BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Batasan Konsep 1. Interaksi Sosial

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Batasan Konsep
1. Interaksi Sosial
Manusia sebagai individu hidup dalam sebuah lingkungan sosial,
dimana diantara individu saling berkomunikasi dengan sesamanya baik itu
secara personal (dengan individu lain) maupun secara kelompok.
Komunikasi yang terjalin semata-mata tidak hanya satu arah, tetapi juga
saling memberikan respon terhadap satu sama lain. Sehingga dari
peristiwa semacam itu muncullah interaksi diantara kedua pihak. Suatu
interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua
syarat yaitu:
a. Adanya kontak sosial
Secara fisik, kontak sosial baru terjadi apabila adanya
hubungan fisik, sebagai gejala sosial. Hal ini bukan sematamata hubungan badaniah, karena hubungan sosial terjadi tidak
saja secara menyentuh seseorang, namun orang dapat
berhubungan dengan orang lain tanpa harus menyentuhnya.
Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu antar
individu, antar individu dengan kelompok, dan antar kelompok.
8
b. Adanya komunikasi
Komunikasi diartikan sebagai seseorang memberi arti pada
perilaku orang lain, perasaan-perasaan yang ingin disampaikan
oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian
memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan
oleh orang tersebut (Soekanto, 2007:62).
Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi antara
kelompok tersebut sebagai kesatuan dan biasanya tidak menyangkut
pribadi anggota-anggotanya. Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa:
a. Kerja sama (cooperation)
Beberapa
sosiolog
menganggap
bahwa
kerjasama
merupakan bentuk interaksi sosial yang pokok, dan sosiolog
lain menganggap bahwa kerja sama merupakan proses utama
dalam kelompok. Kerjasama diartikan sebagai suatu usaha
bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk
mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Proses terjadinya
kerjasama lahir apabila diantara individu atau kelompok ingin
mencapai tujuan yang sama. Kerjasama timbul karena orientasi
orang perorangan terhadap kelompoknya (in-group-nya) dan
kelompok lainnya (out-group).
Kerjasama mungkin akan bertambah kuat apabila ada
bahaya luar yang mengancam atau ada tindakan-tindakan luar
yang menyinggung kesetiaan yang secara tradisional atau
9
institusional telah tertanam di dalam kelompok, dalam diri
seseorang atau segolongan orang. Kerjasama dapat bersifat
agresif apabila kelompok dalam jangka waktu yang lama
mengalami kekecewaan sebagai akibat perasaan tidak puas,
karena keinginan-keinginan pokoknya tak dapat terpenuhi oleh
karena adanya rintangan-rintangan yang bersumber dari luar
kelompok itu. (Soekanto, 2007:65). Sehubungan dengan
pelaksanaan kerja sama, ada lima bentuk kerja sama, yaitu:
1) Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolongmenolong.
2) Bargaining,
pertukaran
yaitu
pelaksanaan
barang-barang
dan
perjanjian
jasa-jasa
mengenai
antara
dua
organisasi atau lebih.
3) Ko-optasi (Co-optation), yaitu suatu proses penerimaan
unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan
politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu cara untuk
menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilisasi
organisasi yang bersangkutan.
4) Koalisi (Coalition), yaitu kombinasi antara dua organisasi
atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama.
Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk
sementara waktu, karena dua organisasi atau lebih tersebut
kemungkinan mempunyai struktur yang tidak sama antara
10
satu dengan lainnya. Akan tetapi karena maksud utama
adalah untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama,
maka sifatnya adalah kooperatif.
5) Joint-venture, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyekproyek tertentu, misalnya pemboran minyak, pertambangan
batu bara, perfilman, perhotelan, dll.
b. Persaingan (competition)
Persaingan adalah proses
sosial
dimana kelompok-
kelompok berjuang dan bersaing untuk mencari keuntungan
pada bidang-bidang kehidupan yang menjadi pusat perhatian
umum dengan cara menarik perhatian publik atau dengan
mempertajam prasangka yang telah ada, namun tanpa
mempergunakan ancaman atau kekerasan (Soekanto, 2007:83).
Hasil suatu persaingan terkait erat dengan berbagai faktor,
antara lain:
1) Kepribadian seseorang
Selama persaingan dilakukan secara jujur, maka akan
dapat
mengembangkan
seseorang.
