aspek hukum peran serta masyarakat adat dalam

advertisement
ASPEK HUKUM PERAN SERTA MASYARAKAT ADAT
DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Mella Ismelina Farma Rahayu*
*Dosen Tetap Fakultas Hukum Unisba
Abstract
The aims of this research to find out the role of law to control the communities in terms of environmental
management, to find out the role of the traditional communities in Environmental management especially dur
ing the
economic crisis, and also find out the appropriate concept, which can be applied in the environmental management
so, it can prevent the worse environmental condition.
The used method in this research is Yuridis Normative, which was carr
ied out by observing the secondary data of
pr
imary and secondary law through literature study and interview. The data analysis was conducted by qualitative
analysis through which the results are exposed by descr
iptive analysis then the conclusions are obtained by
deductive method.
The research outcome is that generally the law of the role of communities in the environmental management has
been managed in UU No. 23 of 1997 about Environmental management and the involved sectoral law. The role of
the traditional Communities in terms of the environmental management especially during the economic cr
isis is very
significant that is through the traditional wisdoms, which were obtained through their empirical exper
iences.
They can create a method of the environmentally sound and the sustainable development, meanwhile the
appropr
iate concepts which can be applied for preventing the worse environmental conditions during the economic
cr
isis are the concept of environmentally sound and sustainable development (ESSD), the ecoefficient concept for
the natural resources exploitation, and as well as the concept ofecological responsible.
Keywords: Environmental Management. Economic Crisis, Sustainable Development
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Lingkungan Hidup dapat dikatakan bagian yang
mutlak dari kehidupan manusia dan menjadi sumber
utama bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Dar
i lingkungan hidup, manusia
memanfaatkan bagian-bagian lingkungan hidup
seperti hewan, tumbuhan, air, udara, sinar matahari,
garam, kayu, barang-barang tambang dan lain
sebagainya; dar
i lingkungan pula, manusia bisa
memperoleh daya atau tenaga, memperoleh
kebutuhan primer dan sekundernya, bahkan manusia
dapat berkreasi dan mengembangkan bakat atau
seninya.1'
1 NHT. Siahaan, Ekologi Pembangunan Dan Hukum Tata
Lingkungan, Erlangga, Jakarta, 1987, hal. 1.
Dampak krisis ekonomi yang dialami oleh bangsa
Indonesia masih terus dirasakan oleh sebagian
masyarakat Indonesia dan entah kapan akan
berakhirnya. Dengan terjadinya krisis ekonomi ini
bukan tidak mungkin kekayaan hayati ini bakal
menjadi korban krisis terbesar karena bisa
dieksploitasi habis-habisan untuk membayar utang
dan memenuhi kebutuhan hidup manusia. Apabila
sumberdaya alam dan lingkungan hidup dianggap
sebagai andalan dan dijadikan trade off terhadap krisis
ekonomi, maka di masa depan dapat menimbulkan
malapetaka. Sumberdaya alam akan dikuras dalam
waktu yang pendek dengan (discount nate) intensitas
yang tinggi, sehingga dapat mengganggu
keberianjutan pemanfaatannya. Keadaan tersebut bisa
parah apabila kegiatan industri tidak melakukan
penghematan dengan mengabaikan biaya lingkungan
dalam penetapan biaya produksi. Keadaan ini
akhirnya menimbulkan pencemaran yang dampaknya
Aspek Hukum Peran Serta Masyarakat Adat Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (Mella Ismelina Fanva Rahayu)
lebih dirasakan oleh masyarakat yang rentan.
Akibatnya, tiga hal yang akan terjadi, yaitu per
tama,
pemanfaatan sumberdaya alam yang dimiliki
dipercepat pemanfaatannya tanpa memperhitungkan
keber
ianjutannya. Kedua, pemotongan biaya
lingkungan akan meningkatkan pencemaran
lingkungan yang dampaknya akan dirasakan oleh
masyarakat. Ketiga, pemutusan hubungan kerja yang
mengakibatkan kecemburuan sosial terhadap
masyarakat lapisan bawah, yang pada akhirnya juga
akan meningkatkan tekanan yang lebih besar lagi
terhadap sumberdaya alam karena harus memenuhi
kelangsungan hidup (survival) mereka.
Krisis ekonomi selain dapat menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan seperti yang telah
diuraikan di atas, juga dapat menimbulkan dampak
positif karena masyarakat menjadi kreatif mencari
sumber daya alternatif untuk mengantisipasi
kelangkaan sumber daya alam akibat eksploitasi yang
beriebihan. Oleh karena itu, peran masyarakat sangat
menentukan dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Pentingnya peran masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan hidup tercantum dalam GBHN yang
merupakan arah kebijaksanaan dalam pembangunan,
sebagai berikut:
"Peran serta aktif segenap lapisan masyarakat
dalam pembagunan harus makin meluas dan
merata, baik dalam memikul beban pembangunan
maupun dalam pertanggungjawaban atas
pelaksanaan pembangunan atau pun pula di
dalam menerima kembali hasil pembangunan.
Untuk
itu
perlu diciptakan suasana
kemasyarakatan yang mendukung cita-cita
pembangunan, serta terwujudnya kreativitas dan
otoaktivitas di kalangan rakyat".
Peran masyarakat berdasarkan GBHN tersebut
akan selalu terkait dengan peran masyarakat untuk
menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup dalam
setiap kegiatan ekonomi dan sosial.
Penjabaran yang lebih kongkrit dari GBHN
tersebut dituangkan dalam UU No 23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH).2'
UUPLH telah memberikan dasar hukum yang kuat
bagi masyarakat untuk turut berperan dalam
pengelolaan lingkungan hidup. Dasar hukum tersebut
dapat ditemukan dalam Pasal 5 ayat 3 UUPLH yang
member
ikan hak kepada setip orang untuk berperan
dalam pengelolaan lingkungan hidup dan dalam Pasal
2 UU NO. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup, dalam tulisan selanjutnya akan ditulis UUPLH.
7 ayat 1 UUPLH yang memberikan kesempatan yang
sama dan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk
berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Peran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan
hidup melibatkan individu, kelompok masyarakat dan
organisasi-organisasi lingkungan (LSM). Dalam hal ini,
masyarakat dapat turut berperan dalam proses
pengambilan keputusan, seperti penilaian AMDAL,
perumusan kebijaksanaan lingkungan hidup,
mengembangkan budaya bersih lingkungan hidup,
penyuluhan dan bimbingan di bidang lingkungan hidup
serta dalam penegakan hukum.
