PENDIDIKAN AGAMA ISLAM II UPAYA PROMOSI KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM DISUSUN OLEH: MARIYATUL QIBTIYAH 101011032 AGESTY SUCIANINGTYAS 101011053 SHARITA AULIA ROCHMI 101011078 ANISA BALQIS HADIANA 101011228 AYU IRLIANTI 101011111 PUTRI ANGGITASARI 101011258 ROMI DARMAWAN 101011265 FEBRIAN RIZKY PRATAMA 101011430 IKMA 2010 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2012 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memperkanankan kami menyelesaikan makalah ini. Serta semoga shalawat serta salam Allah tetap tercurah kepada baginda Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, dan orang yang tetap teguh berada dalam sunnahnya. Islam adalah agama yang universal, yang mengajarkan kepada umat manusia mengenai berbagai aspek kehidupan, baik aspek duniawi maupun aspek ukhrawi. Telah kita ketahui bahwa Islam adalah agama yang mengurusi segala bidang, tidak sebatas ibadah yang sifatnya ruhiyah saja. Makna ibadah disini sangat luas, seperti firman Allah: “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” Mencari ilmu juga merupakan ibadah. Islam merupakan agama ilmu dan akal, karena Islam selalu mendorong umatnya untuk mempergunakan akal dan menggali ilmu pengetahuan, agar manusia dapat membedakan antara yang salah dan benar. Kesehatan adalah salah satu bidang ilmu pengetahuan yang merupakan ilmu Allah. Terdapat koridor dan aturan yang sudah diberlakukan sejak turunnya al-Qur’an mengenai dasar kesehatan bahkan kepada para nabi sebelumnya termasuk nabi Adam. Oleh karenanya, mengetahui perspektif Islam terhadap upaya promosi kesehatan adalah hal menarik yang patut untuk di ulas dan didiskusikan. Makalah ini mencoba memilah dan mencoba mencari keterkaitan keduanya serta mencoba 1 mengungkap sekaligus membuktikan bahwasanya Islam telah mengatur segala aspek kehidupan termasuk bidang kesehatan. Bagaimanapun makalah ini dirancang dan diseleseikan, tentu masih terdapat banyak kekurangan yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, penulis sangat menerima saran dan kritik guna perbaikan penulisan makalah selanjutnya. Semoga dengan disusunnya makalah yang berjudul “Upaya Promosi Kesehatan Dalam Perspektif Islam” ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pembaca. Sekian dan terima kasih. Surabaya, 14 September 2012 Penulis 2 DAFTAR ISI Kata pengantar ..................................................................................................1 Daftar isi.............................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................4 1.1 Latar Belakang .............................................................................................4 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................6 1.3 Tujuan ..........................................................................................................6 BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................7 2.1 Definisi Promosi Kesehatan .........................................................................7 2.2 Definisi Sehat menurut WHO dan Islam .....................................................9 2.3 Kesehatan dalam Al-Qur’an dan Hadist ......................................................10 2.4 Promosi Kesehatan dalam Perspektif Islam .................................................13 BAB III PENUTUP ...........................................................................................20 3.1 Kesimpulan ..................................................................................................20 3.2 Saran ............................................................................................................20 Daftar Pustaka ...................................................................................................21 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inti dari upaya promosi kesehatan adalah perubahan perilaku, yaitu prilaku sehat. Sehat sendiri didefinisikan sebagai suatu keseimbangan berbaga lini dari