Persaingan
rasa
sosial
menyangkut
dalam
diri
kontak
dan
pengertian atau komunikasi karena seseorang tentu
ingin mengetahui sifat-sifat, cara-cara kerja, perilaku
lawannya. Apabila sifat-sifatnya berkenaan dengan
dirinya,
seseorang
11
akan
menghargai
lawannya,
walaupun tujuannya berbeda. Oleh karena itu,
persaingan dapat memperluas pandangan pengertian
serta pengetahuannya dan juga perasaan simpati
seseorang.
2) Kemajuan
Persaingan akan mendorong sesorang untuk bekerja
keras supaya dapat memberikan sahamnya bagi
pembangunan masyarakat.
3) Solidaritas kelompok
Selama persaingan dilakukan secara jujur, solidaritas
kelompok tidak akan goyah, dan akan menyebabkan
para individu akan saling menyesuaikan diri dalam
hubungan-hubungan
sosialnya
hingga
tercapai
keserasian (Soekanto, 2007:86).
c. Pertentangan atau pertikaian (conflict)
Pertentangan atau pertikaian merupakan suatu proses sosial
dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi
tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai
dengan ancaman dan atau kekerasan. Sebab dari pertentangan
adalah
perbedaan
antara
individu-individu,
perbedaan
kebudayaan, perbedaan kepentingan, dan perubahan sosial
(Soekanto, 2007:91).
12
Sisi negatif dari pertentangan atau pertikaian adalah:
1) Apabila
pertentangan
antara
golongan-golongan
terjadi dalam satu kelompok tertentu, maka akan
berakibat
pada
goyah
dan
retaknya
persatuan
kelompok tersebut.
2) Perubahan kepribadian pada individu, pertentangan
yang berlangsung di dalam kelompok atau antar
kelompok, selalu ada orang yang menaruh simpati
kepada kedua belah pihak. Ada pribadi-pribadi yang
tahan menghadapi situasi demikian, tetapi banyak
pula yang merasa tertekan sehingga menjadi siksaan
terhadap mentalnya (Soekanto, 2007:95).
d. Akomodasi (accomodation)
Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu untuk
menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu
proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti
adanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi
antara orang-peorangan atau kelompok kelompok manusia
dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai
sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Sebagai suatu proses,
akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk
meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk
mencapai kestabilan. Akomodasi sebenarnya merupakan suatu
13
cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan
pihak lawan, sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya
(Soekanto, 2007:68). Bentuk-bentuk akomodasi yaitu:
1) Coercion, adalah suatu bentuk akomodasi yang
prosesnya dilaksanakan oleh karena adanya paksaan.
Coercion merupakan bentuk akomodasi, dimana salah
satu pihak berada dalam keadaan yang lemah bila
dibandingkan dengan pihak lawan Pelaksanaannya
dapat dilakukan secara fisik (langsung), maupun
psikologis (tidak langsung).
2) Compromise, adalah suatu bentuk akomodasi dimana
pihakpihak
yang
terlibat
saling
mengurangi
tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap
perselisihan yang ada. Sikap dasar untuk dapat
melaksanakan compromise adalah bahwa salah satu
pihak bersedia untuk merasakan dan memahami
keadaan pihak lainnya dan begitu pula sebaliknya.
3) Arbitration, merupakan suatu cara untuk mencapai
compromise apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak
sanggup
mencapainya
sendiri.
Pertentangan
diselesaikan oleh pihak ketiga yang dipilih oleh kedua
belah pihak atau oleh suatu badan yang berkedudukan
lebih tinggi dari pihak-pihak bertentangan.
14
4) Mediation
hampir
menyerupai
arbitration.
Pada
mediation diundanglah pihak ketiga yang netral dalam
soal perselisihan yang ada. Tugas pihak ketiga tersebut
adalah mengusahakan suatu penyelesaian secara damai.
Kedudukan pihak ketiga hanyalah sebagai penasihat
belaka, dia tidak berwenang untuk memberi keputusankeputusan penyelesaian perselisihan tersebut.
5) Conciliation, adalah suatu usaha untuk mempertemukan
keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih
demi
tercapainya
suatu
persetujuan
bersama.
Conciliation bersifat lebih lunak daripada coercion dan
membuka
kesempatan
bagi
pihak-pihak
yang
bersangkutan untuk mengadakan asimilasi.
