MAKALAH MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF Di Susun Oleh : 1. Citra Aanisah Jahroo - 44316120038 2. Indra Yogista - 44316120028 3. Melina Triani - 44316120037 4. Silvia Rahmadhani - 44316120017 BIDANG ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA September 2019 DAFTAR ISI DAFTAR ISI.............................................................................................................................. i BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1 1.2 Rumusan masalah ........................................................................................................ 3 1.3 Tujuan makalah ........................................................................................................... 3 BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 5 A. PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF ............................................................... 5 B. PARADIGMA PENELITIAN KUANTITATIF .......................................................... 10 BAB III.................................................................................................................................... 13 KESIMPULAN............. ......................................................................................................... 13 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 14 i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang A. PARADIGMA Istilah paradigma tergolong sangat jarang digunakan dalam percakapan yang kita lakukan sehari – hari. Meskipun begitu, kita tetap harus mengetahui makna / arti kata paradigma yang sebenarnya, sehingga ketika istilah ini digunakan, kita dapat mengetahui apa makna / artinya. Istilah paradigma (paradigm) sebagai konsep, pertama diperkenalkan oleh Thomas Kuns dalam bukunya The Structur of Scientific Revolution. Paradigma merupakan terminology kunci dalam model perkembangan ilmu pengetahuan yang diperkenalkan oleh khun. Selanjutnya kembali di populerkan oleh Robert Freidrischs. Dia adalah orang yang pertama kali merumuskan pengertian paradigma secara lebih jelas. Paradigma adalah seperangkat konsep yang berhubungan satu sama lain secara logis membentuk suatu kerangka pemikiran. Paradigma adalah suatu cara pandang mendasar atau cara kita melihat, memikirkan, memaknai,menyikapi serta memilih tindakan atas fenomena yang ada Pradigma berkaitan erat dengan prinsip – prinsi dasar yang menentukan berbagai macam pandangan manusia terhadap dunia sebagai bagian dari sistem bricoluer. Sebuah paradigma biasanya meliputi tiga elemen utama yaitu elemen metodologi, elemen epistemologi, dan elemen ontologi. Dengan menggunakan tiga elemen ini, manusia menggunakan paradigma untuk meraih berbagai macam pengetahuan mengenai dunia dan berbagai macam fenomena yang terjadi di dalamnya. Definisi dan Pengertian Paradigma Menurut Para Ahli Robert Freidrichs Menurut Robert Freidrichs, paradigma merupakan kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir seseorang sebagai titik tolak pandangannya sehingga terbentuk citra subjektif seseorang 1 terhadap ralita sehingga berujung pada ketentuan bagaimana cara untuk menangani realita tersebut. Thomas Kuhn Menurut Thomas Kuhn, pengertian paradigma adalah landasan berpikir atau pun konsep dasar yang digunakan / dianut sebagai model atau pun pola yang dimaksud para ilmuan dalam usahanya, dengan mengandalkan studi – studi keilmuan yang dilakukannya. C. J. Ritzer Menurut C. J. Ritzer, paradigma adalah pandangan mendasar para ilmuan mengenai apa yang menjadi pokok permasalahan yang seharusnya dipelajari oleh satu cabang ilmu pengetahuan