Executive Summary 2013 Executive Summary PELUANG INVESTASI DI KABUPATEN RAJA AMPAT: MEMBANGUN KAWASAN RESORT RAJA AMPAT Pengenalan Kabupaten Raja Ampat Kabupaten Raja Ampat merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Papua Barat yang relatif masih baru. Kabupaten Raja Ampat merupakan daerah kepulauan yang membentang di area seluas 46.108 km2, wilayah lautnya menguasai 87% luas areal ini. Kepulauan ini berada di bagian paling Barat pulau induk Papua, secara geografis berposisi pada koordinat 2°25’ Lintang Utara – 04°25’ Lintang Selatan dan 130° – 132°55’ Bujur Timur. Kabupaten Raja Ampat merupakan daerah gugus pulau kecil yang memiliki 4 pulau yang relatif besar, yaitu: Pulau Waigeo, Pulau Batanta, Pulau Salawati, dan Pulau Misool. Jumlah seluruh pulau di kabupaten ini kurang lebih sebanyak 1800 pulau. Kekayaan Alam Kabupaten Raja Ampat Kabupaten atau Kepulauan Raja Ampat merupakan tempat yang sangat berpotensi untuk dijadikan objek wisata, terutama wisata bahari (penyelaman). Perairan Raja Ampat menurut berbagai sumber, merupakan salah satu dari 10 perairan terbaik dunia untuk diving site. Kawasannya dikenal dengan nama "Coral Triangle Area", yang merupakan “jantung” keanekaragaman terumbu karang dunia dengan segala biota yang berasosiasi di dalamnya. Kawasan ini diidentifikasi memiliki keragaman hayati tinggi dari aspek ikan, moluska, jenis dan kondisi karang. Bahkan diakui sebagai nomor satu untuk kelengkapan flora dan fauna bawah air pada saat ini dan sering disebut juga sebagai “surga para penyelam”. Di Kepulauan Raja Ampat juga dapat ditemukan beberapa spesies unik saat menyelam seperti pigmy seahorse atau kuda laut mini, wobbegong, dan manta ray. Juga ada ikan endemic Raja Ampat yaitu eviota raja sejenis ikan gobbie, kumpulan ikan tuna, snapper, giant travellies, ikan barakuda, penyu, dan ikan dugong atau duyung. Di Kepulauan Raja Ampat juga cocok untuk melakukan drift dive, yaitu menyelam mengikuti arus kencang dengan air yang sangat jernih sambil menerobos kumpulan ikan. Tempat ini cocok juga untuk wreck dive, karena di sana kita dapat menjumpai pesawat karam bekas Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 1 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia Executive Summary 2013 peninggalan Perang Dunia II seperti di Pulau Wai dan masih banyak lagi situs yang belum pernah terjamah dan lebih menantang di tempat ini. Selain flora terestrial, daratan pulau‐pulau kecil Raja Ampat yang berkarakter bahari dihuni oleh beragam jenis fauna endemik yang tidak ditemukan di bagian dunia lain contohnya Cenderawasih Merah, Cenderawasih Botak, Kakatua Raja, Maleo Waigeo, Bandikut, Kuskus Bertotol, Oposum Bergaris, Tikus Pohon, dan binatang unik lainnya. Peluang Investasi Membangun Kawasan Resort Memahami kekayaan alam Kabupaten atau Kepulauan Raja Ampat, maka peluang investasi yang diusulkan kepada calon investor adalah membangun fasilitas‐fasilitas untuk menunjang potensi pariwisata, yaitu dengan membangun kawasan resort Raja Ampat. Investasi ini direncanakan akan memanfaatkan luas areal sekitar 100 ha yang akan dikembangkan menjadi: Equestrian seluas 8,2 ha yang terdiri dari equestrian center (5,4 ha) dan padang rumput (2,8 ha), hotel (9,0 ha), spa (1,3 ha), sport complex seluas (3 ha), residen/villa seluas 42,20 ha, commercial area seluas 1,8 ha, bangunan prasarana, dan jalur hijau. Kebutuhan dana investasi diperkirakan sebesar Rp 121 milyar yang akan digunakan dalam 5 tahap pembangunan. Analisis cost‐benefit yang dilakukan terhadap usulan peluang investasi ini menghasilkan Internal Rate of Return (IRR) sebesar 69,78% yang lebih besar dari tingkat suku bunga 20% per‐tahun yang diasumsikan khusus terjadi di Kabupaten Raja Ampat. Sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan pariwisata di Raja Ampat antara lain adalah bandara yang memfasilitasi rute penerbangan Sorong – Raja Ampat. Beberapa perusahaan maskapai penerbangan Bali Air, Susi Air, Merpati Nusantara Airlines (MNA), dan Sriwijaya Air serta pesawat milik PT. PAS dengan jenis Bolgow‐105 sudah mengisi jalur penerbangan ini. Transportasi laut juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk mencapai Raja Ampat seperti kapal laut KM Bukit Siguntang, KM Tatamailau, dan PT. Pelni. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 2 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia Gambaran Wilayah 2013 A. GAMBARAN WILAYAH A.1 Aspek Geografis dan Administrasi Terletak di provinsi Papua Barat, Raja Ampat merupakan daerah kepulauan yang membentang di area seluas 46.108 km2, wilayah lautnya menguasai 87% luas area. Kepulauan ini berada di bagian paling barat pulau induk Papua, secara geografis berposisi pada koordinat 2°25’ Lintang Utara – 04°25’ Lintang Selatan dan 130° – 132°55’ Bujur Timur. Wilayahnya secara administratif memiliki batas sebagai berikut: Utara : Republik Federal Palau dan Samudera Pasifik Selatan : Kabupaten Seram Utara (Propinsi Maluku) Timur : Kota Sorong (Kabupaten Sorong) Barat : Kabupaten Halmahera Tengah (Provinsi Maluku Utara) Raja Ampat merupakan daerah gugus pulau kecil yang memiliki 4 pulau yang relatif besar, yaitu: Pulau Waigeo, Pulau Batanta, Pulau Salawati, dan Pulau Misool. Jumlah seluruh pulau di kabupaten ini kurang lebih sebanyak 1800 pulau dan hanya 35 pulau yang berpenghuni. Sebagai wilayah kepulauan, Kabupaten Raja Ampat tidak memiliki air tanah tawar, kecuali di pulau‐pulau besar. Di Pulau Waigeo terdapat sungai‐sungai yang cukup besar, yaitu Sungai Bayon dengan panjang sekitar 4 km dan di Pulau Misool bagian barat terdapat Sungai Kamtabai. Kabupaten Raja Ampat merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Papua Barat yang relatif masih baru dibentuk melalui Undang‐Undang nomor 26 tahun 2003 dan resmi menjadi daerah otonom pada tanggal 12 April 2003, hasil pemekaran dari Kabupaten Sorong. Kabupaten Raja Ampat terbagi menjadi 24 kecamatan. Secara rinci luas wilayah setiap kecamatan di Kabupaten Raja Ampat tersaji sebagai berikut: Tabel A‐1 Luas Wilayah Administrasi Kabupaten Raja Ampat No. 1 2 3 4 5 6 7 Kecamatan Misool Selatan Misool Barat Misool Kofiau Misool Timur Kep. Sembilan Salawati Utara Luas Wilayah km2 Persen (%) 619,445 7,71 268,206 3,34 420,853 5,24 845,065 10,52 532,341 6,63 163,665 2,04 240,946 3,00 Jumlah Desa 5 5 5 5 6 4 6 Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 3 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia Gambaran Wilayah 2013 No. 