BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN LINGGA 2.1. a. Geografis, Kondisi Fisik dan Administratif Kondisi Geografis Kabupaten Lingga mempunyai luas wilayah daratan dan lautan mencapai 211.772 km2. Namun, berdasarkan data eksisting luas wilayah Kabupaten Lingga sebesar 45.667,56 Km2 yang terdiri dari luas daratan sebesar 2.235,48 Km2 (4,91%) dan lautan sebesar 43.432,08 Km2 (95,09%). Secara administrasi, pemerintahan Kabupaten Lingga terdiri dari 9 (sembilan) kecamatan, yaitu Kecamatan Singkep, Kecamatan Singkep Barat, Kecamatan Singkep Pesisir, Kecamatan Singkep Selatan, Kecamatan Lingga, Kecamatan Lingga Utara, Kecamatan Selayar, Kecamatan Lingga Timur, dan Kecamatan Senayang. Jumlah pulau yang terdapat di Kabupaten Lingga sebanyak 604 pulau dengan kondisi ± 571 belum berpenghuni. Kabupaten Lingga terletak di antara 0° 00’ - 1° 00’ Lintang Selatan dan 103° 30’ - 105°00’ Bujur Timur. Adapun batas wilayah Kabupaten Lingga antara lain: 1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Galang Kota Batam dan Kabupaten Bintan. 2. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Laut Natuna. 3. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Laut Bangka dan Selat Berhala. 4. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Laut Indragiri (Provinsi Riau) b. Kondisi Fisik Kondisi fisik dasar wilayah Kabupaten Lingga antara lain meliputi : Kondisi Iklim dan Curah Hujan Iklim di Kabupaten Lingga mempunyai sifat-sifat yaitu suhu rata-rata 26,8⁰ C; kelembaban relatif rata-rata 84 %; Kecepatan angin rata-rata 5 Knot; tekanan udara rata-rata 1009,4 millibar; jumlah curah hujan rata-rata 13,5mm/hari; Penyinaran matahari rata-rata 52 %. Kabupaten Lingga dialiri oleh sungai-sungai yang menjadi potensi sumber air bagi pemenuhan kebutuhan air baik bagi pertanian ataupun kegiatan yang lainnnya. Di Kabupaten Lingga mempunyai potensi air yang surplus sepanjang tahun, dengan jumlah curah hujan yang berkisar antara 2000-3500 mm/thn dengan kondisi air surplus maka potensi sumber daya air cukup besar yang dapat dimanfaatkan, berikut merupakan uraian potensi ketersediaan air lahan: POTENSI KETERSEDIAAN AIR LAHAN DI KABUPATEN LINGGA Nama Curah Hujan Daerah (mm/th) Lingga 2600,7 Singkep 2600,7 Senayang 2600,7 Sumber : Hasil Analisis, 2009 Air Tersedia (mm) 64 82,2 62,7 Kondisi Air (mm/th) Defisit Surplus 0 968 0 968 0 968 Curah hujan tahunan di wilayah Kabupaten Lingga tergolong tinggi, yaitu 2.024,2 mm/tahun (< 2.000 mm/tahun) dengan hari hujan rata-rata sebanyak 194 hari/tahun. Berdasarkan Klasifikasi Iklim Schmidt dan Ferguson (1951), terdapat 9 bulan basah (curah hujan >100 mm/bln), 1 bulan kering (curah hujan < 60 mm/bln), dan 2 bulan lembab (curah hujan 60 - 100 mm/bulan). Sedangkan berdasarkan Zona Agroklimat Oldeman et.al (1980), bulan basah (curah hujan >200 mm/bulan) dijumpai selama 4 bulan kering sebanyak 3 bulan (curah hujan <100 mm/bulan) dan bulan lembab sebanyak 5 bulan (curah hujan 100 - 200 mm/bulan). Curah hujan bulanan minimum terjadi bulan Januari sebesar 13,9 mm/bulan, sedangkan curah hujan bulanan maksimum terjadi bulan Nopember sebesar 289,1 mm/bulan. Suhu udara rata-rata daerah kajian adalah berkisar antara 26,3 – 27,7 ºC, dimana suhu udara rata-rata tertinggi terjadi pada bulan September, sedangkan suhu udara rata-rata terendah terjadi pada bulan Maret. Suhu udara maksimum berkisar antara 32,0 (Januari dan Maret) s/d 34,0 (Oktober), dengan rata-rata suhu maksimum sebesar 33,0. Sedangkan suhu minimum berkisar 18,4 (Oktober) s/d 20,8 (Pebruari), dengan ratarata suhu minimum sebesar 20,0. Kelembaban udara relatif rata-rata adalah 83,6 %, dimana kelembaban udara relatif terendah terjadi pada bulan Januari sebesar 80,0 %, sedangkan kelembaban udara relatif tertinggi dijumpai pada bulan Desember sebesar 86,9 %. Kondisi Topografi Ketinggian di Kabupaten Lingga berkisar antara 0 – 1.272 m dpl, sebagian besar daerah di Kabupaten Lingga adalah berbukit-bukit. Berdasarkan data dari Badan Pertanahan Nasional (BPN), terdapat 73.947 Ha yang berupa daerah berbukit-bukit, sementara daerah datarnya hanya sekitar 11.015 Ha. Pada dasarnya wilayah Kabupaten Lingga memiliki kemiringan yang ideal untuk dikembangkan sebagai kawasan perkotaan, karena hampir mencapai 65 %, wilayah Kabupaten Lingga berada dalam kemiringan 0 – 2 %, disusul oleh wilayah dengan kemiringan di atas 40 % yaitu mencapai hampir 17 %. Kondisi Geomorfologi Berdasarkan bentuk bentang alam dan sudut lerengnya, daerah penyelidikan dapat dibagi menjadi 6 (enam) satuan morfologi, yaitu: 1) Dataran Merupakan daerah dataran aluvial sungai dengan kemiringan lereng medan antara 0-5% (0-30), ketinggian wilayah antara 18 - 45 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi sangat rendah. Penyebaran satuan ini adalah di bagian timur daerah pemetaan, yaitu sekitar Kecamatan Senayang, Kecamatan Lingga Utara, dan sebagian di Kecamatan Singkep Barat. 2) Perbukitan berelief halus Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang halus dengan kemiringan lereng medan 5-15% (3-80), ketinggian wilayah antara 45 - 144 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk ke dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi rendah. Penyebaran satuan ini antara lain menempati daerah sebagian di Kecamatan Singkep Barat dan Kecamatan Singkep. 3) Perbukitan berelief sedang Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang sedang dengan kemiringan lereng medan 15 - 30% (8 - 170) dengan ketinggian wilayah 150 - 400 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi rendah sampai menengah. Penyebaran satuan ini antara lain di daerah sekitar sebagian di Kecamatan Singkep Barat dan Kecamatan Singkep serta sebagian di Kecamatan Lingga. 4) Perbukitan berelief agak kasar Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang agak kasar dengan kemiringan lereng 30 - 50% (17 - 270),dengan ketinggian wilayah 200 - 550 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi menengah. Penyebaran satuan ini antara lain di daerah sekitar Kecamatan Singkep, sebagian kecil di Kecamatan Singkep Barat, sebagian kecil di Kecamatan Lingga dan Kecamatan Lingga Utara. 5) Perbukitan berelief kasar Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang kasar dengan kemiringan lereng 50 - 70% (27 - 360),dengan ketinggian wilayah 225 - 644 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi tinggi. Penyebaran satuan ini antara lain sebagian besar di Kecamatan Lingga dan sebagian kecil di Kecamatan Lingga Utara serta sebagian kecil di sekitar Kecamatan singkep. 6) Perbukitan berelief sangat kasar sampai hampir tegak Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang sangat kasar dengan kemiringan lereng lebih besar dari 70% (>360), dengan ketinggian wilayah 262 - 815 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi sangat tinggi, terutama erosi vertikalnya. Penyebaran satuan ini antara lain terdapat di sekitar di Kecamatan Lingga dan sebagian kecil di Kecamatan Lingga Utara serta sebagian kecil di sekitar Kecamatan Singkep. Tabel 2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Lingga No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 NAMA DAS Bakung Cikasim Daik Jelutung Kelumu Keton Langkap Limas Marok Tua Mengkudung Mentunda Nerekeh Pancur Panggak Darat Petengah Resun Selayar Senayang Serak Sergang Sungai Besar Sungai Pinang Tanda Temiang Pulau Pulau Kecil AREA 73363135,21 111924542,8 92916742,26 32658062,87 71950250,28 70214656,85 81348311,37 146221490,1 54897668,53 59664261,19 43136342,12 29281574,63 37343629,86 19864149,01 24814291,94 54372550,9 103877730,6 40289778,76 82283607,45 293817791,2 78536805,83 65630224,27 185547016,2 41936846,26 41712180,21 PERIMETER 123726,5028 64150,89232 70399,90542 27704,46133 71950250,28 50723,18351 54951,39449 107717,3461 87721,36951 48495,45043 35607,37406 29801,35441 31873,10728 25306,82996 25058,37743 39338,56905 63432,56559 47651,07666 74073,71066 105552,9238 45747,23906 40943,34728 115668,9984 34680,41069 72658,06466 HA 7.336,31 11.192,45 9.291,67 3.265,81 7.195,03 7.021,47 8.134,83 14.622,15 5.489,77 5.966,43 4.313,63 2.928,16 3.734,36 1.986,41 2.481,43 5.437,26 10.387,77 4.028,98 8.228,36 29.381,78 7.853,68 6.563,02 18.554,70 4.193,68 4.171,22 c. Kondisi Administratif Berdasarkan Undang Undang No. 31 Tahun 2003, Kabupaten Lingga mempunyai luas wilayah daratan dan lautan mencapai 211.772 km2. Namun, berdasarkan data eksisting luas wilayah Kabupaten Lingga sebesar 45.667,56 Km2 yang terdiri dari luas daratan sebesar 2.235,48 Km2 (4,91%) dan lautan sebesar 43.432,08 Km2 (95,09%). Secara administrasi, pemerintahan Kabupaten Lingga terdiri dari 9 (sembilan) kecamatan, yaitu Kecamatan Singkep, Kecamatan Singkep Barat, Kecamatan Singkep Pesisir, Kecamatan Singkep Selatan, Kecamatan Lingga, Kecamatan Lingga Utara, Kecamatan Selayar, Kecamatan Lingga Timur, dan Kecamatan Senayang. Jumlah pulau yang terdapat di Kabupaten Lingga sebanyak 604 pulau dengan kondisi ± 571 belum berpenghuni. Kecamatan dengan wilayah terluas adalah Kecamatan Senayang dengan luas wilayah 48730 Ha . Sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan Selayar dengan luas wilayah 4198 Ha. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2.2 Tabel 2.2 Nama, Luas Wilayah per-Kecamatan dan Jumlah Kelurahan/Desa NO NAMA KECAMATAN 1 LINGGA 2 3 LINGGA TIMUR LINGGA UTARA 4 SINGKEP 5 6 7 SINGKEP PESISIR SINGKEP SELATAN SINGKEP BARAT 8 SENAYANG 9 JUMLAH LUAS WILAYAH KELURAHAN/DESA SELAYAR Total Sumber : RTRW Kabupaten Lingga 1 Kelurahan / 10 Desa 6 Desa 1 Kelurahan / 11 Desa 3 Kelurahan / 3 Desa 6 Desa 3 Desa 1 Kelurahan / 14 Desa 1 Kelurahan / 18 Desa 4 Desa 82 Desa / Kel. (HA) 44.101 13.871 30.182 13.453 9.562 15.096 45.202 48.730 4.198 224.395 Gambaran umum kondisi penggunaan lahan Kabupaten Lingga meliputi distribusi penggunaan lahan, kondisi penggunaan lahan menurut jenisnya, kondisi penggunaan lahan kawasan terbangun, penggunaan lahan kawasan non terbangun, dan penggunaan lahan menurut fungsinya. 1. DISTRIBUSI PENGGUNAAN LAHAN Penggunaan lahan merupakan suatu cara atau metode bagaimana pemanfaatan ruang di suatu wilayah yang akan digunakan berdasarkan potensi dan sumber daya alam yang tersedia. Penggunaan lahan di suatu wilayah dapat dibagi menurut fungsi dan jenisnya. Penggunaan lahan menurut fungsinya dapat dibagi menjadi 2 kawasan, yaitu: kawasan terbangun (perumahan dan perkampungan, jasa perdagangan, jalan, dan industri) dan kawasan non terbangun (sawah teknis dan sawah non teknis, tegalan atau ladang, kebun, hutan, penggunaan tanah khusus dan lainnya seperti sungai, jalan). 