Modul Pancasila [TM12]. - Universitas Mercu Buana

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
PANCASILA
Pancasila dan
Implementasinya (Sila 2 dan
3)
ga
Fakultas
Program Studi
Psikologi, dll
Psikologi, dll
On Line
13
Kode MK
Disusun Oleh
90037
Efan Setiadi, S.Kom, SH, MH
Abstract
Kompetensi
Penjelasan dalam materi ini meliputi
tentang implementasi pancasila sila
kedua dan ketiga, kaitan sila ke-2
sebagai usaha untuk tidak memperalat
manusia sebagai faktor produksi dan
sila ke-3 menekankan kepentingan
nasional yang harus didahulukan.
Mahasiswa diharapkan dapat mengkaji
implementasi pancasila, khususnya sila
kedua dan ketiga, serta dapat
mengetahui bagaimana pancasila tidak
memperalat manusia sebagai faktor
produksi dan lebih mengedepankan
kepentingan nasional.
Implementasi Pancasila Sila-2 dan Sila-3
Implementasi Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Dalam sila kedua tersebut mengandung makna bahwa warga negara Indonesia
mengakui adanya manusia yang bermartabat, yaitu memiliki kedudukan,dan derajat
yang lebih tinggi dan harus dipertahankan dengan kehidupan yang layak),
memperlakukan manusia secara adil (tidak berat sebelah, jujur, tidak berpihak dan
memperlakukan orang secara sama) dan beradab (mengetahui tata krama, sopan
santun dalam kehidupan dan pergaulan) di mana manusia memiliki daya cipta, rasa,
karsa,dan niat. Jadi sila kedua ini menghendaki warga negara untuk menghormati
kedudukan setiap manusia dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing, setiap
manusia berhak mempunyai kehidupan yang layak dan bertindak jujur serta
menggunakan norma sopan santun dalam pergaulan sesama manusia. Selanjutnya
adalah butir-butir sila kedua sebagai berikut:
1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban antara
sesama manusia. Persamaan ini menghendaki bahwa setiap manusia mempunyai
martabat, sehingga tidak boleh melecehkan manusia yang lain, atau menghalangi
manusia lain untuk hidup secara layak, serta menghormati kepunyaan atau milik
(harta, sifat, karakter) orang lain serta menjalankan kewajiban atau sesuatu yang
harus dilakukan sesama manusia, yaitu menghormati hak manusia lain seperti hak
hidup, rasa aman, dan hidup layak.
2. Saling mencintai sesama manusia. Kata cinta menghendaki adanya suatu keinginan
yang sangat besar untuk memperoleh sesuatu dan rasa untuk memiliki dan kalau
perlu berkorban untuk mempertahankannya. Oleh sebab itu, terhadap sesama
manusia yang berbeda, baik agama, suku, pendidikan, ekonomi, politik, sebaran
georafi seperti kota dan desa, dan lain-lain, sebagai manusia Indonesia, kita harus
tetap memiliki keinginan untuk mencintai sesama manusia (yaitu rasa memiliki dan
kemauan berkorban untuk sesama manusia) sehingga tercipta rukun damai dan
sejahtera.
3. Mengembangkan sikap tenggang rasa. Tenggang rasa menghendaki adanya usaha
dan kemauan dari setiap manusia Indonesia untuk menghargai dan menghormati
perasaan orang lain. Oleh sebab itu butir ini menghendaki, setiap manusia
Indonesia untuk saling menghomati perasaan satu sama lain dengan menjaga
keseimbangan hak dan kewajiban. Sebagai contoh selalu memberikan kritik yang
2015
2
Pancasila
Efan Setiadi, S.Kom, SH, MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
membangun dengan cara yang santun dan berfokus pada permasalahan alih-alih
kepada individu.
4. Tidak semena-mena, tidak sewenang-wenang terhadap orang lain, tidak berat
sebelah, dan tidak berimbang. Perlu dikembangkan sikap menjunjung hak dan
kewajiban. Kemampuan manusia yang berlebih seperti kekuasaan, ekonomi,
kekayaan, status sosial tidak boleh bertindak semena-mena dan bertindak
sesukanya, karena setiap manusia pada dasarnya mempunyai martabat dan
berhak hidup yang layak dan terhormat.
5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. 1. Mengakui adanya masyarakat yang
majemuk (suku, agama, kekayaan, kepandaian, dll) dan menghargainya,
2.
Melakukan musyawarah dengan dasar kesadaran dan kedewasaan untuk
menerima kompromi, 3. Melakukan sesuatu dengan pertimbangan moral dan
ketentuan agama, 4. Berlaku jujur dan berkompetisi secara sehat, 5. Memerhatikan
kehidupan yang layak antarsesama dan 6. Melakukan kerja sama dengan itikad
baik dan tidak curang.
6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan, sehingga setiap manusia dapat hidup
layak, bebas dan aman. Contohnya seperti donor darah, memberikan santunan
anak yatim dan orang yang tidak mampu, memberikan bantuan untuk bencana
alam, atau memberikan bantuan hukum bagi yang membutuhkan.
