MODUL SKILLS LAB KETERAMPILAN IMUNISASI Penyusun: Huda Marlina Wati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS ABDURRAB 2014 Pelatihan keterampilan imunisasi meliputi keterampilan komunikasi dan keterampilan injeksi. Keterampilan komunikasi yang dituntut pada modul ini adalah mahasiswa mampu melakukan informed consent jenis imunisasi yang akan diberikan sesuai umur bayi / anak, memberitahu ibu apa saja efek samping yang mungkin terjadi serta kapan ibu harus kembali untuk imunisasi ulangan. Untuk hal ini mahasiswa diharapkan menguasi teori dasar imunisasi. Keterampilan injeksi (menyuntik) yang harus dikuasai pada modul ini adalah melakukan tatacara injeksi yang benar dan tepat sesuai vaksin imunisasi yang diberikan. Pelatihan dilakukan menggunakan role play, manekin dengan dibantu oleh alat-alat pemeriksaan yang sederhana dan disesuaikan dengan kompetensi dokter pelayanan primer. Sesi I : Pre test tentang imunisasi dan injeksi (prasyarat mengikuti skills lab : nilai pretest 50) Tutor pembimbing memberikan penjelasan mengenai jadwal dan prosedur imunisasi Tutor pembimbing mendemonstrasikan cara melakukan imunisasi sesuai checklist Semua mahasiswa mempraktekkan cara melakukan imunisasi secara bergantian sesuai checklist Tutor pembimbing dan mahasiswa mendiskusikan teknik imunisasi yang telah dicobakan. KETERAMPILAN IMUNISASI TUJUAN PEMBELAJARAN : Mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menentukan jadwal imunisasi sesuai umur 2. Menjelaskan 5 jenis imunisasi dasar dan penyakit yang dicegahnya 3. Melakukan 5 imunisasi dasar dengan teknik yang benar 4. Mampu berkomunikasi kepada orangtua bayi terkait imunisasi, memberikan informed consent dan menjelaskan efek samping imunisasi yang mungkin muncul IMUNISASI A. Pendahuluan Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktifterhadap suatu antigen, sehingga diharapkan anak tersebut tidak akan sakit bila kelak terpajan oleh antigen tersebut. Antigen yang diberikan pada saat imunisasi dapat berupa vaksin (mikroorganisme yang sudah dilemahkan/sudah mati). Vaksin adalah mikroorganisme atau toksoid yang diubah sedemikian rupa sehingga patogenisitas atau toksisitasnya hilang tetapi masih memiliki sifat antigenisitas (masih mampu merangsang respon imun spesifik). Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan vaksinasi dapat dilihat pada tabel di bawah. Faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan vaksinasi : 1. Cara pemberian vaksin Vaksin polio yang diberikan oral lebih baik dibanding pemberian parenteral (suntikan) karena akan menimbulkan imunitas lokal disamping imunitas sistemik 2. Dosis vaksin Dosis yang terlalu tinggi akan menghambat respon imun semnetara dosis yang terlalu rendah tidak mampu merangsang sistem imun. Dosis yang tepat diketahui dari hasil uji klinis. Jadi, pastikan dosis yang diberikan sesuai rekomendasi 3. Frekuensi dan jarak Respon imun sekunder menyebabkan sel efektor aktif lebih pemberian vaksin cepat, lebih tinggi produksinya dan lebih kuat afinitasnya. Jarak juga harus diperhatikan, karena bila kita memberikan vaksinasi ulangan saat kadar antibodi spesifiknya masih tinggi, maka antigen pada vaksin ulangan akan segera dinetralkan sebelum mampu merangsang respon imun. Karena itu pemberian vaksin ulangan (booster) sebaiknya mengikuti rekomendasi sesuai hasil uji klinis 4. Jenis vaksin Vaksin hidup memberikan respon lebih baik dibanding vaksin mati ataupun yang hanya berupa bagian dari mikroorganisme. 