Berdasarkan pemaparan di atas, dalam penelitian ini yang
dimaksud dengan interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang
dinamis baik yang dilakukan oleh penggemar olahraga futsal secara
perorangan maupun kelompok sehingga terjadi hubungan timbal balik
antara individu atau kelompok yang satu dengan yang lain diantara pelaku
olahraga futsal dengan bentuk interaksi asosiatif maupun disosiatif.
15
2. Komunitas
Kriteria utama bagi adanya suatu komunitas adalah adanya
social relationship antara anggota suatu kelompok, faktor utama yang
menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar diantara para
anggotanya,
dibandingkan
dengan
individu
diluar
kelompok.
Disimpulkan bahwa komunitas adalah suatu wilayah kehidupan sosial
yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial yang tertentu
(Soerjono, 2007:133). Unsur-unsur perasaan komunitas (community
sentiment) antara lain:
a. Seperasaan
Unsur seperasaan timbul akibat seseorang berusaha untuk
mengidentifikasikan dirinya dengan sebanyak mungkin
orang didalam kelompok tersebut kesemuanya dapat
menyebutkan dirinya sebagai “kelompok kami”. Pada unsur
seperasaan kepentingan-kepentingan individu diselaraskan
dengan kepentingan-kepentingan kelompok sehingga dia
merasakan
kelompoknya
sebagai
struktur
sosial
masyarakatnya.
b. Sepenanggungan
Setiap individu sadar akan peranannya dalam kelompok dan
keadaan masyarakat sendiri memungkinkan peranannya.
16
c. Saling memerlukan
Individu yang tergabung dalam komunitas merasakan
dirinya tergantung dengan komunitasnya yang meliputi
kebutuhan fisik maupun kebutuhan-kebutuhan psikologis.
Berdasarkan pemaparan di atas, ukuran suatu komunitas dalam
penelitian ini adalah hubungan pertemanan satu sekolah, hubungan
pertemanan satu universitas, dan hubungan pekerjaan yang membentuk
suatu kelompok futsal.
3. Olahraga Futsal
Pengertian futsal menurut pendapat beberapa ahli dan berbagai
disiplin ilmu adalah sebagai berikut:
a. Menurut Kamus Pintar Futsal (2005: 22), futsal adalah
permainan bola yang dimainkan oleh dua regu, yang
masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya
adalah memasukkan bola ke gawang lawan, dengan
memanipulasi bola dengan kaki. Selain lima pemain utama,
setiap regu juga diizinkan memiliki pemain cadangan.
Tidak seperti permainan sepakbola dalam ruangan lainnya,
lapangan futsal dibatasi garis, bukan net atau papan.
b. Menurut Roeslan Hatta (2003: 9), olahraga futsal
merupakan olahraga futsal mini yang dilakukan dalam
ruangan dengan panjang lapangan 38-42 meter dan lebar
17
15-25 meter. Dimainkan oleh 5 pemain termasuk penjaga
gawang. Futsal adalah permainan hampir sama dengan
sepakbola, dimana dua tim memainkan dan memperebutkan
bola
diantara
para
pemain
dengan
tujuan
dapat
memasukkan bola ke gawang lawan dan mempertahankan
gawang dari kemasukan bola.
c. Menurut Justin Lhaksana (2004: 19), Sebelum berkembang
menjadi cabang olahraga yang kedudukannya sejajar
dengan sepakbola rumput, futsal ditekuni sebagai sarana
pengarahan dan pembentukan para pemain muda yang ingin
berkarir dalam bidang sepakbola.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat
disimpulkan pengertian futsal adalah cabang olahraga permainan
beregu, yang dimainkan oleh dua regu yang masing-masing regu
terdiri dari lima orang pemain. Permainan ini dimainkan dalam dua
babak, setiap babak lamanya 20 menit dengan waktu istirahat 15 menit
yang dipimpin oleh wasit dan dibantu oleh wasit kedua, setiap
pelanggaran ada sangsinya. Oleh karena itu, pemain diharapkan
memelihara sportifitas. Regu yang paling banyak memasukkan bola ke
gawang lawan adalah pemenangnya.
