PERSPEKTIF ILMU KOMUNIKASI Teori dan Paradigma Mirza Shahreza, M.I.K KERANGKA KONSEPTUAL PERANGKAT ASUMSI PERANGKAT NILAI PERANGKAT GAGASAN { PERSPEKTIF MEMPENGARUHI PERSEPSI KITA MEMPENGARUHI TINDAKAN DALAM SITUASI Charon, 1998:8 Perspektif dan Persepsi • Charon (1998:8): “perspektif itu bukanlah persepsi, melainkan memandu persepsi kita; perspektif mempengaruhi apa yg kita lihat & bagaimana kita melihatnya serta menafsirkan apa yg kita lihat. • Perspektif adl “kacamata” yg kita pakai utk melihat, (Mulyana, 2001:7). • Tanpa perspektif pandangan kita akan berantakan, centang perenang, ngawur dan tak bermakna. • Melalui perspektif, kita memperhatikan, memahami suatu stimulus dari realitas tertentu dan mengabaikan stimulus lainnya, & bertindak berdasarkan pemahaman kita lewat perspektif tsb. • Persp memang membatasi pandangan kita dan kita hanya dpt melihat sst sejauh berada dlm perspektif kita. • Perspektif kita bisa berubah tergantung dari reference group kita. PERSPEKTIF atau PARADIGMA atau METATEORI { KERANGKA TEORI KERANGKA KONSEPTUAL MODEL KOMUNIKASI M EM PENG ARUHI M ETO DE PENELITIAN M EM PENG ARUHI TEKN IK-TEKNIK PENELITIAN HASIL PENELITIAN PERSPEKTIF Kumpulan asumsi / keyakinan tentang sesuatu hal. Melalui perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan cara2 tertentu. Cara2 tsb berhubungan dg asumsi dasar yg menjadi alasan dari pandangannya tsb, unsur2 pembentuknya & ruang lingkup apa yg dipandangnya. Perspektif membimbing setiap orang untuk menentukan bagian yg relevan dg fenomena yg terpilih dari konsep2 tertentu untuk dipandang secara rasional. perspektif Adl kerangka kerja konseptual, sekumpulan asumsi, nilai, gagasan yg mempengaruhi cara pandang manusia sehingga menghasilkan tindakan dalam suatu konteks situasi tertentu. Paradigma Paradigma dalam bidang keilmuan juga disebut perspektif, atau sering pula disebut mazhab pemikiran (school of thought) atau teori. Paradigma sendiri adalah suatu cara pandang untuk memahami dunia nyata, (Deddy Mulyana, 2001:8-9). Paradigma juga dapat diartikan sebagai : “ . . . a set of basic beliefs (or metaphysics) that deals with ultimates or first principles . . . a world view that defines, for its holder, the nature of the ‘world’ . . .” (Guba, dalam Denzin dan Lincoln, 1994:107). Paradigma adalah sekumpulan keyakinan dasar yang kemudian akan menuntun pada suatu tindakan (Denzin dan Lincoln, 2000). PENGERTIAN PARADIGMA 1. (Patton dalam Mulyana) Paradigma adalah: • Suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas nyata. dunia • Sesuatu yang menunjukan apa yang penting, masuk akal dan absah. • Bersifat normatif, menunjukan apa yang harus dilakukan tanpa harus melakukan pertimbangan eksistensial/epistemologi yang panjang. Lanjutan Pengertian Paradigma….. 2. Anderson: “Suatu ideologi dan praktik suatu komunitas ilmuwan yang menganut suatu pandangan yang sama tentang suatu realitas, memiliki seperangkat kriteria yang sama untuk menilai aktivitas penelitian dan menggunalan metode.” 3. Baldwin: “Pada dasarnya merupakan pendekatan yang sifatnya masih general dalam memandang realitas kehidupan. Dan teori akan membantu suatu fenomena menjadi lebih spesifik/khusus. Lanjutan Pengertian Paradigma….. 