hati, mental, psikis, sosial maupun fisik. Hal ini tidak jauh berbeda dengan apa yang diajarkan Islam 14 abad silam, yaitu bagaimana umatnya berakhlaq mulia. Seperti yang disampaikan oleh Muhammad bin Abdullah bahwasanya dia tidak di utus selain untuk memperbaiki akhlaq. “Tidaklah aku diutus selain untuk menyempurnakan akhlaq, “ (Muhammad: 571 M). Sehingga ini adalah tanda bahwanya kita sebagai public helath yang memperjuangkan tegaknya nilai kesehatan rupanya perlu bagi kita yang muslim untuk mengetahui perspektif islam atas upaya yang kita laksanakan. Karena secara tidak langsung nilai kesehatan adalah bagian dari nilai islam. Islam adalah agama yang mengurusi segala bidang tidak sebatas ibadah yang sifatnya ruhiyah saja. Makna ibadah disini sangat luas sepert firman Allah: “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” “Segala apa yang ada di bumi dan di langit adalah milik Allah.” Islam adalah agama yang universal, yang mengajarkan kepada umat manusia mengenai berbagai aspek kehidupan, baik aspek duniawi maupun aspek aspek ukhrawi. Islam merupakan agama ilmu dan akal, karena islam 4 selalu mendorong umatnya untuk mempergunakan akal dan menggali ilmu pengetahuan, agar manusia mengetahui mana yang baik dan benar dan mana yang salah. Termasuk kesehatan, kesehatan adalah salah satu bidang ilmu pengetahuan yang merupakan ilmu Allah. Hukumnya fardlu kifayah bagi umat islam. Hal ini sudah menunjukkan bahwasanya ada koridor dan aturanaturan yang sudah diberlakukan sejak turunnya al-Qur’an mengenai dasardasar kesehatan bahkan kepada nabi-nabi sebelumnya termasuk nabi Adam. Contoh saja bagaimana islam telah mengajarkan nilai-nilai kesehatan sebagai proyeksi dari nilai-nilai islam semenjak 14 abad yang silam oleh seorang pemimpin yang agung, paling sempurna sepanjang perjalanan manusia dari Adam hingga manusia terakhir nanti yaitu Muhammad bin Abdullah. Beliau pernah mengatakan “Jauhilah tempat-tempat yang menyebabkan laknat ketika buang hendak membuang air, yaitu di tempattempat air, di jalan raya, di tempat berteduh.”. Sekarang coba perhatikan bagaimana ilmu kesehatan kini mengiyakan apa yang disampaikan Muhammad ini 14 abad silam yaitu anjuran dan upaya kesehatan untuk mengarahkan masyarakat untuk tidak membang air besar di tempat-tempat air misalnya di sungai, rawa ataupun di jalan raya maupun di bawah pohon untuk membuangnya ke tempat yang semestinya yaitu jamban. Upaya ini mulai digencarkan baru pada abad ke-19 melalui sosialisasi, promosi, program kesehatan, seminar, dan sebagainya. Ini hanya berkaitan dengan buang air besar, dan masih banyak lagi aturan Islam yang berkaitan dengan kesehatan. Oleh sebab itu kita perlu menganalisis bagaimana upaya promosi kesehatan dalam perspektif islam. 5 1.2 Rumusan Masalah Masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut: a. Apa definisi dari promosi kesehatan? b. Apa definisi sehat menurut WHO dan Islam? c. Bagaimana kesehatan dalam Al-qur’an dan Hadist? d. Bagaimana penerapan promosi kesehatan dalam perspektif Islam? 1.3 Tujuan a. Memberikan pengetahuan dan pengertian tentang promosi kesehatan b. Memahami definisi promkes menurut pandangan WHO dan Islam c. Memahami upaya promkes dalam perspektif islam yaitu Quran dan Hadits d. Memahami penerapan promkes dalam perspektif islam 6 BAB II PEMBAHASAN 2.1. Definisi Promosi Kesehatan Istilah Promosi Kesehatan mula-mula dicetuskan di Ottawa, Canada pada tahun 1986 (dikenal dengan “Ottawa Charter”), oleh WHO promosi kesehatan didefinisikan sebagai: “the process of enabling people to control over and improve their health”. Definisi tersebut diaplikasikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi: “Proses pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya”. Definisi ini tetap dipergunakan, sampai kemudian mengalami revisi pada konferensi dunia di Bangkok pada bulan Agustus 2005, menjadi: “Health promotion is the process of enabling people to increase control over their health and its determinants, and thereby improve their