Buku Putih Sanitasi Kabupaten Lingga

advertisement
BAB II
GAMBARAN UMUM KABUPATEN LINGGA
2.1.
a.
Geografis, Kondisi Fisik dan Administratif
Kondisi Geografis
Kabupaten Lingga mempunyai luas wilayah daratan dan lautan mencapai 211.772 km2. Namun,
berdasarkan data eksisting luas wilayah Kabupaten Lingga sebesar 45.667,56 Km2 yang terdiri dari
luas daratan sebesar 2.235,48 Km2 (4,91%) dan lautan sebesar 43.432,08 Km2 (95,09%). Secara
administrasi, pemerintahan Kabupaten Lingga terdiri dari 9 (sembilan) kecamatan, yaitu
Kecamatan Singkep, Kecamatan Singkep Barat, Kecamatan Singkep Pesisir, Kecamatan Singkep
Selatan, Kecamatan Lingga, Kecamatan Lingga Utara, Kecamatan Selayar, Kecamatan Lingga
Timur, dan Kecamatan Senayang. Jumlah pulau yang terdapat di Kabupaten Lingga sebanyak 604
pulau dengan kondisi ± 571 belum berpenghuni.
Kabupaten Lingga terletak di antara 0° 00’ - 1° 00’ Lintang Selatan dan 103° 30’ - 105°00’ Bujur
Timur. Adapun batas wilayah Kabupaten Lingga antara lain:
1. Sebelah Utara
: Berbatasan dengan Kecamatan Galang Kota Batam
dan Kabupaten Bintan.
2. Sebelah Timur
: Berbatasan dengan Laut Natuna.
3. Sebelah Selatan
: Berbatasan dengan Laut Bangka dan Selat Berhala.
4. Sebelah Barat
: Berbatasan dengan Laut Indragiri (Provinsi Riau)
b.
Kondisi Fisik
Kondisi fisik dasar wilayah Kabupaten Lingga antara lain meliputi :

Kondisi Iklim dan Curah Hujan
Iklim di Kabupaten Lingga mempunyai sifat-sifat yaitu suhu rata-rata 26,8⁰ C; kelembaban relatif
rata-rata 84 %; Kecepatan angin rata-rata 5 Knot; tekanan udara rata-rata 1009,4 millibar; jumlah
curah hujan rata-rata 13,5mm/hari; Penyinaran matahari rata-rata 52 %. Kabupaten Lingga dialiri
oleh sungai-sungai yang menjadi potensi sumber air bagi pemenuhan kebutuhan air baik bagi
pertanian ataupun kegiatan yang lainnnya. Di Kabupaten Lingga mempunyai potensi air yang
surplus sepanjang tahun, dengan jumlah curah hujan yang berkisar antara 2000-3500 mm/thn
dengan kondisi air surplus maka potensi sumber daya air cukup besar yang dapat dimanfaatkan,
berikut merupakan uraian potensi ketersediaan air lahan:
POTENSI KETERSEDIAAN AIR LAHAN DI KABUPATEN LINGGA
Nama
Curah Hujan
Daerah
(mm/th)
Lingga
2600,7
Singkep
2600,7
Senayang
2600,7
 Sumber : Hasil Analisis, 2009
Air Tersedia
(mm)
64
82,2
62,7
Kondisi Air (mm/th)
Defisit
Surplus
0
968
0
968
0
968
Curah hujan tahunan di wilayah Kabupaten Lingga tergolong tinggi, yaitu 2.024,2 mm/tahun (<
2.000 mm/tahun) dengan hari hujan rata-rata sebanyak 194 hari/tahun. Berdasarkan Klasifikasi
Iklim Schmidt dan Ferguson (1951), terdapat 9 bulan basah (curah hujan >100 mm/bln), 1 bulan
kering (curah hujan < 60 mm/bln), dan 2 bulan lembab (curah hujan 60 - 100 mm/bulan).
Sedangkan berdasarkan Zona Agroklimat Oldeman et.al (1980), bulan basah (curah hujan >200
mm/bulan) dijumpai selama 4 bulan kering sebanyak 3 bulan (curah hujan <100 mm/bulan) dan
bulan lembab sebanyak 5 bulan (curah hujan 100 - 200 mm/bulan). Curah hujan bulanan minimum
terjadi bulan Januari sebesar 13,9 mm/bulan, sedangkan curah hujan bulanan maksimum terjadi
bulan Nopember sebesar 289,1 mm/bulan. Suhu udara rata-rata daerah kajian adalah berkisar
antara 26,3 – 27,7 ºC, dimana suhu udara rata-rata tertinggi terjadi pada bulan September,
sedangkan suhu udara rata-rata terendah terjadi pada bulan Maret. Suhu udara maksimum
berkisar antara 32,0 (Januari dan Maret) s/d 34,0 (Oktober), dengan rata-rata suhu maksimum
sebesar 33,0. Sedangkan suhu minimum berkisar 18,4 (Oktober) s/d 20,8 (Pebruari), dengan ratarata suhu minimum sebesar 20,0. Kelembaban udara relatif rata-rata adalah 83,6 %, dimana
kelembaban udara relatif terendah terjadi pada bulan Januari sebesar 80,0 %, sedangkan
kelembaban udara relatif tertinggi dijumpai pada bulan Desember sebesar 86,9 %.

Kondisi Topografi
Ketinggian di Kabupaten Lingga berkisar antara 0 – 1.272 m dpl, sebagian besar daerah di
Kabupaten Lingga adalah berbukit-bukit. Berdasarkan data dari Badan Pertanahan Nasional
(BPN), terdapat 73.947 Ha yang berupa daerah berbukit-bukit, sementara daerah datarnya hanya
sekitar 11.015 Ha. Pada dasarnya wilayah Kabupaten Lingga memiliki kemiringan yang ideal untuk
dikembangkan sebagai kawasan perkotaan, karena hampir mencapai 65 %, wilayah Kabupaten
Lingga berada dalam kemiringan 0 – 2 %, disusul oleh wilayah dengan kemiringan di atas 40 %
yaitu mencapai hampir 17 %.

Kondisi Geomorfologi
Berdasarkan bentuk bentang alam dan sudut lerengnya, daerah penyelidikan dapat dibagi menjadi
6 (enam) satuan morfologi, yaitu:
1)
Dataran
Merupakan daerah dataran aluvial sungai dengan kemiringan lereng medan antara 0-5%
(0-30), ketinggian wilayah antara 18 - 45 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang
termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi sangat rendah. Penyebaran
satuan ini adalah di bagian timur daerah pemetaan, yaitu sekitar Kecamatan Senayang,
Kecamatan Lingga Utara, dan sebagian di Kecamatan Singkep Barat.
2)
Perbukitan berelief halus
Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang halus dengan
kemiringan lereng medan 5-15% (3-80), ketinggian wilayah antara 45 - 144 meter di atas
permukaan laut. Pada daerah yang termasuk ke dalam satuan morfologi ini mempunyai
tingkat erosi rendah. Penyebaran satuan ini antara lain menempati daerah sebagian di
Kecamatan Singkep Barat dan Kecamatan Singkep.
3)
Perbukitan berelief sedang
Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang sedang dengan
kemiringan lereng medan 15 - 30% (8 - 170) dengan ketinggian wilayah 150 - 400 meter
di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan morfologi ini
mempunyai tingkat erosi rendah sampai menengah. Penyebaran satuan ini antara lain di
daerah sekitar sebagian di Kecamatan Singkep Barat dan Kecamatan Singkep serta
sebagian di Kecamatan Lingga.
4)
Perbukitan berelief agak kasar
Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang agak kasar dengan
kemiringan lereng 30 - 50% (17 - 270),dengan ketinggian wilayah 200 - 550 meter di atas
permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai
tingkat erosi menengah. Penyebaran satuan ini antara lain di daerah sekitar Kecamatan
Singkep, sebagian kecil di Kecamatan Singkep Barat, sebagian kecil di Kecamatan Lingga
dan Kecamatan Lingga Utara.
5)
Perbukitan berelief kasar
Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang kasar dengan
kemiringan lereng 50 - 70% (27 - 360),dengan ketinggian wilayah 225 - 644 meter di atas
permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai
tingkat erosi tinggi. Penyebaran satuan ini antara lain sebagian besar di Kecamatan
Lingga dan sebagian kecil di Kecamatan Lingga Utara serta sebagian kecil di sekitar
Kecamatan singkep.
6)
Perbukitan berelief sangat kasar sampai hampir tegak
Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang sangat kasar dengan
kemiringan lereng lebih besar dari 70% (>360), dengan ketinggian wilayah 262 - 815 meter
di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan morfologi ini
mempunyai tingkat erosi sangat tinggi, terutama erosi vertikalnya. Penyebaran satuan ini
antara lain terdapat di sekitar di Kecamatan Lingga dan sebagian kecil di Kecamatan
Lingga Utara serta sebagian kecil di sekitar Kecamatan Singkep.
Tabel 2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Lingga
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
NAMA DAS
Bakung
Cikasim
Daik
Jelutung
Kelumu
Keton
Langkap
Limas
Marok Tua
Mengkudung
Mentunda
Nerekeh
Pancur
Panggak Darat
Petengah
Resun
Selayar
Senayang
Serak
Sergang
Sungai Besar
Sungai Pinang
Tanda
Temiang
Pulau Pulau Kecil
AREA
73363135,21
111924542,8
92916742,26
32658062,87
71950250,28
70214656,85
81348311,37
146221490,1
54897668,53
59664261,19
43136342,12
29281574,63
37343629,86
19864149,01
24814291,94
54372550,9
103877730,6
40289778,76
82283607,45
293817791,2
78536805,83
65630224,27
185547016,2
41936846,26
41712180,21
PERIMETER
123726,5028
64150,89232
70399,90542
27704,46133
71950250,28
50723,18351
54951,39449
107717,3461
87721,36951
48495,45043
35607,37406
29801,35441
31873,10728
25306,82996
25058,37743
39338,56905
63432,56559
47651,07666
74073,71066
105552,9238
45747,23906
40943,34728
115668,9984
34680,41069
72658,06466
HA
7.336,31
11.192,45
9.291,67
3.265,81
7.195,03
7.021,47
8.134,83
14.622,15
5.489,77
5.966,43
4.313,63
2.928,16
3.734,36
1.986,41
2.481,43
5.437,26
10.387,77
4.028,98
8.228,36
29.381,78
7.853,68
6.563,02
18.554,70
4.193,68
4.171,22
c.
Kondisi Administratif
Berdasarkan Undang Undang No. 31 Tahun 2003, Kabupaten Lingga mempunyai luas
wilayah daratan dan lautan mencapai 211.772 km2. Namun, berdasarkan data eksisting
luas wilayah Kabupaten Lingga sebesar 45.667,56 Km2 yang terdiri dari luas daratan
sebesar 2.235,48 Km2 (4,91%) dan lautan sebesar 43.432,08 Km2 (95,09%). Secara
administrasi, pemerintahan Kabupaten Lingga terdiri dari 9 (sembilan) kecamatan, yaitu
Kecamatan Singkep, Kecamatan Singkep Barat, Kecamatan Singkep Pesisir, Kecamatan
Singkep Selatan, Kecamatan Lingga, Kecamatan Lingga Utara, Kecamatan Selayar,
Kecamatan Lingga Timur, dan Kecamatan Senayang. Jumlah pulau yang terdapat di
Kabupaten Lingga sebanyak 604 pulau dengan kondisi ± 571 belum berpenghuni.
Kecamatan dengan wilayah terluas adalah Kecamatan Senayang dengan luas wilayah
48730 Ha . Sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan Selayar dengan luas wilayah
4198 Ha.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2.2
Tabel 2.2 Nama, Luas Wilayah per-Kecamatan dan Jumlah Kelurahan/Desa
NO
NAMA KECAMATAN
1
LINGGA
2
3
LINGGA TIMUR
LINGGA UTARA
4
SINGKEP
5
6
7
SINGKEP PESISIR
SINGKEP SELATAN
SINGKEP BARAT
8
SENAYANG
9
JUMLAH
LUAS WILAYAH
KELURAHAN/DESA
SELAYAR
Total
Sumber : RTRW Kabupaten Lingga
1 Kelurahan / 10
Desa
6 Desa
1 Kelurahan / 11
Desa
3 Kelurahan / 3
Desa
6 Desa
3 Desa
1 Kelurahan / 14
Desa
1 Kelurahan / 18
Desa
4 Desa
82 Desa / Kel.
(HA)
44.101
13.871
30.182
13.453
9.562
15.096
45.202
48.730
4.198
224.395
Gambaran umum kondisi penggunaan lahan Kabupaten Lingga meliputi distribusi penggunaan
lahan, kondisi penggunaan lahan menurut jenisnya, kondisi penggunaan lahan kawasan
terbangun, penggunaan lahan kawasan non terbangun, dan penggunaan lahan menurut
fungsinya.
1.
DISTRIBUSI PENGGUNAAN LAHAN
Penggunaan lahan merupakan suatu cara atau metode bagaimana pemanfaatan ruang di
suatu wilayah yang akan digunakan berdasarkan potensi dan sumber daya alam yang
tersedia. Penggunaan lahan di suatu wilayah dapat dibagi menurut fungsi dan jenisnya.
Penggunaan lahan menurut fungsinya dapat dibagi menjadi 2 kawasan, yaitu: kawasan
terbangun (perumahan dan perkampungan, jasa perdagangan, jalan, dan industri) dan
kawasan non terbangun (sawah teknis dan sawah non teknis, tegalan atau ladang, kebun,
hutan, penggunaan tanah khusus dan lainnya seperti sungai, jalan).
2. KONDISI PENGGUNAAN LAHAN MENURUT JENISNYA
Salah satu aspek yang dikaji dalam melihat potensi fisik dasar adalah penggunaan lahan
eksisting pada suatu wilayah. Hal tersebut dikarenakan penggunaan lahan merupakan
gambaran dari pemanfaatan lahan yang terdapat di wilayah Kabupaten Lingga. Pengertian
dari masing‐masing jenis penggunaan lahan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pesawahan/sawah merupakan lahan pematang dengan ditunjang atau tidak
ditunjang oleh saluran irigasi, sering digenangi, ditanami padi atau tanaman
semusim lainnya.
b. Perkampungan merupakan lahan pemukiman (rumah tinggal, dan penggunaan
fasilitas lainnya, seperti pendidikan, pemerintahan dan lainnya) yang
berkelompok tetapi tersebar pada pusat‐pusat kota/desa maupun sepanjang
jalur jalan.
c. Tegalan/perkebunan merupakan lahan yang diusahakan untuk pengembangan
pertanian lahan kering yang diusahakan menetap dengan tanaman semusim
dengan tanaman keras sebagai batas persil dan tidak memiliki saluran irigasi.
d. Padang rumput merupakan lahan yang tanamannya merupakan padang rumput
dan kadang‐kadang hanya digunakan bagi kepentingan ternak, tetapi kadang
pula dimanfaatkan penduduk untuk menanam tanaman sebagai tanaman
sambilan.
e. Empang/kolam merupakan areal lahan yang tidak dapat dimanfaatkan
dikarenakan lahannya rusak.
f. Hutan merupakan lahan hutan yang berdasarkan ciri vegetasi dan status, serta
fungsinya dapat dibedakan dalam:
• Hutan lebat mempunyai ciri‐ciri tumbuhan dengan berbagai jenis pohon,
tingkat pertumbuhan maksimum, tajug rapat, semak belukar jarang didapati.
• Hutan belukar banyak ditumbuhi dengan tumbuhan berbatang kecil,
umumnya merupakan bekas daerah penebangan hutan, perladangan.
• Hutan sejenis dicirikan oleh dominasi satu jenis pohon dengan kriteria
dominasi 75% atau lebih.
• Perkebunan merupakan lahan yang ditanami dengan berbagai jenis
tanaman dan berumur panjang baik diusahakan oleh perkebunan besar
maupun perkebunan rakyat/kecil. Umumnya tanaman yang diusahakan
hanya satu jenis.
Penggunaan lainnya, dimana penggunaan ini termasuk penggunaan untuk jalan,
irigasi, riool, sungai, tanah yang tidak diusahakan, penggalian, industri, dan
peternakan serta pariwisata.
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pola penggunaan tersebut mengalami
pergeseran luasan jenis penggunaan sejalan dengan tuntutan perubahan kegiatan,
guna meningkatkan nilai tambah dari setiap jenis penggunaan lahan bersangkutan.
Kecenderungan perubahan penggunaan lahan yaitu dengan tumbuhnya beberapa
kawasan perumahan baru, kawasan/zona industri, persawahan, dan lainnya yang
akan menggeser jenis penggunaan kegiatan pertanian lahan basah dan pertanian
lahan kering.
LUAS PENGGUNAAN LAHAN KABUPATEN LINGGA
BERDASARKAN JENISNYA
TABEL 1.3
PENGGUNAAN LAHAN KABUPATEN LINGGA
a. Kondisi Penggunaan Lahan Kawasan Terbangun
a. Kondisi Penggunaan Lahan Kawasan Terbangun
Berdasarkan data penggunaan tanah di Kabupaten Lingga, luas pemanfaatan ruang
sebagai kawasan terbangun sudah mencapai 240,1 Km2. Pada penggunaan lahan
keseluruhan di Lingga, kawasan terbangun terbagi menjadi beberapa bagian.
Permukiman di Kabupaten Lingga memiliki luas 21,03 Km2 dari luas keseluruhan
wilayah Kabupaten Lingga. Perumahan ini dibedakan atas 2 macam utama, yaitu
permukiman (perumahan) yang dibangun oleh pengembang (developer) dan
permukiman (kampung) yang dibangun secara individu oleh masyarakat.
b. Penggunaan Lahan Menurut Fungsinya
Wilayah Kabupaten Lingga dapat juga dibagi menjadi 2 kawasan, yaitu: kawasan
lindung, yang berfungsi untuk melindungi kawasan Kabupaten Lingga; dan kawasan
budidaya, yang berfungsi untuk tempat pembudidayaan sumber daya yang ada di
wilayah Kabupaten Lingga.
1. Penggunaan Lahan Kawasan Lindung
Kawasan lindung atau kawasan yang berfungsi lindung yang direncanakan atau
ditetapkan dalam wilayah Kabupaten Lingga meliputi :
 Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya.
 Kawasan perlindungan kawasan sempadan pantai, kawasan sempadan
sungai dan sempadan mata air.
 Kawasan resapan air.
2.
3.
Penggunaan Lahan Kawasan Budidaya Pertanian
Pada penggunaan lahan kawasan budidaya pertanian, kawasan ini terbagi
menjadi beberapa bagian‐bagian, antara lain: sawah, sawah tadah hujan,
tegalan/ladang, kebun campur, dan perkebunan/kebun.
• Sawah
Total penggunaan lahan persawahan di Kabupaten Lingga seluas 140,22
Km2 atau sekitar 27,26% dari luas penggunaan lahan di Kabupaten Lingga.
Sawah terluas ada di Kecamatan Senayang.
• Tanah Ladang dan Perkebunan
Termasuk dalam kelompok penggunaan lahan ini adalah Tanah ladang dan
Perkebunan, yang merupakan bagian dari pertanian lahan kering. Total luas
pertanian lahan kering tersebut adalah 816.01 Ha dari luas wilayah
Kabupaten Lingga, yang terdiri atas: Perkebunan sebesar 462.96 Ha dan
Tanah Ladang sebesar 353.05 Ha.
Penggunaan Lahan Kawasan Terbangun
Rencana kawasan budidaya ini terdiri atas 2 kelompok utama, yaitu kawasan
budidaya perkotaan dan kawasan budidaya pertanian (perdesaan). Dalam
kawasan budidaya perkotaan ini tercakup baik kawasan budidaya perkotaan yang
telah ada dewasa ini maupun kawasan budidaya transisi perkotaan, dalam arti
transisi dari karakter perdesaan menjadi karakter perkotaan. Prinsip penetapan
kawasan tersebut adalah berdasarkan dominasi fungsi atau kegiatan utama yang
ada dan yang akan dikembangkan pada kawasan tersebut.
a. Kawasan Pusat Kota (Central Bussiness District/CBD)
Kawasan Pusat Kota ini merupakan pusat utama bagi Kabupaten Lingga.
Kawasan Pusat Kota ini terletak di wilayah ibukota kecamatan yang telah
maju seperti Daik dan Dabo. Dalam kawasan pusat kota ini terdapat fungsi
atau kegiatan:
b.



