MODUL PERKULIAHAN PANCASILA IMPLEMENTASI PANCASILA SILA KE-4 DAN KE-5 ga Fakultas Program Studi Psikologi, dll Psikologi, dll On Line 14 Kode MK Disusun Oleh 90037 Efan Setiadi, S.Kom, SH, MH Abstract Kompetensi Penjelasan dalam materi ini meliputi tentang pengertian pancasila dan lebih menekankan implementasi dari nilainilai sila ke 4 dan ke 5 Mahasiswa diharapkan dapat mengkaji pancasila dan memahaminya, khususnya terkait dengan nilai-nilai yang terkandung dalam sila ke 4 dan 5, dan nilai-nilai semua sila pada umumnya dalam implementasinya dalam berbagai aspek kehidupan. Implementasi Pancasila (Sila Ke 4 dan 5) IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT 1 Memahami implemnetasi Pancasila dalam kehidupan masyarakat sangat penting dilakukan agar setiap warga negara dalam berpikir, dan bertindak berdasarkan etika yang bersumber dari Pancasila. Pancasila bagi bangsa Indonesia merupakan pandangan hidup dan dasar negara. Pancasila sebagai pandangan hidup mempunyai arti setiap warga negara dalam kehidupan sehari-hari menggunakan Pancasila sebagai petunjuk hidup dalam rangka mencapai daya saing bangsa, kesejahteraan, dan keadilan, baik lahir maupun batin. Pemahaman implementasi Pancasila diharapkan akan adanya tata kehidupan yang serasi dan harmonis dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. A. Implementasi Sila Keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Sila keempat ini mempunyai makna bahwa kekuasaan ada di tangan rakyat, dan dalam melaksanakan kekuasaannya, rakyat menjalankan sistem perwakilan (rakyat memilih wakil-wakilnya), dan keputusan-keputusan yang diambil dilakukan dengan jalan musyawarah yang dikendalikan dengan pikiran yang sehat, jernih, logis, serta penuh tanggung jawab baik kepada Tuhan maupun kepada rakyat yang diwakilinya. Butir implementasi sila keempat sebagai berikut: 1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat. Ini menghendaki masyarakat harus mengawal wakil rakyat yang dipilih lewat pemilu, agar setiap keputusan wakil rakyat mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat. Keputusan penting seperti penjualan aset negara, perjanjian imbal dagang antar negara, impor beras, kenaikan BBM dan listrik dll, harus berdasarkan kepentingan rakyat, bukan kepentingan pejabat. Rakyat harus berperan aktif dalam memberikan koreksi yang membangun dengan cara santun, dan memberi sanksi setiap pelanggaran pada pemilu selanjutnya. 2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. Artinya menghormati setiap perbedaan, dan dengan akal sehat melakukan kompromi demi kebaikan masyarakat dan negara. 1 Srijanti dkk, Pendisikan Kewarganegaraan untuk Mahasiswa, Cet. Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009 hal 20 dan26. 2015 2 Pancasila Efan Setiadi, S.Kom, SH, MH Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama. Oleh sebab itu, dalam mengambil keputusan mengenai suatu masalah harus melibatkan pihak-pihak lain yang berkepentingan, dan memecahkan secara bersama. Musyawarah dapat dilakukan di lingkungan keluarga, masyarakat dan negara. 4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan. Butir ini menghendaki agar pengambilan keputusan secara bersama-sama didasrkan semangat kekeluargaan, yaitu hubungan kekerabatan yang sangat erat dan mendasar di masyarakat. Dengan menampilkan rasa kekerabatan yang erat, maka musyawarah akan berjalan dengan baik, tidak saling menang-menangan, tapi semua akan merasa menang, terakomodasi, serta mementingkan kepentingan bersama. 5. Dengan itikad baik dan penuh rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah. Oleh sebab itu sangat tidak demokratis apabila ada yang menolak, atau merasa kalah dalam musyawarah, kemudian tidak mau melaksanakan keputusan bersama. Penolakan hasil pemilu atau pemilukada yang sudah dilakukan dengan baik, ini wujud tidak bertanggung jawab sebagai masyarakat. 