health” (dimuat dalam The Bangkok Charter). Promosi Kesehatan (Health Promotion), yang diberi definisi: Proses pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya (the process of enabling people to control over and improve their health), lebih luas dari pendidikan atau penyuluhan Kesehatan. Promosi Kesehatan meliputi Pendidikan/Penyuluhan Kesehatan, dan di pihak lain Penyuluh/Pendidikan Kesehatan merupakan bagian penting (core) dari Promosi Kesehatan. Promosi Kesehatan adalah upaya perubahan atau perbaikan perilaku di bidang kesehatan disertai dengan upaya mempengaruhi lingkungan atau hal- 7 hal yang sangat berpengaruh terhadap perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan. Promosi Kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif (peningkatan) sebagai perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan yang komprehensif. Promosi kesehatan, selain tetap menekankan pentingnya pendekatan edukatif yang selanjutnya disebut gerakan pemberdayaan masyarakat, juga perlu di dengan upaya advokasi dan bina suasana (social support). 2.2. Definisi Sehat menurut WHO dan Islam Kata sehat memiliki beragam definisi. Dalam UU nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dinyatakan definisi kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. WHO menyatakan sehat adalah sesuatu keadaan jasmaniah, mental dan sosial yang baik, tidak hanya tidak berpenyakit atau cacat (Health is state of complete physical, mental and social well being, not merely the absence of disease of infirmity). Dapat diartikan secara bebas bahwa seorang itu dikatakan sehat bila ia memiliki tubuh jasmaniah yang tidak berpenyakit, gizi yang baik, mental, rohaniah yang tenang, tidak gelisah atau resah, mempunyai kedudukan sosial yang baik, mempunyai sumber hidup dan rumah tempat berlindung serta dihargai sebagai manusia. 8 Pada tahun 1983 Majelis Ulama Indonesia dalam Musyawarah Nasional telah merumuskan kesehatan sebagai ketahanan jasmani, ruhaniah dan sosial yang dimiliki manusia sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri dengan mengamalkan (tuntunannya) dan memelihara dan mengembangkannya. Ketiga pengertian sehat di atas menunjukkan bahwa kesehatan seseorang mengandung komponen yang menyeluruh (holistik), yakni spiritual, biologi, mental dan sosial. Sesuai dengan konsep kesehatan yang menyeluruh seperti yang tersebut di atas, di dalam Islam pun pokok-pokok tuntunan kesehatan yang terdapat dalam Al Qur’an dan hadits sejak semula telah menekankan hal tersebut. Dalam literatur islam, paling tidak ada dua istilah yang digunakan untuk menunjuk tentang pentingnya kesehatan dalam pandangan Islam. Pertama, kata kesehatan, terambil dari kata sihat. Kedua, kata ‘afiat. Kedua kata ini sering diucapkan dengan sehat – afiat dan umat Islam mengucapkannya dengan “sehat wal ‘afiat”. Dalam kamus bahasa arab, kata ‘afiat diartikan sebagai perlindungan Allah untuk hamba-Nya dari segala macam bencana dan musibah-Nya. Dalam pengertian ini, kata ‘afiat menegaskan adanya makna berfungsinya anggota tubuh manusia sesuai dengan tujuan penciptaannya. Misalnya, mata yang sehat adalah mata yang dapat melihat dan membaca tanpa menggunakan kaca mata. Sedangkan mata yang ‘afiat adalah mata yang dapat melihat dan membaca objek yang bermanfaat serta mengalihkan pandangan dari objek yang dilarang. Hal lain mislanya, perut yang sehat adalah perut yang dapat mencerna makanan secara sempurna sehingga 9 kebutuhan gizi badan dapat optimal. Sedangkan perut yang ‘afiat adalah perut yang dapat menahan nafsunya sehingga hanya akan diberi makan dengan makanan halalan thoyiban. Hal-hal tersebut itu pada dasarnya merupakan fungsi yang diharapkan sang pencipta. Dalam Islam, tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara agama, jiwa, akal, jasmani, harta dan keturunan. Dimana dengan adanya badaniah dan rohaniah yang sehat maka semua dapat terjaga dengan baik dan tidak menimbulkan madharat. Sejak awal memang telah diajarkan adanya sikap yang harus dan sangat