AGAMA ADALAH KOMITMEN MAKALAH Disusun Guna Memenuhi Tugas : Mata Kuliah : Hadits Dakwah Dosen Pengampu : H.Abdul Sattar, M.Ag Disusun oleh : Badi’un nafisah (1601026163) Naela Mala Hima Ulya (1601026164) Muhammad Firnanda. P (1601026165) Hijriati Nur Afni (1601026166) FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2017 A. Pendahuluan Dalam kehidupan manusia tak lepas dari yang namanya agama. Dimana agama adalah pengatur dan petunjuk langkah manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia. Tanpa adanya agama, sebuah kehidupan tidak akan berjalan dengan baik, bahkan tidak akan menemukan ketenangan jiwa. Terdapat 4 aliran agama yang ada di Indonesia yaitu : Islam, Kristen, Hindu, dan Budha. Dalam menjalankan agama sesuai dengan peraturan yang berlaku, kita hanya diperbolehkan menganut satu saja agama. Komitmen dalam menjalankan agama akan mengantarkan manusia pada tujuan dari jalan yang telah mereka pilih. Dan salah satu yang akan dibahas dalam makalah ini adalah komitmen dalam menjalani Agama Islam yang Rahmatan Lil ‘Alamain. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengertian agama adalah komitmen (al-nashihah) ? 2. Bagaimana hadist mengenai komitmen beragama ? 3. Bagaimana bentuk-bentuk komitmen yang harus dilakukan dalam beragama ? C. Pembahasan 1. Pengertian Agama dan Komitmen Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia agama adalah segenap kepercayaan (pada Tuhan, Dewa, dan sebagainya) serta dengan ajaran dan kewajiban yang berberhubungan dengan kepercayaan itu. Menurut T.M. Hasbi Ash-Shiddqie dalam buku Wawasan Islam menjelaskan bahwa agama adalah suatu kumpulan peraturan yang ditetapkan allah untuk menarik dan menuntun para umat yang berakal kuat, yang suka tunduk, dan patuh kepada kebaikan, supaya mereka memperoleh kebahagiaan dunia, kejayaan dan kesentosaan akhirat, negeri yang abadi, supaya dapat mendiami surga jannatu ’l-khulud, yang mengecap kelezatan-kelezatan yang tak ada tolak bandingannya serta kekal selama-lamanya. Sedangkan Komitmen menurut KBBI adalah janji diri kita sendiri atau pada orang lain yang tercermin dalam tindakan kita. Komitmen merupakan pengakuan seluruhnya, sebagai sikap yang berasal dari watak yang keluar dalam diri seseorang. Jadi, komitmen dalam agama dapat diartikan sebagai kepercayaan yang didasari atau dilandasi dengan janji pada diri sendiri yang tercermin dalam tindakan. 2. Hadist Mengenai Hadist tentang Komitmen dalam Beragama َ,ََفَلَقَنَنََفَيَمَاَاَسَتَطَعَت,َحَدَيَثَجََريََبَرنََعَبَدَللاََقَالََبَيَعَتََالنَبََصَّلََللاََعَلَيَهََ َوسَّلََعَّلََالََّمَعََ َوالطَاعَة َ .كَمَََّ مَّل َُ ََوالنَصَحََل Artinya : Hadist Jarir Bin ‘Abdullah berkata : “Saya berbai’at (berjanji setia) kepada Nabi SAW. Untuk selalu mendengar dan taat, kemudian beliau menuntun kepadaku (untuk mengucapkan) “sesuai dengan kemampuan “, dan nasehat terhadap setiap muslim”. Dalam kitab Arbain an-Nawawiyah, Imam an-nawawi membawakan sebuah hadist yang agung, yang beliau tempatkan hadist ini pada urutan ketujuh. Yaitu hadist dari sahabat Abu Ruqaiyah Bin Aus Ad-dhairi : َ,َولرسوهل,َولكتبه,َهل:ََملنَايَرسولَللا ؟َقال:ََادلينَالنصيحةَقلنا:َأنَالنيبَصّلَللاَعليهَوسّلَقال .ولَمئةَاملَّلمنيَوعاممت “Agama adalah nasehat kemudian kami (para sahabat) bertanya. “Nasehat untuk siapa ?” Rasulullah menjawab, “Untuk Allah, untuk kitabnya, untuk Rasulnya, untuk pemimpin kaum muslimin, dan kaum muslimin secara umum.” Hadist tersebut merupakan teguran dari Rasulullah saat melakukan jihad, kepada kafilah yang sering terlambat dan jika ditanya selalu beralasan. Kejadian tersebut selalu terulang sehingga oleh kaum muslim yang lain pada masa itu dijuluki kaum munafik. Kemudian Rasulullah memberikan nasehat kepada kafilah munafik dengan kalimat (Addinun nasihah). Nasehat yang dimaksud dalam hadist tersebut adalah apa saja yang kita lakukan harus berlandaskan ajaran agama. 3. Bentuk-bentuk komitmen dalam beragama َ:ََعنَاحساقَبنَعامرَقال,َعنَس يفَبنعمرية,َعنَاىبَمحمدَالرازى,بنَحَّان َعنَمحمد,امحدَبنَادريس ُ َ .