5. Ajuvan (zat pembawa) Zat yang secara nonspesifik meningkatkan respon imun terhadap antigen B. Jenis Vaksin : Pada dasarnya vaksin dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu : 1. Live attenuated (bakteri atau virus hidup yang dilemahkan) Contohnya vaksin campak, polio, mumps (gondongan), rubela, rotavirus, demam kuning 2. Inactivated (bakteri, virus atau komponennya yang dibuat tidak aktif) Contohnya : BCG, pertusis, hepatitis B, hepatitis A, influenza, meningokokus, toksoid tetanus, toksoid difteri, dll C. Program Pengembangan Imunisasi (PPI) Program Pengembangan Imunisasi (PPI) merupakan program pemerintah dalam bidang imunisasi guna mencapai komitmen internasional Universal Child Immunization (UCI) pada akhir 1990. Adapun 5 jenis imunisasi dasar yang termasuk dalam program pemerintah dan wajib diberikan pada setiap bayi / anak adalah : 1. Imunisasi BCG : untuk penyakit tuberculosis 2. Imunisasi Polio : untuk penyakit polio 3. Imunisasi Hepatitis B : untuk penyakit hepatitis B 4. Imunisasi DPT : untuk penyakit infeksi difteri, pertusis dan tetanus 5. Imunisasi campak : untuk penyakit campak Selain imunisasi dasar juga ada imunisasi tambahan yang dianjurkan, diantaranya imunisasi MMR, rotavirus, tifoid, varisela, HPV, hepatitis A, Hemophilus influenza B, dll. Imunisasi tambahan ini sangat dianjurkan tetapi belum menjadi target pemerintah. D. Penjelasan kepada Orangtua Mengenai Imunisasi Di dalam peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) no. 585 Tahun 1989 tentang persetujuan tindakan medik dinyatakan bahwa sebelum pasien atau keluarganya memberikan persetujuan tindakan medik, pasien atau keluarganya berhak mendapatkan penjelasan dokter mengenai tindakan medik yang akan dilakukan. Sesuai Permenkes ini dianjurkan juga penjelasan tertulis disamping penjelasan lisan. Untuk itu kepada dihimbau kepada dokter untuk memberikan penjelasan bahwa imunisasi berguna untuk melindungi anak dari bahaya penyakit dan mempunyai manfaat lebih besar dibanding kejadian ikutan yang dapat menyertainya. Sedangkan imunisasi yang dilaksanakan sesuai program pemerintah seperti di posyandu dan puskesmas tidak perlu persetujuan tindakan medik (sesuai permenkes no. 585 pasal 14). Sebelum melakukan imunisasi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada bayi/anak, yang sebaiknya ditanyakan pada orangtua/pengantar anak, diantaranya : 1. Apakah pernah mengalami kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) sebelumnya? 2. Alergi pada bahan yang juga terdapat pada vaksin 3. Mendapat pengobatan steroid, radioterapi atau kemoterapi 4. Menderita penyakit imunocompromise (leukemia, kanker, HIV/AIDS) 5. Tinggal serumah dengan pasien imunocompromise 6. Mendapat imunisasi vaksin hidup pada bulan lalu (campak, poliomielitis, rubela) 7. Mendapat transfusi darah dalam 3 bulan terakhir Hal yang perlu disampaikan kepada orangtua / pengantar anak adalah mengenai reaksi KIPI (kejadian ikutan pasca imunisasi), berupa reaksi lokal (di tempat suntikan) ataupun reaksi umum. Reaksi lokal berupa kemerahan, bengkak, gatal dan nyeri selama 1 – 2 hari. Gejala dapat dikurangi dengan memberikan kompres dingin. Kadang – kadang teraba benjolan kecil yang agak keras selama beberapa minggu atau lebih, tetapi umumnya tidak perlu dilakukan apapun. Sedangkan reaksi umum dapat berupa keluhan dan gejala tertentu