10 Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Pengertian Perilaku Konsumen Pengertian perilaku konsumen menurut Engel et al. (1994 : 3) adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses yang mendahului dan menyusul dari tindakan ini. Mowen (1990 : 5) mengatakan bahwa perilaku konsumen adalah studi unit-unit dan proses pembuatan keputusan yang terlibat dalam menerima, menggunakan dan penentuan barang, jasa, dan ide. Difinisi tersebut menggunakan istilah unit-unit pembuat keputusan, karena keputusan bisa dibuat oleh individu atau kelompok. Difinisi tersebut juga mengatakan bahwa konsumsi adalah proses yang diawali dengan penerimaan, konsumsi, dan diakhiri dengan penentuan (disposition). Tahap penerimaan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen terhadap produk, tahap konsumsi menganalisa bagaimana konsumen senyatanya menggunakan produk yang diperoleh. Tahap penentuan menunjukkan apa yang dilakukan konsumen setelah selesai menggunakan produk tersebut. Studi perilaku konsumen adalah studi bagaimana seorang individu membuat keputusan untuk menggunakan sumber-sumber yang dimiliki pada konsumsi yang berkaitan dengan sesuatu (barang atau jasa). Schifman dan Kanuk (1991 : 5) mengatakan studi ini meliputi; apa yang dibeli, mengapa ia membelinya, dan berapa sering ia membelinya. Swastha dan Handoko (1987 : 9) mendifinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang dan jasa ekonomisalnya, termasuk kegiatan pengambilan keputusan. Perilaku konsumen (AMA) adalah interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian disekitar kita dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka. Ada tiga ide penting dari difinisi tersebut yaitu; Perilaku konsumen adalah konsumen bergerak sepanjang waktu. Implikasinya adalah generalisasi perilaku konsumen biasanya terbatas untuk satu jangka waktu, produk, dan konsumen tertentu. Dalam strategi pemasaran berarti strategi yang sama dapat memberikan hasil yang berbeda, untuk situasi yang berbeda. Strategi yang berhasil untuk titik tertentu dapat saja gagal pada titik yang lain. 11 Perilaku konsumen melibatkan interkasi antara pengaruh (afeksi) dan kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar. Untuk memahami konsumen dan mengembangkan strategi pemasaran kita harus memahami apa yang dipikirkan (kognisi) apa yang dirasakan (afeksi) dan apa yang mereka lakukan serta kejadian sekitar yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan, dirasa, dan dilakukan konsumen. Konsumen dapat dibedakan menjadi dua yaitu konsumen individu dan konsumen industri. Konsumen individu atau konsumen akhir adalah individu-individu yang melakukan pembelian untuk memenuhi kebutuhan pribadi/konsumsi rumah tangganya. Sedangkan konsumen bisnis atau lembaga adalah individu atau sekelompok individu yang melakukan pembelian atas nama dan untuk digunakan lembaga. Dalam hal ini lembaga bisa berarti perusahaan, lembaga pemerintah, dan lembaga lainya. 2.2. Manajemen Keuangan Perusahaan. Manajemen keuangan tidak hanya mencatat, membuat laporan, mengendalikan posisi kas, membayar tagihan-tagihan dan mencari dana. Akan tetapi juga harus terus mampu menginvestasikan dana, mengatur kombinasi sumber dana yang optimal, serta mendistribusikan keuntungan (pembagian deviden) dalam rangka meningkatkan nilai perusahaan. Menginvestasikan dana, merupakan tolok ukur besar kecilnya suatu perusahaan, baik dilihat dari aspek laba, risiko usaha maupun likuiditasnya. Pengaturan kombinasi sumber dana (hutang dan modal sendiri) berikut kebijakan deviden, merupakan penentu besar kecilnya beban finansial dan resiko finansial. Semua variabel tersebut akan mempengaruhi penilaian perusahaan secara keseluruhan. Manajemen keuangan atau sering disebut pembelanjaan dapat diartikan sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien. Pembelanjaan Pasif NERACA Sisi Pasiva Manajemen keuangan Pembelanjaan Aktif NERACA Sisi Aktiva 12 Tujuan perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran para pemegang saham atau pemilik perusahaan, yang dapat dilihat dalam wujud semakin tingginya harga saham yang merupakan pencerminan dari keputusan-keputusan investasi, pendanaan dan kebijakan deviden. Oleh karena itu, kemakmuran para pemegang saham dapat dijadikan sebagai dasar analisis dan tindakan rasional