18
B. Penelitian Terdahulu
Adapun kepustakaan dan penelitian terdahulu yang membahas
terkait tema dan fokus penelitian ini, diantaranya adalah:
Puput Dwi Prasetyo (2011) tentang “Interaksi Sosial Dalam
Komunitas Suporter Sepak Bola Pasoepati Solo”. Bentuk penelitian yang
digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih mendalam tentang
bagaimana proses interaksi dan bentuk-bentuk interaksi sosial dalam
komunitas Pasoepati yang dapat dianalisis melalui kontak dan komunikasi
yang dihadirkan oleh anggota, Suku, Korwil dan DPP Pasoepati. Hasil dari
penelitian menunjukkan bahwa interaksi sosial dalam komunitas suporter
sepak bola Pasoepati terjalin secara intensif diantara elemen-elemennya.
Kerjasama yang terjadi adalah kerjasama dalam hal kegiatan-kegiatan
yang berhubungan dengan Pasoepati seperti nonton di dalam stadion, tur
ke luar Kota, rapat-rapat, kumpul-kumpul. Persaingan yang terjadi dalam
komunitas Pasoepati hampir tidak ada. Konflik yang terjadi adalah konflik
terbuka yang berupa pertentangan fisik.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti
lakukan adalah memiliki persamaan membahas tentang bagaimana proses
interaksi dan bentuk-bentuk interaksi sosial dalam komunitas. Sedangkan
perbedaannya terletak pada objek kajiannya. Pada penelitian ini membahas
tentang interaksi sosial dalam komunitas suporter sepak bola Pasoepati,
19
sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti akan meneliti mengenai
interaksi sosial dalam komunitas olahraga futsal.
Soegiantoro (2009) tentang “Pola Interaksi Antar Penggemar di
Radio Retjo Buntung dalam Program Campursari Langensari”. Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan teknik pengambilan
sampel menggunakan teknik purposive sampling.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola interaksi para
penggemar radio Retjo Buntung dalam program campursari langensari,
mengetahui dampak positif yang diperoleh penggemar dalam mengikuti
acara langensari di radio Retjo Buntung, mengetahui dampak negatif
diperoleh penggemar dalam mengikuti acara langensari di radio Retjo
Buntung. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pola interaksi antara
penggemar radio Retjo Buntung terbagi menjadi dua yaitu langsung dan
tidak langsung. Adapun tahapan prosesnya terjadi dari pola interaksi tidak
langsung seperti saling sapa melalui sms atau phone live merambah
menjadi interaksi langsung seperti jumpa darat baik sesama penggemar
ataupun dengan penyiar. Dampak positif dari adanya interaksi adalah
menambah teman, wawasan seperti Yogyakarta dan sebagian Jawa
Tengah, wawasan seputar musik campursari, dan sebagai sarana hiburan.
Dampak negatif yang terjadi yaitu kekecewaan karena lagu yang direquest
tidak diputar, sementara mereka sudah mengeluarkan dana itu, disamping
itu kedekatan antara anggota kadang disalahgunakan untuk memperoleh
materi.
20
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti
lakukan adalah memiliki persamaan membahas tentang interaksi sosial dan
dampak yang ditimbulkan. Sedangkan perbedaannya terletak pada objek
kajiannya. Pada penelitian ini membahas pola interaksi antar penggemar di
radio Retjo Buntung, sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti
akan meneliti mengenai interaksi dengan adanya perkembangan olahraga
futsal.
Penelitian terdahulu yang kedua, yaitu penelitian yang pernah
dilakukan oleh saudara Farah Roqayah (2010) tentang “Merajut
Kabarayan dalam Olahraga (Studi Tentang Identifikasi Komunitas Futsal
di Kota Bandung)”. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan identifikasi terbentuknya
komunitas masyarakat kota, dengan fokus pada komunitas olahraga, yaitu
komunitas futsal. Maraknya keberadaan tempat futsal sejalan dengan
munculnya klub-klub futsal yang kemudian berkembang menjadi
komunitas futsal di Kota Bandung. Konsep komunitas pada penelitian ini
menekankan pada perasaan sebagai bagian dari komunitas, dan terlepas
dari kesatuan atau kedekatan geografis. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara observasi, wawancara mendalam, FGD, studi literatur, dan
metode triangulasi. Temuan penelitian adalah bahwa komunitas futsal
terbentuk dari keinginan individu, kelompok serta perusahaan. Komunitas
futsal di Kota Bandung dapat diidentifikasi berdasarkan tempat futsal dan
kategori sosial (usia, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan) serta
21
karakteristiknya yang bersifat fun dan prestasi. Kedua karakteristik
komunitas ini memiliki kesamaan pada bentuk ikatan bersamanya. Namun
ada sedikit perbedaan dalam kriteria keanggotaan dan interaksi. Dalam
mengidentifikasi komunitas olahraga futsal menggunakan pemahaman
building community yang mencakup komunikasi (interaksi), hubungan
sosial, sosialisasi nilai dan norma serta kohesi sosial.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan
peneliti adalah memiliki persamaan membahas tentang olahraga futsal,
sedangkan perbedaannya adalah penelitian ini membahas tentang
terbentuknya komunitas olahraga futsal yang ada di kota Bandung,
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti membahas mengenai interaksi
sosial yang ditimbulkan dengan adanya olahraga futsal.