tergantung jenis vaksin yang diberikan. Gejala biasanya ringan dan hilang dalam 1 – 2 hari. Gejala sistemik umum yang sering dijumpai adalah demam. Anjuran bila anak demam dapat diberikan obat demam (parasetamol 10 – 20 mg/KgBB) setiap 4 – 6 jam, tetap berikan ASI dan lebih banyak asupan cairan, pakaikan pakaian yang tipis, boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat. Jika reaksi menjadi berat dan menetap atau bila orangtua merasa khawatir, bawalah bayi ke dokter. Reaksi KIPI pada masing – masing vaksin dapat dilihat pada tabel di bawah. 1. Hepatitis B Jarang terjadi reaksi. Dapat timbul demam atau reaksi lokal 2. BCG Dapat timbul bisul kecil yang semakin membesar dengan ulcerasi selama 2 - 4 bulan, kemudian membaik dan sembuh dengan jaringan parut. Bila ulkus mengeluarkan cairan dapat dikompres dengan cairan antiseptik. Bila ulkus semakin membesar dan timbul pembengkakan di ketiak (pembesaran KGB aksila) maka perlu dibawa ke dokter. 3. DPT 4. Polio oral 5. Campak dan MMR Sering menyebabkan demam tinggi, anak rewel dan reaksi lokal di tempat suntikan Biasa hilang dalam 2 hari Anjuran bila terjadi demam dan reaksi lokal sama seperti yang sudah disampaikan di atas. Jarang terjadi. Tidak perlu melakukan apapun Sering muncul reaksi lokal Dapat timbul demam yang tidak tinggi setelah 5-12 hari Anjuran bila demam dan terjadi reaksi lokal sama seperti yang sudah disampaikan di atas. E. Jadwal Imunisasi rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Tahun 2011 1. Vaksin Hepatitis B 2. Vaksin Polio 3. Vaksin BCG 4. Vaksin DTP 5. Vaksin Campak 6. Vaksin Pneumokokus Diberikan sedini mungkin mengingat ± 3,9% ibu hamil terinfeksi hepatitis B dengan resiko transmisi maternal sebesar 45% diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dosis ke-2 diberikan 1 – 2 bulan setelah imunisasi pertama dan dosis ke-3 diberikan 6 bulan setelah imunisasi 1. Hep-B 4 diberikan pada usia 10 – 12 tahun diberikan pada kunjungan pertama. Bayi yang lahir di RB/RS diberikan vaksin OPV saat bayi dipulangkan untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain. Selanjutnya, untuk polio-1, polio-2, polio-3 dapat diberikan vaksin OPV atau IPV sebanyak 2 tetes dengan interval masing – masingnya 4 minggu. optimal diberikan pada umur ≤ 2 bulan Bila vaksin BCG akan diberikan sesudah umur 3 bulan, perlu dilakukan uji tuberkulin. Bila ada reaksi lokal cepat di tempat suntikan (accelerated local reaction), perlu dievaluasi lebih lanjut (diagnostik TB). Tidak diberikan pada anak dengan imunokompromais (leukemia, steroid jangka panjang, HIV, dll) diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan dengan interval 4 – 6 minggu. Selanjutnya DPT – 4 diberikan pada umur 18 – 24 bulan. Dapat diberikan vaksin DTwP atau DTaP atau kombinasi dengan Hepatitis B atau Hib. Ulangan DTP-5 pada umur 5 tahun. Program BIAS: disesuaikan dengan jadwal imunisasi Kementerian Kesehatan. Untuk anak umur di atas 7 tahun dianjurkan vaksin Td. diberikan pada umur 9 bulan, vaksin penguat diberikan pada umur 5-7 tahun. Program BIAS: disesuaikan dengan jadwal imunisasi Kementerian Kesehatan. dapat diberikan pada umur 2, 4, 6, 12-15 bulan. Pada umur 7-12 bulan, diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan; pada umur > 1 tahun diberikan 1 kali, namun keduanya perlu dosis ulangan 1 kali pada umur > 12 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak umur di