6. Musyawarah dilakukann dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. Butir ini menghendaki bahwa prinsip musyawarah dalam memecahkan masalah bukan menang kalah, serta kepentingan golongan, tetapi dengan menggunakan akal sehat, tidak mabuk dan anarki, sesuai dengan hati nurani. Kejujuran dan akal sehat merupakan cermin sikap takwa kepada Tuhan. Sehingga segala keputusan tidak akan bertentangan dengan hukum Tuhan dan kemaslahatan umat manusia. 7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat martabat manusia, serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan. B. Pengambilan Keputusan oleh Para Pekerja dalam Perusahaan Berkaitan dengan Sila Keempat. Sebelum membahas materi pengambilan keputusan oleh para pekerja di dalam sebuah perusahaan, baik menyangkut status hukum orang seorang pekerja, organisasi pekerja dalam perusahaan maupun perusahaan itu sendiri sepanjang hubungan perusahaan dengan pekerja dan/atau para pekerja, maka perlu untuk dapat diketahui dan dipahami tentang hubungan industrial dalam sebuah perusahaan. 2015 3 Pancasila Efan Setiadi, S.Kom, SH, MH Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1. Pengertian Hubungan Industrial. Menurut Payaman J. Simanjuntak (2009), 2 Hubungan industial adalah Hubungan semua pihak yang terkait atau berkepentingan atas proses produksi barang atau jasa di suatu perusahaan. Pihak yang berkepentingan dalam setiap perusahaan (Stakeholders): a. Pengusaha atau pemegang saham yang sehari-hari diwakili oleh pihak manajemen; b. Para pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh; c. Supplier atau perusahaan pemasok; d. Konsumen atau para pengguna produk/jasa; e. Perusahaan Pengguna; f. Masyarakat sekitar; g. Pemerintah. Disamping para stakeholders tersebut di atas, para pelaku hubungan industrial juga melibatkan beberapa pihak sebagai berikut: a. Para konsultan hubungan industrial dan/atau pengacara; b. Para Arbitrator, konsiliator, mediator, dan akademisi; c. Hakim-Hakim Pengadilan hubungan industrial Abdul Khakim (2009)3 menjelaskan, istilah hubungan industrial merupakan terjemahan dari "labour relation" atau hubungan perburuhan. Istilah ini pada awalnya menganggap bahwa hubungan perburuhan hanya membahas masalah-masalah hubungan antara pekerja/buruh dan pengusaha. Seiring dengan perkembangan dan kenyataan yang terjadi di lapangan bahwa masalah hubungan kerja antara pekerja/buruh dan pengusaha ternyata juga menyangkut aspek-aspek lain yang luas. Dengan demikian, Abdul Khakim (2009) menyatakan hubungan perburuhan tidaklah terbatas hanya pada hubungan antara pekerja/buruh dan pengusaha, tetapi perlu adanya campur tangan pemerintah. 2. Prinsip-Prinsip Hubungan Industrial. Payaman J. Simanjuntak (2009) menjelaskan beberapa prinsip dari Hubungan industrial, yaitu : a. Kepentingan Bersama: Pengusaha, pekerja/buruh, masyarakat, dan pemerintah; b. Kemitraan yang saling menguntungan: Pekerja/buruh dan pengusaha sebagai mitra yang saling tergantung dan membutuhkan; c. Hubungan fungsional dan pembagian tugas; 2 http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_hubungan_industrial 2014 3 Ibid. 2015 4 Pancasila Efan Setiadi, S.Kom, SH, MH Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id d. Kekeluargaan; e. Penciptaan ketenangan berusaha dan ketentraman bekerja; f. Peningkatan produktivitas; g. Peningkatan kesejahteraan bersama 3. Sarana Pendukung Hubungan Industrial. Payaman J. Simanjuntak (2009)4 menyebutkan sarana-sarana pendukung Hubungan industrial, sebagai berikut : a. Serikat Pekerja/Buruh; b. Organisasi Pengusaha; c. Lembaga Kerjasama bipartit (LKS Bipartit); d. Lembaga Kerjasama tripartit (LKS Tripartit); e. Peraturan Perusahaan; f. Perjanjian Kerja Bersama (PKB); g. Peraturan perundang-undangan ketenagakerjaaan; h. Lembaga penyelesaian perselisihan Hubungan Industrial. 