4. Kunh: Paradigma merupakan cara memandang kehidupan sosial dan kehidupan alam dengan seperangkat asumsi atau keyakinan mengenai bagaimana dunia tersebut. Paradigma yang sifatnya umum menjadi lebih spesifik dengan lahirnya kelompokkelompok teori dan lebih spesifik lagi masuk kepada teori-teori yang mengkaji gejalagejala yang lebih khusus. 4 Tipologi Paradigma (Guba & Lincoln (1994) Positivism, Critical Theories, Postpositivism Constructivism. 3 PARADIGMA ILMU SOSIAL Classical paradigm ( mencakup positivism & postpositivism) Critical paradigm Constructivism paradigm TIGA PARADIGMA PENELITIAN KOMUNIKASI KLASIK Menempatkan ilmu komunikasi seperti ilmu alam; metode yang terorganisasi; logika deduktif; pengamatan empiris; probbabilitas; hukum sebab akibat untuk prediksi pola umum (generalisasi) KONSTRUKTIVIS Menempatkan ilmu komunikasi sebagai analis sistematis thd socially meaningful action; pengamatan langsung; “alamiah”; penafsiran tentang pelaku sosial dalam mengelola dunia sosial mereka. KRITIS Menempatkan ilmu komunikasi sebagai soatu proses kritis yang mengungkapkan the real structures yang ditampakkan dunia materi dengan tujuan memperbaiki dan mengubah kondisi kehidupan manusia PARADIGMA KLASIK =METODE KUANTITATIF DAN PARADIGMA KONSTRUKTIVIS DAN KRITIS=METODE KUALITATIF Penelitian Kuantitatif • Ilmu-ilmu keras • Fokus ringkas dan sempit • Reduksionistik • Objektif • Penalaran logis, deduktif • Basis pengetahuan: hubungan sebabakibat • Menguji teori • Kontrol atas variabel • Instrumen • Elemen dasar analitis:angka • Analisis atas statistik • generalisasi Penelitian Kualitatif • Ilmu-ilmu lunak • Fokus konpleks dan luas • Holistik dan menyeluruh • Subjektif/perspektif etnik • Penalaran dialektif-induktif • Basis pengetahuan: temuan makna dan • Mengembangkan/membangun teori • Sumbangsih tafsiran • Komunikasi dan observasi • Elemen dasar analitis: kata-kata • Interpretasi individual RENTANG PERSPEKTIF SUBJEKTIF DAN PERSPEKTIF OBJEKTIF SUBJEKTIF Fenome nologi OBJEKTIF Etno metodologi Gareth Morgan dan Linda Smircich3 Teori Tindakan Sosial Siber netik Teori Sistem Terbuka Dapat dijadikan sebagai teori umum (grand theory) dalam ilmu komunikasi Behaviorisme Teori Belajar sosial Rentang Ilmu Berdasarkan Paradigma Subjektif Objektif ______________________________________________ _____ Fenome Etnome Teori nologi delogi Tindakan Sosial Sibernetika Teori Sistem Behaviorisme Terbuka Teori Belajar Sosial PERSPEKTIF TEORI KOMUNIKASI Stephen Littlejohn PERSPEKTIF BEHAVIORISTIK (BEHAVIORISTIC PERSPECTIVE) Berkaitan dengan perilaku atau sikap yang dipengaruhi oleh rangsangan dan tanggapan (stimulus dan response) terhadap pesan (komunikasi) yang diterima PERSPEKTIF TRANSMISSIONAL (TRANSMISSIONAL PERSPECTIVE Menekankan pada suatu media komunikasi, waktu dan unsur – unsur konsekuensi. Perspektif ini memandang komunikasi sebagai pengiriman informasi dari nara sumber kepada penerimanya, yaitu menggunakan gerakan model linier dari suatu tempat ke tempat lainnya PERSPEKTIF INTERAKSIONAL (INTERACTIONAL PERSPECTIVE Pelaku komunikasi saling menanggapi satu sama lain atau terjadi interaksi yaitu menggunakan model sirkuler dan terjadi umpan balik dan efek bersama merupakan kunci konsepnya