Taman/ruang terbuka pusat kota;
Perniagaan/perbelanjaan;
Jasa‐jasa;


Fasilitas sosial/fasilitas umum;
Perumahan pusat kota (rumah‐toko/ruko).
 Institusi/fasum
Kegiatan‐kegiatan khusus
Kegiatan‐kegiatan khusus dalam hal ini adalah yang dapat diidentifikasi luas
pemanfaatan ruang/lahannya, yang meliputi:
 Komplek Batalyon Infantri/kawasan militer di Kecamatan Singkep.

Lapangan terbang di Kecamatan Singkep.

Komplek perkantoran di Kecamatan Lingga.
Peta 2.1. Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) di wilayah Kabupaten Lingga
Peta 2.2. Peta Administrasi Kabupaten Lingga
2.2. Kondisi Demografis
Pembahasan
kondisi
kependudukan
akan
berhubungan
langsung
dengan
masyarakat/penduduk. Peran serta penduduk dalam pembangunan wilayah mempunyai ikatan
yang cukup kuat sesuai dengan tempat tinggalnya. Karakteristik sosial yang dimaksud disini
adalah karakter dari masing-masing penduduk.
Pada tahun 2014 jumlah Penduduk Kabupaten Lingga yaitu 90.651 jiwa. Jumlah penduduk
terbesar terdapat pada Kecamatan Singkep Barat yaitu 26.760 jiwa dan yang terkecil terdapat
pada Kecamatan Selayar yaitu 3.506 jiwa. Gambaran tentang jumlah dan kepadatan penduduk di
wilayah Kabupaten Lingga dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 2.3.
Tabel 2.3.Jumlah dan kepadatan penduduk Kabupaten Lingga kurun waktu 5 tahun terakhir
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk
2009
2010
2011
Jumlah KK
2012
2013
2009
2010
2011
Tingkat pertumbuhan
2012
2013
1
Lingga
16.637
16.651
16.651
9.969
10.207
4.955
5.298
5.298
5.298
5.728
2
Lingga Utara
10.445
9.701
9.701
10.240
10.186
3.191
3.323
3.323
3.323
3.488
3
Singkep
28.106
26.647
26.647
26.761
26.760
8.808
8.295
8.295
8.295
10.189
4
Singkep Barat
15.255
14.552
14.552
15.024
14.802
4.803
5.076
5.076
5.076
5.536
5
Senayang
6
19.646
19.702
Singkep Pesisir
4.699
7
Singkep Selatan
8
Lingga Timur
9
Selayar
Total
19.239
89.682
18.693
86.244
18.693
86.244
5.700
6.206
4.699
1.159
1.559
6.546
6.546
2.556
2.556
4.025
4.025
1.237
1.237
3.506
3.506
1.106
1.106
100.416
100.433
34.780
34.780
Sumber : Kab. Lingga dalam Angka 2009 -2013
5.762
27.519
5.700
28.322
5.700
28.322
Kepadatan pendududk (km2)
2009
2010
2011
2012
2013
N/A
N/A
N/A
N/A
N/A
N/A
N/A
N/A
N/A
N/A
N/A
N/A
N/A
N/A
N/A
N/A
N/A
N/A
N/A
N/A
N/A
N/A
N/A
N/A
N/A
2009
2010
2011
2012
2013
16.637
16.651
16.651
17.500
17.729
10.445
9.701
9.701
10.195
10.186
28.106
26.647
26.647
28.006
28.005
15.294
15.432
15.255
14.552
14.552
19.293
18.693
18.693
19.646
19.702
89.682
86.244
86.244
90.641
91.702
Proyeksi penduduk adalah perhitungan jumlah penduduk dimasa yang akan datang
berdasarkan trend perkembangan penduduk tahun-tahun sebelumnya. Proyeksi penduduk dalam
penyusunan laporan ini direncanakan untuk jangka waktu 5 tahun ke depan yaitu tahun 20152019. Pada tahun 2014 jumlah penduduk Kabupaten Lingga sebesar 90.651 jiwa. Berikut adalah
proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Lingga antara tahun 2014– 2019, sebagai berikut :
Tabel 2.4. Jumlah dan kepadatan penduduk Kabupaten Lingga saat ini
serta proyeksinya untuk 5 tahun ke depan
NO
NAMA
KECAMATAN
2014
2015
2016
2017
2018
2019
1
Lingga
10.479
11.170
11.800
12.220
12.903
13.400
2
Lingga Utara
10.760
11.002
11.300
11.503
11.803
12.005
3
Singkep
26.760
26.998
27.400
27.980
28.207
28.700
4
Singkep Barat
14.998
15.109
15.340
15.501
15.690
16.500
5
Senayang
20.100
20.500
20.870
21.004
21.203
6
Singkep Pesisir
19.989
4.699
4.801
4.970
5.004
5.150
5.430
7
Singkep Selatan
6.546
6.770
6.998
7.201
7.500
7.604
8
Lingga Timur
4.025
4.222
4.409
4.510
4.640
4.800
9
Selayar
Total
3.506
3.590
3.700
3.998
4.081
4.190
90.651
92.762
95.417
97.787
99.978
102.832
Sumber : Hasil Analisa Pokja
2.3. Keuangan dan Perekonomian Daerah
Jumlah total pendapatan dalam APBD Kabupaten Lingga dari tahun ke tahun terus meningkat.. Kondisi keuangan dan perekonomian Kabupaten lingga
secara lengkap dapat dilihat dalam table 2.5. di bawah ini.
Tabel 2.5. Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Lingga Tahun 2009 - 2013
No
A
Realisasi Anggaran
2010
2011
2012
2013
9.300.000.000
11.160.000.000
12.500.000.000
17.500.000.000
20.000.000.000
2 Dana Perimbangan (Transfer)
352.166.151.084
358.394.925.382,82
457.024.137.961
526.032.434.000
663.205.614.693
3 Lain-lain Pendapatan yang sah
32.000.000.000
65.210.504.245
107.411.135.069
94.500.540.551
77.171.660.706
393.466.151.084 434.765.429.627,82 576.935.273.030
638.032.974.551
760.377.275,399
Jumlah Pendapatan (Jumlah I)
C
2009
Rata2
Pendapatan()
1 Pendapatan Asli Daerah (PAD)
B
Tahun
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
Daerah Tahun Sebelumnya
1 Penerimaan Pembiayaan
255.977.893.403,50
177.653.211.694
179,351,018,039
84.522.933.711
105.336.567.924,03
2 Pengeluaran Pembiayaan
3.675.000.000
5.500.000.000
8.675.000.000
1.315.000.000
8.193.986.220
Jumlah SILPA (Jumlah II)
252.302.893.403,50
172.153.211.694 170.676.018.039
83.207.933.711
97.142.581.704,03
Jumlah I + Jumlah II
645.769.044.487,50 606.918.641.321,82 747.611.291.069
721.240.908.262
857.519.857103,03
Belanja
1 Belanja Tidak Langsung
180.483.574.673,56
201.360.857.428,94
262.540.295274
260.893.344.064
297.665.323.544,13
2 Belanja Langsung
465.285.469.813,94
405.557.783.892,88
485.070.995.822
460.347.564.198
559.854.533.558,9
Jumlah Belanja
645.769.044.487,50
.606.918.641.321,8 747.611.291.069
721.240.908.262
857.519.857103,03
Pertumbuhan
No
Realisasi Anggaran
Surplus/Defisit Anggaran
Tahun
2009
2010
0
Rata2
2011
0
2012
0
2013
0
Pertumbuhan
0
Sumber : Peraturan Dearah Kabupaten Lingga Nomor 08 Tahun 2010 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2010
Peraturan Bupati Lingga Nomor 35 Tahun 2012 tentang Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Angga ran 2012
Peraturan Bupati Lingga Nomor 26 Tahun 2013 tentang Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013
Dalam lima tahun terakhir anggaran sanitasi dalam APBD Kabupaten Lingga bergerak stagna. Namu nilai ini tentunya masih jauh dari ideal untuk
pembangunan sanitasi yang layak. Secara lengkap, kondisi anggaran sanitasi per kapitan dapat dilihat pada table di bawah ini.
Tabel 2.6. Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi seluruh SKPD Kabupaten Lingga Tahun 2009 – 2013
No
1
2010
2011
2012
2013
2014
PU
1.a
Investasi
1.b
Operasional/Pemeliharaan (OM)
2
Tahun
Uraian
5.580.000.000
8.508.983.508
43.200.000
7.313.921.582
1.583.502.500
2.287.674.000
470.130.000
LH
2.a
Investasi
2.b
Operasional/Pemeliharaan (OM)
3
DINKES
3.a
Investasi
3.b
Operasional/Pemeliharaan (OM)
196.000.000
508.600.000
-
104.200.000
269.500.000
95.000.000
-
57.840.000
218.220.000
227.440.000
227.440.000
60.000.000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5.800.200.000
8.974.483.508
2.405.322.500
2.558.314.000
8.069.331.582
465.285.469.813,94
405.557.783.892,88
485.070.995.822
460.347.564.198
559.854.533.558
1,25%
2,21%
0,50%
0,56%
1,44%
Belanja APBD murni untuk Sanitasi
(1+2+3)
Total Belanja Langsung
56.000.000
% APBD murni terhadap Belanja
Langsung
Sumber : APBD Kab. Lingga Tahun 2009 – 2013, diolah
Tabel 2.7. Perhitungan Pendanaan Sanitasi Oleh APBD Kabupaten Lingga
Belanja (Rp)
No
1
1.a
1.b
1.c
2
2.a
2.b
2.c
3
3.1
3.b
3.c
Sub Sektor
2010
2011
2012
2013
2014
Air Limbah
Pendanaan Investasi Air
Limbah
Pendanaan OM yang
dialokasikan dalam APBD
Perkiraan Biaya OM
Berdasarkan Infrastruktur
yang terbangun
Sampah
Pendanaan Investasi Air
Limbah
Pendanaan OM yang
dialokasikan dalam APBD
Perkiraan Biaya OM
Berdasarkan Infrastruktur
yang terbangun
Drainase
Pendanaan Investasi Air
Limbah
Pendanaan OM yang
dialokasikan dalam APBD
Perkiraan Biaya OM
Berdasarkan Infrastruktur
yang terbangun
4
Aspek PHBS
5
Belanja Sanitasi
6
Belanja Langsung APBD
5.000.000
405.557.783.892,88
485.070.995.822
460.347.564.198
559.854.533.558
5.000.000
RataRata
Pertumbuhan
7
8
9
Proporsi Belanja SanitasiBelanja Lagsung
Proporsi Belanja Air LimbahBelanja Sanitasi
Proporsi Belanja SampahBelanja Sanitasi
Sumber : APBD Kab Lingga tahun 2009 – 2013, diolah
Tabel 2.8. Belanja Sanitasi Perkapita Kabupaten Lingga
No
1
2010
2011
2012
2013
2014
5.800.200.000
8.974.483.508
2.405.322.500
2.558.314.000
405.557.783.892,88
485.070.995.822
460.347.564.198
559.854.533.558
2,21%
0,50%
0,56%
1,44%
Belanja Sanitasi
1.1
Air Limbah Domestik
1.2
Sampah Rumah Tangga
2
Drainase Perkotaan
2.1
DAK SanitasiInvestasi
2.2
DAK Lingkungan Hidup
2.3
DAK Perumahan dan Permukiman
3
Pinjaman Hibah Untuk Sanitasi
Bantuan Keuangan Provinsi Untuk
SanitasiO
4
Belanja Sanitasi (Rp)
