BAB IV - Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo

advertisement
BAB IV
PENCAPAIAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
PROVINSI GORONTALO
Untuk menggambarkan pencapaian pembangunan kesehatan di Provinsi Gorontalo
tahun 2008, maka data-data yang disajikan dibawah ini adalah data yang didapatkan dari Profil
kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2008, yang kemudian dikomparasikan dengan data hasil
RISKESDAS dan data MASTER PLAN KESHATAN Provinsi Gorontalo.. Adapun data pada lampiran
tabel profil 2008 ini sebagian besar masih sulit untuk dianalisis antara lain karena kurang
lengkap serta belum konsisten. Data tersebut dapat dijadikan sebagai data pembanding antara
data yang bersumber dari profil kesehatan kabupaten/kota dan data dari cakupan program
yang ada pada Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo tahun 2008. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan pendekatan Komparatif dan trend selama kurun waktu 3 sampai 5 tahun.
Gambaran tentang situasi kesehatan di Provinsi Gorontalo pada tahun 2008 disajikan
antara lain melalui indikator mortalitas, morbiditas, status gizi masyarakat dan lain-lain, sebagai
berikut;
A.
Angka Kematian (Mortalitas)
Kematian dapat digunakan sebagai salah satu indikator berhasil tidaknya pembangunan
kesehatan. Data tentang kematian dapat diperoleh dengan cara melakukan berbagai survei
karena umumnya kematian terjadi di rumah, sedangkan kematian yang terjadi pada pelayanan
kesehatan umumnya hanya kasus rujukan begitu pula data kematian yang ada di kelurahan
hanya yang dilaporkan saja, penyebab kematian umumnya tidak dicatat. Data yang disajikan
berikut ini adalah data jumlah Kematian Bayi dan Balita, dan jumlah Kematian Ibu yang terlapor
di sarana pelayanan kesehatan yang ada di kabupaten/kota se-Provinsi Gorontalo
1. Angka Kematian Ibu (AKI)
Kematian Ibu Bersalin menggambarkan status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan
lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, ibu waktu melahirkan
dan waktu nifas. jumlah kematian ibu melahirkan di Provinsi Gorontalo Tahun 2008
sebanyak 60 orang dari 22.398 kelahiran hidup. Berarti di Provinsi Gorontalo terdapat
268 kematian ibu melahirkan tiap 100.000 kelahiran. Angka ini lebih besar bila
dibandingkan dengan angka kematian ibu pada tahun 2007 yang sebesar 229 per 100.000
kelahiran. Bila dibandingkan dengan indikator yang ditetapkan oleh Departemen
Kesehatan RI yang hanya 250 kematian per 100.000 maka Angka Kematian Ibu
melahirkan di Provinsi Gorontalo lebih tinggi.
Jumlah ibu hamil, ibu nifas dan ibu melahirkan yang meninggal pada Tahun 2008
tertinggi berada di kabupaten Gorontalo sebanyak 17 Kasus. sedangkan terendah di Kota
Gorontalo sebanyak 3 kasus kematian.
Sumber : Profil kesehatan Kabupaten/Kota 2005-2008
JUMLAH
GRAFIK
TREND ANGKA KEMATIAN IBU( AKI)
DI PROVINSI GORONTALO THN 2002-2008
AKI
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
321
342
218
237
418
229
268
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2002-2008
Selama kurun waktu 7 tahun, kecenderungan
Angka kematian Ibu di Provinsi
Gorontalo mengalami fluktuasi, Angka Kematian Ibu tertinggi dilaporkan pada
tahun 2006 sebesar 418 Per 100.000 KH. Sedangkan kematian Ibu terendah pada
tahun 2004 sebesar 218 per 100.000 KH.
2. Angka Kematian Bayi (AKB) dan Balita (AKABA)
Infant Mortality Rate atau angka kematian Bayi (AKB) merupakan indicator yang
lain digunakan dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat, angka kematian bayi
merujuk pada jumlah bayi yang meninggal pada fase antara kelahiran hingga bayi belum
mencapai umur 1 tahun per 1000 kelahiran hidup.