Penelitian ini juga diperkuat oleh jurnal internasional yang
membahas tentang interaksi sosial, yaitu jurnal dari Muhamad Noor Sarina
dalam Asian Social Science Volume 5 No.7 (2009) yang berjudul “The
Social Interaction Learning Styles of Science and Social Science
Students”. Meneliti tentang Siswa yang memiliki berbagai gaya dalam
proses belajar. Salah satu model gaya belajar adalah aspek sosial tentang
bagaimana siswa berinteraksi dengan instruktur dan rekan-rekan mereka.
Penelitian ini menggunakan interaksi sosial teori gaya belajar dengan
Grasha dan Riechmann. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi gaya belajar interaksi sosial dalam hubungannya dengan
siswa usia, jenis kelamin, asal dan prestasi akademik. Studi ini juga
22
terlihat pada perbedaan gaya belajar antara program yang berbeda (ilmu
pengetahuan dan ilmu sosial) yang diambil oleh siswa. Beberapa temuan
yang mendukung penelitian sebelumnya, sementara yang lain tidak
konsisten. Pada dasarnya, gaya belajar interaksi sosial diadopsi oleh siswa
yang berbeda dalam program yang berbeda berbeda dalam gaya belajar
mandiri mereka. Dengan hasil ini, instruktur dapat merancang pedagogi
pembelajaran yang lebih baik berdasarkan gaya belajar siswa.
Ada juga jurnal internasional yang ditulis oleh Paolo Parigi dalam
PLOS One Volume 8 Issue 7 (2013) yang berjudul “A Community of
Strangers: The Dis-Embedding of Social Ties”. Yang dalam tulisannya
mengeksplorasi dua perspektif kontras pada partisipasi individu dalam
komunitas. Di satu sisi, beberapa telah dianggap partisipasi sampingan dari
hubungan persahabatan yang sudah ada, dan di sisi lain beberapa telah
dianggap partisipasi harus didorong oleh kemampuan komunitas untuk
membentuk identitas baru. Menggunakan data sementara rinci dari sebuah
asosiasi online untuk mengadili antara dua mekanisme ini dan
mengeksplorasi interaksi mereka. Dalam temuannya menunjukkan dampak
yang signifikan dari hubungan pertemanan baru pada partisipasi,
dibandingkan dengan dampak diabaikan teman yang sudah ada,
didefinisikan di sini sebagai ikatan dengan anggota lain dibentuk di luar
konteks komunitas.
23
C. Landasan teori
Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang kehidupan
bersama dalam masyarakat. Dalam masyarakat terdapat individu, keluarga,
kelompok, organisasi, aturan-aturan dan lembaga-lembaga, yang kesemuanya
itu merupakan suatu kebulatan yang utuh. Dalam hal ini sosiologi ingin
mengetahui kehidupan bersama dalam masyarakat, baik yang menyangkut
latar belakang masalah, permasalahan dan sebab-sebabnya. Untuk mengetahui
kehidupan bersama tersebut diperlukan suatu teori.
Permasalahan dalam penelitian ini akan dikaji dengan pendekatan
sosiologi. Roucek dan Warren mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu
yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
Sedangkan, menurut WF. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff berpendapat bahwa
sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya
yaitu organisasi. Menurut Pitirim A. Sorokin mengatakan bahwa sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari:
a. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam
gejala sosial (misalnya antara gejala ekonomi dengan agama,
keluarga dengan moral dan lain sebagainya).
b. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial
dengan gejala-gejala non sosial (misalnya gejala geografis,
biologis dan sebagainya).