Dengan telah ditegaskannya peran masyarakat
dalam pengelolaan lingkungan hidup dalam GBHN
dan UUPLH, maka masyarakat telah mendapatkan
landasan yang kuat bagi pelaksanaan peranannya
dalam pengelolaan lingkungan hidup, karena kunci
keberhasilan dalam pelestarian fungsi lingkungan ada
di tangan manusia sebagai unsur yang paling dominan
dalam lingkungan hidup.
Dalam keterkaitannya dengan peran masyarakat
dalam pengelolaan lingkungan hidup, maka kita tidak
boleh lupa dengan peran dari masyarakat adat.
Kelompok masyarakat adat ini menyimpan
keterampilan yang umum dikenal sebagai kearifan
tradisional, yang jika dikembangkan akan
menyumbangkan peran bagi usaha pelestarian fungsi
lingkungan. Meskipun ciri mereka yang kosmis-magis,
namun secara fakta membuktikan apa yang mereka
lakukan melahirkan religius dalam bentuk pengelolaan
lingkungan yang bijak dan bertanggung jawab.
Namun demikian, pengakuan pemerintah
terhadap masyarakat adat tersebut hanya sebatas
mengumpulkan simbol-simbol masyarakat adat dari
berbagai penjuru Indonesia, tanpa mendalami makna
dan hubungan timbal balik simbol-simbol tersebut
dengan alam sekitar mereka atau lebih menganggap
masyarakat adat sebagai sekelompok manusia unik
atau memandang mereka sebagai masyarakat yang
terbelakang dan akhirnya"memaksa" mereka hidup
dengan cara-cara yang modern. Dengan kata lain,
pemerintah hanya melestar
ikan simbol-simbol adat
seperti tari-tar
ian dan ukir-ukiran sementara organisasi
masyarakat adat dibiarkan tidak berkembang.
Demikian pula dengan kear
ifan tradisional dalam
pengelolaan lingkungan hidup yang dimiliki oleh
masyarakat menjadi tersisihkan, akibat pemaksaan
penerapan teknologi yang sebenarnya tidak
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Dengan
demikian ada indikasi adanya penghancuran sistem
adat secara sistematis. Mengenai hal tersebut, kita
I@'Itho S Volume I No. 1 Januari - Juni 2003:1 -11
dapat mengkajinya dari berbagai aspek, salah satunya
adalah aspek hukum.
Dari aspek hukum, pengangkuan terhadap
masyarakat adat telah termuat dalam UUD 1945 dan
beberapa perundang-undangan. Namun disisi lain,
ada kegiatan yang sangat ironis menyangkut
keberadaan masyarakat adat, seperti kegiatan
pertambangan, dan pertiutanan yang dalam peraturan
peaindang-undangannya tidak dimuat tentang
eksistensi masyarakat adat tersebut. Contohnya
adalah UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,
yang hanya membagi kepemilikan tanah terbatas
pada hutan milik dan hutan negara. Pengakuan atas
hutan negara ini memberikan dampak legitimasi untuk
menggusur hak penguasaan masyarakat adat atas
hutan, karena hutan marga, hutan daerah atau
sejenisnya, dianggap termasuk sebagai hutan negara.
Selain itu, Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 1970
tentang Hak Pengusahaan Hutan dan Hak
Pemungutan Hasil Hutan, tegas-tegas membekukan
hak masyarakat hukum adat di areal kehutanan.
Demikian pula dengan UU No. 11 Tahun 1967
tentang Pertambangan, yang sama sekali tidak
mengkaitkan kegiatannya dengan eksistensi
masyarakat adat, karena semua masalah
pertambangan langsung diangkat sebagai urusan
negara, tanpa perlu melibatkan opini mereka. Ketiga
peraturan tersebut berarti telah memutuskan akses
masyarakat adat ke sumber-sumber daya alamnya
atau memutuskan kebiasaan masyarakat adat dalam
pengelolaan lingkungan hidupnya. Jadi dari aspek
hukum, ketidakjelasan aturan hukum positif yang
mengakui keberadaan masyarakat adat membuat
eksistensi masyarakat adat tidak mempunyai legitimasi
formal.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui sejauhmanakah hukum
mengatur peran masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan hidup.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah peran
masyarakat adat dalam pengelolaan lingkungan
hidup, khususnya dalam situasi krisis ekonomi.
3. Konsep apakah yang dapat diterapkan dalam
pengelolaan lingkungan hidup agar lingkungan
tidak bertambah rusak dalam situasi krisis
ekonomi.
1.4 Metode Penelitian
Metoda pendekatan yang digunakan adalah
yuridis normatif, yang dilakukan dengan cara meneliti
data sekunder berupa bahan hukum primer yaitu
peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan
hidup, dan bahan hukum sekunder berupa koran,
makalah, jumal-jurnal, internet dan Iain-Iain. Teknik
pengumpulan data dan infomiasi dilakukan melalui
studi kepustakaan dan wawancara dengan pihakpihak yang terkait dengan penelitian. Wawancara
dilakukan untuk memperjelas data dan informasi yang
telah diperoleh. Data dan informasi yang diperoleh
kemudian dianalisis berdasarkan analisis yuridis
kualitatif. Hasil analisis dipaparkan dalam bentuk
deskriptif analitis untuk mengambarkan peran serta
masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup
terutama pada kondisi krisis ekonomi. Kemudian dan
hasil analisis tersebut ditarik kesimpulan secara
deduktif.
2. HASH DAN PEMBAHASAN
1.2 Identifikasi Masalah
2.1 Penger
tian Pengelolaan Lingkungan Hidup
Berdasarkan latar belakang masalah di atas,
maka permasalahan diidentifikasikan sebagai berikut:
Pengelolaan lingkungan merupakan suatu usaha
secara sadar untuk memelihara, melindungi dan
memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar
manusia dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya
sehingga dapat mendukung kelangsungan hidup
manusia sampai pada tingkat kesejahteraan dan
keadilan sosial.3' Penger
tian pengelolaan berdasarkan
Kamus Umum Bahasa Indonesia 4> adalah pengurusan
1. Sejauhmanakah hukum mengatur peran
masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup.
