Seminar Nasional Ekonomi Islam “Dilema Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, Berdaulat Pangankah?” Farid Wadjdi (diolah dari berbagai sumber) • Point Materi : • Sejarah munculnya AEC 2015 • Konsep dan agenda besar politik ekonomi dibalik AEC 2015 (blueprint AEC 2015) • Ancaman AEC terhadap pangan indonesia (faktor-faktor apa saja, misalnya perdagangan bebas atau dilihat dari sudut pandang yang lain) • AEC memuluskan liberalisasi pangan • Dampak AEC terhadap kondisi pangan indonesia (gambaran kondisi bagaimana) dengan beberapa analisis misalnya: Indonesia memiliki keunggulan produk tersier seperti kreasi musik, dll namun untuk produk yang memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan masih kalah dengan thailand dalam hal produksi beras, dll sedangkan indonesia diprediksi oleh negara asean sebagai negara yang tidak memiliki keunggulan, selain unggul dalam hal konsumsi ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)/ (a) MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) Kerjasama ekonomi ASEAN mengarah kepada pembentukan komunitas ekonomi ASEAN sebagai suatu integrasi ekonomi kawasan ASEAN yang stabil, makmur dan berdaya saing tinggi. MEA yang akan diberlakukan pada Desember 2015, bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan pengembangan budaya. Overview – 8 August 1967 in Bangkok, Thailand, with the signing of the ASEAN Declaration (Bangkok Declaration) – Founding Fathers of ASEAN: 5 Foreign Ministers - Adam Malik (Indonesia), Narciso R. Ramos ( Philippines), Tun Abdul Razak (Malaysia), S. Rajaratnam (Singapore) and Thanat Khoman (Thailand) The Context: 1960s • Conflict: – – – – – Indonesia-Malaysia (Konfrontasi 1962-66), Philippines-Malaysia (over Sabah) Singapore secession from Malaysia Mindanao, Southern Thailand Thailand was brokering reconciliation among Indonesia, the Philippines and Malaysia • Poor • Communism – Cold War, arms race, proxy wars – Indochina War: Vietnam, Laos Cambodia – Burma: 1962 • Club of dictators: Marcos, Suharto, Thanom, Lee Kwan Yew, Abdul Rahman Regional Inter-governmental Organization 10 members 4.5million sq kms 570million people (growth1.5%) Latar Belakang Masyarakat Ekonomi Asean • perluasan dari integrasi ekonomi regional pembentukan AFTA tahun 1992. • Kerangka besar dari integrasi ekonomi regional dirumuskan pada ASEAN Summit tahun 1997 di Kuala Lumpur yang menghasilkan Visi ASEAN 2020 ASEAN Pasar Potensial & Sumber Tenaga Kerja Produktif Jumlah populasi ASEAN mencapai kurang lebih hingga 616 juta orang atau 8,6% dari total penduduk dunia. Pertumbuhan penduduk berusia produktif yang mencapai hingga 50,8%. Indonesia: Pada 2020 diprediksi terjadi peningkatan jumlah usia produktif (15-24 tahun) sebanyak 50-60% dari penduduk Indonesia. – BONUS DEMOGRAFI (Database IGJ diolah dari ASEAN Statistical, ILO Report 2014) ASEAN regionalism • 1976 – Bali Concord I – formally adopted political co-operation as part of ASEAN regular activities • 1992 – ASEAN Free Trade Agreement • 1997/98 – economic crisis – acceleration of economic integration initiatives – ASEAN Vision 2020 • 2003 - Bali Concord II – the launch of ASEAN Community by 2020 • 2005 – the launch of ASEAN Charter process • 2006/07 – the acceleration of ASEAN Community to 2015 • 2007 – ASEAN Charter drafting and the ASEAN Economic Community Blueprint • 2008 – ASEAN Charter ratification • 2009 ASEAN Political Community and Socio-Cultural Community Blueprints Visi ASEAN 2020, • Tercapainya suatu kawasan yang stabil, makmur, berdaya saing tinggi, dengan pertumbuhan ekonomi yang berimbang serta berkurangnya kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi. Hasil Asean Summit 2003 (Bali) • 3 (tiga) pilar guna merealisasikan visi ASEAN tersebut yaitu : • ASEAN Economic