Salah satu cara untuk mengelompokan teori-teori sosiologi adalah
yang dianjurkan George Ritzer dalam bukunya “Sosiologi: Ilmu Berparadigma
24
Ganda”. Pengelompokan yang dilakukan oleh George Ritzer itu didasarkan
pada paradigma-paradigma yang ada dalam sosiologi. Paradigma adalah
pandangan yang mendasar dari ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok
persoalan semestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan. Menurut
Ritzer, didalam sosiologi ada tiga paradigma utama, yaitu paradigma fakta
sosial, paradigma definisi sosial, dan paradigma perilaku sosial. Paradigma
membantu merumuskan tentang apa yang harus dipelajari, persoalanpersoalan apa yang mesti dijawab, bagaimana seharusnya menjawab serta
aturan-aturan apa saja yang harus diikuti dalam menginterpretasikan informasi
yang dikumpulkan dalam rangka menjawab persoalan-persoalan tersebut
(Ritzer, 2002:6-7).
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pola interaksi sosial
dalam komunitas futsal. Pendekatan teori yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Teori struktural fungsional dari Talcott Parson, yang pada dasarnya
mempelajari masyarakat dengan memperhatikan struktur dan fungsinya
(Ritzer 2008:118). Dalam teori struktural fungsional Parsons ini, terdapat
empat fungsi untuk semua sistem tindakan. Suatu fungsi adalah kumpulan hal
yang ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem.
Secara sederhana, fungsionalisme struktural adalah sebuah teori yang
pemahaman tentang masyarakatnya didasarkan pada model sistem organik.
Fungsionalisme berarti melihat masyarakat sebagai sebuah sistem dari
beberapa bagian yang saling berhubungan satu sama lainnya, satu bagian yang
tidak terpisah dari keseluruhan.
25
Dengan demikian, dalam perspektif fungsionalisme ada beberapa
persyaratan atau kebutuhan fungsional yang harus dipenuhi agar sebuah sistem
sosial bisa bertahan. Imperatif-imperatif tersebut adalah adaptasi, pencapaian
tujuan, integrasi, dan latensi atau yang biasa disingkat dengan AGIL
(Adaptation, Goalattainment, Integration, Latency). Menurut Parson, agar
tetap bertahan hidup maka sistem harus menjalankan keempat fungsi tersebut.
Dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Adaptation (adaptasi)
Sebuah sistem yang harus menanggulangi situasi eksternal
yang
gawat.
Sistem
harus
menyesuaikan
diri
dengan
lingkungan dan kebutuhan. Dimana sumber alam diubah
menjadi fasilitas yang dapat digunakan dan bermanfaat untuk
berbagai tujuan individu.
b. Goal (pencapaian tujuan)
Sebuah sistem harus mengatur antar hubungan bagian-bagian
yang menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelola
antar hubungan ketiga fungsi penting lainnya.
c. Integration (intergrasi)
Merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara
kelompok-kelompok
manusia,
maupun
antara
orang
perorangan dengan kelompok manusia, dimana mereka
bekerjasama untuk menghindari konflik dan merupakan
26
persyaratan fungsional yang mengatur hubungan-hubungan
antarkomponen dalam masyarakat. Dalam integrasi ini dapat
tumbuh ikatan yang bersifat emosional dan solidaritas.
d. Latent pattern-maintenance (pemeliharaan pola)
Fungsi yang dimiliki suatu sistem untuk memperlengkapi,
memelihara dan memperbaiki, pada tingkat individu maupun
pola-pola kultural.
Jadi, dari penjelasan keempat fungsi sistem yang dikemukakan oleh
Parson tersebut, akan mengarahkan interaksi dalam komunitas futsal sebagai
sebuah alat untuk menganalisa tindakan-tindakan yang melatar belakangi
bagaimana interaksi sosial antar anggota komunitas yang mengarah pada
kerjasama dimana dalam interaksi antar elemen dalam komunitas futsal
tersebut akan menjalin kontak dan komunikasi.
Dalam The Structure of Social Action, Parsons menunjukkan sentral
konsep perilaku yang mengandung pengertian kemampuan individu
menentukan cara dan alat dari sejumlah alternatif yang tersedia dalam rangka
mencapai tujuan. Dalam hal ini yang memiliki tujuan disebut sebagai aktor.