tertentu. Guba Menurut Guba, pengertian paradigma adalah sekumpulan keyakinan dasar yang membimbing tindakan manusia.Secara etimologis, istilah paradigma pada dasarnya berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata “ “para” yang artinya di sebelah atau pun di samping, dan kata “diegma” yang artinya teladan, ideal, model, atau pun arketif. Sedangkan secara terminologis, istilah paradigma diartikan sebagai sebuah pandangan atau pun cara pandang yang digunakan untuk menilai dunia dan alam sekitarnya, yang merupakan gambaran atau pun perspektif umum berupa cara – cara untuk menjabarkan berbagai macam permasalahan dunia nyata yang sangat kompleks. B. PARADIGMA PENELITIAN Semua disiplin penelitian dilakukan dalam sebuah paradigma. Paradigma penelitian dipahami sebagai keyakinan dasar di mana teori akan di bangun, yang secara fundamental mempengaruhi bagaimana peneliti melihat dunia dan menentukan perspektif dan bentuk pemahaman tentang bagaimana hal-hal yang saling terkait (Ihwan Susila, 2015). Secara umum pendekatan penelitian atau sering juga disebut paradigma penelitian yang cukup dominan adalah paradigma penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Dari segi peristilahan para ahli nampak menggunakan istilah atau penamaan yang berbeda-beda meskipun mengacu pada hal yang sama. Secara konsep, paradigma adalah asumsi-asumsi dasar yang diyakini ilmuwan dan menentukan cara dia memandang gejala yang ditelaahnya. 2 Ia dapat meliputi kode etik, maupun pandangan dunia, yang mempengaruhi jalan pikiran dan perilaku ilmuwan dalam berolah ilmu (Sulaiman, 2018). Menurut Ritzer, paradigma membantu merumuskan tentang apa dan bagaimana persoalan harus dipelajari dan mesti dijawab (George Ritzer, 2009) Semua disiplin penelitian dilakukan dalam sebuah paradigma.Paradigma penelitian dipahami sebagai keyakinan dasar di mana teori akan di bangun, yang secara fundamental mempengaruhi bagaimana peneliti melihat dunia dan menentukan perspektif dan bentuk pemahaman tentang bagaimana hal-hal yang saling terkait (Ihwan Susila, 2015). Secara umum pendekatan penelitian atau sering juga disebut paradigma penelitian yang cukup dominan adalah paradigma penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Dari segi peristilahan para ahli nampak menggunakan istilah atau penamaan yang berbeda-beda meskipun mengacu pada hal yang sama. Secara konsep, paradigma adalah asumsi-asumsi dasar yang diyakini ilmuwan dan menentukan cara dia memandang gejala yang ditelaahnya. Ia dapat meliputi kode etik, maupun pandangan dunia, yang mempengaruhi jalan pikiran dan perilaku ilmuwan dalam berolah ilmu (Sulaiman, 2018). Menurut Ritzer, paradigma membantu merumuskan tentang apa dan bagaimana persoalan harus dipelajari dan mesti dijawab (George Ritzer, 2009) 1.2 Rumusan masalah A. PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF 1. Apakah yang dimaksud dengan paradigma penelitian kualitatif ? 2. Bagaimanakah konsep paradigma penelitian kualitatif ? B. PARADIGMA PENELITIAN KUANTITATIF 1. Apakah yang dimaksud dengan paradigma penelitian kuantitatif ? 2. Bagaimanakah konsep paradigma penelitian kualitatif ? 1.3 Tujuan makalah A. PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF 1. Mengetahui pengertian paradigma penelitian kualitatif 2. Mengetahui konsep paradigma penelitian kualitatif 3 B.PARADIGMA PENELITIAN KUANTITATIF 1. Mengetahui pengertian paradigma penelitian kualitatif 2. Mengetahui konsep paradigma penelitian kualitatif C. PERBEDAAN PENDEKATAN PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF Mengetahui perbedaan penedekatan penelitian kualitatif dan kuantitatif 4 BAB II PEMBAHASAN A. PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF 1). Definisi Paradigma Penelitian Kuantitatif Obyek dan masalah penelitian mempengaruhi pertimbangan-pertimbangan mengenai pendekatan, desain ataupun metode penelitian yang akan diterapkan. Tidak semua obyek dan masalah penelitian bisa didekati dengan pendekatan tunggal, sehingga diperlukan pemahaman pendekatan lain yang berbeda agar begitu obyek dan masalah yang akan diteliti tidak pas atau kurang sempurna dengan satu pendekatan maka pendekatan lain dapat digunakan, atau bahkan mungkin menggabungkannya. Penelitian kualitatif merupakan suatu model penelitian yang bersifat humanistik, dimana manusia dalam penelitian ini ditempatkan sebagai subyek utama dalam suatu peristiwa sosial. Dalam hal ini hakikat manusia sebagai subyek memiliki kebebasan berfikir dan menentukan pilihan atas dasar budaya dan sistem yang diyakini oleh masing-masing individu. Paradigma kualitatif meyakini bahwa dalam suatu sistem kemasyarakatan terdapat suatu ikatan yang menimbulkan keteraturan. Keteraturan ini terjadi secara alamiah, oleh karenanya tugas seorang peneliti sosial adalah mencari dan menemukan keteraturan itu. Menurut Sukmadinata Penelitian kualitatif bersifat induktif, peneliti membiarkan permasalahanpermasalahan muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk interpretasi. Data dihimpun dengan pengamatan yang seksama, mencakup deskripsi dalam konteks yang mendetail disertai catatancatatan hasil wawancara yang mendalam, serta hasil analisis dokumen dan catatancatatan. Dengan orientasi yang memiliki tujuan diatas, maka penelitian kualitatif memiliki paradigma sebagaimana yang diungkapkan Lincoln dan Guba yang dikutip Alwasilah (2008) yakni: 1. Natural setting (latar tempat dan waktu penelitian yang alamiah). 2. Humans as primary data-gathering instrumens (manusia atau peneliti sendiri sebagai instrumen pengumpul data primer). 3. Use of tacit knowledge (penggunaan pengetahuan yang tidak eksplisit). 5 4. Qualitative methods (metode kualitatif). 5. Purposive sampling (pemilihan sampel secara purposif). 6. Inductive data analysis (analisis data secara induktif atau bottom-up). 7. Grounded theory (teori dari dasar yang dilandaskan pada data secara terus menerus). 8. Emergent design (cetakbiru penelitian yang mencuat dengan sendirinya). 9. Negotiated outcomes (hasil penelitian yang disepakati oleh peneliti dan responden). 10. Case-study reporting modes (cara pelaporan penelitian gaya studi kasus). 11. Idiographic interpretation (tafsir idiografik atau kontekstual). 12. Tentative application of findings (penerapan tentatif dari hasil penelitian). 13. Focus determined boundaries (batas dan cakupan penelitian ditentukan oleh fokus penelitian). 14. Special criteria for trustwortginess (mengikuti kriteria khusus untuk menentukan keterpercayaan dan mutu penelitian). Ada dua pandangan besar dalam kegiatan penelitian yang menyangkut metode yaitu pandangan positivistik dan non positivistik. Dalam paham positivistik, segala sesuatu atau gejala itu dapat diukur secara positif atau pasti sehingga dapat dikuantifikasikan. Hal tersebut tidak hanya berlaku dalam ilmu alam saja, tetapi juga pada ilmu sosial. Dalam ilmu alam, paham positivistik tersebut tidak banyak menemui kendala karena objeknya adalah materi atau benda. Tetapi ketika diterapkan pada ilmu sosial, maka bukan saja sulit dilakukan, tetapi juga banyak ditentang oleh ilmuwan-ilmuwan sosial. Penganut paham positivistik tersebut berpendapat bahwa segala sesuatu itu tidak boleh melebihi fakta. Dalam paham nonpositivistik, kebenaran tidak hanya berhenti pada fakta, melainkan apa makna di balik fakta tersebut. Dalam ilmu sosial, di mana kajiannya adalah manusia bukannya benda, maka pandangannya lebih didominasi oleh pandangan non-positivistik. Dalam konsepsi ini, paham positivistik diidentifikasikan dengan kegiatan riset kuantitatif, sedangkan paham nonpositivistik diidentifikasikan sebagai kegiatan riset kualitatif. Namun demikian, perbedaan paham tersebut berdampak positif terutama dijadikan sebagai ajang dialog dalam rangka untuk mengembangkan keilmuan baik sosial maupun alam, untuk saling melengkapi kedua paradigma tersebut. Pada awal perkembangan riset kualitatif, terjadi pertentangan yang sangat tajam dengan riset kuantitatif, yang sebelumnya secara kuat telah menguasai kegiatan penelitian di segala bidang ilmu. Pada mulanya riset kualitatif dipandang sebagai kegiatan yang tidak bisa dipercaya dan dipandang tidak ilmiah. Perdebatan panjang dan saling menyerang telah terjadi dalam waktu 6 yang cukup lama. Dengan menunjukkan kekuatanya masing-masing, pertentangan tersebut telah berkembang dan mendudukkan posisi penelitian kualitatif menjadi berbeda, yaitu sebagai pendekatan yang diakui oleh sebagian besar pakar penelitian dan para ilmuan sebagai suatu alternatif metodologi penelitian yang bisa digunakan. Pada saat ini kedua paradigma penelitian tersebut telah dinyatakan sama kedudukannya, dan bahkan bisa saling membantu untuk memperkuat hasil penelitian. Penelitian kualitatif pada hakikatnya lebih menekankan pada penggunaan diri si peneliti sebagai instrumen. Lincoln dan Guba mengemukakan bahwa dalam pendekatan kualitatif peneliti seyogianya memanfaatkan diri sebagai instrumen, karena instrumen nonmanusia sulit digunakan secara luwes untuk menangkap berbagai realitas dan interaksi yang terjadi. Peneliti harus mampu mengungkap gejala sosial di lapangan dengan mengerahkan segenap fungsi inderawinya. Dengan demikian, peneliti harus dapat diterima oleh informan dan lingkungannya agar mampu mengungkap data yang tersembunyi melalui bahasa tutur, bahasa tubuh, perilaku maupun ungkapan-ungkapan yang berkembang dalam dunia dan lingkungan informan (Mohammad Mulyadi, 2011). 2). Pendekatan Dalam Penelitian Kualitatif Terdapat beberapa pendekatan berdasarkan penelitian kualitatif, antara lain: 2.1 Pendekatan Fenomenologi Menurut Bogdan dan Biklen peneliti dengan pendekatan fenomenologis berusaha memahami makna dari suatu peristiwa dan bagaimana peristiwa tersebut pengaruhya dengan manusia dalam kondisi dan situasi tertentu. Karakteristik lain dari pendekatan fenomenologis adalah sebagai berikut: Tidak berasumsi mengenai berbagai hal yang dianggap berarti bagi bagi manusia yang menjadi subjek penelitian. Memulai suatu penelitian dengan ketenangan berfikir guna mengungkap apa yang sedang diteliti. Melakukan penelitian secara mendalam sampai pada aspek subyektif perilaku manusia, sampai ke dalam dunia konseptual subjek sehingga mampu memahami makna bagaimana 7 dan apa yang terkonstruksi di sekitar peristiwa dalam kehidupannya sehari-hari dari mereka yang diteliti. Mempercayai adanya banyak cara dalam kehidupan manusia yang dapat digunakan untuk menafsirkan pengalaman dari setiap individu melalui interaksinya dengan orang lain yang akan menimbulkan makna atas pengalaman tersebut menjadi sebuah realita. Dalam pendekatan ini penelitian kualitatif menggunakan pendekatan yang mana peneliti menggunakan pandangan dari subjek yang ditelitinya. 2.2 Interaksi Simbolik Interaksi simbolik merupakan suatu kerangka fenomenologi yang lebih baik dan terjabarkan atas pokok-pokok pemikiran yang lebih kongkrit. Pokok – pokok pikiran pendekatan interaksi simbolik adalah sebagai berikut: Sesuai dengan dasar dan perspektif fenomenologis, dimana interaksi simbolis berasumsi bahwa pengalaman manusia dijembatani oleh pemaknaan terhadap suatu peristiwa yang dialami. Manusia bertindak bukan atas dasar reaksi atau respon atas suatu yang ditetapkan sebelumnya, melainkan merupakan interpretasi dan pendefisian yang hanya dapat diketahui jika peneliti terlibat dalam proses interprestasi dan pendefinisian tersebut melalui observasi partisipan. Interaksi bukan kegiatan yang terjadi begitu saja dan bukan pula kegiatan yang diataur sedemikian rupa. Interpretasi menjadi hal yang esensial dimana Interaksi simbolik menjadi paradigma yang menjelaskan secara konseptual. Teori dalam pendekatan ini bukanlah sebuah norma, aturan atau regulasi tertentu. Tetapi bagaimana teori ini dapat didefinisikan dan dan digunakan dalam situasi dan kondisi yang bersifat khusus. Pendekatan ini juga memandang susunan diri sebagai hal yang penting. 2.3 Etnometodologi Etnometodologi merupakan pendekatan yang lebih fokus pada bidang kajian yang diteliti atau subjek matter. Bidang kajian etnometodelogi bukanlah suatu masyarakat yang khusus pada peristiwa tertentu, melainkan orang-orang yang berada dalam berbagai situasi dan kondisi yang ada dalam masyarakat. 8 Etnometodologi membahas berbagai hal untuk mengarti bagaimana dan apa yang manusia kerjakan, bagaimana menusia melihat dan menelaskan suatu peristiwa, bagaimana mendeskripsikan berbagai urutan dan golongan serta bagaimana tata tertib mengatur manusia dalam dunia dan lingkungan serta sistem dimana manusia itu hidup. 3. Analisis dan Pengambilan Kesimpulan dalam Paradigma Kualitatif Terdapat beberapa cara untuk mengambil kesimpulan berdasarkan paradigma penelitian kualitatif, diantaranya: 3.1 Induksi analitis Induksi analitis adalah satu pendekatan analisis dan pengolahan data yang mengelompokan berbagai data tersebut ke dalam suatu konsep dan juga kategori tertentu. Dalam analisis ini data-data kualitatif dikelompokan berdasarkan atas suatu konsep dan kategori tertentu yang diperoleh berdasarkan data empiris dilapangan. Dimana data-data tersebut dijabarkan bukan dalam bentu numerik melainkan dalam bentuk deskripsi, yakni dengan cara merubah dan mengolah data ke formulasi tertentu berdasar teori yang digunakan sehingga menjadi sebuah deskripsi atas suatu peristiwa atau realitas sosial yang terjabarkan secara padat dan mudah dipahami. 3.2 Ekstrapolasi Ekstrapolasi merupakan cara analisis dan kesimpulan dengan cara melakukan simultan pada saat proses induksi analitis. Analisis pengambilan kesimpulan pada pendekatan ini dilakukan secara bertahap. Dalam hal ini mulai dari satu kasus ke kasus lainnya. Sehingga nantinya akan diperoleh sebuah benang merah yang akan merujuak pada suatu teori tertentu. Dari proses analisis tersebut akan diperoleh data akhir yang menunjukan suatu gejala atau peristiwa tertentu yang nantinya menjadi suatu kesimpulan. Data akhir tersebutlah yang nantinya menjadi sebuah kesimpulan dan dirumuskan serta dikaitkan dengan suatu pernyataan teoritis. 9 4. Manfaat Mempelajari Paradigma Penelitian Kualitatif Sebagai pembelajar dalam rumpun ilmu sosial wajib bagi kita untuk mengetaui paradigma penelitian kualitatif. Dimana paradigma penelitian kualitatif ini merupakan salah satu yang wajib dalam kita ketahui dalam rangka memperdalam keilmuan ilmu sosial. Hal ini disebabkan bahwasanya keilmuan sosial yang menjadikan manusia sebagai subjek utamanya memiliki suatu perkemangan yang dinamis sehingga arus diungkap melalui sebuah metode yang mampu menjawab berbagai persoalan yang terikat dengan kehidupan manusia tersebut. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengetahui secara mendalam bagaimana sebuah peristiwa terjadi dan berbagai hal yang terkait dari peristiwa sosial tersebut melalui sebuah metode yang menjadikan observasi dan pendapat subjek sebagai sumber utama sehingga mampu mengungkap sampai pada apa yang menjadi akar permasalahnya. Dimana dalam hal ini angka dalam pendekatan kuantitatif tidak mampu menjawab suatu peristiwa sosial dampai pada akar permasalahannya. B. PARADIGMA PENELITIAN KUANTITATIF 1). Definisi Paradigma Penelitian Kuantitatif Secara singkat, penelitian kuantitatif didefinisikan sebagai bentuk usaha pencatatan data hasil penelitian dalam bentuk jumlah tertentu. Hasil penelitian kuantitatif juga bisa dinyatakan dalam bentuk statistik atau pun angka angka. Secara luas, penelitian kuantitatif diartikan sebagai teknik penelitian ilmiah yang menggunakan metode statistik, yakni dengan mengumpulkkan, menyusun, meringkas dan mempresentasikan data hasil penelitian dalam bentuk angka atau statistik. Dari hasil penelitian ini, peneliti membuat kesimpulan dan keputusan yang logis. Penelitian kualitatif lebih mengutamakan pada proses dan persepsi atau makna sementara penelitian kuantitatif berfokus pada hasil penelitian yang berbentuk angka atau statistika. Penelitian kuantitatif memiliki prosedur dan kerangka acuan yang baku dan pasti sementara penelitian kualitatif lebih bersifat fleksibel mengikuti proses dari penelitian itu sendiri. 10 Paradigma penelitian kuantitatif sendiri memilki pendekatan khas yang patut untuk diperhatikan. Dengan memahami sifat dari penelitian kuantitatif, peneliti akan lebih mudah mengambil arah yang benar dalam menentukan topik penelitian, menyusun data, membuat analisis dan laporan penelitian. Berikut beberapa pendekatan penting dari penelitian kuantitatif. Memakai pola pemikiran deduktif, yakni rasional empiris atau top down approach. Pola ini artinya penelitian kuantitatif akan mencoba memahami fenomena atau kejadian dengan konsep atau teori yang umum terlebih dahulu untuk kemudian menjelaskan kejadian yang bersifat lebih khusus. Dalam penelitian kuantitatif, digunakan logika jenis positivistik. Dalam logika ini, artinya penelitian kuantitatif menghindari segala yang bersifat subjektif. Dalam penelitian kuantitatif pula telah ditentukan diawal tentang prosedur penelitian. Peneliti harus mengikuti prosedur sesuai dengan rencana awal penelitian. Penelitian kuantitatif memiliki tujuan untuk menyusun ilmu nomotetik. Ilmu ini memilki arti ilmu yang berusaha membuat hukum dari generalisasi hukum itu sendiri. Tidak hanya prosedur, hampir segala hal dalam penelitian kuantitatif harus sesuai dengan rencana awal penelitian. Hal hal tersebut antara lain subjek penelitian, data yang diambil, sumber data yang akan dikumpulkan dan alat yang dipakai untuk mengambil data. Peneliti harus konsisten dan disiplin terhadap hal hal tersebut. Pengumpulan data dalam penelitian kuantitatif dilakukan dengan melakukan pengukuran. Pengukuran ini sendiri harus menggunakan alat yang baku dan objektif, seperti yang telah disebutkan diatas. Seorang peneliti dalam penelitian kuantitatif harus menempatkan dirinya terpisah dari objek penelitian. Ini artinya, peneliti tidak boleh terlibat secara emosional dengan subjek penelitannya. Analisis data dalam penelitian kuantitatif harus dilakukan setelah seluruh data dapat dikumpulkan. Hasil penelitian kuantitatif adalah prediksi dan generalisasi terlepas dari konteks situasi dan waktu dilakukannya penelitian. 11 B.Penerapan Paradigma Penelitian Kuantitatif Salah satu metode yang digunakan dalam penelitian kuantitatif adalah metode deduktif. Metode ini sering digunakan dalam penelitian kuantitatif analitik. Menurut metode ini, teori ilmiah yang telah diketahui dan diterima kebenarannya oleh masyarakat luas boleh dijadikan suatu acuan untuk mencari kebenaran dalam penelitian selanjutnya. Dalam penerapan paradigma penelitian kuantitatif, peneliti harus mengerti benar metode penelitian yang digunakan dan cara mengaplikasikannya. Suriasumantri dalam bukunya Ilmu dalam Perspektif Moral, Sosial dan Politik menjelaskan secara umum tentang kerangka berpikir ilmiah yang bisa menjadi sarana penerapan paradigma penelitian kuantitatif. Berikut adalah langkah langkah penelitian kuantitatif dalam penerapannya: Melakukan perumusan masalah. Dalam hal ini peneliti harus membuat pertanyaan tentang objek empiris dengan batas batas yang jelas. Peneliti juga wajib mampu mengidentifikasi faktor faktor yang mempengaruhi objek penelitian. Membuat kerangka berpikir. Dalam menyusun hipotesis, peneliti harus mampu menjelaskan hubungan antara beberapa faktor yang membentuk permasalahan penelitian. Kerangka berpikir harus disusun dengan rasional yang didasarkan oleh premis ilmiah yang telah diketahui kebenarannya. Tidak lupa faktor faktor bersifat empiris yang berhubungan dengan permasalahan wajib dijadikan pertimbangan. Membuat rumusan hipotesis. Hipotesis adalah jawaban sementara atau dapat dikatakan dugaan terhadap pertanyaan yang diberikan di awal penelitian. Isi dari hipotesis ini adalah kesimpulan dari kerangka berpikir peneliti yang telah dikembangkan sebelumnya. Melakukan pengujian hipotesis. Uji hipotesis ini berupa pengumpulan data data berupa fakta yang berhubungan dengan hipotesis. Pengujian ini dilakukan untuk menunjukan apakah ada fakta yang mendukung hipotesis peneliti atau malah berbanding terbalik dengan hipotesis. Menarik kesimpulan. Pada bagian ini, peneliti akan menilai apakah hipotesis yang diajukan sebelumnya dapat ditolak atau diterima. Contoh prosedur penelitian kuantitatif diatas hanya merupakan sedikit penerapan dari paradigma penelitian kuantitatif. Terdapat banyak hal lain yang bisa dijadikan contoh dari paradigma penelitian kuantitatif. Yang harus diperhatikan, penelitian kuantitatif memiliki sifat dan prosedur yang tentunya berbeda dengan penelitian kualitatif atau penelitian lainnya. 12 BAB III KESIMPULAN Masing-masing paradigma metode penelitian kualitatif maupun metode penelitian kuantitatif mempunyai kelebihan dan juga kelemahan, sehingga untuk menentukan pendekatan atau paradigma yang akan digunakan dalam melakukan penelitian tergantung pada beberapa hal diantaranya: Jika ingin melakukan suatu penelitian yang lebih rinci yang menekankan pada aspek detail yang kritis dan menggunakan cara studi kasus, maka pendekatan yang sebaiknya dipakai adalah paradigma kualitatif. Jika penelitian yang dilakukan untuk mendapat kesimpulan umum dan hasil penelitian didasarkan pada pengujian secara empiris, maka sebaiknya digunakan paradigma kuantitatif. Jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang penerapannya luas dengan obyek penelitian yang banyak, maka paradigma kuantitaif yang lebih tepat. Dan jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang mendalam dan detail khusus untuk satu obyek penelitian saja, maka pendekatan naturalis lebih baik digunakan. 13 DAFTAR PUSTAKA Sogiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta, Bandung, 2015. Yusuf, MA. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group. Bakhri, dkk. 2014. Pendekatan Kualitatif Paradigma Epistomologi Teori dan Aplikasi (Makalah). Sorong: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri. 14