PERSPEKTIF TRANSAKSIONAL (TRANSACTIONAL PERSPECTIVE) Menekankan pada kegiatan saling memberi, konteks, proses, dan fungsional. Dalam komunikasi pesertanya terlibat secara aktif dan perspektif ini menekankan bolisme, yang proses komunikasinya saling menyampaikan makna satu sama lain. Melahirkan sejarah perkembangan ilmu komunikasi dimana ke empat perspektif tersebut dijadikan sebagai teori umum ilmu komunikasi (Deddy Mulyana) 5 PENDKT TEORI ORGANISASI (Baldwin, dkk, 2004: 278-304) Teori Sistem Teori Klasik Teori Human Relations (teori motivasi, teori X & teori Y) Teori Human Resources (Teori Hierarki kebutuhan, Teori Z) Teori Pendekatan Budaya Klasifikasi Teori-Teori Ilmu Komunikasi 1. Teori tentang pesan: information theory, meaning of meaning, symbolic interaction, semiotic, expectancy violations theory dll 2. Teori tentang komunikasi interpersonal: cognotive dissonancy theory, social penetration theory dll 3. Teori komunikasi kelompok dan komunikasi publik: cultural approach, symbolic convergency dll 4. Teori komunikasi massa: spiral of silence, agenda setting, uses and gratification dll 5. Teori konteks budaya: face negotiation theory, speech code theory, genderlect style dll PARADIGMA PARADIGMA JENIS TEORI PARADIGMA JENIS TEORI TEORI JENIS TEORI TEORI TEORI GAMBAR : Paradigma, jenis-jenis teori, dan teori-teori (M. Baldwin, 2004 : 25) POSTPOSITIVISM CRITIS POSITIVISM KOGNITIF PSIKOANALISIS BEHAVIOUR S-R SOCIAL SOCIAL THEORY LEARNING EXCHANGE THEORY THEORY APLIKASI PARADIGMA, JENIS TEORI DAN TEORI Paradigma Paradigma Interaksi Simbolik Theory Type: Labeling Theory Type: Transaksional Theory Type: Dramaturgi Theory: Atribusi Theory: Penetrasi Sosial Theory: Penetapan Sosial Bagan Aplikasi Paradigma dan Teori PARADIGMA : SCIENTIFIC TIPE TEORI : TEORI ORGANISASI & PUBLIC RELATIONS TEORI : TEORI KLASIK, TEORI HUMAN RELATIONS, TEORI HUMAN RESOURCES Dari Cara Pandang (Paradigma) ‘Pengunaan istilah’Lain: •Positivis •Interpretif •Kritis Paradigma POSITIVISTIK • Ilmu didasarkan pada hukum dan prosedur2 baku • Secara mendasar ilmu bebeda dari spekulasi dan “common sense” • Bersifat deduktif (dari hal umum dan abstrak menuju yang konkret dan spesifik/khusus) • Nomotetik (didasarkan pada hukum2 kausal yang universal yg digunakan untuk menjelaskan peristiwa2 sosial seta hub bariabel2 di dalamnya) • Ilmu adl pengetahuan yang diperoleh dari indra, sumber pengetahuan lain dianggap tidak reliabel • Ilmu bebas nilai (dapat dan perlu memisahkan fakta dari nilai) (Sarantakos, 1993) 28 PARADIGMA DAN ILMU Paradigma INTERPRETIF (FENOMENOLOGIS) (berada di kutub yg berlawanan dengan Positivistik) • Dasar untuk menjelaskan kehidupan, peristiwa sosial, dan manusia adalah common sense.(langkah awal penelitian bermula dari arti/makna yg diberikan individu terhadap pengalaman dan kehidupannya sehari-hari) • Induktif (berjalan dari yg spesifik menuju ke yg umum, dari yg konkret menuju ke yg abstrak) • Idiografis, bukan nomotetis (realitas terungkap dalam simbol2 melalui bentuk2 deskriptif) • Pengetahuan tidak hanya dapat diperoleh melalui indera, karena pemahaman mengenai makna dan interpretasi adl jauh lebih penting • Ilmu tidak bebas nilai.