Kecenderungan
penurunan Angka kematian Bayi dan Balita dapat dipengaruhi
oleh pemerataan pelayanan kesehatan berikut fasilitasnya, pendapata masyarakat yang
meningkat
juga
dapat
berperan
melalui
perbaikan
gizi
yang
pada
gilirannya
mempengaruhi daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit.
Gambaran angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian Balta (AKABA) di
Provinsi Gorontalo Selama Tahun 2005-2008 digambarkan pada table berikut :
Sumber :Profil kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2005-2008
Jumlah balita mati pada tahun 2008 di Provinsi Gorontalo sebanyak 232 kasus,
dengan angka kematian tertinggi berada di Kabpaten Goorntalo sebanyak 128 kasus
sedangka kasus kematian balita terendah di Kabupaten Goorntalo Utara sebanyak 7
kasus kematian. Gambaran jumlah kematian Balita di Kabupaten/Kota selang Tahun
2005-2008 digambarkan pada table berikut ini :
Sumber : Profil kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2005-2008
Berdasarkan tabel diatas, jumlah bayi yang mati di Provinsi Gorontalo selang
Tahun 2005-2008 cenderung tidak mengalami perubahan
yang signifikan
pada
tahun 2005 jumlah bayi mati sebanyak 163 bayi hingga tahun 2008 jumlah bayi yang
mati dilaporkan sebanyak
164 bayi. Kabupaten/Kota yang melaporkan angka
kematian bayi tertinggi tahun 2008 adalah kabupaten Boalemo sebanyak 48 kasus.
Kecenderungan angka kematian bayi dan balita serta angka kematian ibu di Provinsi
Gorontalo pada tahun 2005-2008 pada umumnya mengalami penurunan namun
demikian penurunan tersebut masih berada diatas standar nasional yang ditetapkan
oleh Departemen keseehatan sebagaimana digambarkan pada grafik berikut ini :
Sumber : Profil kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2005-2008
Angka kematian balita (AKABA)
pada tahun 2007 sebanyak 245
di Provinsi Gorontalo tertinggi dilaporkan
kemudian mengalami penurunan pada Tahun 2008
sebanyak 225 namun demikian penurunan tersebut belum sesuai dengan standar
nasional sebesar
kasus.
Jumlah kematian ibu nifas, ibu melahirkan dan ibu hamil di Provinsi Gorontalo
selama kurun waktu 4 tahhun mengalami fluktuasi jumlah kematian tertinggi dilaporkan
terjadi pada tahun 2006 sebanyak 82 , mengalami penurunan pada tahun 2007
sebanyak 57 kemudian pada tahun 2008 meningkat menjadi 60 kasus.
B. MORBIDITAS
Tingkat kesakitan mencerminkan situasi derajat kesehatan masyarakat di Provinsi
Gorontalo, beberapa indicator morbiditas penakit tertentu merupakan terkait denga
komitmen global dalam MDGs. Angka kesakitan di rovinsi Gorontalo diperoleh dari data
berbasis masyarakat baik ditingkat Rumah Sakit ataupun Puskesmas melalui sistim
pencatatan dan pelaporan yang disajikan dalam
bentuk buku Profil kesehatan
Kabupaten/Kota Tahun 2008. Program utama untuk menekan angka kesakitan adalah
dengan
mengembangkan
pemberantasan sarang
sistem
nyamuk
surveilans
epidemiologi
(PSN) dan vektor penyakit
berbasis
masyarakat,
lainnya, pengawasan
pemeriksaan kualitas air dan lingkungan, perbaikan sarana air bersih dan sanitasi dasar,
pengembangan program desa sehat, sosialisasi perilaku hidup bersih dan sehat, revitalisasi
Posyandu dsb.