2. Bagaimanakah peran masyarakat adat dalam
pengelolaan lingkungan hidup, khususnya dalam
situasi krisis ekonomi.
3. Konsep apakah yang dapat diterapkan dalam
pengelolaan lingkungan hidup agar lingkungan
tidak ber
tambah rusak dalam situasi krisis
ekonomi.
3 M. Djafar Saidi, Hukum Lingkungan, Lembaga Penerbitan
Universitas Hasanuddin, 1989, hal. 46.
4 Badudu- Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Pustaka
Sinar Harapan, Jakarta, 1994, hal.650.
Aspek Hukum Peran Serta Masyarakat Adat Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (Mella Ismelina Farma Rahayu)
atau penyelenggaraan. Sedangkan penger
tian secara
yuridis adalah:5'
"Upaya terpadu untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan
penataan,
pemanfaatan,
pengembangan,
pemeliharaan, pemulihan pengawasan dan
pengendalian lingkungan hidup."
Berdasarkan penger
tian tersebut di atas, teriihat
bahwa istilah pengelolaan diartikan selain kegiatan
kebijakan dalam pemanfaatan atau utilisasi sumber
daya alam juga tercakup kegiatan konservasi dan
preservasinya, bahkan termasuk dibidang penegakan
hukum berupa pengawasan dan pengendalian.6'
Dengan demikian, ruang lingkup dari pengurusan atau
penyelenggaraan lingkungan hidup itu sangat luas.
Pelaksanaan dar
i pengelolaan lingkungan hidup
di Indonesia didasarkan pada tiga asas yaitu : asas
tanggung jawab negara, asas keter
ianjutan, dan asas
manfaat, dengan tujuan dari pengelolaan lingkungan
hidup adalah untuk mewujudkan pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup
dalam rangka pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia
seluruhnya yang ber
iman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
2.2 Penger
tian Dan Tujuan Dasar Peran Ser
ta
Masyarakat
Dalam pengelolaan lingkungan hidup, peran ser
ta
masyarakat sangat penting artinya bagi teiiaksananya
pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan.
Suatu kegiatan yang melibatkan masyarakat
umum dikenal sebagai peran ser
ta masyarakat.
Sedangkan penger
tian peran ser
ta masyarakat
menurut Larry W. Canter adalah :7>
"Proses komunikasi dua arah yang ter
ns menerus
untuk meningkatkan penger
tian masyarakat
secara penuh atas suatu proses dimana masalahmasalah dan kebutuhan lingkungan sedang
dianalisis oleh badan yang ber
tanggung jawab".
Lebih lanjut pengertian tersebut oleh Larry W.
Canter disederhanakan
sebagai feed-forward
information (komunikasi dari pemerintah kepada
masyarakat tentang suatu kebijakan) dan feedback
information (komunikasi dari masyarakat ke
pemerintah atas kebijakan pemerintah).8) Sedangkan
Arimbi HP9', mengartikan peran serta masyarakat
sebagai partisipasi masyarakat sebagai bentuk
kekuatan dan kedaulatan rakyat, yang menempatkan
masyarakat sebagai kekuatan untuk melakukan
kontrol sosial terhadap setiap keputusan yang diambil
oleh pejabat negara. Lebih lanjut, Arimbi HP mengutip
pendapat Anstein yang menempatkan masyarakat
setara dengan penguasa dengan menjalankan prinsip
kemitraan, sehingga suara masyarakat mempunyai
pengaruh dalam proses pengambilan keputusan.
Ada dua hal yang perlu mendapat perhatian jika
kita berbicara tentang peran serta. Pertama, peran
serta masyarakat mempakan hak dasar setiap warga
negara (hak asasi manusia) dan dijamin oleh konstitusi
yaitu Pasal 28 UUD 1945. Kedua, peran serta itu
dimaksudkan untuk melindungi kepentingan publik
dalam pemanfaatan sumberdaya alam. 10>
Sedangkan tujuan dasar dari peran serta
masyarakat adalah untuk menghasilkan masukan dan
persepsi yang berguna dari warga negara dan
masyarakat yang berkepentingan dalam rangka
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan
tentang lingkungan. Hal tersebut sangat penting,
karena dengan melibatkan masyarakat yang potensial
terkena dampak kegiatan dan kelompok kepentingan,
para pengambil keputusan dapat menangkap
pandangan, kebutuhan, dan pengharapan dari
masyarakat dan kelompok tersebut, lalu
menuangkannya kedalam konsep. Pandangan dan
reaksi dari masyarakat tersebut sebaliknya akan
menolong pengambil keputusan untuk menentukan
prioritas, kepentingan, dan arah yang positif dari
5 Pasal 1 butir (2) UUPLH.
6 Asep Warlan Yusuf, Kebijakan Desentralisasi Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Makalah Simposium Otonomi Daerah
berbagaifaktor.11'
Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Dies Natalis
Fakultas Hukum Unpar, Bandung, 2001, hal. 4.
7 Pengertian peran serta masyarakat ini diberikan oleh
Larry W. Canter dalam bukunya " Environmental Impact
Assessment, McGraw-Hill, New York, 1991 dikutip dari
8Ibid.
9 Arimbi HP, Partisipasi Masyarakat dan Keterbukaan
Informasi Dalam Proses AMDAL, sebuah Usulan
Mekanisme Penerapannya Dalam Konteks Indonesia,
Arimbi HP, Aspek Peran Serta Masyarakat Dalam
Pengelolaan Limbah S3, Makalah Diskusi Terbatas
10Ibid.
11 Arimbi HP, Peran Serta Masyarakat Dalam Penegakkan
Hukum Lingkungan, Jurnal Hukum Lingkungan, Tahun I-
Aspek-Aspek Hukum Pengelolaan Limbah B3, ICEL,
Jakarta. 1994, hal.1.
http/www.googlee-law.
NoLICEL, Jakarta, 1994, hal. 79.