(Kondisi bebas nilai tidak mungkin dicapai) Misal: jumlah korban sipil menurut GAM dan TNI berbeda (Sarantakos, 1993) 29 PARADIGMA DAN ILMU Paradigma KRITIKAL (berkembang belakangan namun mampu mengembangkan pandangan2 baru yg sangat penting dan tidak dapat diabaikan) • Ilmu berada di antara positivisme dan interpretif, di antara determinisme dan humanisme (kebebasan manusia) • Manusia dihadapkan pada berbagai kondisi sosial-ekonomi yg memengaruhi kehidupan • Kelompok yang satu dengan yang lain dalam masyarakat berada dalam posisi berbedabeda. • Manusia mampu memberikan, menciptakan arti terhadap kehidupan yang dialami, dan mengubah arti tersebut. • Ilmu tidak dapat dipisahkan dari nilai yang hidup dalam masyarakat (seperti yang diyakini peneliti interpretif) 30 PERSPEKTIF TEORITIS PARADIGMA POSITIVISTIK KRITERIA POSITIVISME Realitas • Manusia • ILMU • Tujuan Penelitian • Objektif, di luar individu •Dipersepsi melalui indera •Dipersepsi seragam •Diatur oleh hukum-hukum universal •Terintegrasi dengan baik untuk kebaikan semua Rasional •Mengikuti hukum di luar diri •Tidak memiliki kebebasan kehendak Didasarkan pada hukum dan prosedur ketat •Deduktif •Nomotetis (mencari hukum-hukum umum) •Didasarkan pada impresi indera •Bebas nilai Menjelaskan fakta, penyebab & efek •Meramalkan •Menekankan fakta objektif •Menekankan peramalan 31 PERSPEKTIF TEORITIS PARADIGMA INTERPRETIF KRITERIA INTERPRETIF Realitas Manusia • Ilmu • Tujuan Penelitian • Subjektif Diciptakan, bukan telah ada dng sendirinya diinterpretasikan Pencipta dunia •Memberi arti pada dunia •Tidak dibatasi hukum di luar diri •Menciptakan rangkaian makna Didasari pengetahuan sehari-hari •Induktif •Ideografis •Didasarkan pada interpretasi •Tidak bebas nilai Menginterpretasi dunia •Memahami kehidupan sosial •Menekankan makna •Menekankan upaya memahami 32 PERSPEKTIF TEORITIS PARADIGMA KRITIKAL KRITERIA KRITIKAL Realitas • Manusia • Ilmu • Tujuan Penelitian • Antara subjektivitas dan objektivitas •Sangat kompleks •Diciptakan manusia, bukan dng sendirinya •Berada dalam ketegangan, penuh kontradiksi •Didasari opresi (penekanan) dan eksploitasi terhadap pihak yang ‘lemah’ Dinamis, pencipta nasib •Dicuci otak (brain-wash), diarahkan dng tdk tepat, dikondisikan •Dihalangi dari realisasi potensi secara utuh Antara positivistik & interpretif; kondisi2 sosial membentuk kehidupan, tetapi dapat diubah •Membebaskan, memampukan •Menjelaskan dinamika sitem2 yang ada dan berkembang dlm msy •Tidak bebas nilai Mengungkap yang ada ‘di balik’ yang kelihatan •Mengungkap mitos2 dan ilusi •Menekankan terbukanya keyakinan/ide-ide keliru •Membebaskan, memampukan 33 DIKOTOMI POSITIVISTIK PASCA POSITIVISTIK/ FENOMENOLOGIK POSITIVISTIK • BERAKAR DARI ILMU EKSAKTA • DISEBUT JUGA STUDI STATISTIK • Disyaratkan adanya variabel yang dikontrol. • Pengacakkan sampel • Pengujian validitas dan realibilitas instrumen • Ditujukan untuk menggenarilasasi sampel dalam populasi • Penelitian yang masuk kategori ini adalah:eksperimen, korelasi,survey, dll PASCA POSITIVISTIK/FENOMENOLOGIS • BERAKAR pada tradisi dalam sosiologi dan antropologi • bertujuan untuk memahami suatu gejala seperti apa adanya • tanpa harus mengontrol variabel dan tidak berusaha menggeneralisasi gejala tersebut dalam gejala-gejala yang lain • CONTOH penelitian ini adalah etnografi, studi kasus, studi naturalistic, sejarah, biografi, teori membumI (grounded theory), dan studi deskriptif (Creswell, 1998; Denzin dan Lincoln,2003; Merriam, 1998). Eichelberger selanjutnya membedakan tiga paradigma filsafat melandasi metodologi pengetahuan positivistik • keberadaan sesuatu merupakan besaran yang dapat diukur • Peneliti adalah • pengamat yang objectif atas peristiwa yang terjadi di dunia • dapat diuji secara empirik Fenomenologik • Filsafat fenomenologik pertama kali dikembangkan oleh seorang matematikawan Jerman Edmund Husserl (1850-1938) • filsafat fenomenologik berupaya untuk memahami makna yang sesungguhnya atas suatu pengalaman dan menekankan pada kesadaran yang disengaja (intentionallity of consciousness) atas pengalaman, karena pengalaman mengandung penampilan ke luar dan kesadaran di dalam, yang berbasis pada ingatan, gambaran dan makna Hermeneutik • Filsafat hermeneutik dikembangkan oleh filosof Jerman Wilhelm Dilthey (Bleicher, 2003: 17) • usaha mencari kebenaran dengan menafsirkan makna atas gejala yang ada. • Interprestasi atau penafsiran tersebut berlangsung dalam suatu konteks tradisi. Implikasinya adalah bahwa ilmuwan sosial atau interpretator harus telah memiliki prapemahaman atas objek ketika ia mengkaji objek tersebut, sehingga tidak mungkin untuk memulai dengan sebuah pemikiran netral FENOMENOLOGIK HERMENEUTIK Analitik Holistik Sintetik Nomotetik Ideografik Interpretatik Dedukatif Induktif Sinkretik Laboratorik Empirik Empatik Pembuktian dengan logika Pengukuhan pengalaman Penafsiran tak memihak Kebenaran universal Kebenaran bersifat unik Kebenaran yang diterima Bebas nilai Tidak bebas nilai Tidak bebas nilai POSITIVISTIK FENOMENOLOGIK SUMBER: Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005 menganggap bahwa pengalaman bukanlah merupakan suatu dunia eksternal yang bersifat objektif. Pengalaman bukan sekedar lama waktu seseorang berinteraksi dengan lingkungannya, melainkan pelajaran yang diperoleh dalam rentangan waktu tertentu. Untuk memahami pengalaman itu digunakan pemikiran, perasaan, tanggapan, dan berbagai ungkapan psikologis atau mental lain. Gejala yang diamati dari suatu pengalaman perlu dibandingkan dengan pengalaman lain agar halhal yang esensial dari berbagai pengalaman itu dapat dipahami. Hal-hal yang esensial tersebut selanjutnya perlu digabungkan dengan hasil pengalaman lain, sehingga dapat diidentifikasi kesamaan yang bersifat hakiki. Paradigma fenomenologik ini justru menggunakan akal sehat (common sense) yang oleh penganut positivistik dianggap tidak/kurang ilmiah. Akal sehat ini mengandung makna yang diberikan seseorang dalam menghadapi pengalaman dan kehidupannnya sehari-hari. Jadi tidak semata-mata didasarkan pada data atau informasi yang diperoleh melalui penginderaan. Dalam paradigma ini suatu kebenaran ilmiah tidak dimulai dengan adanya sejumlah teori yang mendasari, namun secara induktif mengakumulasikan pengalaman khusus menjadi umum, atau yang konkrit menjadi abstrak, dan bahkan kemudian bahkan mengukuhkan pengalaman itu menjadi teori (teori membumi = grounded theory) yang bersifat holistik (meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan pengalaman yang bersangkutan) • Kebenaran ilmiah • menurut paradigma ini tidak bersifat nomotetik melainkan bersifat ideografik, • yaitu mengungkap secara naratif dengan memberikan uraian rinci mengenai • hakekat suatu objek atau konsep. Kebenaran itu juga bersifat unik dan hanya • dapat ditransfer bila kondisi dan situasinya sama atau tidak berbeda. Kebenaran • ini sarat dengan nilai (value loaded). FILSAFAT HERMENEUTIK Filsafat hermeneutik dikembangkan oleh filosof Jerman Wilhelm Dilthey (Bleicher, 2003: 17; Eichelberger, 1998: 7), dalam usaha mencari kebenaran dengan menafsirkan makna atas gejala yang ada. Sejarawan akan menafsirkan legenda, artefak atau berbagai naskah kuno berdasarkan perspektif terkini. Seorang ahli tafsir agama akan berusaha menelaah ayat-ayat dari kitab suci dan memberikan makna berdasarkan kondisi yang berkembang sekarang. Sedangkan seorang ahli hukum akan menafsirkan pasal dan ayat dalam kitab hukum dan jurisprudensi dengan mempertimbangkan azas keadilan dan/atau manfaat. Interprestasi atau penafsiran tersebut berlangsung dalam suatu konteks tradisi. Implikasinya adalah bahwa ilmuwan sosial atau interpretator harus telah memiliki pra-pemahaman atas objek ketika ia mengkaji objek tersebut, sehingga tidak mungkin untuk memulai dengan sebuah pemikiran netral (Bleicher, 2003: ix). Pengkajian atas objek itu harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, mendalam, teliti dan tepat agar dapat diterima oleh orang lain yang melakukan pengkajian yang sama, dan kemudian dapat digabungkan menjadi bangunan pengetahuan. Pendekatan hermeneutik ini pada awalnya banyak digunakan oleh para agamawan, sejarawan dan ahli hukum. Mereka ini menafsikan apa yang ada dalam naskah (kitab suci, artefak atau kitab undang-undang) sesuai masalah yang dihadapinya dengan membangun argumentasi sendiri. Paradigma hermeneutik, meskipun dapat dikatakan satu kategori dengan paradigma fenomenologik, mempunyai sejumlah ketentuan yang berbeda. Kebenaran ilmiah dalam paradigma ini tidak analitik maupun holistik, melainkan sintetik yaitu memadukan pendapat yang berlawanan (tesis dan antitesis). Kebenaran dinyatakan dalam bentuk interpretatik, yaitu penafsiran yang didasarkan pada keyakinan tertentu. Pendekatan yang dilakukan tidak berupa deduktif atau induktif, melainkan sinkretik, yaitu menggunakan berbagai pandangan dan praktek. Seorang pengacara dalam membela kliennya, tidak hanya menafsirkan hukum dari aspek legal saja (secara deduktif membangun kesimpulan dari kasus), melainkan berusaha memasukkan aspek moral, sosial dan politik, sehingga diharapkan dapat menjadi suatu keputusan jurisprudensi tersendiri. Data dan informasi yang dikumpulkan tidak dari latar laboratorik maupun empirik, melainkan dengan cara empatik yaitu data yang diperoleh dengan membangun kepedulian dengan adanya getaran yang bermakna. Kebenaran diperoleh melalui penafsiran yang tidak memihak, meskipun dilandasi oleh prasangka dan adanya pengetahuan awal. Setiap pengacara akan bertolak dari azas praduga tidak bersalah sebagai suatu kebenaran. Dia berlindung dibalik azas ini tanpa “kelihatan” memihak kepada klien yang dibelanya. Kebenaran yang diusahakan adalah kebenaran yang dapat diterima oleh mereka yang berkepentingan. Kebenaran ini tidak bersifat bebas nilai. PENGELOMPOKKAN TEORI DAN PARADIGMA PENELITIAN ILMU KOMUNIKASI TEORI / PENDEKATAN Theories of Message Theories of Disclosure Theories Sign and Language Interpersonal Communications Symbolic interactionism Social Judgement theory Cognitive Dissonance theory PARADIGMA KLASIK KONSTRUKTIVIS KRITIS √ √ √ √ √ √ (Iowa School) √ √ √ (Chicago School) √ Theories of experience and interpretation Theories of Receptions and Processing √ Group/Public/Organisational Communication Information system approach in Organisation Social Exchange theories Theories of Communication Network √ √ √ Mass Communication and Society Structural-Functionalism theories of mass media Agenda Setting theory Uses and Gratifications √ √ √ Political-economy theories of mass media Mass media and social construction of reality Media and cultural studies Theories of message production Theories of Mass Media and Persuasion, effectiveness of ads and communication program √ (liberal poitical economy √ √ √ √ (culturalsm/constructivism (Golding &Murdoch) √ instrumentalism & structuralism (Chomasky, Schudson) √ √ √ Apa itu teori?? Teori merupakan susunan • Dibuat oleh manusia • Ketika para akademisi menguji sesuatu yg ada di dunia, mereka membuat pilihan, • bagaimana mengelompokkan yg mereka amati. • Bagaimana menyebut konsep yg mereka fokuskan • Seberapa luas dan sempitkan fokus mereka. teori Mnrt Abraham Kaplan Stanley Deetz • Merepresentasikan beragam cara para pengamat melihat lingkungan sekitar mereka lebih dari kenyataan g dapat mereka tangkap. • Teori : cara utuk melihat fakta, menyusun dan menunjukkannya • Teori: sebuah cara untuk melihat dan memikirkan dunia Teori merupakan tafsiran, sehingga mempertanyakan kegunaan teori lebih bijaksana dari pada mempertanyakan kebenarannya. • Teori menyusun dan menyatukan pengetahuan yang sudah ada, sehingga kita tidak perlu memulai semua penelitian dari awal. Teori menawarkan satu cara untuk menangkap “kebenaran” dari sebuah fenomena, tetapi bukanlah satu-satunya cara untuk memandang fenoomena tersebut. Teori berisi seperangkat pelajaran utnuk membaca dunia dan bertindak di dalamnya. Sebuah teori mengatur bagaimana cara kita melakukan pendekatan terhadap dunia kita (JAMES ANDERSON) DIMENSI-DIMENSI TEORI ASUMSI FILOSOFIS PRINSIP DIMENSIDIMENSI TEORI PENJELASAN KONSEP Asumsi filosofis ONTOLOGI (TENTANG KEBERADAAN) EPISTEMOLOGI AKSIOLOGI (TENTANG NILAI) (TENTANG PENGETAHUAN) ASUMSI FILOSOFIS TEORI NOMOTETIK TEORI NOMOTETIK TUJUAN • SESUATU YG MELIHAT HUKUM UNIVERSAL ATAU UMUM • PENDEKATAN INI BERPENGARUH DLM IPA PERCOBAAN DAN CONTOH BAGI BANYAK PENELITIAN SOSIAL • UNTUK MENGGAMBARKAN DENGAN TEPAT CARA KEHIDUPAN SOSIAL BERJALAN • TEORI NOMOTETIK TDK MEBUAT PENILAIAN ATAU SOLUSI MENGENAI MASALAH, PARA ILMUAN HANYA MENGGAMBARKAN TENTANG SESUATU. GAGASAN KLASIK SEBUAH ILMU PENGETAHUAN TEORI Induksi Teori PENYIMPULAN HIPOTESIS Tindakan Metode & pengukuran OBSERVASI TEORI PRAKTIS DIRANCANG UNTUK • MENGUMPULKAN BANYAK PERPEDAAN ANTAR SITUASI DAN UNTUK MEMBERIKAN SEBUAH SUSUNAN PEMAHAMAN YANG MEMUNGKINKAN PENELITI MEMPERTIMBANGKAN RANGKAIAN ALTERNATIF • TINDAKAN UNTUK MENCAPAI TUJUAN.