V. 5.1. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kebijakan fiskal, kebijakan moneter dan keterbukaan perdagangan berdampak positif dan bersifat ekspansif dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi baik bagi seluruh negara di kawasan ASEAN+6 maupun kelompok negara-negara berkembang di kawasan ASEAN+6. Tetapi untuk kelompok negara maju di kawasan ASEAN+6 hanya kebijakan moneter dan keterbukaan ekonomi yang berdampak positif dan bersifat ekspansif dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi sedangkan kebijakan fiskal tidak berpengaruh. Kebijakan fiskal melalui peningkatan pengeluaran pemerintah relatif lebih cepat dibandingkan kebijakan moneter maupun keterbukaan perdagangan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang di kawasan ASEAN+6. Sedangkan kebijakan moneter melalui peningkatan jumlah uang beredar (M2) relatif lebih cepat daripada kebijakan fiskal maupun keterbukaan perdagangan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju kawasan ASEAN+6. 5.2. Saran Implementasi integrasi ekonomi ASEAN+6 memerlukan berbagai kajian ulang agar tidak menghasilkan integrasi yang cenderung memperbesar gap antara negara berkembang dan negara maju. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan dampak kebijakan fiskal, kebijakan moneter dan keterbukaan perdagangan. Sehingga tidak 86 dapat diterapkan kebijakan fiskal, kebijakan moneter maupun kebijakan perdagangan (ekspor-impor) yang sama terutama dalam menstimulasi pertumbuhan ekonomi. Negara berkembang di ASEAN+6 harus menunjukkan kinerja yang optimal apabila menginginkan integrasi ekonomi yang efektif dan efisien untuk pertumbuhan ekonomi. Negara berkembang harus bisa menyelaraskan perekonomiannya dengan perekonomian negara maju di ASEAN+6. Peranan pemerintah di negara berkembang masih memiliki pengaruh yang dominan. Kebijakan fiskal melalui pengeluaran pemerintah diharapkan dapat menstimulus pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran pemerintah dapat menstimulus perekonomian melalui peningkatan konsumsi dan investasi. Tentunya pengeluaran komponen tersebut harus dialokasikan kepada pengeluaran-pengeluaran yang bersifat produktif dan investasi. Dari sektor moneter pun dimana strategi yang lebih efektif untuk pertumbuhan ekonomi harus didahului oleh liberalisasi di pasar uang. Pertumbuhan jumlah uang beredar riil (M/P) yang cepat akan menyumbang pada pertumbuhan output agregat dan juga investasi. Liberalisasi di sektor keuangan memungkinkan terjadinya pembangunan dan pertumbuhan karena tingkat bunga yang tinggi akan mengakibatkan peningkatan tabungan dan alokasi modal yang lebih efisien. Negara maju dengan pendapatan tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah juga harus menjaga pertumbuhan ekonominya supaya berkelanjutan. Pertumbuhan ekonomi negara maju dapat meningkatkan dengan lebih meningkatkan sektor finansialnya dimana sektor swasta memiliki peranan yang dominan dalam menggerakkan perekonomian. Pemerintah tidak melakukan intervensi dalam perekonomian dan tetap menyerahkan perekonomian pada sistem pasar bebas, dan 87 pemerintah dapat meningkatkan fasilitas untuk pasar finansial yang lebih baik supaya dapat menarik investor-investor asing untuk menanamkan modalnya di negara-negara maju. Liberalisasi perdagangan terutama perdagangan bebas di kawasan ASEAN+6 mengingat semakin dekatnya pencapaian Masyarakat Ekonomi ASEAN menuntut negara-negara anggota lebih membuka arus perdagangannya baik secara bilateral maupun multilateral. Meski perdagangan bebas dapat menguntungkan bagi tiap negara yang terlibat, tapi terdapat asumsi yang mesti dipenuhi sebelum tujuan ini tercapai. Asumsi tersebut adalah adanya daya saing yang mumpuni antara pihakpihak yang berdagang. Bila salah satu pihak berdaya saing tinggi, sedangkan pihak lainnya kurang berdaya saing, maka akan terjadi ketimpangan. Peningkatan arus barang dan jasa hanya terjadi pada negara yang memiliki daya saing tinggi, sementara negara yang berdaya saing rendah, hanya menjadi konsumen atau pasar. Oleh karena itu, suatu negara yang memutuskan akan mengadakan perdagangan bebas harus terlebih dahulu memiliki daya saing yang tidak kalah dengan negara lain. Beberapa implikasi kebijakan dapat diterapkan oleh negara-negara ASEAN+6 sehingga mampu berkompetisi dengan baik di tingkat global dan memeproleh manfaat yang lebih besar dari keterbukaan perdagangan yang semakin nyata. Kebijakan-kebijakan tersebut adalah : mengembangkan industri-industri yang menyerap banyak tenaga kerja terutama di negara-negara berkembang yang memiliki jumlah tenaga kerja relatif melimpah seperti Indonesia, Philipina dan China. Namun tampaknya pemerintah tetap harus menaruh perhatian dalam melindungi industri domestik yang memang belum bisa bersaing. Langkah ini dilakukan dengan diadakannya penyesuaian tarif 88 pada produk-produk yang belum bisa bersaing, perbaikan infrastruktur, pengadaan regulasi yang mendukung aktivitas produksi, dan lain-lain. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah hendaknya menggunakan variabel lain dalam memproksi dari ketiga kebijakan yang diteliti misalnya untuk kebijakan fiskal dengan menggunakan variabel keseimbangan fiskal, rasio utang terhadap GDP, variabel tingkat suku bunga untuk dijadikan proksi kebijakan moneter. Dan diharapakan untuk penelitiannya selanjutnya jika ingin melakukan penelitian yang sama, karakteristik negara yang dijadikan penelitian harus benar-benar diperhatikan. Karena berdasarkan kajian dari berbagai literatur yang telah dilakukan menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda mengenai dampak ketiga kebijakan ini. Perbedaan hasil akhir akan timbul meskipun negara-negara tersebut sama-sama tergolong negara berkembang maupun negara maju. Sehingga diperlukannya kajian untuk lebih melihat pengaruhnya di masing-masing negara.