7. Membela kebenaran dan keadilan. Berhati mantap dan tidak peragu, dan percaya
diri dalam menegakkan kebenaran dan keadilan. Kebenaran adalah yang
bersumber dari ketentuan hukum yang berlaku, dan keadilan merujuk pada
perlakuan sama terhadap warga negara. Oleh sebab itu, sikap dan perbuatan
melawan hukum dan tindakan yang diskriminatif harus ditentang oleh setiap warga
negara. (contoh: korupsi, nepotisme, mencuri, menggunakan narkoba, dan
seterusnya. Contoh diskriminatif: mengutamakan suku dan agama tertentu,
menghambat pelayanan baik administaris maupun teknis).
8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena
itu dikembangkan sikap saling menghormati dengan bangsa lain. Karena itu
dikembangkan sikap bahwa sesama negara, sama halnya dengan sesama
manusia harus saling menghormati. Sikap menghormati ini dapat dilakukan dengan
menghormati kedaulatan suatu bangsa, dan menjalin kerja sama yang saling
menguntungkan.
Tidak Memperalat Manusia Sebagai Faktor Produksi
Memperhatikan implementasi Pancasila dalam paparan bagian D di atas, maka harus
ada upaya yang sungguh-sungguh untuk menghindari menempatkan manusia hanya
2015
3
Pancasila
Efan Setiadi, S.Kom, SH, MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
sebagai alat produksi, sebagaimana dipaparkan oleh Agung Laksono berikut ini:
Menteri Koordinator Kesra, Agung Laksono, menegaskan, politik upah murah yang
masih sering diterapkan kalangan pengusaha sudah tidak layak diterapkan di Indonesia.
Politik upah murah sama saja dengan dengan eksploitasi manusia. “Semua pihak tidak
sepakat dengan politik yang mengeksploitasi para pekerja dan hal itu harus segera
dihentikan,” ujarnya, saat membuka seminar nasional tentang “Politik Upah Murah”
yang diselenggarakan Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia, di Jakarta, Rabu.
Namun dia menambahkan, harus pula disepakati bersama berapa sebenarnya upah
layak untuk para pekerja itu, karena ada banyak faktor yang turut berpengaruh disana
seperti disparitas antarwilayah, perkembangan penduduk, pertumbuhan ekonomi dan
lain sebagainya. Lebih lanjut ditegaskan, terminologi “layak” itu sering menjadi titik
perselisihan antara perusahaan dan karyawan. Bagi pekerja, katanya, upah merupakan
hak yang harus diperoleh karena nilai sumbangsihnya dalam proses produksi
menciptakan nilai tambah bagi perusahaan. “Dalam jangka panjang, perlindungan
terhadap pekerja akan dilaksanakan secara bertahap oleh pemerintah dengan
implementasi UU No 24/2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial,” ujar
Agung yang juga wakil ketua umum DPP Partai Golkar itu. Pemerintah tengah
mengupayakan banyak hal untuk buruh, mulai perumahan murah, rumah sakit, dan
beberapa hal lain. Terkait regulasi, kata Laksono, pemerintah siap melakukan
amandemen UU Nomor 13/2003 tentang Ketenagakerjaan sesuai tuntutan kaum
pekerja pada saat aksi memperingati hari buruh sedunia (May Day) yang lalu.
Selanjutnya Marxis menyebutkan: Eksploitasi tenaga kerja menurut Marxis, pemberian
imbalan yang tidak wajar kepada pekerja di mana jumlahnya kurang dari jumlah total
produksi setelah dikurangi dengan biaya pemeliharaan barang-barang modal.
Sementara itu, Marshal menyebutkan eksploitasi tenaga kerja ini berbentuk
pembayaran upah yang kurang kepada pekerja dibanding dengan hasil marjinalnya.
Eksploitasi tenaga kerja khususnya terhadap anak-anak dan perempuan kini menjadi
perhatian utama.
Secara sederhana eksploitai tenaga kerja yaitu tenga kerja
disuruh/dipaksa tanpa henti dan istirahat, bekerja melebihi jam kerja yang telah
ditetapkan dan tanpa diberikan hak-hak atau diberikan hak-haknya tetapi tidak sesuai
dengan ketentuan yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan.
2015
4
Pancasila
Efan Setiadi, S.Kom, SH, MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Beberapa Faktor Yang mempengaruhi Produktifitas Kerja
Menurut Raviantor (1985:14) beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja.
1. Pendidikan dan Latihan. Pendidikan membentuk dan menambah pengetahuan
seseorang untuk mengerjakan sesuatu dengan lebih cepat dan tepat. Sedangkan
latihan membentuk dan meningkatkan keterampilan di dalam bekerja. Dengan
demikian semakin tinggi tingkat pendidikan dan latihan seseorang, semakin tinggi
pula produktivitas kerja dari karyawan.
2. Gizi dan Kesehatan. Keadaan gizi dan kesehatan yang baik memberikan
kemampuan serta kesegaran fisik dan mental seseorang dalam melaksanakan
pekerjaan.
Keadaan
gizi
dan
kesehatan
seseorang
juga
mempengaruhi
kemampuannya dalam pendidikan dan latihan. Sebab itu, keadaan gizi dan
kesehatan yang rendah secara tidak langsung menimbulkan produktivitas kerja yang
rendah dan sebaliknya, semakin baik gizi dan kesehatan seseorang semakin tinggi
pula tingkat produktivitas seseorang.
