BAB IV PENCAPAIAN PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI GORONTALO Untuk menggambarkan pencapaian pembangunan kesehatan di Provinsi Gorontalo tahun 2008, maka data-data yang disajikan dibawah ini adalah data yang didapatkan dari Profil kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2008, yang kemudian dikomparasikan dengan data hasil RISKESDAS dan data MASTER PLAN KESHATAN Provinsi Gorontalo.. Adapun data pada lampiran tabel profil 2008 ini sebagian besar masih sulit untuk dianalisis antara lain karena kurang lengkap serta belum konsisten. Data tersebut dapat dijadikan sebagai data pembanding antara data yang bersumber dari profil kesehatan kabupaten/kota dan data dari cakupan program yang ada pada Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo tahun 2008. Analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan Komparatif dan trend selama kurun waktu 3 sampai 5 tahun. Gambaran tentang situasi kesehatan di Provinsi Gorontalo pada tahun 2008 disajikan antara lain melalui indikator mortalitas, morbiditas, status gizi masyarakat dan lain-lain, sebagai berikut; A. Angka Kematian (Mortalitas) Kematian dapat digunakan sebagai salah satu indikator berhasil tidaknya pembangunan kesehatan. Data tentang kematian dapat diperoleh dengan cara melakukan berbagai survei karena umumnya kematian terjadi di rumah, sedangkan kematian yang terjadi pada pelayanan kesehatan umumnya hanya kasus rujukan begitu pula data kematian yang ada di kelurahan hanya yang dilaporkan saja, penyebab kematian umumnya tidak dicatat. Data yang disajikan berikut ini adalah data jumlah Kematian Bayi dan Balita, dan jumlah Kematian Ibu yang terlapor di sarana pelayanan kesehatan yang ada di kabupaten/kota se-Provinsi Gorontalo 1. Angka Kematian Ibu (AKI) Kematian Ibu Bersalin menggambarkan status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, ibu waktu melahirkan dan waktu nifas. jumlah kematian ibu melahirkan di Provinsi Gorontalo Tahun 2008 sebanyak 60 orang dari 22.398 kelahiran hidup. Berarti di Provinsi Gorontalo terdapat 268 kematian ibu melahirkan tiap 100.000 kelahiran. Angka ini lebih besar bila dibandingkan dengan angka kematian ibu pada tahun 2007 yang sebesar 229 per 100.000 kelahiran. Bila dibandingkan dengan indikator yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI yang hanya 250 kematian per 100.000 maka Angka Kematian Ibu melahirkan di Provinsi Gorontalo lebih tinggi. Jumlah ibu hamil, ibu nifas dan ibu melahirkan yang meninggal pada Tahun 2008 tertinggi berada di kabupaten Gorontalo sebanyak 17 Kasus. sedangkan terendah di Kota Gorontalo sebanyak 3 kasus kematian. Sumber : Profil kesehatan Kabupaten/Kota 2005-2008 JUMLAH GRAFIK TREND ANGKA KEMATIAN IBU( AKI) DI PROVINSI GORONTALO THN 2002-2008 AKI 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 321 342 218 237 418 229 268 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2002-2008 Selama kurun waktu 7 tahun, kecenderungan Angka kematian Ibu di Provinsi Gorontalo mengalami fluktuasi, Angka Kematian Ibu tertinggi dilaporkan pada tahun 2006 sebesar 418 Per 100.000 KH. Sedangkan kematian Ibu terendah pada tahun 2004 sebesar 218 per 100.000 KH. 2. Angka Kematian Bayi (AKB) dan Balita (AKABA) Infant Mortality Rate atau angka kematian Bayi (AKB) merupakan indicator yang lain digunakan dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat, angka kematian bayi merujuk pada jumlah bayi yang meninggal pada fase antara kelahiran hingga bayi belum mencapai umur 1 tahun per 1000 kelahiran hidup. Kecenderungan penurunan Angka kematian Bayi dan Balita dapat dipengaruhi oleh pemerataan pelayanan kesehatan berikut fasilitasnya, pendapata masyarakat yang meningkat juga dapat berperan melalui perbaikan gizi yang pada gilirannya mempengaruhi daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit. Gambaran angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian Balta (AKABA) di Provinsi Gorontalo Selama Tahun 2005-2008 