Community (AEC)-MEA • ASEAN Security Community • ASEAN Socio-Cultural Community. • menyepakati MEA paling lambat sudah terwujud pada 2020. • dalam ASEAN Summit pada bulan Januari 2007 telah disepakati untuk mempercepat pembentukan MEA dari 2020 menjadi 2015 ASEAN Community POLITICAL – SECURITY Blueprint •Rules based, shared norms and values • Cohesive, peaceful, stable, resilient with shared responsibility •Dynamic and Outward looking ECONOMIC Blueprint •Single Market and production base •Competitive economic region •Equitable Economic development •Integration into global economy SOCIOCULTURAL Blueprint •Human Development •Social Welfare and Protection •Social justice and rights •Environmental Sustainability •ASEAN Identity ASEAN Charter - One Vision, One Identity, One Caring and Sharing Community Empat Pilar MEA • Pertama, menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan pusat produksi. • Kedua, menjadi kawasan ekonomi yang kompetitif. • Ketiga, menciptakan pertumbuhan ekonomi yang seimbang • keempat adalah integrasi ke ekonomi global. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Tema Utama MEA: “Pasar Tunggal & Basis Produksi ASEAN”. Elemen-elemen utama di dalam konsep Pasar tunggal dan basis produksi ASEAN di dalam AEC adalah: free flow of goods; free flow of services; free flow of investment; freer flow of capital; and free flow of skilled labour. Overview of ASEAN Economic Community AEC characteristic objective To create a stable, prosperous and highly competitive ASEAN economic region Single Market and Production base Free flow of goods services, investment, and skilled labor Free flow of capital Characteristics of AEC Single Market and Production Base goods skilled labor service AEC capital invest ment Objectives of AEC Single market and production base Integration into the global economy AEC Blueprint Equitable economic development Competitive economic region Agenda besar MEA: 1. Efisiensi Supply Chain (tenaga kerja, sumber bahan baku, dan pasar) 2. Memfasilitasi Investasi langsung (Infrastruktur, perdagangan, dan industrialisasi). Kritik Mendasar MEA • Bagian Dari Agenda Kapitalisme Global • Pradigma Utama Kapitalisme Liberal • Liberalisasi Pasar dan Modal : Pasar Bebas, Perdagangan Bebas, Pasar Modal, Perbankan Ribawi , Persaingan Bebas (Free flow of goods; services; investment capital; skilled labour , Single Market and production base) • Pertumbuhan berbasis produksi (mengabaikan distribusi); Equitable Economic development, production base • Tunduk kepada Kapitalisme Global : (Integration into global economy) • Minimalisasi peran negara bahkan dalam sektor-sektor yang strategis : sumber daya alam, pertanian, perikanan • Privatisasi Pemilikan Umum Problem Kapitalisme Liberal Global • Eksploitasi Kekayaan Alam negara lemah yang kaya • Eksploitasi pasar negara lemah yang memiliki potensi pasar yang besar • Kesenjangan kaya dan miskin (kekayaan hanya dimiliki dan berputar disegelintir orang) • Kebijakan ekonomi yang menyengsarakan rakyat : pengurangan subsidi, tidak ada jaminan kebutuhan pokok, kesehatan, dan pendidikan untuk rakyat • Hancurnya usaha kecil rakyat akibat masuknya pemodal besar Agenda Dibalik Liberalisasi Ekonomi • liberalisasi perdagangan adalah alat negara-negara maju untuk membuka pasar untuk produk-produk manufaktur dan investasi negara-negara maju di negara-negara berkembang. • Kebijakan ini tidak hanya memperlemah perekonomian dalam negeri, akibat tidak bisa bersaingnya produk-produk dalam negeri dengan produk-produk impor, tetapi juga akan melarikan kekayaan negara-negara berkembang ke negara-negara maju (efek dependensia). • Negara-negara berkembang akan terus menjadi konsumen utama dari komoditas dan investasi negara-negara maju. Akibatnya, negara-negara