EC.t:YxO S Volume I No. Uanuar
i - Juni 2003:1 -11
Ada dua tiang utama yang sangat penting dan
saling terkait untuk mewujudkan peran serta
masyarakat yang bermakna, yaitu transparansi atau
keterbukaan dan akses atas informasi. Tanpa
keterbukaan dan informasi yang cukup seseorang
tidak mempunyai gambaran yang menyeluruh
terhadap suatu keadaan, sehingga pada akhirnya
tidak dapat menghasilkan suatu keputusan yang
tepat.12'
2.3 Pengaturan Peran Serta Masyarakat Dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Peran" serta masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan hidup didasarkan pada haknya atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat, dimana hal
tersebut merupakan salah satu hak asasi manusia.
Penegasan mengenai pengakuan atas lingkungan
yang baik dan sehat terdapat dalam Pasal 5 ayat (1)
UUPLH yang menyebutkan bahwa:
"Setiap orang mempunyai hak yang sama atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat".
Hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat
tersebut merupakan hak subyektif yang merupakan
bentuk yang paling luas dari periindungan
seseorang.13' Hak tersebut memberikan kepada yang
mempunyainya suatu tuntutan yang sah guna
meminta kepentingannya akan suatu lingkungan hidup
yang baik dan sehat itu dihormati, suatu tuntutan yang
dapat didukung oleh prosedur hukum, dengan
periindungan hukum oleh pengadilan dan perangkatperangkat lainnya.14* Tuntutan tersebut mempunyai
dua fungsi yang berbeda, yaitu :15'
1. fungsi yang dikaitkan pada hak membela diri
terhadap gangguan dari luar yang menimbulkan
kerugian pada lingkungannya;
2. fungsi yang dikaitkan pada hak menuntut
dilakukannya
sesuatu
tindakan
agar
lingkungannya dapat dilestarikan, dipulihkan atau
diperbaiki.
12Arimbi HP, Loc.cit.
13 Hal tersebut merupakan pendapat dari Heinhard Steiger
c.s, dikutip dari Koesnadi Hardjasoemantri, Hukum Tata
Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Edisi ke
tujuh, Cetakan ke empatbelas, Yogyakarta, 1999, hal. 93.
1" Ibid.
15 Ibid, hal.94.
Secara konstitusional, hak subyektif sebagaimana
tertera dalam Pasal 5 UUPLH tersebut dapat dikaitkan
dengan hak umum yang tercantum dalam alinea keempat Pembukaan UUD1945 yang menyatakan :
"... membentuk suatu Pemerintahan Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa ...".
Selain itu dapat pula dikaitkan dengan hak
penguasaan kepada Negara atas bumi dan air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.16' Berkaitan
dengan pengakuan atas lingkungan yang baik dan
sehat, Pasal 5 ayat (3) UUPLH lebih lanjut
menegaskan bahwa:
"Setiap orang mempunyai hak untuk berperan
dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang beriaku"
Sebagai pengimbagan dari adanya hak untuk
berperan ser
ta dalam pengelolaan lingkungan hidup,
maka UUPLH mengatur pula mengenai kewajiban
masyarakat dalam memelihara kelestarian fungsi
lingkungan hidup, termasuk mencegah dan
menanggulangi pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup.17'
Berkaitan dengan peran dalam pengelolaan
lingkungan hidup, masyarakat mempunyai hak atas
informasi lingkungan hidup. Ini sebagai konsekuensi
logis dari hak berperan dalam pengelolaan lingkungan
hidup yang berlandaskan pada asas keterbukaan.
Dengan adanya hak atas informasi lingkungan hidup,
maka diharapkan akan meningkatkan nilai dan
efektivitas peran serta masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan hidup.
Selanjutnya Pasal 7 ayat (1) UUPLH menegaskan
kembali bahwa:
"Masyarakat mempunyai kesempatan yang sama
dan seluas-luasnya untuk berperan ser
ta dalam
pengelolaan lingkungan hidup".
Pelaksanaan dari peran serta masyarakat dalam
pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan Pasal 7
ayat (2) UUPLH dapat berupa:
i6Pasal33ayat3UUD1945.
17Pasal6ayat(1)UUPLH
Aspek Hukum Peran Serta Masyarakat Adat Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (Mella Ismelina Farma Rahayu)
@ meningkatkan
kemandir
ian,
keberdayaan
masyarakat dan kemitraan;
@ menumbuhkembangkan
kemampuan
dan
kepeloporan masyarakat;
@ menumbuhkan ketanggapsegeraan masyarakat
untuk melakukan pengawasan sosial;
@ memberikan saran pendapat;
@ menyampaikan informasi dan/atau menyampaikan
laporan.
Keberdayaan masyarakat yang merupakan salah
satu bentuk pelaksanaan dar
i peran ser
ta masyarakat
dalam pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan
Pasal 7 ayat (2) UUPLH tersebut di atas, member
ikan
peluang yang besar bagi masyarakat adat untuk
mengembangkan peranannya dalam pengelolaan
lingkungan hidup mengingat mereka mempunyai
kearifan tradisional yang diperoleh dar
i
pengalamannya bertinteraksi dengan alam secara
langsung.
Dengan demikian, melalui pengaturan Pasal 7
UUPLH ini, pemer
intah member
ikan kesempatan
kepada masyarakat untuk berperan serta lebih besar
termasuk kepada masyarakat adat.
Pengertian masyarakat adat dalam hal ini
dibedakan dengan pengertian masyarakat lokal.
Penger
tian masyarakat adat adalah :18>
"Kelompok masyarakat yang memiliki asal usul
leluhur (secara turun temurun) di wilayah
geografis tertentu, serta memiliki sistem nilai,
ideologi, ekonomi, politik, budaya, sosial dan
wilayah sendiri".
Berdasarkan definisi tersebut, suatu kelompok
termasuk masyarakat adat jika dia mempunyai sistem
sendir
i dalam menjalankan penghidupan mereka yang
terbentuk karena interaksi yang terus menerus di
dalam kelompok tersebut dan mempunyai wilayah
ter
itor
i sendir
i dimana sistem-sistem nilai yang mereka
yakin, masih diterapkan dan berlaku bagi kelompok
ar
t
cphnt
18 Arimbi HP, Penghancuran Secara Sistematis iSistemSistem Adat Oleh Kelompok Dominan, Internet, Ker
tas
Posisi Walhi No.6, 1997. Menurut Arimbi HP Istilah
Masyarakat adat dirasakan iebih netral dan tidak
memberikan konotasi negatif dibandingkan dengan istilahistilah lain seperti Pribimu dan suku asli, masyarakat
terasina, masvarakat tradisional.
Dasar hukum pengakuan eksistensi masyarakat
adat terdapat dalam UUD 1945. UUD 1945 sebagai
sumber hukum ter
tinggi mengakui adanya
kemajemukan budaya, termasuk pula pengakuan atas
adanya kemajemukan sumber-sumber hukum yang
berlaku ditengah-tengah kehidupan masyarakat
sehar
i-hari. Pasal 18 UUD 1945 menyatakan bahwa:
Tembagian daerah Indonesia atas daerah-daerah
besar dan kecil, dengan bentuk susunan
pemer
intahannya ditetapkan dengan undangundang, dengan memandang dan mengingati
dasar permusyawaratan dalam sistem
pemerintahan negara dan hak asal usul dalam
daerah-daerah yang bersifat istimewa".
Dasar hukum lainnya adalah Pasal 5 UU No.5
tahun 1960 tentang Pokok-pokok Agraria. Pasal 5
tersebut memberikan pengakuan bahwa hukum
agraria yang berlaku atas bumi, air, dan ruang
angkasa ialah hukum adat. Sedangkan Pasal 6 UU
No.10 tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Sejahtera, member
ikan dasar hak penduduk meliputi:
1. hak penduduk sebagai din pr
ibadi yang meliputi
hak untuk membentuk keluarga, hak
mengembangkan kualitas din dan kuaiitas
hidupnya;
2. hak penduduk sebagai anggota masyarakat yang
meliputi hak untuk mengembangkan kekayaan
budaya, hak untuk mengembangkan kemampuan
bersama sebagai kelompok, hak atas
pemanfaatan wilayah warisan adat, ser
ta hak
untuk melestarikan atau mengembangkan
perilaku kehidupan budayanya;
3. hak penduduk sebagai warga negara yang
meliputi pengakuan atas harkat dan mar
tabat
yang
sama,
hak
memperoleh
dan
mempertahankan ruang hidupnya;
4. hak penduduk sebagai himpunan kuantitas yang
meliputi hak untuk diperhitungkan dalam
kebijaksanaan perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga sejahtera.
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan hidup tersebut hams mencakup akses
informasi, transparansi, tuntutan adanya pemerintah
yang baik dan bersih yang akhirnya bermuara bagi
keberadaan masyarakat madani. Selain itu perjuangan
untuk mengakui eksistensi masyarakat adat sangat
penting dalam rangka melindungi fungsi lingkungan,
karena kearifan tradisional yang masyarakat adat
1=^.-1-Vi ~* *=l Volume I No. 1 Januari - Juni 2003 :1 -11
kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini
dan generasi masa depan."
punyai adalah ilmu lingkungan yang didapat dari
pengalaman empirik mereka.
2.4 Konsep Pengelolaan Lingkungan Hidup Pada
Kondisi Krisis Ekonomi
Ada beberapa konsep yang dapat digunakan
dalam pengelolaan lingkungan hidup khususnya pada
kondisi krisis ekonomi, yaitu konsep pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, konsep
eko-efesiensi dan konsep tanggung jawab ekologis.
Ber
ikut ini akan dijabarkan satu persatu.
1. Konsep Pembangunan Berkelanjutan Yang
Berwawasan Lingkungan
Berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup
khususnya dalam pemanfaatan dan pemeliharaan
lingkungan hidup tidak terlepas dengan konsep
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan, jika dalam pemanfaatan lingkungan hidup
ingin berkelanjutan dalam pemanfaatannya.
Mengenai konsep, ar
ti, dan definisi pembangunan
berkelanjutan belum ada kata sepakat diantara
negara-negara. Oleh karena itu, definisi pembangunan
berkelanjutan yang banyak digunakan adalah definisi
yang berasal
dan laporan Komisi Sedunia.
Berdasarkan Laporan tersebut, definisi pembangunan
berkelanjutan adalah :19>
"Pembangunan yang berusaha memenuhi
kebutuhan hari kini tanpa mengurangi
kemampuan generasi yang akan datang untuk
memenuhi kebutuhan mereka."
Secara yuridis, Indonesia memberikan definisi
pembangunan berkelanjutan dikaitkan dengan
pembangunan berwawasan lingkungan hidup, yaitu :20>
"Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan hidup adalah upaya sadar dan
terencana, yang memadukan lingkungan hidup,
termasuk sumber daya, ke dalam proses
pembangunan untuk menjamin kemampuan,
19Ibid, hal. 10.
20Pasal 1 Butir 3 UUPLH. Dalam UUPLH tidak memberikan
definisi Pembangunan Berwawasan Lingkungan (Eco-
Dari kedua definisi tersebut tampaklah bahwa
pembangunan berkelanjutan bersifat jangka panjang
antar generasi, dimana suatu generasi tidak boleh
menghabiskan sumber daya sehingga tidak lagi tersisa
untuk generasi yang akan datang. Juga dalam
pemanfaatan sumber daya alam senantiasa
memperhitungkan dampak kegiatan terhadap
lingkungan serta kemampuan sumber daya untuk
menopang pembangunan secara berkesinambungan.
Bagi sumber daya terperbarui, haruslah dijaga sifat
terperbaruinya dan dalam hal sumber daya yang habis
terpakai, haruslah dicari pengganti untuk sumber daya
itu.
Oleh karena itu, dalam pembangunan
berkelanjutan ada tiga faktor yang hams diperhatikan
secara terpadu, yaitu : 21' dimensi ekonomi, dimensi
ekologi, dan dimensi sosial budaya.
Sedangkan strategi dalam pembangunan
berkelanjutan adalah mengembangkan keselarasan
antar umat manusia ser
ta antar manusia dengan
alam.22'
Dengan demikian, sumber-sumber alam harus
digunakan secara rasional. Jangan sampai
penggunaan sumber daya alam mengakibatkan
musnahnya sumber alam, rusaknya lingkungan dan
semakin miskinnya lingkungan. Tetapi sebaliknya
sumber alam harus dipelihara kelestarian dan dalam
pembangunan diser
tai proses mengembangkan
lingkungan, dan lebih memperkaya lingkungan.23'
2. Konsep Eko-Efesiensi Dalam Pemanfaatan
Sumber Daya Alam
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, kondisi
krisis ekonomi selain menimbulkan dampak negatif
terhadap pemanfaatan lingkungan hidup, juga dapat
menimbulkan dampak positif.
Dampak positif dapat terjadi jika orang mau
mengatur diri dalam pengelolaan lingkungan hidup
dengan menitik beratkan pada prinsip eko-efesiensi.
Prinsipnya adalah dengan meningkatkan efesiensi,
maka bahan dan energi yang terbuang berkurang dan
limbah yang terbentuk juga berkurang sehingga
Development). Namun sebagai bahan perbandingan
dapat dilihat pada Pasal 1 Butir 13 UU No. 4 Tahun 1982
tentang
Ketentuan-ketentuan
Pokok
Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang sudah tidak berlaku lagi , yaitu
"Upaya sadar dan berencana menggunakan dan
mengelola sumber daya secara bijaksana dalam
pembangunan yang berkesinambungan.
21 Ibid, hal. 11.
22 Surna T. Djadjadiningrat, Pembangunan Berkelanjutan
dan Berwawasan Ungkungan, Jurnal Hukum Lingkungan
Tahun l/1994, hal. 24.
23 Emil Salim, Pembangunan Berwawasan Lingkungan, PT.
Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta, 1993, hal. 179.
Aspek Hukum Reran Serta Masyarakat Adat Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (Mella Ismelina Farma Rahayu)
dampak potensial pada lingkungan hidup pun
Dengan demikian, dasar yang paling dalam untuk
berkurang. Jadi dalam hal ini, masyarakat perlu sadar
bahwa dalam pengelolaan lingkungan, efesiensi
merupakan juga konsep sentral karena dengan
efesiensi tidak akan teiialu memberikan tekanan
terhadap lingkungan, lebih murah dan member
ikan
keuntungan yang lebih besar, sementara itu dampak
lingkungan dan biaya sosial menjadi rendah.
tanggung jawab melestarikan lingkungan hidup adalah
Untuk ter
iaksananya konsep eko-efesiensi, maka
perlu adanya pemberdayaan masyarakat, baik
masyarakat umum (tenmasuk masyarakat adat),
birokrat, usahawan, pakar dan LSM. Jadi dalam hal ini
perlu adanya dorongan pada masyarakat untuk
mencar
i jalan yang terbaik untuk mencegah dan
menangani kerusakan lingkungan menurut kondisi
lingkungan mereka, karena merekalah yang lebih
mengetahui kondisi lingkungan lokal. Hal tersebut
disebabkan kualitas lingkungan tidak hanya bersifat
objektif, melainkan juga subjektif berdasarkan persepsi
masing-masing orang atau kelompok, dimana persepsi
tersebut dipengaruhi oleh latar belakang sosialbudaya, pendidikan dan pertimbangan untung-rugi
yang berbeda-beda.
Dengan demikian, paradigma pengelolaan
lingkungan hidup hams berubah kearah desentralisasi
pengelolaan lingkungan hidup, bukan lebih
memperkuat birokrasi pusat.
3. Konsep Tanggung Jawab Ekologis
Berbicara tentang tanggung jawab ekologis, maka
kita tidak bisa teriepas dan masalah etika lingkungan.
Tujuan dan etika lingkungan adalah untuk membuat
orang menjadi lebih kritis terhadap segala macam
persoalan kehidupanya dalam hal ini persoalan
lingkungan hidup. Etika membantu orang berfikir
secara rasional dan dapat dipertanggungjawabkan
guna mecapai kesejahteraan masyarakat kapan pun
dan di mana pun dia berada.
Jika manusia tetap menginginkan untuk dapat
terus memenuhi kebutuhan hidupnya, maka manusia
harus mau melakukan perubahan sikap dan
meningkatkan kesadaran manusia terhadap alam dan
lingkungannya. Manusia harus mempunyai pandangan
yang holistik.. Menurut pandangan ini, manusia dan
lingkungan adalah subyek lingkungan yang keduanya
saling membutuhkan. Jadi manusia tidak boleh lagi
menggunakan pandangan transenden yang
menganggap bahwa manusia adalah subyek
lingkungan sedangkan lingkungan adalah obyek yang
dapat dieksploitasi semaksimal mungkin guna
memenuhi keinginan manusia.
hormat tertiadap hidup. Keserakahan dan kerakusan
manusia merusak alam dan lingkungan pada
gilirannya akan merusak hidup manusia sendiri dan
seluruh kehidupan. Oleh karena itu dalam hal ini
tanggung jawab ekologis merupakan wujud tanggung
jawab tertiadap kehidupan sekarang maupun
kehidupan bagi generasi yang akan datang.24'
2.5 Peran Serta Masyarakat Adat Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
Dalam negara kesatuan Republik Indonesia ini,
telah hidup masyarakat dengan wujud kesatuan sosial
yang khas yang pada akhimya melembaga sehingga
menjadi suatu kebudayaan lengkap dengan tatanan
aturan tingkah lakunya. Interaksi yang ter
ns menerus
diantara mereka membuat mereka mempunyai sistem
politik, ekonomi, dan pemerintahan sendiri, sehingga
akhimya timbul apa yang dinamakan kearifan
tradisional.25) Kearifan tradisional dari masyarakat adat
nampaknya belum menjadi pertimbangan dalam
pembangunan di Indonesia. Padahal begitu banyak
kearifan tradisional yang dapat dipertimbangkan dan
dimasukkan dalam kebijakan pembangunan agar
masyarakat adat dapat berperan secara tradisional
dalam bentuk yang diakui dalam penyelenggaraan
perlindungan lingkungan, karena pengetahuan dari
masyarakat adat dalam mengelola alam terbukti
menunjang pembangunan berkelanjutan (sustainable
development). Apalagi keberadaan masyarakat adat
telah diakui dalam Bab VI Pasal 18 UUD 1945 yang
mengatur tentang Pemerintahan daerah dan pada
beberapa peraturan perundang-undangan, walaupun
pada perjalanannya menjadi kabur terutama ketika UU
Pemerintahan Daerah terbentuk.