4. Perundingan Kerja Bersama (PKB). Perjanjian Kerja Bersama atau disingkat PKB merupakan pijakan karyawan dalam menorehkan prestasi yang pada gilirannya akan berujung kepada kinerja koorporat dan kesejahteraan karyawan. Jadi, PKB memang penting bagi perusahaan manapun. Hubungan kerja senantiasa terjadi di masyarakat, baik secara formal maupun informal, dan semakin intensif di dalam masyarakat modern. Di dalam hubungan kerja memiliki potensi timbulnya perbedaan pendapat atau bahkan konflik. Untuk mencegah timbulnya akibat yang lebih buruk, maka perlu adanya pengaturan di dalam hubungan kerja ini dalam bentuk PKB. Dalam prakteknya, persyaratan kerja diatur dalam bentuk perjanjian kerja yang sifatnya perorangan. Perjanjian kerja Bersama ini dibuat atas persetujuan pemberi kerja dan Karyawan yang bersifat individual. Pengaturan persyaratan kerja yang bersifat kolektif dapat dalam bentuk Peraturan Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB).Perjanjian Kerja Bersama atau PKB sebelumnya dikenal juga dengan istilah KKB (Kesepakatan Kerja Bersama) / CLA (Collective Labour Agreement) adalah merupakan perjanjian yang berisikan sekumpulan syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak yang merupakan hasil perundingan antara Pengusaha, dalam hal ini diwakili oleh Managemen Perusahaan dan Karyawan yang dalam hal ini diwakili oleh Serikat Karyawan, serta tercatat pada instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan. Hal ini juga tertuang dalam Pasal 1 UU No.13 4 Ibid. 2015 5 Pancasila Efan Setiadi, S.Kom, SH, MH Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id tahun 2003 Point 21.PKB dibuat dengan melalui perundingan antara managemen dan serikat karyawan. Kesemua itu untuk menjamin adanya kepastian dan perlindungan di dalam hubungan kerja, sehingga dapat tercipta ketenangan kerja dan berusaha. Lebih dari itu, dengan partisipasi ini juga merupakan cara untuk bersama-sama memperkirakan dan menetapkan nasib perusahaan untuk masa depan.Masa berlakunya PKB paling lama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang masa berlakunya paling lama 1 (satu) tahun. PKB juga merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk untuk menjalankan hubungan industrial, dimana sarana yang lain adalah serikat karyawan, organisasi pengusaha, lembaga kerjasama bipartit, lembaga kerjasama tripartit, peraturan perusahaan, peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan, lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial. Menurut ketentuan, Perundingan pembuatan PKB berikutnya dapat dimulai paling cepat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya PKB yang sedang berlaku. Dalam hal perundingan tidak mencapai kesepakatan, maka PKB yang sedang berlaku tetap berlaku untuk paling lama 1 (satu) tahun. Sehingga dengan demikian proses pembuatan PKB tidak memakan waktu lama dan berlarut-larut sampai terjadi kebuntuan (dead lock) yang mengakibatkan tidak adanya kepastian hukum. 5. Penyelesaian Hubungan Industrial.5 Landasan Hukum penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI) didasarkan pada Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 Tanggal 14 Januari 2004 (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 6 Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4356). 6. Jenis Perselisihan.6 a. Perselisihan Hak. Perselisihan ini timbul karena tidak dipenuhinya hak, akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan perundang-undangan, perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama. b. Perselisihan Kepentingan. Perselisihan ini timbul dalam hubungan kerja karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pembuatan, dan/atau perubahan syarat-syarat kerja yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, atau peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. c. Perselisihan Karena PHK. 5 D. Machdum Fuady, Diktat Mata Kuliah Ilmu Hukum, Modul Penyelesaian Perselisiahn Perburuhan, 2008. 6 Ibid. 2015 6 Pancasila Efan Setiadi, S.Kom, SH, MH Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Perselisihan ini timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang diakukan oleh salah satu pihak. 7. Tata Cara Penyelesaian Perselisihan.7 a. Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI) di Luar Pengadilan. 