dalam proses pembuatan keputusan. Fungsi manajemen keuangan tidak bisa dipisahkan dengan fungsi-fungsi perusahaan yang lain seperti pemasaran, produksi maupun sumberdaya manusia. Kegagalan dalam mendapatkan sumber dana, akan menghambat proses produksi, menghambat program-program pemasaran yang telah ditetapkan, menghambat dalam penarikan sumber daya manusia yang ahli, sehingg akhirnya akan mengakibatkan kerugian perusahaan secara keseluruhan. Fungsi manajemen keuangan terdiri dari keputusan investasi, keputusan pendanaan dan keputusan deviden : 1. Keputusan Investasi. Kaputusan investasi adalah masalah bagaimana seorang manajer keuangan harus mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasiyang yang dapat mendatangkan keuntungan di masa yang akan datang. Bentuk, macam dan komposisi dari investasi, akan mempengaruhi dan menunjang tingkat keuntungan di masa depan, dimana keuntungan tersebut tidak bisa diperhitungkan dengan pasti. 2. Keputusan Pendanaan. Keputusan pendanaan sering disebut sebagai kebijakan struktur modal, dimana seorang menejer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhankebutuhan investasi serta kegiatan usahanya. 3. Keputusan deviden. Deviden merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada para pemegang saham, maka deviden merupakan bagian dan penghasilan yang diharapkan oleh para pemegang saham. Keputusan deviden menentukan a. Besarnya persentasi laba yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk cashdividen, b. Stabilitas deviden yang dibagikan c. Deviden saham (stock devidend) c. Pemecahan saham(stock split) e. Penarikan kembali saham yang beredar yang semuanya ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran yang memegang saham. 13 Ditinjau dari sumbernya ada dana intern dan dana intensif, Sumber dana intern merupakan penggunaan laba, cadangan-cadangan dan laba yang tidak dibagi. Sedangkan sumber dana intensif merupakan penggunaan dana dari penyusutan-penyusutan aktiva tetap. Sumber dana dari luar diperoleh dari pemilik atau calon pemilik. Sumber dana ini nantinya akan membentuk modal sendiri dan disebut pembelanjaan sendiri. Disamping itu perusahaan juga bisa memenuhi kebutuhan dana dari kreditur seperti bank, lembaga keuangan atau mengeluarkan obligasi. PEMBELANJAAN INTERN DARI DALAM PEMBELANJAAN INTENSIF SUMBER DANA PEMBELANJAAN SENDIRI DARI LUAR PEMBELANJAAN ASING Penggolongan biaya dibagi menjadi dua yaitu berdasarkan fungsi pokok perusahaan dan berdasarkan prilaku biaya.Berdasarkan fungsi produksi adalah fungsi perusahaan untuk mengolah bahan baku menjadi produk selesai yang siap dijual. Sedangkan fungsi non produksi merupakan fungsi perusahaan selain mengolah bahan baku menjadi produk selesai, juga berfungsi dalam pemasaran dan administrasi umum. Biaya Produksi -Biaya bahan baku -biaya tenaga kerja lapangan -Biaya overhead Pebrik Biaya Biaya non produksi -Biaya Pemasaran -Biaya Administrasi & Umum 14 Prilaku biaya dibagi menjadi biaya variabel, biaya tetap dan biaya semi variabel. a). biaya variabel (variable cost), adalah biaya yang secara langsung berpengaruh terhadap pencapaian produksi dan selalu habis di pakai dalam satu kali proses produksi, biaya ini jumlah berubah secara proporsional, seperti biaya pembelian bahan baku, biaya pembayaran tenaga kerja dsb. b). biaya tetap (fixed cost) adalah yang tidak habis dipakai dan tidak berpengaruh langsung terhadap produksi seperti pajak, biaya pemeliharaan gedung, biaya pemeliharaan mesindan c). Biaya semi non Variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah tetapi perubahannya tidak proporsional dengan satuan kegiatan, misalnya biaya gaji salesmen yang dibayar dari prosentase jumlah hasil penjualan. 