digambarkan pada table berikut : Sumber :Profil kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2005-2008 Jumlah balita mati pada tahun 2008 di Provinsi Gorontalo sebanyak 232 kasus, dengan angka kematian tertinggi berada di Kabpaten Goorntalo sebanyak 128 kasus sedangka kasus kematian balita terendah di Kabupaten Goorntalo Utara sebanyak 7 kasus kematian. Gambaran jumlah kematian Balita di Kabupaten/Kota selang Tahun 2005-2008 digambarkan pada table berikut ini : Sumber : Profil kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2005-2008 Berdasarkan tabel diatas, jumlah bayi yang mati di Provinsi Gorontalo selang Tahun 2005-2008 cenderung tidak mengalami perubahan yang signifikan pada tahun 2005 jumlah bayi mati sebanyak 163 bayi hingga tahun 2008 jumlah bayi yang mati dilaporkan sebanyak 164 bayi. Kabupaten/Kota yang melaporkan angka kematian bayi tertinggi tahun 2008 adalah kabupaten Boalemo sebanyak 48 kasus. Kecenderungan angka kematian bayi dan balita serta angka kematian ibu di Provinsi Gorontalo pada tahun 2005-2008 pada umumnya mengalami penurunan namun demikian penurunan tersebut masih berada diatas standar nasional yang ditetapkan oleh Departemen keseehatan sebagaimana digambarkan pada grafik berikut ini : Sumber : Profil kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2005-2008 Angka kematian balita (AKABA) pada tahun 2007 sebanyak 245 di Provinsi Gorontalo tertinggi dilaporkan kemudian mengalami penurunan pada Tahun 2008 sebanyak 225 namun demikian penurunan tersebut belum sesuai dengan standar nasional sebesar kasus. Jumlah kematian ibu nifas, ibu melahirkan dan ibu hamil di Provinsi Gorontalo selama kurun waktu 4 tahhun mengalami fluktuasi jumlah kematian tertinggi dilaporkan terjadi pada tahun 2006 sebanyak 82 , mengalami penurunan pada tahun 2007 sebanyak 57 kemudian pada tahun 2008 meningkat menjadi 60 kasus. B. MORBIDITAS Tingkat kesakitan mencerminkan situasi derajat kesehatan masyarakat di Provinsi Gorontalo, beberapa indicator morbiditas penakit tertentu merupakan terkait denga komitmen global dalam MDGs. Angka kesakitan di rovinsi Gorontalo diperoleh dari data berbasis masyarakat baik ditingkat Rumah Sakit ataupun Puskesmas melalui sistim pencatatan dan pelaporan yang disajikan dalam bentuk buku Profil kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2008. Program utama untuk menekan angka kesakitan adalah dengan mengembangkan pemberantasan sarang sistem nyamuk surveilans epidemiologi (PSN) dan vektor penyakit berbasis masyarakat, lainnya, pengawasan pemeriksaan kualitas air dan lingkungan, perbaikan sarana air bersih dan sanitasi dasar, pengembangan program desa sehat, sosialisasi perilaku hidup bersih dan sehat, revitalisasi Posyandu dsb. 1. Penyakit Malaria Penyakit Malaria merupakan salah satu Penyakit Menular yang merupakan penyakit endemis khusunya diwlayah Indonesia Timur, Angka kesakitan Malaria per-1.000 penduduk di Provinsi Gorontalo pada Tahun 2008 dapat dilihat pada table berikut ; Sumber : Profil kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2005-2008 Angka kesakitan penyakit Malaria pada tahun 2008 di provinsi Goorntalo mencapai 40,67 per 1.000 penduduk. Kasus terbanyak terdapat di Kabupaten Gorontalo sebesar 15,56 per 1.000 penduduk Kabupaten Gorontalo utara memiliki angka kesakitan DBD terendah yaitu 2,27 per 1.000 penduduk. 2. Demam Berdarah Angka kesakitan penyakit demam berdarah pada tahun 2008 di provinsi Gorontalo mencapai 20.91 per 100.000 penduduk. Kasus terbanyak terdapat di Kota Gorontalo sebesar 61,29. Kabupaten Boalemo memiliki angka kesakitan DBD terendah yaitu 3,2. Jumlah ini tidak termasuk Kabupaten Gorontalo Utara karena tidak memiliki data kesakitan DBD, selengkapnya dapat dilihat pada table berikut ; Sumber : Profil kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2005-2008 3. Diare Angka kesakitan penyakit Diare pada tahun 2008 di provinsi Goorntalo mencapai 3,79 per 1.000 penduduk. Kasus terbanyak