mementingkan hidup sehat melalui upaya promotif, preventif, dan protektif. Terdapat beberapa bukti yang dapat digunankan sebagai landasan untuk setiap muslim dapat hidup dengan sehat. Misalnya saja sikap menjaga kebersihan, Islam menekankan melalui dalil “Annadhofathu minnal iman “ yang artinya kebersihan adalah sebagian dari iman. Namun bukan berarti orang yang tidak bersih itu tidak beriman. Ada pengertian yang lebih mendalam untuk penggalan kalimat tersebut, dimana yang dimaksudkan adalah dengan kita bersih maka kita akan semakin dapat terhindar dari najis yang menghalangi kita untuk medekat kepada Allah. 2.3. Kesehatan dalam Al-Qur’an dan Hadist Dalam Islam, kesehatan termasuk hal utama. Hal ini didukung dengan kenyataan bahwa banyak ayat Al-Qur’an dan hadist yang berkaitan dengan kesehatan. Salah satu contohnya adalah wahyu kedua yang dibawakan Jibril, yaitu Ayat 1-5 Surat Al Mudatstsir. Wahyu tersebut belum mengenai shalat, 10 puasa dan zakat, tetapi perintah untuk berdakwah dan mengenai kesucian (kebersihan) dan menjauhi kekotoran. Pada ayat di atas tampak bahwa kebersihan yang menjadi pangkal kesehatanlah yang disinggung dalam wahyu kedua yang diturunkan kepada Nabi. Ilmu kesehatan modern tetap berpendirian bahwa kebersihan merupakan pangkal kesehatan. Kebersihan yang menjadi pangkal kesehatan, hal kedua yang diperintahkan oleh Allah SWT dalam Al Qur’an. Tidaklah heran kalau kebersihan umumnya merupakan salah satu kewajiban yang selalu diperintahkan Nabi Muhammad SAW kepada para pengikutnya dan dijadikan sendi dasar dalam kehidupan sehari-hari. Selain ayat terdahulu di atas, masalah kesehatan, khususnya tentang kebersihan juga disebutkan dalam QS AL-Baqarah ayat 222. 11 “Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: "Haid itu adalah kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri”. Aturan mengenai kebersihan cukup lengkap terdapat dalam Al-Qur’an, misalnya setiap berwudlu saat akan melakukan shalat. Al-Qur’an mewajibkan ummat Islam mandi pada waktu tertentu, misal pada keadaan junub. AlQur’an juga mengharamkan minuman dan makanan yang kotor dan berbahaya (QS Al-A’raaf: 157 dan Al A’laa:14). Al-Qur’an menyebut beberapa penyakit wabah, misalnya musnahnya kaum tsamud yang ingkar kepada Nabi Allah. Juga wabah yang menimpa tentara Thalut yang melanggar perintah panglimanya. Wabah yang menimpa tentara gajah Kristen saat hendak menghancurkan Ka’bah. Sementara dalam hadits lebih banyak lagi dijumpai peraturan-peraturan kesehatan. Salah satu sabda Nabi SAW yang terkenal adalah “Annadha fatu minal iiman” yang berarti bahwa “Kebersihan itu adalah sebagian dari pada iman. Hadist lain menyatkana bahwa “orang mukmin yang kuat lebih disukai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah.” Ajaran kesehatan Nabi SAW yang lain adalah khitan sangan sesuai dengan kebersihan dan kesehatan. Mengurus mayat menurut hukum Islam juga sesuai dengan 12 kebersihan. Juga tentang pemberantasan penyakit menular telah diatur lengkap dalam hadist. 2.4. Promosi Kesehatan dalam Perspektif Islam Islam sejak awal telah mengajarkan pada umatnya bahwa berperilaku hidup bersih dan sehat merupakan hal yang sangat penting. Oleh sebab itu diperlukan suatu upaya promosi kesehatan dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat, khususnya masyarakat muslim. Salah satu metode promosi kesehatan dalam Islam adalah penyampaian ajakan hidup sehat melalui dakwah yang dilakukan oleh para muballigh. Hal ini sesuai dengan firman Allah Q.S. Ali Imran 104 yang berarti “Hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari munkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.” Promosi kesehatan merupakan suatu seruan untuk melakukan kebajikan, karena kesehatan juga merupakan hal dasar yang harus dimiliki seseorang agar bisa melakukan ibadah kepada Allah dengan baik. Hal ini juga sesuai dengan hadist nabi yang bermakna “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.” Promosi kesehatan bukan hanya sekedar pendidikan atau penyuluhan