3. Penghasilan dan Jaminan Sosial. Penghasilan dan jaminan sosial dalam arti imbalan
atau penghargaan, ternyata dapat menjadi pendorong untuk bekerja giat dan
produktif dalam perusahaan pemberian penghasilan dan jaminan sosial tercermin
dalam sistem pengupahan. Dengan penghasilan dan jaminan sosial yang baik akan
meningkatkan produktivitas kerja dari seseorang.
4. Keterampilan Kerja. Tingat produktivitas kerja seseorang juga sangat tergantung
pada kesempatan yang terbuka padanya. Kesempatan dalam hal ini berarti,
kesempatan dalam hal bekerja, kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang
sesuai
dengan
pendidikan
dan
keterampilannya
serta
kesempatan
untuk
mengembangkan diri. Bila ketiga kesempatan tersebut dapat diperoleh seseorang
maka produktivitas akan mudah dicapai.
5. prosedur kerja untuk memperlancar pelaksanaan pekerjaan agar karyawan dapat
bekerja dengan keahlian dan keterampilan yang dimilikinya, sehingga pada akhirnya
sumber daya tersebut dapat digunakan Manajemen. Manajemen ikut berperan dalam
upaya meningkatkan produktivitas kerja, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Secara langsung misalnya melalui perbaikan semaksimal mungkin
sedangkan secara tidak langsung misalnya dengan cara memberi kesempatan bagi
karyawan untuk berkembang, menyediakan fasilitas latihan, perbaikan penghasilan
dan jaminan.
2015
5
Pancasila
Efan Setiadi, S.Kom, SH, MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
RIMANEWS –
Pada satu sesi diskusi informal di sela pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional
(IMF) di Washington DC, Amerika Serikat, Oktober lalu, seorang aktivis LSM dari Brasil
mengungkapkan perihal konflik abadi dalam ekonomi. Kata dia, selain perseteruan antara
setan dan manusia, ada satu lagi konflik abadi yang hingga kapan pun sulit dicarikan titik
temunya. Itu adalah konflik antara buruh dan majikan, konflik kelas pekerja dengan kaum
borjuis.
Tak heran, kata dia, pada forum-forum internasional, terutama forum ekonomi, reformasi
kebijakan buruh selalu menjadi agenda penting untuk dituntaskan. Jika kita bentangkan tali
dari Selandia Baru di Benua Australia ke Barbados di Benua Amerika, atau dari Yaman di
Timur Tengah ke Inggris di Eropa, daftar konflik tuntutan gaji, kesejahteraan buruh, hingga
aksi mogok paling banyak menghiasi tali itu. Makanya, kata aktivis Brasil itu, sejak kematian
tokoh gerakan kiri, Karl Marx, hingga saat ini Eropa terus digentayangi hantu yang disebut
marxisme.
Memang, terlalu ekstrem untuk membandingkan konflik abadi buruh-pengusaha dengan
manusia dan setan, selepas iblis diusir dari surga gara-gara mengingkari penciptaan
manusia (Adam). Tapi sebetulnya, tidak salah-salah amat untuk mencap konflik buruhborjuis ini bersifat abadi, dalam pengertian duniawi. Lihat saja, separuh dunia masih
menghadapi demonstrasi dan tuntutan buruh, termasuk di negara-negara maju seperti
Amerika Serikat (AS).
Di Indonesia, kita tahu sendirilah, ini seperti konflik tanpa ujung. Setiap tahun kita selalu
dihadapkan periodisasi demonstrasi buruh, mulai dari yang terkait dengan hari-hari tertentu
maupun yang tak terukur. Untuk yang pertama, demonstrasi dan ancaman mogok kerja
biasanya terjadi saat merayakan Hari Buruh, penentuan upah minimum, hingga kegagalan
kesepakatan tripartit. Untuk yang kedua, umumnya terjadi ketika buruh mendapat ancaman,
intimidasi, gajinya tak dibayar, hak-haknya diabaikan, hingga pemutusan kerja secara
sepihak.
Pertanyaannya, mengapa ini terus terjadi? Jangankan buruh dan pengusaha, wartawan saja
mungkin sudah bosan mengulang-ulang pertanyaan atas permasalahan ini. Namun,
sebetulnya, kata seorang wartawan dari Korea Selatan yang mengaku penganut NeoMarxian ini, tidak perlu orang sekelas Adam Smith, Joseph Stiglitz, atau Ben Bernanke
untuk menjawab pertanyaan ini. Dia menilai, ini pertanyaan mudah yang bisa dijawab,
bahkan oleh buruh itu sendiri.
Sedikitnya ada tiga latar belakang mengapa konflik buruh-pengusaha terus terjadi, bahkan
sejak zaman sebelum dunia modern lahir. Ibaratnya, seperti dua kutub yang tidak mungkin
disatukan. Pertama, terkait dengan filosofi ekonomi antara pengusaha dan buruh. Efisiensi
dan mencari untung sebesar-besarnya selalu menjadi target pengusaha, di mana pun. Ini
lumrah, alamiah, dan memang begitu seharusnya. Buruh memiliki pandangan berbeda.
Filosofi mereka: bisa hidup layak, aman secara finansial, sejahtera, dan mendapat
penghasilan tinggi. Apalagi, mereka percaya bahwa kayanya pengusaha muncul dari
keringat buruh.
Kedua, pemilik modal menganggap buruh adalah komoditas, bukan aset yang bernilai tinggi.