terdapat di Kabupaten Gorontalo sebesar 56,37 per 1.000 penduduk. Kabupaten Bolaemo memiliki angka kesakitan diare terendah yaitu 14,78 per 1.000 penduduk. Jumlah ini tidak termasuk Kabupaten Gorontalo Utara karena tidak memiliki data kesakitan diare. Cakupan angka kesakitan penyakit diare per 1.000 penduduk di Kabupaten/kota se Provinsi Gorontalo dapat dilihat pada table berikut ; Sumber : Profil kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2005-2008 Sumber : Profil kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2005-2008 4 Penyakit TB-Paru Indikator Indonesia Sehat 2010 mengharapkan angka kesembuhan TB Paru mencapai 85 %. Prosentase TB paru sembuh pada tahun 2008 adalah sebanyak 75,58%. Angka kesembuhan tertinggi di kabupaten Bone Bolango sebesar 100 %. Angka kesembuhan TB Paru terendah di kabupaten Gorontalo hanya 53,86%. Kabupaten Gorontalo utara tidak memiliki data. Selengkapnya dapat dilihat pada grafik berikut : Sumber : Profil kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2005-200 Case detection rate (CDR) Provinsi Gorontalo pada tahun 2008 dilaporkan 81,6% meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 60,6 %. Case detection rate tertinggi dilaporkan pada tahun 2004 yang mencapai 94,6 % cakupan CDR terendah dilaporkan pada tahun 2005 yang hanya mencapai 10,61%. Selengkapnya dapat dilihat pada grafik berikut : Sumber : Profil kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2005-2008 5. Penyakit Campak Jumlah kasus campak di provinsi Gorontalo Tahun 2008 mencapai 381 kasus dengan jumlah kasus terbanyak dilaporkan dari Kota Gorontalo sebanyak 191 kasus disusul Kabupaten Gorontalo sebanyak 124 kasus. Kabupaten Bolaemo dan Kabupaten Pohuwato tidak dilaporkan adanya kasus campak. Kabupaten Goorntalo utara tidak memiliki data. Selengkapnya dapat dilihat pada table berikut ; TABEL : JUMLAH KASUS CAMPAK DI KABUPATEN/KOTA TAHUN 2008 Sumber : Profil kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2005-2008 B. STATUS GIZI MASYARAKAT Status gizi masyarakat dapat diukur dengan beberaa indikator, antara lain bayi dengan status gizi balita, bayi yang Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi wanita subur Kurang Energi Kronis (KEK). Status Gizi Balita, Balita dengan gizi buruk adalah balita yang mempunyai berat badan dibawah garis merah pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Indikator status gizi masyarakat antara lain tergambar pada jumlah kunjungan neonates (KN-2), jumlah bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), Balita Gizi buruk dan jumlah kunjungan bayi kesarana pelayanan kesehatan. Selengkapnya dapat dilihat pada table berikut ; 1. Kunjungan Neonatus. Bayi hingga usia kurang dari satu bulan merupakan golongan umur yang paling rentan atau beresiko gangguan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi resiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0 – 28 hari) Dalam melaksanakan pelayanan Neonatus, petugas kesehatan disamping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi, juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu.Prosentase cakupan kunjungan neonates di kabuaten/Kota Tahun 2008 dapat dilihat pada grafik berikut ini : Sumber : Profil kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2005-2008 2. BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) Berat badan lahir rendah (kurang dari 2500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian Perinatal dan Neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu BBLR karena premature atau BBL karena Intrauterine Growth Retardation (IUGR). Yaitu bagi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. TABEL : PROSENTASE BBLR PROVINSI GORONTALO TAHUN 2008 Sumber : Profil kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2005-2008 3. Balita Gizi Buruk Prosentase cakupan balita gzi buruk yang dilaporkan pada tahun 2008 sebanyak 5,97 %, . Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2007 di Provinsi Gorontalo cakupan gizi buruk dilaporkan sebesar 8,2% kasus terbanyak dilaporkan dari Kabupaten Gorontalo sebanyak 14,3%. Kota Gorontalo pada tahun 2008 tidak melaporkan adanya kasus gizi buruk berdasarkan data RISKESDAS Kota Gorontalo terdapat 64% kasus gizi buruk. TABEL : PROSENTASE GIZI BURUK DI KABUPATEN/KOTA DAN DATA GII BURUK BERDASARKAN RISKESDAS Sumber : Profil kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2005-2008 4. Kunjungan Bayi Jumlah Kunjungan bayi ke pleayanan kesehatan Tahun 2008 di Provinsi Gorontalo mencapai 19.261 kunjungan bayi, dengan jumlah bayi sebanyak 23.001. Kunjungan bayi tertinggi dilaporkan Kabupaten Gorontalo yang mencapai 100 % dari jumlah bayi yaitu 8.508. Kabupaten Pohuwato tidak melaporkan jumlah kunjungan bayi ke pelayanan kesehatan selengkapnya dapat dilihat pada table berikut Sumber : Profil kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2005-2008 C. UPAYA KESEHATAN 1. Cakupan persalinan Nakes (K-1 DAN K4) Pelayanan Antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, sesuai dengan pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Berikut ini adalah cakupan kunjungan KI dan K4 Tahun 2008 ; TABEL CAKUPAN PELAYANAN K1 DAN K4 DI KABUPATEN/KOTA TAHUN 2008 Sumber : Profil kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2008 Cakupan pelayanan Antenatal merupakan salah satu indikator yang dapat menggambarkan tingkat upaya KIA dan tingkat perilaku ibu hamil. Cakupan ini dapat dipantau melalui K1 yaitu jumlah kunjungan pertama (baru) ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal, sedangkan K4 adalah pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi sekali dalam triwulan pertama, sekali dalam triwulan kedua dan dua kali dalam triwulan ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan pada ibu hami Berdasarkan table diatas diketahui angka kunjungan pertema ibu hamil ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal tertinggi di kabupaten Pohuwato 98 % dan kunjungan K- 1 terendah adalah kabupaten Bone Bolango sebesar 83%, sehingga cakupan kunjungan K-1 Provinsi Gorontalo dilaporkan 44 % Cakupan kunjungan K-4 tertinggi adalah Kota Gorontalo sebesar 90% sedangkan cakupan K-4 terendah di kabupaten Bone bolango sebesar 61,66%. sehingga cakupan kunjungan K-4 Provinsi Gorontalo dilaporkan 68,69 % . K4 adalah pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi sekali dalam triwulan pertama, sekali dalam triwulan kedua dan dua kali dalam triwulan ketiga TABEL : PERSALINAN OLEH NAKES DAN DATA HASIL RISKESDAS BUMIL YANG TIDK MAU PERIKSA KEHAMILAN Berdasarkan grafik diatas, kunjungan neonates tertinggi di Kabupaten Goorntalo 99,66 % sedangkan kunjungan neonates terendah di Kota Gorontalo 84.23%. Sehingga rata-rata kunjungan neonates Provinsi Gorontalo pada Tahun 2008 91.45 % . GAMBAR : DISTRIBUSI JUMLAH TENAGA DI PKM BERDASARKAN FUNGSI PELAYANAN KIA DI PROVINSI GORONTALO KOTA GORONTALO Pohuwato [ % Kab. Gorontalo Boalemo { x [ % [ % [ % { x [ % [ % [ % [ % [ % % [ x { { x {x x {x {% [% { [ x { x Kota Gorontalo [ % Bone Bolango [ % [ % Fungsi Ketenagaan - Kesehatan Ibu & Anak T Tidak Ada Tenaga $ 1 - 2 Orang [ % > 2 Orang { x Jaringan Jalan Jalan Utama Jalan Lokal Lokasi Penelitian Bukan Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian [ % N W E JUMLAH TENAGA BERDASARKAN FUNGSI (FUNGSI KESEHATAN IBU & ANAK) S 10 0 10 20 30 Kilometers Sumber : Master Plan Kesehatan tahun 2008 Cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu nifas, ibu melahirkan ,Bayi dan balita ditentukan oleh kualitas dan kecukupan tenaga berdasarkan fungsinya. Berdasarkan hasil pemetaan pelayanan kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2008, fungsi ketenagaan kesehatan Ibu dan anak di Puskesmas tidak terdistribusi secara merata khususnya di Kabupaten Boalemo dan Kabupaten Bone Bolango terdapat Puskesmas yang tidak memiliki tenaga KIA, Disamping itu di Kota Gorontalo distribusi jumlah tenaga KIA di Puskesmas mencapai