TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM Oleh: Kelompok 1: Andi Dokumalamo; Ulfa’atun Sholihah; Putri Nindia Aflakha; Novita Asna Wardati; dan Saleha Erlinda Abstrak: Pendidikan Islam telah hadir bersama dengan lahirnya agama Islam yang dibawa oleh Nabi SAW, pendidikan Islam tidak lain adalah bertujuan untuk membentuk pribadipribadi Muslim yang berkarakter Mulia, untuk mewujudkan pendidikan Islam yang bertujuan pada aspek karakter peserta didik maka wajib bagi para calon guru agama Islam untuk memahami apa saja tujuan yang ingin dicapai dalam proses pendidikan agama Islam yang dirujuk pada dasar dalil Al-Qur’an yang termuat dalam mata kuliah Tafsir Tarbawi kemudian sumber hukum Islam kedua yaitu Hadist Nabi SAW yang termuat dalam mata kuliah Hadist Tarbawi. Penulisan artikel ini akan mengkaji mengenai tujuan pendidikan Islam yang dirujuk kepada hadist-hadist Nabi SAW dalam pembahasan mata kuliah Hadist Tarbawi yang juga diselipkan dalil Al-Qur’an sebagai pelengkap, penyempurna serta pendukung terhadap hadist Nabi saw yang dikemukakan dalam penulisan ini. Kata kunci: Pendidikan Islam, Tujuan pendidikan Islam, Hadist Tarbawi Pendahuluan Agama Islam merupakan agama rahmatan lil’alamin, menyebarkan kedamaian dan kesejukan dimana saja ia tumbuh dan berkembang bagi seluruh umat manusia, baik yang meyakininya ataupun mengingkarinya, karena Islam adalah agama yang diturunkan langsung oleh Allah melalui wahyu yang diberikan kepada Nabi saw melewati Jibril as. Allah yang mencipta seluruh jagat raya maha pengasih lagi Maha mengetahui apa yang dibutuhkan oleh makhluk ciptaannya. Islam adalah agama yang mengandung seluruh nilai-nilai yang dibutuhkan oleh manusia dengan kata lain Islam adalah agama yang memanusiakan manusia hingga ia menjadi berbeda dengan para hewan. Namun pada kenyataannya begitu banyak umat islam yang mengabaikan nilai-nilai islam itu sendiri, kenapa demikian? Salah satu penyebabnya tentu adalah kurangnya penanaman nilai-nilai islam itu sendiri. maka dari itu pendidikan agama islam haruslah dimulai sedini mungkin, dengan cara memotivasi para pendidik untuk dapat merancang model belajar yang sesuai bagi para peserta didik. namun sebelum itu para pendidik harus terlebih dahulu mengetahui tujuan dari pendidikan agama islam. Tujuan pendidikan agama Islam ialah membentuk karakter mukmin yang berkualitas agar dapat mengolah bumi dengan baik sebagai khalifah Allah. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan Islam maka kita harus merujuk pada dasar agama Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadist Nabi SAW. Sebagaimana yang di-khabarkan oleh Nabi melalui para perawi hadist maka tujuan pendidikan Islam diantaranya ialah bertakwa kepada Allah, beriman dan berilmu serta berakhlak mulia. Orang tua dan guru yang berperan penting dalam proses pendidikan tentunya harus memahami dengan jelas apa saja tujuan dari pendidikan islam. dengan mengetahui tujuan pendidikan islam maka seorang pendidik setidaknya akan memiliki visi yang mendorongnya untuk menciptakan atau mengembangkan model pendidikan yang mengarah pada setiap aspek tujuan yang ingin dicapai. Mengurai Makna Tujuan Pendidikan Islam Dalam buku Hadist Tarbawi yang ditulis oleh Bukhari Umar M.Ag menyebutkan konsep tujuan pendidikan Islam menurut Umar Muhammad At-Taumi Ash-Shaibani ialah “perubahan yang diinginkan melalui proses pendidikan, baik dalam tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, kehidupan masyarakat, dan alam sekitar maupun pada proses pendidikan serta pengajaran itu sendiri. proses itu sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai proporsi dari profesi asasi dalam masyarakat”. (Umar Dalam Ash-Shaibani : 2012). Konsep tujuan pendidikan Islam oleh umar ini menunjukkan bahwa proses pendidikan akan dikatakan berhasil apabila terjadi atau adanya berubahan tingkah laku pada setiap diri para peserta didik selesai dari program pendidikan yang diberikan. Tujuan dalam bahasa Inggris disebut goal atau objektif. Tujuan adalah hasil yang diinginkan untuk waktu tertentu. Bedanya dengan misi ialah tujuan memiliki cakupan lebih kecil dan merupakan bagian dari misi. Jika misi disebut tugas, maka tujuan adalah tugas-tugas kecil yang merupakan bagian dari misi. Tujuan pendidikan Islam tentu sangat luas bahasannya karena itu untuk mengukur tujuan apa saja yang ingin dicapai, diperlukan rumusan tujuan pendidikan Islam yang jelas agar dapat menjadi bekal bagi para pendidik untuk dapat mengolah model belajar yang tepat bagi para peserta didik. Rumusan pendidikan Islam tentu dapat diambil dari sumber hukum utamanya yaitu Al-Qur’an dan Hadist Nabi Saw. Berikut ini akan dikemukakan hadist-hadist yang merujuk pada tujuan pendidikan Islam yang ingin dicapai. Di antaranya ialah: A. BERTAKWA KEPADA ALLAH َ َعنْ ابى هريرة رض ى هللا عنه سئل رسولْ هللا صلى هللا عليه وسلم من اكرم الناس قال اتقاهم هلل Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam ditanya tentang siapa orang yang paling mulia. Beliau menjawab, “Orang yang paling bertakwa kepada Allah.” (HR. Al-Bukhari) Hadits ini menunjukkan bahwa manusia yang paling mulia adalah yang paling tinggi tingkat ketakwaannya. Sikap takwa mengalahkan semua indikasi kemuliaan martabat yang lain. Simbol-simbol kemodernan dan kesejahteraan yang dimiliki oleh seseorang tidak dapat mengalahkan sikap takwa. Itu berarti bahwa kendatipun seseorang memiliki keterampilan menggunakan tenologi mutakhir dan memiliki kekayaan yang melimpah, tetapi apabila ia tidak bertakwa kepada Allah, maka ia sesungguhnya belum dapat dimasukkan ke dalam kategori orang yang paling mulia. Diriwayatkan pula dari Abu Malik Al-Asy’ari, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak memandang pangkat kalian, nasab kalian, fisik kalian, dan harta kalian. Akan tetapi, Dia memandang hatimu. Barangsiapa mempunyai hati yang shaleh, maka Allah akan berbelas kasih kepadanya. Kalian tidak lain adalah anak cucu Adam. Yang dicintai Allah di antara kalian adalah yang paling bertakwa.” Al- Maraghi menjelaskan ayat: ُ َ َ ُ َ ْاّلل أتقاكم ِْ ِإنْ أك َر َمكمْ ِعن َْد Artinya: “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu”. (Qs. Al-Hujurat: 13) Ayat diatas menjelaskan bahwasannya yang paling mulia di sisi Allah Azza wa Jalla dan paling tinggi kedudukannya di sisi-Nya di dunia dan akhirat adalah yang palig bertakwa. Jadi, jika engkau hendak berbangga maka banggakanlah takwamu. Artinya, barang siapa yang ingin memperoleh derajat yang tinggi maka hendaklah ia bertakwa kepada-Nya. B. BERIMAN DAN BERILMU Berkaitan dengan berilmu maka kita dapat merujuk hadist berikut: َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ُّ َ َ َ َ ْْالدن َياْف َعلي ِه ِْبال ِعل ِم َْو َمنْا َر َادْاْل ِخ َرةْف َعلي ِه ِْبال ِعل ِم َْو َمنْا َر َاد ُه ِماْف َعليْ ِه ِْبال ِعلْ ِ ْمْْ( َر َو ُاه منْاراد َ )ْال ُبخ ِارى َْو ُمس ِل ٌم “Barangsiapa yang menghendaki kebaikan di dunia maka dengan ilmu. Barangsipa yang menghendaki kebaikan di akhirat maka dengan ilmu. Barangsiapa yang menghendaki keduanya maka dengan ilmu” (HR. Bukhori dan Muslim). Jadi pada intinya hadits diatas menjelaskan bahwa jika seseorang menginginkan kebaikan di dunia, di akhirat dan kedua-duanya, harus dengan ilmu. Maka dari itu ilmu sangatlah penting