1. Penyakit Malaria
Penyakit Malaria merupakan salah satu Penyakit Menular yang merupakan penyakit
endemis khusunya diwlayah Indonesia Timur, Angka kesakitan Malaria per-1.000 penduduk
di Provinsi Gorontalo pada Tahun 2008 dapat dilihat pada table berikut ;
Sumber : Profil kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2005-2008
Angka kesakitan penyakit Malaria pada tahun 2008 di provinsi Goorntalo mencapai 40,67
per 1.000 penduduk. Kasus terbanyak terdapat di Kabupaten Gorontalo sebesar 15,56
per 1.000 penduduk
Kabupaten Gorontalo utara memiliki angka kesakitan DBD
terendah yaitu 2,27 per 1.000 penduduk.
2. Demam Berdarah
Angka kesakitan penyakit demam berdarah pada tahun 2008 di provinsi Gorontalo
mencapai 20.91 per 100.000 penduduk. Kasus terbanyak terdapat di Kota Gorontalo
sebesar 61,29. Kabupaten Boalemo memiliki angka kesakitan DBD terendah yaitu 3,2.
Jumlah ini tidak termasuk Kabupaten Gorontalo Utara karena tidak memiliki data
kesakitan DBD, selengkapnya dapat dilihat pada table berikut ;
Sumber : Profil kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2005-2008
3. Diare
Angka kesakitan penyakit Diare pada tahun 2008 di provinsi Goorntalo mencapai
3,79 per 1.000 penduduk. Kasus terbanyak terdapat di Kabupaten Gorontalo sebesar
56,37 per 1.000 penduduk. Kabupaten Bolaemo memiliki angka kesakitan diare
terendah yaitu 14,78 per 1.000 penduduk. Jumlah ini tidak termasuk Kabupaten
Gorontalo Utara karena tidak memiliki data kesakitan diare. Cakupan angka kesakitan
penyakit diare per 1.000 penduduk di Kabupaten/kota se Provinsi Gorontalo dapat
dilihat pada table berikut ;
Sumber : Profil kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2005-2008
Sumber : Profil kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2005-2008
4 Penyakit TB-Paru
Indikator Indonesia Sehat 2010 mengharapkan angka kesembuhan TB Paru mencapai 85 %.
Prosentase TB paru sembuh pada tahun 2008 adalah sebanyak 75,58%. Angka kesembuhan
tertinggi di kabupaten Bone Bolango sebesar 100 %. Angka kesembuhan TB Paru terendah di
kabupaten Gorontalo hanya
53,86%. Kabupaten Gorontalo utara tidak memiliki data.
Selengkapnya dapat dilihat pada grafik berikut :
Sumber : Profil kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2005-200
Case detection rate (CDR) Provinsi Gorontalo pada tahun 2008 dilaporkan 81,6%
meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 60,6 %. Case detection rate
tertinggi dilaporkan pada tahun 2004 yang mencapai 94,6 % cakupan CDR terendah
dilaporkan pada tahun 2005 yang hanya mencapai 10,61%. Selengkapnya dapat dilihat
pada grafik berikut :
Sumber : Profil kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2005-2008
5. Penyakit Campak
Jumlah kasus campak di provinsi Gorontalo Tahun 2008 mencapai 381 kasus
dengan jumlah kasus terbanyak dilaporkan dari Kota Gorontalo sebanyak 191 kasus
disusul Kabupaten Gorontalo sebanyak 124 kasus. Kabupaten Bolaemo dan Kabupaten
Pohuwato tidak dilaporkan adanya kasus campak. Kabupaten Goorntalo utara tidak
memiliki data. Selengkapnya dapat dilihat pada table berikut ;
TABEL :
JUMLAH KASUS CAMPAK DI KABUPATEN/KOTA TAHUN 2008
Sumber : Profil kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2005-2008
B. STATUS GIZI MASYARAKAT
Status gizi masyarakat dapat diukur dengan beberaa indikator, antara lain bayi dengan
status gizi balita, bayi yang Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi wanita subur
Kurang Energi Kronis (KEK). Status Gizi Balita, Balita dengan gizi buruk adalah balita
yang mempunyai berat badan dibawah garis merah pada Kartu Menuju Sehat (KMS).