kesehatan saja, tetapi juga merupakan suatu proses pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya. Berikut adalah tuntunan kesehatan yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hadits dalam 13 upaya menjaga dan meningkatkan kesehatan masyarakat yang dianjurkan oleh Islam. a. Personal hygiene and sanitation (kebersihan perorangan dan kesehatan lingkungan), yang meliputi kebersihan badan, tangan, gigi, kuku dan rambut. Ulama Fiqh telah menyimpulkan sebab-sebab yang mewajibkan mandi dalam Islam, yakni antara lain: 1) Apabila seorang hendak memeluk agama Islam 2) Hendak menunaikan shalat Jum’at “Mandi pada hari Jum’at adalah wajib dan hendaklah jika mampu menggunakan siwak dan wangiwangian”. (Al Hadis). “Hak bagi setiap muslim adalah mandi setiap seminggu sekali satu hari dengan membasuh semua kepala dan tubunhya” (Al Hadis). 3) Ihtilam (mimpi keluar mani) bagi laki-laki dan haid bagi perempuan. Mengenai kebersihan tangan, beberapa hadis menjelaskan sebagai berikut : “Potonglah kuku-kukumu, sesungguhnya setan itu duduk (bersembunyi) pada kuku yang panjang” “Bersihkanlah tanganmu, sebelum dan sesudah makan”. Ada pula hadist yang menganjurkan untuk berwudlu, diantaranya: “Apabila kamu berangkat tidur, maka berwudlulah sebagaimana kamu berwudlu hendak mendirikan shalat”. “Barang siapa berwudlu kemudian membaguskan wudlunya, lalu mengunjungi saudaranya yang sakit,maka dijauhkanlah dari mereka”. 14 Mengenai menjaga kebersihan mulut dan gigi, Nabi mengajarkan dalam hadisnya antara lain: “Siwak adalah membersihkan mulut dan mendapatkan keridloaan Tuhan”. “Jika tidak memberatkan bagi umatku, tentu aku akan memerintahkan mereka bersiwak setiap hendak shalat”. Dalam kebersihan rambut, Nabi mengajarkan beberapa hal berikut: “Barangsiapa memiliki rambut,maka hendaklah dimuliakannya”. Dalam menjaga kebersihan makanan Nabi bersabda sebagai berikut : “Sandarkanlah sorbanmu, ingatlah asma Allah, tutuplah tempat makanmu dan ingatlah asma Allah” Tentang kebersihan air minum (sumber air minum), Rasulullah mengajarkan hal berikut: “Takutlah kamu dengan tiga hal terkutuk, yaitu: berak pada saluran air, pada tempat berteduh dan tempat berlalunya manusia”. Demikian juga dalam hal kebersihan lingkungan, Nabi bersabada sebagai berikut : “Sesugguhnya Allah itu baik, menyukai sesuatu yang baik, Allah itu bersih dan menyukai sesuatu yang bersih, Allah itu mulia dan menyukai kemuliaan, maka bersihkanlah halaman rumahmu dan lingkunganmu”. b. Epidemiologi (preventif penyakit menular) melalui karantina. Preventif kesehatan, tidak memasuki suatu daerah yang terjangkit wabah, mencuci tangan sebelum menjenguk orang sakit dan 15 sesudahnya, berobat ke dokter dan mengikuti semua petunjuk preventif dan terapinya. Sabda nabi terkait epidemiologi antara lain: “Janganlah orang yang terkena suatu penyakit menularkan kepada orang sehat”. “Apabila kamu mendengar terjadinya suatu wabah (penyakit) pada suatu daerah, maka janganlah kamu memasukinya dan apabila di suatu daerah berjangkit itu, sedangkan kamu berada di dalamnya, maka janganlah lari meninggalkannya”. “Barang siapa berwudlu dan membaguskan wudlunya kemudian menjenguk saudaranya yang sakit, ia akan dijauhkan dari neraka”. c. Nutrition (Kesehatan makanan) Islam berbicara makanan yang hendak dimakan selalu menekankan kepada makanan yang memiliki salah satu dari sifat halal dan thayyib. Ada empat ayat yang menggabungkan kedua sifat tersebut yaitu dalam QS Al Baqarah/2;168, Al Maidah/5;88, Al Anfal/8;89, dan An Nahl/16;114. Rangkaian kedua sifat (halal dan thayyib) menunjukkan bahwa yang diperintahkan untuk dimakan adalah yang memenuhi kedua syarat tersebut. Thayyib yang sering dimaknai baik, dari segi bahasa berarti sesuatu yang telah mencapai puncak di bidangnya dan karena itu “buah-buah” surga juga dinamakan thayyibah. Dalam ilmu kesehatan kata thayyib disejajarkan dengan kata bergizi. 