Banyak kearifan t
okal dalam bidang pertanian,
pemukiman kampung, perhutanan dan Iain-Iain yang
sesungguhnya mempunyai nilai tinggi namun kurang
terangkat dalam pengambilan keputusan, seperti
perilaku budaya sawah di Pulau Bali dimana
masyarakat adatnya mempunyai kearifan lingkungan
untuk memanfaatkan hujan sekaligus melindungi
tanah berlereng dar
i ancaman erosi karena curah
hujan, demikian pula kearifan masyarakat Jawa
Tengah yang membentuk teras sawah menurut garis
kontur yang dikenal dengan nama Nyabuk Gunung,
kemudian di Jawa Barat disebut Ngais Gunung dan di
24Ibid, hal. 36.
25Ar
imbi HP, Loc.cit.
E.til O S Volume I No. 1 Januari - Juni 2003:1 -11
Bali disebut Sengkedan, temyata pengetahuan yang
telah lama dipraktekkan oleh masyarakat adat tersebut
selaras dengan cara ber
tani mukhtahir yaitu Contour
Planting. Jika kita mau mencoba memahami praktekpraktek ini dengan baik, maka kelak pada gilirannya
akan memberikan sumbangan berarti bagi
pemanfaatan secara lestari sumber daya alam kita,
sehingga dalam keadaan kondisi krisis ekonomipun
kita tidak akan bernafsu untuk mengeksploitasi sumber
daya alam.26'
Oleh karena itu, Indonesia harus lebih memikirkan
nasib masyarakat adat secara sungguh-sungguh,
karena temyata kelompok masyarakat adat ini
mempunyai sifat kekhasan sebagai kelompok, yang
karena kekerabatannya dalam kelompok itu
menciptakan budaya yang terbukti lebih berwawasan
lingkungan ketimbang teknologi modern yang
sekarang tengah dikembangkan. Dengan demikian
pola penseragaman pengelolaan sumber daya alam
seperti dalam sektor per
tambangan, kehutanan
melalui pola HPH dan HTI serta perkebunan yang
selama ini dilakukan oleh pemerintah harus dirubah
dengan lebih memperhatikan kear
ifan tradisional
masyarakat adat dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Upaya tersebut perlu dilakukan agar tidak
menghancurkan masa depan bangsa karena
kehilangan sumber penghidupan apalagi dalam
kondisi krisis ekonomi yang sangat berdampak serius
terhadap kehidupan perekonomian bangsa.
Sementara itu, masyarakat internasional pun telah
mengakui hak-hak masyarakat adat tersebut dalam
berbagai perjanjian-perjanjian internasional. Indonesia
sebagai bagian masyarakat internasional telah
merespon perjanjian-perjanjian internasional tersebut
dengan meratifikasi dua dari sepuluh perjanjian
internasional yang mengandung pengakuan terhadap
hak-hak tradisional. yaitu pengesahan pembentukan
WTO (World Trade Organization) melalui UU No. 7
Tahun 1994 dan Konvensi Keanekaragaman Hayati
melalui UU No. 5 Tahun 1994. Walaupun diakui
pentingnya keanekaragaman hayati, khususnya dalam
UU No. 5 tahun 1994 tentang Keanekaragaman
Hayati, tidak melihat keanekaragaman budaya dari
masyarakat
adat
sebagai
bagian
dari
keanekaragaman hayati tersebut.
Di dalam bab sebelumnya, telah dijelaskan bahwa
telah ada pengakuan terhadap masyarakat adat dalam
Bab VI Pasal 18 UUD1945, Pasal 5 UU Pokok Agraria
26 Adi Sasono, Lingkungan Rusak Karena Keserakahan,
Kompas, Jakarta, 1997.
dan Pasal 6 UU No. 10 tahun 1992 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga Sejahter
a, yang menandakan adanya
pengakuan atas keberadaan kesatuan-kesatuan politik
tradisi yang bersumber dan sistem budaya berbagai
kelompok masyarakat yang ter
cakup di dalam teritor
ial
Negara Republik Indonesia. Namun pengakuan ini
hams tidak sekedar mengakui lembaganya saja,
melainkan juga aspek-aspek struktur organisasi,
mekanisme ketja, peratur
an-peraturannya, ser
ta
berbagai hak dan kewajiban yang terkandung di dalam
sistem kelembagaan masyarakat adat.
2.6 Akses Masyarakat Adat Ke Sumber Daya Alam
Hubungan masyarakat adat ke sumber daya
alamnya secara alamiah telah teitentuk secara turun
temurun dan telah mempunyai teori khusus, dalam
mengembangkan penghidupan dan kebudayaannya.
Teori mereka biasanya dibatasi dengan tanda-tanda
alam yang mereka kembangkan sendiri, seperti hutan
karet atau hutan rotan sebagai tanda daerah itu
pernah dilakukan peladangan. Akses masyarakat adat
ke
sumber-sumber
penghidupannya
lebih
dimaksudkan menjaga kelangsungan hidupnya,
seperti kemampuan mereka yang didasarkan
pengalaman empirik ratusan tahun untuk menciptakan
sistem penanaman yang berkelanjutan melalui sistem
perladangan berpindah dengan maksud untuk
menjaga kesuburan lahan. Namun sistem perladangan
berpindah ini dianggap oleh pemerintah sebagai
menelantarkan lahan, sehingga kemudian secara
sepihak pemerintah menganggap lahan itu sebagai
tanah terlantar dan akhirnya mengklaimnya sebagai
tanah negara.
Kearifan tradisional lainnya dari masyarakat adat
adalah dalam pemanfaatan hutan secara tnulti produk,
dengan tidak nanya bertumpu pada produk kayu saja.
Pemanfaatan hasil hutan non-kayu, seper
ti damar,
rotan, madu dan buah-buahan serta hasil hutan
lainnya, selain mampu memberikan penghidupan bagi
masyarakat adat, terbukti juga mampu menjaga
kelestarian fungsi daya dukung hutan. Namun kearifan
tradisional dari masyarakat adat dalam pemanfaatan
hasil hutan ini tidak didukung oleh kebijakan
pemerintah di bidang kehutanan, karena pemerintah
lebih menekankan hasil panen kayu ketimbang hasilhasil hutan non kayu lainnya.