Indikator status gizi masyarakat antara lain tergambar pada jumlah kunjungan neonates
(KN-2), jumlah bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), Balita Gizi buruk dan
jumlah kunjungan bayi kesarana pelayanan kesehatan. Selengkapnya dapat dilihat pada
table berikut ;
1. Kunjungan Neonatus.
Bayi hingga usia kurang dari satu bulan merupakan golongan umur yang paling rentan atau
beresiko gangguan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi resiko
tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan
pelayanan kesehatan pada neonatus (0 – 28 hari) Dalam melaksanakan pelayanan Neonatus,
petugas kesehatan disamping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi, juga melakukan konseling
perawatan bayi kepada ibu.Prosentase cakupan kunjungan neonates di kabuaten/Kota Tahun
2008 dapat dilihat pada grafik berikut ini :
Sumber : Profil kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2005-2008
2.
BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)
Berat badan lahir rendah (kurang dari 2500 gram) merupakan salah satu faktor utama
yang berpengaruh terhadap kematian Perinatal dan Neonatal. BBLR dibedakan dalam 2
kategori yaitu BBLR karena premature atau BBL karena Intrauterine Growth Retardation
(IUGR). Yaitu bagi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang.
TABEL :
PROSENTASE BBLR PROVINSI GORONTALO TAHUN 2008
Sumber : Profil kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2005-2008
3. Balita Gizi Buruk
Prosentase cakupan balita gzi buruk yang dilaporkan pada tahun 2008 sebanyak 5,97
%, . Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2007 di Provinsi Gorontalo cakupan gizi buruk
dilaporkan sebesar 8,2% kasus terbanyak dilaporkan dari Kabupaten Gorontalo
sebanyak 14,3%. Kota Gorontalo pada tahun 2008 tidak melaporkan adanya kasus gizi
buruk berdasarkan data RISKESDAS Kota Gorontalo terdapat 64% kasus gizi buruk.
TABEL :
PROSENTASE GIZI BURUK DI KABUPATEN/KOTA
DAN DATA GII BURUK BERDASARKAN RISKESDAS
Sumber : Profil kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2005-2008
4. Kunjungan Bayi
Jumlah Kunjungan bayi ke pleayanan kesehatan Tahun 2008 di Provinsi Gorontalo
mencapai 19.261 kunjungan bayi, dengan jumlah bayi sebanyak 23.001. Kunjungan bayi
tertinggi dilaporkan Kabupaten Gorontalo yang mencapai 100 % dari jumlah bayi yaitu
8.508. Kabupaten Pohuwato tidak melaporkan jumlah kunjungan bayi ke pelayanan
kesehatan selengkapnya dapat dilihat pada table berikut
Sumber : Profil kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2005-2008
C. UPAYA KESEHATAN
1. Cakupan persalinan Nakes (K-1 DAN K4)
Pelayanan Antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu
selama masa kehamilannya, sesuai dengan pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat
pada kegiatan promotif dan preventif. Berikut ini adalah cakupan kunjungan KI dan K4 Tahun
2008 ;
TABEL
CAKUPAN PELAYANAN K1 DAN K4 DI KABUPATEN/KOTA TAHUN 2008
Sumber : Profil kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2008
Cakupan
pelayanan
Antenatal
merupakan
salah
satu
indikator
yang
dapat
menggambarkan tingkat upaya KIA dan tingkat perilaku ibu hamil. Cakupan ini dapat dipantau
melalui K1 yaitu jumlah kunjungan pertama (baru) ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk
mendapatkan pelayanan antenatal, sedangkan K4 adalah pelayanan ibu hamil sesuai dengan
standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi sekali dalam triwulan pertama, sekali dalam
triwulan kedua dan dua kali dalam triwulan ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat
kualitas pelayanan kesehatan pada ibu hami
Berdasarkan table diatas diketahui angka kunjungan pertema ibu hamil ke pelayanan
kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal tertinggi di kabupaten Pohuwato 98 % dan
kunjungan K- 1 terendah adalah kabupaten Bone Bolango sebesar 83%, sehingga cakupan
kunjungan K-1 Provinsi Gorontalo dilaporkan 44 % Cakupan kunjungan K-4 tertinggi adalah Kota
Gorontalo sebesar 90% sedangkan cakupan K-4 terendah di kabupaten Bone bolango sebesar
61,66%. sehingga cakupan kunjungan K-4 Provinsi Gorontalo dilaporkan 68,69 % . K4 adalah
pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali dengan distribusi sekali dalam
triwulan pertama, sekali dalam triwulan kedua dan dua kali dalam triwulan ketiga
TABEL :
PERSALINAN OLEH NAKES DAN DATA HASIL RISKESDAS
BUMIL YANG TIDK MAU PERIKSA KEHAMILAN
Berdasarkan grafik diatas, kunjungan neonates tertinggi di Kabupaten Goorntalo
99,66 % sedangkan kunjungan neonates terendah di Kota Gorontalo 84.23%.