1) Penyelesaian melalui Bipartit, yaitu perundingan yang dilakukan oleh dua pihak (pengusaha dengan pekerja/buruh) untuk mencari penyelesaian secara musyawarah mufakat/negosiasi tentang perselisihan. Hasil musyawarah dibuat perjanjian bersama dan ditandatangani oleh para pihak; 2) Perjanjian bersama wajib didaftarkan ke Pengadilan Hubungan Industrial di Pengadilan Negeri yang berwenang untuk mendapatkan akta bukti pendaftaran; 3) Jika salah satu pihak ingkar janji, maka pihak lain dapat mengajukan permhonan kepada Pengadilan Hubungan Industrial di Pengadilan Negeri yang berwenang; b. Penyelesaian melalui Mediasi, yaitu penyelesaian perselisihan hak, perselisihan kepentingan, PHK, dan perselisihan antarserikat pekerja dalam 1 (satu) perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih mediator yang netral. Mediator dari PNS di bidang ketenagakerjaan yang memenuhi syarat di wilayah kabupaten/kota. Perjanjian bersama wajib didaftarkan ke Pengadilan Hubungan Industrial di Pengadilan Negeri yang berwenang untuk mendapatkan akta bukti pendaftaran; c. Penyelesaian melalui Konsiliasi, yaitu penyelesaian perselisihan seperti huruf b di atas (tidak termasuk perselisihan hak), yang ditengahi oleh Konsiliator di setiap instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota atau yang ditunjuk oleh Menteri terkait; d. Penyelesaian melalui Arbitrase, yaitu penyelesaian perselisihan kepentingan dan perselisihan antara serikat pekerja/buruh dalam satu perusahaan, yang disepakati para pihak yang berselisih secara tertulis dan menyerahkan penyelesaiannya kepada Arbiter, di mana putusannya mengikat dan final. Putusan arbitrase didaftarkan di pengadilan hubungan industrial pada pengadilan negeri di wilayah arbiter menetapkan putusan. 7 Ibid. 2015 7 Pancasila Efan Setiadi, S.Kom, SH, MH Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Arbiter adalah seorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak yang berselisih dari daftar arbiter yang ditetapkan oleh menteri untuk memberikan putusan tentang perselisihan kepentingan. Putusan arbitrase dapat dimohonkan pembatalan kepada Mahkamah Agung dalam tempo 30 hari kerja setelah penetapan, namun tidak dapat diajukan ke pengadilan hubungan industrial. e. Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI) Melalui Pengadilan. Dalam hal tidak tercapai penyelesaian melalui mediasi atau konsiliasi, maka salah satu pihak atau para pihak dapat mengajukan kepada pengadilan hubungan industrial. Pengadilan Hubungan Industrial, merupakan Pengadilan Khusus yang berada di lingkungan Peradilan Umum, ia mempunyai kewenangan mutlak dalam melaksanakan tugas, memeriksa dan memutus: C. Implementasi Sila Kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.8 Sila ini mempunyai makna bahwa seluruh rakyat Indonesia mendapatkan perlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik, ekonomi, kebudayaan, dan kebutuhan spritual rohani, sehingga tercipta masyarakat yang adil dan makmur. Butir-butir implementasi sila kelima adalah sebagai berikut: 1. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. (berbuat baik apa yang diperintah Tuhan dan menjauhi apa yang dilarang). Perbuatan baik tersebut dilaksanakan dengan cara saling membantu, bergotong royong, merasa sebagai bagian keluarga yang dekat layak dibantu, sehingga kehidupan setiap manusia layak dan terhormat. 2. Bersikap adil. Melaksanakan kegiatan antarmanusia untuk tidak pilih kasih. Pengertian adil juga sesuai dengan kebutuhan manusia untuk hidup layak, dan tidak diskriminatif terhadap sesama manusia yang akan ditolong. 3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. Jangan mendahulukan hak, tapi mengabaikan kewajiban. Kewajiban yang harus dilakukan adalah berhubungan baik dengan sesama manusia, membantu sesama manusia, membela yang teraniaya, memberikan nasehat yang benar dan menghormati kebebasan beragama. Apabila kewajiban dan hak berjalan seiring, maka hidup damai dan rukun akan tercipta. 4. Menghormati hak-hak orang lain. Butir ini menghendaki setiap manusia menghormati hak orang lain dan memberikan peluang orang lain dalam mencapai hak dan tidak menghalanginya. Perbuatan seperti mencuri, pelit/kikir bersedekah, merusak 8 Srijanti dkk, Pendisikan Kewarganegaraan untuk Mahasiswa, Cet. Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009 hal 28 2015 8 Pancasila Efan Setiadi, S.Kom, SH, MH Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id tempat peribadatan agama lain adalah perbuatan tidak menghormati hak orang lain. 5. Suka memberikan pertolongan kepada orang lain. Mengembangkan sikap dan budaya tolong menolong, gotong royong, menjauhkan diri dari sikap egois dan individualistis. Perbuatan seperti membantu orang buta menyebrang jalan, memberi makan para fakir miskin, membuang sampah pada tempatnya, tidak merokok di sembarang tempat, adalah contoh suka memberikan pertolongan kepada orang lain. 6. Menjauhi sikap pemerasaan terhadap orang lain. (manusia Indonesia bukan Homo Hominilupus). Pemerasan seperti merampok, menarik bunga pinjaman terlalu tinggi, tidak memberikan upah yang layak kepada buruh dan pembantu rumah tangga. 7. Tidak bersikap boros. Sikap ini seperti tidak memakai atau menggunakan uang, barang, dan sumber daya secara berlebihan. 8. Tidak bergaya hidup mewah. Hidup secukupnya sesuai dengan kebutuhan. Perbuatan membuang makanan, makan berlebihan, memakai pakaian, perumahan dan kendaraan yang berlebihan, juga wujud kehidupan mewah. 9. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum. Menjaga kepentingan dan prasarana umum, tidak merusak tellepon umum, rambu lalu lintas, mencuri kabel kereta api aatau berkelahi antar warga, siswa dengan mahasiswa, perbuatan itu merugikan kepentingan umum. 10. Suka bekerja keras. Berusaha bekerja secara keras dan maksimal, tidak pasrah terhadap nasib, berusaha dan berdoa. Tindakan seperti bolos kuliah, suka mencontek, meminta-minta merupakan contoh perbuatan yang tidak suka bekerja keras. 11. Menghargai karya orang lain. Tindakan pembajakan program seperti VCD/DVD, memfotokopi buku atau membeli buku bajakan adalah contoh perbuatan tidak menghargai karya orang lain. 12. Secara bersama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial. Tindakan ini adalah adanya usaha bersama antar warga negara untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Mengembangkan kerja sama tim, dan belajar berorganisasi merupakan contoh mengembangkan usaha bersama. Usaha bersama akan menjamin pencapaian keberhasilan, dan memperkecil risiko kegagalan. D. Mewujudkan Keadilan Sosial Bagi Yang Berkepentingan Dalam Perusahaan. 2015 9 Pancasila Efan Setiadi, S.Kom, SH, MH Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1. Pengertian Perusahaan.9 Organisasi adalah system/sekumpulan orang – orang yang berkerjasama antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi adalah struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang berkerjasama secara tertentu untuk bersama – sama mencapai tujuan tertentu. Dalam aktivitas organisasi, kepemimpinan merupakan konsep dan praktek yang tidak dapat ditinggalkan. Kepemimpinan yang efektif dalam mengelola (manajemen) aktivitas organisasi dapat mempengaruhi : a. Moral dan kepuasan anggota; b. Keamanan, kualitas kehidupan kerja dan c. Prestasi organisasi Dalam kepemimpinan yang efektif dapat menggerakan seluruh anggota organisasi untuk menjalankan tanggung jawabnya masing – masing. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan sangat dipengaruhi oleh proses kepemimpinan yang efektif. Untuk membantu mempermudah dalam memahami konsep kepemimpinan, berikut ini beberapa pendapat para ahli yang telah mengkaji kepemimpinan dalam aktivitas organisasi : a. Organisasi menurut Stoner, bahwa Organisasi adalah suatu pola hubungan – hubungan yang melalui mana orang – orang dibawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama. b. Organisasi menurut James D. Mooney (1974), mengemukakan bahwa Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama. c. Organisasi menurut Chester I. Bernard, berpendapat bahwa Organisasi adalah merupakan suatu system aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. d. Organisasi menurut Stephen P. Robbins, menyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan (entity) social yang dikoordinasikan secara sadar dengan sebuah batasan yang relative dapat diidentifikasi. e. Organisasi menurut Kotter (Robbins, 2003:40), Kepemimpinan pada dasarnya kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok kea rah tercapainya tujuan. 