2. KONDISI PENGGUNAAN LAHAN MENURUT JENISNYA Salah satu aspek yang dikaji dalam melihat potensi fisik dasar adalah penggunaan lahan eksisting pada suatu wilayah. Hal tersebut dikarenakan penggunaan lahan merupakan gambaran dari pemanfaatan lahan yang terdapat di wilayah Kabupaten Lingga. Pengertian dari masing‐masing jenis penggunaan lahan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a. Pesawahan/sawah merupakan lahan pematang dengan ditunjang atau tidak ditunjang oleh saluran irigasi, sering digenangi, ditanami padi atau tanaman semusim lainnya. b. Perkampungan merupakan lahan pemukiman (rumah tinggal, dan penggunaan fasilitas lainnya, seperti pendidikan, pemerintahan dan lainnya) yang berkelompok tetapi tersebar pada pusat‐pusat kota/desa maupun sepanjang jalur jalan. c. Tegalan/perkebunan merupakan lahan yang diusahakan untuk pengembangan pertanian lahan kering yang diusahakan menetap dengan tanaman semusim dengan tanaman keras sebagai batas persil dan tidak memiliki saluran irigasi. d. Padang rumput merupakan lahan yang tanamannya merupakan padang rumput dan kadang‐kadang hanya digunakan bagi kepentingan ternak, tetapi kadang pula dimanfaatkan penduduk untuk menanam tanaman sebagai tanaman sambilan. e. Empang/kolam merupakan areal lahan yang tidak dapat dimanfaatkan dikarenakan lahannya rusak. f. Hutan merupakan lahan hutan yang berdasarkan ciri vegetasi dan status, serta fungsinya dapat dibedakan dalam: • Hutan lebat mempunyai ciri‐ciri tumbuhan dengan berbagai jenis pohon, tingkat pertumbuhan maksimum, tajug rapat, semak belukar jarang didapati. • Hutan belukar banyak ditumbuhi dengan tumbuhan berbatang kecil, umumnya merupakan bekas daerah penebangan hutan, perladangan. • Hutan sejenis dicirikan oleh dominasi satu jenis pohon dengan kriteria dominasi 75% atau lebih. • Perkebunan merupakan lahan yang ditanami dengan berbagai jenis tanaman dan berumur panjang baik diusahakan oleh perkebunan besar maupun perkebunan rakyat/kecil. Umumnya tanaman yang diusahakan hanya satu jenis. Penggunaan lainnya, dimana penggunaan ini termasuk penggunaan untuk jalan, irigasi, riool, sungai, tanah yang tidak diusahakan, penggalian, industri, dan peternakan serta pariwisata. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pola penggunaan tersebut mengalami pergeseran luasan jenis penggunaan sejalan dengan tuntutan perubahan kegiatan, guna meningkatkan nilai tambah dari setiap jenis penggunaan lahan bersangkutan. Kecenderungan perubahan penggunaan lahan yaitu dengan tumbuhnya beberapa kawasan perumahan baru, kawasan/zona industri, persawahan, dan lainnya yang akan menggeser jenis penggunaan kegiatan pertanian lahan basah dan pertanian lahan kering. LUAS PENGGUNAAN LAHAN KABUPATEN LINGGA BERDASARKAN JENISNYA TABEL 1.3 PENGGUNAAN LAHAN KABUPATEN LINGGA a. Kondisi Penggunaan Lahan Kawasan Terbangun a. Kondisi Penggunaan Lahan Kawasan Terbangun Berdasarkan data penggunaan tanah di Kabupaten Lingga, luas pemanfaatan ruang sebagai kawasan terbangun sudah mencapai 240,1 Km2. Pada penggunaan lahan keseluruhan di Lingga, kawasan terbangun terbagi menjadi beberapa bagian. Permukiman di Kabupaten Lingga memiliki luas 21,03 Km2 dari luas keseluruhan wilayah Kabupaten Lingga. Perumahan ini dibedakan atas 2 macam utama, yaitu permukiman (perumahan) yang dibangun oleh pengembang (developer) dan permukiman (kampung) yang dibangun secara individu oleh masyarakat. b. Penggunaan Lahan Menurut Fungsinya Wilayah Kabupaten Lingga dapat juga dibagi menjadi 2 kawasan, yaitu: kawasan lindung, yang berfungsi untuk melindungi kawasan Kabupaten Lingga; dan kawasan budidaya, yang berfungsi untuk tempat pembudidayaan sumber daya yang ada di wilayah Kabupaten Lingga. 1. Penggunaan Lahan Kawasan Lindung Kawasan lindung atau kawasan yang berfungsi lindung yang direncanakan atau ditetapkan dalam wilayah Kabupaten Lingga meliputi : Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya. Kawasan perlindungan kawasan sempadan pantai, kawasan sempadan sungai dan sempadan mata air. Kawasan resapan air. 2. 3. Penggunaan Lahan Kawasan Budidaya Pertanian Pada penggunaan lahan kawasan budidaya pertanian, kawasan ini terbagi menjadi beberapa bagian‐bagian, antara lain: sawah, sawah tadah hujan, tegalan/ladang, kebun campur, dan perkebunan/kebun. • Sawah Total penggunaan lahan persawahan di Kabupaten Lingga seluas 140,22 Km2 atau sekitar 27,26% dari luas penggunaan lahan di Kabupaten Lingga. Sawah terluas ada di Kecamatan Senayang. • Tanah Ladang dan Perkebunan Termasuk dalam kelompok penggunaan lahan ini adalah Tanah ladang dan Perkebunan, yang merupakan bagian dari pertanian lahan kering. Total luas pertanian lahan kering tersebut adalah 816.01 Ha dari luas wilayah Kabupaten Lingga, yang terdiri atas: Perkebunan sebesar 462.96 Ha dan Tanah Ladang sebesar 353.05 Ha. Penggunaan Lahan Kawasan Terbangun Rencana kawasan budidaya ini terdiri atas 2 kelompok utama, yaitu kawasan budidaya perkotaan dan kawasan budidaya pertanian (perdesaan). Dalam kawasan budidaya perkotaan ini tercakup baik kawasan budidaya perkotaan yang telah ada dewasa ini maupun kawasan budidaya transisi perkotaan, dalam arti transisi dari karakter perdesaan menjadi karakter perkotaan. Prinsip penetapan kawasan tersebut adalah berdasarkan dominasi fungsi atau kegiatan utama yang ada dan yang akan dikembangkan pada kawasan tersebut. a. Kawasan Pusat Kota (Central Bussiness District/CBD) Kawasan Pusat Kota ini merupakan pusat utama bagi Kabupaten Lingga. Kawasan Pusat Kota ini terletak di wilayah ibukota kecamatan yang telah maju seperti Daik dan Dabo. Dalam kawasan pusat kota ini terdapat fungsi atau kegiatan: b. Taman/ruang terbuka pusat kota; Perniagaan/perbelanjaan; Jasa‐jasa; Fasilitas sosial/fasilitas umum; Perumahan pusat kota (rumah‐toko/ruko). Institusi/fasum Kegiatan‐kegiatan khusus Kegiatan‐kegiatan khusus dalam hal ini adalah yang dapat diidentifikasi luas pemanfaatan ruang/lahannya, yang meliputi: Komplek Batalyon Infantri/kawasan militer di Kecamatan Singkep. Lapangan terbang di Kecamatan Singkep. Komplek perkantoran di Kecamatan Lingga. Peta 2.1. Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) di wilayah Kabupaten Lingga Peta 2.2. Peta Administrasi Kabupaten Lingga 2.2. Kondisi Demografis Pembahasan kondisi kependudukan akan berhubungan langsung dengan masyarakat/penduduk. Peran serta penduduk dalam pembangunan wilayah mempunyai ikatan yang cukup kuat sesuai dengan tempat tinggalnya. Karakteristik sosial yang dimaksud disini adalah karakter dari masing-masing penduduk. Pada tahun 2014 jumlah Penduduk Kabupaten Lingga yaitu 90.651 jiwa. Jumlah penduduk terbesar terdapat pada Kecamatan Singkep Barat yaitu 26.760 jiwa dan yang terkecil terdapat pada Kecamatan Selayar yaitu 3.506 jiwa. Gambaran tentang jumlah dan kepadatan penduduk di wilayah Kabupaten Lingga dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 2.3. Tabel 2.3.Jumlah dan kepadatan penduduk Kabupaten Lingga kurun waktu 5 tahun terakhir No Kecamatan Jumlah Penduduk 2009 2010 2011 Jumlah KK 2012 2013 2009 2010 2011 Tingkat pertumbuhan 2012 2013 1 Lingga 16.637 16.651 16.651 9.969 10.207 4.955 5.298 5.298 5.298 5.728 2 Lingga Utara 10.445 9.701 9.701 10.240 10.186 3.191 3.323 3.323 3.323 3.488 3 Singkep 28.106 26.647 26.647 26.761 26.760 8.808 8.295 8.295 8.295 10.189 4 Singkep Barat 15.255 14.552 14.552 15.024 14.802 4.803 5.076 5.076 5.076 5.536 5 Senayang 6 19.646 19.702 Singkep Pesisir 4.699 7 Singkep Selatan 8 Lingga Timur 9 Selayar Total 19.239 89.682 18.693 86.244 18.693 86.244 5.700 6.206 4.699 1.159 1.559 6.546 6.546 2.556 2.556 4.025 4.025 1.237 1.237 3.506 3.506 1.106 1.106 100.416 100.433 34.780 34.780 Sumber : Kab. Lingga dalam Angka 2009 -2013 5.762 27.519 5.700 28.322 5.700 28.322 Kepadatan pendududk (km2) 2009 2010 2011 2012 2013 N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A 2009 2010 2011 2012 2013 16.637 16.651 16.651 17.500 17.729 10.445 9.701 9.701 10.195 10.186 28.106 26.647 26.647 28.006 28.005 15.294 15.432 15.255 14.552 14.552 19.293 18.693 18.693 19.646 19.702 89.682 86.244 86.244 90.641 91.702 Proyeksi penduduk adalah perhitungan jumlah penduduk dimasa yang akan datang berdasarkan trend perkembangan penduduk tahun-tahun sebelumnya. Proyeksi penduduk dalam penyusunan laporan ini direncanakan untuk jangka waktu 5 tahun ke depan yaitu tahun 20152019. Pada tahun 2014 jumlah penduduk Kabupaten Lingga sebesar 90.651 jiwa. Berikut adalah proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Lingga antara tahun 2014– 2019, sebagai berikut : Tabel 2.4. Jumlah dan kepadatan penduduk Kabupaten Lingga saat ini serta proyeksinya untuk 5 tahun ke depan NO NAMA KECAMATAN 2014 2015 2016 2017 2018 2019 1 Lingga 10.479 11.170 11.800 12.220 12.903 13.400 2 Lingga Utara 10.760 11.002 11.300 11.503 11.803 12.005 3 Singkep 26.760 26.998 27.400 27.980 28.207 28.700 4 Singkep Barat 14.998 15.109 15.340 15.501 15.690 16.500 5 Senayang 20.100 20.500 20.870 21.004 21.203 6 Singkep Pesisir 19.989 4.699 4.801 4.970 5.004 5.150 5.430 7 Singkep Selatan 6.546 6.770 6.998 7.201 7.500 7.604 8 Lingga Timur 4.025 4.222 4.409 4.510 4.640 4.800 9 Selayar Total 3.506 3.590 3.700 3.998 4.081 4.190 90.651 92.762 95.417 97.787 99.978 102.832 Sumber : Hasil Analisa Pokja 2.3. Keuangan dan Perekonomian Daerah Jumlah total pendapatan dalam APBD Kabupaten Lingga dari tahun ke tahun terus meningkat.. Kondisi keuangan dan perekonomian Kabupaten lingga secara lengkap dapat dilihat dalam table 2.5. di bawah ini. Tabel 2.5. Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Lingga Tahun 2009 - 2013 No A Realisasi Anggaran 2010 2011 2012 2013 9.300.000.000 11.160.000.000 12.500.000.000 17.500.000.000 20.000.000.000 2 Dana Perimbangan (Transfer) 352.166.151.084 358.394.925.382,82 457.024.137.961 526.032.434.000 663.205.614.693 3 Lain-lain Pendapatan yang sah 32.000.000.000 65.210.504.245 107.411.135.069 94.500.540.551 77.171.660.706 393.466.151.084 434.765.429.627,82 576.935.273.030 638.032.974.551 760.377.275,399 Jumlah Pendapatan (Jumlah I) C 2009 Rata2 Pendapatan() 1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) B Tahun Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah Tahun Sebelumnya 1 Penerimaan Pembiayaan 255.977.893.403,50 177.653.211.694 179,351,018,039 84.522.933.711 105.336.567.924,03 2 Pengeluaran Pembiayaan 3.675.000.000 5.500.000.000 8.675.000.000 1.315.000.000 8.193.986.220 Jumlah SILPA (Jumlah II) 252.302.893.403,50 172.153.211.694 170.676.018.039 83.207.933.711 97.142.581.704,03 Jumlah I + Jumlah II 645.769.044.487,50 606.918.641.321,82 747.611.291.069 721.240.908.262 857.519.857103,03 Belanja 1 Belanja Tidak Langsung 180.483.574.673,56 201.360.857.428,94 262.540.295274 260.893.344.064 297.665.323.544,13 2 Belanja Langsung 465.285.469.813,94 405.557.783.892,88 485.070.995.822 460.347.564.198 559.854.533.558,9 Jumlah Belanja 645.769.044.487,50 .606.918.641.321,8 747.611.291.069 721.240.908.262 857.519.857103,03 Pertumbuhan No Realisasi Anggaran Surplus/Defisit Anggaran Tahun 2009 2010 0 Rata2 2011 0 2012 0 2013 0 Pertumbuhan 0 Sumber : Peraturan Dearah Kabupaten Lingga Nomor 08 Tahun 2010 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2010 Peraturan Bupati Lingga Nomor 35 Tahun 2012 tentang Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Angga ran 2012 Peraturan Bupati Lingga Nomor 26 Tahun 2013 tentang Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013 Dalam lima tahun terakhir anggaran sanitasi dalam APBD Kabupaten Lingga bergerak stagna. Namu nilai ini tentunya masih jauh dari ideal untuk pembangunan sanitasi yang layak. Secara lengkap, kondisi anggaran sanitasi per kapitan dapat dilihat pada table di bawah ini. Tabel 2.6. Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi seluruh SKPD Kabupaten Lingga Tahun 2009 – 2013 No 1 2010 2011 2012 2013 2014 PU 1.a Investasi 1.b Operasional/Pemeliharaan (OM) 2 Tahun Uraian 5.580.000.000 8.508.983.508 43.200.000 7.313.921.582 1.583.502.500 2.287.674.000 470.130.000 LH 2.a Investasi 2.b Operasional/Pemeliharaan (OM) 3 DINKES 3.a Investasi 3.b Operasional/Pemeliharaan (OM) 196.000.000 508.600.000 - 104.200.000 269.500.000 95.000.000 - 57.840.000 218.220.000 227.440.000 227.440.000 60.000.000 - - - - - - - - - - 5.800.200.000 8.974.483.508 2.405.322.500 2.558.314.000 8.069.331.582 465.285.469.813,94 405.557.783.892,88 485.070.995.822 460.347.564.198 559.854.533.558 1,25% 2,21% 0,50% 0,56% 1,44% Belanja APBD murni untuk Sanitasi (1+2+3) Total Belanja Langsung 56.000.000 % APBD murni terhadap Belanja Langsung Sumber : APBD Kab. Lingga Tahun 2009 – 2013, diolah Tabel 2.7. Perhitungan Pendanaan Sanitasi Oleh APBD Kabupaten Lingga Belanja (Rp) No 1 1.a 1.b 1.c 2 2.a 2.b 2.c 3 3.1 3.b 3.c Sub Sektor 2010 2011 2012 2013 2014 Air Limbah Pendanaan Investasi Air Limbah Pendanaan OM yang dialokasikan dalam APBD Perkiraan Biaya OM Berdasarkan Infrastruktur yang terbangun Sampah Pendanaan Investasi Air Limbah Pendanaan OM yang dialokasikan dalam APBD Perkiraan Biaya OM Berdasarkan Infrastruktur yang terbangun Drainase Pendanaan Investasi Air Limbah Pendanaan OM yang dialokasikan dalam APBD Perkiraan Biaya OM Berdasarkan Infrastruktur yang terbangun 4 Aspek PHBS 5 Belanja Sanitasi 6 Belanja Langsung APBD 5.000.000 405.557.783.892,88 485.070.995.822 460.347.564.198 559.854.533.558 5.000.000 RataRata Pertumbuhan 7 8 9 Proporsi Belanja SanitasiBelanja Lagsung Proporsi Belanja Air LimbahBelanja Sanitasi Proporsi Belanja SampahBelanja Sanitasi Sumber : APBD Kab Lingga tahun 2009 – 2013, diolah Tabel 2.8. Belanja Sanitasi Perkapita Kabupaten Lingga No 1 2010 2011 2012 2013 2014 5.800.200.000 8.974.483.508 2.405.322.500 2.558.314.000 405.557.783.892,88 485.070.995.822 460.347.564.198 559.854.533.558 2,21% 0,50% 0,56% 1,44% Belanja Sanitasi 1.1 Air Limbah Domestik 1.2 Sampah Rumah Tangga 2 Drainase Perkotaan 2.1 DAK SanitasiInvestasi 2.2 DAK Lingkungan Hidup 2.3 DAK Perumahan dan Permukiman 3 Pinjaman Hibah Untuk Sanitasi Bantuan Keuangan Provinsi Untuk SanitasiO 4 Belanja Sanitasi (Rp) Uraian Belanja APBD murni untuk Sanitasi Total Belanja Langsung % APBD murni terhadap Belanja Langsung Sumber : APBD Kab. Lingga Tahun 2009 – 2013, diolah Tabel 2.9. Belanja Sanitasi Perkapita Kabupaten Lingga Tahun No 1 2 Deskripsi Total Belanja Sanitasi Kab. Lingga Jumlah Penduduk Sumber : APBD Kab. Lingga tahun 2009 – 2013, diolah 2010 2011 2012 2013 2014 5.800.200.000 8.974.483.508 2.405.322.500 2.558.314.000 8.069.331.582 89.682 86.244 86.244 100.416 100.433 Tabel 2.10. Realisasi dan Potensi Retribusi Sanitasi Perkapita Kab. Lingga No 1 Uraian Retribusi Aiir Limbah 1.a Realisasi Retribusi 1.b Potensi Retribusi 2 Retribusi Sampah 2.a Realisasi Retribusi 2.b Potensi Retribusi 3 Retribusi Drainase 3.a Realisasi Retribusi 3.b Potensi Retribusi 4 Total Realisasi Retribusi Sanitasi 5 Total Potensi Retribusi Sanitasi Proporsi Total Realisasi – Potensi Retribusi Sanitasi Realisasi Retribusi 6 Sumber : APBD Kab. Lingga Tahun 2009 – 2013, diolah Belanja Sanitasi (Rp) 2010 2011 2012 2013 2014 Untuk melihat angka pertembuhan ekonomi Kabupaten Lingga selama lima tahun terakhir, dapat dilihat dari Produk Domestic Regional Brutto (PDRB). Dari tabel di bawah ini akan terihat wa pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lingga. Hal ini mengindikasikan bahwa roda perekonomian di Kabupaten Lingga bergerak dengan cepat. Secara lengkap, kondisi data perekonomian umum Kabupaten Lingga dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.11. Tabel Peta Perekonomian Kabupaten LinggaTahun 2009 - 2013 No. 1 Tahun Deskripsi PDRB harga konstan (struktur perekonomian Rp) 2 2009 2010 563.837.170.000,- 601.075.690.000.,- 640.979.280.000,- 683.665.080.000,- - 6.010.000,- 6.370.000,- 6.460.000,- 6.860.000,- - 6,63% 6,60,% 6,64% 6,66% - Pendapatan perkapita Kabupaten (Rp) 3 Pertumbuhan Ekonomi (%) 2011 2012 2013 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Lingga Tahun 2013 PDRB Kabupaten Lingga Tahun 2013 2.4 Tata Ruang Wilayah 2.4.1 ` RENCANA STRUKTUR RUANG KABUPATEN LINGGA Dasar perumusan struktur ruang di Kabupaten Lingga dilakukan dengan memperhatikan arahan rencana struktur ruangnasional dan rencana struktur ruang provinsi serta kebutuhan pengembangan wilayah dan pelayanan infrastruktur sesuai dengan persoalan yang harus diatasi dan potensi yang dapat dikembangkan serta peluang pengembangan yang dapat diusahakan untuk menopang pengembangan perekonomian wilayah sampai dengan akhir tahun perencanaan. 2.4.1.1 Rencana Struktur Ruang Dalam Sistem Nasional Dan Provinsi Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan kerangka tata ruang wilayah kabupaten yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarki satu sama lain dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten terutama jaringan transportasi. Pusat kegiatan di wilayah kabupaten merupakan simpul pelayanan sosial ekonomi masyarakat di wilayah kabupaten, yang dapat terdiri atas: 1. PKN yang berada di wilayah kabupaten; 2. PKW yang berada di wilayah kabupaten; 3. PKL yang berada di wilayah kabupaten; 4. PKSN yang berada di wilayah kabupaten; dan 5. Pusat-pusat lain di dalam wilayah kabupaten yang wewenang penentuannya ada pada pemerintah daerah kabupaten, yaitu: a. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yang memiliki skala pelayanan kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; dan b. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa. Sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten meliputi sistem prasarana transportasi, energi, telekomunikasi, dan sumber daya air yang mengintegrasikannya dan memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada di wilayah kabupaten. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten berfungsi : 1. Sebagai arahan pembentuk sistem pusat kegiatan wilayah kabupaten yang memberikan layanan bagi kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan disekitarnya yang berada dalam wilayah kabupaten; dan 2. Sistem perletakan jaringan prasarana wilayah yang yang menunjang keterkaitannya serta memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada dalam wilayah kabupaten, terutama pada pusatpusat kegiatan/perkotaan yang ada. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan: 1. Kebijakan dan strategi penataan ruangwilayah kabupaten, kebutuhan pengembangan dan pelayanan wilayah kabupaten dalam rangka mendukung kegiatan sosial ekonomi; 2. Daya dukung dan daya tampung wilayah kabupaten; dan 3. Ketentuan peraturan perundang-undangan. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria: 1. Mengakomodasi rencana struktur ruang nasional,rencana struktur ruang wilayah provinsi, dan memperhatikan rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan; 2. Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah kabupaten bersangkutan; 3. Pusat-pusat permukiman yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten memenuhi ketentuan sebagai berikut : a. Terdiri atas Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), serta pusat kegiatan lain yang berhirarki lebih tinggi yang berada di wilayah kabupaten yang kewenangan penentuannya ada pada pemerintah pusat dan pemerintah provinsi; b. Memuat penetapan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) serta Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL); dan c. Harus berhirarki dan tersebar secara proporsional di dalam ruang serta saling terkait menjadi satu kesatuan sistem wilayah kabupaten. 4. Dapat memuat pusat-pusat kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada angka 3 huruf a dengan ketentuan sebagai berikut: a. Pusat kegiatan yang dipromosikan untuk dikemudian hari ditetapkan sebagai PKL promosi (dengan notasi PKLp); b. Pusat kegiatan yang dapat dipromosikan menjadi PKLp hanya Pusat Pelayanan Kawasan (PPK); dan c. Pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam huruf a harus ditetapkan sebagai kawasan strategis kabupaten dan mengindikasikan program pembangunannya didalam arahan pemanfataan ruangnya, agar pertumbuhannya dapat didorong untuk memenuhi kriteria PKL. Sistem jaringan prasarana kabupaten dibentuk oleh sistem jaringan transportasi sebagai sistem jaringan prasarana utama dan dilengkapi dengan sistem jaringan prasarana lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.4.1.2 Rencana Struktur Ruang Kabupaten Lingga Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Lingga meliputi rencana sistem pusat kegiatan, dan rencana sistem jaringan prasarana wilayah.Rencana pusat kegiatan terdiri dari sistem perkotaan dan sistem perdesaan. Sedangkan sistem jaringan prasarana wilayah terdiri dari (i) Sistem prasarana utama yang meliputi jaringan transportasi darat, laut dan udara; (ii) Sistem prasarana lainnya yang meliputi rencana sistem jaringan energi, rencana sistem jaringan telekomunikasi, rencana sistem jaringan sumber daya air, dan rencana sistem jaringan prasarana lainnya. Rencana Sistem Perkotaan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Pengembangan Pusat Kegiatan Wilayah di Kabupaten Lingga dilakukan dengan merujuk pada rencana sistem perkotaan nasional yang tertuang didalam RTRWN.Dalam sistem perkotaan nasional Daik Lingga dan Dabo Pulau Singkep ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) tahap pengembangan ke II dengan mendorong pengembangan kota-kota sentra produksi. Berkaitan dengan hal tersebut maka peran kedua kawasan perkotaan tersebut diharapkan dapat berperan: 1. Sebagai simpul kedua kegiatan ekspor–impor yang mendukung PKN di Batam; 2. Sebagai pusat kegiatan industri dan jasa serta pusat pengolahan/pengumpulan barang di wilayah kabupaten dan sekitarnya dan/atau melayani skala ProvinsiKepulauan Riau; 3. Sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten di sekitarnya. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Pengembangan Pusat Kegiatan Lokal merujuk pada sistem perkotaan yang ditetapkan dalam RTRW Provinsi Kepulauan Riau.Dalam sistem perkotaan wilayah Provinsi Kepulauan Riau, Senayang dan Pancur (Lingga Utara)ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Dengan demikian diharapkan kedua kawasan perkotaan tersebut dapat berperan sebagai: 1. Pusat pelayanan keuangan beberapa kecamatan di wilayah Kabupaten Lingga. 2. Pusat pengolahan/pengumpulan barang beberapa kecamatan di wilayah Kabupaten Lingga. 3. Simpul transportasi beberapa kecamatan di wilayah Kabupaten Lingga. 4. Jasa pemerintahan beberapa kecamatan di wilayah Kabupaten Lingga. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Untuk menetapkan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) di Kabupaten Lingga, hal-hal yang mendasari antara lain : 1. Mempertimbangkan arahan PKW dan PKL sebagaimana tersebut diatas, sehingga penetapan PPK dapat mendukung pengembangan PKL maupun PKW yang sudah ditetapkan dalam rencana sistem perkotaan Nasional maupun sistem perkotaan di tingkat Provinsi. Dengan memperhatikan arahan PKW dan PKL sebagaimana tertuang didalam RTRWN dan RTRW Provinsi Kepulauan Riau, maka pengembangan Pusat Pelayanan Kawasan diharapkan dapat mendukung pengembangan PKL di Senayang dan Pancur.Selain itu, pengembangan PPK khususnya di Pulau Singkep dan Pulau Lingga, diharapkan dapat menjadi pendukung pengembangan PKW di Dabo dan Daik. 2. Potensi dan permasalahan pengembangan di setiap wilayah kecamatan di Kabupaten Lingga. Potensi pengembangan di setiap wilayah di Kabupaten Lingga adalah sebagai berikut: a. Daik (Kecamatan Lingga), merupakan pusat pengembangan dengan orientasi kegiatan berupa pusat pemerintahan kabupaten, perdagangan, industri, perumahan dan permukiman, pariwisata, pertanian, perkebunan, pendidikan, dan kawasan lindung; b. Dabo (Kecamatan Singkep), merupakan pusat di bagian selatan dengan industri, perdagangan, pertanian, kehutanan, pertambangan, simpul transportasi laut skala nasional, pusat pelayanan transportasi udara skala regional, pariwisata, perumahan dan permukiman sebagai orientasi pengembangan wilayahnya; c. Senayang, merupakan pusat di bagian utara dengan fokus pengembangan sektor pariwisata, perumahan dan pemukiman, pertanian, perkebunan, perikanan dan sebagai simpul pelayanan transportasi laut lokal; d. Lingga Utara, merupakan pusat dibagian tengah dengan fokus pengembangan sektor pertanian, perikanan dan kelautan, Permukiman/perumahan,dan Simpul pelayanan transportasi laut lokal sebagai orientasi pengembangan wilayahnya; e. Singkep Barat, merupakan pusat di bagian selatan dengan fokus pengembangan sektor pariwisata, perkebunan, pertanian, perikanan, perumahan dan pemukiman sebagai sektor andalannya. 