Soldi Roali (04610268)/E tugas SKB URGENSI STUDI KELAYAKAN Saat ini, hampir setiap sektor usaha yang akan didirikan, dikembangkan dan diperluas maupun dilikuidasi selalu didahului dengan satu kegiatan yang disebut studi kelayakan. Bahkan di beberapa departemen/instansi pemerintah untuk mengusulkan proyek harus disertai dengan studi kelayakan. Apalagi di sektor industri dan perdagangan, yang lebih bersifat komersial dan padat modal. Kekeliruan dan kesalahan dalam menilai investasi akan menyebabkan kerugian dan resiko yang besar. Penilaian investasi terdapat dalam studi kelayakan yang bertujuan untuk menghindari terjadinya keterlanjuran investasi yang tidak menguntungkan karena usaha yang tidak feasible. Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang ingin mengakses permodalan ke perbankan untuk mendapatkan pinjaman (kredit) harus disertai dengan adanya studi kelayakan. Bahkan pemerintah melalui Bank Indonesia bekerja sama dengan Komite Penanggulangan Kemiskinan Propinsi memfasilitasi terbentuknya Konsultan Keuangan Mitra Bank yang diharapkan dapat mendampingi UMKM dalam menyusun studi kelayakan sebagai prasyarat untuk dapat mengakses permodalan ke PERBANKAN. Metode penyusunan studi kelayakan tidak ada yang baku, namun pada umumnya terdiri dari beberapa aspek, minimal terdiri dari (1) aspek pasar dan pemasaran, (2) aspek teknis produksi dan teknologis, (3) aspek manajemen, (4) aspek legal dan perijinan, dan (5) aspek keuangan. Tingkat kerumitan, kedalaman, dan kompleksitas studi kelayakan tergantung dari obyek kajian studi itu sendiri. Bentuk studi kelayakan dalam aplikasinya disesuaikan dengan tujuan dan kepentingan untuk apa studi kelayakan itu dibuat. Untuk beberapa hal, bentuk dan sistematika penyusunan sudah ditentukan oleh pihak yang membutuhkan dan berkepentingan dengan hasil studi kelayakan tersebut. Misalnya: studi kelayakan yang dibuat untuk kepentingan dan berkaitan dengan Bank Indonesia, pemerintah melalui Bank Indonesia membuat Peraturan Bank Indonesia (PBI) yang berisi tentang ketentuan-ketentuan perbankan, termasuk diantaranya bagaimana cara mendirikan bank baru, mengakuisisi, merger, membuka kantor baru dan sebagainya. Dalam bidang Pendidikan, Pemerintah melalui Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan S.K No. 234/U/2000 tentang Pedoman Pendirian Perguruan Tinggi yang berisi ketentuan untuk pendirian perguruan tinggi baru, fakultas atau program studi baru harus diusulkan dengan membuat studi kelayakan (Pasal 5 ayat 3). Pemerintah Daerah (PEMDA) untuk mengajukan usulan proyek pembangunan infrastruktur ke lembaga legeslatif (DPRD) harus disertai dengan studi kelayakan. Studi kelayakan mempunyai arti yang penting bagi perkembangan dunia usaha. Ada beberapa proyek yang gagal di tengah jalan, bisnis yang terhenti beroperasi dan kasus kredit macet di dunia perbankan, serta kegagalan investasi lainnya merupakan bagian dari tidak diterapkannya studi kelayakan secara konsisten. Secara teoritis, jika tiap investasi didahului dengan adanya studi kelayakan yang benar, maka resiko kegagalan dan kerugian dapat dikendalikan dan diminimalisir sekecil mungkin. Sebab studi kelayakan yang dilakukan secara benar akan menghasilkan laporan yang komprehensif tentang kelayakan dari proyek/bisnis yang akan didirikan/dikembangkan/didanai dan kemungkinan-kemungkinan risiko yang akan dihadapi/terjadi Ada beberapa kutipan dan data empiris yang mendukung urgensi studi kelayakan antara lain: a.Pernyataan seorang ulama besar Dr. Yusuf Qardhawi dalam bukunya Fiqh Prioritas : “semua pekerjaan yang baik mesti didahului dengan studi kelayakan terlebih dahulu, dan harus dipastikan menghasilkan sesuatu yang memuaskan sebelum pekerjaan itu dimulai. Oleh karena itu, mesti ada perencanaan sebelum melakukannya, dan harus diperhitungkan secara matematis dan dilakukan berbagai penelitian sebelum pekerjaan itu dilakukan, … sesungguhnya penelitian, perencanaan, dan studi kelayakan sebelum kerja dilaksanakan merupakan etos kerja yang telah ada pada Islam. Rasulullah saw adalah orang yang pertama kali melakukan perhitungan secara statistic terhadap orang-orang yang beriman kepadanya setelah berhijrah ke Madinah al-Munawarrah, dan kesan dari perencanaan itu begitu terasa pada perjalanan hidup beliau dalam berbagai bentuknya”. b.Dalam bisnis, “ kegagalan Proyek MOBNAS tahun 1997, merupakan contoh yang salah dalam penyusunan Studi Kelayakan karena tidak memasukkan aspek politik dalam analisanya” , dipetik dari wawancara I Nyoman Moena. (Ekonomi & Bisnis, 17/Mei/97). c.Kawasan perumahan elite Bukit Indah Regency Semarang longsor pada tahun 2002, ternyata dibangun tanpa STUDI KELAYAKAN. (Kompas, selasa:12 Februari 2002). d.”Studi kelayakan itu sudah selesai. Hasilnya Riau Airlines layak beroperasi” kata Asparaini Rasyad, Asisten II Gubernur Pemda Riau. (Angkasa, 3 Desember 2001 tahun XII). Statement menunjukkan bahwa Studi kelayakan menentukan layak atau tidaknya bisnis untuk dilaksanakan. e.Anak perusahaan dari KEPCO Korea mendapatkan kontrak untuk melaksanakan feasibility study pembangunan PLTN di Jepara. Studi kelayakan ternyata sangat dibutuhkan di Negara manapun, bahkan untuk menilai kelayakan pembangunan PLTN di Indonesia, kita harus mengimpor konsultan asing. f. Pembangunan jalan tol palembang-Inderalaya sepanjang 23 kilometer dengan dana Rp. 600 miliar lebih. Saat ini Pemprop Sumsel melalui Dinas PU Bina Marga , telah menyelesaikan pra-studi kelayakan yang dipersyaratkan Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah (Depkimpraswil). ( Sriwijaya Post, sabtu, 08 Maret 2003). Pembangunan proyek jalan juga diperlukan studi kelayakan. Secara umum tujuan penyusunan studi kelayakan, pada intinya adalah untuk mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan berikut ini : (1) Apakah produk yang akan ditawarkan marketable atau tidak ?, (2) dari sisi produksi, apakah secara teknis dapat dilakukan dan sustainable ?, (3) dari sudut pandang manajemen, apakah bisnis tersebut efektif dan efisien ?, (4) ditinjau dari sisi hukum termasuk usaha yang legal atau illegal ? dan yang terakhir dari sisi keuangan, (5) apakah bisnis tersebut profitable atau tidak? Jika jawabannya adalah marketable, sustainable, efektif dan efisien, legal dan profitable, berarti bisnis tersebut LAYAK. Layak untuk dibiayai/diberikan kredit/didirikan/dan atau disetujui ijinnya.