Sehingga rata-rata kunjungan neonates Provinsi Gorontalo pada Tahun 2008 91.45 %
.
GAMBAR :
DISTRIBUSI JUMLAH TENAGA DI PKM BERDASARKAN FUNGSI PELAYANAN KIA
DI PROVINSI GORONTALO
KOTA GORONTALO
Pohuwato
[
%
Kab. Gorontalo
Boalemo
{
x
[
%
[
%
[
%
{
x
[
%
[
%
[
%
[
%
[ %
%
[
x
{
{
x
{x
x
{x
{%
[%
{
[ x
{
x
Kota Gorontalo
[
%
Bone Bolango
[
%
[
%
Fungsi Ketenagaan - Kesehatan Ibu & Anak
T Tidak Ada Tenaga
$
1 - 2 Orang
[
%
> 2 Orang
{
x
Jaringan Jalan
Jalan Utama
Jalan Lokal
Lokasi Penelitian
Bukan Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian
[
%
N
W
E
JUMLAH TENAGA BERDASARKAN FUNGSI
(FUNGSI KESEHATAN IBU & ANAK)
S
10
0
10
20
30
Kilometers
Sumber : Master Plan Kesehatan tahun 2008
Cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu nifas, ibu melahirkan ,Bayi dan
balita
ditentukan oleh kualitas dan kecukupan tenaga berdasarkan fungsinya.
Berdasarkan hasil pemetaan pelayanan kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2008,
fungsi ketenagaan kesehatan Ibu dan anak di Puskesmas tidak terdistribusi secara
merata khususnya di Kabupaten Boalemo dan Kabupaten Bone Bolango terdapat
Puskesmas yang tidak memiliki tenaga KIA,
Disamping itu di Kota Gorontalo
distribusi jumlah tenaga KIA di Puskesmas mencapai ratarata > 2 orang.
TABEL :
DESA YANG MEMILIKI BIDAN, DUKUN DAN POLINDES DI KABUPATEN/KOTA
BERDASARKAN DATA PODES TAHUN 2008
Berdasarkan data podes tahun 2008 desa yang memiliki bidan dan polindes serta desa
yang memiliki dukun di Provinsi Gorontalo terdapat 510 desa yang ada dukun dan
hanya 153 desa diantaranya yang memiliki Polindes dn bidan. Data ini menunjukkan
bahwa seluruh desa di kabupaten/Kota lebih banyak memiliki dukun dibandingkan
dengan desa yang memiliki bidan dan polindes sehingga dapat
indicator cakupan persalinan oleh nakes di kabupaten/Kota.
2 Jumlah PUS KB Baru dan KB Aktif
mempengaruhi
Jumlah pasangan usia subur di provinsi Gorontalo pada Tahun 2008 mencapai 240.245
yang termasuk KB aktif mencapai 75,54% dan yang termasuk dalam KB baru 8,15%.