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Kecamatan Salawati Tengah Salawati Barat Batanta Selatan Batanta Utara Waigeo Selatan Kota Waisai Teluk Mayalibit Tiplol Mayalibit Meosmansar Waigeo Barat Kep. Waigeo Barat Waigeo Utara Warwabomi Supnin Kep. Ayau Ayau Waigeo Timur Luas Wilayah km2 Persen (%) 160,631 2,00 133,859 1,67 205,250 2,55 250,861 3,12 310,763 3,87 54,841 0,68 106,808 1,33 167,059 2,08 224,081 2,79 1.669,843 20,78 939,287 11,69 95,150 1,18 61,672 0,77 63,434 0,79 135,613 1,69 203,419 2,53 161,349 2,01 Jumlah Desa 7 4 4 4 5 4 4 6 9 5 6 6 4 4 4 5 4 Kabupaten ini memiliki topografi yang beragam. Pada umumnya topografi didominasi oleh wilayah perbukitan dengan ketinggian mencapai 100 – 300 m di atas permukaan laut yang masih ditutupi oleh hutan alami. Kabupaten Raja Ampat bagian utara yaitu Pulau Waigeo dan sebagian Pulau Batanta didominasi oleh pegunungan, sedangkan pada bagian tengah terutama Pulau Salawati memiliki daerah datar yang cukup luas. Pada bagian selatan, yaitu Pulau Misool sebagian besar merupakan pegunungan, namun pada bagian tengah terdapat daerah datar. Gambaran umum karakteristik topografi pada masing‐ masing 4 (empat) pulau besar: Pulau Waigeo: umumnya memiliki topografi bergunung, berbukit pada poros hingga ke daerah pesisir yang terdiri atas pasir dan karang batu. Pulau ini dikelilingi oleh pulau‐ pulau kecil terutama di bagian barat dan selatan. Dasar perairan laut bervariasi antara berkarang dan berpasir. Pulau Batanta: sebagian besar topografi terdiri dari pegunungan dan perbukitan yang memanjang dari bagian tengah sampai ke bagian pesisir, sehingga di daerah pesisir jarang ditemukan pasir putih. Pulau Salawati: pada bagian tengah terdapat dataran yang dikelilingi oleh gunung dan perbukitan yang membujur ke semua arah hingga daerah pesisir. Pulau ini dikelilingi oleh pulau‐pulau kecil pada bagian selatan dan timur. Pulau Misool: pada bagian tengah terdapat dataran dan pegunungan, serta bukit‐bukit berbatuan di daerah pesisir pada bagian barat dan bagian selatan Pulau Misool. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 4 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia Gambaran Wilayah 2013 A.2 Kondisi Fisik A.2.1 Morfologi, Iklim dan Curah Hujan Wilayah Raja Ampat mempunyai ketinggian yang tidak memungkinkan terjadinya salju. Hutan Lahan Kering Primer Dataran Rendah mendominasi penutup lahan di Raja Ampat, yaitu lebih dari separuh luas keseluruhan Wilayah Raja Ampat yaitu mencapai 1,17 juta hektar atau 53,5%. Hutan Lahan Kering Sekunder Dataran Rendah meliputi luas 378,23 ribu hektar atau 17.308% dari luas keseluruhan. Suhu udara minimum di Kabupaten Raja Ampat sekitar 24,40° C dan suhu udara maksimum sekitar 31,20° C. Sedangkan suhu air laut rata‐rata berkisar antara 22 – 30° C. Curah hujan tercatat 3025,9 milimeter. Setiap bulan selalu ada hujan. Banyaknya hari hujan setiap bulan antara 12 – 29 hari. Kelembaban udara rata‐rata tercatat 85%. Rata‐rata kecepatan angin adalah 7 knot. A.2.2 Geologi dan Jenis Tanah Berdasarkan tatanan geologi, Kepulauan Salawati dan Batanta yang terdiri atas batuan sedimen tersier tengah dan breksi. Pulau Misool yang terletak di ujung barat daya paparan Benua Papua atau timur laut Parit Seram, memiliki batuan klastik mesozoikum yang lebih banyak berasal dari utara daripada di selatan. Kondisi geologi Kabupaten Raja Ampat didominasi oleh formasi batuan kapur yang terbentuk pada masa kuarter. Batuan metamorf yang terdapat di Raja Ampat adalah batuan malihan ligu, sedangkan batuan beku terdapat di batuan Gunung Batanta dan batuan Gunung Dore. Wilayah Kabupaten Raja Ampat pada umumnya memiliki jenis tanah dystropepts yang mendominasi Pulau Waigeo, Pulau Batanta, dan Pulau Salawati. Kedalaman efektif tanah di Distrik Misool dan Distrik Waigeo Selatan berkisar antara 0 – 25 cm, sedangkan di Pulau Salawati, Waigeo Utara, dan Waigeo Selatan berkisar antara 50 – 100 cm. A.2.3 Flora Tidak ada pulau di kepulauan Raja Ampat yang memiliki ketinggian lebih dari 1.000 meter. Maka banyak dijumpai tanaman pada ketinggian yang lebih rendah daripada yang Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 5 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia Gambaran Wilayah 2013 umumnya tumbuh di daratan pulau besar. Umumnya, hutan dataran rendah di kepulauan Raja Ampat memiliki karakteristik Malesian, tetapi tidak didominasi oleh tanaman dipterocarps yang umumnya terdapat di wilayah barat Indonesia. Pulau Waigeo memiliki formasi hutan dataran rendah yang terpadat, dengan jenis dominan Exocarpus Latifolius dan Nagela Wallichiana. Exocarpus latifolius Nagela wallichiana A.2.4 Fauna Selain flora terestrial, daratan pulau‐pulau kecil Raja Ampat yang berkarakter bahari dihuni oleh beragam jenis fauna endemik yang tidak ditemukan di bagian dunia lain contohnya cenderawasih merah, cenderawasih botak, kakatua raja, maleo waigeo, bandikut, kuskus bertotol, oposum bergaris, tikus pohon, dan binatang unik lainnya. Cendrawasih Merah Cendrawasih Botak Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 6 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia Gambaran Wilayah 2013 Kakatua Raja Bandikut Kuskus Bertotol Maleo Waigeo Oposum Bergaris Tikus Pohon A.2.5 Terumbu Karang Ekosistem terumbu karang merupakan potensi sumberdaya pesisir dan laut yang menonjol di Kepulauan Raja Ampat, terutama di sekitar gugusan pulau kecil. Kepulauan Raja Ampat terletak di wilayah Coral Triangle yang merupakan “jantung” keanekaragaman terumbu karang dunia dengan segala biota yang berasosiasi di dalamnya, seperti beragam jenis ikan karang, moluska, dan krustasea. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 7 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia Gambaran Wilayah 2013 Sekitar 60% terumbu karang Raja Ampat dalam kondisi baik dan sangat baik. Terdapat sekitar 553 jenis karang keras, termasuk 13 jenis endemik (sekitar 75% dari jumlah jenis karang di dunia), lebih dari 1427 jenis ikan karang, ikan duyung, 5 jenis penyu, berbagai jenis hiu seperti wobbegong dan kalabia, berbagai jenis kuda laut dan ikan pari, 15 jenis ikan paus dan lumba‐lumba, serta 60 jenis udang karang. Ditambah dengan 699 jenis hewan lunak (jenis moluska) yang terdiri atas 530 siput‐siputan (gastropoda), 159 kerang‐kerangan (bivalva), 2 scaphopoda, 5 cumi‐cumian (cephalopoda), dan 3 chi‐ton. Hal ini menjadikan kepulauan Raja Ampat sebagai kawasan pulau‐pulau kecil yang memiliki keanekaragaman hayati laut yang luar biasa besar dan berproduktivitas tinggi secara ekonomi. Terumbu Karang Hiu Kalabia Hiu Wobbegong Manta Ray Ekosistem terumbu karang di Kepulauan Raja Ampat terajut pada paparan dangkal di hampir semua pulau‐pulau kecil, dengan penyebaran terbesar dijumpai di Distrik Waigeo Barat, Waigeo Selatan, Ayau, Samate, dan Misool Timur Selatan. Pada beberapa bagian terdapat gosong (sand backs) yang juga memiliki terumbu karang di sekelilingnya. Tipe terumbu yang terdapat di Kepulauan Raja Ampat umumnya berupa karang tepi (fringing reef) dengan kemiringan yang cukup curam. Selain itu terdapat juga tipe terumbu cincin (atol) dan terumbu penghalang (barrier reef). Atol di Raja Ampat terdapat di Kepulauan Ayau dan Kepulauan Asia. Pada beragam tipe ekosistem terumbu karang di kepulauan Raja Ampat terdapat enam jenis ikan yang dikategorikan jenis endemik: Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 8 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia Gambaran Wilayah 2013 1. Hemiscyllium freycineti. Spesies ini relatif umum untuk hamparan karang yang dangkal, dan terutama terlihat pada malam. 2. Pseudochromis. Spesies ini umumnya terlihat di dasar‐dasar pecahan batu pada bagian dasar lereng‐lereng yang curam di kedalaman sekitar 18 hingga 20 m. Umumnya terlihat menyendiri atau berpasangan. 3. Apogon leptofasciatus. Spesies ini dideskripsikan berdasarkan tiga spesimen dan hanya sekitar 15 individu terlihat pada kedalaman antara 12 – 15 m. 4. Apogon oxygrammus. Spesies ini merupakan jenis ikan cardinal yang jarang. Ditemukan di kedalaman 45 – 50 m di Pulau Pef, sebelah ujung barat Pulau Gam. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 9 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia Gambaran Wilayah 2013 5. Meiacanthus Crinitus. Spesies ini umumnya hidup di karang‐karang yang ternaungi dengan karang hidup yang melimpah pada kedalaman 1 – 20 meter. 6. Eviota Raja. Ikan gobi yang sangat kecil dan melayang‐layang di perairan‐tengah ini merupakan jenis yang umum di perairan yang ternaungi dengan pertumbuhan karang yang kaya. Sangat mirip dengan E. bifasciata, suatu spesies sympatrik yang tersebar melintasi Nusantara Indo – Australia. A.2.6 Mangrove Sebaran mangrove di Kabupaten Raja Ampat terdapat di wilayah pantai Pulau Waigeo Barat, Waigeo Selatan, Batanta, pantai timur Pulau Salawati, pantai selatan Pulau Kofiau, Pulau Babi, serta pantai timur dan barat Pulau Misool. Ekosistem mangrove Raja Ampat didominasi oleh famili Rhizophoraceae, Sonneratiaceae, dan Avicenniaceae. Pulau Salawati Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 10 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia Gambaran Wilayah 2013 merupakan pulau yang memiliki sebaran mangrove terbesar, diikuti oleh Pulau Waigeo, Misool, dan Batanta. Pada ekosistem mangrove kepulauan Raja Ampat ditemukan berasosiasi beberapa jenis biota ekonomis penting dari kelompok krustasea dan moluska, di antaranya udang, kepiting Bakau, rajungan, ikan blodok, ikan belanak, ikan bandeng, dan beragam kerang. Kepiting Bakau Rajungan Ikan Blodok Ikan Belanak Ikan Bandeng A.2.7 Padang Lamun Lamun adalah tumbuhan berbunga yang telah beradaptasi sepenuhnya di bawah permukaan laut. Lamun membentuk padang di dasar laut yang masih terjangkau oleh cahaya matahari dan sering terdapat di antara ekosistem mangrove dan terumbu karang. Padang lamun ini merupakan habitat bagi bermacam‐ macam jenis ikan kecil dan udang, serta menjadi grazing ground bagi penyu laut, duyung, dan bulu babi. Fungsi lainnya adalah dapat menstabilkan dasar laut dengan sistem perakaran lamun yang saling menyilang dan sebagai perangkap sedimen. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 11 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia Gambaran Wilayah 2013 Padang lamun tersebar di hampir seluruh Kepulauan Raja Ampat, terutama di sekitar Waigeo, Kofiau, Batanta, Ayau, dan Gam, dan umumnya berasosiasi dengan terumbu karang di daerah pasang surut dan rataan terumbu karang yang dangkal. Padang Lamun A.3 Kependudukan dan Ketenagakerjaan Jumlah penduduk Kabupaten Raja Ampat mencapai 60.000 jiwa. Penduduk aslinya terdiri dari lebih dari 10 suku adat. Suku adat ini ada yang telah mendiami wilayah kepulauan Raja Ampat maupun yang berimigrasi dari wilayah kepulauan lain di sekitar Raja Ampat. Ada 12 suku yang saat ini mendiami kepulauan Raja Ampat, yaitu: 1. Suku Wawiyai (Wauyai) 7. Suku Fiat, Domu, Waili, dan Butli 2. Suku Kawe 8. Suku Moi (Moi‐Maya) 3. Suku Laganyan 9. Suku Matbat 4. Suku Ambel (‐Waren) 10. Suku Misool 5. Suku Batanta 11. Suku Biga 6. Suku Tepin 12. Suku Biak Masyarakat suku adat kabupaten Raja Ampat memiliki rasa kekerabatan yang kuat satu sama lain. Banyak suku dan kelompok adat yang masih merasa dirinya berasal dari satu garis keturunan. Ciri‐ciri kehidupan masyarakat adat kabupaten Raja Ampat adalah: Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 12 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia Gambaran Wilayah 2013 1. Hidup berkelompok dalam sebuah suku dan tiap‐tiap suku berpencar satu sama lain. 2. Hidupnya bergantung kepada hasil alam dan sering berpindah, kecuali yang sudah mengenal budaya modern. 