berkembang semakin sulit membangun fondasi ekonomi yang tangguh, akibat ketergantungan yang besar terhadap negara-negara industri. • Dengan demikian, negara berkembang tidak akan pernah bergeser menjadi negara industri yang kuat dan berpengaruh. Kondisi Kita Menghadapi MEA • Kesiapan Kita • Data Sekretariat ASEAN : pada penilaian tahap ke-3 (2012-2013), Thailand menjadi negara yang paling siap menghadapi implementasi Pasar Tunggal ASEAN 2015, dengan tingkat kesiapan 84,6 persen, disusul Malaysia dan Laos (84,3 persen), Singapura (84 persen), dan Kamboja (82 persen). • skor kesiapan Indonesia adalah 81,3 persen, alias di urutan ke-6. Posisi Indonesia dalam perdagangan intraregional ASEAN saat ini juga belum optimal. • Total ekspor Indonesia ke negara-negara ASEAN masih di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand. • peringkat daya saing Indonesia sedang merosot. • Global Competitiveness Report 2011-2012 menunjukkan, daya saing Indonesia berada di peringkat 46, yakni di bawah Singapura, Malaysia, Brunei, dan Thailand. • untuk periode 2012-2013, peringkat Indonesia malah turun menjadi peringkat 50 dari 144 negara. Tetap di bawah Singapura yang berada di posisi 2, Malaysia (25), Brunei (28), dan Thailand (38). • Problem Sektor industri dalam negeri : gejolak upah minimum, kepastian hukum, praktik ekonomi biaya tinggi di pelabuhan maupun jalan raya, termasuk belum terjaminnya pasokan gas bagi industri manufaktur. • persoalan infrastruktur dan biaya logistik, yang saat ini mencapai 16 persen dari total biaya produksi. Padahal, normalnya maksimal 9-10 persen. • Produktivitas tenaga kerja Indonesia juga menjadi masalah. Dari 23 negara di Asia, produktivitas tenaga kerja Indonesia hanya menempati posisi ke-15. • Kualitas SDM masih belum optimal : Sekadar perbandingan, 87 persen angkatan kerja di Korea Selatan adalah lulusan perguruan tinggi, sedangkan di Indonesia hanya 12 persen yang lulusan perguruan tinggi. Problem Turunan Kapitalisme Global Untuk Indonesia • exploitation risk : sebagai negara yang kaya, kekayaan alam indonesia menjadi obyek ekspoloitasi perusahaan asing yang berbasis di Asean atau Dunia . • Pasar Indonesia juga menjadi target besar : total populasi ASEAN sebanyak 600 juta, penduduk Indonesia mencapai 250 juta. • Employment risk : sebagai negara yang memiliki SDM yang rendah, rakyat Indonesia akan menjadi buruh di negara sendiri sementara profesional asing membanjiri Indonesia • competition risk : banjir barang impor dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik membuat industri lokal kalah bersaing yang meningkatkan defisit neraca perdagangan bagi Negara Indonesia sendiri. • Indonesia berpotensi sekedar pemasok energi dan bahan baku bagi industrilasasi di kawasan ASEAN, sehingga manfaat yang diperoleh dari kekayaan sumber daya alam mininal. • Melebarnya defisit perdagangan jasa seiring peningkatan perdagangan barang. • masuknya investasi ke Indonesia dari dalam dan luar ASEAN • Kuatnya arus impor ke pasar Indonesia yang tidak diimbangi dengan kemampun ekspor Skema Liberalisasi Pertanian 12 Priority Integration Sectors – Liberalisasi barang, jasa, maupun investasi melalui penghapusan tariff (Tariff elimination), membuka keterlibatan private sektor, dan mendorong peningkatan investasi asing. (12 sektor prioritas yang akan diintegrasikan: Agro based products, Air Travel, Automotives, e-ASEAN, Electronics, Fisheries, Healthcare, Rubber-based products Textile and apparels, Tourism, Wood based products, Logistics.) ASEAN Cooperation on Food, Agriculture, and Forestry – Peningkatan produksi pangan melalui program ASEAN Integrated on Food Security (AIFS). Fokus strateginya melalui industrialisasi pangan dengan mendorong peningkatan investasi besar-besaran di sektor