Prosentase KB aktif tertinggi dilaporkan oleh Kabupaten Boalemo yang mencapai
82,60% dari jumlah PUS. Selengkapnya dapat dilihat pada table berikut ;
3.Desa UCI
Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) UCI .pada dasarnya merupakan
suatu gambaran terhadap cakupan sasaran bayi yang telah mendapatkan imunisasi secara
lengkap. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan wilayah tertentu, berarti dalam
wilayah tersebut dapat digambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat terhadap
penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
Suatu desa telah mencapai target UCI apabila >= 80% atau lebih bayi di desa tersebut
mendapat imunisasi lengkap yang terdiri dari 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 3 dosis polio, 3
dosis Hepatitis B dan 1 dosis Campak sebelum berumur 1 tahun.
4 .Cakupan Imunisasi Campak
5. Cakupan Imunisasi Campak
Pada tahun 2007 Provinsi Gorontalo termasuk kedalam 7 Provinsi yang tidak mencapai
target tingkat perlindungan program dengan cakupan campak > 80% sehingga upaya
meningkatkan cakupan imunisasi campak terus dilakukan untuk mencapa target
menurunnya kasus campak pada tahun 2010.
Cakupan imunsiasi campak di provinsi Gorontalo Tahun 2008 84,7%, Cakupan imunisasi
campak tertinggi dilaporkan Dinas Kesehaatn Kabupaten Boalemo yang mencapai
90,21% disusul Kabupaten Gorontalo 86,95%. Cakupan imunisasi campak terendah di
Kabupaten Pohuwato 78,33%. Selengkanya dapat dilihat pad grafik berikut ini ;
TABEL :
CAKUPAN IMUNISASI DASAR (CAMPAK,POLIO DAN BCG) PROVINSI GORONTALO
TAHUN 2005-2008 DENGAN DATA RISKESDAS
Berdasarkan table diatas, cakupan imunisasi dasar (BCG,Campak dan Polio3) di Provinsi
Gorontalo selama tahun 2005 –2008 tertinggi pada tahun 2008 dengan capaian BCG
mencapai 90,85%,Campak 84,7% dan Polio3 89,57% data tersebut sejalan dengan data
hasil RISKESDAS tahun 2007.
6. Cakupan Bumil yang mendapat tablet Fe-1 dan Fe-3
7. Cakupan Penduduk Miskin yang mendapat pelayanan kesehatan
D. KESEHATAN LINGKUNGAN
Akibat dari lingkungan yang kurang sehat mempunyai resiko terjadinya penyakit atau
gangguan kesehatan sehingga diperlukan berbagai upaya peningkatan kualitas
lingkungan, antara lain dengan pembinaan kesehatan lingkungan pada institusi yang
dilakukan secara berkala. Upaya yang dilakukan mencakup pemantauan dan pemberian
rekomendasi terhadap aspek penyediaan fasilitas sanitasi dasar
1. Kepala Keluarga yang memiliki Jamban sehat
2. Cakupan Rumah Sehat
Rumah Sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat Kesehatan, yaitu
rumah yang memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan
sampah,sarana pembuangan air limbah,ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian
rumah yang sesuai, dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah. Cakupan rumah tangga
sehat diharapkan akan meningkat dengan adanya keterlibatan yang berkesinambungan
dari lintas sektor dan berbagai komponen masyarakat dalam memberikan motivasi dan
keteladanan tentang budaya perilaku hidup bersih dan sehat sehingga berkembang dan
membudaya di masyarakat
Menurut data Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2008, persentase rumah sehat
yang ada di Provinsi Gorontalo mencapai 68,59 %, jumlah ini masih jauh dari target
nasional yaitu 75 %. Persentase rumah sehat tertinggi terdapat di Kota Gorontalo yaitu
63,36% dan yang terendah adalah Kabupaten Gorontalo utara 43,06%.
Dari angka-angka diatas dapat diketahui bahwa kesadaran masyarakat terhadap
pentingnya hunian sehat dan tempat umum lainnya yang sehat masih perlu
ditingkatkan, keadaan lingkungan yang tidak layak mempunyai pengaruh yang paling
dominan terhadap status derajat kesehatan masyarakat.