3. Tali persaudaraan yang kuat antar suku. 4. Menganut garis keturunan ayah dan ibu. 5. Memiliki kepercayaan magis dan tata cara adat. Kehidupan masyarakat Kepulauan Raja Ampat pada umumnya adalah nelayan tradisional yang berdiam di kampung‐kampung kecil yang letaknya berjauhan dan berbeda pulau. Mereka adalah masyarakat yang ramah menerima tamu dari luar, apalagi kalau kita membawa oleh‐oleh buat mereka berupa pinang ataupun permen. Barang ini menjadi semacam “pipa perdamaian indian” di Raja Ampat. Acara ngobrol dengan makan pinang disebut juga “para‐para pinang” sering kali bergiliran satu sama lain saling melempar mob (istilah di Papua untuk cerita‐cerita lucu). Jumlah penduduk Kabupaten Raja Ampat pada tahun 2011 tercatat 43.435 jiwa. Sekitar 53,28% dari total penduduk adalah laki‐laki, sisanya 46,72% perempuan. Dilihat dari struktur umurnya, komposisi penduduk Kabupaten Raja Ampat tergolong penduduk muda. Persentase penduduk pada kelompok umur muda lebih besar daripada kelompok umur tua. Pada kelompok umur 0 – 4 tahun tercatat 14,47% penduduk sedangkan pada kelompok umur 75 tahun atau lebih tercatat 0,39%. Sebagai penduduk yang mendiami wilayah kepulauan yang sebagian besar wilayahnya adalah perairan laut, maka sumber mata pencaharian utama mayoritas masyarakat Raja Ampat adalah dengan mengolah berbagai sumber daya alam yang berasal dari laut seperti nelayan, pembuat ikan asin, pencari rumput laut, atau sebagai penyedia jasa transportasi laut antar pulau. A.3.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Bekerja adalah melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit satu jam secara terus menerus dalam seminggu yang lalu (termasuk pekerja keluarga tanpa upah). Berikut tabel jumlah tenaga kerja di atas usia 15 tahun ke atas. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 13 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia Gambaran Wilayah 2013 Tabel A‐2 Penduduk Berusia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Jenis Kegiatan Utama Jenis Kegiatan Utama Laki‐Laki 15.147 13.000 12.431 569 2.147 1.680 30 437 85,83 4,38 1. Penduduk Usia Kerja / (15 +) a. Angkatan Kerja i. Bekerja ii. Pengangguran Terbuka b. Bukan Angkatan Kerja i. Sekolah ii. Mengurus Rumah Tangga iii. Lainnya 2. TPAK/LFPR (%) 3. Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 2011 Perempuan 13.146 7.480 6.916 564 5.666 1.350 4.050 266 56,90 7,54 Jumlah 28.293 20.480 19.347 1.133 7.813 3.030 4.080 703 72,39 5,53 Sumber: BPS Propinsi Papua Barat (diolah dari hasil Survei Angkatan Kerja Nasional) A.4 Kondisi Sarana dan Prasarana A.4.1 Transportasi Udara Sekarang ada bandara di Raja Ampat dengan rute penerbangan Sorong – Raja Ampat. Namun dengan panjang bandara 1200 m dan lebar landasan pacu 20 m, maka hanya pesawat kecil dan sedang yang bisa mendarat di sana. Prasarana perhubungan udara utama di Provinsi Papua Barat adalah Lapangan Terbang Rendani di Manokwari, Domine Edward Osok dan Jefman di Sorong, Torea di Fak‐Fak, dan Tarum di Kaimana. Lapangan terbang ini selain didarati oleh pesawat penerbangan perintis jenis Twin Otter juga dapat didarati pesawat jenis Fokker dan Boeing. Sedangkan di Kabupaten Teluk Bintuni, Teluk Wondama, dan Sorong Selatan hanya bisa didarati oleh pesawat jenis tertentu seperti Twin Otter. Saat ini setidaknya terdapat beberapa perusahaan maskapai penerbangan Bali Air, Susi Air, Merpati Nusantara Airlines (MNA), dan Sriwijaya Air. Selain beberapa maskapai penerbangan tersebut, terdapat juga pesawat yang tidak terjadwal yakni milik PT. PAS dengan jenis Bolgow‐105. Hampir setiap hari ada jadwal penerbangan yang melayani beberapa ibukota kabupaten. Kabupaten yang telah terlayani oleh penerbangan komersial antara lain adalah Kabupaten Manokwari, Sorong, Fak‐Fak, dan Kaimana. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 14 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia Gambaran Wilayah 2013 A.4.2 Transportasi air Untuk menjangkau Kabupaten Raja Ampat terlebih dahulu harus ke Kota Sorong, kemudian dilanjutkan dengan transportasi laut dari Pelabuhan Rakyat di Sorong menuju Pelabuhan Waisai di Raja Ampat. Ada banyak kapal yang berlabuh di Pelabuhan. Transportasi laut mempunyai peranan sangat penting pada perekonomian Papua Barat, terutama Kabupaten Raja Ampat. Hal ini terlihat dari sebagian besar mobilitas orang dan barang, baik yang masuk maupun yang keluar dari wilayah Papua Barat, masih menggunakan transportasi laut. Begitu juga dengan sebagian besar mobilitas orang dan barang di wilayah Papua Barat, baik antar kabupaten maupun antar distrik. Beberapa jenis kapal penumpang yang singgah di pelabuhan di beberapa kabupaten di Provinsi Papua Barat selain KM Bukit Siguntang dan KM Tatamailau, dan kapal PT. Pelni yang melayari Pantai Selatan Papua. Selain itu terdapat beberapa jenis kapal barang yang memuat bahan kebutuhan pokok, speedboat, dan longboat untuk menjangkau wilayah‐ wilayah terpencil, serta kapal nelayan. A.4.3 Transportasi Darat Pada umumnya kabupaten induk mempunyai tingkat aksesibilitas yang relatif lebih baik jika dibandingkan dengan kabupaten pemekaran yang baru dibentuk seperti Raja Ampat dan Teluk Wondama. Kabupaten Raja Ampat hanya bisa dijangkau melalui transportasi laut. Kondisi transportasi darat untuk menghubungkan antar wilayah masih sangat minim, kondisinya juga masih sangat memprihatinkan. A.4.4 Sumber Energi Terdapat Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di Waisai, ibukota Kabupaten Raja Ampat. Setelah dibangunnya PLTD, investasi dan perputaran ekonomi di Waisai berkembang sangat pesat. Sedangkan pemenuhan kebutuhan kebutuhan listrik di pulau lainnya masih menggunakan genset. Hanya terdapat satu tempat pengisian bahan bakar/pom bensin di Raja Ampat, yaitu terletak 400 m dari pelabuhan dan pusat kota. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 15 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia Profil Perekonomian Wilayah 2013 B. PROFIL PEREKONOMIAN WILAYAH B.1 Struktur Perekonomian Tabel B‐1 PDRB Kabupaten Raja Ampat SEKTOR Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Angkutan/Komunikasi Bank/Keu/Perum Jasa TOTAL 2011 RUPIAH % (JUTA) 196.038 69,58 1.32 0,47 1.399 0,50 242 0,09 26.983 9,58 15.749 5,59 TAHUN 2010 2009 RUPIAH RUPIAH % % (JUTA) (JUTA) 186.489 70,78 179.007 72,51 1.299 0,49 1.249 0,51 1.286 0,49 1.156 0,47 228 0,09 207 0,08 23.117 8,77 19.381 7,85 14.597 5,54 13.42 5,44 2008 RUPIAH % (JUTA) 173.643 74,32 1.189 0,51 1.088 0,47 170 0,07 15.485 6,63 12.61 5,40 8.506 1.201 30.288 281.725 7.838 1.072 27.553 263.48 6.124 760 22.573 233.642 3,02 0,43 10,75 100 2,97 0,41 10,46 100 6.942 933 24.577 246.872 2,81 0,38 9,96 100 2,62 0,33 9,66 100 B.2 Kegiatan Perekonomian Sektor Unggulan B.2.1 Pariwisata Kepulauan Raja Ampat merupakan tempat yang sangat berpotensi untuk dijadikan objek wisata, terutama wisata bahari (penyelaman). Perairan Raja Ampat menurut berbagai sumber, merupakan salah satu dari 10 perairan terbaik untuk diving site di seluruh dunia. Kawasannya dikenal dengan nama "Coral Triangle Area", yaitu kawasan perairan laut yang diidentifikasi memiliki keragaman hayati tinggi dari aspek ikan, moluska, dan berbagai jenis karang. Bahkan diakui sebagai nomor satu untuk kelengkapan flora dan fauna bawah air pada saat ini dan sering disebut juga sebagai “surga para penyelam”. Berdasarkan data dari Pemerintah Daerah Kabupaten Raja Ampat, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) mencapai 6.178 orang di tahun 2011. Angka ini meningkat dibanding tahun 2007 hanya sebesar 1.118 orang. Pada tahun 2002, The Nature Conservancy (TNC) dan Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) LIPI mengadakan suatu penelitian ilmiah untuk memperoleh data dan informasi tentang ekosistem laut, daerah bakau dan hutan Kepulauan Raja Ampat. Survei ini menunjukkan bahwa terdapat sejumlah 537 jenis karang, yang sungguh menakjubkan karena mewakili sekitar 75% jenis karang yang ada di dunia. Ditemukan pula 828 jenis ikan dan diperkirakan Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 16 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia Profil Perekonomian Wilayah 2013 jumlah keseluruhan jenis ikan di daerah ini 1.074. Di darat, penelitian ini menemukan berbagai tumbuhan hutan, tumbuhan endemik, dan tumbuhan di batuan kapur serta pantai peneluran ribuan penyu. Selain itu ada beberapa kawasan terumbu karang yang masih sangat baik kondisinya dengan persentasi penutupan karang hidup hingga 90% yaitu Selat Dampier (Selat antara Pulau Waigeo dan Pulau Balanta), Kepulauan Kofiau, Kepulauan Misool Timur Selatan, dan Kepulauan Wayag. Di beberapa tempat ada keunikan tersendiri seperti di Kampung Saondarek, ketika pasang surut terendah, bisa disaksikan hamparan terumbu karang tanpa menyelam dan dengan adaptasinya sendiri, karang tersebut masih bisa hidup walaupun di udara terbuka dan terkena matahari langsung. Di Kepulauan Raja Ampat juga dapat ditemukan beberapa spesies unik saat menyelam seperti pigmy seahorse atau kuda laut mini, wobbegong dan manta ray. Juga ada ikan endemik Raja Ampat yaitu eviota raja sejenis ikan gobbie. Jika menyelam di Cape Kri atau Chiken Reef, kita akan dikelilingi ribuan ikan seperti kumpulan ikan tuna, snapper, dan giant travellies. Tetapi yang paling menegangkan jika kita dikelilingi ikan barakuda. Kadang juga terlihat hiu karang dan apabila beruntung melihat penyu sedang diam memakan sponge atau berenang serta ada juga dugong atau duyung. Di Kepulauan Raja Ampat juga cocok untuk melakukan drift dive, yaitu menyelam mengikuti arus kencang dengan air yang sangat jernih sambil menerobos kumpulan ikan. Cocok juga untuk wreck dive karena disana kita dapat menjumpai pesawat karam bekas peninggalan Perang Dunia II seperti di Pulau Wai, dan masih banyak lagi situs yang belum pernah terjamah dan lebih menantang di Kepulauan Raja Ampat ini. Sekali pun kebayakan wisatawan yang data ke Raja Ampat saat ini adalah para penyelam, sebenarnya lokasi ini menarik juga bagi turis non‐penyelam karena memiliki pantai‐pantai berpasir putih yang sangat indah dan gugusan pulau‐pulau mempesona dan flora‐fauna unik endemik seperti cendrawasih merah, cendrawasih wilson, maleo waigeo, beranekaragam burung kakatua, dan nuri, kuskus waigeo serta beragam jenis anggrek. Dilihat dari segi sosial ekonomi ada beberapa biota laut, yaitu ikan dan biota laut lainnya, yang diketahui mempunyai potensi tertentu dan dapat dimanfaatkan. Ikan‐ikan ini dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok ikan yang mempunyai arti untuk dikonsumsi (ikan target), kelompok ikan yang memberikan indikasi tentang kondisi terumbu karang Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 17 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia Profil Perekonomian Wilayah 2013 (ikan indikator), dan kelompok ikan yang umumnya merupakan bagian dari ekosistem terumbu (ikan utama). B.2.2 Perikanan A. Perikanan Tangkap Sektor perikanan merupakan salah satu andalan kegiatan perekonomian di Kabupaten Raja Ampat, baik perikanan tangkap maupun budidaya. Komoditas unggulan perikanan tangkap di daerah ini, antara lain ikan tuna, cakalang tenggiri, kerapu, napoleon, kakap merah, teripang, udang, dan lobster. Daerah penangkapan ikan kerapu dan napoleon terdapat di perairan Waigeo Barat, Waigeo Selatan, Kepulauan Ayau, Batanta, Kofiau, dan Misool; lobster di perairan Waigeo, Misool, dan Kofiau; cumi‐cumi di perairan Waigeo Selatan dan Misool; teripang dan ikan tenggiri hampir di seluruh perairan Kabupaten Raja Ampat. Selain untuk pemasaran lokal, hasil tangkapan nelayan di Raja Ampat berupa teripang, rumput laut, cumi‐cumi kering dan ikan teri kering dipasarkan ke daerah Makassar, Surabaya, dan Jakarta, sedangkan lobster banyak dipasarkan ke Bali. Meskipun penduduk di Kabupaten Raja Ampat mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan, namun