16 d. Menu makanan yang berfaedah terhadap kesehatan jasmani, seperti tumbuhtumbuhan, daging binatang darat, daging binatang laut, segala sesuatu yang dihasilkan dari daging, madu, kurma, susu dan semua yang bergizi, seperti tersebut dalam QS An Nahl/16;66 dan 69, QS Al Waqi’ah/56;68, QS Al Maidah/5;4. e. Tata makanan. Islam melarang berlebih-lebihan dalam hal makan (QS Al A’raf/7;31), makan bukan karena lapar hingga kekenyangan, diet ketika sakit, memerintahkan puasa agar usus dan perut besarnya dapat bersistirahat dan tidak berbuka berlebih-lebihan atau melapaui batas. Bahkan ditemukan celaan kepada orang yang makan seperti binatang, sebagaimana dalam QS Muhammad/47;12 dan Al Shaffat/37;66. f. Mengharamkan segala sesuatu yang berbahaya bagi kesehatan, seperti bangkai, darah dan daging babi (QS Al Maidah/5;3). g. Sex hygiene (kesehatan seks) Meliputi hal-hal yang berkaitan dengan seks, embrio dan perkembangannya, pendidikan seks, cara memilih istri bahkan program pendidikan tentang hubungan seks yang aman. Juga mengenai kebersihan seks, seperti mandi setelah bersetubuh, istinja’ setelah kencing dan buang air besar, tidak menggauli isteri ketika haid, diharamkan zina, homo seksual atau onani. 17 h. Mental dan psychic hygiene (Kesehatan mental dan jasmani) Ajaran-ajaran untuk mencegah sebab terjadinya stres. Islam mengajarkan percaya kepada Allah dan bersabar dalam menghadapi berbagai penyakit yang kritis, tidak putus asa, bunuh diri, kehilangan kepercanyaan atau dzalim. Islam juga melarang semua benda yang dapat menghilangkan kesadaran dan melemahkan intuisi, seperti khamar, NAPZA dan lain-lainnya. i. Olah raga Islam mendorong untuk memiliki ketrampilan dan olah raga seperti menunggang kuda, renang, memanah, gulat dan perlombaan dengan segala macam oleh raga yang bermanfaat. j. Occupational medicine (Kesehatan kerja) Jaminan untuk menjaga upah pekerja, petani atau pembantu rumah tangga, menjaga buruh dari hal-hal yang membahayakan dalam bekerja, mengganti kerugian terhadap musibah (kecelakan) kerja, termasuk proses pengobatan, penyembuhan, tempat tinggal yang sehat, batas jam kerja, uang lembur pada setiap penambahan jam kerja dan memberikan upah sebelum kering keringatnya. k. Maternal and child health (Kesehatan ibu dan anak) Pemeliharaan kesehatan ibu secara umum, ibu yang sedang hamil atau yang sedang menyusui khususnya, tidak membebani dengan tugas- 18 tugas yang berat sebagaimana laki-laki dan tidak memberi tugas berperang di medan laga. Islam menganggap bahwa menyusui anak merupakan bagian dari perjuangan dan sama halnya dengan jihad kaum pria, sedangkan mati ketika sedang masa itu sama dengan orang yang syahid di medan pertempuran. Demi kesehatan anak dan untuk menjarangkan kelahiran, biasanya menyusui dilakukan sepanjang dua tahun penuh. 19 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Promkes dalam Islam merupakan salah satu media aplikatif sebagai seorang muslim. Seperti yang kita ketahui iman itu tidak sekedar di dalam hati dan dilisankan tetapi diaplikasikan. Dalam islam menyeru kepada kebajikan adalah orang yang mulia, menyeru masyarakat kepada hal yang sehat merupakan salah satu perintah Allah. Jadi sangatlah jelas bahwasnya secara tidak langsung promeks merupakan media Muslim untuk menegakkan agamanya. . 3.2 Saran a. Sebagai seorang muslim yang berada di bidang kesehatan sudah sepatutnya tidak membeda-bedakan antara ilmu kesehatan dengan agama, karena islam itu menyeluruh, memenuhi seluruh aspek kehidupan. b. Mentelaah ilmu kesehatan dengan berdasar Quran Hadits merupakan suatu kewajiban bagi kita umat muslim karena hakikat dari menuntut ilmu adalah mencari kebenaran dimana muara dari kebenaran itu adalah membenarkan kekuasaan Allah Yang Maha Esa. 20 DAFTAR PUSTAKA Purwati, Susi. 2010. Prinsip Metode Promosi Kesehatan, (online), (http://susipurwati.blogspot.com/2010/10/prinsip-metode-promosikesehatan.html diakses 12 September 2012). Dirwan Suryo Soularto. 2010. Petunjuk Kesehatan Dalam Alqur’an Dan AsSunnah. Disampaikan dalam “Kuliah Kedokteran Islam dalam Blok-5. Regulasi dan Metabolisme semester II”, FK UMY, 6 April 2010. 21