hasil antara, yang terdiri atas indikator-indikator untuk keadaan lingkungan, perilaku hidup masyarakat, akses dan mutu pelayanan kesehatan, serta Indikator proses dan masukan, yang terdiri atas indikator-indikator untuk pelayanan kesehatan, sumber daya kesehatan, manajemen kesehatan, dan kontribusi sektor terkait. 3.2. Indikator Derajat Kesehatan Beberapa indikator penting untuk mengukur derajat kesehatan masyarakat pada suatu daerah adalah Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), Umur Harapan Hidup (UHH) dan Status Gizi. Indikator tersebut ditentukan dengan 4 faktor utama yaitu Perilaku Masyarakat, Lingkungan, Pelayanan Kesehatan dan Faktor Genetika. Keempat faktor utama ini diintervensi melalui beberapa kegiatan pokok yang mempunyai dampak ungkit besar terhadap upaya-upaya percepatan penurunan AKI, AKB, AKABA dan Peningkatan Status Gizi Masyarakat serta status Angka Kesakitan dan Kondisi Penyakit Menular. Keberhasilan upaya-upaya kesehatan yang dilakukan dapat dinilai sebagai indikator output yang cukup signifikan mempengaruhi indikator outcome sebagaimana yang dijelaskan berikut ini. 3.2.1. Umur Harapan Hidup ( UHH ) Untuk perkembangan Umur Harapan Hidup di Kabupaten Bone Bolango dari tahun ketahun masih mempedomani Umur Harapan Hidup Nasional, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 6. Estimasi Angka Harapan Hidup Di provinsi Gorontalo Propinsi Gorontalo 2000-2005 (2002) 66.3 2005-2011 (2007) 68.7 Periode 2011-2015 2015-2020 2020-2025 (2012) (2017) (2022) 70.7 72.0 72.8 Sumber : www.datastatistik-indonesia.com\ 14 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 Dalam RPJM 2006-2012, upaya untuk meningkatkan UHH menjadi 70 tahun merupakan hal penting yang perlu dicermati melalui upayaupaya peningkatan kegiatan program yang berdampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat seperti penurunan resiko kesakitan, pada keluarga rentan, trend penyakit degeneratif dan tidak menular, serta peningkatan kesehatan parasusila yang dapat hidup produktif dan mandiri. Umur Harapan Hidup ( UHH ) dipengaruhi oleh masih tingginya Angka Kematian Ibu ( AKI ) serta Angka Kematian Bayi ( AKB ). Semakin tinggi jumlah kematian bayi maka makin rendah Umur Harapan Hidup. Untuk Kabupaten Bone Bolango dikarenakan data real belum ada maka digunakan Data Estimasi Umur Harapan Hidup (UHH) provinsi Gorontalo seperti yang nampak pada tabel di atas yakni 70,7 tahun. 3.2.2. Angka Kematian ( Mortalitas ) Kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu dapat memberi gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat atau dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Tingkat kematian secara umum berhubungan erat dengan tingkat kesakitan, karena biasanya merupakan akumulasi akhir dari berbagai penyebab terjadinya kematian baik langsung maupun tidak langsung. Salah satu alat untuk menilai keberhasilan program pembangunan kesehatan di Kabupaten Bone Bolango yang telah dilaksanakan selama ini adalah dengan melihat perkembangan angka kematian dari tahun ke tahun. Besarnya tingkat kematian dan penyakit 15 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 penyebab utama kematian yang terjadi pada periode tahun 2011 dapat dilihat dari berbagai uraian berikut ini. a. Angka Kematian Bayi ( AKB ) Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator yang paling sensitif untuk menentukan derajat kesehatan suatu daerah. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Depkes 2007, kematian bayi baru lahir (neonatus) merupakan penyumbang kematian terbesar pada tingginya angka kematian balita (AKB). Setiap tahun sekitar 20 bayi per 1.000 kelahiran hidup terenggut nyawanya dalam rentang waktu 0-12 hari pasca kelahirannya. Dalam rentang 2002-2007 (data terakhir), angka neonatus tidak pernah mengalami penurunan. Penyebab kematian terbanyak pada periode ini, menurut Depkes, disebabkan oleh sepsis (infeksi sistemik), kelainan bawaan, dan infeksi saluran pernapasan atas. Trend Angka Kematian Bayi di kabupaten Bone Bolango selang tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat dalam grafik di bawah ini : Sumber : Laporan Data KIA Dinkes Bone Bolango 16 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 Di tahun 2011 jumlah kematian bayi terbanyak berada di wilayah Puskesmas Bulango Utara yakni sebanyak 9 kasus, sedangkan untuk wilayah kerja Puskesmas Suwawa Selatan, Bulango Ulu, Suwawa Timur Tombulilato dan Pinogu tidak mempunyai kasus kematian bayi. Adapun penyebab masih adanya kematian bayi antara lain Puskesmas PONED yang belum berjalan maksimal, jumlah tenaga (bidan) yang terbatas karena biasanya bidan tidak tinggal di tempat, kemudian banyak bidan yang tugas rangkap. Faktor pemekaran daerah yang begitu cepat dan tidak diseimbangi dengan penambahan jumlah bidan desa. Selain itu kurangnya kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan sarana kesehatan yang ada. b. Angka Kematian Balita ( AKABA ) Angka Kematian Balita merupakan salah satu indikator kesehatan yang ikut mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Trend Angka Kematian Balita di kabupaten Bone Bolango selang tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat dalam grafik di bawah ini : Sumber : Laporan Data KIA Dinkes Bone Bolango 17 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 Untuk Kabupaten Bone Bolango Angka Kematian Balita di Tahun 2011 mencapai 3 kasus. Angka tersebut lebih baik bila dibandingkan dengan angka kematian balita yang ditargetkan oleh Departemen Kesehatan RI pada Tahun 2011 dimana angka kematian anak balita ditargetkan sebesar 58 per 1.000 kelahiran hidup. Kematian balita di Kabupaten Bone Bolango terdapat di 2 Puskesmas yaitu Puskesmas Tilongkabila dan Puskesmas Bulango. c. Angka Kematian Ibu ( AKI ) Angka Kematian Ibu atau AKI mencerminkan resiko yang dihadapi ibu-ibu selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh keadaan, sosial ekonomi, keadaan kesehatan kurang baik menjelang kehamilan. Kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran. Serta tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai. Angka Kematian Ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas. Untuk mengetahui besaran masalah kesehatan ibu, indikator yang digunakan adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Perhitungan AKI disetiap Puskesmas sulit dilakukan karena jumlah kelahiran hidup tidak mencapai 100.000 kelahiran hidup. Untuk mengurangi bias perhitungan AKI yang direkomendasikan oleh WHO dalam 100.000 kelahiran hidup 18 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 maka digunakan Ratio Kematian Ibu. Untuk menghitung rasio kematian ibu di Kabupaten Bone Bolango tidak dapat dilakukan karena angka kelahiran di Kabupaten Bone Bolango kurang dari 100.000 kelahiran hidup, namun demikian bila diasumsikan maka angka AKI Kabupaten Bone Bolango tahun 2011 adalah 185 per 100.000 KLH, atau 4 kematian dari 2.690 KLH. Angka ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yakni 297 per 100.000 KLH, atau 9 kematian dari 3.030 KLH. Namun angka ini masih sangat tinggi apabila dibandingkan dengan AKI yang ditargetkan untuk 2011 yaitu 150 per 100.000 KLH. Kematian ibu terjadi pada masa bersalin 2 kasus dan hamil 2 kasus. Kasus terdapat di 4 wilayah kerja Puskesmas yakni Puskesmas Bulango Timur 1 kasus, Bulango Ulu 1 kasus, Dumbaya Bulan 1 kasus dan Puskesmas Bone 1 kasus. Trend Angka Kematian Ibu di kabupaten Bone Bolango selang tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat dalam grafik di bawah ini Sumber : Laporan KIA Dinkes Bone Bolango Tingginya Jumlah kasus kematian ibu di Kabupaten Bone Bolango antara lain disebabkan oleh HPP, infeksi. Hal ini 19 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 dipengaruhi oleh masih kurangnya kuantitas maupun kualitas tenaga bidan terutama di wilayah terpencil, P4K yang belum berjalan maksimal, kondisi sosial ekonomi masih rendah yang juga mempengaruhi tingkat pendidikan masyarakat sehingga menyebabkan pertolongan persalinan oleh dukun masih tinggi, kunjungan rumah ( sweeping ) post persalinan belum optimal, serta letak geografis yang masih sulit dijangkau. Untuk mengantisipasi masalah ini maka diperlukan terobosanterobosan dengan mengurangi peran dukun dan meningkatkan peran Bidan. Perlunya pembenahan Puskesmas PONED, penambahan tenaga bidan, pelatihan dan fasilitasi P4K, adanya kerjasama lintas program dan lintas sektor. Sehingga harapan kita agar Bidan di Desa benar-benar sebagai ujung tombak dalam upaya penurunan AKB (IMR) dan AKI (MMR) dapat terwujud. Selain itu melalui pengembangan Desa Siaga dengan pembangunan POSKESDES yang merupakan salah satu bentuk partisipasi masyarakat dalam menurunkan AKI. 3.2.3 Angka Kesakitan ( Morbiditas ) Angka kesakitan penduduk diperoleh dari data yang berasal dari masyarakat (community based data) yang diperoleh melalui studi morbiditas, dan hasil pengumpulan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango serta dari sarana pelayanan kesehatan (facility based data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan. A. Penyakit Bersumber Binatang a. Pemberantasan Penyakit Malaria ( P2 Malaria ) Penyakit Malaria menyebar cukup merata di seluruh kawasan Indonesia, namun paling banyak dijumpai di luar 20 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 wilayah Jawa-Bali, bahkan di beberapa tempat dapat dikatakan sebagai daerah endemis malaria. Menurut hasil pemantauan program diperkirakan sebesar 35% penduduk Indonesia tinggal di daerah endemis Malaria. Jumlah penderita klinis malaria di Kabupaten Bone Bolango tahun 2011 tercatat sebesar 1.291 penderita klinis atau angka kesakitan sebesar 9,10 per 1.000 penduduk. Grafik berikut memperlihatkan trend Angka Kesakitan Malaria di Kabupaten Bone Bolango dari Tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 Sumber : Laporan Data Sie P2M Dinkes Bone Bolango Untuk Tahun 2011 penderita klinis malaria paling banyak ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Suwawa Timur yakni sebesar 212 penderita dan yang paling sedikit di wilayah kerja Puskesmas Suwawa Tengah yang hanya 19 penderita. Dari 1.291 penderita yang dikonfirmasi laboratorium baik RDT (Rapid Diagnostik Test) maupun dengan Mikroskop hanya 73 dinyatakan Positif malaria dimana dalam darahnya ditemukan plasmodium malaria, 21 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 dan dari 73 penderita positif hanya 6 % penderita saja yang mendapat pengobatan standart dengan menggunakan ACT dikarenakan stock obat ACT tidak dapat digunakan lagi karena telah masuk Exp Date di bulan September 2011 sehingga penderita masih diobati dengan standart pengobatan lama yaitu dengan Chloroquin. Penyakit malaria di Bone Bolango Tahun 2011 meningkat disebabkan oleh intensitas penemuan penderita malaria makin baik dengan cara Active Case Detection ( ACD ) dan pasif Case Detection ( PCD ) dengan konfirmasi laboratorium ( Rapid Diagnostic Test dan Mikroskopis Malaria ). b. Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (P2 DBD) Sumber : Laporan Data P2M Dinkes Bonbol Adapun wilayah yang terjadi kasus DBD adalah wilayah kerja Puskesmas Suwawa, Puskesmas Suwawa Tengah, Puskesmas Kabila, Puskesmas Tombulilato dan 22 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 Puskesmas Botupingge masing-masing 1 kasus . Tahun ini jumlah kasus DBD sebanyak 5 kasus. Jumlah tersebut mengalami penurunan drastis dibandingkan tahun 2010 mencapai 71 kasus. Menurunnya angka penderita DBD disebabkan karena sudah dilakukan pemberantasan vector penyebab DBD ( Aedes Aegypti ) dengan fogging focus ( pengasapan ) dan abatesasi / larvasiding untik membunuh jentik nyamuk serta 3 M plus yakni dengan Membersihkan tempat yang kotor mulai dari saluran air dan waduk kecil sekitar pemukiman, serta menampung air, Mengubur kemudian sampah Menutup yang setiap dapat wadah penampung air. B. Penyakit Menular Langsung a. Pemberantasan Penyakit Tuberkulosis Paru (P2 TB Paru) Di Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2011, menurut laporan Puskesmas, jumlah penderita klinis sebanyak 3499 orang, jumlah ini meningkat bila dibandingkan tahun 2010 sebesar 3071 orang. Menurut laporan penderita yang dinyatakan positif menderita TB Paru berdasarkan pemeriksaan laboratorium tercatat sebanyak 322 orang dan penderita TB berdasarkan pemeriksaan rongsen tercatat 6 orang. Sehingga keseluruhan penderita TB Paru sebanyak 328 orang. Dan dari penderita TB positif tersebut sampai dengan tahun 2011 belum ada yang sembuh . Hal ini disebabkab karena penderita TB paru itu pengobatannya membutuhkan waktu yang cukup lama 23 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 yaitu berkisar dari 6 bulan sampai 9 bulan bahkan lebih, namun berdasarkan laporan bahwa masih adanya DO dalam minum obat, hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran penderita untuk melakukan pengobatan, dan juga kurangnya pengawasan minum obat bagi penderita TB Paru baik dari kelaurga maupun petugas TB Paru. Wilayah kerja Puskesmas yang terbanyak penderitanya adalah Puskesmas Kabila yakni sebanyak 495 penderita klinis dan 50 penderita yang sudah dinyatakan positif. Trend jumlah kasus BTA+ di Kabupaten Bone Bolango dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat dalam tabel berikut ini Sumber : Laporan Data SIK Puskesmas & P2M Dinkes Bonbol Berdasarkan hasil evaluasi program tahunan, masalah yang dihadapi oleh program TB yakni adanya kekeliruan pada pencatatan TB 06 dan TB 04, kemudian keterbatasan tenaga baik ditinjau dari segi kuantitas maupun kualitas. Ketersediaan sarana dan prasarana laboratorium yang masih kurang. 24 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 Untuk itu, pihak Dinas Kesehatan khususnya Sie P2 perlu melakukan On the Job Training (OJT) bagi petugas TB di puskesmas, kemudian melatih petugas-petugas baru, serta memanfaatkan ruangan yang ada di puskesmas untuk dijadikan laboratorium sederhana. b. Pemberantasan Penyakit Kusta (P2 Kusta) Tahun 2011, jumlah penderita kusta sebanyak 3 orang, persentase RFT PB sebesar 100% dan RFT MB sebesar 83.33 %. Sumber : Data Sie P2 Dinkes Bone Bolango Adapun masalah yang dihadapi, antara lain proporsi cacat tingkat 2 yang masih tinggi, kemudian jangka waktu pengobatan dengan munculnya gejala cukup lama. Sehingga perlu dilakukan penemuan penderita baru melalui kegiatan aktif (RVS dan kontak) serta melakukan penyuluhan secara aktif. 25 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 c. Pemberantasan Penyakit Diare (P2 Diare) Adapun trend angka kesakitan dari kasus Diare di kabupaten Bone Bolango mengalami penurunan dari tahun 2007 s.d. tahun 2011 seperti terlihat dalam grafik di bawah ini Sumber : Laporan SIK Puskesmas dan Laporan Sie P2 Jika dilihat dari data SIK tahun 2011 yang dilampirkan, Jumlah kasus diare pada yang paling banyak berada di kecamatan yang sama dengan tahun kemarin yakni masih di wilayah kerja Puskesmas Kabila yakni 557 kasus namun jumlah kasusnya menurun dibanding tahun kemarin yakni sebesar 897 kasus dan yang paling sedikit berada di Kecamatan Bulawa sebesar 9 kasus, lebih rendah dari tahun kemarin yang berjumlah 41 kasus, sedangkan untuk Kecamatan Bulango Ulu dan Kecamatan Pinogu tidak ada data. 26 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 Menurunnya jumlah penderita diare disebabkan karena semakin tingginya pentingnya hidup kesadaran bersih masyarakat selain itu terhadap pengetahuan masyarakat yang semakin berkembang dimana ketika sakit mereka langsung mencari obat serta peran serta instansi-instansi pemerintah dan swasta dalam mensosialisasikan PHBS membuat masyarakat lebih menyadari akan pentingnya kebersihan. C. Kejadian Luar Biasa ( KLB ) Kejadian Luar Biasa (KLB) di Kabupaten Bone Bolango selama tahun 2011 berdasarkan laporan dari sie. Survailance Dinas Kesehatan Bone Bolango tercatat sebesar 11 kasus dan seluruhnya tertangani <24 jam. Dibawah ini adalah grafik yang menggambarkan jumlah desa yang terkena KLB serta jumlah yang tertangani <24 jam dari tahun 2007 sampai 2011. Sumber : Laporan Laporan Sie Monev dan Survailans 27 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 D. Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) Difteri, Pertusis, Tetanus, campak, polio dan hepatitis B merupakan penyakit menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I). Penyakit-panyakit ini timbul karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya imunisasi. Di kabupaten Bone Bolango sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 data yang diterima tentang penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) hanya data penyakit campak yang rata-rata terisi, hal ini dimungkinkan karena kurangnya tenaga yang bisa turun lapangan melakukan pendataan. Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan kejadian luar biasa (KLB). Selama tahun 2011, jumlah kasus campak di Bone Bolango sebanyak 14 kasus. Trend Kasus Campak di Kabupaten Bone Bolango dapat dilihat dalam grafik berikut ini : Sumber : Laporan Sie P2M 28 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 Masih adanya penderita campak di Bone Bolango karena walaupun terimunisasi campak kemungkinan untuk menderita campak masih ada namun tidak menimbulkan komplikasi, selain itu adanya cakupan efikasi vaksin dimana 15 % dari cakupan imunisasi yang kebal hanya 65% yang bisa terlindungi sehingga perlu perhatian serius dari para petugas imunisasi dan survailens. 3.2.4. Status Gizi Status gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan permasalahan kesehatan secara umum, karena disamping merupakan faktor predisposisi yang dapat memperparah penyakit infeksi secara langsung juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan individual. Bahkan status gizi janin yang masih berada dalam kandungan dan bayi yang sedang menyusui sangat dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil atau ibu menyusui. Berikut ini akan disajikan gambaran mengenai indikator-indikator status gizi masyarakat antara lain bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi balita, ASI Ekslusif, serta Kecamatan Bebas Rawan Gizi sebagaimana diuraikan berikut ini: A. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau BBLR karena Intra Uterine Growth Retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Di negara berkembang, banyak BBLR dengan IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, anemia, malaria dan menderita penyakit 29 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 menular seksual (PMS) sebelum konsepsi atau pada saat hamil. Di Kabupaten Bone Bolango tahun 2011, tercatat bahwa jumlah bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah sebanyak 36 orang, dan 100% ditangani oleh tenaga kesehatan . Bayi yang lahir dengan BBLR sangat beresiko, untuk itu tindakan preventif harusp tetap dilakukan oleh tenaga kesehatan yang didukung oleh peran serta aktif dari masyarakat itu sendiri. B. Status Gizi Balita Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi pada Balita adalah dengan anthropometri yang diukur melalui indeks Berat Badan menurut umur (BB/U) atau berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB). Hasil laporan Sie. Gizi pada tahun 2011 dari 8.843 anak yang ditimbang didapatkan 53,94 % anak yang BB naik, 5,8 % anak BGM dan 0,8 % anak Gizi Buruk Sumber : Laporan Data Sie. Gizi Dinkes Bone Bolango 30 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 Dari grafik di atas terlihat bahwa perkembangan status gizi balita dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 mengalami penurunan, hal ini terlihat dari jumlah balita yang bawah garis merah mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya sedangkan balita yang naik berat badan mengalami penurunan. Data ini selaras dengan trend status gizi balita di kabupaten Bone Bolango berdasarkan Berat Badan menurut Umur (BB/U) Tahun 2007 sd Tahun 2011 seperti dalam grafik berikut ini Sumber : Data Sie. Gizi Dinkes Bonbol Apabila dilihat dari data Sie. Gizi tahun 2011, persentasi gizi buruk paling tinggi masih berada di wilayah puskesmas Kabila yakni sebesar 24 Balita, dan balita gizi buruk juga masih terdapat di wilayah Puskesmas Bone Pantai 19 balita, Tapa 14 balita, Puskesmas Suwawa 13 balita, Toto Utara 12 balita, Tilongkabila 7 balita, Bulango dan Dumbaya Bulan masing-masing 5 balita, Bulango Timur dan Bulango Selatan 31 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 masing-masing 3 balita, Bulawa dan Botupingge masingmasing 1 balita. Namun untuk mengatasi masalah gizi buruk di Kabupaten Bone Bolango maka pemberian makanan tambahan bagi balita masih sangat dibutuhkan, terutama mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu, selain itu peningkatan kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan arti pentingnya kesehatan bayi dan balita perlu mendapatkan perhatian pemerintah terkait. C. ASI Ekslusif Capaian ASI Ekslusif di Kabupaten Bone Bolango pada Tahun 2011 berdasarkan laporan dari Sie Bina Gizi Masyarakat Dinkes Bone Bolango adalah 1,1 %, persentasi ini turun dratis bila dibandingkan dengan tahun kemarin yang mencapai 3,27 %. Hal ini masih disebabkan karena bayi usia 0 sampai dengan 6 bulan rata-rata sudah diberikan makanan pendamping ASI sehingga tidak bisa dikategorikan ASI ekslusif maka perlu strategi khusus dari petugas kesehatan untuk meningkatkan cakupan pemberian ASI ekslusif ini. 32 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 Sumber : Laporan Sie. Gizi Dinkes Bone Bolango 2011 D. Kecamatan Bebas Rawan Gizi Kabupaten Bone Bolango berdasarkan laporan Sie. Gizi untuk tahun 2011 belum memperoleh data kecamatan bebas rawan gizi, hal ini disebabkan disebabkan karena belum berjalannya Pemantauan Status Gizi (PSG). Pelaksanaan PSG tersebut memerlukan adanya kerja sama dengan lintas sektor terkait. Hal ini menjadi kendala karena belum tersedianya data dari lintas sektor terkait dalam hal ini pemenuhan pangan bagi masyarakat. 3.2.5. Keadaan Lingkungan Upaya penyehatan lingkungan dilaksanakan dengan lebih diarahkan pada peningkatan kualitas lingkungan, yaitu melalui kegiatan yang bersifat promotif, preventif dan protektif. Adapun pelaksanaannya bersama – sama dengan masyarakat, diharapkan secara epidemiologi akan mampu memberikan kontribusi yang bermakna terhadap kesehatan masyarakat. 33 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 Namun demikian pada umumnya yang menjadikan permasalahan utama adalah masih rendahnya jangkauan program. Hal ini lebih banyak diakibatkan oleh berbagai faktor antara lain dana dan adanya otonomi, dan lain-lain. Sedangkan permasalahan utama yang dihadapi masyarakat adalah akses terhadap kualitas lingkungan yang masih sangat rendah. Lingkungan sehat merupakan salah satu pilar utama dalam pencapaian Indonesia Sehat 2011. Beberapa indikator penting kesehatan lingkungan dapat dikemukakan, sebagai berikut: a. Rumah / Bangunan Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah haruslah sehat dan nyaman agar penghuninya dapat berkarya untuk meningkatkan produktivitas. Kondisi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko sumber penularan berbagai jenis penyakit khususnya penyakit yang berbasis lingkungan. Persentasi Rumah Sehat di Kabupaten Bone Bolango di tahun 2011 menurun bila dibandingkan dengan 2 tahun sebelumnya seperti terlihat dalam grafik berikut ini. 34 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 Sumber : Laporan Data Sie PL Dinkes Bonbol Dari hasil evaluasi program penyehatan lingkungan, penyebab masalah antara lain kondisi rumah masyarakat yang masih darurat, dimana secara tidak langsung hal ini dipengaruhi oleh faktor ekonomi masyarakat itu sendiri, kemudian belum optimalnya pembinaan petugas dalam memberikan penyuluhan tentang pentingnya rumah sehat. Secara umum rumah dikatakan sehat apabila memenuhi beberapa kriteria, diantaranya adalah bebas jentik nyamuk. Bebas jentik nyamuk disini terutama bebas jentik nyamuk Aedes aegypti yang merupakan vektor penyakit demam berdarah dengue. Trend presentasi rumah sehat di Kabupaten Bone Bolango dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat dalam tabel berikut ini 35 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 Sumber : Laporan SIK Puskesmas dan Data Sie PL Dinkes Bonbol Kecenderungan persentasi rumah bebas jentik nyamuk yang menurun dari tahun ke tahun selain disebabkan oleh teknik pengambilan sampel rumah yang diperiksa juga karena perilaku masyarakat yang kurang memiliki pengetahuan tentang jentik nyamuk. Guna membina peran serta masyarakat secara efektif. Oleh karenanya peran tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan secara efektif kepada masyarakat perlu ditingkatkan lagi. Serta dukungan dari lintas sektor seperti PU Kimpraswil yang menangani sistem drainase lingkungan ataw SDA (Sumber Daya Air). b. Sarana Kesehatan Lingkungan ( persediaan air bersih, jamban, tempat sampah, pengelolaan air limbah ). Pembuangan kotoran baik sampah, air limbah dan tinja yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menyebabkan rendahnya kualitas air, serta dapat menimbulkan penyakit menular di masyarakat. Jamban, tempat sampah, pengelolaan 36 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 limbah dan persediaan air bersih merupakan sarana lingkungan pemukiman (PLP). Kondisi sarana penyehatan lingkungan pemukiman di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 dari 35.469 KK yang diperiksa, sebagai berikut : Persentasi KK yang telah memiliki jamban dan memenuhi syarat kesehatan untuk tempat Buang Air Besar (BAB) dari yang diperiksa sebesar 92.51 %, persentasi ini naik sangat dratis dari tahun kemarin yang hanya 76.56 % Persentasi KK yang telah memiliki tempat sampah dari yang diperiksa sebsar 64.87 %, turun dari tahun kemarin yang mencapai 71 % Persentasi KK yang telah memiliki pengolahan air limbah dari yang diperiksa sebesar 38.44 % turun sekitar 51.11% dari tahun 2010 Sanitasi merupakan faktor penting dalam menciptakan lingkungan yang sehat. Banyaknya penyakit ditularkan karena tidak dilakukan cara-cara penanganan sanitasi yang benar. Upaya peningkatan kualitas air bersih akan berdampak positif apabila diikuti upaya perbaikan sanitasi. Upaya sanitasi meliputi pembangunan, perbaikan dan penggunaan sarana sanitasi, yaitu: pembuangan kotoran manusia (jamban), pembuangan air limbah (SPAL) dan pembuangan sampah di lingkungan rumah kita. Sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk di wilayah Bone Bolango maka kebutuhan air bersih semakin bertambah. Pembangunan air bersih di masing-masing wilayah kerja Puskesmas meliputi daerah Pemukiman. Peran lintas sektor pun menjadi salah satu faktor yang akan mempengaruhi, antara lain peran dari pihak PU Kimpraswil. Adapun sumber air di 37 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 Kabupaten Bone Bolango pada umumnya berasal dari mata air, sumur dalam, sumur gali dan air permukaan. Sistem yang digunakan untuk mensuplai air bersih melalui perpipaan dan non perpipaan. Untuk pengelolaannya pada daerah pemukiman di perkotaan pada umumnya dikelola PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Kabupaten. 3.3. PERILAKU MASYARAKAT 3.3.1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS ) Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, menurut HL Blum adalah faktor perilaku. Dengan mewujudkan perilaku yang sehat, diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan suatu penyakit dan angka kematian ibu dan anak akibat terlambat /kurangnya kesadaran dalam mengunjungi sarana pelayanan kesehatan. Dalam kegiatan PHBS terdapat beberapa tatanan, tiga tatanan yang menjadi utama sasaran PHBS adalah tatanan rumah tangga, tatanan institusi dan tatanan TTU (Tempat-tempat Umum). Untuk data profil ini, ditampilkan hanya PHBS tatanan rumah tangga karena mempunyai daya ungkit yang paling besar terhadap perubahan perilaku masyarakat secara umum 38 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 Sumber : Laporan Sie. Promkes Dinkes Bone Bolango Grafik diatas menunjukkan adanya peningkatan cakupan rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Peningkatan cakupan ini antara lain karena meningkatnya frekuensi penyuluhan PHBS yang dilakukan oleh petugas promkes di tiap puskesmas. Namun kerjasama dari lintas program maupun lintas sektor masih perlu ditingkatkan. 3.3.2. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat ( JPKM ) JPKM merupakan suatu upaya pemeliharaan kesehatan secara paripurna, terstruktur yang dijamin kesinambungan dan mutunya, dimana pembiayaannya dilaksanakan secara Pra – upaya. Berdasarkan laporan Sie. Promkes Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango, jumlah penduduk yang tercover oleh berbagai JPK Pra Bayar sebesar 120.617 Jiwa atau 85,11%, angka ini meningkat bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya 75,85 % dari total jumlah penduduk di tahun 2011. Pencapaian tersebut telah memenuhi target SPM Cakupan penduduk yang menjadi peserta 39 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 JPK Pra- bayar, dimana pada tahun 2011 minimal 80 % penduduk tercover oleh berbagai JPK. Dari 85,11% penduduk yang tercakup dalam JPK, persentase terbesar merupakan kontribusi dari ASKESKIN yakni sebesar 78,14% sebagaimana terlihat dalam grafik berikut ini Sumber : Laporan Sie. Promkes Dinkes Bonbol Untuk jaminan kesehatan masyarakat miskin, di Kabupaten Bone Bolango terdapat dua sumber yakni Jamkesmas dan Jamkesda. Dimana dari total penduduk yang telah dijamin oleh Jamkesmas sebanyak 60,8 % dan untuk Jamkesda sebanyak 39,1 % dari 110.890 jiwa masyarakat miskin yang ada di Kabupaten Bone Bolango. 4.4 Posyandu Pada hakekatnya posyandu merupakan kegiatan yang tumbuh dari, oleh dan untuk masyarakat, sehingga pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana posyandu menjadi tanggung jawab kita bersama terutama masyarakat disekitarnya. 40 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 Untuk mengetahui kualitas suatu posyandu dapat menggunakan telah kemandirian posyandu yaitu suatu cara pengelompokan posyandu menjadi desa di 4 tingkat perkembangan (Stratifikasi posyandu). Persentase Posyandu yang ada di Kabupaten Bone Bolango tahun 2011 berdasarkan keempat strata tersebut dapat dilihat pada grafik di bawah ini: Sumber : Laporan Sie. Promkes Dinkes Bonbol Masih rendahnya capaian Posyandu Purnama dikarenakan masih kurangnya pemanfaatan Posyandu, masih kurangnya kader di Posyandu, serta belum adanya kegiatan atau program tambahan seperti program Usila dan pemberian PMT-ASI. Dengan melihat permasalahan tersebut, salah satu upaya pemecahan masalah yang dilakukan antara meningkatkan lain mengajak pemanfaatan masyarakat Posyandu serta untuk lebih meningkatkan kerjasama lintas sektor. Untuk Trend Jumlah Desa Siaga di Kabupaten Bone Bolango dari Tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat pada grafik di bawah ini 41 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 Sumber : Laporan Sie. Promkes Dinkes Bonbol Di Tahun 2010 jumlah desa siaga lebih sedikit dibanding tahun 2011 karena di tahun 2010 beberapa desa yang ditetapkan sebagai desa siaga belum sesuai dengan kriteria yang ditetapkan Menteri Kesehatan yakni belum memiliki poskesdes, sehingga ditahun 2011 jumlah desa siaga meningkat untuk memenuhi kriteria menteri kesehatan RI. Untuk trend jumlah sarana UKBM di Kabupaten Bone Bolango dapat dilihat dalam grafik di bawah ini Sumber : Laporan Sie. Promkes Dinkes Bonbol 42 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 Di tahun 2011 jumlah poskesdes mengalami peningkatan dibanding tahun 2010 karena di tahun 2011 Poskesdes sudah memiliki gedung. Dan untuk Polindes jumlahnya sama dengan tahun 2010 karena tahun 2011 beralih status menjadi Poskesdes. 43 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN 4.1 Pemanfaatan Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar Jumlah Puskesmas di Kabupaten Bone Bolango tahun 2011 yaitu Puskesmas sebanyak 19 buah dan 2 diantaranya merupakan Puskesmas Rawat Inap yakni Puskesmas Suwawa dan Puskesmas Bonepantai, 3 unit puskesmas mampu PONED, yakni Puskesmas Suwawa, Puskesmas Bonepantai dan Puskesmas Dumbayabulan, Pustu 33 buah, Pusling 18 buah, Poskesdes 49 buah, Polindes 27 buah dan Posyandu 218 buah serta telah dibangun 1 unit Panti Pemulihan Gizi (Feeding Centre) bagi balita gizi buruk, yang berada di Kecamatan Tilongkabila. Sumber : Laporan Sie. Promkes Dinkes Bonbol 4.2 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Dalam rangka pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan (1) pelayanan ANC/pemeriksaan ibu hamil, (2) imunisasi, (3) pertolongan persalinan, (4) penanggulangan penyakit-penyakit penyebab kematian, (5) deteksi dini dan stimulasi tumbuh kembang anak, dan (6) usaha kesehatan sekolah. 44 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 a). Pelayanan ANC / Pemeriksaan Ibu Hamil Cakupan pelayanan Antenatal Care ( ANC ) dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan baru ibu hamil (K1) untuk melihat akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali (K4) dengan distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali pada triwulan dua, dan dua kali pada triwulan ketiga. Pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan pada ibu hamil yang berkunjungan ke tempat pelayanan kesehatan atau antenatal care (ANC) adalah sebagai berikut Penimbangan Berat Badan, Pemeriksaan kehamilannya, Pemberian Tablet Besi, Pemberian Imunisasi TT, pemeriksaan tensi dan Konsultasi. Cakupan pelayanan kunjungan baru ibu hamil ( K1 ) Tahun 2011 di Kabupaten Bone Bolango berdasarkan rekapan PWSKIA Dinas Kesehatan Bone Bolango sebesar 92 % menurun dari tahun kemarin 94,53 %. Sedangkan untuk Cakupan K4 di tahun 2011 mencapai 80,57 %, persentasi ini juga menurun bila dibandingkan dengan capaian tahun kemarin yang sebesar 81,57 %, namun masih rendah bila dibandingkan dengan target SPM tahun 2011 cakupan K4 Kabupaten Bone Bolango sebesar 87 %. Trend Cakupan K1 dan K4 5 (lima) tahun terakhir di Kabupaten Bone Bolango dapat dilihat dalam grafik berikut ini 45 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 Sumber : Laporan Sie. KIA-KB Dinkes Bonbol Permasalahan yang mengakibatkan belum tercapainya target SPM K4 di beberapa Puskesmas antara lain tidak tercapainya K1 murni maka mempengaruhi kunjungan K4 dimana dikatakan kunjungan K4 bila ibu hamil telah memeriksakan kehamilannya mulai dari Trimester I ( 1 kali ), Trimester II ( 1 kali ) dan Trimester III ( 2 kali ). Tidak berjalannya Sweeping Ibu Hamil, kurangnya dana yang mendukung terlaksananya kunjungan ke rumah, serta adanya bidan yang rangkap tugas juga merupakan faktor yang mempengaruhi rendahnya cakupan K4. Perlunya mengefektifkan sweeping ibu hamil merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan cakupan kunjungan K4. Dalam pelayanan ibu hamil (antenatal) baik pada K1 maupun K4 ibu hamil akan dibekali dengan Tablet Besi (Fe), hal ini merupakan upaya penanggulangan anemia pada ibu hamil. Pemberian Tablet Besi pada ibu hamil di Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2011 sebesar 92,1 % untuk Fe1 dan 81 % untuk Fe3. 46 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 Untuk lebih jelasnya trend cakupan ibu hamil yang mendapat tablet Fe dapat dilihat dalam grafik berikut ini Sumber : Laporan Sie Gizi Dinkes Bonbol Dari grafik di atas terlihat cakupan Fe3 ini sama dengan cakupan K4 yang dilaporkan oleh Sie. KIA-KB sehingga jika dibandingkan dengan tahun kemarin yang terjadi selisih antara cakupan K4 dengan cakupan Fe, tahun ini terjadi penurunan kinerja petugas kesehatan di masing-masing puskesmas yang ada di Kabupaten Bone Bolango. Dalam pelayanan ANC ibu hamil akan diberikan imunisasi TT sebagai upaya perlindungan ibu dan bayinya dari kemungkinan terjadinya Tetanus pada waktu persalinan. Oleh karena itu pemberian imunisasi TT merupakan suatu keharusan pada setiap ibu hamil. Di tahun 2011 dari 3.618 ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT1 sebesar 94,5 % dan 81,7 % untuk imunisasi TT2 (Lap. Sie. KIA-KB) 47 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 b) Pertolongan Persalinan Tenaga yang dapat memberikan pertolongan persalinan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tenaga profesional (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, dan bidan) dan dukun bayi (dukun bayi terlatih dan tidak terlatih). Cakupan Kunjungan Neonatal (KN2) Kabupaten Bone Bolango berdasarkan data yang ada pada tahun 2011 adalah 81 %, cakupan ini mengalami penurunan dari capaian tahun kemarin. Trend cakupan KN2 di tahun 2011 dapat dilihat pada grafik di bawah ini. Sumber : Laporan Sie. KIA-KB Dinkes Bonbol Sedangkan cakupan Kunjungan Bayi di Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2011 adalah 81,79 %, cakupan ini lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun 2010 yang hanya 89,33%, namun jika dibandingkan dengan target Nasional 2011 sebesar 90%, angka ini masih rendah. 48 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 Sumber : Laporan Imunisasi Dinkes Bonbol Dari data SIK yang terkumpul persentasi kunjungan bayi tertinggi berada di kecamatan Bulango Ulu sebesar 111,49 % dan yang terendah masih berada di Kecamatan Suwawa Tengah yang hanya sebesar 60,00 %. c) Program Imunisasi Untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan bayi serta anak balita perlu dilaksanakan program imunisasi untuk penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti penyakit TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, Polio dan campak. Idealnya bayi harus mendapat imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali, HB 3 kali dan campak 1 kali. Untuk menilai kelengkapan imunisasi dasar bagi bayi, biasanya dilihat dari cakupan imunisasi campak, karena imunisasi campak merupakan imunisasi terakhir yang diberikan pada bayi. Sedangkan untuk menilai angka drop out cakupan imunisasi dasar dilihat dari selisih cakupan imunisasi DPT1 dikurangi cakupan imunisasi campak. 49 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 Cakupan imunisasi lengkap untuk tahun 2011 berdasarkan laporan dari petugas imunisasi Dinas Kesehatan di Kabupaten Bone Bolango sebesar 79 %, angka ini naik dari tahun sebelumnya yaitu 72.77 % sebagaimana terlihat dalam grafik berikut ini Sumber : Laporan Program Imunisasi Dinkes Bone Bolango Sedangkan untuk perkembangan jumlah desa UCI di Kabupaten Bone Bolango dapat dilihat dalam grafik berikut ini Sumber : Laporan Imunisasi Dinkes Bonbol 50 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 d). Program Keluarga Berencana 1. Jumlah Pasangan Usia Subur ( PUS ) Pada Tahun 2011, jumlah PUS yang terdata sebanyak 28.743 dimana jumlah peserta KB Aktif sebanyak 27,71 % sedangkan jumlah peserta KB Baru sebanyak 1,39 %. Untuk lebih jelasnya tentang perkembangan jumlah PUS dan Peserta KB dapat dilihat dalam grafik dibawah ini Sumber : 2007-2009 Data SIK PKM dan KIA-KB, 2011 Data Capil dan Bone Bolango Dalam Angka 2011 2. Peserta KB Aktif ( PA ) Untuk peserta KB Aktif Berdasarkan Data Kantor Catatan Sipil Kabupaten Bone Bolango selama Tahun 2011 terdapat 7.965 peserta, persentase penggunaan alat kontrasepsi peserta KB dapat dilihat dalam grafik berikut ini 51 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 Sumber : Data Capil Bonbol Kontrasepsi suntik memang cukup menjadi primadona masyarakat karena selain praktis juga cepat dalam mendapatkan pelayanan. Sedangkan kontrasepsi untuk pria yaitu MOP dan Kondom adalah kontrasepsi yang paling sedikit digunakan. Hal ini disebabkan kebanyakan pria (bapak) masih beranggapan bahwa urusan KB adalah urusan ibu-ibu. Untuk jenis kontrasepsi obat vaginal pencapaiannya memang tidak signifikan, karena kontrasepsi ini tidak masuk dalam kontrasepsi program Keluarga Berencana. 4.3 Upaya Kesehatan Rujukan dan Kesehatan Khusus a. Penyuluhan Masyarakat Pada tahun 2011 jumlah seluruh penyuluhan masyarakat berdasarkan laporan Sie. Promkes yang direkap dari 19 Kecamatan yakni sebanyak 1.447 kali, angka ini meningkat bila dibandingkan dengan tahun kemarin yang hanya 1.069 kali. Dari seluruh penyuluhan yang dilaksanakan di Kabupaten Bone 52 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 Bolango 1.176 penyuluhan diantaranya adalah penyuluhan kelompok dan 271 penyuluhan massa. b. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas Pelayanan kesehatan gigi di puskesmas Kabupaten Bone Bolango berdasarkan laporan Yankes tahun 2011 meliputi tumpatan gigi tetap sebanyak 16 dan pencabutan gigi tetap sebanyak 309, dengan rasio tambal cabut 0,05. c. TFC (Therapheutic Feeding Centre) Berdasarkan data TFC (Therapheutic Feeding Centre) dari 23 balita yang dirawat selama 2011 yang didiagnosis menderita marasmus sebesar 5 orang, sisanya didiagnosis gizi buruk 11orang, gizi kurang 4 orang dan kwasiorkor 0 orang. Dari 23 balita yang dirawat di 2011 yang pulang dinyatakan sembuh hanya 11 orang, yang meninggal tidak ada, dan pulang paksa 5 orang dan yang dirujuk di RS 4. Pasien gizi buruk kebanyakan pulang paksa disebabkan oleh alasan keluarga pasien yang memikirkan urusan rumah daripada pasien serta kurangnya pengetahuan keluarga pasien. TFC di Kabupaten Bone Bolango, untuk anak gizi buruk yang disertai penyakit komplikasi seperti diare, pnemonia dan lainlain masih dirujuk di rumah sakit. Untuk menanggulangi masalah yang dihadapi TFC, memberikan pendekatan psikologi kepada keluarga pasien agar pasien tersebut dirawat sampai sembuh, selain itu diharapkan adanya penambahan fasilitas serta penyediaan logistik dan bahan makanan untuk anak gizi buruk dan keluarga pasien sehingga pelayanan TFC bisa optimal. 53 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 4.4 Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Upaya pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara paripurna. Upaya tersebut dimaksudkan untuk (1) menjamin ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan obat generik dan obat esensial yang bermutu bagi masyarakat, (2) mempromosikan penggunaan obat yang rasional dan obat yang generik, (3) meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian difarmasi komunitas dan farmasi klinik serta pelayanan kesehatan dasar, serta (4) melindungi masyarakat dari penggunaan obat dan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan, mutu dan keamanan. a. Ketersediaan Jenis Obat Untuk Pelayanan Kesehatan Dasar Salah satu jenis pelayanan kefarmasian di Puskesmas yaitu penyediaan obat untuk pelayanan kesehatan dasar. Hal ini bisa dilihat dari jumlah ketersediaan jenis obat sesuai dengan kebutuhan di Puskesmas tahun 2011 yakni sebanyak 76 jenis dengan persentase 100 %. b. Penerapan Penggunaan Obat Penerapan dalam penggunaan obat essensial dan generik dimaksudkan agar terjaminnya ketersediaan, keterjangkauan, dan pemerataan obat dalam pelayanan kesehatan dasar, yang pelaksanaannya mencakup pengadaan obat essensial dan generik, sosialisasi dan revitalisasi konsepsi obat esensial serta penerapan penggunaan obat esensial generik pada fasilitas pelayanan kesehatan publik milik pemerintah. Pada tahun 2011 penyediaan obat di Kabupaten Bone Bolango telah mencapai 95 % angka ini mendekati target SPM 100%, kendala dalam pencapaian ini karena ada beberapa jenis obat essensial yang belum tersedia bentuk generiknya. 54 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN 5.1. Sarana Kesehatan a. Puskesmas Di Kabupaten Bone Bolango distribusi Puskesmas dan Puskesmas Pembantu sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dasar telah lebih merata. Pada tahun 2011 setelah dilakukan pemekaran jumlah puskesmas yang ada sampai akhir tahun sebanyak 19 unit. Dengan demikian rata-rata rasio puskesmas terhadap 100.000 penduduk adalah 13,41. Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas, ada beberapa Puskesmas telah ditingkatkan fungsinya menjadi puskesmas dengan tempat perawatan. Puskesmas perawatan ini terutama yang berlokasi jauh dari rumah sakit, di jalur-jalur jalan raya yang rawan kecelakaan, serta diwilayah terpencil. Hingga tahun 2011 jumlah puskesmas perawatan di Kabupaten Bone Bolango sebanyak 2 buah yaitu Puskesmas Suwawa dan Puskesmas Bonepantai. Sehubungan dengan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Balita (AKB), ada 3 Puskesmas yang dijadikan Puskesmas mampu PONED yaitu Puskesmas Suwawa, Puskesmas Bonepantai dan Puskesmas Dumbayabulan. b. Puskesmas Pembantu Puskesmas Pembantu di Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2011 berdasarkan laporan Sie. Promkes berjumlah 33 buah. Ratio desa per puskesmas pembantu 4,9 dengan demikian setiap puskesmas pembantu rata-rata melayani 4 - 5 desa. 55 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 c. Rumah Sakit Fasilitas lain yang memberikan layanan rujukan dan rawat inap di sebuah daerah yakni Rumah Sakit. Adapun jumlah rumah sakit di Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2011 sebanyak dua buah yaitu 2 buah yakni RSU Toto dan RSU Tombulilato. d. Fasilitas Kesehatan di Puskesmas Pada tahun 2011 jumlah mobil Puskesmas Keliling sebanyak 18 buah, jumlah sepeda motor seluruhnya 122 buah, jumlah rumah dinas dokter dan paramedis di Kabupaten Bone Bolango sebanyak 35 buah. Dengan adanya penambahan beberapa fasilitas seperti ini diharapkan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan dapat meningkat, demikian juga dengan kinerja tenaga kesehatan yang diberikan fasilitas kenderaan dinas. e. Polindes Jumlah Polindes di Kabupaten Bone Bolango tahun 2011 sebanyak 27 buah. Cakupan polindes aktif rata-rata kabupaten 100 % sedangkan ratio Polindes per Puskesmas adalah 1,42 berarti rata-rata tiap puskesmas membawahi 1 - 3 polindes. f. Poskesdes Jumlah Poskesdes di Kabupaten Bone Bolango tahun 2011 sebanyak 68 buah. g. Posyandu Jumlah Posyandu di Kabupaten Bone Bolango tahun 2011 sebanyak 218 buah. Ratio Posyandu per Puskesmas adalah 11,47 berarti rata-rata tiap wilayah puskesmas mempunyai 12 posyandu. 56 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 h. TFC (Therapeutic Feedeng Center) TFC di Kabupaten Bone Bolango sebanyak 1 buah, Fasilitas kesehatan ini baru berdiri di tahun 2011 dan diharapkan dapat dapat mengatasi masalah gizi buruk yang ada di Kabupaten Bone Bolango. i. Desa Siaga Kabupaten Bone Bolango berdasarkan laporan Sie. Promkes Dinas Kesehatan sudah mempunyai 68 Desa Siaga. Ratio Desa Siaga per Puskesmas adalah 3,58 berarti di tiap wilayah puskesmas terdapat 2 - 3 Desa Siaga. 5.2. Tenaga Kesehatan Dalam pembangunan kesehatan diperlukan sumber daya manusia dalam hal ini tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan melaksanakan upaya kesehatan dengan paradigma sehat, yang mengutamakan upaya peningkatan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pengadaan tenaga kesehatan dilaksanakan melalui pendidikan dan pengembangan tenaga kesehatan melalui pelatihan tenaga oleh pemerintah maupun masyarakat. a. Tenaga Medis Tahun 2011 di Kabupaten Bone Bolango tercatat jumlah tenaga medis yang ada di seluruh puskesmas dan rumah sakit sebanyak 25 orang dengan perincian 2 Orang dokter spesialis, 21 orang dokter umum serta dokter gigi sejumlah 2 orang dengan rasio masing-masing per 100.000 penduduk yakni 1,41 untuk dokter spesialis 14,80 untuk dokter umum dan 1,41 untuk dokter gigi. Sedangkan untuk rasio dokter keluarga belum dapat disajikan karena belum ada data yang masuk. 57 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 Bila dibandingkan dengan target pencapaian IS 2011, nampak bahwa rasio untuk tenaga dokter umum dan dokter gigi belum mencapai target (dokter umum 40 per 100.000 penduduk, dokter gigi 11 per 100.000 penduduk). Kurangnya tenaga medis di Kabupaten Bone Bolango perlu diperhatikan. Adanya dokter PTT diharapkan dapat membantu pemenuhan kebutuhan masyarakat akan tenaga medis. Pada tahun 2011 jumlah dokter PTT sebanyak 22 orang, terdiri dari dokter umum 11 orang dan dokter gigi sebanyak 11 orang. b. Tenaga Kefarmasian dan Gizi Tenaga Farmasi yang ada diseluruh puskesmas dan rumah sakit berjumlah 5 orang. Untuk rasio tenaga kefarmasian per 100.000 penduduk masih jauh dari yang diharapkan karena hingga tahun 2011 rasio tenaga kefarmasian baru mencapai 3,52 per 100.000 penduduk (Target IS 2011 adalah 100 per 100.000 penduduk). Sementara itu, tenaga gizi yang ada di kabupaten Bone Bolango berjumlah 35 orang, rasio tenaga gizi terhadap 100.000 penduduk sebesar 24,66 angka ini menurun bila dibandingkan dengan tahun kemarin yang hanya 28,22 namun untuk target IS 2011 belum tercapai karena harus 40 per 100.000 penduduk. c. Tenaga Keperawatan Tenaga kesehatan tergolong ke dalam tenaga keperawatan adalah Perawat dan Bidan. Tenaga perawat dan bidan yang ada di seluruh puskesmas dan rumah sakit yang ada di Kabupaten Bone Bolango berjumlah 162 orang perawat dan 131 orang bidan. Rasio tenaga perawat di Kabupaten Bone 58 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 Bolango tahun 2011 mencapai 114,15 per 100.000 penduduk, dan untuk tenaga bidan sebesar 92,31 per 100.000 penduduk. Bila dibandingkan dengan target pencapaian IS 2011 untuk tenaga perawat sebesar 100 per 100.000 penduduk dan untuk tenaga bidan adalah sebesar 117,5 per 100.000 penduduk. Dengan melihat angka ini maka rasio tenaga perawat dan bidan di Kabupaten Bone Bolango belum mencapai target IS 2011. d. Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi Jumlah tenaga kesehatan masyarakat di seluruh puskesmas dan rumah sakit di Kabupaten Bone Bolango tahun 2011 mencapai 77 orang dengan rasio sebesar 54,26 per 100.000 penduduk. Sementara itu, pada tahun yang sama jumlah tenaga sanitasi telah mencapai jumlah 23 orang dengan rasio sebesar 16,21 per 100.000 penduduk. Bila dibandingkan dengan target pencapaian IS 2011 maka kedua jenis tenaga tersebut masih sangat dibutuhkan mengingat target yang diharapkan adalah masing-masing 40 per 100.000 penduduk. 5.3. Pembiayaan Kesehatan Alokasi anggaran pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun Anggaran 2011 dapat dilihat dalam tabel berikut ini 59 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 Tabel Anggaran Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 N O SUMBER BIAYA 1 2 ALOKASI ANGGARAN KESEHATAN Rupiah % 3 4 15.903.209.553 88.75 115.930.000 1 - Dana Alokasi Khusus (DAK) - 0 - Askeskin - 0 1.900.000.000 10.6 ANGGARAN KESEHATAN : 1 APBD Kabupaten 2 APBD provinsi 3 APBN : - BOK 4 Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN) - 0 5 Sumber Pemerintah Lainnya - 0 17.919.139.553 100 Total APBD Kabupaten 434.314.461.549 % APBD Kesehatan terhadap APBD 24% Kabupaten Anggaran Kesehatan Per kapita 3.060,38 3.66 Total Anggaran Kesehatan Sumber: Subbag Keuangan dan Asset Dikes Kab. Bone Bolango Keterangan : Total Anggaran kesehatan bersumber APB Kabupaten (termasuk Gaji) mencapai Rp. 16.537.977.448. 60 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN Berbagai upaya telah dilaksanakan dalam pembangunan kesehatan, antara lain upaya peningkatan dan perbaikkan terhadap derajat kesehatan masyarakat, upaya pelayanan kesehatan, sarana kesehatan dan sumber daya kesehatan. Hasil-hasil kegiatan pembangunan kesehatan yang menyeluruh di Kabupaten Bone Bolango selama tahun 2011 tergambar dalam Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011. Secara umum dapat disimpulkan bahwa hingga tahun ini berbagai peningkatan derajat kesehatan masyarakat telah dicapai sebagai hasil dari pembangunan kesehatan, sejalan dengan perbaikan kondisi umum, perbaikan keadaan sosial dan ekonomi masyarakat Bone Bolango. Gambaran yang demikian merupakan fakta yang harus dikomunikasikan baik kepada para pimpinan dan penglola program kesehatan maupun kepada lintas sektor dan masyarakat di daerah yang didiskripsikan melalui data dan informasi. Oleh karena data dan informasi merupakan sumber daya yang strategis bagi pimpinan dan organisasi dalam pelaksanaan manajemen, maka penyediaan data/informasi yang berkualitas sangat diperlukan sebagai masukan dalam proses pengambilan keputusan. Di bidang kesehatan, data dan informasi ini diperoleh melalui penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan. Salah satu luaran utama dari penyelenggaraan sistem informasi kesehatan adalah Profil Kesehatan. Dalam perkembangannya, profil kesehatan ini menjadi paket sajian data dan informasi yang sangat penting, karena sangat dibutuhkan baik oleh jajaran kesehatan, lintas sektor maupun masyarakat. 61 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 Namun disadari, sistem informasi kesehatan yang ada saat ini masih belum dapat memenuhi kebutuhan data dan informasi kesehatan secara optimal, apalagi dalam era desentralisasi, pengumpulan data dan informasi dari Puskesmas menjadi relatif lebih sulit. Hal ini berimplikasi pada kualitas data dan informasi yang disajikan di dalam Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango yang terbit saat ini belum sesuai dengan harapan. Walaupun demikian, diharapkan Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango ini tetap dapat memberikan gambaran secara garis besar dan menyeluruh tentang seberapa jauh perubahan dan perbaikan keadaan kesehatan masyarakat yang telah dicapai. Betapapun, Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango ini belum mendapat apresiasi yang memadai karena belum dapat menyajikan data dan informasi yang sesuai dengan harapan, namun paket sajian ini merupakan satu-satunya publikasi data dan informasi di jajaran kesehatan yang relatif paling lengkap sehingga kehadirannya selalu ditunggu. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kualitas Profil Kabupaten Bone Bolango, Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango senantiasa mencari terobosan-terobosan dalam hal mekanisme pengumpulan data dan informasi secara cepat untuk mengisi ketidaktersediaan data dan informasi khususnya yang bersumber dari puskesmas. 6.2 SARAN 1. Dari hasil-hasil tersebut di atas, dapat dilihat bahwa masih ada pelaksanaan program yang belum mencapai hasil yang optimal. Hal tersebut menunjukkan masih perlunya perhatian dan penanganan yang lebih serius karena pembangunan kesehatan tetap merupakan kebutuhan masyarakat yang perlu ditingkatkan 62 Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011 secara terus menerus sesuai dengan perkembangan pembangunan nasional. 2. Penyusunan buku Profil kesehatan Kabupaten Bone Bolango tahun 2011 telah diupayakan untuk lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, baik dari segi kualitas data maupum analisisnya. Namun disadari pula dalam penyusunan buku Profil kesehatan ini masih ditemui banyak hambatan. Oleh karena itu untuk penyusunan Profil diharapkan format Kesehatan tidak di selalu tahun-tahun berubah mendatang tetapi tetap mengakomodir kebutuhan data dan informasi guna evaluasi dan perencanaan tahunan kegiatan pembangunan kesehatan. 3. Ketidaklengkapan tabel-tabel dalam Profil Kesehatan tahun ini salah satunya disebabkan karena ada beberapa item data yang tidak jelas definisi operasionalnya. Oleh karena itu untuk tahutahun mendatang setiap data yang dibutuhkan perlu disertai dengan definisi operasional yang jelas. 4. Perlu peningkatan kemampuan/ketrampilan pengelola data dan pemegang program dalam mencermati data guna peningkatan validitas data dan tidak selalu terulang adanya data-data yang tidak akurat . 5 . Perlu dilaksanakan kegiata rapid survey untuk mendukung validitas serta keakuratan data Profil kesehatan. 6 . Perlu dibuat suatu software data base untuk keperluan penyusunan profil kesehatan. Semoga Buku Profil Kesehatan Tahun 2011 ini dapat bermanfaat. Kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan Buku Profil Kesehatan pada tahun-tahun mendatang. SEKIAN 63