prinsip Etika Profesi a. Tanggung jawab terhadap

advertisement
Engineering Ethics
(Etika Rekayasa/Profesi)
Ir. As’at Pujianto, MT
Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Senin, 8 Mei 2006
Kholifah, Ibadah, Amanah, Pemimpin, Kebebasan, Hak,
Kewajiban dan Tanggung Jawab.
Kholifah
 Didalam Alqur’an kata kholifah antara lain tercantum di
dalam surat Al-Baqoroh ayat 30 dan Al-an’am ayat 165.
Menurut Ibnu Katsir (Tafsir jilid I), Kholifah adalah kaum
yang silih berganti menghuni dan menguasai.
 Kholifah bumi berarti kaum (manusia) yang secara turun
temurun akan bertempat tinggal di Bumi, dan
menguasaianya.
 Alqur’an Surat Adz-Dzariat ayat 51 dikatakan bahwa tujuan
penciptaan jin dan manusia hanyalah untuk beribadah kepada
Allah.
 Manusia sebagai satu-satunya kholifah dimuka bumi harus
menghuni dan menguasai bumi secara demikian rupa agar
semua tindakannya bernilai ibadah.
Kholifah, Ibadah, Amanah, Pemimpin, Kebebasan, Hak,
Kewajiban dan Tanggung Jawab.
Ibadah
 Ibadah adalah semua perbuatan yang menghasilkan pahala
maupun kerelaan dari Allah Swt. Suatu amalan atau
perbuatan akan dipahalai bila sesuai dengan perintah Allah.
Perintah Allah disampaikan melalui Alqur’an dan perkataan
nabi saw.
 Secara garis besar ibadah terdiri dari 2 macam, yaitu : yang
langsung (mahdhoh) dan tak langsung (ghoiru mahdhoh).
 Contoh ibadah langsung : sholat, puasa, haji.
 Contoh ibadah yang tak langsung : perkara-perkara yang
berkaitan dengan hubungan (mu’amallah) antar manusia
(mencari rezeki, perkawinan, menuntut ilmu, waris,
perdagangan).
Kholifah, Ibadah, Amanah, Pemimpin, Kebebasan, Hak,
Kewajiban dan Tanggung Jawab.
Amanah
 Amanah (amanat) adalah kepercayaan (bukan faham/isme). Orang
yang bisa memegang amanat berarti bisa menunaikan apa saja yang
dipercayakan kepadanya, misalnya semua nabi/rasul. Jadi semua
nabi mempunyai sifat amanah yakni bisa dipercaya (tidak pernah
bohong, tidak khianat).
 Albaqoroh (283) : “… maka hendaklah orang yang dipercayai
(diamanati) itu menunaikan amanatnya …”.
 An-Nisa’ (4) ayat 58 : “Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya”.
 Al-Qoshosh (28) ayat 28 : “… Wahai bapakku, ambilah dia sebagai
pekerja kita, sebab sebaik-baik pekerja adalah orang yang kuat dan
bisa dipercaya (Qowiyyul Amin)”.
 Amanah adalah sesuatu yang dipercayakan (dititipkan) pada
seseorang untuk disampaikan kepada pihak yang berhak, atau
menunaikannya seperti yang dikehendaki oleh pemberi amanat. Jadi
amanat itu bisa berupa barang, pesan, kekuasaan.
Kholifah, Ibadah, Amanah, Pemimpin, Kebebasan, Hak,
Kewajiban dan Tanggung Jawab.
Pemimpin (Pemegang Kekuasaan)
 Pemimpin adalah siapa saja yang mengendalikan
urusan yang berhubungan dengan orang lain atau
masyarakat.
 Definisi pemimpin telah dijelaskan oleh nabi saw. dalam
hadist riwayat Bukhori dan Muslim, “semua kamu
adalah pemimpin dan ditanyai (bertanggung-jawab)
tentang kepemimpinannya. Seorang suami adalah
pemimpin keluarganya dan bertanggung jawab atas hal
itu. Seorang karyawan (pelayan) adalah pemimpin dan
bertanggung-jawab atas harta majikannya. Seorang
anak adalah pemimpin dan bertanggung-jawab dalam
penggunaan harta bapaknya”.