potensi perikanan yang begitu besar masih belum dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kesejahteraan masyarakat. B. Perikanan Budidaya Komoditas unggulan perikanan budidaya di Kabupaten Raja Ampat adalah rumput laut dan mutiara. Budidaya mutiara menjadi primadona masa depan bagi Raja Ampat. Saat ini terdapat enam perusahaan yang mengembangkan budidaya mutiara secara modern sejak tahun 1990, tiga di antaranya merupakan penanaman modal asing (PMA) dan sisanya penanaman modal dalam negeri (PMDN). Lokasi budidaya mutiara ini terdapat di Distrik Misool (1 perusahaan), Waigeo Barat (2 perusahaan), Waigeo Selatan (2 perusahaan) dan Batanta (1 perusahaan). Selain dijual ke pasar domestik, seperti Makassar, Surabaya, Jakarta, dan Medan, produksi mutiara yang mencapai ribuan ton pertahun ini diekspor ke Jepang, Singapura, dan Thailand. Namun demikian, kegiatan budidaya mutiara ini masih belum melibatkan penduduk asli. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 18 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia Profil Perekonomian Wilayah 2013 Sementara itu budidaya rumput laut dilakukan oleh masyarakat, terutama jenis Euchema cottoni. Budidaya rumput laut ini terdapat di Distrik Kepulauan Ayau (Pulau Ayau), Distrik Waigeo Selatan (Pulau Friwen dan Pulau Arborek), dan di Distrik Waigeo Barat (Pulau Fam). B.2.3 Industri Pengolahan Hasil Perikanan Industri pengolahan hasil perikanan juga terdapat di Kabupaten Raja Ampat meskipun masih bersifat tradisionil/skala rumah tangga, yaitu berupa pengasinan dan pengolahan rumput laut. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 19 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia Peluang Investasi 2013 C. PELUANG INVESTASI C.1 Sektor Unggulan Metode Location Quitionet digunakan untuk mengindentifikasi sektor unggulan potensi perekonomian Kabupaten Raja Ampat. Analisis LQ menunjukkan potensi dari tempat terkait dengan kondisi kekayaan yang ada di wilayah tersebut. Tabel C‐1 Perhitungan LQ Lapangan Usaha di Kabupaten Raja Ampat Tahun 2012 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Lapangan Usaha Pertanian Agriculture Pertambangan dan Penggalian IndustriPengolahan Litrik dan Air Minum Bangunan Konstruksi Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Perusahaan Jasa‐Jasa Jumlah Jasa Nilai PDRB Raja Ampat Papua Barat 1.963.769 4.976.708,57 2.837.931,6 2.615.421,89 139.858 18.689.731,89 241,86 110.622,75 2.698.256 2.483.291,41 1.574.930 2.349.080,27 850.649 1.701.266,32 120.081 661.906,16 3.028.773 8.894.790 2.582.426,45 36.170.454 LQ 0.04 0.10 0.08 0.02 1.08 0.67 0.50 0.18 1.17 Sumber: Hasil analisis dan Raja Ampat Dalam Angka 2012 Berdasarkan hasil perhitungan LQ Kabupaten Raja Ampat, sektor unggulan daerah ini adalah sektor jasa diikuti bangunan konstruksi, perdagangan, hotel, dan restoran di mana memiliki LQ>1 yang merupakan syarat utama menjadi sektor unggulan. C.2 Laju Pertumbuhan Dalam kurun waktu tahun 2008 – 2011 kondisi perekonomian Raja Ampat dapat dikatakan stabil dan selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Hal ini jelas terlihat dari pertumbuhan ekonomi dari ‐1,23% pada tahun 2008 menjadi 3,70% pada tahun 2011. Pada tahun 2011, pertumbuhan tertinggi sebesar 16,72% dicapai oleh sektor bangunan kemudian diikuti oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 12,04%. Pertumbuhan di sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan didorong oleh pertumbuhan subsektor lembaga keuangan bukan bank akibat mulai dibukanya kantor cabang Pegadaian di Raja Ampat. Sementara pertumbuhan terendah dicapai oleh sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,68%. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 20 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia Peluang Investasi 2013 Tabel C‐2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha (%) 2008 – 2011 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunukasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa‐Jasa PDRB 2008 1,85 ‐ 5,46 5,12 21,87 9,04 21,02 16,23 2009 3,09 ‐1,13 6,29 21,93 25,16 6,43 13,35 2010* 4,18 ‐1,18 11,22 9,86 19,28 8,77 12,91 2011** 5,12 0,68 8,75 6,25 16,72 7,89 8,53 42,04 22,69 14,92 12,04 11,91 ‐1,23 8,88 1,90 12,11 2,49 9,92 3,70 Sumber: Raja Ampat Dalam Angka 2012 C.3 Peluang Investasi Pembanguan Kawasan Resort Realitas wilayah Kabupaten Raja Ampat memberikan konsekuensi betapa besar potensi dan keanekaragaman hayati pesisir dan laut kepulauan yang mempesona sebagai asset prospektif bagi pengembangan pariwisata. Kekayaan dan keanekaragaman hayati pesisir dan laut kepulauan Raja Ampat ditandai dengan beragamnya ekosistem yang ada di wilayah tersebut, seperti ekosistem terumbu karang, ekosistem lamun, ekosistem mangrove, ekosistem pantai berpasir dan sebagainya. Bahkan keindahan panorama bawah lautnya dengan hamparan terumbu karang yang eksotik sangat terkenal di dunia. Semua ini memberi peluang bagi pengembangan pariwisata, khususnya pariwisata pulau‐pulau kecil dan bahari berbasis ekosistem. Tabel C‐3 Potensi dan Peluang Investasi Pariwisata di Kabupaten Raja Ampat No. Distrik/Wilayah 1 Waigeo Utara 2 Waigeo Selatan 3 Waigeo Barat 4 Batanta 5 Kofiau 6 Misool Potensi Wisata Suling Tambur, Goa PD II, panorama bawah laut, tarian tradisional Selam dan snorkeling, Pulau Karst, Goa Tengkorak, situs sejarah, bird watching, tarian, anyaman, pantai pasir putih, perkampungan tradisional, kerajinan patung, Kesenian Wor Selam dan Pulau‐Pulau Karst Selam (bangkai pesawat & ikan pari), bird watching, tarian, air terjun dan lintas alam Selam & snorkeling, keindahan alam daratan. Goa, Pulau Karst, selam & snorkeling Investasi Wisata Atraksi budaya, penyewaan kapal dan alat selam, serta pondok wisata Resort, penyewaan kapal dan alat selam, pondok wisata, atraksi budaya, toko souvenir (anyaman dan patung) Penyewaan kapal, alat selam, dan pondok wisata Penyewaan kapal dan alat selam, atraksi budaya, penyewaan alat lintas alam, pondok wisata Pondok wisata, serta penyewaan