modul dasar-dasar penangkapan ikan

advertisement
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai upaya pencegahan terhadap serangan patogen
penyebab penyakit tertentu pada organisme budidaya, salah satu
cara yang paling banyak dilakukan adalah melalui pemberian
vaksin. Vaksin adalah pemberian antigen yang berasal dari
pathogen spesifik dengan teknik pelemahan sedemikian rupa
kepada organisme budidaya sehingga tidak bersifat patogenik.
Vaksin dapat menstimulasi sistem kekebalan tubuh ikan dan
meningkatkan daya tahan terhadap serangan patogen berikutnya.
Oleh karena itu, vaksinasi dapat dbandingkan dengan
pertanggungan asuransi, dimana hanya dibayar polis asuransi
yang akan menutupi biaya rumah sakit yang jauh lebih mahal, bila
seseorang terkena penyakit atau mengalami kecelakaan. Hal ini
karena vaksinasi adalah tindakan pencegahan (preventive) untuk
melindungi ikan dari serangan penyakit yang mungkin terjadi di
masa depan, yang umumnya terkait dengan kematian masal atau
biaya
kemoterapetik
pada
ikan
yang
dibudidaya
dengan
konsekuensi kerugian/biaya yang jauh lebih besar.
Dalam aplikasinya, vaksin hanya memberi perlindungan pada
jenis pathogen yang digunakan sebagaqi sumber Ag-nya, tidak
berspektrum luas. Artinya, bila vaksin yang diberikan adalah untuk
melindungi ikan terhadap Streptococcus iniae, maka perlindungan
hanya
terhadap
serangan
Streptococcus
iniae,
bukan
perlindungan terhadap serangan Vibrio anguillarum.
Modul ini merupakan penerapan dari sistem kekebalan tubuh
ikan yang telah diberikan sebelumnya.
13
B. Ruang Lingkup Isi

Pengertian dan Ruang Lingkup

Mengenal Prinsip-prinsip vaksinasi ikan

Mengenal metode-metode vaksinasi ikan

Mengenal jenis-jenis vaksin ikan

Mengenal strategi vaksinasi ikan

Mengenal teknik evaluasi vaksinasi ikan
C. Kaitan Modul
Modul ini merupakan modul lanjutan dari modul sistem
kekebalan tubuh ikan yang telah diberikan sebelumnya.
Pada
modul ini dijabarkan mengenai pengertian dan ruang lingkup
vaksinasi ikan, yang diikuti dengan pengenalan terhadap prinsipprinsip vaksinasi pada ikan, kemudian diperkenalkan juga metodemetode vaksinasi ikan, jenis-jenis vaksin ikan, serta strategi
vaksinasi ikan dan bagaimana mengevaluasi efektifitas pemberian
vaksin pada ikan.
D Sasaran Pembelajaran Modul
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa mampu :

Mampu menjelaskan prinsip-prinsip vaksinasi pada ikan,

Mampu menjelaskan metode yang digunakan dalam vaksinasi
ikan

Mampu menjelaskan jenis dan strategi vaksinasi ikan

Mampu menjelaskan dan melakukan evaluasi keberhasilan
vaksinasi ikan.
14
II. PEMBELAJARAN
A. Pengertian dan Ruang Lingkup
Vaksin adalah pemberian antigen yang berasal dari
pathogen spesifik dengan teknik pelemahan sedemikian rupa
kepada organisme budidaya sehingga tidak bersifat patogenik.
Vaksin dapat menstimulasi sistem kekebalan tubuh ikan dan
meningkatkan
daya
tahan
terhadap
serangan
patogen
berikutnya.
Vaksinasi hanya diberikan pada ikan yang sehat, tidak
menunjukkan gejala klinis penyakit tertentu dan tidak mengalami
stres (transportasi dan handling). Vaksin diberikan setelah ikan
dipuasakan sedikitnya selama 24 jam. Hal ini agar tidak terjadi
gangguan bahan lain dalam intestin ikan, dan dapat merespon
dengan baik pada anaestetik yang diberikan.
Saat ini kebanyakan bahan dasar vaksin adalah bakterin,
yang umumnya telah dimatikan atau dilemahkan dari kultur sel
bakteri patogen. Walaupun juga telah dikembangkan beberapa
jenis vaksin untuk virus dan beberapa jenis parasit.
B. Metode Vaksinasi
Secara umum dikenal empat cara/metode vaksinasi ikan,
yaitu :
1. Injeksi (IP atau IM) : dosis vaksin akurat, menggunakan
syringe (spoit) kecil 0,1 – 1 ml, jarum kecil dan pendek
(biasanya
diberi
pengaman
karet/busa pada bagian ujung jarum
agar tidak menembus tubuh ikan
terlalu dalam/maks. 0,5 cm, ukuran
ikan > 20 gram, bisa injeksi 1000 –
1500 ekor dalam sejam (sistem otomasi dan operator terlatih),
15
efisien karena jumlah vaksin yang hilang dapat diminimalisir.
Paling disukai di negara maju.
2. Imersi/celup (dipping) : ikan dicelup dalam larutan vaksin
sekitar 30 detik, solusi vaksin 1 : 10 sampai 2 : 8 (tergantung
jenis dan konsentrasi vaksin), 1-2
liter vaksin bisa untuk 100 kg ikan
dengan jumlah maks dipping 20
kali,
vaksin
umumnya
masuk
melalui insang dan kulit, stres
kurang
namun
tidak
seefektif
injeksi. Ukuran ikan 1 – 5 gram.
3. Perendaman (bathing) : ikan direndam dalam larutan vaksin
selama 1 jam, kondisi air statik
dengan DO cukup, solusi vaksin
( 2 : 1000 or 1 : 1000), jumlah
vaksin 1-2 liter cukup untuk 100 kg
ikan, umumnya digunakan pada
ikan-ikan kecil 1-5 g, sangat mudah tapi kurang efektif. Vaksin
masuk ke tubuh ikan via kulit atau insang.
4. Oral (dalam pakan) : vaksin (Ag) diberikan dalam pakan,
biasanya untuk ikan berukuran
agak besar >
40 g, vaksin
diserap dalam intestin ikan, tidak
menimbulkan
stres,
diberikan
hingga 10 kali dalam satu periode
vaksinasi.
5. Semprot (spray) : ada upaya menyemprot ikan dengan vaksin,
namun terbukti tidak efektif.
16
6. Vaksin DNA : Ag diisiolasi dari DNA patogen, umumnya
diberikan pada larva dengan sejenis alat penembak (vaccine
shot) atau via injeksi. Dengan alat penembak, vaksin
ditembakkan pada permukaan kulit ikan. Teknik ini belum
tersedia secara komersial, namun sdh digunakan dalam
beberapa uji coba. Sangat efektif, karena material DNA
langsung diikat oleh protein ikan dan sistem imun terinduksi.
C. Jenis-jenis Vaksin
1. Vaksin in-aktif (inactivated) : paling umum digunakan dalam
akuakultur,
diproduksi
dengan
meng-inaktifkan
patogen
dengan bahan kimia atau pemanasan (heat).
2. Vaksin Hidup dilemahkan (attenuated) : patogen dikultur
secara khusus untuk menghilangkan virulensinya (cth. Intervet
Aquavac ESC utk Edwardsiella ictaluri pada catfish di USA).
3. Vaksin Sub-unit : dibuat dari fragmen khusus Ag yang
diketahui mampu menstimulasi sistem kekebalan tubuh
melalui proses purifikasi, dengan rekayasa genetik (cth.
Intervet Compact IPN utk
Infectious Pancreatic
Necrosis
Virus pada ikan Salmon di Chile).
4. Vaksin Rekombinan : menggunakan vektor / carrier dari
mikroorganisme
non-patogen
lalu
dimasukkan
material
genetik patogen tertentu.
5. Vaksin
DNA
:
menggunakan
plasmid
patogen
yang
mengandung Ag spesifik.
6. Vaksin Sintetik/Peptida : Epitop Ag sintetik yang dicampur
dengan carrier atau adjuvant tertentu.
7. Vaksin Anti-Idiotypic : mengandung Ig yang menyerupai Ag
sehingga dikenali oleh sistem kekebalan tubuh ikan.
17
D. Strategi Vaksinasi
Strategi pemberian vaksin pada ikan bergantung pada
kombinasi faktor-faktor sbb :
1. Epizootiologi pada daerah atau lokasi tertentu,
2. Sensitifitas jenis ikan dan kelompok umur yang sering terserang
penyakit,
3. Harapan rentang waktu kekebalan (proteksi) yang diberikan,
4. Siklus produksi, dan
5. Ketersediaan biaya, tenaga dan infrastruktur.
Terdapat
ukuran/usia
korelasi
ikan
pada
nyata
antara
vaksinasi
periode
proteksi
(perkembangan
dan
jaringan
anosopoietic).
E. Evaluasi Vaksinasi
Hasil
vaksinasi (lab., uji coba atau komersil) dievaluasi
menggunakan rumus RPS (relative percentage of survival) :
RPS = 1 – ( mortalitas ikan divaksin / mortalitas ikan tidak divaksin) x 100 %

RPS merepresentasikan jumlah ikan yang mati bila tidak
divaksin.

Secara ekonomis, nilai RPS harus > 70%.

Artinya, bila ikan tidak divaksin maka kerugian kematian bisa 3
kali lipat akibat serangan penyakit.
18
F. Sistem Kekebalan Tubuh Udang
Seperti telah dijelaskan pada modul system kekebalan tubuh
ikan, kemampuan system pertahanan tubuh udang sangat berbeda
dengan ikan. Berbeda dalam hal-hal : tingkat respon terhadap
pathogen, kapasitas dalam mengenali pathogen yang selanjutnya
dikoordinasikan modus pertahanan tubuh, dan masih banyak lagi.
Kesalahan selama ini ada pada asumsi umum bahwa ikan dan
udang memiliki kompetensi kekebalan tubuh yang sama, pada
kenyataannya, kompetensi pada udang jauh lebih rendah.
Beberapa kesalahan strategi penanganan penyakit pada udang
berawal dari kesalahan interpretasi tersebut. Udang memiliki cairan
tubuh (analogy darah) yang disebut hemolimf, yang mengandung
molekul
pengangkut
oksigen
(hemosianin)
dan
molekul
immunereactive yang disebut lektin. Lektin (lectins) adalah
senyawa glycoprotein yang mengikat satu porsi molekul gula dan
satu porsi molekul lainnya, seperti lipopolisakarida atau betaglucan. Sehingga satu-satunya cara untuk meningkatkan respon
kekebalan tubuh udang adalah dengan menambahkan lektin ke
dalam aliran darahnya. Akan tetapi setelah infeksi reda, sel-sel
yang menghasilkan lektin sama sekali tidak memiliki kemampuan
untuk mengingat (memori) agen penginfeksi. Oleh karena itu,
system kekebalan tubuh tidak melibatkan memori (acquired). Oleh
karena itu, cirri khas lektin lainnya sekali mengikat molekul gula
pada benda asing yang masuk, maka benda asing tersebut akan
dengan mudah difagositasi oleh hemosit.
19
G. Penutup
Umumnya
durasi
vaksinasi
singkat
(short-duration).
Pemberian vaksin sangat dipengaruhi oleh suhu air, oleh karena itu
cek suhu air dalam kondisi optimal.
Respon primer terhadap pemberian vaksin (terutama IP atau
IM) umumnya terjadi setelah 2 minggu injeksi. Pemberian vaksin
berikutnya (booster) diberikan sekitar 8-9 minggu setelah vaksinasi
pertama dan hasilnya adalah pemeliharaan perlindungan untuk
jangka waktu yang cukup panjang yang dicirikan dengan tingginya
titer Ig.
20
H. Indikator Penilaian Akhir Sesi Pembelajaran
No
NIRM
NAMA
MAHASISWA
• Menjelaskan prinsip-prinsip
vaksinasi pada ikan,
• Menjelaskan metode yang
digunakan dalam vaksinasi
ikan
• Menjelaskan jenis dan strategi
vaksinasi ikan
• Menjelaskan dan melakukan
evaluasi keberhasilan vaksinasi
ikan.
Ketepatan dan
Kerjasama
kejelasan uraian
kelompok
1
2
3
4
.
90
21
III. PENUTUP
Modul ini membahas tengang Prinsip-prinsip vaksinasi ikan,
pengenalan terhadap metode-metode vaksinasi ikan, pengenalan
terhadap jenis-jenis vaksin ikan, demikian juga pengenalan terhadap
strategi vaksinasi ikan serta teknik evaluasi vaksinasi ikan. Dengan
pemahaman yang baik terhadap sistem kekebalan ikan, maka
pemberian vaksin pada ikan akan lebih mudah untuk dilakukan.
22
REFERENSI
Ellis, A.E., 1988. Fish Vaccination. Academic Press, London. 334p.
Shoemaker, C.A.,2001. Immunity and disease resistance in fish. In:
Nutrition and Fish Health (Ed.: Lim, C., Webster, C.D.). Food
Products Press, NY. Pgs 149-162.
Komar,C. William.J. Enright, Luc Grisez, and Zilong Tan, 2004.
Understanding Fish Vaccination. AQUA Culture AsiaPacific
Magazine, November/December.
Varvarigos, P., 2009. Practical considerations of vaccination
Strategies. VETCARE ™
Baklien, A. 2006. Fish vaccination. PharmaQ, Italy.
Evans, J.J., Klesius, P.H., and Shoemaker, C.A. 2006.
Streptococcus vaccine in warm water : an Overview. Aquaculture
Health 7 : 10-26.
23
Download