Tidak ada individu yang bertindak tanpa memiliki tujuan tertentu. Tujuan
merupakan keseluruhan keadaan konkret dimasa depan yang diharapkan.
Sejauh relevan dengan kerangka acuan tindakan bisa dikatakan bahwa aktor
terlibat dalam pengejaran, realisasi, atau pencapaian tujuan itu. Karenanya, ia
merupakan proses dalam waktu. Oleh karena itu demi memfasilitasi ini Parson
memerlukan seperangkat alat, alat bisa dipilih secara acak, juga bisa
27
bergantung pada kondisi tindakan. Alat tersebut bisa muncul satu persatu, bisa
juga muncul secara berbarengan (Rachmad Susilo, 2008:118).
Secara analitis, yang dimaksud sarana mengacu kepada semua unsur
dan aspek-aspek benda itu yang bisa sejauh mungkin dikendalikan oleh aktor
dalam mengejar tindakannya. Hanya saja yang perlu diingat bahwa aktor
bukanlah pelaku aktif murni. Sebab, ada norma, nilai, dan ide-ide serta
kondisi-kondisi
situasional
yang
mampu
mempengaruhi
baik
aktor,
seperangkat alat, maupun tujuan. Teori Tindakan yang dikemukakan oleh
Parson tidak sepenuhnya mengikuti Weber. Bahkan, tujuan teori tindakan ini
adalah merevisi kelemahan dalam tindakan sosial Weber yang kurang
memerhatikan pengaruh-pengaruh dari lingkungan eksternal sekitar terhadap
aktor. Kerangka referensi menurut Parsons tindakan mengandung pengertian
bahwa suatu tindakan secara logis menyangkut hal-hal sebagai berikut:
a. Tindakan mengisyaratkan pelaku atau yang biasa kita sebut
dengan aktor. Aktor merupakan pemburu tujuan, ia punya alat,
cara dan teknik.
b. Guna keperluan, definisi tindakan harus ada tujuannya (Suatu
keadaan masa depan yang akan dikejar tindakan itu).
c. Tindakan harus dimulai dalam situasi yang kecenderungankecenderungannya berbeda dalam satu atau lebih keadaan yang
akan dikejar aktor. Sedangkan situasi itu ada yang bisa
dikendalikan dan ada pula yang tidak bisa dikendalikan atau
dijaga supaya tidak berubah.
28
d. Situasi
yang bisa
dikendalikan
disebut
kondisi-kondisi
tindakan, sedangkan situasi yang tidak bisa dikendalikan
disebut sarana.
e. Dalam pilihan atas beragam alternatif, terdapat orientasi
normatif. (Rachmad Susilo, 2008:120)
Jadi
kesimpulannya,
bahwa
tindakan
manusia
muncul
dari
kesadarannya sendiri sebagai subjek dan dari situasi eksternal dalam posisinya
sebagai objek. Sebagai subjek manusia bertindak atau berperilaku untuk
mencapai tujuan tertentu. Demikian dengan interaksi antar individu didalam
lingkungan yang sama akan menghasilkan kesamaan makna yang akan
digunakan untuk acuan-acuan dalam berkomunikasi dan menjadikan
komunikasi lebih mudah untuk dijalankan.
D. Kerangka Berpikir
Kerangka berfikir dibuat untuk mempermudah proses penelitian karena
telah mencakup tujuan dari penelitian itu sendiri. Tujuan dari penelitian ini
adalah mengkaji interaksi sosial yang terjalin antar penggemar olahraga futsal
di kota Surakarta. Para penggemar olahraga futsal melakukan hubunganhubungan sosial yang dinamis baik yang dilakukan oleh penggemar olahraga
futsal secara perorangan maupun kelompok sehingga terjadi hubungan timbal
balik antara individu atau kelompok yang satu dengan yang lain.
Dalam hubungan-hubungan sosial yang dilakukan oleh penggemar
olahraga futsal tersebut akan menimbulkan interaksi sosial. Syarat terjadinya
29
interaksi sosial antar penggemar olahraga futsal adalah adanya kontak sosial
dan komunikasi sosial. Kontak sosial yang dimaksud adalah para penggemar
olahraga futsal saling bertemu di lapangan futsal. Sedangkan komunikasi
sosial terjadi setelah mereka bertemu, para penggemar olahraga futsal saling
memberikan informasi, sikap, dan perilaku orang lain yang berbentuk
pengetahuan, pembicaraan, gerak-gerik atau sikap, perilaku tersebut
berdasarkan pada pengalaman yang pernah dialami. Interaksi sosial yang
terjalin akan menimbulkan dampak, baik dampak positif maupun dampak
negatif.