pangan dan pertanian. Ketahanan Pangan Indonesia • ketahanan pangan di Indonesia memiliki dua dimensi kepentingan • 1. bagaimana agar masyarakat dapat mengakses pangan dengan harga terjangkau • 2. di sisi lain bagaimana kesejahteraan petani dapat terlindungi. Fakta Ketahanan Pangan Kita • laporan Global Food Security Index (GFSI) yang diterbitkan the Economist (2013) Indonesia tercatat berada pada peringkat ke 66 dari 106 negara yang disurvei tentang keamanan pangannya. • kerawanan pangan masih dirasakan oleh 21 juta jiwa atau 9 % dari populasi. • ketergantungan Indonesia terhadap sejumlah komoditas pangan penting masih sangat tinggi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2012, total impor komoditas pangan seperti beras pada tahun tersebut yakni 1,8 juta ton dengan nilai 945,6 juta dolar AS, jagung 1,7 juta ton dengan nilai 501,9 juta dolar AS, kedelai 1,9 juta ton dengan nilai 1,2 miliar dolar AS, dan gandum 6,3 juta ton dengan nilai 2,3 miliar AS • Komoditi pangan lainnya seperti kedelai sekitar 70 persen kebutuhannya dipasok dari impor dengan jumlah 2 juta ton/ tahun (BPS 2011). Sekitar 90 % impor tersebut berasal dari Amerika Serikat • Rasio Lahan Pertanian Menurun : Bila dilihat dari sisi rasio luas lahan pertanian terhadap jumlah penduduk, menurut data FAO tahun 2004 kita hanya memiliki 354 m2/ kapita. Saat ini jumlah tersebut telah turun drastis mengingat maraknya konversi lahan pertanian. Sementara itu, Thailand dan Vietnam memiliki berturut-turut 5226 m2/ kapita dan 960 m2/ kapita. Saat ini petani kita rata-rata hanya mengelola 0.3 sampai 0.5 ha sawah. Jelas, bukan sebuah skala yang efisien untuk pertanian. • terdapat 7,5 juta ha tanah terlantar dimana 2,1 juta ha di antaranya layak untuk pertanian. • Produktivitas cendrung menurun : • kontribusi sektor pertanian, khususnya tanaman pangan, terhadap PDB tidak lagi besar, bahkan cenderung menurun sejak tahun 2011. Data BPS menyebutkan tahun 2011 kontribusi sektor pertanian terhadap PDB sebesar 14,70 persen dan mengalami penurunan hingga 14,43 persen pada 2013. Potensi Ancaman Terhadap Ketahanan dan Kedaulatan Pangan Indonesia • Orientasi bisnis (perdagangan) yang melalaikan pembangunan pertanian untuk ketahanan dan kedaulatan pangan • Serbuan produk-produk impor yang mematikan produksi dalam negeri • Serbuan perusahaan asing dengan modal besar yang mengeksploitasi kekayaan alam Menipisnya Ketersediaan Lahan Konversi lahan yang terjadi: •41,32 % untuk lahan perkebunan •28,73% untuk perumahan •4,82% untuk perkantoran/industri •16,60% lainnya Penguasaan Lahan Oleh Korporasi Terhitung sejak 2003-2013, Penguasaan lahan oleh korporasi (dengan luas 5.000-30.000 Ha) mengalami pertumbuhan sebesar 24,57%. Akan tetapi, pertumbuhan ini harus dibayar dengan hilangnya akses petani gurem dan kecil terhadap lahannya (luas lahan 0-5000) sebanyak 5.177.195. (Sumber: BPS, Sensus Pertanian 2013) Rendahnya Kualitas Hidup Petani Indonesia Penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) disepanjang tahun 2013 sebesar -3,71 point, dimana per Januari 2013 NTP berada pada level 105,67 dan pada Desember 2013 NTP telah berada pada level 101,96. Dari total 26,14 juta rumah tangga usaha pertanian di Indonesia, sebesar 55,33% atau 14,62 juta rumah tangga usaha tani merupakan petani gurem. Sejak 2003-2013 jumlah petani gurem yang kehilangan lahannya sebesar 53,75% atau sebesar 5,04 juta Rumah tangga petani. Penurunan jumlah tenaga kerja sektor pertanian sebesar 1,53 juta orang terhitung sejak Februari 2012-Februari 2014. (Potensi peningkatan angka pengangguran dan kemiskinan) Retail Asing Mengancam Pasar Tradisional • Share Perdagangan Di Indonesia (USDA, 2013) • 2007-2011 sebanyak 3000 pasar tradisional ditutup. Penyusutannya sebesar 8.1% tiap tahunnya.