Uraian
Belanja APBD murni untuk Sanitasi
Total Belanja Langsung
% APBD murni terhadap Belanja
Langsung
Sumber : APBD Kab. Lingga Tahun 2009 – 2013, diolah
Tabel 2.9. Belanja Sanitasi Perkapita Kabupaten Lingga
Tahun
No
1
2
Deskripsi
Total Belanja Sanitasi Kab. Lingga
Jumlah Penduduk
Sumber : APBD Kab. Lingga tahun 2009 – 2013, diolah
2010
2011
2012
2013
2014
5.800.200.000
8.974.483.508
2.405.322.500
2.558.314.000
8.069.331.582
89.682
86.244
86.244
100.416
100.433
Tabel 2.10. Realisasi dan Potensi Retribusi Sanitasi Perkapita Kab. Lingga
No
1
Uraian
Retribusi Aiir Limbah
1.a
Realisasi Retribusi
1.b
Potensi Retribusi
2
Retribusi Sampah
2.a
Realisasi Retribusi
2.b
Potensi Retribusi
3
Retribusi Drainase
3.a
Realisasi Retribusi
3.b
Potensi Retribusi
4
Total Realisasi Retribusi Sanitasi
5
Total Potensi Retribusi Sanitasi
Proporsi Total Realisasi – Potensi
Retribusi Sanitasi Realisasi
Retribusi
6
Sumber : APBD Kab. Lingga Tahun 2009 – 2013, diolah
Belanja Sanitasi (Rp)
2010
2011
2012
2013
2014
Untuk melihat angka pertembuhan ekonomi Kabupaten Lingga selama lima tahun terakhir, dapat
dilihat dari Produk Domestic Regional Brutto (PDRB). Dari tabel di bawah ini akan terihat wa pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Lingga. Hal ini mengindikasikan bahwa roda perekonomian di Kabupaten Lingga
bergerak dengan cepat. Secara lengkap, kondisi data perekonomian umum Kabupaten Lingga dalam lima
tahun terakhir dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.11. Tabel Peta Perekonomian Kabupaten LinggaTahun 2009 - 2013
No.
1
Tahun
Deskripsi
PDRB harga konstan
(struktur perekonomian Rp)
2
2009
2010
563.837.170.000,-
601.075.690.000.,-
640.979.280.000,-
683.665.080.000,-
-
6.010.000,-
6.370.000,-
6.460.000,-
6.860.000,-
-
6,63%
6,60,%
6,64%
6,66%
-
Pendapatan perkapita
Kabupaten (Rp)
3
Pertumbuhan Ekonomi (%)
2011
2012
2013
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Lingga Tahun 2013
PDRB Kabupaten Lingga Tahun 2013
2.4 Tata Ruang Wilayah
2.4.1
`
RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN LINGGA
Dasar perumusan struktur ruang di Kabupaten Lingga dilakukan dengan memperhatikan arahan rencana
struktur ruangnasional dan rencana struktur ruang provinsi serta kebutuhan pengembangan wilayah dan
pelayanan infrastruktur sesuai dengan persoalan yang harus diatasi dan potensi yang dapat dikembangkan
serta peluang pengembangan yang dapat diusahakan untuk menopang pengembangan perekonomian wilayah
sampai dengan akhir tahun perencanaan.
2.4.1.1 Rencana Struktur Ruang Dalam Sistem Nasional Dan Provinsi
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan kerangka tata ruang wilayah kabupaten yang
tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarki satu sama lain dihubungkan oleh sistem
jaringan prasarana wilayah kabupaten terutama jaringan transportasi.
Pusat kegiatan di wilayah kabupaten merupakan simpul pelayanan sosial ekonomi masyarakat di wilayah
kabupaten, yang dapat terdiri atas:
1.
PKN yang berada di wilayah kabupaten;
2.
PKW yang berada di wilayah kabupaten;
3.
PKL yang berada di wilayah kabupaten;
4.
PKSN yang berada di wilayah kabupaten; dan
5.
Pusat-pusat lain di dalam wilayah kabupaten yang wewenang penentuannya ada pada pemerintah
daerah kabupaten, yaitu:
a.
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yang memiliki skala pelayanan kegiatan skala kecamatan
atau beberapa desa; dan
b.
Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala antar desa.
Sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten meliputi sistem prasarana transportasi, energi,
telekomunikasi, dan sumber daya air yang mengintegrasikannya dan memberikan layanan bagi fungsi
kegiatan yang ada di wilayah kabupaten. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten berfungsi :
1.
Sebagai arahan pembentuk sistem pusat kegiatan wilayah kabupaten yang memberikan layanan
bagi kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan disekitarnya yang berada dalam wilayah
kabupaten; dan
2.
Sistem perletakan jaringan prasarana wilayah yang yang menunjang keterkaitannya serta
memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada dalam wilayah kabupaten, terutama pada pusatpusat kegiatan/perkotaan yang ada.
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan:
1.
Kebijakan dan strategi penataan ruangwilayah kabupaten, kebutuhan pengembangan dan pelayanan
wilayah kabupaten dalam rangka mendukung kegiatan sosial ekonomi;
2.
Daya dukung dan daya tampung wilayah kabupaten; dan
3.
Ketentuan peraturan perundang-undangan.
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria:
1.
Mengakomodasi rencana struktur ruang nasional,rencana struktur ruang wilayah provinsi, dan
memperhatikan rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan;
2.
Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah
kabupaten bersangkutan;
3.
Pusat-pusat permukiman yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten memenuhi ketentuan
sebagai berikut :
a.
Terdiri atas Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), serta pusat
kegiatan lain yang berhirarki lebih tinggi yang berada di wilayah kabupaten yang kewenangan
penentuannya ada pada pemerintah pusat dan pemerintah provinsi;
b.
Memuat penetapan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) serta Pusat Pelayanan Lingkungan
(PPL); dan
c.
Harus berhirarki dan tersebar secara proporsional di dalam ruang serta saling terkait menjadi
satu kesatuan sistem wilayah kabupaten.
4.
Dapat memuat pusat-pusat kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada angka 3 huruf a dengan
ketentuan sebagai berikut:
a.
Pusat kegiatan yang dipromosikan untuk dikemudian hari ditetapkan sebagai PKL promosi
(dengan notasi PKLp);
b.
Pusat kegiatan yang dapat dipromosikan menjadi PKLp hanya Pusat Pelayanan Kawasan
(PPK); dan
c.
Pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam huruf a harus ditetapkan sebagai kawasan
strategis kabupaten dan mengindikasikan program pembangunannya didalam arahan
pemanfataan ruangnya, agar pertumbuhannya dapat didorong untuk memenuhi kriteria PKL.
Sistem jaringan prasarana kabupaten dibentuk oleh sistem jaringan transportasi sebagai sistem
jaringan prasarana utama dan dilengkapi dengan sistem jaringan prasarana lainnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.4.1.2
Rencana Struktur Ruang Kabupaten Lingga
Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Lingga meliputi rencana sistem pusat kegiatan, dan rencana
sistem jaringan prasarana wilayah.Rencana pusat kegiatan terdiri dari sistem perkotaan dan sistem
perdesaan. Sedangkan sistem jaringan prasarana wilayah terdiri dari (i) Sistem prasarana utama yang
meliputi jaringan transportasi darat, laut dan udara; (ii) Sistem prasarana lainnya yang meliputi rencana
sistem jaringan energi, rencana sistem jaringan telekomunikasi, rencana sistem jaringan sumber daya
air, dan rencana sistem jaringan prasarana lainnya.

Rencana Sistem Perkotaan

Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Pengembangan Pusat Kegiatan Wilayah di Kabupaten Lingga dilakukan dengan merujuk pada
rencana sistem perkotaan nasional yang tertuang didalam RTRWN.Dalam sistem perkotaan
nasional Daik Lingga dan Dabo Pulau Singkep ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah
(PKW) tahap pengembangan ke II dengan mendorong pengembangan kota-kota sentra
produksi. Berkaitan dengan hal tersebut maka peran kedua kawasan perkotaan tersebut
diharapkan dapat berperan:
1.
Sebagai simpul kedua kegiatan ekspor–impor yang mendukung PKN di Batam;
2.
Sebagai pusat kegiatan industri dan jasa serta pusat pengolahan/pengumpulan barang di
wilayah kabupaten dan sekitarnya dan/atau melayani skala ProvinsiKepulauan Riau;
3.
Sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten di
sekitarnya.

Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
Pengembangan Pusat Kegiatan Lokal merujuk pada sistem perkotaan yang ditetapkan dalam
RTRW Provinsi Kepulauan Riau.Dalam sistem perkotaan wilayah Provinsi Kepulauan Riau,
Senayang dan Pancur (Lingga Utara)ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL).
Dengan demikian diharapkan kedua kawasan perkotaan tersebut dapat berperan sebagai:
1.
Pusat pelayanan keuangan beberapa kecamatan di wilayah Kabupaten Lingga.
2.
Pusat pengolahan/pengumpulan barang beberapa kecamatan di wilayah Kabupaten
Lingga.
3.
Simpul transportasi beberapa kecamatan di wilayah Kabupaten Lingga.
4.
Jasa pemerintahan beberapa kecamatan di wilayah Kabupaten Lingga.

Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
Untuk menetapkan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) di Kabupaten Lingga, hal-hal yang
mendasari antara lain :
1.
Mempertimbangkan arahan PKW dan PKL sebagaimana tersebut diatas, sehingga
penetapan PPK dapat mendukung pengembangan PKL maupun PKW yang sudah
ditetapkan dalam rencana sistem perkotaan Nasional maupun sistem perkotaan di tingkat
Provinsi.
Dengan memperhatikan arahan PKW dan PKL sebagaimana tertuang didalam RTRWN
dan RTRW Provinsi Kepulauan Riau, maka pengembangan Pusat Pelayanan Kawasan
diharapkan dapat mendukung pengembangan PKL di Senayang dan Pancur.Selain itu,
pengembangan PPK khususnya di Pulau Singkep dan Pulau Lingga, diharapkan dapat
menjadi pendukung pengembangan PKW di Dabo dan Daik.
2.
Potensi dan permasalahan pengembangan di setiap wilayah kecamatan di Kabupaten
Lingga.
Potensi pengembangan di setiap wilayah di Kabupaten Lingga adalah sebagai berikut:
a.
Daik (Kecamatan Lingga), merupakan pusat pengembangan dengan orientasi
kegiatan berupa pusat pemerintahan kabupaten, perdagangan, industri, perumahan
dan permukiman, pariwisata, pertanian, perkebunan, pendidikan, dan kawasan
lindung;
b.
Dabo (Kecamatan Singkep), merupakan pusat di bagian selatan dengan industri,
perdagangan, pertanian, kehutanan, pertambangan, simpul transportasi laut skala
nasional, pusat pelayanan transportasi udara skala regional, pariwisata, perumahan
dan permukiman sebagai orientasi pengembangan wilayahnya;
c.
Senayang, merupakan pusat di bagian utara dengan fokus pengembangan sektor
pariwisata, perumahan dan pemukiman, pertanian, perkebunan, perikanan dan
sebagai simpul pelayanan transportasi laut lokal;
d.
Lingga Utara, merupakan pusat dibagian tengah dengan fokus pengembangan
sektor pertanian, perikanan dan kelautan, Permukiman/perumahan,dan Simpul
pelayanan transportasi laut lokal sebagai orientasi pengembangan wilayahnya;
e.
Singkep Barat, merupakan pusat di bagian selatan dengan fokus pengembangan
sektor pariwisata, perkebunan, pertanian, perikanan, perumahan dan pemukiman
sebagai sektor andalannya.
3.
Issu strategis yang terkait dengan kesenjangan pengembangan wilayah di utara dan
wilayah selatan Kabupaten Lingga.
Kesenjangan pengembangan wilayah dan pelayanan sosial ekonomi dan budaya di
wilayah utara dan selatan Kabupaten Lingga (khususnya pada pulau-pulau kecil) menjadi
pertimbangan utama untuk mendorong pemerataan pelayanan pengembangan wilayah.
Namun, kondisi geografis berupa perairan yang memisahkan antara pulau-pulau kecil di
Kabupaten Lingga memerlukan penanganan yang terpadu dalam sistem aksesibilitas
yang menghubungkan antar Pusat Pelayanan Kawasan maupun Pusat Pelayanan
Lingkungan.
Berkaitan dengan beberapa hal tersebut diatas, maka Pusat Pelayanan
Kawasanmerupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
kecamatan atau beberapa desa dan juga mendukung pengembangan Pusat Kegiatan
Lokal direncanakan sebagai berikut:
1. PPK Pulau Rejai (Kecamatan Senayang)
Pengembangan Pulau Rejai diharapkan dapat menjadi pusat pertumbuhan di bagian
utara wilayah Kabupaten Lingga khususnya pada pusat pengembangan pulau-pulau
kecil yang berbasis pada kelautan (wisata bahari, perikanan, pertanian).
2.
PPK Sungai Tenam (Kecamatan Lingga)
Keberadaan pelabuhanSungai Tenam diharapkan dapat menjadi simpul transportasi
yang menghubungkan pulau-pulau kecil di bagian utara wilayah Kabupaten Lingga
dengan Pulau Lingga maupun Pulau Singkep. Dengan demikian, diharapkan pada
simpul transportasi tersebut tumbuh perkotaan yang dapat menjadi Pusat Pelayanan
Kawasan di wilayah sekitarnya yang berbasis pada pengembangan perdagangan
jasa, pergudangan industri maritim, dan pemukiman baru.
3.
PPK Marok Tua (Kecamatan Singkep Barat)
PengembanganMarok Tua sebagai Pusat Pelayanan Kawasan diharapkan dapat
memperkecil kesenjangan pengembangan wilayah barat dan wilayah timur Pulau
Singkep. Pengembangan Marok Tua diharapkan dapat mendorong tumbuhnya
kawasan dengan basis pengembangan sektor perkebunan, pertambangan, dan
perikanan. Selain itu, pengembangan Marok Tua juga dipersiapkan untuk mendorong
pengembangan transportasi ke Provinsi Jambi.
4.
PPK Sungai Pinang (Kecamatan Lingga Timur)
Pengembangan Sungai Pinang sebagai Pusat Pelayanan Kawasan diharapkan dapat
memperkecil
kesenjangan
pengembangan
wilayah
timur
Pulau
Lingga.
Pengembangan SungaiPinang diharapkan dapat mendorong tumbuhnya kawasan
dengan basis pengembangan sektor perkebunan dan perikanan.

Rencana Sistem Perdesaan
Rencana sistem perdesaan di wilayah Kabupaten Lingga merupakan penetapan Pusat Pelayanan
Lingkunganyang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.Pusat Pelayanan Lingkungan
(PPL) dikembangkan untuk mendukung pengembangan PPK yang ada di Kabupaten Lingga.
1.
Pusat Pelayanan Lingkungan yang mendukung pengembangan PPK Pulau Rejai adalah
sebagai berikut:
a.
PPL Cempa terletak di Kecamatan Senayang.
b.
PPL Tajur Biru (Pulau Temiang)terletak di Kecamatan Senayang.
c.
PPL Pulau Benan (pendukung pelayanan wisata) terletak di Kecamatan Senayang.
2.
Pusat Pelayanan Lingkungan yang akan dikembangkan untuk mendukung pengembangan
PPK Sungai Tenam adalah:
3.
a.
PPL Penarik terletak di Kecamatan Lingga.
b.
PPL Centeng (pelayanan wisata, agropolitan) terletak di Kecamatan Lingga Utara.
c.
PPL Penuba (pelayanan perikanan)terletak di Kecamatan Selayar.
Pusat Pelayanan Lingkungan yang akan dikembangkan untuk mendukung pengembangan
PPK Marok Tua adalah:
a.
PPL Kuala Raya terletak di Kecamatan Singkep Barat.
b.
PPL Jagoh terletak di Kecamatan Singkep Barat.
c.
PPL Resang terletak di Kecamatan Singkep Selatan.
d.
PPL Pulau Mas terletak di Kecamatan Singkep Barat.
e.
PPL Lanjut terletak di Kecamatan Singkep Pesisir.
Pusat Pelayanan Lingkungan yang akan dikembangkan untuk mendukung pengembangan PPK Sungai
Pinang adalah PPL Centeng di Kecamatan Lingga Utara
2.4.1.3
Rencana Sistem Jaringan Prasana Wilayah
A. Rencana Sistem prasarana Lainnya
1. Rencana Sistem Jaringan Energi
Pengembangan sistem penyediaan energi di Kabupaten Lingga meliputi jaringan minyak bumi dan
gas; jaringan transmisi tenaga listrik; dan pembangkit tenaga listrik. Pengembangan sistem penyediaan
energi di Kabupaten Lingga bertujuan:
a.
Menyediakan tenaga listrik yang terjamin keandalan dan kesinambungan penyediaannya dalan
rangka penunjang kegiatan di seluruh wilayah kabupaten Lingga.
b.
Melaksanakan pemanfaatan energi gas maupun minyak untuk kebutuhan rumah tangga,
industri,dan transportasi.

Rencana Jaringan Minyak Bumi dan Gas
Pengembangan penyediaan energi untuk transportasi, rumah tangga, dan industri bertujuan
untuk menyediakan bahan bakar bagi keperluan transportasi, rumah tangga, dan industri berupa
bahan bakar gas maupun minyak bumi. Pengembangan penyediaan energi untuk transportasi,
rumah tangga, dan industri meliputi :
1.
Penyediaan, pengamanan, dan pengembangan fasilitas depo pengisian Bahan Bakar
Minyak untuk keperluan rumah tangga, transportasi maupun industri yang akan melayani
seluruh wilayah kabupaten Lingga. Lokasi pengembangan depo pengisian bahan bakar
direncanakan terpadu dengan pengembangan Pelabuhan, hal ini disebabkan karena suplai
bahan bakar dilakukan dari laut dengan mempergunakan kapal. Dalam hal kerawanan
terhadap bencana maka perlu dikembangkan unit depo pengisian bahan bakar yang
terletak pada lokasi yang aman terhadap ancaman sebagai alternatif pengisian bahan
bakar apabila dalam kondisi darurat.
2.
Penyediaan stasiun pengisian bahan bakar minyak untuk keperluan transportasi
dialokasikan tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Lingga baik untuk transportasi darat
maupun transportasi laut dengan tetap mempertimbangkan faktor-faktor keamanan
lingkungan dan aksesibilitas yang akan diatur lebih lanjut didalam rencana yang lebih rinci.
3.
Pengembangan stasiun pengisian bahan bakar gas untuk keperluan rumah direncanakan
tersebar di setiap pusat pelayanan lingkungan.
Rencana fasilitas stasiun pengisian bahan bakar gas untuk kebutuhan rumah tangga akan
dikembangkan di Sungai Tenam (Kecamatan Lingga) dan Dabo (Kecamatan Singkep).
Sedangkan Rencana pengisian bahan bakar untuk transportasi akan dikembangkan di Dusun
Penarik Desa Kelumu (Kecamatan Lingga), Desa Sungai Buluh (Kecamatan Singkep Barat), dan
Pulau Sebangka (Kecamatan Senayang).

Rencana Jaringan Transmisi Tenaga Listrik
Dalam rangka meningkatkan pelayanan konsumen, maka usaha perluasan jaringan perlu
ditempuh.Perluasan jaringan distribusi (20 kV) dilakukan sesuai dengan penyebaran dan
pemusatan beban di wilayah Kabupaten Lingga.Untuk menjaga terjaminnya kontinuitas
pelayanan, maka lokasi tertentu perlu dibuat dengan sirkuit ganda. Hal ini dilakukan untuk
menghindari terjadinya pemadaman total bila terjadi gangguan pada jaringan antara pusat
pembangkit dengan gardu distribusi, atau penyaluran ke pusat-pusat beban yang sifatnya penting
yang mengalami kerugian secara ekonomis yang sangat berarti bila terjadi pemadaman listrik.
Parameter jaringan yang perlu diperhatikanadalah:
a. Tegangan
: mengikuti standar PLN (SPLN1), jatuh tegangan yang dijinkan adalah + 5%
dan –10% dari tegangan nominal.
b. Frekuensi
: kestabilan frekuensi perlu dipertahankan, mengingat ada beberapa
peralatan konsumen yang peka terhadap perubahan frekuensi. Untuk
Indonesia, frekuensi ditetapkan 50 Hz. Penyimpangan yang lazim diizinkan
adalah 3% selama 10 menit.
c. Faktor daya
: Yang
rendah
dan
ketidakseimbangan
beban
konsumen
akan
mengakibatkan pengaruh balik pada jaringan, seperti timbulnya kerugian
besar. Diusahakan faktor daya dipertahankan 0.8.
d. Beban
:
Keadaan beban dan pembebanan yang tidak seimbang akan berakibat
menurunnya fungsi jaringan serta usia peralatannya.
e. Keandalan
: Tingkat keandalan perlu dirumuskan sebelumnya. Kemudian pada saat
pengoperasian, dimonitor tingkat dan banyaknya gangguan, dievaluasi
berdasarkan tolok ukur tingkat keandalan yang diinginkan, dan bila perlu
dilakukan usaha penyempurnaan dan perbaikan sebagaimana mestinya.
Rencana pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik di wilayah Kabupaten Lingga
dikembangkan pada setiap pulau yang direncanakan untuk mengembangan permukiman.
Adapun rencana pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik meliputi:
a.
Pengembangan jaringan saluran udara transmisi dan distribusimeliputi:
1.
Pulau Lingga meliputi:
a) Kecamatan Lingga;
b) Kecamatan Lingga Timur; dan
c) Kecamatan Lingga Utara.
2.
Pulau Singkep meliputi:
a) Kecamatan Singkep;
b) Kecamatan Singkep Pesisir;
c) Kecamatan Singkep Selatan; dan
d) Kecamatan Singkep Barat.
b.
3.
Pulau Senayang Kecamatan Senayang.
4.
Pulau Sebangka Kecamatan Senayang.
5.
Pulau Benan Kecamatan Senayang.
6.
Pulau Selayar Kecamatan Selayar.
7.
Pulau Bakung Kecamatan Senayang.
8.
Pulau Cempa Kecamatan Senayang.
Pengembangan jaringan saluran bawah laut yang menghubungkan Pulau Lingga terletak di
Penarik Desa Kelumu Kecamatan Lingga dengan Pulau Singkep terletak di Desa Jagoh
Kecamatan Singkep Barat; dan
c.

Pengembangan gardu induk DesaJagoh Kecamatan Singkep Barat.
Rencana Pengembangan Pembangkit Tenaga Listrik
Kebutuhanlistrik di Kabupaten Lingga diperhitungkan berdasarkan kebutuhan listrik untuk rumah
tangga, sarana pelayanan umum, dan penerangan jalan. Berdasarkan hasil perhitungan
kebutuhan listrik sampai dengan tahun perencanaan 2031 adalah 162.368 kw yang meliputi listrik
untuk rumah tanggasebesar 116,170 KW, listrik untuk sarana pelayanan umum sebesar 29,043
KW dan listrik untuk penerangan jalan sebesar 17,426 KW.
Kondisi geografis Kabupaten Lingga yang berupa kepulauan menuntut perencanaan sistem
pembangkit listrik yang efisien. Kebutuhan listrik di pulau-pulau kecil untuk menunjang
pengembangan kegiatan yang direncanakan pada pulau tersebut akan dipenuhi dengan pola
pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
Berdasarkan perhitungan kebutuhan listrik sebagaimanatersebut diatas,maka untuk pembangkit
listrik direncanakan sebagai berikut:
1.
Pulau Lingga akan menggunakan PLTD dengan kapasitas 10 MW sejumlah 7 unit yang
akan ditempatkan di Desa Sungai Pinang,Kelurahan Daik, Desa Limbung, Sungai
TenamDesa Mentuda, Desa Penuba, Desa Kerandin, dan Kelurahan Pancur. Di Pulau
Lingga terdapat potensi sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan sistem
Pembangkit Tenaga Listrik Min Hidro(PLMNH) di Sungai Jelutungdengan kapasitas 1,5
Mw.
2.
Pulau Singkep diperlukan 10 unit PLTD dengan kapasitas masing-masing pembangkit 10
MW. yang akan ditempatkan di Kelurahan Dabo, Desa Marok tua, Desa Marok Kecil, dan
Desa Bakong. Selain itu, di Pulau Singkep (Desa Jagoh-Kecamatan Singkep Barat) juga
akan dikembangkan Pembangit Listrik Tenaga Gasifikasi Batubara (PLTGB) dengan
kapasitas 2 x 3 Mw.
3.
Pulau Sebangka diperlukan 3 unit PLTD dengan kapasitas masing-masing pembangkit 10
Mw yang akan ditempatkan di Pulau Senayang.
4.
Pada pulau-pulau kecil yang akan dikembangkan untuk kawasan permukiman dan wisata
yang meliputi Pulau Benan, Pulau Bakung, dan Pulau Cempa masing-masing akan dilayani
oleh 2 unit PLTD dengan kapasitas 5 Mw. Selain itu juga akan dikembangkan pembangkit
listrik alternatif tenaga surya dengan skala kecil untuk kebutuhan penerangan rumah
tangga, penerangan jalan, dan energi untuk menara telekomunikasi serta kebutuhan
kebutuhan skala
kecil lainnya.
2. Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi
Jaringan telepon adalah rangkaian perangkat/sekelompok alat telekomunikasi dan kelengkapannya
yang digunakan dalam rangka bertelekomunikasi. Sampai saat ini jaringan telepon sudah melayani
wilayah Kabupaten Lingga, namun kapasitas masih terbatas jumlahnya. Umumnya jaringan
telekomunikasi tersebut, terdapat pada fasilitas perkantoran, perdagangan, dan jasa serta sebagian
lingkungan perumahan.
Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi bertujuan:
1.
Untuk memberikan arah penyelenggaraan telekomunikasi sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku di samping kehandalan cakupan (coverage) frekuensi telekomunikasi
dengan tujuan meminimalkan jumlah menara telekomunikasi yang ada, dengan prioritas
mengarahkan pada penggunaan/dalam penggunaan/pengelolaannya maupun penggunaan
ruang, namun tetap menjamin kehandalan cakupan pemancaran, pengiriman dan atau
penerimaan telekomunikasi;
2.
Untuk menyediakan sarana telekomunikasi yang terjangkau masyarakat dan merata seluruh
wilayah kabupaten Lingga baik daratan maupun lautan; dan
3.
Mengembangkan sistem jaringan teknologi informasi yang terjangkau dan merata di seluruh
wilayah kabupaten.
Berkaitan tujuan pengembangan jaringan telekomunikasi maka rencana pengembangan jaringan
telekomunikasi adalah sebagai berikut:

Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Kabel
Pengembangan jaringan telepon kabel, harus dikembangkan secara bertahap dan ekonomis sesuai
dengan kebutuhan serta arah pengembangan wilayah terutama kawasan yang di tetapkan sebagai
pusat kegiatan wilayah (PKW) dan pusat kegiatan lokal (PKL) serta pusat pelayanan kawasan (PPK).
Pembangunan jaringan prasarana telekomunikasi kabel direncanakan yang mengikuti jaringan
cakupan pelayanan ke seluruh pusat pelayanan dan wilayah pengembangannya.Kebutuhan jaringan
telekomunikasi kabel direncanakan dengan acuan sebagai berikut:
 Rumah tangga
: 4 unit/100 penduduk
 Fas. sosial dan umum
: 3 % dari rumah tangga
 Telepon umum/ wartel
: 1 unit/3.000 jiwa
 Warnet
: 1 unit/12.000 jiwa
 Rumah kabel
: 1 unit/1.500 SST
 STO
: 1/20.000
Berdasarkan standar tersebut, maka pengembangan jaringan telepon di Kabupaten Lingga
direncanakan dengan mengembangkan STO serta Rumah Kabel (RK) guna meningkatkan kapasitas
sambungan telepon. Rencana kebutuhan telepon di Kabupaten Lingga tahun 2010 mencapai 3,808
sambungan dan 63 unit Rumah Kabel serta 5 Stasiun Otomat.
Pada tahun akhir perencanaan (tahun 2031) kebutuhan mencapai 6.936sambungan dengan
kebutuhan 116 Rumah Kabel dan 9 unit STO.
Untuk memenuhi kebutuhan jaringan telepon di Kabupaten Lingga, maka direncanakan
pengembangan jaringan kabel yang terdiri dari:
a.
Pengembangan jaringan yang menghubungkan PKW Daik - PKL Pancur - PPK Sungai Tenam PPL Centeng - PPL Penarik - PPK Sungai Pinang terletak di Pulau Lingga; dan
b.
Pengembangan jaringan yang menghubungkan PKW Dabo - PPK Marok Tua –PPL Resang PPL Kuala Raya - PPL Jagoh terletak di Pulau Singkep.

Pengembangan Sistem Jaringan Nirkabel
Mengembangkan sistem telekomunikasi satelit atau telekomunikasi nirkabel (selular) melalui
pembangunan BTS dikembangkan untuk dapat melayani seluruh wilayah kabupaten lingga baik
daratan maupun perairan dengan memperhatikan tingkat kepadatan bangunan dan tingat kepadatan
jasa telekomunikasi.
Pengembangan jaringan telekomunikasi di pulau-pulau kecil akan dikembangkan dengan jaringan
telepon nirkabel melalui pengembangan menara BTS yang tersebar dan menjangkau seluruh wilayah
Kabupaten Lingga.Rencana pengembangan BTS di Kabupaten Lingga adalah sebagai berikut:
1.
Pengembangan BTS di Kecamatan Lingga meliputi Daik sebanyak 3 (tiga) BTS, Musai
sebanyak 2 (dua) BTS, Panggak Darat sebanyak 2 (dua) BTS, Mepar sebanyak 2 (dua) BTS,
Mentuda sebanyak 2 (dua) BTS), Pekajang, dan Kelumu.
2.
Pengembangan BTS di Kecamatan Lingga Utara meliputi Bukit Harapan sebanyak 2 (dua)
BTS, Pancur sebanyak 3 (tiga) BTS, Resun, Sungai Besar, Teluk, danLimbung.
3.
Pengembangan BTS di Kecamatan Lingga Timur berada di Sungai Pinang dan Kudung.
4.
Pengembangan BTS di Kecamatan Selayar berada di Pulau Selayar.
5.
Pengembangan BTS di Kecamatan Singkep meliputi Dabo sebanyak 4 (empat) BTS dan Batu
Berdaun sebanyak 3 (tiga) BTS.
6.
Pengembangan BTS di Kecamatan Singkep Barat meliputi Jagoh sebanyak 3 (tiga) BTS, Raya
sebanyak 3 (tiga) BTS, Marok Tua sebanyak 3 (tiga) BTS, Sungai Harapan sebanyak 2 (dua)
BTS, Sungai Buluh, Tinjul, dan Posek.
7.
Pengembangan BTS di Kecamatan Singkep Pesisir meliputi Persing sebanyak 2 (dua) BTS
dan Kote.
8.
Pengembangan BTS di Kecamatan Singkep Selatan berada di Berhala dan Marok Kecil
(Resang)
9.
Pengembangan BTS di Kecamatan Senayang meliputi Pulau Senayang sebanyak 2 (dua) BTS,
Penaah sebanyak 2 (dua) BTS berada di Pulau Buluh dan Pulau Kongki Besar, Cempa, Rejai,
Benan, Mensanak, Pulau Bukit, Tajur Biru, Pulau Kentar, Pasir Panjang, Mamut, Batu
Berlobang, Baran, Pulau Batang, dan Temiang.
Pola penyebaran titik lokasi menara telekomunikasi dibagi dalam kawasan berdasarkan kepadatan
bangunan serta kepadatan jasa telekomunikasi yang lokasi persebarannya ditetapkan dengan Peratuan
bupati memperhatikan ketentuan umum sebagai berikut:
1.
Penempatan titik lokasi menara telekomunikasi pada permukaan tanah direncanakan untuk
pengembangan menara bersama (beberapa operator) baik menara rangka maupun menara
tunggal.
2.
Menara telekomunikasi dapat didirikan di atas tanah dan di atas bangunan dengan memperhatikan
keamanan, keselamatan, estetika dan keserasian lingkungan.
3.
Pada kawasan dengan perkotaan penempatan titik lokasi menara telekomunikasi pada permukaan
tanah dapat dilakukan untuk Menara Rangka dan Menara Tunggal tinggi maksimum 52 meter dari
permukaan tanah dengan memperhatikan keamanan, keselamatan, estetika dan keserasian
lingkungan.
4.
Menara Telekomunikasi dibangun sesuai dengan kaidah penataan ruang ruang, keamanan dan
ketertiban, lingkungan, estetika dan kebutuhan telekomunikasi pada umumnya.
5.
Pengaturan zona-zona pembangunan menara transmisi selular (BTS), terutama yang berada di
kawasan perkotaan disesuaikan dengan kriteria teknis keindahan kota serta mempertimbangkan
faktor keamanan.
Dalam rangka pengaturan pembangunan menara telekomunikasi di Kabupaten Lingga, perlu
disusun masterplan pengaturan menara telekomunikasi di Kabupaten Lingga dengan
memperhatikan rencana tata ruang.
3. Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Rencana sistem jaringan sumber daya air dikembangkan yang terdiri atas: Daerah Aliran Sungai
(DAS), Prasarana Air Baku untuk Air Bersih, dan Sistem Pengendalian B.

Daerah Aliran Sungai(DAS)
Daerah aliran sungai yang terdapat di wilayah Kabupaten Lingga terdiri dari DAS Bakung,
DAS Cikasim, DAS Daik, DAS Jelutung, DAS Kelumu, DAS Keton, DAS Langkap, DAS
Limas, DAS Marok Tua, DAS Mengkuding, DAS Mentuda, DAS Nerekeh, DAS Pancur, DAS
Panggak Darat, DAS Petengah, DAS Resun, DAS Selayar, DAS Senayang, DAS Serak, DAS
Sergang, DAS Sungai Besar, DAS Sungai Pinang, DAS Tanda, dan DAS Temiang.

Prasarana Air Baku Untuk Air Bersih
Rencana penataan sumber daya air untuk air baku dalam rangka pemenuhan kebutuhan air
bersih menjadi sangat penting mengingat wilayah Kabupaten lingga terdiri dari banyak pulaupulau kecil yang tidak memiliki sumber air baku yang cukup untuk memenuhi kebutuhan air
minum. Pada saat ini kebutuhan air minum dipenuhi dari air sumur. Mengingat kondisi
geografis serta luas pulau serta jumlah penduduk yang semakin meningkat maka
pengambilan air tanah akan mengakibatkan intrusi air laut khususnya pada kawasan pesisir.
Dengan demikian maka kebutuhan air minum di Kabupaten Lingga direncanakan dengan
sistem perpipaan. Untuk menuju pada sistem tersebut maka penataan sumber daya air untuk
air baku menjadi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan air minum bagi penduduk samai
akhir tahun perencanaan.
Pada saat ini pelayanan kebutuhan air minum perpipaan didapat dari sumber mata air yang
terdapat di Pulau Lingga dan Pulau Singkep. Untuk memenuhi kebutuhan air minum yang
lebih besar sampai dengan akhir tahun perencanaan maka akan di kembangkan sistem
pengolahan air bersih dengan memanfaatkan air sungai Daik dan sumber air baku dari
kolong yang banyak terdapat di Pulau Singkep.
Untuk menjaga kelestarian sumber air baku dari Sungai Daik dan kualitas air kolong maka
perlu dijaga kualitas air sungai tersebut. Hal ini dilakukan dengan melakukan pembatasan
kegiatan kegiatan yang dapat menyebabkan penuruan kualitas air sungai yang meliputi:
1.
Menjaga kelestarian hutan agar tidak terjadi sedimentasi pada sungai yang dapat
menurunkan debit air maupun kualitas air.
2.
Melarang pembuangan limbah ke Sungai sungai atau kolong yang akan dikembangkan
sebagai air baku untuk air minum.
3.
Menetapkan ruang sempadan kolong sebagai daerah pengamanan air baku.
Berdasarkan hasil inventarisasi di lapangan, sumber mata air yang terdapat di Wilayah
Kabupaten Lingga umumnya dijumpai di sekitar kaki, lereng dan bagian atas perbukitan dan
mempunyai penyebaran tidak merata. Sumber mata air di wilayah Kabupaten Lingga adalah
sebagai berikut:
a.
Gunung Muncung Kecamatan Singkep;
b.
Cenot Kecamatan Lingga;
c.
Bukit Raja Kecamatan Lingga Utara;
d.
Limbung Kecamatan Lingga Utara;
e.
Sungai Kerandin Kecamatan Lingga Timur;
f.
Kudung Kecamatan Lingga Timur;
g.
Sungai Pinang Kecamatan Lingga Timur;
h.
Tebing Kecamatan Lingga Utara;
i.
Sumber Mata Air Gunung Lanjut Kecamatan Singkep Pesisir;
j.
Gunung Daik Kecamatan Lingga;
k.
mata air terjun Ciklatip Kecamatan Singkep Barat;
l.
mata air terjun Resun Kecamatan Lingga Utara;
m.
Tanjung Keriting Kecamatan Lingga Timur;
n.
Gunung Tunggal Kecamatan Singkep Barat;
o.
Gemuruh Kecamatan Singkep;
p.
Sungai Lanjut Kecamatan Singkep Pesisir;
q.
Sungai Ulu Medap Kecamatan Lingga Utara;
r.
Sungai Tanjung Gantung Kecamatan Senayang;
s.
Tanah Tinggi Kecamatan Selayar; dan
t.
Bukit Selayar Kecamatan Selayar;
u.
kolong Berindat di Kecamatan Singkep Pesisir;
v.
kolong Pasir Kuning di Kecamatan Singkep;
w.
kolong Serayak diKecamatan Singkep Selatan;
x.
kolong Sungai Kerekel di Kecamatan Singkep Selatan;
y.
kolong Marok Tua di Kecamatan Singkep Barat; dan
z.
kolong Tanah Sejuk terletak di Kecamatan Singkep
Dalam kaitannya dengan kelestarian sumber air baku dari mata air tersebut diatas, maka harus
dijaga kelestarian hutan yang menjadi daerah tangkapan air.

Rencana Sistem Pengendalian Banjir
Wilayah Kabupaten Lingga merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari lautan, pulau-pulau kecil
dengan daya dukung terbatas. Pengembangan ruang untuk permukiman direncanakan pada pulaupulau besar dengan pendayagunaan ruang ruang pesisir sehingga dapat dicapai optimasi
pengembangan ruang darat dan laut. Kondisi ini mengakibatkan wilayah pengembangan menjadi
relatif datar dengan perbedaan elevasi kecil terhadap permukaan air laut yang memungkinkan
sebagian wilayah dipengaruhi oleh pasang surut air laut yang mengakibatkan aliran drainase tidak
lancar dan meluasnya daerah genangan. Kawasan yang rawan terhadap banjir adalah kawasan di
wilayah hilir. Hal ini disebabkan semakin berkurangnya daerah resapan air dan belum optimalnya
sistem drainase.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi terjadinya banjir adalah mengedalikan air
sungai di daerah hulu. Agar koefisien limpasan permukaan yang semakin besar dan konsentrasi
aliran di daerah hulu dapat di kendalikan maka perlu mempertahankan daerah tutupan lahan yang
menjadi daerah tangkapan air serta mempertahankan kelestarian ruang yang menjadi wilayah DAS
setiap sungai.
Perubahan fungsi pemanfaatan lahan dari kawasan hutan menjadi kawasan terbangun, secara
langsung akan mempengaruhi besarnya koefisien limpasan permukaan yang semakin besar dan
konsentrasi aliran. Selain itu perubahan fungsi tersebut akan merusak bagian hulu sungai (DAS),
seperti pada DAS Daik, DAS Nerekeh, DAS Panggak, DAS Tanda, DAS Keton, DAS Sungai Pinang.
DAS tersebut perlu dijaga kelestariannya dalam upaya untuk mengedalikan banjir.
Penataan DAS direncanakan sebagai berikut:
1.
Menjaga kelestarian hutan yang menjadi kawasan hulu sungai sungai yang direncanakan
sebagai kawasan permukiman di kabupaten Lingga;
2.
Membatasi dan mengedalikan perkembangan di sepanjang DAS;
3.
Menjaga kelestasian daerah resapan air;
4.
Pengembangan cek dam dan atau waduk waduk pengendali banjir.
4. Rencana Sistem Jaringan Prasarana lainnya
 Rencana Sistem Jaringan Persampahan
Rencana sistem penanganan persampahan di Kabupaten Lingga meliputi prediksi jumlah
timbunan sampah dan kebutuhan prasarana untuk penanganannya serta sistem penanganan
pada tempat pengelolaan sampah akhir.Tujuan pengelolaan sampah di Kabupaten Lingga
adalah:
1.
Meminimalkan volume sampah dan pengembangan prasarana pengolahan sampah
dengan teknologi yang berwawasan lingkungan.
2.
Mencapai target penanganan 75 % dari jumlah total sampah khususnya di permukiman
perkotaan yang dilakukan baik pada sumbernya, proses pengangkutan maupun
pengelolaannya di TPA.
3.
Mendorong keterlibatan masyarakat didalam proses pengelolaan sampah.
Perkiraan timbulan sampah di Kabupaten Lingga dilakukan dengan proyeksi penduduk dan standar
produksi sampah yang dihasilkannya. Berdasarkan besaran-besaran tersebut, maka dapat dihitung
produksi sampah dan perkembangannya. Total timbunan sampah pada akhir tahun perencanaan di
kabupaten Lingga adalah 921 m3 per hari.
Rencana penanganan persampahan di Kabupaten Lingga dibedakan menjadi 2 yaitu:

Penanganan sampah pada lingkungan permukiman perkotaan
Penanganan sampah di lingkungan perkotaan khususnya di Pulau Lingga dan Pulau Singkep
dikembangkan dengan sistem penanganan sampah terpadu yang meliputi sistem pengumpulan,
sistem pengangkutan sementara, pengolahan akhir dan pengolahan untuk sampah tertentu.
Rencana sistem penanganan sampah di permukiman perkotaan di Kabupaten Lingga adalah
sebagai berikut :
a.
Pengelolaan sampah permukiman perkotaan di Kabupaten Lingga dilakukan melalui proses
pewadahan, pemilahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, dan pengolahan.
b.
Sistem pengolahan sampah direncanakan sistem pengolahan sampah secara terpadu.
c.
Penggunaan teknologi tepat-guna untuk meningkatkan efisiensi dan mengoptimalkan
prasarana persampahan
d.
Pengembangan prasarana sampah bahan berbahaya dan beracun serta pengelolaannya
dilakukan dengan teknologi yang tepat serta berwawasan lingkungan
e.
Pemanfaatan kembali sampah non-organik pada sumber produksi sampah; Skenario ini
diharapkan dapat mereduksi sampah sebesar 20% pada TPS dan 10% di TPA sehingga
total reduksi sampah adalah 30%.
f.
Komposter sampah organik pada sumber domestik; di TPSdan TPA
g.
Pengembangan sumber energi alternatif (gas metan) pada Tempat Pengelolaan Sampah
Akhir.
h.
Pengelolaan sampah di tempat pembuangan akhir dilakuan dengan sistem sanitary landfill.
i.
Peningkatan daerah pelayanan pengelolaan sampah.
Lokasi yang memungkinkan untuk dinominasikan sebagai Lokasi Tempat Pengelolaan Sampah
Terpadu (TPST) di Kabupaten Lingga, adalah sebagai berikut:


Air Merah II Desa Sungai Raya, Kecamatan Singkep Barat seluas ± 5 Ha.

Desa Musai Kecamatan Lingga seluas ± 5 Ha.
Penanganan sampah pada lingkungan permukiman perdesaan
Penanganan sampah di pedesaan dan pulau-pulau kecil direncanakan untuk dilakukan secara
swadaya oleh masrakat dengan sistem komposting.
Rencana sistem penanganan sampah di permukiman pedesaan di Kabupaten Lingga adalah
sebagai berikut:
a.
Pemanfaatan kembali sampah non-organik pada sumber produksi sampah.
b.
Komposter sampah organik pada secara on site oleh masyarakat.
 Rencana Sistem Penyediaan Air Minum
Berdasarkan hasil perhitungan rencana kebutuhan air bersih di Kabupaten Lingga pada akhir tahun
rencana (tahun 2031) adalah sebesar 216.74 ltr/org/detik atau 18.725,944 ltr/org/hr. Kebutuhan air
bersih setiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk. Rencana kebutuhan air bersih ini dihitung menggunakan standar yang dikeluarkan
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah yang menyusun standar kebutuhan akan air bersih
untuk masyarakat dengan asumsi 150 Lt/org/hari dengan asumsi-asumsi sebagai berikut:
1.
Jumlah penduduk kabupaten Lingga pada akhir tahun perencanaan adalah 173.388 jiwa.
2.
Kebutuhan air minum penduduk kabupaten lingga akan dipenuhi dengan sistem perpipaan
yang di kelola oleh PDAM Kabupaten Lingga.
3.
Konsumsi domestik meliputi sambungan rumah (SR) dan kran umum (KU), dengan asumsi 150
ltr/org/hr pada akhir tahun perencanaan. Sementara tingkat konsumsi untuk kran umum (KU)
adalah tetap, yaitu 30 ltr/org/hr.
4.
Sambungan rumah (SR) akan melayani 4 penduduk, sementara 1 kran umum (KU) akan
melayani 100 penduduk.
5.
Kehilangan air pada akhir perencanaan (tahun 2031) kehilangan air turun menjadi 15% dengan
rata-rata pengurangan 1% setiap tahunnya.
Pengembangan air minum dirumuskan berdasarkan analisis terhadap permasalahan yang ada saat
ini, baik berkaitan dengan kinerja PDAM, ketersediaan air baku yang memiliki kriteria layak minum,
dan hasil proyeksi tingkat kebutuhan air minum Kabupaten Lingga pada masa yang akan datang.
Dalam kaitannya dengan aspek pengembangan wilayah, maka arahan rencana pelayanan air minum
direncanakan sejalan dengan arahan pengembangan wilayah.
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka pengembangan air minum di Kabupaten Lingga diarahkan
untuk mencapai tujuan sebagai berikut:
1.
Berkurangnya pemakaian air tanah dan terpeliharanya sumber daya air tanah dan air
permukaan sebagai air baku.
2.
Terlaksananya distribusi air minum untuk seluruh lapisan masyarakat baik di perkotaan
maupun di pedesaan serta pulau pulau kecil yang memiliki keterbatasan sumberdaya air baku
untuk air minum
3.
Terlaksananya pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air yang dapat mendukung
kebutuhan penduduk serta aktivitas kawasan perencanaan dengan melihat kecenderunagn dan
kendala faktor ketersediaan produksi air dan kecenderungan peningkatan aktivitas dan
penduduk dan penyediaan air bersih untuk masyarakat dengan kualitas yang baik serta
kuantitas yang mencukupi secara berkesinambungan.
4.
Terlaksananya konservasi air tanah untuk pengendalian muka tanah, muka air tanah dan
kerusakan struktur tanah.
5.
Tersedianya air minum yang memenuhi standar yang ditetapkan, baik secara kualitas maupun
kuantitas kepada seluruh penduduk.
6.
Tercapainya target pelayanan air minum sebesar 75% pada akhir tahun perencanaan.
7.
Terjaganya konservasi hutan dalam rangka menjaga ketersediaan air baku dari sumber sumber
air yang ada di Kabupaten Lingga.
Kebijakan pengembangan penyediaan air minum dilakukan melalui:
1.
Prioritas pelayanan perlu diberikan kepada seluruh kawasan terbangun khususnya di daerah
perkotaan dan daerah rawan air minum di pulau-pulau kecil serta daerah dengan kondisi air
tanah yang tidak dapatdi konsumsi sebagai air minum.
2.
Pengembangan IPA (Instalasi Pengolahan Air) untuk pengolahan air baku di sungai-sungai
yang memiliki potensi dikembangkan sebagai penyediaan air baku
3.
Pembangunan IPA baru untuk menambah kapasitas produksi dan perluasan jaringan
perpipaan distribusi untuk meningkatkan dan memperluas cakupan pelayanan.
Rencana pengembangan sistem penyediaan air minum Kabupaten Lingga adalah:
1.
Membagi wilayah pelayanan air minum di Kabupaten Lingga meliputi :
a.
Pelayanan air minum di wilayah perkotaan di Pulau Lingga akan dilayani dengan sistem
perpipaan dari mata air serta pengolahan air baku dari Sungai Daik dan Sungai Tanda.
b.
Pelayanan air minum di wilayah perkotaan di Pulau Singkep akan dilayani dengan sistem
perpipaan dari mata air serta pengolahan air baku dari Sungai air Gemuruh.
c.
Pelayanan air minum di wilayah perkotaan di Pulau Senayang dilayani dengan sistem
perpipaan dari mata air di Pulau Sebangka dan di distribusikan ke Pulau Senayang.
d.
Pelayanan air minum di wilayah perkotaan di Pancur dan sekitarnya dilayani dengan
sistem perpipaan dari mata air Ulu Sungai Medap.
e.
Pelayanan air minum di pulau-pulau kecil akan dilayani dengan sistem perpipaan dari
penampungan air dan kolam penampungan air.
2.
Penyediaan air minum pada masa yang akan datang dilakukan oleh PDAM, dengan
meningkatkan kinerja pelayanan melalui optimasi pemanfaatan kapasitas produksi tersisa,
serta penambahan kapasitas produksi dan perluasan jaringan distribusi.
3.
Target tingkat pelayanan akan mencapai 75% di perkotaan di seluruh wilayah Kabupaten
Lingga.
4.
Tingkat kehilangan akan menjadi 15% hingga akhir tahun perencanaan.
5.
Dalam rangka pengembangan air minum perpipaan di Kabupaten Lingga perlu disusun
masterplan penyediaan air minum.

Rencana Sistem Jaringan Air Limbah
Sampai dengan saat ini Kabupaten Lingga belum memiliki jaringan perpipaan air limbah. Air dari
bekas mandi, mencuci, dan memasak yang dialirkan ke saluran drainase, sungai melalui saluran
terbuka ataupun tertutup. Sedangkan air limbah yang berupa tinja diolah sementara melalui
septictank atau cubluk.
Penanganan air limbah di Kabupaten Lingga menjadi sangat penting khususnya pada kawasan yang
dikembangkan di wilayah pesisir dan kawasan perlotaan dengan kepadatan penduduk sedang
sampai tinggi. Secara umum tujuan perencanaan pengelolaan air limbah di Kabupaten Lingga
sampai dengan akhir tahun perencanaan adalah untuk meminimalkan tingkat pencemaran air tanah
dan meningkatkan, serta meningkatkan kualitas sanitasi lingkungan.
Berdasarkan hasil perhitungan, perkiraan timbulan air limbah Kabupaten Lingga awal perencanaan
tahun 2010 sebesar 4,355.04 liter/org/hari dari total kebutuhan air bersih, sedangkan pada akhir
perencanaan diperkiraan timbulan air limbah sebesar 13,951.64 liter/org/hari.
Dilihat dari jumlah truk pengangkut tinja, dan untuk kebutuhan truk tinja berdasarkan standar,
Kabupaten Lingga dengan 5 kecamatan memerlukan 9 kendaraan. Asumsi yang digunakan untuk
perencanaan kebutuhan truk penyedot tinja adalah:
 Kapasitas truk pengangkut tinja = 2 m3
 Ritasi pelayanan = 3 rit/hari
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut di atas dankonidisi geografis wilayah kabupaten Lingga,
maka secara umum rencana penanganan air limbah dilakukan secara on site dan off site
berdasarkan karakter wilayah yang akan ditangani. Sebagai acuan akan dipergunakan kriteria
penanganan air limbah berdasarkan kepadatan penduduk dan tingkat pemakaian air bersih.
Berdasarkan kondisi geografis Kabupaten Lingga, maka rencana pengembangan air limbah di
Kabupaten Lingga sampai dengan akhir tahun perencanaan dapat dikelompokan sebagai berikut:
 Penanganan air limbah kawasan perkotaan
a.
Pengembangan pengelolaan air limbah on site di kawasan perumahanperkotaan.
b.
Pengembangan pengelolaan air limbah on site komunal pada perumahan di perkotaan
dengan kepadatan tinggi.
c.
Pengembangan fasilitas jamban dan tangki septik untuk menggantikann fasilitas cubluk.
d.
Penambahan MCK umum di daerah yang minim sarana sanitasi khususnya pada kawasan
padat dan kumuh.
e.
Pengadaan dan pengelolaan truk tinja untuk meningkatkan pelayanan penanganan air
limbah.
f.
Penambahan/pengadaan mobil tangki tinja seiring dengan rencana peningkatan
pelayanan pengurasan.
g.
Pembangunan IPLT baru di Pulau Lingga dan Pulau Singkep yang dilakukan sejalan
dengan kenaikan volume lumpur tinja.
h.
Pengembangan jaringan air limbah kawasan permukiman perkotaan direncanakan di
permukiman perkotaan Kecamatan Lingga dan Kecamatan Singkep.

Penanganan air limbah permukiman pedesaan
i.
Pengembangan fasilitas jamban dan tangki septik untuk menggantikan fasilitas cubluk.
j.
Penambahan MCK umum di daerah pedesaan yang minim sarana sanitasi.
k.
Pengembangan jaringan air limbah kawasan permukiman pedesaan direncanakan di
permukiman pedesaanKecamatan Lingga, Kecamatan Selayar, Kecamatan Lingga Timur,
Kecamatan Lingga Utara, Kecamatan Singkep, Kecamatan Singkep Pesisir, Kecamatan
Singkep Selatan, Kecamatan Singkep Barat, dan Kecamatan Senanyang.

Penanganan air limbah kawasan Industri
Penanganan limbah industri akan dilakukan secara terpusat dengan :
l.
Pengembangan pelayanan sistem perpipaan tertutup terpusat;
m.
Pembangunan sistem sewerage pada kawasan industri
n.
Pengelolaan Bahan berbahaya dan beracun diatur sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku.
o.
Rencana pengembangan jaringan air limbah untuk kawasan industri di wilayah Kabupaten
Lingga direncanakan di Kecamatan Lingga dan Kecamatan Singkep Barat.
 Penanganan air limbah kawasan permukiman pesisir dan pulau-pulau kecil
p.
Memperbaiki pelayanan sarana jamban pribadi dan komunal serta meningkatkan
penyediaan tangki septik komunal yang memadai.
q.
Pengembangan fasilitas jamban dan tangki septik untuk menggantikann fasilitas cubluk.
r.
Pengembangan jaringan air limbah untuk kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil
direncanakan di Kecamatan Lingga, Kecamatan Lingga Utara, Kecamatan Singkep,
Kecamatan Singkep Barat, dan Kecamatan Senayang.

Rencana Pengembangan Sistem Proteksi Kebakaran
Berdasar fungsi kawasan dan kepadatan penduduk, resiko bahaya kebakaran dapat digolongkan
menjadi 3 wilayah yaitu:
1.
Tingkat Resiko Kebakaran-1
Resiko terbesar terdapat di kawasan perkotaan Kecamatan singkep (Dabo) dan kecamatan
Lingga Utara (Pancur)yang merupakan area pusat perdagangan kepadatan tinggi serta
perumahan dari kepadatan tinggi dengan bahan bangunan kayu dan jarak antar bangunan
yang kurang memadai untuk mencegah penyebaran api apabila terjadi kebakaran.
2.
Tingkat Resiko Kebakaran-2
Kawasan perkotaan di Kecamatan Singkep Barat dan Kawasan perkotaan di kecamatan
Lingga sebagai kecamatan tumbuh cepat.
3.
Tingkat Resiko Kebakaran-3
Kecamatan dengan resiko kecil akan bahaya kebakaran terdapat di Kecamatan Lingga
Utara dan Senayang.
2.4.2
RENCANA POLA RUANG KABUPATEN LINGGA
Rencana pola ruang di Kabupaten Lingga terdiri dari rencana pola ruang darat dan pola ruang laut. Dengan
memperhatikan ketentuan penyusunan pola ruang, kebijakan pola ruang nasional dan provinsi, kebijakan
pembangunan daerah, kondisi objektif wilayah, daya tampung dan kebutuhan ruang untuk masa mendatang
serta, perkembangan tataguna lahan dan kesesuaian lahan, maka dapat dirumuskan rencana pola ruang
untuk Kabupaten Lingga sebagaimana diuraikan berikut ini.
2.4.2.1 Rencana Pola Ruang Darat
A. Kawasan Lindung
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan nilai sejarah serta
budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Pemantapan kawasan lindung sejalan
dengan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Keputusan Presiden No. 32
Tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung, yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan
kondisi biogeofisik wilayah yang mempunyai karakteristik dan keunikan masing-masing.
Dengan mengacu pada kedua peraturan perundangan tersebut, maka kawasan lindung yang akan
dimantapkan di wilayah Kabupaten Lingga yang dinyatakan sebagai kawasan non-budidaya adalah
kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, yaitu daerah-daerah yang memiliki
kendala fisik tertentu seperti lereng curam, rawan banjir, rawan longsor dan erosi, kawasan bergambut,
dan

kedalaman
efektif
agak
dangkal
hingga
dangkal.
Kawasan Hutan Lindung
Tujuan pemantapan kawasan hutan lindung adalah untuk mencegah terjadinya erosi, bencana
banjir, sedimentasi, dan menjaga fungsi hidrologi tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara
tanah, air tanah, dan air permukaan, guna terwujudnya kelestarian sumberdaya hayati dan
lingkungan bagi upaya kelangsungan hidup.Kawasan hutan lindung adalah kawasan yang
merupakan bagian dari kawasan lindung yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan
sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi,
mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah

Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya di Kabupaten Lingga
berupa kawasan resapan air. Kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air
hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akuifer) yang berguna sebagai sumber air.
Kawasan ini terletak di daerah tangkapan air (chathment area) hulu sungai.
Kawasan resapan air ini juga dikembangkan sebagai penyangga hutan lindung dan sebagai
pembatas secara fisik batasan hutan lindung dengan kawasan budidaya di Kecamatan Lingga dan
Gunung Lanjut, Gunung Terap.

Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Lingga meliputi kawasan sempadan pantai,
kawasan sempadan sungai, kawasan sepadan kolong, kawasan sekitar mata air, kawasan hutan
kota, dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) kawasan perkotaan.

Kawasan Sempadan Pantai
KabupatenLingga terdiri dari pulau-pulau kecil dan pantai.Garis pantai yang ada harus
dipertahankan kondisinya terutama pada daerah-daerah rawan abrasi yang berhadapan
langsung ke laut lepas atau kerusakan lingkungan akibat kegiatan manusia sehingga
penetapan sempadan pantai menjadi sangat penting bagi kelestarian ekonsistem pantai
dan laut. Sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proposional
dengan bentuk dan kondisi pantai

Kawasan Sempadan Sungai
Kabupaten Lingga memiliki 25 sungai yang tersebar di 2 pulau yakni di Lingga dan
Singkep.Sungai-sungai pada pulau-pulautersebut perlu dilindungi dengan pembentukan
sempadan sungai yang sesuai dengan kondisi fisiknya masing-masing. Berdasarkan
Sistem DAS, Kabupaten Lingga terbagi menjadi DAS Daik, DAS Nerekeh, DAS Panggak,
DAS Tanda, DAS Keton, DAS Sungai Pinang. Pengamanan sempadan sungai menjadi
sangat penting untuk melindungi daerah sempadan sungai dari kegiatan manusia yang
dapat mengganggu dan merusak kualitas air, kondisi fisik dan dasar sungai serta
mengamankan aliran sungai.

Kawasan Sempadan Mata Air
Tujuan penetapan ruang sempadan mata air adalah untuk melindungi mata air atau sumber air
baku dari kegiatan manusia yang mengganggu dan merusak kualitas air, kondisi fisik mata air di
Kabupaten Lingga terdapat sumber mata air yang menjadi air baku bagi kebutuhan air bersih
 Kawasan Sempadan Kolong
Penetapan kawasan sempadan kolong bertujuan untuk melindungi sumber air baku dari kegiatan
manusia yang mengganggu dan merusak kualitas air, kondisi fisik pinggir kolong dan dasar kolong.
Di Pulau Singkep terdapat banyak kolong yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai sumber
air baku bagi pelayanan kebutuhan air minum.
 Hutan Kota (Kebun Raya Lingga)
Kawasan hutan Kota di Kabupaten Lingga akan dikembangkan sebagai Kebun Raya
Kabupaten Lingga. Kebun Raya ini akan dikembangkan di Kecamatan Lingga di sekitar
kawasan pusat pemerintahan Kabupetan Lingga dan Hutan Lindung Gunung Daik

Ruang Terbuka Hijau Perkotaan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan dikembangkan sebagaimana tertuang dalam amanat
Undang-undang penataan ruang bahwa 30 % dari luas kawasan permukiman perkotaan akan
dikembangkan sebagai RTH yang terdiri dari 20 % RTH Publik dan 10 % RTH privat

Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya

Kawasan Pantai Berhutan Bakau
Ekosistem hutan bakau merupakan salah satu ekosistem yang dominan dan memiliki peranan
yang penting mengingat fungsinya sebagai penjaga kestabilan sumberdaya hayati di wilayah
peisisir. Kawasan ini berperan dalam pengasuhan dan pemijahan aneka biota laut, melindungi
pantai dari sedimentasi, dan penyerap bahan tercemar.

Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pegetahuan
Kawasan cagar alam budaya dan ilmu pengetahuan adalah kawasan dimana lokasi bangunan
hasil budaya manusia yang bernilai tinggi maupun bentukan geologi alami yang khas. Tempat serta
ruang di sekitar bangunan bernilai budaya tinggi, situs purbakala dan kawasan dengan bentukan
geologi tertentu yang mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Termasuk dalam kawasan ini adalah kawasan peninggalan sejarah dan budaya serta
perkampungan tua, antara lain kawasan sejarah Melayu di Daik Lingga.

Kawasan Rawan Bencana
Tujuan penetapan kawasan rawan bencana adalah melindungi manusia dan kegiatannya dari
bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia.
Berdasarkan hasil analisis terhadap kondisi geoligi dan morfologi ruang, kawasan rawan bencana
di Kabupaten Lingga meliputi:

Kawasan Rawan Bencana Gerakan Tanah dan Tanah Longsor
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan,
tanah, atau material yang bergerak ke bawah atau keluar lereng.Tanah longsor adalah suatu jenis
gerakan tanah, umumnya gerakan tanah yang terjadi adalah longsor bahan rombakan (debris
avalanches) dan nendatan (slumps/rotational slides). Gaya-gaya gravitasi dan rembesan (seepage)
merupakan penyebab utama ketidakstabilan (instability) pada lereng alami maupun lereng yang
dibentuk dengan cara penggalian atau penimbunan.

Kawasan Rawan Bencana Banjir
Secara alamiah, pada umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan di atas normal,
sehingga sistem pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai alamiah serta sistem
saluran drainase dan kanal penampung banjir buatan tidak mampu menampung akumulasi air
hujan sehingga meluap.Kemampuan/daya tampung sistem pengaliran air berkurang akibat
sedimentasi, maupun penyempitan sungai akibat fenomena alam dan manusia.

Kawasan Rawan Bencana Gelombang Pasang dan Abrasi
Kawasan rawan gelombang pasang berada sekitar pantai rawan terhadap gelombang pasang
akibat angin kencang dengan kecepatan tinggi atau gravitasi bulan atau matahari.Kriteria kawasan
ini adalah kawasan yang rawan terhadap gelombang pasang dengan kecepatan antara 10 sampai
100 kilometer per jam yang timbul akibat kecepatan angin atau gravitasi bulan dan
matahari.Kawasan rawan gelombang pasang ditetapkan dengan ketentuan kawasan permukiman
yang berada di sekitar pantai atau pesisir.

Kawasan lindung Lainnya
Kawasan lindung lainnya sebagaimana arahan dalam RTRW Provinsi Kepulauan Riau,antara lain
kawasan terumbu karang dan pulau-pulau yang memiliki luas sangat kecil.Kawasan lindung pada
pulau-pulau yang sangat kecil tersebut ditujukan untuk melindungi ekosistem pulau-pulau kecil, garis
pantai dan perairan laut di sekitarnya yang memiliki sifat rentan terhadap berbagai bentuk gangguan
kegiatan budidaya.
B.
Kawasan Budidaya

Kawasan Hutan Produksi
Tujuan penetapan kawasan adalah memanfaatkan hasil hutan secara terbatas, yang kegiatan
ekploitasinya dilakukan dengan cara tebang pilih dan tanam kembali. Arahan kebijakan untuk
ruang kawasan hutan produksi terbatas adalah pengusahaan hutan produksi melalui
pemberian izin HPH dengan menerapkan pola tebang pilih dan tanam kembali.

Kawasan Hutan Rakyat
Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan luas minimal 0,25 Ha, yang
penutupan tajuk didominasi oleh tanaman perkayuan (lebih dari 50%), dan atau tanaman tahun
pertama minimal 500 batang. Kawasan hutan rakyat berfungsi dalam menanggulangi lahan
kritis, konservasi lahan, perlindungan hutan, juga sebagai salah satu upaya pengentasan
kemiskinan dengan memperdayakan masyarakat setempat.

Kawasan Peruntukan Pertanian

Kawasan Peruntukan Pertanian Tanaman Pangan
Pada kawasan tersebut, akan dikembangkan tanaman yang menghasilkan bahan
pangan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan di Kabupaten Lingga. Dalam
rangka menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan
pangan, ditetapkan beberapa kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan
sebagai Lahan Pertanian Tanaman Pangan Berkelnjutan (LP2B) dan Lahan
Cadangan Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan untuk dilindungi dan
dikembangkan secara konsisten.

Kawasan Peruntukan Hortikultura
Pertanian hortikultura yang tumbuh di Kabupaten Lingga adalah: jagung, ubi kayu, ubi
jalar, talas, kacang dan sagu. Jenis pertanian lahan kering ini dikembangkan pada
lahan yang bersesuaian, baik berdasarkan peta kesesuaian lahan maupun fakta di
lapangan.

Kawasan Peruntukan Perkebunan
Kawasan perkebunan merupakan kawasan peruntukan bagi tanaman tahunan/perkebunan
yang menghasilkan bahan pangan dan bahan baku industri. Tujuan pengembangan
kawasan perkebunan adalah mengembangkan areal produksi perkebunan terutama untuk
komoditas utama dengan memanfaatkan potensi dan kesesuaian lahan, serta
pegembangkan kawasan sentra produksi perkebunan.

Kawasan Peruntukan Peternakan
Kawasan peternakan merupakan kawasan yang diperuntukkan untuk kegiatan pengusahaan
ternak. Kawasan peternakan dapat dilakukan secara terpadu sebagai bagian dari komponen
usaha tani lainnya (tanaman pangan, perkebunan, hortikultura atau perikanan) dan terpadu
sebagai komponen ekosistem tertentu (kawasan hutan lindung atau suaka alam).

Kawasan Peruntukan Perikanan
Kawasan peruntukan perikanan darat di Kabupaten Lingga berupa kawasan peruntukan perikanan
budidaya (tambak/air tawar) dan kawasan peruntukan pengembangan pelabuhan perikanan berupa
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI).

Kawasan Peruntukan Perikanan Budidaya tambak/air tawar
Rencana pengembangan kawasan perikanan budidaya tambak/air tawar di
Kabupaten Lingga

Kawasan Peruntukan Pengembangan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
Pengolahan ikan atau industri perikanan (added value) terhadap hasil
tangkapan/budidaya ikan masih berlum berkembang di Kabupaten Lingga. Mengingat
potensi perikanan tangkap/budidaya yang sangat besar (terutama laut), serta
perlunya transformasi struktur ekonomi masyarakat yang berbasis non lahan, maka
usaha pengolahan ikan merupakan salah satu tumpuan peningkatan perekonomian
masyarakat Kabupaten terutama di kawasan pesisir Kabupaten Lingga.

Kawasan Peruntukan Industri
Kegiatan industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,bahan baku, barang setengah jadi,
dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan
rancang bangun dan perekayasaan industri. Kawasan perindustrian merupakan kawasan yang diperuntukkan
bagi pemusatan kegiatan industri.

Kawasan Peruntukan Pariwisata
pengembangan kegiatan wisata dapat dikembangkan pada kawasan lain yang memiliki potensi
untuk dikembangkan sebagai kegiatan wisata seperti kawasan cagar budaya, kawasan hutan
lindung, kawasan sempadan pantai dan sebagainya.

Kawasan Peruntukan Permukiman
Kawasan Permukiman merupakan kawasan yang diperuntukan bagi permukiman penduduk diluar kawasan
lindung yang digunakan sebagai lingkungan tempat tinggal masyarakat yang berada di wilayah perkotaan
dan perdesaan

Kawasan Permukiman Perkotaan
Tujuan
dari
pengembangan
kawasan
permukiman
kota
adalah
mengembangkan kawasan permukiman kota sebagai tempat pemusatan
penduduk yang ditunjang oleh pendidikan, perdagangan dan jasa,
perkantoran, fasilitas umum, fasilitas sosial, fasilitas sosial, Ruang Terbuka
Hijau (RTH), instalasi militer, cagar budaya dan fasilitas penunjang perkotaan
yang memadai sesuai dengan fungsi dan hirarkinya.

Kawasan Permukiman Pedesaan
Tujuan
dari
pengembangan
kawasan
permukiman
pedesaan
adalah
mengembangkan kawasan permukiman yang terkait dengan kegiatan budidaya
pertanian yang terbesar sesuai dengan potensi pertanian.Pengembangan
permukiman perdesaan juga dimaksudkan untuk menyediakan ruang untuk
pengembangan peumahan masyarakat yang berorientasi pada pengusahaan sektor
pertanian, peternakan maupun perikanan yang dilengkapi dengsan sarana dan
prasarana permukiman yang memadai.

Kawasan Peruntukan Lainnya
2.4.2.2

Kawasan Pusat Pemerintahan

Kawasan Pertahanan dan Keamanan

Kawasan Potensi Pertambangan
Rencana Peruntukan Pola Ruang Laut
Sebagaimana diketahui bahwa sebagian besar wilayah Kabupaten Lingga terdiri dari wilayah
perairan (laut). Banyak potensi yang terdapat di dalam wilayah perairan. Agar berbagai aspek yang
terdapat pada perairan ini tidak terjadi konflik pemanfaatan seperti terganggunya ekosistem yang
sangat dilindungi oleh kegiatan pertambangan pasir timah maupun oleh limbah dari alur pelayaran
maka harus diatur sedemikian rupa pemanfaatannya. Selain itu banyaknya pulau-pulau kecil di
Kabupaten Lingga yang pengelolaannya perlu mendapatkan perlakuan khusus mengingat potensi
dan masalah yang dapat muncul di kawasan tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan perencanaan
pengembangan kawasan laut, termasuk juga didalamnya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di
Kabupaten Lingga agar dapat dimanfaatkan untuk jangka panjang yang berkelanjutan.

Kawasan Pemanfaatan Umum
Pemanfaatan ruang dan sumberdaya di kawasan pemanfaatan umum dilakukan dalam rangka
peningkatan nilai dan optimalisasi sumberdaya yang ada bagi kepentingan masyarakat, baik
secara ekonomi, sosial dan budaya.

Kawasan Konservasi

Kawasan Cagar Alam Laut
Cagar Alam adalah kawasan suaka alam yang karena kondisi alam, tumbuhan, satwa, dan
ekosistemnya yang khas perlu dilindungi dan berkembang secara alami.

Kawasan Suaka Alam Laut
Kawasan suaka alam adalah kawasan yang memiliki ekosistem khas yang merupakan
habitat alami yang memberi perlindungan bagi perkembangan flora fauna yang khas dan
beraneka ragam.

Alur Laut
Alur pelayaran adalah bagian dari ruang lalu lintas laut yang alami maupun buatan yang dari segi
kedalaman, lebar dan hambatan pelayaran lainnya dianggap aman untuk dilayari. Alur Laut dapat
dimanfaatkan untuk alur pelayaran, alur sarana umum, dan alur migrasi ikan, serta pipa dan kabel
bawah laut.
Peta 2.3. Rencana Struktur Ruang Kabupaten Lingga
Peta 2.4. Rencana Pola Ruang Kabupaten Lingga
2.5. Sosial dan Budaya
Fasilitas pendidikan di Kabupaten Lingga belum cukup merata, terutama pada Sekolah
setingkat SMU/sederajat, dimana masih ada 2 Kecamatan yang belum memiliki Sekolah setingkat
SMU/sederajat, yaitu Kecamatan Singkep Selatan dan Singkep Pesisir. Fasilitas pendidikan di
Kabupaten Lingga dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 2.11. Fasilitas Pendidikan Yang Tersedia di Kabupaten Lingga
No
Nama Kecamatan
Jumlah Sarana Pendidikan
SD/Sederajat
SMP/Sederajat
SMU/Sederajat
1
Kecamatan Lingga
19
10
3
2
Kecamatan Lingga Utara
21
4
1
3
Kecamatan Lingga Timur
9
2
2
4
Kecamatan Singkep
14
4
5
5
Kecamatan Singkep Barat
22
6
1
6
Kecamatan Singkep Selatan
6
2
0
7
Kecamatan Singkep Pesisir
5
1
0
8
Kecamatan Senayang
39
15
6
9
Kecamatan Selayar
7
1
1
142
45
19
TOTAL
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kab.Lingga
Sedangkan jumlah keluarga miskin di Kabupaten Lingga pada tahun 2014 sejumlah 7.329 KK
yang tersebar merata di seluruh Kecamatan. Daerah yang memiliki jumlah KK miskin terbesar adalah
Kecamatan Senayang dengan jumlah 2651 KK dan yang terkecil di Kecamatan Singkep Selatan
dengan jumlah 81 KK. Secara lengkap dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2.12. Jumlah Penduduk Miskin
NO
NAMA KECAMATAN
JUMLAH KELUARGA MISKIN
(KK)
1
Kecamatan Lingga
1.096
2
Kecamatan Lingga Utara
`1.473
3
Kecamatan Lingga Timur
730
4
Kecamatan Singkep
672
5
Kecamatan Singkep Barat
97
6
Kecamatan Singkep Selatan
81
7
Kecamatan Singkep Pesisir
197
8
Kecamatan Senayang
9
Kecamatan Selayar
332
TOTAL
7.329
2.651
Sumber : Data Daftar Rekapitulasi PPLSD
Adapun jumlah rumah yang ada di Kabupaten Lingga adalah sebanyak 22.206 Rumah,
dengan Kecamatan yang memiliki rumah terbanyak di Kecamatan Singkep, yakni 8.026 rumah dan
yang terkecil di Kecamatan Selayar yakni 840 rumah. Dengan kondisi jumlah rumah di Kabupaten
Lingga secara lengkap dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 2.13. Jumlah Rumah per-Kecamatan
No
Nama Kecamatan
Jumlah Rumah
1
Kecamatan Lingga
2.784
2
Kecamatan Lingga Utara
2.830
3
Kecamatan Lingga Timur
994
4
Kecamatan Singkep
8.026
5
Kecamatan Singkep Barat
3.516
6
Kecamatan Singkep Selatan
7
Kecamatan Singkep Pesisir
8
Kecamatan Senayang
9
Kecamatan Selayar
Total
Sumber : Dinkes Kabupaten Lingga
3.216
840
22.206
2.6. Kelembagaan Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga
Pada tahun 2006 telah dikeluarkan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Lingga dimana Perangkat
Daerah Kabupaten Lingga terdiri dari:
1. Sekretaris Daerah yang terdiri dari 3 (tiga) asisten dan 10 (sepuluh) Bagian
2. Staf Ahli
3. Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat
4. Dinas-Dinas
 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
 Dinas Kelautan dan Perikanan
 Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
 Dinas Kesehatan
 Dinas Pekerjaan Umum
 Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah
 Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga
 Dinas Perhubungan dan Komunikasi dan Informatika
 Dinas Perindustrian Perdagangan, dan Koperasi
 Dinas Pertambangan dan Energi
 Dinas Pertanian dan Kehutanan
 Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi
5. Lembaga Teknis Daerah
 Inspektorat
 Badan Kepegawaian dan Diklat
 Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
 Badan Lingkungan Hidup
 Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa
 Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana
 Badan Penanaman Modal dan Perizinan
 Badan Penanggulangan Bencana Daerah
 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
 Kantor Perpustakaan dan Arsip
 Rumah Sakit Umum Daerah
Gambar 2.1. Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga
BUPATI
SEKRETARIAT DPRD
DPRD
WAKIL BUPATI
-
SEKRETARIAT DAERAH
STAF AHLI
-
Bidang Hukum
Bidang Pembangunan
Bidang Kemasyarakatan & SDM
Bidang Keuangan & Ekonomi
Asisten Pemerintahan &
Kesejahteraan Rakyat
Asisten Perekonomian &
Pembangunan
- Bagian Administrasi Pemerintahan
Umum
- Bagian Administrasi Kesejahteraan
Rakyat
- Bagian Administrasi
Pembangunan
- Bagian Administrasi
Perekonomian
-
KECAMATAN
KELURAHAN / DESA
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Dinas Kelautan dan Perikanan
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Dinas Kesehatan
Dinas Pekerjaan Umum
Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah
Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga
Dinas Perhubungan dan Komunikasi dan Informatika
Dinas Perindustrian Perdagangan, dan Koperasi
Dinas Pertambangan dan Energi
Dinas Pertanian dan Kehutanan
Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Asisten Administrasi Umum
-
DINAS DAERAH
Bagian Hukum
Bagian Organisasi
Bagian Humas
Bagian Umum
LEMBAGA TEKNIS DAERAH
-
Bagian Umum
Bagian Persidangan dan Risalah
Bagian Keuangan
Bagian Humas dan Protokol
Inspektorat
Badan Kepegawaian dan Diklat
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
Badan Lingkungan Hidup
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa
Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan
Keluarga Berencana
Badan Penanaman Modal dan Perizinan
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kantor Perpustakaan dan Arsip
Rumah Sakit Umum Daerah
SATUAN PAMONG PRAJA
DAN PERLINDUNGAN
MASYARAKAT
SEKRETARIAT DEWAN
PENGURUS KORPRI
Gambar 2.2 Diagram SKDP Teerkait Dalam Pembangnan Sanitasi Kabupaten Lingga
BUPATI
BAPPEDA
-
Bidang Fisik dan
Prasarana
DINAS PEKERJAAN UMUM
- Bidang Cipta Karya
- Bidang Kebersihan dan Pertamanan
DINAS KESEHATAN
- Bidang Penanggulangan Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan
BADAN LINGKUNGAN HIDUP
- Bidang Pengawasan dan Pengendalian
Lingkungan
2.7 Komunikasi dan Media
Pada tahun 2014 ini Dinas Kesehatan Kabupaten Lingga melaksanakan dua Program, yakni
Program Penilaian Area Beresiko. Program penyuluhan Menciptakan Lingkungan Sehat tujuannya
adalah memberikan arahan kepada masyarakat untuk supaya merubah perilaku hidup mereka dari
yang tidak sehat menjadi sehat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 2.14 Kegiatan Komunikasi Terkait Sanitasi
No
KEGIATAN
TAHUN
DINAS
PELAKSANA
TUJUAN
KEGIATAN
KHALAYAK
SASARAN
PESAN KUNCI
1
Penyuluhan
Menciptakan
Lingkungan
Sehat
2014
Dinas
Kesehatan
Merubah perilaku
masyarakat
terhadap kehidupan
lingkungan yang
tidak sehat menjadi
sehat
Masyarakat di
daratan
Kabupaten
Daik dan Dabo
Raya
Lingkungan
sehat itu
adalah
sesuatu yang
indah
2
Studi
Penilaian Area
Beresiko
2014
Dinas
Kesehatan
Mendapatkan
Informasi dimana
saja pola
hidup/perilaku hidup
masyarakat yang
beresiko terhadap
sanitasi
20 Desa di
Kab.Lingga
dengan 1 desa
20 Responden.
Mari sama-sama
kita merubah
perilaku sanitasi
yang buruk
menjadi baik
PEMBELAJA
RAN
Sedangkan Pada peta media informasi yang disampaikan kepada masyarakat tentang Sanitasi belum ada data yang
tersedia
Download