ratarata > 2 orang. TABEL : DESA YANG MEMILIKI BIDAN, DUKUN DAN POLINDES DI KABUPATEN/KOTA BERDASARKAN DATA PODES TAHUN 2008 Berdasarkan data podes tahun 2008 desa yang memiliki bidan dan polindes serta desa yang memiliki dukun di Provinsi Gorontalo terdapat 510 desa yang ada dukun dan hanya 153 desa diantaranya yang memiliki Polindes dn bidan. Data ini menunjukkan bahwa seluruh desa di kabupaten/Kota lebih banyak memiliki dukun dibandingkan dengan desa yang memiliki bidan dan polindes sehingga dapat indicator cakupan persalinan oleh nakes di kabupaten/Kota. 2 Jumlah PUS KB Baru dan KB Aktif mempengaruhi Jumlah pasangan usia subur di provinsi Gorontalo pada Tahun 2008 mencapai 240.245 yang termasuk KB aktif mencapai 75,54% dan yang termasuk dalam KB baru 8,15%. Prosentase KB aktif tertinggi dilaporkan oleh Kabupaten Boalemo yang mencapai 82,60% dari jumlah PUS. Selengkapnya dapat dilihat pada table berikut ; 3.Desa UCI Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) UCI .pada dasarnya merupakan suatu gambaran terhadap cakupan sasaran bayi yang telah mendapatkan imunisasi secara lengkap. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut dapat digambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat terhadap penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Suatu desa telah mencapai target UCI apabila >= 80% atau lebih bayi di desa tersebut mendapat imunisasi lengkap yang terdiri dari 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 3 dosis polio, 3 dosis Hepatitis B dan 1 dosis Campak sebelum berumur 1 tahun. 4 .Cakupan Imunisasi Campak 5. Cakupan Imunisasi Campak Pada tahun 2007 Provinsi Gorontalo termasuk kedalam 7 Provinsi yang tidak mencapai target tingkat perlindungan program dengan cakupan campak > 80% sehingga upaya meningkatkan cakupan imunisasi campak terus dilakukan untuk mencapa target menurunnya kasus campak pada tahun 2010. Cakupan imunsiasi campak di provinsi Gorontalo Tahun 2008 84,7%, Cakupan imunisasi campak tertinggi dilaporkan Dinas Kesehaatn Kabupaten Boalemo yang mencapai 90,21% disusul Kabupaten Gorontalo 86,95%. Cakupan imunisasi campak terendah di Kabupaten Pohuwato 78,33%. Selengkanya dapat dilihat pad grafik berikut ini ; TABEL : CAKUPAN IMUNISASI DASAR (CAMPAK,POLIO DAN BCG) PROVINSI GORONTALO TAHUN 2005-2008 DENGAN DATA RISKESDAS Berdasarkan table diatas, cakupan imunisasi dasar (BCG,Campak dan Polio3) di Provinsi Gorontalo selama tahun 2005 –2008 tertinggi pada tahun 2008 dengan capaian BCG mencapai 90,85%,Campak 84,7% dan Polio3 89,57% data tersebut sejalan dengan data hasil RISKESDAS tahun 2007. 6. Cakupan Bumil yang mendapat tablet Fe-1 dan Fe-3 7. Cakupan Penduduk Miskin yang mendapat pelayanan kesehatan D. KESEHATAN LINGKUNGAN Akibat dari lingkungan yang kurang sehat mempunyai resiko terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan sehingga diperlukan berbagai upaya peningkatan kualitas lingkungan, antara lain dengan pembinaan kesehatan lingkungan pada institusi yang dilakukan secara berkala. Upaya yang dilakukan mencakup pemantauan dan pemberian rekomendasi terhadap aspek penyediaan fasilitas sanitasi dasar 1. Kepala Keluarga yang memiliki Jamban sehat 2. Cakupan Rumah Sehat Rumah Sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat Kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah,sarana pembuangan air limbah,ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai, dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah. Cakupan rumah tangga sehat diharapkan akan meningkat dengan adanya keterlibatan yang berkesinambungan dari lintas sektor dan berbagai komponen masyarakat dalam memberikan motivasi dan keteladanan tentang budaya perilaku hidup bersih dan sehat sehingga berkembang dan membudaya di masyarakat Menurut data Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2008, persentase rumah sehat yang ada di Provinsi Gorontalo mencapai 68,59 %, jumlah ini masih jauh dari target nasional yaitu 75 %. Persentase