kapal dan alat selam Resort, penyewaan kapal, dan alat selam Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 21 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia Peluang Investasi 2013 7 Kep. Ayau 8 Waigeo Timur 9 Teluk Mayalibit Pantai pasir putih, pulau pasir, penangkapan cacing laut, peneluran burung dan penyu hijau, dayung tradisional Tarian & suling tambur, Hantu Laut Penangkapan ikan tradisional, Goa Tengkorak, gunung, bangkai pesawat Pondok wisata, atraksi budaya, dan penyewaan kapal Atraksi budaya dan pondok wisata Pondok wisata, penyewaan kapal dan alat selam, serta penyewaan alat lintas alam C.3.1 Peluang Pasar Wilayah Kabupaten Raja Ampat yang berada di jantung segitiga karang dunia (coral triangle), merupakan pusat keanekaragaman hayati laut tropis terkaya di dunia pada saat ini. Dengan sekitar 456 jenis karang (jumlah ini lebih dari separuh jumlah jenis karang di dunia) dan sekitar 828 jenis ikan karang, serta ditaburi pulau‐pulau karang yang indah, menjadikan wilayah ini bernilai pelestarian alam yang sangat tinggi sebagai daya tarik wisata. Belum lagi wilayah terrestrial kepulauannya yang ditumbuhi oleh berbagai flora unik, dan dihuni oleh beragam satwa endemik (seperti kuskus berbintik, kakatua jambul kuning, bayan, katak, dan ular) telah menambah nilai konservasi kawasan sebagai daerah tujuan ekowisata. Semua ini tentunya harus dikelola secara terpadu dan berkesinambungan bagi sebesar‐besarnya manfaat daerah dan masyarakat Raja Ampat dan Papua khususnya, serta masyarakat Indonesia dan dunia umumnya. C.3.2 Jumlah dan Pertumbuhan Wisatawan Dari tahun ke tahun, sejak tahun 2008 hingga 2012 terjadi peningkatan wisatawan yang datang ke Kabupaten Raja Ampat dapat dilihat pada Tabel C.4 Tabel C‐4 Jumlah Kunjungan Wisatawan No. Tahun 1 2 3 4 5 2008 2009 2010 2011 2012 Jumlah Pengunjung International Local Tourists Tourists 2,366 279 2,872 338 3,858 652 5,159 1,246 6,037 1,717 Total 2,645 3,210 4,510 6,405 7,754 Sumber : BPS Kabupaten Raja Ampat 2013 Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 22 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia Peluang Investasi 2013 Tabel C‐5 Jenis Usaha Wisata Di Raja Ampat No. Jenis Usaha 2009 7 1 Resort/Dive Center 2 3 4 5 6 7 8 Diving Club Hotel/Penginapan Cottage Homestay Restoran Rumah makan Liveaboard 9 10 11 12 Tour Travel Night Club Industri Kreatif Sanggar Seni Tahun Pertumbuhan Usaha 2010 2011 2012 2013 7 9 9 9 6 2 4 8 2 8 37 40 ‐ 11 2 12 2 7 40 1 ‐ 9 2 9 2 5 40 1 3 11 2 12 2 7 40 1 6 6 Keterangan 2012 ada 3 resort masih dalam pembangunan Dibatasi hanya 40 Kapal Tiap Tahunnya Sumber : BPS Kabupaten Raja Ampat 2013 C.3.3 Obyek Dan Daya Tarik Wisata Sektor pariwisata memiliki prospek pengembangan tersendiri bagi kegiatan perekonomian Raja Ampat. Keunikan dan keindahan panorama alam ditambah dengan keanekaragaman sumberdaya perikanan dan kelautan yang tinggi, terutama ekosistem terumbu karang merupakan daya tarik tersendiri bagi para wisatawan luar negeri. Bahkan di daerah tersebut menjadi lokasi penelitian para pakar biota laut dunia. Jenis potensi pariwisata bahari yang utama di wilayah gugus pulau kecil Raja Ampat adalah wisata panorama alam seperti pasir putih, gua, beting karang, serta wisata diving. Tabel C‐6 Tempat Lokasi Obyek dan Daya Tarik Wisata No. Distrik Desa/kampung/Lokasi 1 2 Waigeo Utara Waigeo Timur 3 Meosmanswar Arborek Kapadiri Urbinasopen Yenbuba Yen Waufnor Sawandarek Objek Wisata Air Terjun Lam‐Lam Pantai Wayam dan Pulau Mamiayef Manta Point Pulau Ransiwor, Cape Kri, South Kri Burung Cendrawasih Pantai Pasir Putih, memberi makan ikan dan Kayaking Sawinggrai Burung Cendrawasih 4 Waigeo Selatan Kabui Selat Kabui Atraksi Wisata Air terjun Pantai pasir putih, berenang, snorkeling, atraksi bola api Menyelam, snorkeling, souvenir, wisata budaya Menyelam dan snorkeling Wisata budaya dan pengintaian burung Bebek laut, memberi makan ikan, snorkeling, wisata budaya, telaga, kayaking Mengintai cendrawasih merah, wisata budaya, souvenir, memberi makan ikan Limestone, flora, goa tengkorak, wisata alam Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 23 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia Peluang Investasi 2013 No. Distrik Desa/kampung/Lokasi Friwen Wawiyai Waisai 4 Waigeo Barat Salio Mutus Kecil, Efkabu Meos Manggara Meos War Manyaifun Efmas Pantai Tuturuga, Saukris, Sumkali Indah, Puncak Bendera Tujuh Gunung Nok Pulau Tengkorak, Batu Kelamin, Kuburan Tua Waifol Kalitoko Misool Selatan Wisata budaya dan situs sejarah Mutus Gag 7 Kali Raja Pulau Painemo (archipleago), Pantai Saukubu Meos Andau besar & kecil, Nafsi, Pulau Manaru, Enus Pam Mayalibit Snorkeling, menyelam, pantai pasir putih Pantai Yeben Saukabu Mumes Tempat Duduk Raja Beo Kupu ‐ Kupu Kepulauan Batbitiem Batbitiem Tomolol wayelbatam gamta kapatcool 8 Kofiau Tolobi Deer 9 Samate Wailebet Atraksi Wisata Meos Kun (kelelawar/ paniki), Pulau Kerupyar Tembok Waisai, Pulau Saonek Mondey, Pantai Waiwo Taman Laut Kepulauan Wayag Pulau Sayang Meos Manggara 5 Objek Wisata Pulau Mangi‐mangi Pulau Gebe kecil, Tolobi Kampung Deer Pulau Boo Kecil Burung cendrawasih Wisata olahraga, jet ski, kayak, snorkeling, menyelam Wisata alam, menyelam, kayak Mengintai peneluran Penyu Pantai pasir putih, berenang, snorkeling, wisata olahraga memancing Tracking/hiking di gugusan Pulau Painemo, pantai pasir putih, berenang, snorkeling Menyelam, pantai pasir putih, snorkeling, wisata lintas alam Pantai pasir putih, berenang, snorkeling, wisata olahraga memancing Pantai pasir putih, berenang, snorkeling, wisata olah aga memancing Pantai pasir putih, berenang, snorkeling, wisata olahraga memancing Wisata lintas alam Pemandangan Alam, Wisata budaya, wisata alam, Wisata sejarah purbakala Wisata budaya sejarah purbakala Wisata lintas alam Wisata menyelam dan wisata alam Wisata Gua Tomolol, wisata lintas alam, wisata budaya Wisata menyelam dan wisata alam Wisata sejarah Wisata pengamatan Ikan Paus HIking, menyelam Menyelam, snorkeling, wisata