 Pemimpin itu tidak harus mempunyai anak buah.
Pemimpin adalah siapa saja yang diserahi amanat
(tugas) dan bisa memikul tanggung jawab.
Kholifah, Ibadah, Amanah, Pemimpin, Kebebasan, Hak,
Kewajiban dan Tanggung Jawab.
Pengertian hak
 Wewenang atau kekuasaan secara etis untuk
mengerjakan, meninggalkan, memiliki, dan
menggunakan atau menuntut sesuatu.
 Panggilan kepada kemauan orang lain dengan
perantaraan akalnya, perlawanan dengan kekuasaan
atau kekuatan fisik untuk mengakui wewenang pihak.
 Hak selalu berhubungan dengan sesuatu :
• Hak Obyektif : Sesuatu yang jadi sasaran hak.
• Hak Subyektif : Wewenang atau kekuasaan itu
sendiri, ditujukan kepada hak obyektif.
 Hak adalah semacam kepemilikan meliputi benda,
tindakan, fikiran, dan hasil pemikiran.
Kholifah, Ibadah, Amanah, Pemimpin, Kebebasan, Hak,
Kewajiban dan Tanggung Jawab.
Pengertian kewajiban
 Kewajiban adalah sisi lain dari hak, merupakan
tindakan untuk memenuhi orang lain, mempunyai 2
pengertian :
Hak Subyektif : Keharusan secara etis dan moral
untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu.
Contoh : dalam perkara-perkara agama (perbuatan
baik atau buruk).
Hak Obyektif : Sesuatu yang harus dilakukan
ataupun ditinggalkan.
Contoh : membayar rekening listrik, tidak merusak
fasilitas umum.
 Tanggung-jawab adalah sikap atau pendirian yang
menyebabkan ditunaikannya sesuatu kewajiban.
Pengertian Etika, Moral, Norma, Akhlak, & Susila
Secara Etimologi
 Etika berasal dari kata Yunani “ethos” yang berarti
watak, kesusilaan atau adat.
 Moral berasal dari kata Latin “mores”, bentuk jamak
dari “mos” yang berarti adat atau cara hidup.
 Norma berasal dari bahasa Inggris “Norm” artinya
adalah standard, norma moral berarti standar
(ukuran) moral.
 Akhlak berasal dari kata Arab “Khuluq” yang
berarti kelakuan atau perangai.
 Susila berasal dari kata Sansekerta yang lebih
menunjukan kepada dasar, prinsip, aturan hidup
yang lebih baik. “su” artinya baik.
Pengertian Etika, Moral, Norma, Akhlak, & Susila
Definisi
 Etika adalah ilmu yang mempelajari segala soal
kebaikan (dan keburukan) di dalam kehidupan
manusia, terutama yang berkaitan dengan gerak gerik
fikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan
dan perasaan, sampai mengenai tujuannya yang dapat
merupakan perbuatan (Hadjar Dewantara, 1962).
 Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
mendorong lahirnya perbuatan dengan mudah dan
ringan, tanpa pertimbangan dan pemikiran mendalam
(Al-Ghazali).
 Etiket berasal dari kata Perancis yang berarti tata cara
melaksanakan suatu perhelatan, misalnya pada acaraacara resmi menyangkut pakaian, tempat duduk, cara
duduk, dll. Etiket tidak sekedar formalitas tetapi
memberi norma, apakah suatu perbuatan pantas atau
tidak, ada orang lain ataukah dalam kesendirian. Etiket
bersifat lahiriah serta relatif, sedangkan etika bersifat
batiniah, dan mutlak.
Membina Hubungan Vertikal & Horisontal
Sandaran Pemikran
 Ali-Imron ayat 112 : “Mereka selalu diliputi kehinaan
dimanapun mereka berada, kecuali berpegeng kepada tali
(agama) Allah dan tali (perjanjian) manusia, dan
mereka kembali mendapat kemurkaan Allah, dan
diliputi kerendahan. Hal itu disebabkan karena mereka
itu kafir kepada ayat-ayat Allah, dan membunuh para
nabi tanpa alasan yang benar. Hal demikian itu
disebabkan karena mereka durhaka dan melampaui
batas”.