2.3. Kerangka Analisis Perilaku Konsumen Secara sederhana variabel-variabel perilaku konsumen dapat dibagi kedalam 3 bagian yaitu : a. Faktor-faktor ekstern yang terdiri dari kebudayaan, kelas sosial, kelompok sosial dan referensi, dan keluarga. b. Faktor-faktor itern/individu yang terdiri dari motivasi, persepsi, kepribadian dan konsep diri, belajar dan sikap individu. c. Proses pengambilan keputusan yang terdiri dari 5 tahap yaitu; menganalisa keinginan dan kebutuhan, pencarian informasi, penilaian dan pemilihan alternatif, keputusan untuk membeli, dan perilaku sesudah pembelian. Teori perilaku menyatakan bahwa perilaku adalah fungsi individu dengan lingkungan. Demikian juga dalam model perilaku konsumen, keadaan lingkungan dan individu yang bersangkutan memegang peranan penting dalam menentukan perilakunya. Secara sederhana Assael (1994 : 14) mengemukakan bahwa ada tiga faktor pokok yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Pertama adalah individu konsumen, dimana pemilihan produk dan jasa dipengaruhi oleh; kebutuhan, persepsi, dan sikap terhadap alternatif-alternatif serta demografi konsumen, gaya hidup dan kepribadian. Kedua adalah faktor lingkungan yang dipelihatkan oleh kebudayaan, kelas sosial, kelompok referensi dan faktor situasional. Ketiga adalah strategi pemasaran yang mengawasi konsumen dengan variabel-variabel produk, harga, promosi, dan distribusi. Dalam kerangka analisis yang dikemukakan Berkowitz, ada satu perbedaan dibandingkan pendapat para ahli yaitu dimasukkannya faktor situasional dalam kerangka analisisnya. Faktor situasional adalah kondisi sesaat yang muncul pada tempat dan waktu 15 tertentu. Kemunculanya terpisah dari diri produk maupun konsumen (Assael, 1994 : 527). Belk (1975 : 158) mendifinisikan situasi sebagai semua faktor yang utama terhadap tempat dan situasi yang tidak menurut pengetahuan seseorang (intra individual) dan stimuli (alternatif pilihan) dan memiliki bukti dan pengaruh sistimatis pada perilaku saat itu. Pengaruh situasional adalah kekuatan sesaat yang tidak berasal dari dalam diri seseorang atau berasal dari produk atau merek yang dipasarkan (Wilkie, 1990 : 453). Pengaruh situasional pada konsumen adalah faktor personal dan lingkungan sementara yang muncul pada aktivitas konsumen, sehingga situasi konsumen meliputi faktor-faktor seperti (1) melibatkan waktu dan tempat dalam mana aktivitas konsumen terjadi, (2) mempengaruhi tindakan konsumen seperti perilaku pembelian, dan (3) tidak termasuk karakteristik personal yang berlaku dalam jangka panjang. Situasi konsumen relatif merupakan kejadian jangka pendek dan harus dibedakan dengan lingkungan makro atau faktor-faktor personal yang memiliki jangka waktu lama. Pengaruh situasional telah menjadi pertimbangan bagi banyak peneliti perilaku konsumen. Kenyataannya semua perilaku konsumen mungkin dipengaruhi oleh pengaruh situasional. Peneliti harus mampu mengidentifikasi variabel situasional mana yang paling umum mempengaruhi perilaku konsumen. Problem pemasaran dapat disederhanakan jika fokusnya hanya diarahkan pada situasi yang paling mempengaruhi pembelian produk. Penelitian telah menemukan bahwa faktor situasional mempengaruhi pilihan konsumen dengan mengubah kemungkinan pemilihan berbagai alternatif (Kolm, Monroe, dan Glazer, 1987, dalam Titus dan Ernett, 1996). Situasi konsumsi adalah keadaan dimana merek digunakan. Suatu parfum mungkin digunakan untuk acara tertentu sedangkan parfum yang lain digunakan untuk sehari-hari. Konsumen mungkin minum kopi bubuk untuk menjamu tamu dan minum kopi instan untuk menu sehari-hari. Situasi demikian sebagaian dapat diantisipasi, misalnya akan pergi kesuatu tempat atau akan kedatangan tamu tertentu. Sebagian yang lain tidak bisa diantisipasi misalnya tiba-tiba ada tamu yang datang. Keadaan demikian memaksa konsumen membeli sesuatu secara cepat dan rela membayar lebih karena keterbatasan waktu untuk berkeliling mencari harga yang murah. Situasi pembelian berkaitan dengan: pertama, lingkungan di dalam toko seperti ketersediaan produk, perubahan harga, dan kemudahan belanja yang berkait dengan pilihan berbelanja. Kedua, situasi pembelian berkaitan dengan apakah produk yang dibeli untuk hadiah atau untuk dirinya sendiri. Konsumen biasanya mengunakan kriteria yang berbeda dan mungkin memilih merek yang berbeda jika ia membeli untuk dirinya sendiri. 