Sebagai komoditas, buruh tidak ada bedanya dengan produk yang dihasilkan, termasuk
nilainya. Semakin banyak produk yang dihasilkan, semakin murah harga produk itu. Hukum
pasar ini pun berlaku buat buruh. Sementara, buruh menilai diri mereka adalah aset
perusahaan seperti batu berharga yang harus dibayar mahal. Karena aset, gaji mereka pun
harus layak dan bagus, hidup keluarga harus terjaga.
2015
6
Pancasila
Efan Setiadi, S.Kom, SH, MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Ketiga, buruh ingin hari-hari dalam kehidupan mereka dimasukkan sebagai faktor
pendukung penentuan gaji. Jika mereka bekerja lima jam sehari, mereka menganggap
bukan faktor lima jam itu yang dihitung, tapi jam-jam lainnya juga. Tak heran, jika kemudian
buruh membuat daftar kebutuhan hidup layak (KHL) puluhan, bahkan sempat di atas angka
seratus. Pengusaha? Mereka memandang nilai buruh berdasarkan hukum permintaan dan
penawaran tadi alias hukum pasar.
Jadi, tak heran jika sampai sekarang konflik buruh dan pengusaha masih terus terjadi. Dari
fitrahnya, perbedaan di antara mereka memang sudah sangat tajam. Makanya, aktivis LSM
Brasil itu membandingkan konflik buruh-pengusaha dengan konflik manusia-setan. Apalagi,
ada ilmuwan gila, sebuat saja Marx, yang meramalkan konflik ini akan terus abadi sampai
muncul revolusi sosial, yang menurut saya begitu utopia alias cuma ada di mimpi.
Berbeda dengan aktivis LSM Brasil dan penganut neo-marxist di atas, Organisasi Buruh
Internasional (ILO) percaya, konflik buruh-pengusaha bisa diselesaikan dengan terbuka dan
baik. Yang penting, masing-masing pihak bersikap rasional dan tidak keras kepala.
Implementasi Sila Ketiga: Persatuan Indonesia.
Sila ini merujuk pada persatuan yang utuh dan tidak terpecah belah. Persatuan ini
terjadi karena didorong keinginan untuk mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang merdeka dan
berdaulat, memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa,
serta mewujudkan perdamaian abadi. Berdasar uraian ini, maka diimplementasikan
butir-butir:
1. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan serta keselamatan bangsa dan
negara di atas kepentingan pribadi atau golongan. Oleh karena itu perang antar
suku, antar agama tidak harus terjadi, kita harus saling menghormati dan bersatu
demi Indonesia. Pemain politik dan ekonomi tidak boleh mengorbankan
kepentingan negara demi kelompoknya, seperti penjualan aset negara, melakukan
nepotisme dan lain-lain sehingga masyarakat dirugikan. Oleh sebab itu setiap
warga negara harus melakukan pengawasan aktif terhadap penyelamatan
kepentingan negara.
2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara. Butir ini menghendaki setiap
warga negara rela memberikan sesuatu sebagai wujud kesetiaan kepada negara.
Misalnya dengan menjadi militer sukarela, menjaga keamanan lingkungan,
menegakkan disiplin, bekerja keras dan taat membayar pajak.
3. Cinta tanah air dan bangsa. Butir ini menghendaki setiap warga negara memiliki rasa
ke-Indonesiaan. Wujudnya mengagungkan nama Indonesia dalam berbagai
kegiatan, seperti olimpiade olahraga maupun ilmu pengetahuan, meningkatkan
SDM, melestariak kekayaan alam dan budaya Indonesia.
4. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia. Butir ini menghendaki
sikap menghargai tanah air, mewarisi budaya bangsa, hasil karya, dan hal-hal yang
2015
7
Pancasila
Efan Setiadi, S.Kom, SH, MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
menjadi milik bangsa Indonesia. Sikap bangga ini ditunjukkan dengan berani dan
percaya diri menunjukkan identitas sebagai warga negara Indonesia, baik lewat
budaya, prilaku, teknologi yang berkembang di Indonesia, mencintai produk
Indonesia adalah rasa bangga bertanah air Indonesia.
5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka
Tunggal Ika. Butir ini menghendaki adanya pergaulan dan hubungan, baik ekonomi,
politik dan budaya antarsuku, pulau dan agama, sehingga terjalin masyarakat yang
rukun, damai, dan makmur. Kemakmuran terjadi karena pada dasarnya setiap
suku, agama, dan pulau mempunyai kekhususan yang bernilai tinggi, dan hal ini
juga bermanfaat bagi yang lain, sehingga tukar menukar ini akan meningkatkan
nilai kesejahteraan bagi manusia.
Kepentingan Nasional Harus Didahulukan.
Kepentingan Nasional (National Interest) adalah tujuan-tujuan yang ingin dicapai
sehubungan dengan kebutuhan bangsa/negara atau sehubungan dengan hal yang
dicita-citakan. Dalam hal ini kepentingan nasional yang relatif tetap dan sama diantara
semua negara/bangsa adalah keamanan (mencakup kelangsungan hidup rakyatnya
dan kebutuhan wilayah) serta kesejahteraan. Kedua hal pokok ini yaitu keamanan
(Security) dari kesejahteraan (Prosperity). Kepentingan nasional diidentikkan dengan
dengan “tujuan nasional”. Contohnya kepentingan pembangunan ekonomi, kepentingan
pengembangan dan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) atau
kepentingan mengundang investasi asing untuk mempercepat laju industrialisasi.