Empat persyaratan fungsional fundamental yang digambarkan dalam
skema AGIL menurut Parson merupakan kerangka yang digunakan untuk
menganalisa setiap sistem tindakan apa saja. Dimulai dengan munculnya
ketegangan atau konflik antar individu atau komunitas dengan komunitas,
ketegangan ini merangsang penyesuaian (adaptation) dari suatu tujuan
tertentu (goal). Pencapaian tujuan tersebut memberikan kepuasan yang dengan
demikian mengatasi ketegangan atau menguranginya. Kemudian dalam suatu
sistem sosial minimal harus ada suatu tingkat solidaritas diantara anggota
komunitas futsal sehingga sistem tersebut dapat bergerak sebagai satu satuan
menuju tercapainya sebuah tujuan. Jadi tahap pencapaian tujuan secara khas
diikuti oleh suatu tekanan pada integrasi (integration) dimana solidaritas
keseluruhan diperkuat, terlepas dari usaha apa saja yang dilakukan dalam
tercapainya suatu tujuan dari komunitas futsal. Dan tahap ini akan diikuti oleh
tahap mempertahankan pola tanpa interaksi atau bersifat laten (latency).
30
Pencapaian tujuan dihubungkan dengan sistem kepribadian dalam arti
bahwa tujuan komunitas-komunitas futsal mencerminkan titik temu dari
tujuan-tujuan individu dan memberikan mereka arah sesuai dengan orientasi
nilai bersama. Hubungan antara pencapaian tujuan dengan sistem kepribadian
ini mencerminkan perspektif Parson bahwa tindakan selalu diarahkan pada
tujuannya. Untuk mempermudah pemahaman maka dapat digambarkan dalam
bagan sebagai berikut:
Komunitas
Olahraga Futsal
Kontak Sosial
Komunikasi
Interaksi Sosial
Pola interaksi
Asosiatif dan disosiatif
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Dampak Positif
Dampak Negatif
Bagan 2.1
Kerangka Berpikir
31
E. Definisi Konseptual
1. Interaksi Sosial
Interaksi sosial berawal dari tindakan sosial. Tindakan sosial adalah
tindakan yang dipengaruhi atau untuk mempengaruhi orang lain. Jadi sebuah
interaksi akan terjadi apabila satu individu melakukan tindakan sehingga
menimbulkan reaksi bagi individu-individu lain. Interaksi sosial tidak hanya
berupa tindakan yang berupa kerja sama, tetapi juga bisa berupa persaingan
dan pertikaian. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis,
bersifat timbal balik antar individu, antar kelompok, dan antara individu
dengan kelompok.
2. Komunitas
Komunitas merupakan suatu kelompok yang menunjukkan adanya
kesamaan kriteria sosial sebagai ciri khas keanggotaan seperti kesamaan
tempat atau daerah, kesamaan profesi, kesamaan hobi, dan lain sebagainya.
Komunitas mempunyai pengertian suatu kumpulan orang-orang dalam jumlah
yang banyak dan membentuk kelompok-kelompok sosial yang bekerja sama
untuk mencapai kepentingan atau tujuan bersama, menempati suatu wilayah
tertentu dalam waktu yang cukup lama dan karenanya menghasilkan suatu
kebudayaan (adat istiadat, norma dan nilai) yang dijadikan dasar bersama,
sehingga membentuk suatu sistem sosial yang dapat memenuhi kebutuhannya
sendiri.
32
3. Olahraga Futsal
Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua regu, yang masingmasing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan bola ke
gawang lawan, dengan saling mengoper bola dengan kaki. Selain lima pemain
utama, setiap regu juga diizinkan memiliki pemain cadangan. Tidak seperti
permainan sepakbola dalam ruangan lainnya, lapangan futsal dibatasi garis,
dan pemain diharapkan memelihara sportifitas. Regu yang paling banyak
memasukkan bola ke gawang lawan adalah pemenangnya.
33
Download