E. PERILAKU HIDUP MASYARAKAT
1. Rumah tangga berperilaku Hidup Bersih dan Sehat
Menurut data Profil Kesehatan Kab/Kota persentase rumah tangga berperilaku hidup
bersih dan sehat diprovinsi Gorontalo adalah 59,57 %, persentase rumah tangga
berperilaku bersih dan sehat yang tertinggi terdapat di Kabupaten Boalemo yaitu 66,17
% sedangkan yang terendah adalah kabupaten Bone Bolango yaitu 29,87%. Kabupaten
Pohuwato tidak tersedia data.
Selengkapnya persentase rumah tangga berperilaku
hidup bersih dan sehat ini dapat dilihat pada grafik berikut:
2. Posyandu Aktif
Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal
masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu
kesehatan Ibu dan anak, KB, perbaikan gizi, imunisasi dan penanggulangan
diare.
F. SUMBER DAYA KESEHATAN
1. Jumlah Tenaga Medis
Jumlah Tenaga Medis di Provinsi Gorontalo sebanyak 213 orang yang terdiri dari dokter
Spesialis sebanyak 29 orang , dokter umum 163 orang , dokter gigi 21 orang. Tenaga
tersebut terdistribusi ke Puskesmas dan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten/Kota
dengan rincian sebagai berikut ;
Ratio dokter umum per 100.000 penduduk adalah 18,0 sedangkan ratio dokter gigi
per 100.000 penduduk adalah 2,0. Angka ini masih sangat rendah bila dibandingkan
dengan indikator Indonesia Sehat 2010 yang menetapkan ratio dokter dan dokter gigi
sebesar 40 untuk dokter umum dan 11 untuk dokter gigi. Untuk ratio tenaga medis
per
puskesmas adalah 2,75, dengan
demikian setiap
puskesmas mempunyai
tenaga medis / dokter 2-3 orang. Melihat jumlah tenaga medis yang masih kurang,
maka diperlukan penambahan tenaga. Jumlah tenaga paramedis khususnya tenaga
perawat dan bidan di Provinsi Gorontalo Tahun 2008 sebanyak 1119 orang yang
tersebar di Puskesmas dan Rumah Sakit Umum daerah di kabupaten/Kota dengan
rincian sebagai berikut :
G.
SARANA KESEHATAN
Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan keseahtan kepada masyarakat berbagai upaya
dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumberdaya yang ada, termasuk yang ada
dimasyarakat. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM) diantranya adalah
Posyandu (POS Pelayanan Terpadu), Polindes (Pondok bersalin desa) dan Desa Siaga. Provinsi
Gorontalo Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat dapat dilihat pada tiga jenis UKBM
yang ada yaitu Desa Siaga, Posyandu dan Polindes. Cakupan ketiga jenis UKBM tersebut adalah
sebagai berikut ;
1. Jumlah Desa Siaga
Desa siaga merupakan salah satu pendukung untuk mewujudkan masyarakat yang
mandiriuntuk hidup sehat. Jumlah desa siaga di provinsi Gorontalo pada tahun 2008
sebanyak 251 buah. Kabupaten Gorontalo dengan jumlah desa siaga terbanyak 112
buah, kabupaten Gorontalo utara dengan jumlah desa siaga 11 buah. Selengkapnya
dapat dilihat pada table berikut :
2. Jumlah Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal dimasyarakat
.Posyandu memiliki minimal 5 program prioritas yaitu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
Keluarga berencana, Pernaikan gizi, Imunisasi dan penanggulangan diare. Untuk
memantau
perkembangannya
Posyandu
dibagi
atas
4
strat,
yaitu
posyandu
Protama,Posyandu Madya,Posyandu purnama dan Posyandu Mandiri. Selengkapnya
dapat dilihat pada table berikut ini ;
3. Jumlah Polindes
Polindes merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam rangka
meningkatkan pelayanan kebidanan melalui penyediaan tempat pelayanan persalinan
dan pelayanan kesehatan ibu dan Anak, termasuk keluarga berencana. Jumlah polindes
di provinsi gorontalo pada Tahun 2008 sebanyak 139 buah, terbanyak di Kabupaten
Bone Bolango 48 buah.
H.
PEMBIAYAAN KESEHATAN
Download