Kepentingan nasional sering dijadikan tolok ukur atau kriteria pokok bagi para
pengambil keputusan (decision makers) masing-masing negara sebelum merumuskan
dan menetapkan sikap atau tindakan. Bahkan setiap langkah kebijakan luar negeri
(Foreign Policy) perlu dilandaskan kepada kepentingan nasional dan diarahkan untuk
mencapai serta melindungi apa yang dikategorikan atau ditetapkan sebagai
”Kepentingan Nasional”. Menurut Morgenthau : ”Kepentingan nasional adalah
kemampuan minimum negara untuk melindungi, dan mempertahankan identitas fisik,
politik, dan kultur dari gangguan negara lain. Dari tinjauan ini para pemimpin negara
menurunkan kebijakan spesifik terhadap negara lain yang sifatnya kerjasama atau
konflik”.
Kepentingan Nasional dalam Hubungan Internasional
Kepentingan nasional merupakan konsep yang paling dikenal luas di kalangan para
penstudi hubungan internasional dan politik internasional baik itu pengamat aliran
tradisional atau saintifik. Hal ini terjadi selama Negara bangsa (Nation State ) masih
2015
8
Pancasila
Efan Setiadi, S.Kom, SH, MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
merupkan aktor yang utama dalam hubungan internasional. Semua ahli agaknya
sepakat bahwa determinan utama yang menggerakkan Negara-negara menjalankan
hubungan internasional ( international relation ) adalah kepentingan nasionalnya.
Paul Seabury mendefenisikan “kepentingan nasional secara normatif dan deskriptif:
secara deskriptif kepentingan nasional adalah tujuan yang harus dicapaioleh suatu
bangsa secara tetap melalui kepemimpinan pemerintah. Sedang secara normatif
kepentingan nasional adalah kumpulan cita-cita suatu bangsa yang berusaha
dicapainya dengan berhubungan denganNegaralain”.
Hans J Morgenthau menyebutnya sebagai power ( pengaruh,kekuasaan dan kekuatan.
Berbeda dengan Morgenthau Joseph Frankel ( 1970 ),menyangkal pendapat tersebut
dengan menekankan pada kepentingan moral,religi dan kepentingan manusia lainnya.
George F. Kennan (1951) memahami makna konsep kepentingan nasional (national
interest )dalam hubungan antarnegara. Kennan membuat definisi konsep ini secara
negatif tentang apa yang tidak termasuk ke dalam pengertian kepentingan nasional.
Pertama, konsepsi kepentingan nasional bukan merupakan kepentingan yang terpisah
dari lingkungan pergaulan antarbangsa atau bahkan dari aspirasi dan problematika
yang muncul secara internal dalam suatu negara. Kepentingan nasional suatu bangsa
dengan sendirinya perlu mempertimbangkan berbagai nilai yang berkembang dan
menjadi ciri negara itu sendiri. Nilai-nilai kebangsaan, sejarah, dan letak geografis
menjadi ciri khusus yang mempengaruhi penilaian atas konsepsi kepentingan nasional
suatu negara. Kedua, kepentingan nasional bukan merupakan upaya untuk mengejar
tujuan-tujuan yang abstrak, seperti perdamaian yang adil atau definisi hukum lainnya.
Sebaliknya, ia mengacu kepada upaya perlindungan dari segenap potensi nasional
terhadap ancaman eksternal maupun upaya konkrit yang ditujukan guna meningkatan
kesejahteraan warga negara. Ketiga, konsepsi ini pada dasarnya bukanmerupakan
pertanyaan yang berkisar kepada tujuan, melainkan lebih kepada masalah cara dan
metode yang tepat bagi penyelenggaran hubungan internasional dalam rangka
mencapai tujuan tersebut secara efektif.
Dewi Fortuna Anwar dalam orasi ilmiahnya sebagai staff ahli peneliti LIPI memberi
keterangan tentang kepentingan nasional secara kontradiktif, disatu sisi secara objektif
bahwa kepentingan nasional bisa didefenisikan secara jelas dengan criteria yang
objektif dan cenderung konstan dari waktu ke waktu. Disisi lain kepentingan nasional
bisa diartikan subjektif, artinya kepentingan nasional selalu berubahmengikuti preferensi
subjektif para pembuat keputusan. Dalam hubungan internasional, salah satu faktor
terpenting dan mendasar, yang mendorong sebuah negara melakukan interaksi adalah
2015
9
Pancasila
Efan Setiadi, S.Kom, SH, MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kepentingan nasional. Kepentingan nasional suatu negara dianggap sebagai salah satu
alasan paling kuat untuk sebuah negara melakukan interaksi dengan aktor-aktor lain
dalam hubungan internasional. Kepentingan nasional sendiri diartikan sebagai alat
untuk menjelaskan, membenarkan, menawarkan, dan menegur perilaku politik luar
negeri suatu negara. Hal-hal yang terkait dalam kepentingan nasional sering dilihat
sebagai tujuan awal dari kebijakan luar negeri. Salah satu contoh yang menunjukkan
betapa esensialnya kepentingan nasional dalam hubungan internasional adalah
hubungan antara China dan Amerika Serikat. Sebentar menoleh kebelakang, China dan
Amerika Serikat merupakan dua negara yang memiliki perbedaan ideologi. Masingmasing dari mereka bahkan sangat kuat mempertahankan ideologi masing-masing,
dimana China menganut paham komunis dan Amerika Serikat menganut paham
demokrasi liberalis. Pada bagian lain, dapat juga dilihat bahwa China, melalui begitu
banyak upaya dan kerja keras, dalam beberapa aspek, nampak ingin menyamai
langkah Amerika Serikat sebagai negara paling berpengaruh di dunia. Hari ini, dapat
dilihat
bahwa
China
menjadi
salah
satu negara
yang
paling
memengaruhi
perekonomian dunia. Dengan mudah, sesungguhnya dapat dipahami bila kedua negara
lantas menjadi negara yang saling bersaing satu dengan yang lain. Namun pada
kenyataannya, kedua negara saling berusaha memperat kerjasama (kompas, 2012).