atas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali 7. Vaksin Rotavirus 8. Vaksin Varisela 9. Vaksin MMR 10. Vaksin Influenza 11. Vaksin HPV monovalen diberikan 2 kali, vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali. Vaksin rotavirus monovalen dosis I diberikan umur 6-14 minggu, dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Sebaiknya vaksin rotavirus monovalen selesai diberikan sebelum umur 16 minggu dan tidak melampaui umur 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen : dosis ke-1 diberikan umur 6-12 minggu, interval dosis ke-2, dan ke-3 4-10 minggu, dosis ke-3 diberikan pada umur < 32 minggu (interval minimal 4 minggu). dapat diberikan setelah umur 12 bulan, terbaik pada umur sebelum masuk sekolah dasar. Bila diberikan pada umur > 12 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu. dapat diberikan pada umur 12 bulan, apabila belum mendapat vaksin campak umur 9 bulan. Selanjutnya MMR ulangan diberikan pada umur 5-7 tahun diberikan pada umur > 6 bulan, setiap tahun. Untuk imunisasi primer anak 6 bln – < 9 tahun diberi 2 x dengan interval minimal 4 minggu dapat diberikan mulai umur 10 tahun. Jadwal vaksin HPV bivalen 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV tetravalen 0,2,6 bulanvaksin OPV atau IPV F. Pemberian Suntikan Sebagian besar vaksin diberikan melalui suntikan intramuskular atau subkutan dalam. Terdapat pengecualian pada dua jenis vaksin yaitu OPV yang diberikan oral dan BCG yang diberikan intradermal. Para petugas yang melaksanakan vaksinasi harus memahami teknik dasar dan petunjuk keamanan pemberian vaksin, untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi dan trauma akibat suntikan yang salah. Pada tiap suntikan harus digunakan jarum dan semprit yang baru, disposible (satu kali pakai) dan steril. Semprit dan jarum yang telah digunakan harus dibuuang dalam tempat tertutup yang diberi label (tempat sampah alat medis) untuk menghindari kebocoran , luka tusukan atau pemeakaian ulang. Standar jarum yang digunakan adalah 25mm, kecuali bila bayi lebih kecil (jarum 26 - 27 mm), untuk dewasa bisa dipakai 23 mm. Arah sudut jarum pada suntikan intramuskular adalah 45 – 60O ke dalam m.vastus lateralis atau m.deltoid. Bila pada m.vastus lateralis, jarum diarahkan ke arah lutut sedangkan pada m. Deltoid, jarum diarahkan ke pundak. Kerusakan saraf dan vaskuler dapat terjadi apabila suntikan diarahkan pada sudut 90O. Pada suntikan dengan sudut 46 – 60O akan terjadi hambatan ringan pada waktu jarum masuk ke otot. G. Tempat Suntikan yang Dianjurkan Sejak akhir 1980, WHO telah memberi rekomendasi untuk melakukan vaksinasi pada paha anterolateral dan TIDAK dianjurkan memberikan vaksinasi pada pantat (m.gluteus) karena dapat mencederai n. Ischiadicus. Pada anak yang lebih besar (telah dapat berjalan) dan dewasa dapat dilakukan pada regio deltoid sebagai alternatif. Alasan memilih m. Vastus lateralis pada bayi dan anak ≤ 12 bulan adalah : 1. Menghindari risiko kerusakan n. Ischiadicus 2. Daerah deltoid pada bayi tidak cukup tebal untuk menyerap suntikan 3. Imunogenisitas vaksin Hepatitis B dan rabies akan berkurang apabila disuntikkan pada daerah gluteal 4. Reaksi lokal lebih jarang terjadi dan lebih ringan] 5. Menghindari lapisan lemak yang lebih tebal pada anterior paha. Adapun lokasi suntikan pada m. Vastus lateralis adalah sebagai berikut : Bayi/anak dapat diletakkan di meja periksa ataupun digendong dengan