16 Ketiga, situasi pembelian berkaitan dengan keadaan mood konsumen ketika berbelaja. Keadaan senang atau keadaan susah mempengaruhi pemrosesan dan pencarian informasi tentang produk. Situasi Komunikasi adalah keadaan dimana konsumen terbuka untuk informasi baik dari orang seorang ataupun informasi yang bersifat impersonal. Situasi komunikasi dapat menentukan apakah konsumen akan mengumumkan, memahami dan menahan informasi. Untuk memahami lebih lanjut tentang situasi, maka perlu diketahui tentang karekteristik situasi konsumsi dan situasi pembelian. Dengan mengacu pada pendapat Belk dalam Assael (1994 : 530), Engel et. al., (1994 : 210), dan Mowen (1990 : 536) terdapat lima jenis situasi konsumen yaitu; lingkungan fisik, lingkungan sosial, definisi tugas, perspektif waktu, dan pernyataan sebelumnya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu: (1) kebudayaan, yang terdiri dari budaya, sub budaya dan kelas sosial; (2) sosial, faktor sosial terdiri dari kelompok referensi, keluarga, peranan dan status; (3) personal, faktor personal terdiri dari usia dan tahap daur hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, keperibadian dan konsep diri; (4) psikologis, faktor psikologis terdiri dari motivasi, persepsi, belajar, kepercayaan dan sikap. Sedangkan proses pengambilan keputusan adalah merupakan aktivitas dari individu sebagai reaksi atas diperolehnya rangsangan. Proses pengambilan keputusan ini sedikitnya mempunyai lima tahapan, yaitu: (1) mengidentifikasi masalah (kebutuhan dan keinginan); (2) pencarian alternatif; (3) mengevaluasi alternatifalternatif; (4) mengambil keputusan atau memilih alternatif (melakukan pembelian); (5) evaluasi perilaku purna beli (Dharmesta, 1993:37). Dalam Peter dan Olson (1999) disebutkan bahwa elemen utama dalam kerangka kerja konseptual perilaku konsumen ada empat, yaitu (1) efeksi (affect) dan kognisi (cognition), (2) perilaku (behavior), (3) lingkungan, dan (4) strategi pemasaran (marketing strategy). Keempat elemen tersebut digambarkan dalam satu lingkaran yang mudah untuk difahami. Elemen efeksi dan kognisi merupakan dua tipe tanggapan internal psikologis pada diri konsumen terhadap rangsangan lingkungan dan kejadian yang berlangsung. Afeksi melibatkan perasaan, sedangkan kognisi melibatkan pikiran. Tanggapan afeksi beragam, misalnya penilaian positif- negatif, rasa senang-tidak senang. Keragaman tanggapan dapat melibatkan emosi (cinta, marah), melibatkan tingkat perasaan (kepuasan, frustasi), dan tergantung pada suasana hati (kebosanan) serta melibatkan evaluasi (suka-tidak suka). 17 Kognisi merupakan proses mental dan psikologis serta struktur pengetahuan yang dilibatkan dalam tanggapan seseorang terhadap lingkung-annya. Hal tersebut termasuk pengetahuan yang didapat dari pengalaman dan pengetahuan yang telah tertanam dalam memori. Proses psikologi yang termasuk dalam aspek kognisi diantaranya perhatian dan pemahaman terhadap aspek lingkungan, mengingat kejadian masa lalu, pembentukan evaluasi, dan pembuatan keputusan pembelian. Aspek kognisi bisa terjadi melalui proses berpikir sadar ataupun dapat terjadi secara tidak sadar dan otomatis. Dalam Peter dan Olson (1999) yang dimaksudkan dengan perilaku (behavior) adalah tindakan nyata konsumen yang dapat diobservasi secara langsung. Afeksi dan kognisi mengacu pada perasaan dan pikiran konsumen, sedangkan perilaku berhubungan dengan apa yang sebenarnya dilakukan oleh konsumen. Sedangkan yang dimaksud elemen lingkungan (environment) adalah menujuk pada rangsangan fisik dan social yang komplek di luar diri (eksternal) konsumen. Diantaranya adalah benda-benda, tempat dan orang lain yang dapat mempengaruhi efeksi, kognisi serta perilaku konsumen. Adapun yang dimaksud dengan elemen strategi pemasaran dalam kerangka kerja konseptual adalah penempatan rangsangan pemasaran dalam lingkungan. Beberapa rangsangan tersebut adalah produk dan jasa, materi promosi (iklan), tempat penjualan (toko eceran), informasi tentang harga yang ditempel pada produk. Secara umum hubungan antar elemen ada dua bentuk, yaitu hubungan satu arah sebab-akibat dan hubungan timbal- balik (Peter dan Olson, 1999). Hubungan sebab-akibat berfokus pada dampak kausal; misalnya hubungan antara kognitif dan perilaku, dampak kausal lingkungan pada perilaku. Bentuk interaksi yang berkesinambungan atau penetapan timbal-balik (reciprocal determinism) menjelaskan hubungan secara simultan dari keseluruhan elemen (efeksi dan kognisi, perilaku, lingkungan serta strategi pemasaran). Istilah timbal-balik mengindikasi-kan aksi saling menguntungkan diantara elemen, dan penetapan mencer-minkan dampak yang diakibatkan oleh elemen tersebut. Untuk member-kan contoh hubungan sebab-akibat (Gambar 1) dan bentuk timbal-balik (Gambar 2) pada kesempatan ini disajikan model perilaku yang diadaptasi dari Mangkunegara (2002).