Salah satu faktor utama yang mendorong kedua negara sama-sama mempertahankan
kerja sama adalah kepentingan nasional. Amerika Serikat, memiliki tujuan dan
kepentingan atas China, demikian sebaliknya. Kedua negara masing-masing menyadari
bahwa hubungan yang baik, merupakan salah satu jalan terbaik dalam merealisasikan
kepentingan masing-masing negara.
Definisi Kepentingan Nasional: Kepentingan nasional merupakan salah satu konsep
yang paling dikenal luas oleh kalangan penstudi Ilmu Hubungan Internasional. Hal ini
dikarenakan, konsep ini menjadi tujuan mendasar serta faktor paling menentukan yang
memandu para pembuat keputusan dalam merumuskan politik luar negeri sebuah
negara. Selain itu konsep ini juga sering dipakai sebagai pengukur keberhasilan suatu
politik luar negeri atau evaluasi.Menurut H.J.Morgenthau kepentingan nasional sama
dengan usaha negara untuk mengejar power, dimana power adalah segala sesuatu
yang bisa mengembangkan dan memelihara kontrol suatu negara terhadap negara lain
(Nicnic hal. 32). Morgenthau juga mengatakan bahwa konsep kepentingan nasional
serupa dengan ‘konsep umum’ konstitusi Amerika Serikat dalam dua hal yaitu
kesejahteraan umum (general welfare) dan hak perlindungan hukum. Konsep tersebut
memuat arti minimum yang inheren di dalam konsep itu sendiri yang mana adalah
melindungi identitas fisik, politik, dan kulturalnya dari gangguan negara-bangsa lain.
2015
10
Pancasila
Efan Setiadi, S.Kom, SH, MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dengan kata lain hakekat kepentingan nasional menurut Morgenthau adalah power
(pengaruh, kekuasaan, dan kekuatan).
Namun, Joseph Frankel (1970) berpendapat lain. Kepentingan nasional tidak bisa
didefinisikan secara sempit dengan cara mengabaikan kepentingan-kepentingan moral,
religi, dan kepentingan kemanusiaan yang lain seperti yang dibuat oleh Morgenthau.
Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Nicholas Spykman bahwa kepentingan
nasional juga mencakup kepentingan moral, religi, kebudayaan, dan sebagainya.
Spykman juga menambahkan bahwa, untuk mengejar kepentingan-kepentingan itu
tetap diperlukan power yang mencukupi. Berbeda dengan Paul Seabury, ia
mendefinisikan konsep kepentingan nasional secara normatif dan deskriptif. Secara
normatif konsep kepentingan nasional berkaitan dengan kumpulan cita-cita suatu
bangsa yang berusaha dicapainya melalui hubungan dengan negara lain. Cita-cita
dalam hal ini tidak hanya melulu berarti mengejar power saja, melainkan ada juga citacita lainnya. Sedangkan secara deskriptif, kepentingan nasional dianggap sebagai
tujuan yang harus dicapai suatu bangsa secara tetap melalui kepemimpinan
pemerintah. Jadi, selama negara masih merupakan aktor hubungan internasional yang
dominan, maka kepentingan nasional akan menjadi determinan utama yang
menggerakkan negara-negara menjalankan hubungan internasional atau politik luar
negeri.
Dimensi dan Motivasi Kepentingan Nasional. Dalam hubungan internasional, dimensi
kepentingan nasional dibagi menjadi beberapa bagian. Bagian pertama, kepentingan
ekonomi, kedua, kepentingan pertahanan dan keamanan, ketiga, kepentingan
internasional dan terakhir, kepentingan ideologi. Keempat dimensi ini merupakan aspekaspek utama yang memengaruhi dan memotivasi sebuah negara dalam mengusahakan
kepentingan nasional negara masing-masing dalam hubungan internasional.