َومنََكنَهلَدي ٌنَدخلَالجنة,َمنََكَنَعاق اَالََكنَهلَدي ٌن:َقالَابوَعبدللاَعليهَالَّالم Artinya : Dari Ahmad bin Idris dari Muhammad Bin Hasan dari Muhammad al-Razi dari Saif Bin Umairah dari Ishaq Bin Amar Ia berkata Abu Abdilah as berkata :” Barangsiapa mempunyai akal berarti ia mempunyai agama dan siapa yang beragama maka ia akan masuk surga”. Dalam hadist ini dikatakan bahwa barang siapa yang berakal pasti mempunyai agama, barang siapa mempunyai agama pasti ia masuk surga. Bila seseorang tidak memiliki agama berarti ia tidak mempunyai akal. Orang yang mempunyai akal adalah orang yang mempunyai agama dan barang siapa yang beragama pasti ia masuk surga. Pada akhir hadist dijelaskan bahwa akal dapat menentukan seseorang masuk surga karena akal adalah makhluk yang utama sebagai alat untuk memilih agama. Misalnya di hadapan kita ada empat macam agama yang termasuk agama samawi, yakni Yahudi, Majusi, Masehi dan Islam. Selain itu ada agama – agama yang tidak berhubungan dengan Allah dan tidak mempunyai kitab suci yang diturunkan dari langit, misalnya agama Hindu, Budha, dan filsafat – filsafat lainnya. Ketika seseorang mempunyai akal maka Ia akan memilih satu agama yang benar. Apabila pilihan jatuh pada agama yang haq yakni islam maka akal yang digunakan adalah shahih. Dalam memilih untuk memeluk agama Islam maka harus bersungguh-sungguh dan konsekuen. Mencari pengetahuan yang mendalam tentang Islam agar dapat meyakinkan diri sendiri dan orang lain. Bentuk – bentuk komitmen seorang muslim yaitu : a. Mengimani kebenaran islam sebagai agama Setiap muslim dan muslimat wajib beriman dan meyakini kebenaran Islam sebagai agama yang tidak hanya mengatur hubungan dengan Tuhan tapi juga antar sesama manusia. Dengan beristiqomah dalam iman, memelihara diri dan meningkatkan keimanan. Seperti dalam Hadist Nabi : Al Imanu yazidu wa yanqushu yang artinya “Iman itu bertambah dan berkurang.” b. Mengilmui / melakukan studi tentang islam sebagai agama. Setiap muslim diwajibkan mewajibkan memperdalam keimanan dan memperluas pengetahuan tentang Islam sesuai kemampuan, kesempatan terus menerus sampai ajal. Seperti dalam hadits Nabi : Man yuridi ‘l –lahu bi-hi khairan yufakkhihu fi ‘d-Dini. Yang artinya “barangsiapa yang dikehendaki Allah kebaikan, maka dia dipahamkan tentang agama.” c. Mengamalkan ajaran islam. Setiap muslim memanfaatkan iman dan pengetahuan tetang Islam dalam amal perbuatan sehari-hari dari semua segi kehidupan sesuai kemampuan masing-masing. Ajaran Islam dapat direalisasikan mulai dari diri sendiri, keluarga, tetangga, atau kerabat dan lingkungan, masyarakat luas sampai negara. Dalam hadist Nabi : !َاذاَامرتوُكَبَش مءَفعتوَبهَمثطعمت Idza amartu-kum bi syai-in fa’tu bihi mastatha’tum! ‘’jika kuperintahkan sesuatu, maka laksanakanlah sekuasa-sekuatmu!’’. d. Mendakwahkan ajaran islam Setiap muslim wajib mendakwahkan islam, sesuai dengan kemampuan dan kesanggupannya masing-masing,kepada orang lain; orang islam;maupun orang yang tidak tau atau belum beragama islam. (Dak’wah dalam arti khas) Hadits Nabi : بَ ِّل ُغ َع ِّن َولَ ْو َأيَة Ballighu ‘anni wa-lau Ayatan! “sampaikanlah dari-pada-ku, walaupun hanya satu ayat!!. ش َ ِّفَ ْل يُبَ ِّلغ Fal-yuballighi ‘sSyahidu minkumu ‘l-Ghiba! “Hendaknya yang hadir menyaksikan, menyampaikan yang telah kusampaikan,kepada mereka yang tidak hadir!’’(5:67;3:104;9:122) e. Bersabar dalam berislam Setiap muslim harus bersabar (tabah lahir dan batin) menerima segala resiko sebagai konsekuensi orang yang mengimani, mengamalkan, dan mendakwahkan islam menghadapi segala tantangan, rintangan, dan halangan, baik dari dalam maupun luar dirinya. Jika manusia tidak berkomitmen dalam agama, maka mereka sesungguhnya akan merugi, kecuali orang-orang yang: a. Beriman b. Beramal shaleh c. Saling berwasiat dalam kebenaran dan d. Saling berwasiat dalam kesabaran Dengan melakukan hal tersebut maka kualitas beragama dalam diri akan terpupuk dan meningkat.