lintas alam. Menyelam Pengamatan burung Wisata pengintaian Burung Cendrawasih dan wisata air Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 24 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia Peluang Investasi 2013 No. Distrik Desa/kampung/Lokasi Objek Wisata Atraksi Wisata terjun Arefi Jefman Pulau Way (Pesawat Perang PD II), Peninggalan Rumah Pendeta Alm. Yan Mamoribo Wisata budaya, menyelam (bangkai Pesawat Tempur PD II), snorkeling Pulau Matan Wisata menyelam dan pantai pasir putih Sumber : BPS Kabupaten Raja Ampat 2013 Daerah pengembangan pariwisata adalah di Pulau Kofiau, Misool, Waigeo Selatan dan Barat, serta Kepulauan Ayau. Namun demikian sejak tahun 1995 hingga sekarang baru terdapat 1 lokasi yang dikelola oleh PT. Papua Diving, khusus untuk wisata bahari dan wisata alam, yaitu di wilayah Distrik Waigeo Selatan, Waigeo Barat dan Teluk Mayalibit. C.3.4 Kelayakan Investasi Jenis potensi pariwisata bahari yang utama di wilayah gugus pulau kecil Raja Ampat adalah wisata panorama alam, seperti pasir putih, gua, betingbeting karang, serta wisata diving. Dari potensi pariwisata yang terdapat di Kabupaten Raja Ampat ini, maka dicoba melakukan perhitungan kelayakan investasi bisnis properti berupa kawasan resort. Untuk menggairahkan kembali perekonomian nasional, terutama untuk meningkat PDRB Kabupaten Raja Ampat, tidak ada cara lain kecuali mengundang investor baru bahkan kalau perlu investor asing masuk karena hampir semua kegiatan pembangunan saat ini sudah dibiayai lembaga keuangan internasional, begitu juga di sektor properti. Asumsi Kelayakan investasi Dalam masterplan luas areal +/‐ 100 ha areal yang akan dikembangkan dibuat pembagian areal, yakni: 1. Equestrian seluas 8,2 ha terdiri equestrian center (5,4 ha) dan padang rumput (2,8 ha) 2. Hotel (9,0 ha), spa (1,3 ha), sport complex seluas (3 ha) 3. Residen/villa seluas 42,20 ha 4. Commercial area seluas 1,8 ha 5. Bangunan prasarana 6. Jalur hijau Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 25 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia Peluang Investasi 2013 Rencana pembangunan: 1. Dibangun sendiri: infrastruktur berupa jalan, saluran, listrik, air, telepon, taman, danau, dan lainnya. 2. Dengan investor lain: hotel dan spa Dalam menganalisis data‐data menggunakan analisis sebagai berikut: 1. Cash in Flow ; dari hasil perhitungan didapatkan hasil penjualan villa (penerima kas): Tahap I Tanah Rp 11.037.060.000 Bangunan Rp 7.854.000.000 Tahap II Tanah Rp 16.752,258.000 Bangunan Rp 10.708.500.000 Tahap III Tanah Rp 28.275.642.000 Bangunan Rp 14.092.650.000 Tahap IV Tanah Rp 38.950.227.000 Bangunan Rp 12.760.000.000 Tahap V Tanah Rp 37.031.742.000 Bangunan Rp 13.310.000.000 Total : Rp 190.772.079.000 (Total cash in flow) 2. Cash out Flow ; perhitungan cash out flow ini menggunakan asumsi sebagai berikut: a. Harga pembelian tanah Rp30.000/m b. Site Preparation Rp 2.000/m c. Biaya konstruksi untuk pembangunan villa, bangunan prasarana dan fasilitas rata‐ rata naik 10% pertahun dikarenakan tingkat inflasi. Biaya konstruksi villa : tahap I = Rp 550.000/m, tahap II = Rp 600.000/m, tahap III = Rp 660.000/m, tahap IV = Rp 730.000/m, tahap V = Rp 800.000/m Biaya konstruksi bangunan prasarana Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 26 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia Peluang Investasi 2013 Hasil perhitungan biaya berdasarkan asumsi‐asumsi tersebut, maka didapat: Deskripsi Total biaya konstruksi villa Total biaya konstruksi bangunan prasarana Total biaya konstruksi fasilitas Total biaya expenses Total biaya overhead costs Total biaya permits Total biaya design fee Total biaya bank interes (20% p.a untuk 36 bulan) Total biaya insurance Total biaya equipment Total biaya lain‐lain Total Jumlah (Rp) 48.563.000.000 13.358.455.000 7.001.350.000 6.924.300.000 3.379.200.000 1.250.000.000 1.800.000.000 5.390.000.000 170.000.000 1.055.550.000 601.895.000 121.493.750.000 1. Project cash flow adalah aliran kas yang diharapkan baik masuk maupun keluar menunjukan posiitif. Project cash flow menunjukan Rp 35.202.956.100 yang artinya proyek tersebut layak dilaksanakan. 2. Analisa NPV adalah cash flow yang didiskontokan atas dasar rate of return yang diinginkan adalah 20% sehingga diperoleh NPV Rp 14.848.189.000 yang artinya proyek tersebit layak dilaksanakan. 3. Analisa IRR menggunakan dasara discounted cash flow, yaitu tingkat Bunga yang akan menjadi nilai sekarang dari project cash flow = pengeluaran modal. Berdasarkan hasil perhitungan, didapat IRR adalah 69,78% > 20% yang artinya proyek layak dilaksanakan. 4. Analisa profitability index menunjkan perbandingan antara penerima (benefit) dengan biaya modal. dengan anggapan investasi awal = 0, sehingga profitability index/ratio = ∞ >>> 1. 5. Analisa modified IRR; dengan tingkat bunga pendanaan 20% dan tingkat bunga re‐ investasi 15%, maka didapatkan MIRR = 33,42. 6. Analisa COC berdasarkan perhitungan didapat 25,76% Berdasarkan hasil perhitungan asumsi kelayakan investasi ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Project Value : Rp 190.772.079.000 2. Project Net Profit : Rp 35.202.956.100 Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 27 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia Peluang Investasi 2013 3. NPV = Rp 14.848.189.000 (NPV yang diperoleh adalah NPV positif, hal ini menunjukkan bahwa perhitungan investasi ini layak untuk dijalankan. 4. IRR : 69,38% yang diperoleh adalah IRR > Discount rate (69,38% > 20%), hal ini menunjukan perhitungan investasi ini layak untuk dijalankan. 5. MIRR > cost of capital, bearti dapat diinvestasikan lagi. Dengan demikian perhitungan proyek ini adalah menguntungkan dan mempunyai prospek yang cukup bagus. Dan dari analisi yang paling baik adalah analisa NPV yang juga memperhatikan rate of return atau cost of capital yang diinginkan selain time of money. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah 28 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia