meningkatkan motivasi pembelajar

advertisement
Listening in Action: Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Pembelajar
BIPA
Iim Rahmina
Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra
Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
1. Pengantar
Listening in action memberikan tiga penekanan pada kegiatan menyimak.
Pertama, listening in action menekankan bahwa menyimak merupakan proses aktif.
Untuk menjadi penyimak yang baik, para pembelajar harus berpikir aktif selama
mereka melakukan kegiatan menyimak. Dengan mengembangkan ‘sikap aktif’ dan
‘strategi aktif’ dalam memahami apa yang mereka dengar, kemampuan menyimak
para pembelajar akan dan dapat meningkat. Kedua, listening in action menekankan
bahwa menyimak memainkan peranan aktif dalam pembelajaran bahasa. Menyimak
dilibatkan dalam berbagai aktivitas pembelajaran bahasa, baik di dalam maupun di
luar kelas. Kemajuan dalam menyimak akan menjadi dasar bagi pengembangan
keterampilan berbahasa lainnya. Dengan menumbuhkan kesadaran para pembelajar
tentang adanya hubungan antara menyimak dengan keterampilan berbahasa lainnya,
guru dapat membantu mereka dalam mengembangkan keterampilan berbahasa secara
menyeluruh. Ketiga, menyimak mengutamakan guru sebagai ‘peneliti’ aktif tentang
pengembangan kemampuan menyimak. Guru harus berperan aktif tidak hanya dalam
merencanakan dan menyiapkan berbagai aktivitas untuk para pembelajarnya, tetapi
berperan aktif juga dalam memberikan umpan balik yang bermanfaat bagi mereka.
Guru bersama-sama para pembelajar menyelidiki bagaimana keterampilan menyimak
para pembelajar berubah dan meningkat.
Dari ketiga pengertian di atas, tersurat bahwa bagi guru-guru bahasa, listening
in action memiliki tiga tujuan, yaitu:
 membantu para pembelajar mengembangkan keterampilan menyimak secara lebih
aktif
 membantu para pembelajar memanfaatkan kesempatan untuk menjadi penyimak
dan pembelajar yang baik, di dalam maupun di luar kelas
 meningkatkan kualitas pengajaran melalui penyelidikan proses belajar menyimak
dengan melibatkan para pembelajar (Rost, 1991: 3).
2. Pengertian Menyimak
Untuk dapat mendefinisikan “keterampilan menyimak”, ada dua pertanyaan
yang mendasar yang harus dijawab, yaitu (1) Komponen apa sajakah yang terdapat
dalam keterampilan menyimak? (2) Apa yang harus dilakukan oleh seorang
penyimak?
Berkaitan dengan pertanyaan pertama, ada sejumlah komponen yang terlibat dalam
keterampilan menyimak, antara lain:
 pembedaan bunyi-bunyi bahasa
 pengenalan kata-kata (kosakata)
 pengidentifikasian kelompok-kelompok kata yang gramatikal
1




pengidentifikasian satuan-satuan pragmatis - ekspresi dan seperangkat ujaran yang
berfungsi sebagai satu kesatuan untuk menciptakan makna
penghubungan antara penanda linguistik dan paralinguistik (intonasi dan tekanan)
dan antara penanda linguistik dan nonlinguistik (gerakan tubuh dalam situasi
tertentu) untuk membangun makna
penggunaan latar belakang pengetahuan (apa yang telah diketahui tentang isi atau
bahan simakan) dan konteks (apa yang telah diujarkan) untuk memprediksi makna
pengingatan kata-kata atau ide-ide yang penting (Rost, 1990: 6).
Keberhasilan
menyimak
sangat
bergantung
pada
kemampuan
mengintegrasikan komponen-komponen di atas. Oleh karena itu, keterampilan
menyimak dapat diartikan sebagai koordinasi komponen-komponen keterampilan,
baik keterampilan mempersepsi, menganalisis, maupun menyintesis. Pengertian
keterampilan menyimak tampak lebih jelas dalam skema di bawah ini.
Keterampilan Mempersepsi Keterampilan Menganalisis
Membedakan bunyi bahasa Mengidentifikasi satuan
Mengenali kata
gramatikal
Mengidentifikasi satuan
pragmatis
Keterampilan Menyintesis
Menghubungkan penanda
bahasa dengan penanda
lainnya
Memanfaatkan latar
belakang pengetahuan
KETERAMPILAN MENYIMAK
Seseorang yang memiliki kemampuan menyimak yang baik tidak selalu mampu
memahami apa yang disimak. Oleh karena itu, untuk memahami pesan yang
disampaikan oleh pembicara, ada beberapa aksi yang perlu dilakukan dalam setiap
situasi menyimak. Aksi yang ditampilkan oleh penyimak merupakan proses kognitif
atau mental sehingga tidak mungkin ditinjau atau diamati secara langsung. Guru
hanya bisa melihat efek dari aksi ini. Aksi terpenting untuk kesuksesan menyimak
adalah proses pembuatan keputusan. Penyimak harus membuat beberapa keputusan,
seperti:
 Jenis situasi menyimak apa saja yang dimunculkan?
 Rencana apa yang disusun untuk menyimak?
 Kata-kata dan satuan-satuan makna apa saja yang penting untuk disimak?
 Apakah pesan yang disampaikan masuk akal?
Jika merujuk pada pertanyaan-pertanyaan di atas, menyimak diartikan sebagai
proses berpikir - berpikir tentang makna. Penyimak yang efektif mengembangkan cara
berpikir tentang makna pada saat ia menyimak. Cara penyimak membuat keputusan
disebut strategi menyimak (Rost, 1991: 4).
Untuk meningkatkan citra guru menyimak, para guru membutuhkan suatu
pendekatan guna mengembangkan keterampilan dan strategi menyimak.
2
BERPIKIR TENTANG SITUASI
Bagaimana saya menghadapi situasi?
yang
Apa hubungan saya dengan pembicara?
Bagaimana saya memperoleh klarifikasi?
saya?
BERPIKIR TENTANG RENCANA
Bagaimana saya mengorganisasi apa
saya dengar?
Bagaimana saya merencanakan jawaban
Apa tujuan saya menyimak?
Strategi Sosial
Strategi Tujuan
STRATEGI MENYIMAK
Strategi Linguistik
Kata-kata apa yang harus saya perhatikan?
Kata-kata dan ekspresi-ekspresi apa yang
dapat saya tebak?
MENGAKTIFKAN PENGETAHUAN
PENGETAHUAN
BAHASA
Strategi Bahan/Isi
Apakah bahan simakan sejalan dengan
pengetahuan yang telah saya miliki?
Apa yang dapat saya prediksi?
MENGAKTIFKAN
ISI ATAU BAHAN SIMAKAN
3
Gunakan
STRATEGI MENYIMAK
MENYIMAK
Kembangkan
KETERAMPILAN
Tujuan Pengajaran Menyimak
3. Gaya Belajar
Untuk meningkatkan kemampuan menyimak, para pembelajar harus sering
mengikuti aktivitas berbahasa lisan dan sering berlatih menyimak dalam berbagai
macam situasi. Di samping itu, mereka juga harus terlibat dalam proses menyimak
dan berusaha untuk memahami apa yang mereka simak. Cara yang dilakukan oleh
para pembelajar untuk mencoba terlibat dalam kegiatan menyimak, mencoba
memahami isi atau bahan simakan, dan mencoba meningkatkan kemampuan
menyimak disebut gaya belajar.
Di bawah ini ada beberapa tipe pembelajar dan beberapa cara yang mereka
gunakan untuk meningkatkan kemampuan menyimak.
Ana : Saya suka menonton film-film Indonesia melalui video. Saya tonton lagi dan
lagi adegan-adegan yang penting sampai saya merasa bahwa saya sudah
memahaminya dengan baik. Setelah menonton film secara keseluruhan, saya tonton
lagi beberapa adegan - yang saya sukai - kemudian menyimak dan mengkaji
bahasanya dengan baik. Saya yakin bahwa saya tahu apa yang dikatakan oleh
pembicara. Hal ini membantu saya memahami ujaran-ujaran pada saat saya
mendengarkannya kembali.
Andi : Saya suka berbicara dengan orang-orang. Setiap saya memiliki waktu luang,
saya mencoba bertemu dengan teman-teman yang berbicara dengan bahasa Indonesia.
Meskipun saya bukan pembicara dan penyimak yang baik, saya mencoba memahami
setiap ujaran dan mengajukan sejumlah pertanyaan jika saya ingin memahami ujaran
dengan lebih jelas. Melalui percakapan dengan teman-teman, saya merasa kemampuan
menyimak saya menjadi lebih baik. Tentu saja saya merasa lebih percaya diri ketika
saya berada di antara mereka.
Emi : Kemampuan menyimak saya meningkat karena di kelas kami harus sering
melakukan percakapan dengan teman-teman. Selain itu, kami juga harus menyimak
berbagai jenis rekaman dan menemukan gagasan-gagasan penting. Untuk melakukan
semua kegiatan ini saya membutuhkan panduan karena saya tidak mampu belajar
secara mandiri. Saya senang diuji oleh guru tentang makna yang dikehendaki oleh
penutur dalam rekaman dan kemudian kembali mendengarkan rekaman. Setiap saat
saya merasa bahwa pemahaman saya lebih meningkat dan saya menjadi penyimak
yang lebih baik.
4
Benyamin : Meskipun saya sudah belajar bahasa Indonesia selama beberapa tahun,
saya tidak pernah merasa bahwa bahasa Indonesia saya bagus. Tetapi, ketika saya
masuk ke perguruan tinggi, saya merasa mulai mengalami kemajuan dalam
keterampilan menyimak. Hal ini terjadi karena saya merasa berkepentingan di dalam
kelas. Gagasan-gagasan yang dikemukakan dalam perkuliahan sulit dipahami. Tetapi,
karena saya ingin memahaminya, saya harus berusaha keras. Kadang-kadang saya
merekam perkuliahan dan mendengarkan ulang bagian-bagian yang membingungkan.
Ternyata persiapan menyimak (melalui perekaman) dan pendengaran rekaman secara
berulang-ulang membantu saya meningkatkan kemampuan menyimak.
Dalam ilustrasi di atas tampak perbedaan yang jelas di antara tipe-tipe
pembelajar. Ana disebut ‘tipe pembelajar mandiri’. Dia memanfaatkan kesempatan
belajar secara mandiri. Dia mewujudkan rencananya dan menikmati proses menyimak.
Dia meningkatkan kemampuan menyimak dan memorinya untuk memperkaya
kosakata bahasa Indonesia. Dia juga tahu bagaimana menilai kemajuannya.
Andi disebut ‘tipe sosial’. Dia menikmati interaksi tatap muka dan merasa
bahwa hal itu merupakan cara yang efektif untuk mendapatkan sesuatu yang alami
dalam praktik menyimak. Dia biasanya senang jika memperoleh intisari dari apa yang
didengarnya meskipun ia tidak malu bertanya jika ingin memahami ujaran-ujaran
tertentu. Dia sadar bahwa pengembangan bahasa menuntut upaya yang konsisten dan
ia mau melakukan upaya itu.
Emi disebut ‘tipe kelas bahasa’. Dia percaya bahwa gurunya dapat
memberikan latihan yang bermanfaat. Secara konsisten ia berusaha keras melakukan
apa yang diharapkan. Ia memiliki tujuan dan merasa bahwa pengajaran di kelas
membantunya mencapai tujuan. Ia yakin bahwa ia akan berhasil.
Benyamin disebut ‘tipe bahan pembelajaran’. Ia ingin menyimak lebih baik.
Oleh karena itu ia harus memahami gagasan-gagasan dalam bahasa Indonesia. Dia
‘menyimak untuk belajar’, tidak hanya ‘belajar menyimak’. Dia menganggap bahwa
bahasa Indonesia tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi sosial, tetapi sebagai
pembawa konsep-konsep penting dan membantunya dalam berkarir. Dia menemukan
motivasi dan metode yang sistematis untuk meningkatkan kemampuan menyimak.
4. Prinsip-prinsip Peningkatan Kemampuan Menyimak
Ada perbedaan dalam gaya belajar dari setiap jenis pembelajar. Semua gaya
belajar memuat strategi-strategi belajar dan menggambarkan prinsip-prinsip belajar.
Dari gambaran ini dan berdasarkan pengembangan keterampilan berbahasa, dapat
ditarik beberapa garis panduan umum:
a. Kemampuan menyimak meningkat melalui interaksi tatap muka. Melalui interaksi
dalam bahasa Indonesia, pembelajar memiliki kesempatan untuk mendapatkan
masukan bahasa yang baru dan kesempatan untuk mengecek kemampuan
menyimaknya sendiri. Interaksi tatap muka menyediakan stimulasi untuk
meningkatkan kemampuan memaknai bahan simakan.
b. Kemampuan menyimak meningkat melalui pemusatan perhatian pada makna dan
upaya mempelajari bahan yang penting dan baru dalam bahasa sasaran.
c. Kemampuan menyimak meningkat melalui kegiatan pemahaman. Dengan
memusatkan perhatian pada tujuan-tujuan khusus menyimak, para pembelajar
memiliki kesempatan untuk menilai dan merevisi apa yang telah mereka capai.
5
d. Kemampuan menyimak meningkat melalui perhatian terhadap kecermatan dan
analisis bentuk. Dengan belajar memahami bunyi-bunyi dan kata-kata secara
cermat pada saat melakukan aktivitas yang berorientasi pada makna, para
pembelajar dapat memperoleh kemajuan. Dengan belajar mendengarkan bunyibunyi dan kata-kata secara cermat, mereka memperoleh keyakinan dalam
memahami bahan simakan (Rost, 1991: 7).
5. Upaya Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Menyimak Para
Pembelajar BIPA
Guru memerlukan citra yang menyeluruh tentang apa yang dilakukannya untuk
membantu para pembelajarnya meningkatkan kemampuan menyimak (Ur, 1988: 33).
Di bawah ini ada beberapa panduan untuk guru-guru dalam membantu para
pembelajar meningkatkan kemampuan menyimak mereka.
a. Berbicaralah dengan para pembelajar Anda dalam bahasa Indonesia. Berbicaralah
dengan seluruh pembelajar Anda - jangan hanya berbicara dengan siswa yang
paling fasih berbahasa Indonesia. Jadikanlah bahasa Indonesia sebagai bahasa
yang penting untuk berkomunikasi. Kenali mereka melalui percakapan dengan
topik-topik yang menarik.
b. Jadikanlah bahasa Indonesia sebagai bahasa kelas Anda. Beri kesempatan para
pembelajar untuk saling bertukar pikiran atau ide dengan menggunakan bahasa
Indonesia. Tunjukkan kepada mereka bagaimana cara mereka memperoleh rasa
percaya diri dan bagaimana menjadi pemakai bahasa Indonesia yang efektif.
c. Kenalkan para pembelajar Anda pada beberapa penutur bahasa Indonesia - secara
pribadi atau melalui video dan kaset rekaman. Perlihatkan kepada mereka
perbedaan tipe-tipe pembicara dan situasi pembicaraan. Dorong mereka untuk
memahami segala sesuatu penting bagi mereka pada saat menyimak.
d. Dorong para pembelajar untuk mandiri, mencari kesempatan menyimak di luar
kelas atas inisiatif sendiri. Bantu mereka mengidentifikasi cara menggunakan
bahasa Indonesia dalam media (televisi, radio, video). Bantu mereka
mengembangkan program-program studi dan tujuan-tujuan menyimak secara
mandiri.
e. Rancang aktivitas menyimak yang melibatkan para pembelajar secara pribadi.
Rancang tujuan untuk setiap aktivitas. Beri mereka umpan balik yang jelas.
Siapkan review yang sistematis terhadap rekaman dan aktivitas untuk membantu
mengkonsolidasi hasil ingatan dan pembelajaran mereka.
f. Lebih berfokuslah pada pengajaran daripada pada evaluasi. Selama kegiatan
menyimak berlangsung, lebih baik memberikan pujian kepada para pembelajar
yang mencoba mengajukan ide yang masuk akal daripada kepada yang hanya
mampu ‘menjawab dengan benar’. Catatlah terus apa yang telah mereka raih
selama belajar menyimak.
g. Carilah cara yang efektif untuk memanfaatkan rekaman audio atau video yang
sejalan dengan buku teks yang Anda gunakan.
6. Pengorganisasian Listening in Action
6
Listening in Action terdiri atas empat bagian, yaitu menyimak atentif,
menyimak intensif, menyimak selektif, dan menyimak interaktif (Rost, 1991; 10).
Dalam kegiatan menyimak atentif para pembelajar berlatih menyimak dan
mencoba memberikan jawaban singkat (pendek) kepada lawan bicara, baik secara
verbal maupun nonverbal (melalui aksi). Mereka dilatih memahami aspek kebahasaan
(kata-kata kunci), aspek nonkebahasaan (gambar, foto, musik), dan aspek interaksi
(membuat repetisi, parafrase, konfirmasi). Yang menjadi ciri kegiatan menyimak
atentif adalah:
 guru dan para pembelajar melakukan interaksi tatap muka
 guru memanfaatkan gambar atau topik-topik yang konkret
 para pembelajar menyimak ‘penggalan kalimat’
 para pembelajar memberikan respons secara langsung.
Contoh kegiatan menyimak atentif:
1) demonstrasi (menjelaskan bagaimana cara memasak mie instan);
2) pengimajian musik (meminta para pembelajar menuliskan imaji mereka tentang
lagu yang telah mereka simak);
3) wawancara (menanyakan topik-topik tertentu, seperti keluarga, makanan, olah
raga, kepada para pembelajar).
Menyimak intensif memfokuskan perhatian siswa pada bentuk kebahasaan.
Tujuan kegiatan menyimak intensif adalah membangkitkan kesadaran para pembelajar
bahwa perbedaan bunyi, struktur, dan pilihan kata dapat menyebabkan perbedaan
makna. Yang menjadi ciri dari aktivitas menyimak intensif adalah:
 para pembelajar belajar secara individual
 para pembelajar dapat menyimak sebanyak mungkin
 guru memberikan umpan balik pada masalah ketepatan pemakaian bahasa.