Agar terjadi keselarasan antara masyarakat adat
dengan pemerintah dalam pengelolaan lingkungan
hidup, maka pemerintah harus merubah arah
Aspek Hukum Peran Serta Masyarakat Adat Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (Mella Ismelina Fanva Rahayu)
kebijakannya dalam pembangunan, dengan cara
memasukkan dan mempertiatikan akses masyarakat
adat dalam pengelolaan lingkungan hkjup.
3. KESIMPULAN DAN SARAN
3. Konsep yang dapat diterapkan dalam pengelolaan
lingkungan hkJup agar lingkungan tidak
bertambah rusak dalam situasi kr
isis ekonomi
antara lain adalah konsep pembangunan yang
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan,
konsep eko-efesiensi dalam pemanfaatan sumber
daya alam serta konsep tanggung jawab ekologis.
3.1 Kesimpulan
1. Pengaturan hukum secara umum mengenai peran
masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup
telah di atur dalam UUPLH. Khusus mengenai
pengakuan eksistensi dan masyarakat adat telah
tercantum dalam Bab VI Pasal 18 UUD 1945,
Pasal 5 UU No. 5 Tahun 1960 tentang PokokPokok Agraria dan Pasal 6 UU No. 10 Tahun
1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera. Selain itu
Indonesia pun telah meratifikasi dua perjanjian
internasional yang mengakui hak-hak masyarakat
adat melalui UU No. 7 Tahun 1994 tentang
Pengesahan Pembentukan
World Trade
Organization (WTO) dan UU No. 5 tahun 1994
tentang Konvensi Keanekaragaman Hayati.
Namun dalam perkembangannya peran serta
masyarakat adat terjegal oleh aturan yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah yang tidak
memasukkan peran serta masyarakat adat dalam
pengelolaan lingkungan hidup, seperti UU No. 41
tahun 1999 tentang Kehutanan, Peraturan
Pemer
intah No. 21 Tahun 1970 tentang Hak
Pengusahaan Hutan dan Hak Pemungutan Hasil
Hutan, UU No. 11 Tahun 1967 tentang
Pertambangan. Selain itu juga, terdapat UU No. 5
Tahun 1970 tentang Pemerintahan di Desa, yang
membuat sistem pemerintahan adat tergusur dan
kehilangan fungsinya, kar
ena UU tersebut
menseragamkan struktur kepemimpinan di desa
dengan menempatkan Kepala Desa sebagai
pemimpin tertinggi.
2. Peran masyarakat adat dalam pengelolaan
lingkungan hidup, khususnya dalam situasi krisis
ekonomi sebenamya sangat besar, dimana
dengan kearifan tradisionalnya, masyarakat adat
mampu menciptakan metode pengelolaan
lingkungan hidup yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan, yang mereka peroleh
dan pengalaman empir
iknya. Apabila kear
ifan
tradisional masyarakat adat ini dapat terus dipakai
dan ditiru dalam pengelolaan lingkungan hidup,
maka dampak negatif dan kondisi kr
isis ekonomi
pun dapat ditanqani.
3.2 Saran-Saran
1. Harus adanya pengakuan hukum tertiadap
kelembagaan masyarakat adat, budaya, teritori
serta hak berpar
tisipasi masyarakat adat untuk
membangun, karena akan mempengaaihi
kehidupan dar
i masyarakat adat.
2. Per
iu adanya perumusan kebijakan pemer
intah
yang memasukkan peran serta aktif dari
masyarakat adat dalam pembangunan dan per
iu
adanya revisi atau peninjauan kembali tertiadap
peraturan perundang-undangan yang mengatur
kegiatan yang sebenarnya sangat berpengaruh
dengan keberadaan masyarakat adat, dimana
pasal-pasalnya harus member
ikan pengakuan
tertiadap masyarakat adat dalam pengelolaan
linqkungan hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku :
Badudu, Zain. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Jakarta Pustaka Sinar Harapan.
Hardjasoemantri, Koesnadi. 1999. Hukum Tata
Lingkungan. Yogyakarta, Gadjah Mada
University Press, Edisi ketujuh, Cetakan keempat
betas.
Saidi, M. Djafar, 1989. Hukum Lingkungan, Lembaga
Penerbitan Universitas Hasanuddin.
Salim, Emil. 1993. Pembangunan Berwawasan
Lingkungan, Jakarta, PT. Pustaka LP3ES
Indonesia.
Siahaan, NHT. 1987. Ekologi Pembangunan Dan
Hukum Tata Lingkungan, , Jakarta, Er
iangga.
Makalah dan Jurnal:
HP, Arimbi. 1994. Aspek Peran Ser
ta Masyarakat
Dalam Pengeblaan Limbah 63, Makalah Diskusi
Terbatas Aspek-Aspek Hukum Pengelolaan
Limbah B3. ICEL. Jakarta.
10
JELtl-lO S Volume I No. 1 Januari - Juni 2003:1 -11
HP, Arimbi. 1994, Peran Serta Masyarakat Dalam
Penegakkan Hukum Lingkungan, Jurnal Hukum
Lingkungan, Tahun I-No.1, , Jakarta, ICEL.
Yusuf, Asep Warlan. 2001, Kebijakan Desentralisasi
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Makalah
Simposium Otonomi Daerah Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Dies Natalis Fakultas Hukum
Unpar, Bandung.
Internet, Surat Kabar:
HP, Arimbi, Partisipasi Masyarakat dan Keterbukaan
Informasi Dalam Proses AMDAL, sebuah Usulan
Mekanisme Penerapannya Dalam Konteks
Indonesia, http/www.google/e-law.
HP, Ar
imbi, Penghancuran Secara Sistematis SistemSistem Adat Oleh Kelompok Dominan,
http/www.google/e-law, Ker
tas Posisi Walhi No.6,
1997.
Sasono, Adi. 1997, Lingkungan Rusak Karena
Keserakahan, Jakar
ta, Kompas.
Peraturan perundang-undangan :
UUD 1945
UU No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria
UU No. 11 Tahun 1967 tentang Pertambangan
UU No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga
Sejahtera
UU No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup
UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 1970 tentang Hak
Pengusahaan Hutan Dan Hak Pemungutan Hasil
Hutan
Aspek Hukum Peran Serta Masyarakat Adat Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (Mella Ismelina Fanva Rahayu)
11
Download