Badan Tenaga Nuklir Nasional JAKARTA Yth.: Bp. Kepala BadanTenaga Nuklir Nasional GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/05/2016 Hari, tanggal Rabu, 1 Juni 2016 Sumber Berita http://www.korankaltim.com/pltn-belum-jadipilihan-ri/ Hal/Kol. - /- PLTN Belum Jadi Pilihan RI Banyak Investor Luar Negeri Mau Bangun PLTN Tapi Ditolak JAKARTA -Sudah banyak perusahaan yang berminat mengembangkan energi nuklir di Indonesia. Menurut PLN, ada 23 perusahaan dari berbagai negara yang antre. Tapi semuanya ditolak Indonesia, mereka semua harus pulang dengan tangan hampa. Alasannya, Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) mengatur, nuklir adalah sumber energi alternatif pilihan terakhir, baru digarap kalau sumber-sumber energi lainnya tak bisa dikembangkan. “Di Peraturan Pemerintah tentang KEN seperti itu, jadi masih belum bisa (membangun PLTN), itu kendalanya,” kata Direktur Aneka Energi Kementerian ESDM, Maritje Hutapea, dilansir detikfinance, Selasa (31/5). Pemerintah juga tak mau pembangunan PLTN dilakukan terburu-buru. Harus dipertimbangkan masakmasak plus minusnya. Sampai saat ini, ESDM masih mengkaji apakah betul listrik dari nuklir murah. “Kami masih minta para ahli untuk menghitung-hitung, apa betul listrik dari nuklir murah harganya,” ujarnya. Menurut Maritje, percuma saja Indonesia membangun PLTN kalau teknologinya diimpor semua. Listrik yang dihasilkan pasti mahal karena alat-alatnya impor, tidak diproduksi sendiri. Maka sebelum membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN), Indonesia harus mempersiapkan terlebih dahulu industri pendukungnya. “Kalau impor semua alat-alatnya, ya pasti mahal. Rusia itu pakai PLTN bisa murah, TKDN-nya (Tingkat Kandungan Dalam Negeri) berapa?” tutupnya. Sebelumnya terungkap, bahwa PLTN belum menjadi pilihan untuk memenuhi kebutuhan listrik Indonesia. Hal tersebut tercantum dalam Rencana Usaha Penyedia Tenaga Listrik (RUPTL) 2016 – 2025. Copy dikirim kepada Yth.: 1. Deputi Bidang Sains dan Aplikasi Teknologi Nuklir 4. Sekretariat Utama 2. Deputi Bidang Teknologi Energi Nuklir 5. BGAC-melalui PAIR 3. Deputi Bidang Pendayagunaan Teknologi Nuklir Jakarta, Mei 2016 Bagian Humas, Biro Hukum, Humas, dan Kerja Sama Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sujatmiko mengatakan, porsi Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam bauran energi kelistrikan pada 2025 sebesar 25 persen. Namun jika porsi tersebut tidak tercapai, maka akan dicari alternatif sumber energi lain. Sujatmiko menegaskan, sumber energi lain yang dipilih tersebut adalah energi gas yaitu melalui Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), bukan Pembangkit Tenaga Nuklir (PLTN). “Opsi yang diambil dalam draf RUPTL ini adalah menggunakan PLTG,” kata Sujatmiko, di Jakarta, Senin (30/5). Sujatmiko menuturkan, dalam draf final RUPTL 2016-2025 porsi EBT pada pembangkit hanya 19,6 persen. Jadi masih ada kekurangan pasokan sebesar lima persen atau setara 27 Tera Watt hour (TWh) energi listrik dari EBT yang dibutuhkan untuk memenuhi target 25 persen porsi EBT pada tahun 2025 sebagaimana diamanatkan dalam draf Rencana Umum Ketenaga Listrikan Nasional (RUKN) 2015-2034. “Dalam draf final RUPTL 2016-2025 porsi EBT di pembangkitan tenaga listrik hanya mencapai 19,6 persen pada tahun 2025,” ujar Sujatmiko. Sujatmiko melanjutkan, dari 27 TWh energi listrik tersebut memang dapat dipenuhi dari PLTN dengan kapasitas kurang lebih 3,6 Giga Watt (GW) atau pembangkit EBT lain yang siap untuk dikembangkan sebesar 14,4 GW atau PLTG setara 5 GW. “Jadi PLTN tidak dipertimbangkan untuk dimanfaatkan dalam draf RUPTL PLN 2016-2025 untuk menutupi kekurangan target EBT,” kata Sujatmiko. Porsi PLN dalam Program 35 ribu MW yang tertuang dalam draf RUPTL PLN 2016-2025, sebesar 10.233 MW dapat diterima dengan disertai kajian kemampuan keuangan PLN, dengan tetap memprioritaskan melaksanakan program listrik pedesaan. (dtf/l6c)