Contoh kegiatan menyimak intensif:
1) menceritakan kembali (menyampaikan pesan);
2) diskrimasi (mengidentifikasi kosakata yang diperdengarkan lewat tape recorder);
3) percakapan satu pihak (melengkapi percakapan);
4) dikte (menuliskan kembali apa yang diucapkan oleh guru).
Menyimak selektif dapat membantu para pembelajar dalam mengidentifikasi
tujuan mereka menyimak. Kegiatan menyimak selektif membantu mengarahkan
perhatian para pembelajar pada kata-kata kunci, urutan wacana, atau struktur
informasi. Yang menjadi ciri kegiatan menyimak selektif adalah:
 para pembelajar memusatkan perhatian pada informasi yang telah mereka pilih
 para pembelajar memiliki kesempatan menyimak dua kali untuk mengecek
pemahaman mereka
 guru menyiapkan kegiatan pemanasan sebelum menyimak
 guru membantu para pembelajar merancang tujuan sebelum menyimak
 guru memberikan umpan balik sepanjang kegiatan menyimak berlangsung
Contoh kegiatan menyimak selektif:
1) permainan isyarat (menyimak dan mencoba menebak kosakata sasaran melalui
kata-kata kunci);
7
2) permainan ingatan (menyimak sambil mengamati gambar, kemudian
membenarkan atau menyalahkan apa yang dijelaskan oleh guru);
3) peta cerita (menyimak cerita dan menyusun peta cerita dengan memberi inisial
karakter, setting, masalah, tujuan, cara pemecahan masalah, dan hasil);
4) talk show (menyimak talk show dan mengidentifikasi topik-topik yang
dibicarakan).
Menyimak interaktif dirancang untuk membantu para pembelajar berperan
aktif dalam berinteraksi (walaupun mereka berperan sebagai penyimak). Yang
menjadi ciri khas kegiatan menyimak interaktif adalah:
 para pembelajar bekerja berpasangan atau berkelompok (kelompok kecil)
 para pembelajar belajar memecahkan masalah
 guru memantau pemakaian bahasa selama aktivitas berlangsung
Contoh kegiatan menyimak interaktif:
1) survey kelompok (memperbincangkan suatu topik);
2) perkenalan diri (menyimak perkenalan teman, kemudian mencatat hasil simakan);
3) perbedaan gambar (menemukan hal-hal yang berbeda dari dua buah gambar);
4) testimoni (pembelajar mengumpulkan pendapat dari teman satu kelompok,
kemudian bertukar informasi dengan teman-teman dari kelompok lain).
7. Penutup
Listening in Action dapat dilaksanakan untuk memaksimalkan interaksi verbal.
Akan tetapi, karena kemampuan menyimak para pembelajar bervariasi, guru harus
mampu memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan mereka. Ada beberapa
langkah yang dapat ditempuh oleh guru pada saat akan memilih jenis aktivitas
menyimak, antara lain:
1) jadikanlah bahasa yang digunakan dalam aktivitas menyimak lebih sederhana atau
agak kompleks (memperlambat proses pengujaran, memperpanjang jeda di antara
pengujaran dua kata atau kelompok kata, memparafrasekan kosakata yang tidak
dikenal oleh para pembelajar);
2) lakukanlah aktivitas pra-menyimak (memberikan aspek-aspek bahasa yang sulit,
merumuskan tujuan menyimak para pembelajar);
3) berikan dukungan visual untuk melakukan aktivitas menyimak (peta, foto, film,
ilustrasi, bahasa tubuh, ekspresi wajah);
4) rincilah tahapan-tahapan kegiatan untuk menyiapkan rumusan sub-sub tujuan
(para pembelajar diberi kesempatan menyimak beberapa kali untuk mencapai
beberapa tujuan, seperti mengidentifikasi jumlah pembicara, mengidentifikasi
kalimat topik);
5) kurangi aktivitas berbicara dan menulis (meminta siswa memberikan respons nonverbal, seperti ‘acungkan tangan jika Anda mendengar ...’).
8. Daftar Pustaka
Anderson, A. & Lynch, T. (1988). Listening. USA: Oxford University Press.
Rost, M. (1990). Listening in Language Learning. London: Longman.
8
Rost, M. (1991). Listening in Action: Activities for Developing Listening in Language
Teaching. New York: Prentice Hall.
Ur. P. (1988). Teaching Listening Comprehension. USA: Cambridge University Press.
9
Download