posisi setengah tidur. Kedua lengan bayi dipegang menyilang pelvis bayi. Tungkai bawah sedikit ditekuk dengan fleksi pada lutut Cari trochanter mayor femur dan condylus lateral dengan cara palpasi Tarik garis yang menghubungkan kedua tempat tersebut (bila tungkai bawah sedikit menekuk, maka lekukan yang dibuat oleh traktus iliotibialis menyebabkan garis bagian distal lebih panjang) Supaya vaksin yang disuntikkan masuk ke dalam otot pada batas antara bagian atas dan sepertiga tengah, jarum disuntikkan satu jari di atas batas tersebut. Sedangkan untuk mendapatkan lokasi deltoid yang benar adalah dengan cara buka baju anak sehingga lengan atas dari pundak sampai siku terbuka. Lokasi paling baik adalah pada tengah otot, yaitu pertengahan akromion dan insersi pada tengah humerus. Jarum suntik disuntikkan dengan sudut 50 – 60O ke arah akromion. Bila bagian bawah deltoid yang disuntik, ada risiko trauma n. Radialis. Pemberian dua atau lebih vaksin pada hari yang sama dapat dilakukan sesuai sesuai umur bayi seperti yang direkomendasikan oleh WHO atau IDAI. Vaksin inactivated dan vaksin virus hidup, khususnya bagi mereka yang telah terjadwal, dapat diberikan pada lokasi yang berbeda pada hari yang sama. Tetapi bila hanya satu yang diberikan, vaksin virus hidup berikutnya tidak boleh diberikan dalam waktu 4 minggu berikutnya. H. Prosedur Pemberian Imunisasi Sebelum melakukan imunisasi, dianjurkan mengikuti prosedur sebagai berikut : 1. Memberitahukan secara rinci tentang risiko vaksinasi dan risiko apabila tidak diimunisasi 2. Periksa kembali persiapan untuk memberikan pelayanan darurat bila terjadi reaksi yang tidak diharapkan (adrenalin injeksi untuk syok anafilaktik) 3. Lakukan informed consent 4. Pastikan pemberian vaksin pada anak bukan hal yang kontraindikasi 5. Pastikan vaksin yang diberikan disimpan dengan baik dan tidak ditemukan tanda – tanda kadaluarsa seperti perubahan warna 6. Periksa status imunisasi anak dan pastikan jenis vaksin yang diberikan sesuai dengan rekomendasi 7. Lakukan desinfeksi pada tempat suntikan sebelum melakukan imunisasi 8. Berikan vaksin dengan teknik suntikan yang benar. Setelah memberikan vaksinasi, kerjakan hal – hal seperti berikut : 1. Beri petunjuk apa yang harus dilakukan bila terjadi reaksi yang biasa ataupun reaksi yang lebih berat 2. Catat status imunisasi dalam rekam medis pribadi 3. Beri obat demam dengan dosis yang tepat untuk berjaga – jaga. Pengambilan Obat Injeksi Dari Vial Lepaskan penutup metal pada bagian atas vial (dengan menggunakan pinset) Campur dengan rata obat yang terdapat pada vial.Bersihkan bagian atas vial dengan kapas dan alkohol, biarkan mengering. Ambil jarum suntik dan lepaskan penutup jarum dengan teknik satu tangan. Letakkan penutup jarum pada instrumen basin. Tusuk jarum pada vial. Ambil vial dengan tangan kiri (tangan yang tidak dominan) dan ambil volume yang sesuai untuk pengobatan. Periksa ada tidaknya gelembung udara pada jarum suntik dan dikeluarkan gelembung udara tersebut. Periksa ulang volume yang sesuai yang diperlukan untuk pengobatan Lepaskan jarum dari vial. Masukkan jarum pada penutupnya dengan teknik satu tangan. Ganti jarum dengan yang baru dan letakkan jarum yang telah dipergunakan sebelumnya (untuk mengambil obat dari vial) pada instrumen basin. Dari Ampul Pastikan bahwa isi cairan obat dalam ampul terletak di bagian bawah dari leher ampul. Patahkan leher ampul dengan cara