 Al-Hujurot ayat 13 : “Wahai sekalian manusia
sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling
kenal mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia
diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling
taqwa”.
Membina Hubungan Vertikal & Horisontal
Sikap terhadap pemimpin
 An-Nisa’ ayat 59 :”Wahai orang-orang yang
beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul, dan
Ulil-Amri (pemegang kekuasaan) diantara kamu …
“.
 Hadist Riwayat Attirmizdi (6) halaman 163 :
“Siapa yang menghina penguasa Allah dimuka
bumi maka Allah juga akan menghinanya”.
 Hadist Riwayat Muslim (6) halaman 168 : “Siapa
yang telah membai’at (mengangkat) seorang
pemimpin serta telah hati dan jabat tangannya
maka hendaklah dia taat kepadanya dengan
sekuat-kuatnya”.
Membina Hubungan Vertikal & Horisontal
Sikap terhadap relasi
 Hadist Riwayat Al-Baihaqi (6) halaman 270 :
“Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai
keindahan. Bila seseorang keluar untuk menemui
kawan-kawannya hendaklah merapikan dirinya”.
 Hadist Riwayat Ad-Dailami (6) halama 266 :
“Sesungguhnya Allah membenci orang yang selalu
berwajah muram dihadapan kawan-kawannya”.
 Hadist riwayat Al-Bukhori (6) halaman 271 : “Yang
muda mendahului memberi salam kepada yang tua,
yang lewat kepada yang duduk, yang sedikit kepada
yang banyak”.
 Hadist Riwayat Ath-Thobroni (6) halaman 262 : “Siapa
saja yang rendah hati kepada saudaranya yang muslim
maka Allah akan mengangkat derajatnya, dan siapa
saja yang mengangkat diri terhadapnya maka Allah
akan merendahkannya”.
Membina Hubungan Vertikal & Horisontal
Sikap terhadap bawahan
 Hadist riwayat Ahmad (6) halaman 166 : “Barang siapa
diserahi kekuasaan tentang urusan manusia lalu menghindar
dari melayani kaum lemah dan orang yang membutuhkannya
maka Allah akan mengabaikannya pada hari kiamat”.
 Hadist riwayat Muslim (6) halaman 262 : “Dekatkan dirimu
kepadaku (Allah), dekatkan dirimu kepada orang lemah dan
berbuatlah ikhsan kepada mereka, karena sesungguhnya kamu
memperoleh rezeki dari pertolongan karena dukungan kaum
lemah diantara kamu sekalian”.
 Hadist riwayat Ibnu Majah (6) halaman 253 : “Ada tiga
golongan yang menjadi musuhku di hari Kiamat. Siapa yang
menjadi musuhku maka aku memusuhuhinya. Pertama :
Seseorang yang berjanji setia kepadaku lalu dia ingkar
(khianat). Kedau : Orang yang menjaul orang merdeka lalu dia
memakan hasilnya. Ketiga orang yang memperkejakan
seseorang, tetapi setelah menyelesaiakan pekerjaannya orang
tersebut tidak memberikan upahnya”.
Membina Hubungan Vertikal & Horisontal
Sikap terhadap bawahan
 Hadist riwayat Abu Ya’la (Ibid) halaman 253 :
“Bayarlah upah buruh sebelum kering keringatnya”.
 Hadist riwayat Muslim (Ibid) halaman 254 :
“Berdosalah orang yang menahan pemberian
pangan kepada yang menjadi tanggungannya”.
 Hadist riwayat An-Nasa’i : “Nabi Muhammad Saw.
melarang memperkerjakan seseorang buruh sebelum
jelas upah yang diterimanya”.
 Hadist riwayat Ahmad : “Menzalimi upah buruh
termasuk dosa besar”.
 Hadist riwayat Al-Baihaqi : “Siapa yang merusak
hubungan pelayannya dengan keluarganya,
bukanlah dari golongan kami”.
