View/Open - Repository Unhas

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Perkembangan alur kehidupan manusia dan semakin mengglobalnya
kebutuhan-kebutuhan mendasar hidup manusia membuat setiap individu
untuk terpacu terus berusaha mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan. Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik lahir
maupun batin selalu memerlukan manusia lain. Manusia selalu ingin hidup
bersama baik dalam lingkungan yang terkecil seperti keluarga maupun
dalam kelompok atau masyarakat luas. Sebagai makhluk sosial, setiap
manusia tidak akan terlepas dari kegiatan komunikasi, baik secara
komunikasi personal, komunikasi kelompok maupun komunikasi massa.
Setiap orang yang melakukan kegiatan komunikasi, tentunya tidak terlepas
dari adanya konsep diri.
Konsep diri berkaitan dengan komunikasi oleh karena itu sukses
tidaknya suatu komunikasi, banyak tergantung pada kualitas konsep diri
seseorang. Dalam hal ini menyangkut apakah konsep diri seseorang itu
negatif atau positif. Konsep diri memainkan peran yang sangat besar
dalam menentukan keberhasilan hidup seseorang, karena konsep diri dapat
dianalogikan sebagai operating system yang menjalankan program
komputer. Konsep diri adalah sistem operasi yang menggerakkan
komputer mental, yang mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang.
Semakin baik konsep diri, maka akan semakin mudah seseorang untuk
berhasil, demikian pula sebaliknya.
Seseorang yang mempunyai konsep diri, dapat menilai dirinya dalam
menjalankan peranan hidup berkeluarga atau dalam masyarakat tanpa
merasa lebih atau kurang terhadap kemampuan dan bersikap dengan orang
lain. Perilaku seseorang dalam kehidupan bermasyarakat merupakan faktor
yang menentukan. Konsep diri seseorang bukan sesuatu yang langsung
jadi, melainkan diperoleh dan dibentuk melalui pendidikan, pengalaman
serta pengaruh lingkungan.
Berdasarkan hal itu terdapat lagi perbedaan mendasar tentang cara
pandang antara pria dan wanita. Dalam pekerjaan atau karier, perbedaan
tersebut juga ada. Siapa yang tak mampu memahaminya, bisa jadi akan
terhambat pekerjaannya. Tak Cuma cara pandang yang berbeda, hampir
semua perilaku pria dan wanita juga berbeda. Soal komunikasi misalnya.
Sesuatu pekerjaan yang biasanya menjadi pekerjaan seorang pria kini
dikerjakan juga oleh seorang wanita, hal itu bisa saja di interpretasikan lain
oleh orang lain, begitu juga sebaliknya.
Setiap analisis tentang pekerja wanita selalu mengandung pandangan
yang umum berlaku, yakni apakah pekerjaan ‘domestik’ masih dianggap
sebagai satu-satunya tugas atau ‘karir’ bagi wanita, atau pekerjaan publik
sudah layaknya bagi mereka. Dari data-data empirik dan berbagai kritik
yang ditujukan terhadap diskriminasi seks dalam pekerjaan, pada akhirnya
membawa implikasi bahwa sudah saatnya dihentikan pandangan yang
meremehkan pekerjaan domestik wanita, dan sebaliknya agar dilakukan
formalisasi terhadap pekerjaan tanpa upah itu.
Bagi kalangan akademis, segregasi pekerjaan wanita di berbagai
sektor ekonomi merupakan sumber perbedaan status wanita dengan pria.
Segregasi pekerjaan dan tanggung jawab utama dalam pengasuhan anak
mengakibatkan rendahnya status dan pengalaman kerja yang bisa dicapai
oleh wanita. Memang status maternitas atau keibuan bisa memperkuat
pelindungan terhadap pekerja wanita, meskipun tidak jarang hal itu
dihubung-hubungkan dengan pekerjaan mereka sebelumnya, yakni tugastugas rumah tangga.
Sudah banyak bukti-bukti yang menunjukkan perbedaan upah wanita
dengan pria di dalam dan antar sektor pekerjaan. Hal yang masih sulit
dibuktikan adalah soal pengelompokan mereka ke dalam pekerjaan sejenis
semasa hidup, pola-pola pengalaman kerja, mobilitas pekerjaan yang
berkaitan dengan masa-masa melahirkan, atau strategi pemilihan pekerjaan
antar periode yang bisa memadukan tugas domestik dengan pekerjaan
publiknya.
Oleh karena itu berbagai pekerjaan dan profesi pun dijalani sesuai
dengan kemampuan mereka masing-masing, yang terkadang membuat
beberapa jenis pekerjaan sering dikait-kaitkan dengan jenis kelamin dan
tingkat kepantasan berpekerjaan seperti itu bahkan sampai pada provinsi
yang masih berkembang seperti di gorontalo.
Gorontalo adalah provinsi yang ke-32 di Indonesia. Sebelumnya,
Gorontalo merupakan wilayah kabupaten di Sulawesi Utara. Provinsi
Gorontalo terletak di pulau Sulawesi bagian utara atau di bagian barat
Sulawesi Utara. Luas wilayah provinsi ini 12.215 km² dengan jumlah
penduduk sebanyak 887.000 jiwa (2004). Berdasarkan data kebanyakan
pekerjaan yang di tekuni oleh masyarakat gorontalo adalah Pertanian,
namun seiring perkembangan waktu dan meningkatnya produksi bentor di
gorontalo maka bentor pun menjadi suatu pekerjaan baru di daerah ini.
Bentor merupakan salah satu alat transportasi utama di gorontalo.
Kendaraan publik di Gorontalo ini merupakan hasil “kawin campur”
antara sepeda motor dan becak. Kedigdayaannya sebagai kendaraan
pengantar penupang telah teruji dengan menyingkirkan dominasi becak
kayuh dan delman memasuki tahun 2000.
Keunggulan bentor terletak pada kapasitas penumpang yang bisa
diangkutnya, kecepatan yang melampaui becak kayu, serta bisa
memanjakan pelanggan dengan mengantarkan mereka ke tempat tujuan
meski harus memasuki gang-gang kecil yang tidak bisa di lalui oleh
delman, itulah alasan mengapa kendaraan tersebut sampai saat ini tetap
bertahan di hati masyarakat Gorontalo. Uniknya bentor yang biasanya di
kemudikan oleh seorang abang/om bentor (sebutan bagi pengemudi bentor
laki-laki) saat ini sudah berubah posisinya dan sekarang ada juga wanitawanita yang bisa mengemudikan bentor dengan berbagai tujuannya
masing-masing, seperti di daerah Kabupaten Bone Bolango. Disana mulai
terlihat beberapa wanita yang berprofesi sebagai pengemudi bentor tetap.
Wanita ketika berprofesi sebagai pengemudi bentor sering kali
mengahadapi asumsi-asumsi stereotype mengenai profesi atau pekerjaan
yang sedang dijalaninya. Wanita selalu diasumsikan sebagai makhluk yang
lemah lembut, yang mencerminkan dirinya sebagai seorang istri dan ibu
dari anak-anaknya, sebagai makhluk yang menggunakan perasaannya
dalam bertingkah laku. Karena itu, jika seorang wanita mampu melakukan
pekerjaan yang sejatinya dilakukan oleh seorang pria maka akan
menimbulkan sejumlah dampak psikologis, khususnya pola interaksi
mereka dengan lingkungannya. Faktor lingkungan tempat seseorang
tumbuh dan berkembang juga mempengaruhi setiap keputusan dan konsep
dirinya. Karena setiap individu memiliki variasi tersendiri dalam konsep
psikologisnya. Setiap individu yang dibesarkan dalam lingkungan yang
berbeda secara tajam akan memiliki konsep diri yang berbeda juga.
Adanya stereotipe yang berkembang di masyarakat tentang perbedaan
gender, kondisi fisik, serta psikologis pada wanita-wanita yang berprofesi
sebagai pengemudi bentor ini membuat hal itu menjadi sulit untuk di
pahami, dimengerti dan diterima oleh masyarakat sehingga terkesan tabu
kalau ada bagian dari masyarakat itu yang berprofesi sebagai pengemudi
bentor yang notabenenya pekerjaan itu adalah pekerjaan seorang laki-laki.
Menyimak permasalahan di atas maka penting untuk mengetahui tentang
“Studi Kasus Konsep Diri dan Perilaku Komunikasi Tiga Wanita
Pengemudi Bentor di Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo”
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka rumusan
masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana konsep diri pada wanita-wanita pengemudi bentor di
Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo ?
2.
Bagaimana perilaku komunikasi pada wanita-wanita
pengemudi
bentor di Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo?
C. Tujuan dan kegunaan penelitian
1. Tujuan penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan ingin mengetahui dan
memahami konsep diri wanita-wanita pengemudi bentor ditinjau dari
beberapa aspek yang melatar belakangi mereka dalam melakukan
perannya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui konsep diri pada wanita-wanita pengemudi
bentor di kabupaten Bone bolango Provinsi gorontalo
b. Untuk mengetahui perilaku komunikasi pada wanita-wanita
pengemudi bentor di kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo
2. Kegunaan penelitian
a. Kegunaan teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam
menambah
khasanah
kajian-kajian
ilmu
komunikasi
dan
memberikan
kontribusi
dalam
rangka
pengembangan
ilmu
komunikasi khususnya pada sub Psikologi Komunikasi. Selain itu
hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi
mahasiswa yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut
mengenai Konsep Diri .
b. Kegunaan praktis
Penelitian ini diharapan dapat menjadi sumbang saran kepada
mahasiswa jurusan ilmu komunikasi dalam meningkatkan motivasi
belajar
D. Kerangka Konseptual
Bahasa atau komunikasi melalui simbol-simbol merupakan isyarat
yang mempunyai arti khusus yang muncul terhadap individu lain yang
memiliki ide yang sama dengan isyarat-isyarat dan simbol-simbol akan
terjadi pemikiran (mind). Manusia mampu membayangkan dirinya secara
sadar tindakannya dari kacamata orang lain, hal ini menyebabkan manusia
dapat
membentuk
perilakunya
secara
sengaja
dengan
maksud
menghadirkan respon tertentu dari pihak lain. Tertib masyarakat
didasarkan pada komunikasi dan ini terjadi dengan menggunakan simbolsimbol. Proses komunikasi itu mempunyai implikasi pada suatu proses
pengambilan peran (role taking). Komunikasi dengan dirinya sendiri
merupakan suatu bentuk pemikiran (mind), yang pada hakikatnya
merupakan kemampuan khas manusia.
Konsep diri menurut George Herbert Mead dalam Rakhmat (1996 :
100), pada dasarnya terdiri dari jawaban individu atas pertanyaan "Siapa
Aku".
Konsep
diri
terdiri
dari
kesadaran
individu
mengenai
keterlibatannya yang khusus dalam seperangkat hubungan sosial yang
sedang berlangsung. Kesadaran diri merupakan hasil dari suatu proses
reflektif yang tidak kelihatan, dan individu itu melihat tindakan-tindakan
pribadi atau yang bersifat potensial dari titik pandang orang lain dengan
siapa individu ini berhubungan. Hal ini mempengaruhi kemampuan
individu dalam membina hubungan interpersonal.
Konsep diri secara fisik dari wanita pengemudi bentor menghendaki
setiap orang untuk mendapatkan perlakuan secara fisik yang baik berupa
pemberian apresiasi yang tinggi maupun dampak dari adanya berbagai
ketidaksesuaian fisik yang dihadapinya, seperti adanya pencerminan setiap
orang untuk mencari popularitas, mencari sensasi dengan melakukan
tindakan-tindakan
yang
menarik
perhatian
yang
mempengaruhi
kenampakan fisik dari wanita-wanita pengemudi bentor tersebut.
Konsep diri wanita pengemudi bentor yang berkaitan dengan sosial
ditunjukkan dengan berbagai penilaian tentang hubungan-hubungan
kekeluargaan, kondisi lingkungan, interaksi sosial yang memberikan
pengaruh sifat seseorang serta adanya tuntutan kebutuhan ekonomi untuk
mampu menjalankan kehidupan yang sedang dijalani.
Konsep diri secara psikologis pada wanita pengemudi bentor nampak
terlihat melalui tindakan-tindakan dalam memahami tanggung jawab yang
dipikul, kemampuan mengatasi konflik-konflik yang dihadapi dan mampu
mengatasi rasa emosional.
Konsep diri ini mempunyai sifat yang dinamis, artinya tidak luput dari
perubahan. Ada aspek-aspek yang bisa bertahan dalam jangka waktu
tertentu, namun ada pula yang mudah sekali berubah sesuai dengan situasi
sesaat. Misalnya, seorang merasa dirinya pandai dan selalu berhasil
mendapatkan nilai baik, namun suatu ketika dia mendapat angka merah.
Bisa saja saat itu ia jadi merasa "bodoh", namun karena dasar
keyakinannya yang positif, ia berusaha memperbaiki nilai.
Berbagai faktor dapat mempengaruhi proses pembentukan konsep diri
dalam Suranto (2011: 68) faktor yang mempengaruhi konsep diri
seseorang, seperti:
1. Pola asuh orangtua
Pola asuh orang tua seperti sudah diuraikan di atas turut
menjadi faktor signifikan dalam mempengaruhi konsep diri yang
terbentuk. Sikap positif orang tua yang terbaca oleh anak, akan
menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positif serta sikap
menghargai diri sendiri. Sikap negatif orang tua akan
mengundang pertanyaan pada anak, dan menimbulkan asumsi
bahwa dirinya tidak cukup berharga untuk dikasihi, untuk
disayangi dan dihargai; dan semua itu akibat kekurangan yang
ada padanya sehingga orang tua tidak sayang.
2. Kegagalan
Kegagalan
yang
terus
menerus
dialami
seringkali
menimbulkan pertanyaan kepada diri sendiri dan berakhir dengan
kesimpulan bahwa semua penyebabnya terletak pada kelemahan
diri. Kegagalan membuat orang merasa dirinya tidak berguna.
3. Depresi
Orang yang sedang mengalami depresi akan mempunyai
pemikiran yang cenderung negatif dalam memandang dan
merespon segala sesuatunya, termasuk menilai diri sendiri.
Segala situasi atau stimulus yang netral akan dipersepsi secara
negatif. Misalnya, tidak diundang ke sebuah pesta, maka berpikir
bahwa karena saya "miskin" maka saya tidak pantas diundang.
Orang yang depresi sulit melihat apakah dirinya mampu survive
menjalani kehidupan selanjutnya. Orang yang depresi akan
menjadi super sensitif dan cenderung mudah tersinggung atau
"termakan" ucapan orang.
4. Kritik internal
Terkadang, mengkritik diri sendiri memang dibutuhkan
untuk menyadarkan seseorang akan perbuatan yang telah
dilakukan. Kritik terhadap diri sendiri sering berfungsi menjadi
regulator atau rambu-rambu dalam bertindak dan berperilaku
agar keberadaan kita diterima oleh masyarakat dan dapat
beradaptasi dengan baik.
Perilaku komunikasi dikategorikan sebagai perilaku yang terjadi
dalam berkomunikasi, yaitu bagaimana pelaku (sumber/penerima)
mengelola, menyampaikan dan menerima suatu pesan.
Perilaku komunikasi antar pribadi yang positif lahir dari konsep diri
yang positif. Komunikan yang berkonsep diri positif adalah yang terbuka
kepada orang lain. Mengungkapkan yang sebenarnya kepada orang lain
yang juga bersedia mengungkapkan yang sebenarnya tentang dirinya
adalah sebuah ukuran hubungan yang ideal. Menurut Luft dalam Rakhmat
(2012:106) mengemukakan model Johari Window mengungkapkan tingkat
keterbukaan dan tingkat kesadaran tentang diri kita tentang hal-hal yang
kita ketahui dan yang tidak kita ketahui ke dalam empat kuadran. Menurut
Rakhmat, orang memiliki atribut yang hanya di ketahui oleh dirinya
sendiri, hanya di ketahui oleh orang lain, diketahui oleh dirinya sendiri dan
orang lain, tidak diketahui oleh siapapun. Jenis pengetahuan ini di
gambarkan pada keempat kuadran sebagai berikut :
Diketahui oleh
Orang lain
Tidak diketahui oleh orang
lain
Diketahui
oleh diri sendiri
1
Terbuka
3
Tersembunyi
dikutip dari Liliweri 1997 : 49
Gambar 1.2
Tidak diketahui oleh diri
sendiri
2
Buta
4
Tidak diketahui
-
Open area (daerah terbuka) adalah informasi tentang diri seseorang yang
diketahui oleh orang lain dan diri sendiri seperti nama, status, pekerjaan,
jenis kelamin dll.
-
Blind area (daerah buta) adalah informasi yang diketahui oleh orang lain
tetapi tidak diketahui oleh diri sendiri. Seperti cara mengurangi grogi.
Semakin kita mengetahui kelemahan kita dari orang lain maka semakin
mudah untuk mengatasinya.
-
Hidden area (daerah tersembunyi) adalah informasi yang diketahui
tentang diri sendiri tetapi tidak diketahui oleh orang lain, seperti informasi
tentang perhatian seseorang terhadap kesehatan, keuangan, dll
-
Unknown area (daerah tidak diketahui) adalah informasi dari diri yang
tidak diketahui oleh diri sendiri dan tidak diketahui oleh orang lain.
Wilayah ini dapat diketahui melalui kondisi-kondisi tertentu.
Berikut skema kerangka konseptual
Konsep Diri pada Wanita-Wanita Pengemudi Bentor di Kabupaten Bone
Bolango Provinsi Gorontalo
Aspek Fisik
-Bentuk Tubuh
Konsep Diri Positif
-Penampilan
Wanita-wanita
Pengemudi Bentor
Aspek Psikologi
-
- Percaya Diri
- Menerima Kritik
- Menyadari
kesalahan
- Membuka Diri
- Kredibel
Memperbaiki Diri
- Mudah Bergul
Perilaku
Komunikasi
-Watak
-Perasaan
Konsep Diri Negatif
-Sikap
-
Aspek Sosial
-Penilaian Diri
-Penghargaan Diri
Gambar 1.2
Kurang Percaya Diri
Tidak Tahan Kritik
Senang Dipuji
Menutup Diri
Kurang Kredibel
Merasa tidak aman
Sulit Bergaul
Efektifitas
Komunikasi
- Pengertian yang
sama terhadap
makna pesan
- Melaksanakan
pesan secara Suka
rela
- Meningkatkan
Kualitas
Hubungan
AntarPribadi
E. Definisi Operasional
Adapun batasan-batasan pengertian sebagai berikut :
1. Konsep diri adalah gambaran tentang wanita yang mengemudikan bentor
yang terdiri dari pengetahuan tentang dirinya sendiri dan penilaiannya
terhadap dirinya sendiri
2.
Konsep diri positif adalah persepsi terhadap dirinya, harapan-harapannya,
dan penilaian tentang diri sendiri yang positif
3. Konsep diri negatif adalah persepsi wanita yang mengemudikan bentor
terhadap dirinya, harapan-harapannya, dan penilaian tentang diri sendiri
yang negatif
4. Konsep diri berdasarkan aspek fisik adalah suatu konsep dalam
memperkenalkan diri seseorang melalui perubahan-perubahan bentuk
tubuh dan penampilan yang ditunjukkan dalam memainkan peranannya
5. Konsep diri berdasarkan aspek sosial adalah suatu konsep dalam
memperkenalkan diri agar orang lain dapat memberikan penilaian dan
penghargaan. Dalam hal ini pandangan atau keyakinan wanita yang
beprofesi sebagai pengemudi bentor terhadap dirinya sendiri yang
menyangkut
hubungannya
dengan
lingkungannya
dan
bagaimana
pandangan orang lain terhadap dirinya.
6. Konsep diri berdasarkan aspek psikologi adalah suatu konsep dalam
menunjukkan perubahan watak atau karakter, timbulnya perasaan dan
sikap untuk memainkan peranannya.
7. Perilaku
komunikasi
adalah
perilaku
yang
ditampilkan
dalam
berkomunikasi, yaitu bagaimana pelaku (komunikator dan komunikan)
mengelola dan mentransferkan suatu pesan. Dalam hal ini perilaku wanitawanita pengemudi bentor dengan lingkungan sekitarnya.
8. Efektivitas Komunikasi ditandai dengan pengertian yang sama terhadap
makna pesan, melaksanakan
pesan
secara
sukarela, dan
dapan
meningkatkan kualitas hubungan antarpribadi.
9. Wanita-wanita pengemudi bentor di kabupaten Bone Bolango Provinsi
Gorontalo adalah wanita- wanita yang berprofesi atau yang mempunyai
pekerjaan sebagai pengemudi bentor tetap selama penelitian ini dilakukan
10. Bentor adalah alat transportasi
darat jarak dekat (dalam kota) dan
merupakan gabungan antara becak dan motor (beroda tiga) yang umumnya
dikemudikan oleh laki-laki.
F. Metode penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bone Bolango Provinsi
Gorontalo. Waktu penelitian berlangsung selama dalam waktu 2 bulan
yaitu bulan Januari-Februari 2012
2. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan
menggunakan teknik eksploratif dimana penulis berusaha meneliti dan
menggali lebih dalam segala informasi yang di perlukan untuk menunjang
penelitian baik informasi dari informan maupun hasil observasi.
3. Teknik pengumpulan data
1. Observasi
yaitu pengamatan langsung
terhadap keseharian
informan, mengikuti sampai ketempat mereka beraktivitas
2. Wawancara
mendalam
(Independent
mewawancarai dan mengajukan beberapa
interview)
yaitu
pertanyaan kepada
informan secara langsung dan berusaha menggali lebih mendalam
informasi yang dibutuhkan.
3. Keseluruhan data yang bersumber dari literatur dan referensi, yang
berhubungan dan berkaitan dengan penelitian mengenai konsep diri
dan psikologi komunikasi.
4. Teknik Penentuan Informan
Informan ditentukan dengan menggunakan teknik penarikan
accidental sampling yaitu responden yang menjadi sumber informasi
adalah yang berhasil di temui yakni sebanyak 3 (tiga) orang wanita
dengan pekerjaan sebagai pengemudi bentor tetap.
5. Teknik Analisis Data
Langkah yang diambil dalam teknik analisis data dalam penelitian
ini adalah dengan melihat hasil observasi dan wawancara langsung yang
lebih mendalam, yang dilakukan peneliti terhadap informan. Analisis data
yang digunakan adalah analisis data kualitatif dengan menggunakan tiga
komponen analisis yaitu : reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Reduksi data adalah suatu proses untuk menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan , menyederhanakan, membuang yang tidak
perlu dan mengorganisasikannya. Sedangkan penyajian data adalah proses
penyusunan dan penyajian informasi yang diperoleh dari sumber-sumber
informasi, selanjutnya menarik kesimpulan atas hasil penelitian yang telah
diperoleh.
Download