Pertama, kepentingan ekonomi. Kepentingan ekonomi adalah kepentingan yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas perekonomian suatu negara. Kepentingan
ekonomi menjadi salah satu kepentingan yang dianggap mendasar, karena biasanya,
kualitas baik atau buruknya perekonomian suatu negara, akan memengaruhi kehidupan
negara tersebut secara keseluruhan. China merupakan salah satu negara yang telah
membuktikan bagaimana kualitas perekonomian suatu negara dapat memengaruhi
kehidupan suatu negara secara keseluruhan. China hari-hari ini menjadi salah satu
negara yang paling berpengaruh di dunia. Tidak seperti Amerika Serikat yang terdepan
dalam segala aspek, termasuk militer, China menjadi salah satu negara paling
2015
11
Pancasila
Efan Setiadi, S.Kom, SH, MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
berpengaruh karena China hari-hari ini menguasai sebagaian besar perekonomian
dunia. Ada terdapat banyak cara untuk meningkatkan kualitas perekonomian suatu
negara. Salah satu contoh misalnya dengan meningkatkan kualitas produksi barang dari
dalam negeri, sehingga negara tersebut tidak perlu terlalu bergantung terhadap barang
impor atau barang produksi negara lain. Cara lainnya adalah dengan melakukan
kerjasama dalam bidang ekonomi dengan negara-negara maju.
Kepentingan lain yang juga sangat penting dan esensi adalah kepentingan pertahanan
dan keamanan. Kepentingan pertahanan dan keamanan bertujuan untuk dapat
melindungi suatu negara beserta seluruh rakyatnya dari ancaman yang datang baik dari
luar maupun dari dalam negara bersangkutan. Kualitas pertahanan dan keamanan
suatu negara lantas seringkali dianggap erat kaitannya dengan kualitas badan militer
suatu negara. Tidak dapat dipungkiri bahwa kuat atau lemahnya suatu negara, selain
ditinjau dari segi ekonomi, juga sangat dipengaruhi oleh kualitas badan militer negara
bersangkutan. Amerika Serikat adalah negara super power, yang tak dapat dipungkiri
eksistensi militer Amerika Serikat hingga hari ini merupakan yang terkuat dan terbesar.
Hampir bisa dikatakan, negara-negara maju yang juga sangat besar pengaruhnya
dalam dunia internasional, merupakan negara yang tak hanya kuat di dalam aspek
ekonomi, tapi juga dalam aspek pertahanan dan keamanan.
Dimensi ketiga dalam kepentingan nasional adalah kepentingan Internasional.
Kepentingan internasional adalah kepentingan dimana suatu negara dapat berperan
dalam dunia internasional. Eksistensi sebuah negara, secara tidak langsung,
sebenarnya dapat diukur atau dilihat dari seberapa sering negara tersebut terlibat aktif
dalam partisipasi peran dalam dunia internasional. Sebagai contoh misalnya ikut serta
dalam merumuskan kebijakan dan perjanjian internasional. Lagi-lagi tak dapat
dipungkiri, negara-negara maju dan berpengaruh seperti Amerika Serikat, China,
Jepang, dan Inggris, kerap kali terlihat mewarnai perumusan kebijakan dan perjanjian
internasional. Salah satu faktor yang menyebabkan mereka begitu berpengaruh, selain
karena negara-negara bersangkutan memang negara yang kuat, faktor lain yang juga
memengaruhi adalah intensitas keaktifan negara-negara bersangkutan dalam dunia
kepentingan internasional.
Dimensi terakhir yang juga sangat berpengaruh adalah kepentingan ideologi. Ideologi
dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai sebuah sistem atas ide-ide yang
ideal, yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup. Kepentingan
ideologi
2015
12
adalah
kepentingan
Pancasila
Efan Setiadi, S.Kom, SH, MH
yang
bertujuan
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
untuk
dapat
melindungi
dan
mempertahankan ideologi suatu negara dari pengaruh ideologi bangsa lain. Namun,
ada negara-negara tertentu yang mengombinasikan ideologinya dengan ideologi dari
negara lain. Seringkali yang terjadi adalah negara-negara tersebut menyaring dan
mempertimbangkan dampak positif dari ideologi negara asing, sehingga menjadi suatu
keuntungan tersendiri bagi negara tersebut. Betapa kepentingan ideologi menjadi salah
satu dimensi atau motivasi yang esensial dalam kepentingan nasional dapat dilihat dari
interaksi negara-negara dunia khususnya Eropa pada masa perang dunia pertama dan
kedua. Salah satu penyebab utama meletusnya perang dunia tersebut, selain untuk
memperluas daerah kekuasaan, adalah karena adanya perbedaan ideologi antara blok
Barat dan blok Timur, ideologi komunis dan liberalis. Perang dunia pertama dan kedua
dapat dijadikan pelajaran dan wawasan mengenai pentingnya sebuah ideologi suatu
negara dalam kepentingan nasional.
Kepentingan Nasional sebagai Bagian Esensial: Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa kepentingan nasional merupakan unsur terpenting dalam mendorong sebuah
negara melakukan interaksi. Kepentingan nasional juga menjadi salah satu alasan
terkuat, sebuah negara menjalankan dan memelihara hubungan internasional.
Kepentingan nasional sebuah negara dapat menjadi lem pengikat hubungan antar
negara-negara di dunia, sebaliknya, juga dapat menjadi pemecah hubungan negaranegara dunia. Pun demikian, pada akhirnya, seperti yang diungkap Morgenthau, Semua
kekacauan
tersebut
dapat
dikurangi
dengan
cara
sedikit
demi
sedikit
menyesuaikannnya dengan kepentingan-kepentingan yang saling bertentang dan
mencari akar penyelesaian dari segala masalah tersebut sehingga dapat diselesaikan
dengan melalui tindakan-tindakan diplomatik.