3. Issu strategis yang terkait dengan kesenjangan pengembangan wilayah di utara dan wilayah selatan Kabupaten Lingga. Kesenjangan pengembangan wilayah dan pelayanan sosial ekonomi dan budaya di wilayah utara dan selatan Kabupaten Lingga (khususnya pada pulau-pulau kecil) menjadi pertimbangan utama untuk mendorong pemerataan pelayanan pengembangan wilayah. Namun, kondisi geografis berupa perairan yang memisahkan antara pulau-pulau kecil di Kabupaten Lingga memerlukan penanganan yang terpadu dalam sistem aksesibilitas yang menghubungkan antar Pusat Pelayanan Kawasan maupun Pusat Pelayanan Lingkungan. Berkaitan dengan beberapa hal tersebut diatas, maka Pusat Pelayanan Kawasanmerupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa dan juga mendukung pengembangan Pusat Kegiatan Lokal direncanakan sebagai berikut: 1. PPK Pulau Rejai (Kecamatan Senayang) Pengembangan Pulau Rejai diharapkan dapat menjadi pusat pertumbuhan di bagian utara wilayah Kabupaten Lingga khususnya pada pusat pengembangan pulau-pulau kecil yang berbasis pada kelautan (wisata bahari, perikanan, pertanian). 2. PPK Sungai Tenam (Kecamatan Lingga) Keberadaan pelabuhanSungai Tenam diharapkan dapat menjadi simpul transportasi yang menghubungkan pulau-pulau kecil di bagian utara wilayah Kabupaten Lingga dengan Pulau Lingga maupun Pulau Singkep. Dengan demikian, diharapkan pada simpul transportasi tersebut tumbuh perkotaan yang dapat menjadi Pusat Pelayanan Kawasan di wilayah sekitarnya yang berbasis pada pengembangan perdagangan jasa, pergudangan industri maritim, dan pemukiman baru. 3. PPK Marok Tua (Kecamatan Singkep Barat) PengembanganMarok Tua sebagai Pusat Pelayanan Kawasan diharapkan dapat memperkecil kesenjangan pengembangan wilayah barat dan wilayah timur Pulau Singkep. Pengembangan Marok Tua diharapkan dapat mendorong tumbuhnya kawasan dengan basis pengembangan sektor perkebunan, pertambangan, dan perikanan. Selain itu, pengembangan Marok Tua juga dipersiapkan untuk mendorong pengembangan transportasi ke Provinsi Jambi. 4. PPK Sungai Pinang (Kecamatan Lingga Timur) Pengembangan Sungai Pinang sebagai Pusat Pelayanan Kawasan diharapkan dapat memperkecil kesenjangan pengembangan wilayah timur Pulau Lingga. Pengembangan SungaiPinang diharapkan dapat mendorong tumbuhnya kawasan dengan basis pengembangan sektor perkebunan dan perikanan. Rencana Sistem Perdesaan Rencana sistem perdesaan di wilayah Kabupaten Lingga merupakan penetapan Pusat Pelayanan Lingkunganyang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) dikembangkan untuk mendukung pengembangan PPK yang ada di Kabupaten Lingga. 1. Pusat Pelayanan Lingkungan yang mendukung pengembangan PPK Pulau Rejai adalah sebagai berikut: a. PPL Cempa terletak di Kecamatan Senayang. b. PPL Tajur Biru (Pulau Temiang)terletak di Kecamatan Senayang. c. PPL Pulau Benan (pendukung pelayanan wisata) terletak di Kecamatan Senayang. 2. Pusat Pelayanan Lingkungan yang akan dikembangkan untuk mendukung pengembangan PPK Sungai Tenam adalah: 3. a. PPL Penarik terletak di Kecamatan Lingga. b. PPL Centeng (pelayanan wisata, agropolitan) terletak di Kecamatan Lingga Utara. c. PPL Penuba (pelayanan perikanan)terletak di Kecamatan Selayar. Pusat Pelayanan Lingkungan yang akan dikembangkan untuk mendukung pengembangan PPK Marok Tua adalah: a. PPL Kuala Raya terletak di Kecamatan Singkep Barat. b. PPL Jagoh terletak di Kecamatan Singkep Barat. c. PPL Resang terletak di Kecamatan Singkep Selatan. d. PPL Pulau Mas terletak di Kecamatan Singkep Barat. e. PPL Lanjut terletak di Kecamatan Singkep Pesisir. Pusat Pelayanan Lingkungan yang akan dikembangkan untuk mendukung pengembangan PPK Sungai Pinang adalah PPL Centeng di Kecamatan Lingga Utara 2.4.1.3 Rencana Sistem Jaringan Prasana Wilayah A. Rencana Sistem prasarana Lainnya 1. Rencana Sistem Jaringan Energi Pengembangan sistem penyediaan energi di Kabupaten Lingga meliputi jaringan minyak bumi dan gas; jaringan transmisi tenaga listrik; dan pembangkit tenaga listrik. Pengembangan sistem penyediaan energi di Kabupaten Lingga bertujuan: a. Menyediakan tenaga listrik yang terjamin keandalan dan kesinambungan penyediaannya dalan rangka penunjang kegiatan di seluruh wilayah kabupaten Lingga. b. Melaksanakan pemanfaatan energi gas maupun minyak untuk kebutuhan rumah tangga, industri,dan transportasi. Rencana Jaringan Minyak Bumi dan Gas Pengembangan penyediaan energi untuk transportasi, rumah tangga, dan industri bertujuan untuk menyediakan bahan bakar bagi keperluan transportasi, rumah tangga, dan industri berupa bahan bakar gas maupun minyak bumi. Pengembangan penyediaan energi untuk transportasi, rumah tangga, dan industri meliputi : 1. Penyediaan, pengamanan, dan pengembangan fasilitas depo pengisian Bahan Bakar Minyak untuk keperluan rumah tangga, transportasi maupun industri yang akan melayani seluruh wilayah kabupaten Lingga. Lokasi pengembangan depo pengisian bahan bakar direncanakan terpadu dengan pengembangan Pelabuhan, hal ini disebabkan karena suplai bahan bakar dilakukan dari laut dengan mempergunakan kapal. Dalam hal kerawanan terhadap bencana maka perlu dikembangkan unit depo pengisian bahan bakar yang terletak pada lokasi yang aman terhadap ancaman sebagai alternatif pengisian bahan bakar apabila dalam kondisi darurat. 2. Penyediaan stasiun pengisian bahan bakar minyak untuk keperluan transportasi dialokasikan tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Lingga baik untuk transportasi darat maupun transportasi laut dengan tetap mempertimbangkan faktor-faktor keamanan lingkungan dan aksesibilitas yang akan diatur lebih lanjut didalam rencana yang lebih rinci. 3. Pengembangan stasiun pengisian bahan bakar gas untuk keperluan rumah direncanakan tersebar di setiap pusat pelayanan lingkungan. Rencana fasilitas stasiun pengisian bahan bakar gas untuk kebutuhan rumah tangga akan dikembangkan di Sungai Tenam (Kecamatan Lingga) dan Dabo (Kecamatan Singkep). Sedangkan Rencana pengisian bahan bakar untuk transportasi akan dikembangkan di Dusun Penarik Desa Kelumu (Kecamatan Lingga), Desa Sungai Buluh (Kecamatan Singkep Barat), dan Pulau Sebangka (Kecamatan Senayang). Rencana Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Dalam rangka meningkatkan pelayanan konsumen, maka usaha perluasan jaringan perlu ditempuh.Perluasan jaringan distribusi (20 kV) dilakukan sesuai dengan penyebaran dan pemusatan beban di wilayah Kabupaten Lingga.Untuk menjaga terjaminnya kontinuitas pelayanan, maka lokasi tertentu perlu dibuat dengan sirkuit ganda. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya pemadaman total bila terjadi gangguan pada jaringan antara pusat pembangkit dengan gardu distribusi, atau penyaluran ke pusat-pusat beban yang sifatnya penting yang mengalami kerugian secara ekonomis yang sangat berarti bila terjadi pemadaman listrik. Parameter jaringan yang perlu diperhatikanadalah: a. Tegangan : mengikuti standar PLN (SPLN1), jatuh tegangan yang dijinkan adalah + 5% dan –10% dari tegangan nominal. b. Frekuensi : kestabilan frekuensi perlu dipertahankan, mengingat ada beberapa peralatan konsumen yang peka terhadap perubahan frekuensi. Untuk Indonesia, frekuensi ditetapkan 50 Hz. Penyimpangan yang lazim diizinkan adalah 3% selama 10 menit. c. Faktor daya : Yang rendah dan ketidakseimbangan beban konsumen akan mengakibatkan pengaruh balik pada jaringan, seperti timbulnya kerugian besar. Diusahakan faktor daya dipertahankan 0.8. d. Beban : Keadaan beban dan pembebanan yang tidak seimbang akan berakibat menurunnya fungsi jaringan serta usia peralatannya. e. Keandalan : Tingkat keandalan perlu dirumuskan sebelumnya. Kemudian pada saat pengoperasian, dimonitor tingkat dan banyaknya gangguan, dievaluasi berdasarkan tolok ukur tingkat keandalan yang diinginkan, dan bila perlu dilakukan usaha penyempurnaan dan perbaikan sebagaimana mestinya. Rencana pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik di wilayah Kabupaten Lingga dikembangkan pada setiap pulau yang direncanakan untuk mengembangan permukiman. Adapun rencana pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik meliputi: a. Pengembangan jaringan saluran udara transmisi dan distribusimeliputi: 1. Pulau Lingga meliputi: a) Kecamatan Lingga; b) Kecamatan Lingga Timur; dan c) Kecamatan Lingga Utara. 2. Pulau Singkep meliputi: a) Kecamatan Singkep; b) Kecamatan Singkep Pesisir; c) Kecamatan Singkep Selatan; dan d) Kecamatan Singkep Barat. b. 3. Pulau Senayang Kecamatan Senayang. 4. Pulau Sebangka Kecamatan Senayang. 5. Pulau Benan Kecamatan Senayang. 6. Pulau Selayar Kecamatan Selayar. 7. Pulau Bakung Kecamatan Senayang. 8. Pulau Cempa Kecamatan Senayang. Pengembangan jaringan saluran bawah laut yang menghubungkan Pulau Lingga terletak di Penarik Desa Kelumu Kecamatan Lingga dengan Pulau Singkep terletak di Desa Jagoh Kecamatan Singkep Barat; dan c. Pengembangan gardu induk DesaJagoh Kecamatan Singkep Barat. Rencana Pengembangan Pembangkit Tenaga Listrik Kebutuhanlistrik di Kabupaten Lingga diperhitungkan berdasarkan kebutuhan listrik untuk rumah tangga, sarana pelayanan umum, dan penerangan jalan. Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan listrik sampai dengan tahun perencanaan 2031 adalah 162.368 kw yang meliputi listrik untuk rumah tanggasebesar 116,170 KW, listrik untuk sarana pelayanan umum sebesar 29,043 KW dan listrik untuk penerangan jalan sebesar 17,426 KW. Kondisi geografis Kabupaten Lingga yang berupa kepulauan menuntut perencanaan sistem pembangkit listrik yang efisien. Kebutuhan listrik di pulau-pulau kecil untuk menunjang pengembangan kegiatan yang direncanakan pada pulau tersebut akan dipenuhi dengan pola pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Berdasarkan perhitungan kebutuhan listrik sebagaimanatersebut diatas,maka untuk pembangkit listrik direncanakan sebagai berikut: 1. Pulau Lingga akan menggunakan PLTD dengan kapasitas 10 MW sejumlah 7 unit yang akan ditempatkan di Desa Sungai Pinang,Kelurahan Daik, Desa Limbung, Sungai TenamDesa Mentuda, Desa Penuba, Desa Kerandin, dan Kelurahan Pancur. Di Pulau Lingga terdapat potensi sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan sistem Pembangkit Tenaga Listrik Min Hidro(PLMNH) di Sungai Jelutungdengan kapasitas 1,5 Mw. 2. Pulau Singkep diperlukan 10 unit PLTD dengan kapasitas masing-masing pembangkit 10 MW. yang akan ditempatkan di Kelurahan Dabo, Desa Marok tua, Desa Marok Kecil, dan Desa Bakong. Selain itu, di Pulau Singkep (Desa Jagoh-Kecamatan Singkep Barat) juga akan dikembangkan Pembangit Listrik Tenaga Gasifikasi Batubara (PLTGB) dengan kapasitas 2 x 3 Mw. 3. Pulau Sebangka diperlukan 3 unit PLTD dengan kapasitas masing-masing pembangkit 10 Mw yang akan ditempatkan di Pulau Senayang. 4. Pada pulau-pulau kecil yang akan dikembangkan untuk kawasan permukiman dan wisata yang meliputi Pulau Benan, Pulau Bakung, dan Pulau Cempa masing-masing akan dilayani oleh 2 unit PLTD dengan kapasitas 5 Mw. Selain itu juga akan dikembangkan pembangkit listrik alternatif tenaga surya dengan skala kecil untuk kebutuhan penerangan rumah tangga, penerangan jalan, dan energi untuk menara telekomunikasi serta kebutuhan kebutuhan skala kecil lainnya. 2. Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi Jaringan telepon adalah rangkaian perangkat/sekelompok alat telekomunikasi dan kelengkapannya yang digunakan dalam rangka bertelekomunikasi. Sampai saat ini jaringan telepon sudah melayani wilayah Kabupaten Lingga, namun kapasitas masih terbatas jumlahnya. Umumnya jaringan telekomunikasi tersebut, terdapat pada fasilitas perkantoran, perdagangan, dan jasa serta sebagian lingkungan perumahan. Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi bertujuan: 1. Untuk memberikan arah penyelenggaraan telekomunikasi sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku di samping kehandalan cakupan (coverage) frekuensi telekomunikasi dengan tujuan meminimalkan jumlah menara telekomunikasi yang ada, dengan prioritas mengarahkan pada penggunaan/dalam penggunaan/pengelolaannya maupun penggunaan ruang, namun tetap menjamin kehandalan cakupan pemancaran, pengiriman dan atau penerimaan telekomunikasi; 2. Untuk menyediakan sarana telekomunikasi yang terjangkau masyarakat dan merata seluruh wilayah kabupaten Lingga baik daratan maupun lautan; dan 3. Mengembangkan sistem jaringan teknologi informasi yang terjangkau dan merata di seluruh wilayah kabupaten. Berkaitan tujuan pengembangan jaringan telekomunikasi maka rencana pengembangan jaringan telekomunikasi adalah sebagai berikut: Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Kabel Pengembangan jaringan telepon kabel, harus dikembangkan secara bertahap dan ekonomis sesuai dengan kebutuhan serta arah pengembangan wilayah terutama kawasan yang di tetapkan sebagai pusat kegiatan wilayah (PKW) dan pusat kegiatan lokal (PKL) serta pusat pelayanan kawasan (PPK). Pembangunan jaringan prasarana telekomunikasi kabel direncanakan yang mengikuti jaringan cakupan pelayanan ke seluruh pusat pelayanan dan wilayah pengembangannya.Kebutuhan jaringan telekomunikasi kabel direncanakan dengan acuan sebagai berikut: Rumah tangga : 4 unit/100 penduduk Fas. sosial dan umum : 3 % dari rumah tangga Telepon umum/ wartel : 1 unit/3.000 jiwa Warnet : 1 unit/12.000 jiwa Rumah kabel : 1 unit/1.500 SST STO : 1/20.000 Berdasarkan standar tersebut, maka pengembangan jaringan telepon di Kabupaten Lingga direncanakan dengan mengembangkan STO serta Rumah Kabel (RK) guna meningkatkan kapasitas sambungan telepon. Rencana kebutuhan telepon di Kabupaten Lingga tahun 2010 mencapai 3,808 sambungan dan 63 unit Rumah Kabel serta 5 Stasiun Otomat. Pada tahun akhir perencanaan (tahun 2031) kebutuhan mencapai 6.936sambungan dengan kebutuhan 116 Rumah Kabel dan 9 unit STO. Untuk memenuhi kebutuhan jaringan telepon di Kabupaten Lingga, maka direncanakan pengembangan jaringan kabel yang terdiri dari: a. Pengembangan jaringan yang menghubungkan PKW Daik - PKL Pancur - PPK Sungai Tenam PPL Centeng - PPL Penarik - PPK Sungai Pinang terletak di Pulau Lingga; dan b. Pengembangan jaringan yang menghubungkan PKW Dabo - PPK Marok Tua –PPL Resang PPL Kuala Raya - PPL Jagoh terletak di Pulau Singkep. Pengembangan Sistem Jaringan Nirkabel Mengembangkan sistem telekomunikasi satelit atau telekomunikasi nirkabel (selular) melalui pembangunan BTS dikembangkan untuk dapat melayani seluruh wilayah kabupaten lingga baik daratan maupun perairan dengan memperhatikan tingkat kepadatan bangunan dan tingat kepadatan jasa telekomunikasi. Pengembangan jaringan telekomunikasi di pulau-pulau kecil akan dikembangkan dengan jaringan telepon nirkabel melalui pengembangan menara BTS yang tersebar dan menjangkau seluruh wilayah Kabupaten Lingga.Rencana pengembangan BTS di Kabupaten Lingga adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan BTS di Kecamatan Lingga meliputi Daik sebanyak 3 (tiga) BTS, Musai sebanyak 2 (dua) BTS, Panggak Darat sebanyak 2 (dua) BTS, Mepar sebanyak 2 (dua) BTS, Mentuda sebanyak 2 (dua) BTS), Pekajang, dan Kelumu. 2. Pengembangan BTS di Kecamatan Lingga Utara meliputi Bukit Harapan sebanyak 2 (dua) BTS, Pancur sebanyak 3 (tiga) BTS, Resun, Sungai Besar, Teluk, danLimbung. 3. Pengembangan BTS di Kecamatan Lingga Timur berada di Sungai Pinang dan Kudung. 4. Pengembangan BTS di Kecamatan Selayar berada di Pulau Selayar. 5. Pengembangan BTS di Kecamatan Singkep meliputi Dabo sebanyak 4 (empat) BTS dan Batu Berdaun sebanyak 3 (tiga) BTS. 6. Pengembangan BTS di Kecamatan Singkep Barat meliputi Jagoh sebanyak 3 (tiga) BTS, Raya sebanyak 3 (tiga) BTS, Marok Tua sebanyak 3 (tiga) BTS, Sungai Harapan sebanyak 2 (dua) BTS, Sungai Buluh, Tinjul, dan Posek. 7. Pengembangan BTS di Kecamatan Singkep Pesisir meliputi Persing sebanyak 2 (dua) BTS dan Kote. 8. Pengembangan BTS di Kecamatan Singkep Selatan berada di Berhala dan Marok Kecil (Resang) 9. Pengembangan BTS di Kecamatan Senayang meliputi Pulau Senayang sebanyak 2 (dua) BTS, Penaah sebanyak 2 (dua) BTS berada di Pulau Buluh dan Pulau Kongki Besar, Cempa, Rejai, Benan, Mensanak, Pulau Bukit, Tajur Biru, Pulau Kentar, Pasir Panjang, Mamut, Batu Berlobang, Baran, Pulau Batang, dan Temiang. Pola penyebaran titik lokasi menara telekomunikasi dibagi dalam kawasan berdasarkan kepadatan bangunan serta kepadatan jasa telekomunikasi yang lokasi persebarannya ditetapkan dengan Peratuan bupati memperhatikan ketentuan umum sebagai berikut: 1. Penempatan titik lokasi menara telekomunikasi pada permukaan tanah direncanakan untuk pengembangan menara bersama (beberapa operator) baik menara rangka maupun menara tunggal. 2. Menara telekomunikasi dapat didirikan di atas tanah dan di atas bangunan dengan memperhatikan keamanan, keselamatan, estetika dan keserasian lingkungan. 3. Pada kawasan dengan perkotaan penempatan titik lokasi menara telekomunikasi pada permukaan tanah dapat dilakukan untuk Menara Rangka dan Menara Tunggal tinggi maksimum 52 meter dari permukaan tanah dengan memperhatikan keamanan, keselamatan, estetika dan keserasian lingkungan. 4. Menara Telekomunikasi dibangun sesuai dengan kaidah penataan ruang ruang, keamanan dan ketertiban, lingkungan, estetika dan kebutuhan telekomunikasi pada umumnya. 5. Pengaturan zona-zona pembangunan menara transmisi selular (BTS), terutama yang berada di kawasan perkotaan disesuaikan dengan kriteria teknis keindahan kota serta mempertimbangkan faktor keamanan. Dalam rangka pengaturan pembangunan menara telekomunikasi di Kabupaten Lingga, perlu disusun masterplan pengaturan menara telekomunikasi di Kabupaten Lingga dengan memperhatikan rencana tata ruang. 3. Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air Rencana sistem jaringan sumber daya air dikembangkan yang terdiri atas: Daerah Aliran Sungai (DAS), Prasarana Air Baku untuk Air Bersih, dan Sistem Pengendalian B. Daerah Aliran Sungai(DAS) Daerah aliran sungai yang terdapat di wilayah Kabupaten Lingga terdiri dari DAS Bakung, DAS Cikasim, DAS Daik, DAS Jelutung, DAS Kelumu, DAS Keton, DAS Langkap, DAS Limas, DAS Marok Tua, DAS Mengkuding, DAS Mentuda, DAS Nerekeh, DAS Pancur, DAS Panggak Darat, DAS Petengah, DAS Resun, DAS Selayar, DAS Senayang, DAS Serak, DAS Sergang, DAS Sungai Besar, DAS Sungai Pinang, DAS Tanda, dan DAS Temiang. Prasarana Air Baku Untuk Air Bersih Rencana penataan sumber daya air untuk air baku dalam rangka pemenuhan kebutuhan air bersih menjadi sangat penting mengingat wilayah Kabupaten lingga terdiri dari banyak pulaupulau kecil yang tidak memiliki sumber air baku yang cukup untuk memenuhi kebutuhan air minum. Pada saat ini kebutuhan air minum dipenuhi dari air sumur. Mengingat kondisi geografis serta luas pulau serta jumlah penduduk yang semakin meningkat maka pengambilan air tanah akan mengakibatkan intrusi air laut khususnya pada kawasan pesisir. Dengan demikian maka kebutuhan air minum di Kabupaten Lingga direncanakan dengan sistem perpipaan. Untuk menuju pada sistem tersebut maka penataan sumber daya air untuk air baku menjadi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan air minum bagi penduduk samai akhir tahun perencanaan. Pada saat ini pelayanan kebutuhan air minum perpipaan didapat dari sumber mata air yang terdapat di Pulau Lingga dan Pulau Singkep. Untuk memenuhi kebutuhan air minum yang lebih besar sampai dengan akhir tahun perencanaan maka akan di kembangkan sistem pengolahan air bersih dengan memanfaatkan air sungai Daik dan sumber air baku dari kolong yang banyak terdapat di Pulau Singkep. Untuk menjaga kelestarian sumber air baku dari Sungai Daik dan kualitas air kolong maka perlu dijaga kualitas air sungai tersebut. Hal ini dilakukan dengan melakukan pembatasan kegiatan kegiatan yang dapat menyebabkan penuruan kualitas air sungai yang meliputi: 1. Menjaga kelestarian hutan agar tidak terjadi sedimentasi pada sungai yang dapat menurunkan debit air maupun kualitas air. 2. Melarang pembuangan limbah ke Sungai sungai atau kolong yang akan dikembangkan sebagai air baku untuk air minum. 3. Menetapkan ruang sempadan kolong sebagai daerah pengamanan air baku. Berdasarkan hasil inventarisasi di lapangan, sumber mata air yang terdapat di Wilayah Kabupaten Lingga umumnya dijumpai di sekitar kaki, lereng dan bagian atas perbukitan dan mempunyai penyebaran tidak merata. Sumber mata air di wilayah Kabupaten Lingga adalah sebagai berikut: a. Gunung Muncung Kecamatan Singkep; b. Cenot Kecamatan Lingga; c. Bukit Raja Kecamatan Lingga Utara; d. Limbung Kecamatan Lingga Utara; e. Sungai Kerandin Kecamatan Lingga Timur; f. Kudung Kecamatan Lingga Timur; g. Sungai Pinang Kecamatan Lingga Timur; h. Tebing Kecamatan Lingga Utara; i. Sumber Mata Air Gunung Lanjut Kecamatan Singkep Pesisir; j. Gunung Daik Kecamatan Lingga; k. mata air terjun Ciklatip Kecamatan Singkep Barat; l. mata air terjun Resun Kecamatan Lingga Utara; m. Tanjung Keriting Kecamatan Lingga Timur; n. Gunung Tunggal Kecamatan Singkep Barat; o. Gemuruh Kecamatan Singkep; p. Sungai Lanjut Kecamatan Singkep Pesisir; q. Sungai Ulu Medap Kecamatan Lingga Utara; r. Sungai Tanjung Gantung Kecamatan Senayang; s. Tanah Tinggi Kecamatan Selayar; dan t. Bukit Selayar Kecamatan Selayar; u. kolong Berindat di Kecamatan Singkep Pesisir; v. kolong Pasir Kuning di Kecamatan Singkep; w. kolong Serayak diKecamatan Singkep Selatan; x. kolong Sungai Kerekel di Kecamatan Singkep Selatan; y. kolong Marok Tua di Kecamatan Singkep Barat; dan z. kolong Tanah Sejuk terletak di Kecamatan Singkep Dalam kaitannya dengan kelestarian sumber air baku dari mata air tersebut diatas, maka harus dijaga kelestarian hutan yang menjadi daerah tangkapan air. Rencana Sistem Pengendalian Banjir Wilayah Kabupaten Lingga merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari lautan, pulau-pulau kecil dengan daya dukung terbatas. Pengembangan ruang untuk permukiman direncanakan pada pulaupulau besar dengan pendayagunaan ruang ruang pesisir sehingga dapat dicapai optimasi pengembangan ruang darat dan laut. Kondisi ini mengakibatkan wilayah pengembangan menjadi relatif datar dengan perbedaan elevasi kecil terhadap permukaan air laut yang memungkinkan sebagian wilayah dipengaruhi oleh pasang surut air laut yang mengakibatkan aliran drainase tidak lancar dan meluasnya daerah genangan. Kawasan yang rawan terhadap banjir adalah kawasan di wilayah hilir. Hal ini disebabkan semakin berkurangnya daerah resapan air dan belum optimalnya sistem drainase. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi terjadinya banjir adalah mengedalikan air sungai di daerah hulu. Agar koefisien limpasan permukaan yang semakin besar dan konsentrasi aliran di daerah hulu dapat di kendalikan maka perlu mempertahankan daerah tutupan lahan yang menjadi daerah tangkapan air serta mempertahankan kelestarian ruang yang menjadi wilayah DAS setiap sungai. Perubahan fungsi pemanfaatan lahan dari kawasan hutan menjadi kawasan terbangun, secara langsung akan mempengaruhi besarnya koefisien limpasan permukaan yang semakin besar dan konsentrasi aliran. Selain itu perubahan fungsi tersebut akan merusak bagian hulu sungai (DAS), seperti pada DAS Daik, DAS Nerekeh, DAS Panggak, DAS Tanda, DAS Keton, DAS Sungai Pinang. DAS tersebut perlu dijaga kelestariannya dalam upaya untuk mengedalikan banjir. Penataan DAS direncanakan sebagai berikut: 1. Menjaga kelestarian hutan yang menjadi kawasan hulu sungai sungai yang direncanakan sebagai kawasan permukiman di kabupaten Lingga; 2. Membatasi dan mengedalikan perkembangan di sepanjang DAS; 3. Menjaga kelestasian daerah resapan air; 4. Pengembangan cek dam dan atau waduk waduk pengendali banjir. 4. Rencana Sistem Jaringan Prasarana lainnya Rencana Sistem Jaringan Persampahan Rencana sistem penanganan persampahan di Kabupaten Lingga meliputi prediksi jumlah timbunan sampah dan kebutuhan prasarana untuk penanganannya serta sistem penanganan pada tempat pengelolaan sampah akhir.Tujuan pengelolaan sampah di Kabupaten Lingga adalah: 1. Meminimalkan volume sampah dan pengembangan prasarana pengolahan sampah dengan teknologi yang berwawasan lingkungan. 2. Mencapai target penanganan 75 % dari jumlah total sampah khususnya di permukiman perkotaan yang dilakukan baik pada sumbernya, proses pengangkutan maupun pengelolaannya di TPA. 3. Mendorong keterlibatan masyarakat didalam proses pengelolaan sampah. Perkiraan timbulan sampah di Kabupaten Lingga dilakukan dengan proyeksi penduduk dan standar produksi sampah yang dihasilkannya. Berdasarkan besaran-besaran tersebut, maka dapat dihitung produksi sampah dan perkembangannya. Total timbunan sampah pada akhir tahun perencanaan di kabupaten Lingga adalah 921 m3 per hari. Rencana penanganan persampahan di Kabupaten Lingga dibedakan menjadi 2 yaitu: Penanganan sampah pada lingkungan permukiman perkotaan Penanganan sampah di lingkungan perkotaan khususnya di Pulau Lingga dan Pulau Singkep dikembangkan dengan sistem penanganan sampah terpadu yang meliputi sistem pengumpulan, sistem pengangkutan sementara, pengolahan akhir dan pengolahan untuk sampah tertentu. Rencana sistem penanganan sampah di permukiman perkotaan di Kabupaten Lingga adalah sebagai berikut : a. Pengelolaan sampah permukiman perkotaan di Kabupaten Lingga dilakukan melalui proses pewadahan, pemilahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, dan pengolahan. b. Sistem pengolahan sampah direncanakan sistem pengolahan sampah secara terpadu. c. Penggunaan teknologi tepat-guna untuk meningkatkan efisiensi dan mengoptimalkan prasarana persampahan d. Pengembangan prasarana sampah bahan berbahaya dan beracun serta pengelolaannya dilakukan dengan teknologi yang tepat serta berwawasan lingkungan e. Pemanfaatan kembali sampah non-organik pada sumber produksi sampah; Skenario ini diharapkan dapat mereduksi sampah sebesar 20% pada TPS dan 10% di TPA sehingga total reduksi sampah adalah 30%. f. Komposter sampah organik pada sumber domestik; di TPSdan TPA g. Pengembangan sumber energi alternatif (gas metan) pada Tempat Pengelolaan Sampah Akhir. h. Pengelolaan sampah di tempat pembuangan akhir dilakuan dengan sistem sanitary landfill. i. Peningkatan daerah pelayanan pengelolaan sampah. Lokasi yang memungkinkan untuk dinominasikan sebagai Lokasi Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) di Kabupaten Lingga, adalah sebagai berikut: Air Merah II Desa Sungai Raya, Kecamatan Singkep Barat seluas ± 5 Ha. Desa Musai Kecamatan Lingga seluas ± 5 Ha. Penanganan sampah pada lingkungan permukiman perdesaan Penanganan sampah di pedesaan dan pulau-pulau kecil direncanakan untuk dilakukan secara swadaya oleh masrakat dengan sistem komposting. Rencana sistem penanganan sampah di permukiman pedesaan di Kabupaten Lingga adalah sebagai berikut: a. Pemanfaatan kembali sampah non-organik pada sumber produksi sampah. b. Komposter sampah organik pada secara on site oleh masyarakat. Rencana Sistem Penyediaan Air Minum Berdasarkan hasil perhitungan rencana kebutuhan air bersih di Kabupaten Lingga pada akhir tahun rencana (tahun 2031) adalah sebesar 216.74 ltr/org/detik atau 18.725,944 ltr/org/hr. Kebutuhan air bersih setiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Rencana kebutuhan air bersih ini dihitung menggunakan standar yang dikeluarkan Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah yang menyusun standar kebutuhan akan air bersih untuk masyarakat dengan asumsi 150 Lt/org/hari dengan asumsi-asumsi sebagai berikut: 1. Jumlah penduduk kabupaten Lingga pada akhir tahun perencanaan adalah 173.388 jiwa. 2. Kebutuhan air minum penduduk kabupaten lingga akan dipenuhi dengan sistem perpipaan yang di kelola oleh PDAM Kabupaten Lingga. 3. Konsumsi domestik meliputi sambungan rumah (SR) dan kran umum (KU), dengan asumsi 150 ltr/org/hr pada akhir tahun perencanaan. Sementara tingkat konsumsi untuk kran umum (KU) adalah tetap, yaitu 30 ltr/org/hr. 4. Sambungan rumah (SR) akan melayani 4 penduduk, sementara 1 kran umum (KU) akan melayani 100 penduduk. 5. Kehilangan air pada akhir perencanaan (tahun 2031) kehilangan air turun menjadi 15% dengan rata-rata pengurangan 1% setiap tahunnya. Pengembangan air minum dirumuskan berdasarkan analisis terhadap permasalahan yang ada saat ini, baik berkaitan dengan kinerja PDAM, ketersediaan air baku yang memiliki kriteria layak minum, dan hasil proyeksi tingkat kebutuhan air minum Kabupaten Lingga pada masa yang akan datang. Dalam kaitannya dengan aspek pengembangan wilayah, maka arahan rencana pelayanan air minum direncanakan sejalan dengan arahan pengembangan wilayah. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka pengembangan air minum di Kabupaten Lingga diarahkan untuk mencapai tujuan sebagai berikut: 1. Berkurangnya pemakaian air tanah dan terpeliharanya sumber daya air tanah dan air permukaan sebagai air baku. 2. Terlaksananya distribusi air minum untuk seluruh lapisan masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan serta pulau pulau kecil yang memiliki keterbatasan sumberdaya air baku untuk air minum 3. Terlaksananya pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air yang dapat mendukung kebutuhan penduduk serta aktivitas kawasan perencanaan dengan melihat kecenderunagn dan kendala faktor ketersediaan produksi air dan kecenderungan peningkatan aktivitas dan penduduk dan penyediaan air bersih untuk masyarakat dengan kualitas yang baik serta kuantitas yang mencukupi secara berkesinambungan. 4. Terlaksananya konservasi air tanah untuk pengendalian muka tanah, muka air tanah dan kerusakan struktur tanah. 5. Tersedianya air minum yang memenuhi standar yang ditetapkan, baik secara kualitas maupun kuantitas kepada seluruh penduduk. 6. Tercapainya target pelayanan air minum sebesar 75% pada akhir tahun perencanaan. 7. Terjaganya konservasi hutan dalam rangka menjaga ketersediaan air baku dari sumber sumber air yang ada di Kabupaten Lingga. Kebijakan pengembangan penyediaan air minum dilakukan melalui: 1. Prioritas pelayanan perlu diberikan kepada seluruh kawasan terbangun khususnya di daerah perkotaan dan daerah rawan air minum di pulau-pulau kecil serta daerah dengan kondisi air tanah yang tidak dapatdi konsumsi sebagai air minum. 2. Pengembangan IPA (Instalasi Pengolahan Air) untuk pengolahan air baku di sungai-sungai yang memiliki potensi dikembangkan sebagai penyediaan air baku 3. Pembangunan IPA baru untuk menambah kapasitas produksi dan perluasan jaringan perpipaan distribusi untuk meningkatkan dan memperluas cakupan pelayanan. Rencana pengembangan sistem penyediaan air minum Kabupaten Lingga adalah: 1. Membagi wilayah pelayanan air minum di Kabupaten Lingga meliputi : a. Pelayanan air minum di wilayah perkotaan di Pulau Lingga akan dilayani dengan sistem perpipaan dari mata air serta pengolahan air baku dari Sungai Daik dan Sungai Tanda. b. Pelayanan air minum di wilayah perkotaan di Pulau Singkep akan dilayani dengan sistem perpipaan dari mata air serta pengolahan air baku dari Sungai air Gemuruh. c. Pelayanan air minum di wilayah perkotaan di Pulau Senayang dilayani dengan sistem perpipaan dari mata air di Pulau Sebangka dan di distribusikan ke Pulau Senayang. d. Pelayanan air minum di wilayah perkotaan di Pancur dan sekitarnya dilayani dengan sistem perpipaan dari mata air Ulu Sungai Medap. e. Pelayanan air minum di pulau-pulau kecil akan dilayani dengan sistem perpipaan dari penampungan air dan kolam penampungan air. 2. Penyediaan air minum pada masa yang akan datang dilakukan oleh PDAM, dengan meningkatkan kinerja pelayanan melalui optimasi pemanfaatan kapasitas produksi tersisa, serta penambahan kapasitas produksi dan perluasan jaringan distribusi. 3. Target tingkat pelayanan akan mencapai 75% di perkotaan di seluruh wilayah Kabupaten Lingga. 4. Tingkat kehilangan akan menjadi 15% hingga akhir tahun perencanaan. 5. Dalam rangka pengembangan air minum perpipaan di Kabupaten Lingga perlu disusun masterplan penyediaan air minum. Rencana Sistem Jaringan Air Limbah Sampai dengan saat ini Kabupaten Lingga belum memiliki jaringan perpipaan air limbah. Air dari bekas mandi, mencuci, dan memasak yang dialirkan ke saluran drainase, sungai melalui saluran terbuka ataupun tertutup. Sedangkan air limbah yang berupa tinja diolah sementara melalui septictank atau cubluk. Penanganan air limbah di Kabupaten Lingga menjadi sangat penting khususnya pada kawasan yang dikembangkan di wilayah pesisir dan kawasan perlotaan dengan kepadatan penduduk sedang sampai tinggi. Secara umum tujuan perencanaan pengelolaan air limbah di Kabupaten Lingga sampai dengan akhir tahun perencanaan adalah untuk meminimalkan tingkat pencemaran air tanah dan meningkatkan, serta meningkatkan kualitas sanitasi lingkungan. Berdasarkan hasil perhitungan, perkiraan timbulan air limbah Kabupaten Lingga awal perencanaan tahun 2010 sebesar 4,355.04 liter/org/hari dari total kebutuhan air bersih, sedangkan pada akhir perencanaan diperkiraan timbulan air limbah sebesar 13,951.64 liter/org/hari. Dilihat dari jumlah truk pengangkut tinja, dan untuk kebutuhan truk tinja berdasarkan standar, Kabupaten Lingga dengan 5 kecamatan memerlukan 9 kendaraan. Asumsi yang digunakan untuk perencanaan kebutuhan truk penyedot tinja adalah: Kapasitas truk pengangkut tinja = 2 m3 Ritasi pelayanan = 3 rit/hari Berdasarkan hasil perhitungan tersebut di atas dankonidisi geografis wilayah kabupaten Lingga, maka secara umum rencana penanganan air limbah dilakukan secara on site dan off site berdasarkan karakter wilayah yang akan ditangani. Sebagai acuan akan dipergunakan kriteria penanganan air limbah berdasarkan kepadatan penduduk dan tingkat pemakaian air bersih. Berdasarkan kondisi geografis Kabupaten Lingga, maka rencana pengembangan air limbah di Kabupaten Lingga sampai dengan akhir tahun perencanaan dapat dikelompokan sebagai berikut: Penanganan air limbah kawasan perkotaan a. Pengembangan pengelolaan air limbah on site di kawasan perumahanperkotaan. b. Pengembangan pengelolaan air limbah on site komunal pada perumahan di perkotaan dengan kepadatan tinggi. c. Pengembangan fasilitas jamban dan tangki septik untuk menggantikann fasilitas cubluk. d. Penambahan MCK umum di daerah yang minim sarana sanitasi khususnya pada kawasan padat dan kumuh. e. Pengadaan dan pengelolaan truk tinja untuk meningkatkan pelayanan penanganan air limbah. f. Penambahan/pengadaan mobil tangki tinja seiring dengan rencana peningkatan pelayanan pengurasan. g. Pembangunan IPLT baru di Pulau Lingga dan Pulau Singkep yang dilakukan sejalan dengan kenaikan volume lumpur tinja. h. Pengembangan jaringan air limbah kawasan permukiman perkotaan direncanakan di permukiman perkotaan Kecamatan Lingga dan Kecamatan Singkep. Penanganan air limbah permukiman pedesaan i. Pengembangan fasilitas jamban dan tangki septik untuk menggantikan fasilitas cubluk. j. Penambahan MCK umum di daerah pedesaan yang minim sarana sanitasi. k. Pengembangan jaringan air limbah kawasan permukiman pedesaan direncanakan di permukiman pedesaanKecamatan Lingga, Kecamatan Selayar, Kecamatan Lingga Timur, Kecamatan Lingga Utara, Kecamatan Singkep, Kecamatan Singkep Pesisir, Kecamatan Singkep Selatan, Kecamatan Singkep Barat, dan Kecamatan Senanyang. Penanganan air limbah kawasan Industri Penanganan limbah industri akan dilakukan secara terpusat dengan : l. Pengembangan pelayanan sistem perpipaan tertutup terpusat; m. Pembangunan sistem sewerage pada kawasan industri n. Pengelolaan Bahan berbahaya dan beracun diatur sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. o. Rencana pengembangan jaringan air limbah untuk kawasan industri di wilayah Kabupaten Lingga direncanakan di Kecamatan Lingga dan Kecamatan Singkep Barat. Penanganan air limbah kawasan permukiman pesisir dan pulau-pulau kecil p. Memperbaiki pelayanan sarana jamban pribadi dan komunal serta meningkatkan penyediaan tangki septik komunal yang memadai. q. Pengembangan fasilitas jamban dan tangki septik untuk menggantikann fasilitas cubluk. r. Pengembangan jaringan air limbah untuk kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil direncanakan di Kecamatan Lingga, Kecamatan Lingga Utara, Kecamatan Singkep, Kecamatan Singkep Barat, dan Kecamatan Senayang. Rencana Pengembangan Sistem Proteksi Kebakaran Berdasar fungsi kawasan dan kepadatan penduduk, resiko bahaya kebakaran dapat digolongkan menjadi 3 wilayah yaitu: 1. Tingkat Resiko Kebakaran-1 Resiko terbesar terdapat di kawasan perkotaan Kecamatan singkep (Dabo) dan kecamatan Lingga Utara (Pancur)yang merupakan area pusat perdagangan kepadatan tinggi serta perumahan dari kepadatan tinggi dengan bahan bangunan kayu dan jarak antar bangunan yang kurang memadai untuk mencegah penyebaran api apabila terjadi kebakaran. 2. Tingkat Resiko Kebakaran-2 Kawasan perkotaan di Kecamatan Singkep Barat dan Kawasan perkotaan di kecamatan Lingga sebagai kecamatan tumbuh cepat. 3. Tingkat Resiko Kebakaran-3 Kecamatan dengan resiko kecil akan bahaya kebakaran terdapat di Kecamatan Lingga Utara dan Senayang. 2.4.2 RENCANA POLA RUANG KABUPATEN LINGGA Rencana pola ruang di Kabupaten Lingga terdiri dari rencana pola ruang darat dan pola ruang laut. Dengan memperhatikan ketentuan penyusunan pola ruang, kebijakan pola ruang nasional dan provinsi, kebijakan pembangunan daerah, kondisi objektif wilayah, daya tampung dan kebutuhan ruang untuk masa mendatang serta, perkembangan tataguna lahan dan kesesuaian lahan, maka dapat dirumuskan rencana pola ruang untuk Kabupaten Lingga sebagaimana diuraikan berikut ini. 2.4.2.1 Rencana Pola Ruang Darat A. Kawasan Lindung Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Pemantapan kawasan lindung sejalan dengan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung, yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi biogeofisik wilayah yang mempunyai karakteristik dan keunikan masing-masing. Dengan mengacu pada kedua peraturan perundangan tersebut, maka kawasan lindung yang akan dimantapkan di wilayah Kabupaten Lingga yang dinyatakan sebagai kawasan non-budidaya adalah kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, yaitu daerah-daerah yang memiliki kendala fisik tertentu seperti lereng curam, rawan banjir, rawan longsor dan erosi, kawasan bergambut, dan kedalaman efektif agak dangkal hingga dangkal. Kawasan Hutan Lindung Tujuan pemantapan kawasan hutan lindung adalah untuk mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi, dan menjaga fungsi hidrologi tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah, dan air permukaan, guna terwujudnya kelestarian sumberdaya hayati dan lingkungan bagi upaya kelangsungan hidup.Kawasan hutan lindung adalah kawasan yang merupakan bagian dari kawasan lindung yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya di Kabupaten Lingga berupa kawasan resapan air. Kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akuifer) yang berguna sebagai sumber air. Kawasan ini terletak di daerah tangkapan air (chathment area) hulu sungai. Kawasan resapan air ini juga dikembangkan sebagai penyangga hutan lindung dan sebagai pembatas secara fisik batasan hutan lindung dengan kawasan budidaya di Kecamatan Lingga dan Gunung Lanjut, Gunung Terap. Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Lingga meliputi kawasan sempadan pantai, kawasan sempadan sungai, kawasan sepadan kolong, kawasan sekitar mata air, kawasan hutan kota, dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) kawasan perkotaan. Kawasan Sempadan Pantai KabupatenLingga terdiri dari pulau-pulau kecil dan pantai.Garis pantai yang ada harus dipertahankan kondisinya terutama pada daerah-daerah rawan abrasi yang berhadapan langsung ke laut lepas atau kerusakan lingkungan akibat kegiatan manusia sehingga penetapan sempadan pantai menjadi sangat penting bagi kelestarian ekonsistem pantai dan laut. Sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proposional dengan bentuk dan kondisi pantai Kawasan Sempadan Sungai Kabupaten Lingga memiliki 25 sungai yang tersebar di 2 pulau yakni di Lingga dan Singkep.Sungai-sungai pada pulau-pulautersebut perlu dilindungi dengan pembentukan sempadan sungai yang sesuai dengan kondisi fisiknya masing-masing. Berdasarkan Sistem DAS, Kabupaten Lingga terbagi menjadi DAS Daik, DAS Nerekeh, DAS Panggak, DAS Tanda, DAS Keton, DAS Sungai Pinang. Pengamanan sempadan sungai menjadi sangat penting untuk melindungi daerah sempadan sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air, kondisi fisik dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai. Kawasan Sempadan Mata Air Tujuan penetapan ruang sempadan mata air adalah untuk melindungi mata air atau sumber air baku dari kegiatan manusia yang mengganggu dan merusak kualitas air, kondisi fisik mata air di Kabupaten Lingga terdapat sumber mata air yang menjadi air baku bagi kebutuhan air bersih Kawasan Sempadan Kolong Penetapan kawasan sempadan kolong bertujuan untuk melindungi sumber air baku dari kegiatan manusia yang mengganggu dan merusak kualitas air, kondisi fisik pinggir kolong dan dasar kolong. Di Pulau Singkep terdapat banyak kolong yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai sumber air baku bagi pelayanan kebutuhan air minum. Hutan Kota (Kebun Raya Lingga) Kawasan hutan Kota di Kabupaten Lingga akan dikembangkan sebagai Kebun Raya Kabupaten Lingga. Kebun Raya ini akan dikembangkan di Kecamatan Lingga di sekitar kawasan pusat pemerintahan Kabupetan Lingga dan Hutan Lindung Gunung Daik Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan dikembangkan sebagaimana tertuang dalam amanat Undang-undang penataan ruang bahwa 30 % dari luas kawasan permukiman perkotaan akan dikembangkan sebagai RTH yang terdiri dari 20 % RTH Publik dan 10 % RTH privat Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya Kawasan Pantai Berhutan Bakau Ekosistem hutan bakau merupakan salah satu ekosistem yang dominan dan memiliki peranan yang penting mengingat fungsinya sebagai penjaga kestabilan sumberdaya hayati di wilayah peisisir. Kawasan ini berperan dalam pengasuhan dan pemijahan aneka biota laut, melindungi pantai dari sedimentasi, dan penyerap bahan tercemar. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pegetahuan Kawasan cagar alam budaya dan ilmu pengetahuan adalah kawasan dimana lokasi bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi maupun bentukan geologi alami yang khas. Tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai budaya tinggi, situs purbakala dan kawasan dengan bentukan geologi tertentu yang mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Termasuk dalam kawasan ini adalah kawasan peninggalan sejarah dan budaya serta perkampungan tua, antara lain kawasan sejarah Melayu di Daik Lingga. Kawasan Rawan Bencana Tujuan penetapan kawasan rawan bencana adalah melindungi manusia dan kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia. Berdasarkan hasil analisis terhadap kondisi geoligi dan morfologi ruang, kawasan rawan bencana di Kabupaten Lingga meliputi: Kawasan Rawan Bencana Gerakan Tanah dan Tanah Longsor Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material yang bergerak ke bawah atau keluar lereng.Tanah longsor adalah suatu jenis gerakan tanah, umumnya gerakan tanah yang terjadi adalah longsor bahan rombakan (debris avalanches) dan nendatan (slumps/rotational slides). Gaya-gaya gravitasi dan rembesan (seepage) merupakan penyebab utama ketidakstabilan (instability) pada lereng alami maupun lereng yang dibentuk dengan cara penggalian atau penimbunan. Kawasan Rawan Bencana Banjir Secara alamiah, pada umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan di atas normal, sehingga sistem pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai alamiah serta sistem saluran drainase dan kanal penampung banjir buatan tidak mampu menampung akumulasi air hujan sehingga meluap.Kemampuan/daya tampung sistem pengaliran air berkurang akibat sedimentasi, maupun penyempitan sungai akibat fenomena alam dan manusia. Kawasan Rawan Bencana Gelombang Pasang dan Abrasi Kawasan rawan gelombang pasang berada sekitar pantai rawan terhadap gelombang pasang akibat angin kencang dengan kecepatan tinggi atau gravitasi bulan atau matahari.Kriteria kawasan ini adalah kawasan yang rawan terhadap gelombang pasang dengan kecepatan antara 10 sampai 100 kilometer per jam yang timbul akibat kecepatan angin atau gravitasi bulan dan matahari.Kawasan rawan gelombang pasang ditetapkan dengan ketentuan kawasan permukiman yang berada di sekitar pantai atau pesisir. Kawasan lindung Lainnya Kawasan lindung lainnya sebagaimana arahan dalam RTRW Provinsi Kepulauan Riau,antara lain kawasan terumbu karang dan pulau-pulau yang memiliki luas sangat kecil.Kawasan lindung pada pulau-pulau yang sangat kecil tersebut ditujukan untuk melindungi ekosistem pulau-pulau kecil, garis pantai dan perairan laut di sekitarnya yang memiliki sifat rentan terhadap berbagai bentuk gangguan kegiatan budidaya. B. Kawasan Budidaya Kawasan Hutan Produksi Tujuan penetapan kawasan adalah memanfaatkan hasil hutan secara terbatas, yang kegiatan ekploitasinya dilakukan dengan cara tebang pilih dan tanam kembali. Arahan kebijakan untuk ruang kawasan hutan produksi terbatas adalah pengusahaan hutan produksi melalui pemberian izin HPH dengan menerapkan pola tebang pilih dan tanam kembali. Kawasan Hutan Rakyat Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan luas minimal 0,25 Ha, yang penutupan tajuk didominasi oleh tanaman perkayuan (lebih dari 50%), dan atau tanaman tahun pertama minimal 500 batang. Kawasan hutan rakyat berfungsi dalam menanggulangi lahan kritis, konservasi lahan, perlindungan hutan, juga sebagai salah satu upaya pengentasan kemiskinan dengan memperdayakan masyarakat setempat. Kawasan Peruntukan Pertanian Kawasan Peruntukan Pertanian Tanaman Pangan Pada kawasan tersebut, akan dikembangkan tanaman yang menghasilkan bahan pangan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan di Kabupaten Lingga. Dalam rangka menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan, ditetapkan beberapa kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan sebagai Lahan Pertanian Tanaman Pangan Berkelnjutan (LP2B) dan Lahan Cadangan Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten. Kawasan Peruntukan Hortikultura Pertanian hortikultura yang tumbuh di Kabupaten Lingga adalah: jagung, ubi kayu, ubi jalar, talas, kacang dan sagu. Jenis pertanian lahan kering ini dikembangkan pada lahan yang bersesuaian, baik berdasarkan peta kesesuaian lahan maupun fakta di lapangan. Kawasan Peruntukan Perkebunan Kawasan perkebunan merupakan kawasan peruntukan bagi tanaman tahunan/perkebunan yang menghasilkan bahan pangan dan bahan baku industri. Tujuan pengembangan kawasan perkebunan adalah mengembangkan areal produksi perkebunan terutama untuk komoditas utama dengan memanfaatkan potensi dan kesesuaian lahan, serta pegembangkan kawasan sentra produksi perkebunan. Kawasan Peruntukan Peternakan Kawasan peternakan merupakan kawasan yang diperuntukkan untuk kegiatan pengusahaan ternak. Kawasan peternakan dapat dilakukan secara terpadu sebagai bagian dari komponen usaha tani lainnya (tanaman pangan, perkebunan, hortikultura atau perikanan) dan terpadu sebagai komponen ekosistem tertentu (kawasan hutan lindung atau suaka alam). Kawasan Peruntukan Perikanan Kawasan peruntukan perikanan darat di Kabupaten Lingga berupa kawasan peruntukan perikanan budidaya (tambak/air tawar) dan kawasan peruntukan pengembangan pelabuhan perikanan berupa Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). Kawasan Peruntukan Perikanan Budidaya tambak/air tawar Rencana pengembangan kawasan perikanan budidaya tambak/air tawar di Kabupaten Lingga Kawasan Peruntukan Pengembangan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pengolahan ikan atau industri perikanan (added value) terhadap hasil tangkapan/budidaya ikan masih berlum berkembang di Kabupaten Lingga. Mengingat potensi perikanan tangkap/budidaya yang sangat besar (terutama laut), serta perlunya transformasi struktur ekonomi masyarakat yang berbasis non lahan, maka usaha pengolahan ikan merupakan salah satu tumpuan peningkatan perekonomian masyarakat Kabupaten terutama di kawasan pesisir Kabupaten Lingga. Kawasan Peruntukan Industri Kegiatan industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Kawasan perindustrian merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi pemusatan kegiatan industri. Kawasan Peruntukan Pariwisata pengembangan kegiatan wisata dapat dikembangkan pada kawasan lain yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kegiatan wisata seperti kawasan cagar budaya, kawasan hutan lindung, kawasan sempadan pantai dan sebagainya. Kawasan Peruntukan Permukiman Kawasan Permukiman merupakan kawasan yang diperuntukan bagi permukiman penduduk diluar kawasan lindung yang digunakan sebagai lingkungan tempat tinggal masyarakat yang berada di wilayah perkotaan dan perdesaan Kawasan Permukiman Perkotaan Tujuan dari pengembangan kawasan permukiman kota adalah mengembangkan kawasan permukiman kota sebagai tempat pemusatan penduduk yang ditunjang oleh pendidikan, perdagangan dan jasa, perkantoran, fasilitas umum, fasilitas sosial, fasilitas sosial, Ruang Terbuka Hijau (RTH), instalasi militer, cagar budaya dan fasilitas penunjang perkotaan yang memadai sesuai dengan fungsi dan hirarkinya. Kawasan Permukiman Pedesaan Tujuan dari pengembangan kawasan permukiman pedesaan adalah mengembangkan kawasan permukiman yang terkait dengan kegiatan budidaya pertanian yang terbesar sesuai dengan potensi pertanian.Pengembangan permukiman perdesaan juga dimaksudkan untuk menyediakan ruang untuk pengembangan peumahan masyarakat yang berorientasi pada pengusahaan sektor pertanian, peternakan maupun perikanan yang dilengkapi dengsan sarana dan prasarana permukiman yang memadai. Kawasan Peruntukan Lainnya 2.4.2.2 Kawasan Pusat Pemerintahan Kawasan Pertahanan dan Keamanan Kawasan Potensi Pertambangan Rencana Peruntukan Pola Ruang Laut Sebagaimana diketahui bahwa sebagian besar wilayah Kabupaten Lingga terdiri dari wilayah perairan (laut). Banyak potensi yang terdapat di dalam wilayah perairan. Agar berbagai aspek yang terdapat pada perairan ini tidak terjadi konflik pemanfaatan seperti terganggunya ekosistem yang sangat dilindungi oleh kegiatan pertambangan pasir timah maupun oleh limbah dari alur pelayaran maka harus diatur sedemikian rupa pemanfaatannya. Selain itu banyaknya pulau-pulau kecil di Kabupaten Lingga yang pengelolaannya perlu mendapatkan perlakuan khusus mengingat potensi dan masalah yang dapat muncul di kawasan tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan perencanaan pengembangan kawasan laut, termasuk juga didalamnya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Lingga agar dapat dimanfaatkan untuk jangka panjang yang berkelanjutan. Kawasan Pemanfaatan Umum Pemanfaatan ruang dan sumberdaya di kawasan pemanfaatan umum dilakukan dalam rangka peningkatan nilai dan optimalisasi sumberdaya yang ada bagi kepentingan masyarakat, baik secara ekonomi, sosial dan budaya. Kawasan Konservasi Kawasan Cagar Alam Laut Cagar Alam adalah kawasan suaka alam yang karena kondisi alam, tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya yang khas perlu dilindungi dan berkembang secara alami. Kawasan Suaka Alam Laut Kawasan suaka alam adalah kawasan yang memiliki ekosistem khas yang merupakan habitat alami yang memberi perlindungan bagi perkembangan flora fauna yang khas dan beraneka ragam. Alur Laut Alur pelayaran adalah bagian dari ruang lalu lintas laut yang alami maupun buatan yang dari segi kedalaman, lebar dan hambatan pelayaran lainnya dianggap aman untuk dilayari. Alur Laut dapat dimanfaatkan untuk alur pelayaran, alur sarana umum, dan alur migrasi ikan, serta pipa dan kabel bawah laut. Peta 2.3. Rencana Struktur Ruang Kabupaten Lingga Peta 2.4. Rencana Pola Ruang Kabupaten Lingga 2.5. Sosial dan Budaya Fasilitas pendidikan di Kabupaten Lingga belum cukup merata, terutama pada Sekolah setingkat SMU/sederajat, dimana masih ada 2 Kecamatan yang belum memiliki Sekolah setingkat SMU/sederajat, yaitu Kecamatan Singkep Selatan dan Singkep Pesisir. Fasilitas pendidikan di Kabupaten Lingga dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 2.11. Fasilitas Pendidikan Yang Tersedia di Kabupaten Lingga No Nama Kecamatan Jumlah Sarana Pendidikan SD/Sederajat SMP/Sederajat SMU/Sederajat 1 Kecamatan Lingga 19 10 3 2 Kecamatan Lingga Utara 21 4 1 3 Kecamatan Lingga Timur 9 2 2 4 Kecamatan Singkep 14 4 5 5 Kecamatan Singkep Barat 22 6 1 6 Kecamatan Singkep Selatan 6 2 0 7 Kecamatan Singkep Pesisir 5 1 0 8 Kecamatan Senayang 39 15 6 9 Kecamatan Selayar 7 1 1 142 45 19 TOTAL Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kab.Lingga Sedangkan jumlah keluarga miskin di Kabupaten Lingga pada tahun 2014 sejumlah 7.329 KK yang tersebar merata di seluruh Kecamatan. Daerah yang memiliki jumlah KK miskin terbesar adalah Kecamatan Senayang dengan jumlah 2651 KK dan yang terkecil di Kecamatan Singkep Selatan dengan jumlah 81 KK. Secara lengkap dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 2.12. Jumlah Penduduk Miskin NO NAMA KECAMATAN JUMLAH KELUARGA MISKIN (KK) 1 Kecamatan Lingga 1.096 2 Kecamatan Lingga Utara `1.473 3 Kecamatan Lingga Timur 730 4 Kecamatan Singkep 672 5 Kecamatan Singkep Barat 97 6 Kecamatan Singkep Selatan 81 7 Kecamatan Singkep Pesisir 197 8 Kecamatan Senayang 9 Kecamatan Selayar 332 TOTAL 7.329 2.651 Sumber : Data Daftar Rekapitulasi PPLSD Adapun jumlah rumah yang ada di Kabupaten Lingga adalah sebanyak 22.206 Rumah, dengan Kecamatan yang memiliki rumah terbanyak di Kecamatan Singkep, yakni 8.026 rumah dan yang terkecil di Kecamatan Selayar yakni 840 rumah. Dengan kondisi jumlah rumah di Kabupaten Lingga secara lengkap dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 2.13. Jumlah Rumah per-Kecamatan No Nama Kecamatan Jumlah Rumah 1 Kecamatan Lingga 2.784 2 Kecamatan Lingga Utara 2.830 3 Kecamatan Lingga Timur 994 4 Kecamatan Singkep 8.026 5 Kecamatan Singkep Barat 3.516 6 Kecamatan Singkep Selatan 7 Kecamatan Singkep Pesisir 8 Kecamatan Senayang 9 Kecamatan Selayar Total Sumber : Dinkes Kabupaten Lingga 3.216 840 22.206 2.6. Kelembagaan Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga Pada tahun 2006 telah dikeluarkan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Lingga dimana Perangkat Daerah Kabupaten Lingga terdiri dari: 1. Sekretaris Daerah yang terdiri dari 3 (tiga) asisten dan 10 (sepuluh) Bagian 2. Staf Ahli 3. Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat 4. Dinas-Dinas Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Dinas Kelautan dan Perikanan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Dinas Kesehatan Dinas Pekerjaan Umum Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Dinas Perhubungan dan Komunikasi dan Informatika Dinas Perindustrian Perdagangan, dan Koperasi Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertanian dan Kehutanan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi 5. Lembaga Teknis Daerah Inspektorat Badan Kepegawaian dan Diklat Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Badan Lingkungan Hidup Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Badan Penanaman Modal dan Perizinan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kantor Perpustakaan dan Arsip Rumah Sakit Umum Daerah Gambar 2.1. Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga BUPATI SEKRETARIAT DPRD DPRD WAKIL BUPATI - SEKRETARIAT DAERAH STAF AHLI - Bidang Hukum Bidang Pembangunan Bidang Kemasyarakatan & SDM Bidang Keuangan & Ekonomi Asisten Pemerintahan & Kesejahteraan Rakyat Asisten Perekonomian & Pembangunan - Bagian Administrasi Pemerintahan Umum - Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat - Bagian Administrasi Pembangunan - Bagian Administrasi Perekonomian - KECAMATAN KELURAHAN / DESA Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Dinas Kelautan dan Perikanan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Dinas Kesehatan Dinas Pekerjaan Umum Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Dinas Perhubungan dan Komunikasi dan Informatika Dinas Perindustrian Perdagangan, dan Koperasi Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Pertanian dan Kehutanan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Asisten Administrasi Umum - DINAS DAERAH Bagian Hukum Bagian Organisasi Bagian Humas Bagian Umum LEMBAGA TEKNIS DAERAH - Bagian Umum Bagian Persidangan dan Risalah Bagian Keuangan Bagian Humas dan Protokol Inspektorat Badan Kepegawaian dan Diklat Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Badan Lingkungan Hidup Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Badan Penanaman Modal dan Perizinan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kantor Perpustakaan dan Arsip Rumah Sakit Umum Daerah SATUAN PAMONG PRAJA DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT SEKRETARIAT DEWAN PENGURUS KORPRI Gambar 2.2 Diagram SKDP Teerkait Dalam Pembangnan Sanitasi Kabupaten Lingga BUPATI BAPPEDA - Bidang Fisik dan Prasarana DINAS PEKERJAAN UMUM - Bidang Cipta Karya - Bidang Kebersihan dan Pertamanan DINAS KESEHATAN - Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan BADAN LINGKUNGAN HIDUP - Bidang Pengawasan dan Pengendalian Lingkungan 2.7 Komunikasi dan Media Pada tahun 2014 ini Dinas Kesehatan Kabupaten Lingga melaksanakan dua Program, yakni Program Penilaian Area Beresiko. Program penyuluhan Menciptakan Lingkungan Sehat tujuannya adalah memberikan arahan kepada masyarakat untuk supaya merubah perilaku hidup mereka dari yang tidak sehat menjadi sehat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel 2.14 Kegiatan Komunikasi Terkait Sanitasi No KEGIATAN TAHUN DINAS PELAKSANA TUJUAN KEGIATAN KHALAYAK SASARAN PESAN KUNCI 1 Penyuluhan Menciptakan Lingkungan Sehat 2014 Dinas Kesehatan Merubah perilaku masyarakat terhadap kehidupan lingkungan yang tidak sehat menjadi sehat Masyarakat di daratan Kabupaten Daik dan Dabo Raya Lingkungan sehat itu adalah sesuatu yang indah 2 Studi Penilaian Area Beresiko 2014 Dinas Kesehatan Mendapatkan Informasi dimana saja pola hidup/perilaku hidup masyarakat yang beresiko terhadap sanitasi 20 Desa di Kab.Lingga dengan 1 desa 20 Responden. Mari sama-sama kita merubah perilaku sanitasi yang buruk menjadi baik PEMBELAJA RAN Sedangkan Pada peta media informasi yang disampaikan kepada masyarakat tentang Sanitasi belum ada data yang tersedia