9 http://mystorywithmila.blogspot.com/2013/10/difinisi-organisasi.html 2014 2015 10 Pancasila Efan Setiadi, S.Kom, SH, MH Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Organisasi menurut Joseph C Rost (Safaria, 2005:3), Kepemimpinan adalah sebuah hubungan saling mempengaruhi diantara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersama.Dari berbagai pendapat diatas secara garis besar kita dapat memperoleh gambaran tentang kepemimpinan dalam konteks organisasi. 2. Mengapa pentingnya Teori organisasi.10 Dari definisinya, organisasi merupakan wadah bagi sekelompok individu untuk berinteraksi dalam wewenang tertentu. Manusia sebagai makhluk sosial tak urung untuk menciptakan kelompok-kelompok yang mengusung pada pengorganisasian demi mencapai tujuan tertentu. Dengan mempelajari teori organisasi umum, seseorang akan lebih memahami bagaimana ia harus menempatkan diri ketika berkecimpung dalam suatu ikatan organisasi. Karena di dalam organisasi tersebut terdapat beberapa aspek pendukung guna memenuhi tujuan bersama sekumpulan orang yang terikat di dalamnya. Dengan kata lain, teori organisasi umum membimbing sekumpulan orang dalam suatu organisasi untuk berpendapat, menciptakan visi, misi, sistem, dan program, juga untuk menganalisa dan mengevaluasinya kembali demi keberhasilan pencapaian tujuan dibentuknya organisasi tersebut. 3. Tujuan Organisasi Perusahaan.11 Suatu perusahaan atau organisasi yang baik dan bertanggungjawab serta ingin memelihara kesinambungan bisnis dalam jangka panjang, harus sudah memikirkan kepeduliannya pada saat awal pendirian perusahaan, yaitu dengan cara menetapkan visi, misi dan tujuan perusahaan. Dalam perkembangannya, budaya organisasi dan perubahan global akan mempengaruhi tiga hal tersebut: Visi merupakan suatu pernyataan ringkas tentang cita-cita organisasi yang berisikan arahan yang jelas dan apa yang akan diperbuat oleh perusahaan di masa yang akan datang. Untuk mengujudkan visi tersebut maka perusahaan melakukan pengembangan misi yang akan dijalani dalam tiap aktivitas; Misi merupakan penetapan tujuan dan sasaran perusahaan yang mencakup kegiatan jangka panjang tertentu dan jangka pendek yang akan dilakukan, dalam upaya mencapai visi yang telah ditetapkan; Tujuan perusahan adalah mencapai keuntungan maksimum. E. Hal-Hal Yang Harus Dihindari dalam Mencapai Tujuan Perusahaan.12 10 Ibid. 11 Ibid. 2015 11 Pancasila Efan Setiadi, S.Kom, SH, MH Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1. Praktek monopoli; Monopoli adalah penguasaan atas produksi/pemasaran barang/penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku atau kelompok usaha. 2. Persaingan usaha yang tidak sehat; Persaingan usaha antar pelaku usaha dlm menjalankan kegiatan produksi /pemasaran barang/jasa yg dilakukan tidak jujur/melawan hukum atau menghambat persaingan usaha. 3. Perjanjian yg terjadi mengakibatkan praktik monopoli & persaingan usaha tidak sehat, meliputi Oligopoli, Penetapan Harga, Diskriminasi harga, Janji Pembagian Wilayah, Kartel dsb yang akan diurai pada paparan berikut: 4. Kegiatan yang Penguasaan Kecurangan dilarang Pasar, dlm Jual meliputi Rugi monopoli, (Predatory menetapkan Monopsoni Pricing), biaya (pembeli tunggal), u/mematikan pesaing; produksi;Persekongkolan (Conspiracy/Collucion), tender, menghambat perdagangan, membocorkan rahasia. Sumber Materi : 1. Srijanti, A. Rahman H.I. dan Purwanto S.K., Pendidikan Kewarganegaraan untuk mahasiswa edisi pertama cetakan pertama , 2009. Penerbit Graha Ilmu kerjasama dengan Universitas Mercu Buana; 2. 3. Dr. H. Syahrial Syarbaini, MA. (Dosen Koord. Pendidikan Pancasila) 4. D. Machdum Fuady, Diktat Mata Kuliah Sistem Hukum Indonesia, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercubuana 2009. http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_hubungan_industrial 2014. ---oOo--- 12 Arus Akbar Silondae dan Wirawan B Ilyas, Pokok-Pokok Hukum Bisnis, Salemba Empat, Jakarta, 2011, hal 153 2015 12 Pancasila Efan Setiadi, S.Kom, SH, MH Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id