sbb : Potong leher ampul dengan kassa steril dan patahkan dengan menekan jari jempol. Menggunakan pisau pemotong botol yang biasa dipergunakan oleh bagian farmasi. Ambil jarum suntik dan lepaskan penutup jarum dengan teknik satu tangan. Letakkan penutup jarum pada instrumen basin. Pegang ampul dengan tangan kiri (tangan yang tidak dominan) jika memungkinkan. Masukkan jarum kedalam ampul dan ambil volume obat sesuai. Tarik kembali jarum dari dalam ampul. Arahkan jarum secara vertikal dan masukkan kedalam penutupnya. Keluarkan gelembung udara dalam syringe. Cek ulang secara tepat volume obat yang diberikan. Lepaskan jarum dari syringe dengan teknik satu tangan. Letakkan syringe dan jarumnya pada instrument basin. 8 CHECLIST KETERAMPILAN IMUNISASI Nama Mahasiswa : Observer : Hari / Tanggal Nilai : No 1. 2. : Nilai Aspek Yang Dinilai 0 Memperkenalkan diri dan menanyakan keluhan pasien 2 : melakukan keduanya dengan bahasa yang mudah dimengerti dan sambung rasa 1 : hanya melakukan salah satu atau melakukan keduanya tetapi tidak sempurna 0 : tidak melakukan Menanyakan identitas anak meliputi nama, umur, status imunisasi, masalah yang pernah timbul saat imunisasi 2 : menanyakan 4 item di atas 1 : hanya menanyakan 2 -3 item 0 : menanyakan 1 item atau tidak melakukan Menjelaskan tujuan, prosedur imunisasi dan meminta persetujuan medik 3. 2 : melakukan 3 item 1 : hanya melakukan 1 – 2 item 0 : tidak melakukan keduanya Menentukan jenis imunisasi yang akan diberikan sesuai umur anak berdasarkan rekomendasi 4. 2 : jenis vaksinasi yang diberikan benar dan lengkap sesuai umur 1 : jenis vaksinasi yang diberikan benar tetapi belum lengkap sesuai umur 0 : jenis vaksinasi yang ditentukan salah dan tidak sesuai umur 5. Memastikan anak yang akan diimunisasi tidak dalam kontraindikasi dilakukan imunisasi tidak (tidak mendapat vaksinasi virus hidup dalam 4 minggu ini, tidak sedang dalam pengobatan steroid, bukan pasien imunocompromise, tidak mendapat tranfusi darah dalam 3 bulan ini) 2 : memastikan dengan menanyakan 4 item 1 : memastikan dengan menanyakan 2 -3 item saja 0 : menanyakan 1 item atau tidak melakukan Menyiapkan dan menyebutkan alat (spuit, jarum 25mm, vaksin, kapas alcohol, handscoen, nier beken/bengkok, pinset sirurgis) 6. 2 : menyiapkan & atau menyebutkan 5 – 6 alat 1 : menyiapkan & atau menyebutkan 4 alat 7. 8. 0 : < 4 alat Memeriksa dan mengecek label vaksin yang akan diberikan tidak berubah warna, tidak keruh dan tidak kadaluarsa 1 : melakukan 0 : tidak melakukan Mencuci tangan dan menggunakan handschoen 9 1 2 9. 10. 11. 1 : melakukan 0 : tidak melakukan Pengambilan vaksin dari vial (buat dalam 2 sediaan spuit : 1 untuk injeksi intramuskular, 1 untuk injeksi intrakutan) 1 : melakukan 0 : tidak melakukan a. membuka tutup vial dengan pinset sirurgis b. melakukan desinfeksi pada tutup vial sebelum mengambil obat c. mengambil obat dengan spuit d. mengganti jarum spuit Memastikan jarum spuit terpasang kencang 1 : melakukan 0 : tidak melakukan !!!Membuang sisa udara di dalam spuit Critical step : bila tidak melakukan dianggap gagal Memberikan vaksinasi BCG (secara intrakutan) 12. 13. 14. 15. 16. 