Profesional Dalam Islam
Pengertian Profesi
 Profesi berasal dari kata Latin “profssus” yang
berarti pengakuan iman, pernyataan kesungguhan,
janji di muka umum. Profesi berarti kegiatan pokok
yang mengandalkan suatu keahlian untuk
menghasilkan nafkah.
 Pekerjaan adalah kegiatan, secara senang atau
tidak, dengan tujuan memperoleh nafkah (rejeki).
Khusus (semata-mata untuk mencari nafkah).
Profesi
Luhur (disertai dengan pengabdian masyarakat).
Profesional Dalam Islam
Ciri-ciri profesi
a. Pengetahuan khusus :
 Penguasaan teori.
 Penguasaan metode.
 Kemampuan menyelesaikan program latihan (ijazah).
 Kemampuan aplikasi dari teori ke dalam praktek.
 Expert (berpengalaman).
b. Standar moral tinggi, standar moral dituangkan dalam suatu
aturan main/kode etik (himpunan norma yang disepakati).
c. Pengabdian kepada masyarakat.
d. Memiliki ijin khusus.
e. Menjadi anggota organisasi profesi, dengan tujuan :
 Menjamin / melindungi kepentingan anggota.
 Memperluas ilmu dan ketrampilan dalam bidang yang
sama.
 Menjaga dan menjamin mutu pelayanan.
Profesional Dalam Islam
Prinsip – prinsip Etika Profesi
a. Tanggung jawab terhadap :
Pelaksanaan pekerjaan dan hasilnya.
Kehidupan orang lain/masyarakat (pegawai, buruh,
teman, generasi mendatang).
b. Keadilan :
Menghormati hak orang lain/profesi lain.
Tidak melanggar hak pihak orang lain (lembaga,
profesi).
c. Kebebasan :
Memiliki otonomi dalam menjalankan profesi.
Memiliki kebebasan dalam mewujudkan kode etik
profesi.
Bebas dari campur tangan (yang kelewat batas) dari
pihak lain
Profesional Dalam Islam
Prinsip – prinsip Etika Profesi
d. Tanpa Pamrih :
Mendahulukan kepentingan klien dari pada
kepentingan pribadi / keluarga.
Dalam kondisi tertentu (darurat) bersedia
memberikan layanan tanpa imbalan.
e. Kesetiaan :
Setia pada cita-cita luhur profesi.
Bertindak konsisten sesuai dengan ilmu yang
dimiliki meskipun (mungkin) bertentangan dengan
kemajuan klien.
Profesional Dalam Islam
Ayat-ayat Alqur’an & Hadist tentang kerja & keahlian.
 Al-an’am (6) ayat 135 : “Wahai kaumku, bekerjalah
sesuai dengan kesanggupan kamu masing-masing,
sesungguhnya saya juga bekerja …”.
 Al-Insyiroh (94) ayat 7 : “Maka apabila kamu telah
selesai (dari satu urusan), kerjakanlah (urusan yang
lain) dengan sungguh-sungguh”.
 Az-Zukhruf (43) ayat 32 : “… Kami yang membagibagi mata pencaharian diantara mereka dalam
kehidupan dunia, dan kami tinggalkan sebagian di atas
sebagian yang lain beberapa derajat agar sebagian dapat
bekerja untuk yang lain. Adapun rahmat tuhanmu itu
lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.
Profesional Dalam Islam
Ayat-ayat Alqur’an & Hadist tentang kerja & keahlian.
 Hadist riwayat Baihaqi (6) halaman 184 : “Apabial
dibukakan bagi seseorang pintu rezeki maka hendaklah
melestarikannya”.
 Hadist riwayat Abu-Ya’la (ibid) halaman 185 : “Carilah
rejeki di perut bumi”.
 Hadist riwayat Ath-Thusi : “Allah memberi rejeki kepada
hambanya sesuai dengan kegiatan dan kemauan
kerasnya (ambisinya)”.
 Hadist riwayat Bukhori (ibid) halaman 38 : “Seorang
arab dusun bertanya : ‘Kapan datangnya saat (kiamat)’,
Nabi menjawab : ‘Apabila amanat diabaikan’, tanyanya
lagi : ‘Bagaimana hilangnya amanat itu ?’, jawab beliau
: ‘apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan
ahlinya’, tunggulah saat kehancurannya”.
Profesional Dalam Islam
Ayat-ayat Alqur’an & Hadist tentang kerja & keahlian.
 Hadist riwayat Muslim (6) halaman 34 : ”Seorang mukmin
yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada seorang
mukmin yang lemah dalam semua kebaikan. Jagalah apa
yang menguntungkan kamu dan mohonlah pertolongan
Allah, dan jangan patah semangat. Jika ditimpa suatu
musibah janganlah berkata : ‘seandainya aku melakukan ini
dan itu …, tetapi katakanlah : ‘ini adalah takdir Allah dan apa
yang dikehendaki Allah pasti akan terjadi’. Ketahuilah bahwa
ucapan ‘andaikata’ itu membuka peluang bagi perbuatan
syetan”.
 Hadist riwayat Bukhori dan Muslim (ibid) halaman 183 :
“Seorang laki-laki yang membawa tali kemudian mencari
kayu bakar lalu dibawanya ke Pasar untuk dijual, kemudian
dengan uang itu ia cukupi kebutuhan dan nafkah dirinya,
lebih baik dari pada seseorang yang minta-minta, diberi
ataupun tidak”.
Penghargaan Islam Terhadap Waktu
Dasar Pemikiran .
Firman Allah surat Al-‘Ashri yang menyatakan
bahwa “semua manusia dalam keadaan rugi,
kecuali yang : beriman, beramal saleh, berwasiat
dengan kebenaran, dan berwasiat dengan
kesabaran”
Penghargaan Islam Terhadap Waktu
Dalil Syari’ah tentang pemanfaatan waktu secara benar
 Firman Allah dalam surat An-Nisa’ (4) ayat 114 : “Tidak
ada kebaikan di dalam sebagian besar sidang mereka
kecuali yang : menyuruh agar bersedekan, atau menyuruh
perbuatan ma’ruf (baik), atau mengadakan perbaikan
(perdamaian) diantara manusia”.
 Firman Allah dalam surat Al-Munafiqun (63) ayat 10 :
“Dan belanjakanlah sebagian dari rejeki yang telah kami
berikan kepadamu sebelum maut datang kepada salah
seorang diantara kamu, lalu dia berkata : Ya Tuhanku,
kenapa tidak engkau undurkan sampai saat yang dekat
(sebentar) agar saya bersedekah dan termasuk golongan
yang saleh”.
Penghargaan Islam Terhadap Waktu
Dalil Syari’ah tentang pemanfaatan waktu secara benar
 Hadist riwayat Bukhori (6) halaman 156 : “Dua kenikmatan
yang membuat banyak orang terpedaya yaitu nikmat sehat dan
waktu senggang” (artinya saat-saat sehat dan waktu senggang
tidak digunakan untuk beramal saleh).
 Hadist riwayat At-Turmudzi (ibid) halaman 261 : “Termasuk
keislaman yang baik adalah bila seseorang bisa meninggalkan
hal-hal yang tidak berkepentingan dengannya”.
 Hadist riwayat Bukhori (ibid) halaman 265 : “Sesungguhnya
Allah tidak menyukai banyak omong (ngobrol) menghamburhamburkan harta dan terlalu banyak bertanya”.
 Hadist riwayat Ad-Dailami (ibid) halaman 267 : “Alangkah
baiknya orang yang disibukkan dengan aib dirinya sendiri
daripada sibuk dengan aib orang lain”.
Memenuhi Janji dan Membayar Hutang Menurut Islam
Ayat-ayat Alqur’an tentang wajibnya memenuhi perjanjian
 Almaidah (5) ayat 1 : “Wahai orang-orang yang beriman,
penuhilah semua janji”.
 Al-Isro’ (17) ayat 34 : “ … dan penuhilah perjanjian,
sesungguhnya perjanjian itu akan ditanyakan (dimintai
tanggung-jawabnya)”.
 Al-Fath (48) ayat 10 : “Sesungguhnya orang-orang yang berjanji
setia (bai’at) kepadamu maka sesungguhnya mereka itu adalah
berbai’at kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka.
Siapa yang melanggar janjinya maka bahaya perjanjian itu akan
menimpa dirinya sendiri. Siapa yang memenuhi janjinya dengan
Allah maka Allah akan memberi pahala yang besar kepadanya”.
Memenuhi Janji dan Membayar Hutang Menurut Islam
Ayat-ayat Alqur’an tentang wajibnya memenuhi perjanjian
 Al-Maarij (70) ayat 32 dan 33 :
• “Dan orang-orang yang menjaga amanah serta perjanjiannya”.
• “Dan orang-orang yang lurus dalam persaksiannya”.
 Al-Baraah (9) ayat 75, 76, dan 77 :
• “Dan diantara mereka ada yang berjanji kepada Allah : Demi, jika
tuhan memberikan karunianya kepada kami, sungguh kami akan
bersedekah dan kami akan termasuk orang-orang saleh”.
• “Tetapi setelah tuhan memberikan sebagian karuniannya kepada
mereka, lantas mereka menjadi kikir, berbalik kebelakang dan
menentang”.
• “Hal itu mengakibatkan kemunafikan didalam hati mereka sampai
mereka bertemu dengan tuhan, karena mereka itu memungkiri apa
yang mereka janjikan kepada Allah dan karena mereka itu telah
berdusta”.
Memenuhi Janji dan Membayar Hutang Menurut Islam
Hadist-hadist tentang janji, hutang dan dusta
 Riwayat Ad-Dailami (6, halaman 192) : “Tiada beriman
orang yang tidak memegang amanat dan tidak ada agama
bagi orang yang tidak menepati janji”.
 Riwayat Al-Hakim (ibid, halaman 196) : “Rasulullah saw.
memutuskan untuk mendahulukan penyelesaian hutang
sebelum melaksanakan wasiat”.
 Riwayat Al-Bukhori (ibid, halaman 197) : “Orang kaya
(mampu) yang menunda-nunda pembayaran hutangnya
adalah kedzaliman”.
 Riwayat Ahmad (ibid, halaman 197) : “Roh seorang
mukmin masih tergantung (terkatung-katung) sampai
hutangnya dilunasi”.
Memenuhi Janji dan Membayar Hutang Menurut Islam
Hadist-hadist tentang janji, hutang dan dusta
 Riwayat Bukhori (ibid, halaman 198) : “Sebaik-baik kamu adalah
yang paling baik dalam membayar hutang”.
 Riwayat Al-Hakim (ibid, halaman 198) : “Hutang adalah bendera
Allah dimuka bumi, apabila Allah hendak menghinakan
seseorang hamba maka (bendera itu) diikatkannya dilehernya”.
 Riwayat Muslim (ibid, halaman 277) : “Tanda-tanda munafik
itu ada tiga, yaitu : bila berbicara dusta, bila berjanji tidak
ditepati, dan bila diamanati dia berkhianat”.
 Riwayat Al-Bazar (ibid, halaman 278) : “Seorang mukmin
mempunyai tabiat atas segala sifat aib kecuali khianat dan
dusta”.
 Riwayat Ahmad (ibid, halaman 378) : “Rasulullah saw.
membolehkan dusta dalam tiga perkara, yaitu : di dalam
peperangan, untuk mendamaikan antara orang-orang yang
bersengketa, dan pembicaraan seorang suami kepada istrinya”.
Menimbang dan Menakar Dengan Benar
Ayat-ayat Alqur’an tentang Menakar dan menimbang
 Surat Al-An’am (6) ayat 152 : “ … dan sempurnakanlah takaran
dan timbangan itu dengan benar (lurus) …”.
 Surat Al-Isro’ (17) ayat 35 : “Dan sempurnakanlah bila kamu
menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Demikian
itulah yang lebih utama dan lebih baik kesudahannya”.
 Surat As-Syuraa (26) ayat 181, 182 dan 183 :
• “Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk
orang-orang yang merugikan”.
• “Dan timbanglah dengan timbangan yang lurus”.
• “Dan janganlah kamu merugikan manusia tentang hak milik
mereka dan janganlah kamu berkeliling dimuka bumi
membuat kerusakan”.
Menimbang dan Menakar Dengan Benar
Ayat-ayat Alqur’an tentang Menakar dan menimbang
 Surat Hud (11) ayat 85 : “… dan (Syu’aib berkata) wahai
kaumku, penuilah sukatan dan timbangan dengan lurus, dan
janganlah merugikan hak manusia dan janganlah berkeliling di
Bumi berbuat kerusakan”.
 Surat Ar-Rahman (55) ayat 7, 8, dan 9.
• “Dan langit itu kami tinggikan, dan kami letakkan neraca
(keadilan)”.
• “Supaya kamu jangan melewati batas dalam hal timbangan”.
• “Dan tegakanlah timbangan dengan adil (lurus) dan jangan
kamu kurangi timbangan itu”.
 Surat Nuthoffifin (83) ayat 1, 2 dan 3 :
• “Kecelakaanlah (neraka wail) bagi para pengicuh”.
• “Yaitu mereka yang bila menerima takaran dari orang lain
minta agar dipenuhi”.
• “Tetapi bila mereka itu menakar atau menimbang untuk orang
lain, merugikan”.
Ketetapan Islam Tentang Korupsi,
Suap Menyuap dan Kondisi Darurat
Dasar Pemikiran
Firman Allah Surat Ali Imron ayat 161 : “Dan tidak
mungkin seseorang nabi itu akan menggelapkan
(korupsi) harta rampasan perang. Siapa yang
menggelapkan maka dia akan datang dengan apa
yang digelapkannya itu pada hari Kiamat. Kemudian
disempurnakan pembalasan kepada setiap orang semua
perbuatan mereka, dan mereka tidak dianiaya
sedikitpun juga”.
Ketetapan Islam Tentang Korupsi,
Suap Menyuap dan Kondisi Darurat
Hadist-hadist Tentang Korupsi (Penggelapan)
 Riwayat Muslim : dari Abu Humaid ra. : “Nabi saw. mengangkat
seseorang lelaki suku As’ad bernama Ibnu Ludbiyah untuk
memungut sedekah. Setelah selesai dia datang kepada Nabi saw.
dan berkata : ‘ini untuk kamu dan ini aku dihadiahkan orang
kepadaku’, maka Nabi saw berdiri di mimbar kemudian bersabda :
mengapa sampai terjadi seseorang yang aku utus untuk suatu
urusan bisa mengatakan ini untuk aku dan ini dihadiahkan
kepadaku, mengapa dia tidak tinggal saja di rumah bapak atau
ibunya, lalu menunggu adakah orang yang datang memberi
hadiah kepadanya ?, demi tuhan yang diriku dalam
genggamannya, seseorang yang mengambil sesuatu dengan
tidak jujur, nanti akan memikul barang yang digelapkannya itu
dikuduknya pada hari Kiamat”.
 Hadist riwayat ‘Adi bin Amirah Al-Kindi ra. : “Nabi saw. bersabda
: siapa yang kami angkat suatu jabatan, lalu digelapkannya satu
jarum atau lebih maka dia akan membawanya nanti pada hari
Kiamat”.
Ketetapan Islam Tentang Korupsi,
Suap Menyuap dan Kondisi Darurat
Hadist-hadist Tentang Suap Menyuap
 Riwayat Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Hibban : “Laknat Allah
ditimpakan kepada penyuap dan penerima suap dalam
memutus suatu perkara”.
 Riwayat Ahmad dan Hakim : “Rasulullah melaknat orang
yang menyuap, penerima suap, dan orang yang menjadi
perantaranya”.
Ketetapan Islam Tentang Korupsi,
Suap Menyuap dan Kondisi Darurat
Dalil-dalil Nash Tentang Kondisi Darurat
 Surat Al-Ma’idah (5) ayat 2 : “… maka yang siapa terpaksa
karena kelaparan dan tanpa sengaja untuk berbuat dosa
maka sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha
penyayang”.
 Surat Al-An’am (6) ayat 145 : “… Tetapi siapa yang
terpaksa (darurat), bukan karena sengaja untuk melanggar
dan tidak melampaui batas maka sesungguhnya tuhanmu
maha pengampun dan maha penyayang”.
Ketetapan Islam Tentang Korupsi,
Suap Menyuap dan Kondisi Darurat
Dalil-dalil Nash Tentang Kondisi Darurat
 Surat An Nahl (16) ayat 106 dan 107 :
• “Siapa yang kafir kepada Allah setelah beriman, kecuali orang
yang dipaksa sedangkan hatinya tetap beriman, akan tetapi
siapa yang membuka hatinya untuk kekafiran maka bagi
mereka itu kemurkaan Allah dan siksaan yang besar”.
• “Yang demikian itu disebabkan mereka itu mencintai dunia
melebihi akherat. Dan Allah tidak akan menunjuki orangorang yang tidak beriman”.
 Hadist riwayat Ath Thobari (6) halaman 24 : “Umatku
dibebaskan (dari tuntutan) disebabkan karena kesalahan
yang tak sengaja, karena lupa dan terhadap apa yang
dipaksakan kepada mereka”.
Jujur Dalam Bisnis, Keharusan Menulis Hutang dan
Perlunya Saksi Dalam Perniagaan
 Hadist riwayat Al-Bazar (ibid, halaman 278) : “Seorang
mukmin mempunyai tabi’at atas segala sifat aib kecualai
khianat dan dusta”.
 Hadist riwayat Ad-Dailami (ibid, halaman 192) : “Tiada
beriman orang yang tidak memegang amant dan tidak ada
agama bagi orang yang tidak menepati janji”.
Jujur Dalam Bisnis, Keharusan Menulis Hutang
dan Perlunya Saksi Dalam Perniagaan
Surat Al-Baqoroh ayat 282 : “Hai orang-orang yang beriman! kalau kamu
berhutang piutang dengan perjanjian yang ditetapkan waktunya,
hendaklah kamu tuliskan. Dan seorang penulis diantara kamu hendaklah
mau menuliskannya sebagaimana yang diajarkan Allah kepadanya. Maka
hendaklah ditulisnya! Orang yang berhutang itu hendaklah membacakan,
dan hendaklah bertaqwa kepada Allah Robnya, dan janganlah
mengurangkan hutangnya sedikitpun juga. Dan kalau orang yang
berhutang itu kurang akal, lemah atau tak bisa membacakannya dengan
jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang laki-laki diantara kamu.
Kalau tidak ada dua laki-laki maka boleh seorang laki-laki dan dua orang
perempuan, siapa yang kamu sukai untuk menjadi saksi itu. Kalau yang
satu lupa, hendaklah diingatkan oleh yang lain. Janganlah saksi-saksi itu
enggan memberikan persaksian bila dipanggil. Janganlah kamu malas
menuliskan hutang itu, sedikit ataupun banyak, sesuai dengan janji yang
disepakati. Cara itu lebih lurus disisi Allah, lebih memperkuat persaksian,
dan lebih dekat untuk tidak ragu-ragu. Tetapi, pada perniagaan kontan
yang sedang berputar diantara kamu sekalian maka tidak mengapa jika
tak kamu tuliskan. Dan adakanlah saksi setiap kamu berjaul beli.
Janganlah kamu memberi mudhorot kepada saksi dan penulis. Kalau
kamu memperbuatnya, maka itu adalah kejahatan kamu. Bertaqwalah
kepada Allah, Allah mengajar kamu sekalian, dan Allah mengetahui segala
sesuatu”.
Jujur Dalam Bisnis, Keharusan Menulis Hutang dan
Perlunya Saksi Dalam Perniagaan
Surat Al-Baqoroh ayat 283 : “Dan kalau kamu dalam
perjalanan dan tidak memperoleh penulis maka adalkanlah
rungguan (borg) yang dapat dipegang. Tetapi bila yang
satu mempercayai yang lain, hendaklah yang dipercaya itu
menunaikan amanatnya (bersikap jujur) dan bertaqwalah
kepada Allah Robnya, dan janganlah kamu sembunyikan
persaksian. Siapa yang menyembunyikannya,
sesungguhnya telah berdosa hatinya. Allah mengetahui apa
yang kamu perbuat”.
Download