rumah sehat tertinggi terdapat di Kota Gorontalo yaitu 63,36% dan yang terendah adalah Kabupaten Gorontalo utara 43,06%. Dari angka-angka diatas dapat diketahui bahwa kesadaran masyarakat terhadap pentingnya hunian sehat dan tempat umum lainnya yang sehat masih perlu ditingkatkan, keadaan lingkungan yang tidak layak mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap status derajat kesehatan masyarakat. E. PERILAKU HIDUP MASYARAKAT 1. Rumah tangga berperilaku Hidup Bersih dan Sehat Menurut data Profil Kesehatan Kab/Kota persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat diprovinsi Gorontalo adalah 59,57 %, persentase rumah tangga berperilaku bersih dan sehat yang tertinggi terdapat di Kabupaten Boalemo yaitu 66,17 % sedangkan yang terendah adalah kabupaten Bone Bolango yaitu 29,87%. Kabupaten Pohuwato tidak tersedia data. Selengkapnya persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat ini dapat dilihat pada grafik berikut: 2. Posyandu Aktif Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu kesehatan Ibu dan anak, KB, perbaikan gizi, imunisasi dan penanggulangan diare. F. SUMBER DAYA KESEHATAN 1. Jumlah Tenaga Medis Jumlah Tenaga Medis di Provinsi Gorontalo sebanyak 213 orang yang terdiri dari dokter Spesialis sebanyak 29 orang , dokter umum 163 orang , dokter gigi 21 orang. Tenaga tersebut terdistribusi ke Puskesmas dan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten/Kota dengan rincian sebagai berikut ; Ratio dokter umum per 100.000 penduduk adalah 18,0 sedangkan ratio dokter gigi per 100.000 penduduk adalah 2,0. Angka ini masih sangat rendah bila dibandingkan dengan indikator Indonesia Sehat 2010 yang menetapkan ratio dokter dan dokter gigi sebesar 40 untuk dokter umum dan 11 untuk dokter gigi. Untuk ratio tenaga medis per puskesmas adalah 2,75, dengan demikian setiap puskesmas mempunyai tenaga medis / dokter 2-3 orang. Melihat jumlah tenaga medis yang masih kurang, maka diperlukan penambahan tenaga. Jumlah tenaga paramedis khususnya tenaga perawat dan bidan di Provinsi Gorontalo Tahun 2008 sebanyak 1119 orang yang tersebar di Puskesmas dan Rumah Sakit Umum daerah di kabupaten/Kota dengan rincian sebagai berikut : G. SARANA KESEHATAN Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan keseahtan kepada masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumberdaya yang ada, termasuk yang ada dimasyarakat. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) diantranya adalah Posyandu (POS Pelayanan Terpadu), Polindes (Pondok bersalin desa) dan Desa Siaga. Provinsi Gorontalo Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat dapat dilihat pada tiga jenis UKBM yang ada yaitu Desa Siaga, Posyandu dan Polindes. Cakupan ketiga jenis UKBM tersebut adalah sebagai berikut ; 1. Jumlah Desa Siaga Desa siaga merupakan salah satu pendukung untuk mewujudkan masyarakat yang mandiriuntuk hidup sehat. Jumlah desa siaga di provinsi Gorontalo pada tahun 2008 sebanyak 251 buah. Kabupaten Gorontalo dengan jumlah desa siaga terbanyak 112 buah, kabupaten Gorontalo utara dengan jumlah desa siaga 11 buah. Selengkapnya dapat dilihat pada table berikut : 2. Jumlah Posyandu Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal dimasyarakat .Posyandu memiliki minimal 5 program prioritas yaitu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga berencana, Pernaikan gizi, Imunisasi dan penanggulangan diare. Untuk memantau perkembangannya Posyandu dibagi atas 4 strat, yaitu posyandu Protama,Posyandu Madya,Posyandu purnama dan Posyandu Mandiri. Selengkapnya dapat dilihat pada table berikut ini ; 3. Jumlah Polindes Polindes merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan pelayanan kebidanan melalui penyediaan tempat pelayanan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan Anak, termasuk keluarga berencana. Jumlah polindes di provinsi gorontalo pada Tahun 2008 sebanyak 139 buah, terbanyak di Kabupaten Bone Bolango 48 buah. H. PEMBIAYAAN KESEHATAN