17. Meminta orangtua menggendonga anak dan membuka baju anak sesuai dengan area penyuntikan 1 : meminta pasien dengan sopan 0 : tidak melakukan / melakukan dengan kurang sopan Menentukan lokasi penyuntikan : pada pangkal lengan atas, sejajar m. Deltoideus 1 : melakukan dan menyebutkan lokasi 0 : tidak melakukan / melakukan tetapi tidak menyebutkan lokasi / lokasi salah Melakukan desinfeksi pada area penyuntikan dan tunggu kering 1 : melakukan, menunggu kering dan ASEPTIK 0 : tidak melakukan / tidak menunggu kering / tidak aseptic (tersentuh tangan tanpa di desinfeksi lagi) Menyuntik kulit intrakutan dengan sudut 10O – 15O 1 : melakukan dengan benar 0 : tidak benar Melakukan aspirasi dan memastikan vaksin tidak masuk ke pembuluh darah kemudian memasukkan vaksin sampai terbentuk gelembung. Tanda tidak masuk vena : tidak ada terhisap darah 2 : melakukan aspirasi & memasukkan vaksin sampai membentuk gelembung 1 : hanya salah satu yang benar 0 : keduanya salah atau tidak melakukan Memberikan vaksinasi DPT, Hepatitis B dan campak (secara intramuskular) Meminta orangtua untuk membuka baju/menurunkan celana sesuai dengan area penyuntikan 1 : meminta pasien dengan sopan 0 : tidak melakukan / melakukan dengan kurang sopan 10 18. 19. 20. 21. Menentukan lokasi penyuntikan : (pada m.vastus lateralis) 1 : melakukan 0 : tidak melakukan a. Meminta orangtua menempatkan anak diletakkan di meja periksa ataupun digendong dengan posisi setengah tidur dengan kedua lengan bayi dipegang menyilang pelvis bayi. b. Menekuk tungkai bawah dengan sedikit fleksi pada lutut c. Cari trochanter mayor femur dan condylus lateral dengan cara palpasi d. Tarik garis yang menghubungkan kedua tempat tersebut (bila tungkai bawah sedikit menekuk, maka lekukan yang dibuat oleh traktus iliotibialis menyebabkan garis bagian distal lebih panjang) e. Lokasi : regio sepertiga tengah, pada vastus lateralis (pada garis yang dibuat tadi. Melakukan desinfeksi pada area penyuntikan dan tunggu kering 1 : melakukan, menunggu kering dan ASEPTIK 0 : tidak melakukan / tidak menunggu kering / tidak aseptic (tersentuh tangan tanpa di desinfeksi lagi) Menyuntik kulit intramuscular ke arah lutut dengan sudut 45O – 60O 22. Melakukan aspirasi dan memastikan vaksin tidak masuk ke pembuluh darah kemudian memasukkan vaksin. Tanda tidak masuk vena : tidak ada terhisap darah 2 : melakukan aspirasi & memasukkan vaksin ketika sudah pasti tidak masuk ke vena 1 : hanya salah satu yang benar 0 : keduanya salah atau tidak melakukan 23. Menarik jarum dan menekan bekas suntikan dengan kapas alcohol 1 : melakukan 0 : tidak melakukan Memberikan vaksinasi OPV (oral polio virus) 24. Meneteskan vaksin polio sebanyak 2 tetes ke mulut anak saat anak menangis 1 : meneteskan OPV sebanyak 2 tetes ke mulut bayi 0 : < 2 tetes, atau tidak masuk ke mulut 25. Menjelaskan pada orangtua bahwa imunisasi telah selesai dilakukan dan mempersilakan untuk mengenakan pakaian anak kembali 2 : menjelaskan dan mempersilakan memakai pakaian kembali 1 : hanya melakukan salah satu 0 : tidak melakukan 26. Meletakkan sisa alat medis ke nier beken selama bekerja (menjaga ASEPTIK) 2 : meletakkan alat medis yang sudah dipakai LANGSUNG pada nier beken (tidak sampai tercecer di meja / bed pasien) 0 : ada alat medis yang sempat tercecer 27. Membuka handscoen dan mencuci tangan 1 : melakukan keduanya (handscoen dibuang ke tempat sampah) 0 : hanya melakukan salah satu / membuang handscoen sembarangan) 11 28. Mengisi rekam medik / KMS anak 29. Menjelaskan kejadian ikutan yang mungkin muncul, cara mengatasinya dan meresepkan obat demam 2 : menjelaskan dengan sempurna 1 : menjelaskan tetapi tidak sempurna 0 : tidak menjelaskan atau salah. 12