Bentuk Pelaksanaan Pancasila.
Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup supaya mempunyai arti
dan makna dalam kehidupan sehari-hari, dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, maka diperlukan pelaksanaan baik oleh kalangan
pejabat/penguasa negara maupun oleh setiap warganegara dan penduduk
Indonesia. Jika pelakasnaan Pancasila, dilakukan dengan penuh kesadaran dan
rasa tanggung jawab (bukan karena terpaksa atau ada perasaan takut), maka
pelaksanaan tersebut dinamakan pengamalan.
Pelaksanaan Pancasila dibedakan dalam 2 bentuk, yaitu:
1. Pelaksanaan Obyektif, pelaksanaan dilakukan oleh penguasa yang berwenang
dengan cara menjabarkan Pancasila tersebut ke dalam peraturan perundang-
2015
13
Pancasila
Efan Setiadi, S.Kom, SH, MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
undangan (misalnya: MPR mengeluarkan Ketetapannya, DPR dan Presiden
membentuk Undang-undang).
2. Pelaksanaan Subyektif, pelaksanaan yang harus dilakukan oleh setiap
warganegara Indonesia dan penduduk Indonesia dengan cara mematuhi setiap
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebagai Pandangan Hidup
warga negara Indonesia hendaknya bersikap dan bertingkahlaku sesuai dengan
norma dan nilai luhur Pancasila.
Pengamalan Pancasila Sebagai Dasar Negara.
Pengamalan Pancasila sebagai Dasar Negara, mengandung keharusan-keharusan
yang wajib dilaksanakan ataupun larangan-larangan yang wajib ditinggalkan.
Sebab pengamalan Pancasila sebagai dasar negara mengandung sanksi-sanksi
hukum. Artinya bilamana tingkah laku, tindak tanduk atau perbuatan seseorang
bertentangan dengan Pancasila sebagai dasar negara, ia dapat dan harus
dikenakan sanksi.
Pancasila sebagai dasar negara, berarti ia pula sebagai norma dasar. Oleh
karenanya ia menjadi hukum dasar (ground norm). Artinya semua peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia harus bersumber dari dan tidak
pula bertentangan dengan Pancasila. Konsekwensi dari pengertian ini maka
Pancasila menjadi sumber dari segala sumber hukum Indonesia.
Pengamalan Pancasila pada hakekatnya adalah merupakan penjabaran nilai-nilai
Pancasila di dalam berbagai ketentuan negara guna pengaturan pelaksanaan
berbagai macam pola dan bidang kehidupan, agar benar-benar sesuai dan dijiwai
oleh nilai-nilai Pancasila, yaitu:
1. Nilai Pancasila yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 telah dijabarkan
secara merata pada pasal-pasal dalam Batang Tubuh UUD 1945;
2. Jabaran Pancasila yang termaktub dalam pasal-pasal tersebut dijabarkan lebih
lanjut di dalam ketetapan MPR.
3. Jabaran Pancasila dalam pasal-pasal UUD 1945 dan dalam Ketetapan MPR,
dijabarkan dalam bentuk Undang-undang dan Peraturan Perundang-undangan
yang tingkatannya lebih rendah.
4. Setelah semuanya diatur berdasarkan Pancasila, diperlukan parisipasi seluruh
masyarakat untuk mematuhinya, mengembangkan dan mengamankannya.
Pengamalan Pancasila Sebagai Pandangan Hidup.
Pancasila sebagai pandangan hidup, berarti ia dipergunakan sebagai pedoman
hidup dalam kehidupan sehari-hari, cakupannya luas, termasuk bidang kerohanian.
2015
14
Pancasila
Efan Setiadi, S.Kom, SH, MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pangkal tolak penghayatan dan pengamalan Pancasila ialah kemauan dan
kemampuan manusia Indonesia dalam mengendalikan diri dan kepentingannya
agar dapat melaksanakan kewajiban sebagai warga negara dan warga masyarakat.
Dengan kesadaran dan pangkal tolak yang demikian, maka sikap hidup manusia
Pancasila adalah:
1. Kepentingan pribadinya tetap diletakkan dalam kesadaran kewajiban sebagai
makhluk sosial dalam kehidupan masyarakatnya;
2. Kewajiban terhadap masyarakat dirasakan lebih besar dari kepentingan
pribadinya.
Karena merupakan pengamalan Pancasila, maka dalam mewujudkan sikap
hidup tadi, manusia dituntut oleh kelima sila dari Pancasila, yaitu rasa
Ketuhanan Yang Maha Esa, rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab,
kesadaran untuk memperkokoh persatuan Indonesia, sikap yang menjunjung
tinggi
kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Pengamalan Pancasila, tidak lain bertujuan mewujudkan kehidupan pribadi dan
kehidupan bersama yang kita cita-citakan, kehidupan yang kita anggap baik &
benar.
SAUDARA BISA MENCARI REFRENSI LAIN, JIKA MODUL YANG ADA DIRASAKAN
BELUM LENGKAP
Sumber Materi :
-
Dr. H. Syahrial Syarbaini, MA. (Dosen Koord. Pendidikan Pancasila)
-
Berbagai buku Pancasila, UUD 1945
-
Media internet, google, Wikipedia, dll.
---oOo---
2015
15
Pancasila
Efan Setiadi, S.Kom, SH, MH
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download