bagi setiap orang. Dengan berilmu kita bisa mendapatkan kedua hal tersebut. ْ َّ َ ُ َّ َ َ َ َ َُْ ُ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ ُ ال َر ُس ْو َ ل ََْ َِ ُِ ُب ِِ ِلْ ِِ ِه ْ ٌْ ِم ِْ ْن:ُ َ عَ َل ِا: :َ ْهللا َعْ ِْ ِه ََ َس هللا صلى ق : عن ع ِل ٍّي ر ِض ي هللا عنه قال ِ َْ َ َّ ُ َ َ ) :ِ ْْْ عَد عَ ِف َع ِاب ٍّد (رَعه Dari Ali R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Orang-orang yang berilmu kemudian dia memanfaatkan ilmu tersebut (bagi orang lain) akan lebih baik dari seribu orang yang beribadah atau ahli ibadah. (H.R Ad-Dailami). Hadits diatas menjelaskan bahwa seseorang yang berilmu, mengamalkan ilmunya, berarti dia lebiha baik dari seribu orang yang beribadah atau ahli ibadah. َ َ َ ُ َّ َ ْ َ َ ُ ْ ْ َ َّ ُ َ ُ ال َر ُس ْو َ ل ع ْن َي ْسك َن:ِ َ َل َْت َب ِغ َِل َج ِاه ِل ع ْن َي ْسك َن َعلى َج ْه ِْ ِه َََل َِْ َل ِا: :َ ْهللا َعْ ِْ ِه ََ َس هللا صلى ق ِ ُ ْ َ َّ )َعلى ِعْ ِِ ِه ( َر ََعه عَط ْب َمع ِنى Rasulullah SAW bersabda : “Tidak pantas bagi orang yang bodoh itu mendiamkan kebodohannya dan tidak pantas pula orang yang berilmu mendiamkan ilmunya” (H.R Ath-Thabrani). Hadits ini menejelaskan bahwa orang yang bodoh tidak pantas membiarkan kebodohannya tanpa ada usaha untuk merubah kebodohannya menjadi orang yang berilmu. Orang bodoh harus berusaha merubah kebodohannya, agar dia mempunyai ilmu. Sedangkan orang yang berilmu harus mengamalkan ilmunya, tidak boleh hanya menyimpan ilmu tersebut, karena sesungguhnya orang berilmu dan mengamalkan ilmunya, maka ilmu dia akan bertambah. Kemudian berkaitan dengan iman, maka kita dapat melihatnya pada hadist berikut: َل أسأل, ْارسول هللا !قل لي في عَلسالم قوَل: قْت: عن سُِان بن عبد هللا رض ي هللا عنه قال :ْ ”رَعه ْس: عسِق:قل آْنت باهلل ث: “قال. عنه أحدع غٌمك؟ Sufyan bin Abdullah Ats-Tsaqafi meriwayatkan bahwa ia berkata kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, katakanlah kepada saya sesuatu tentang Islam yang tidak akan saya tanyakan lagi sesudah engkau.” Nabi berkata, “Katakanlah, ‘saya beriman kepada Allah.’ Lalu tetapkanlah pendirianmu.” (HR. Muslim dan Ahmad) Dari hadist di atas maka kita dapat melihat bahwa beriman kepada Allah serta istiqamah pada pengakuan keimanan adalah suatu hal yang cukup dan memadai bagi seorang muslim. Beriman menjadi suatu tujuan dalam pendidikan Islam seorang guru harus mampu merancang model belajar agar peserta didik memiliki iman yang kuat dan serta teguh pendiriannya untuk dapat selalu melaksankan tututan iman tersebut. oleh karena itu segala aktivitas pendidikan agar di arahkan meenuju terbentuknya pribadi-pribadi yang beriman. Karena seoarng beriman akan memperoleh drajat yang tinggi baik di dunia terlebih di akhirat, sebagaimana hadist berikut Abu Sa’id Al-Khudrhi ra meriwayatkan Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya penduduk surga melihat penghuni tempat yang tinggi di atas mereka seperti mereka melihat bintang yang berada di penjuru Timur dan Barat karena keutamaan mereka.” Sahabat bertanya, “Ya Rasulullah apakah itu tempat para nabi yang tidak bisa dicapai oleh orang lain?” Beliau menjawab, “Bisa, demi Dzat Yang Menggenggam diriku. Mereka itu adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan membenarkan para Rasul.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, dan Ahmad) Dari hadist ini kita dapat menyimpulkan betapa Allah akan memuliakan hamba-hambanya yang memiliki keimanan serta sungguh-sungguh dalam menjaga dan meningkatkan keimanannya kepada-Nya dan kepada rasul-Nya. Dalam beberapa surah Al-Qur’an Allah menerangkan ciri-ciri hamba yang beriman, diantanya dalam surah Al-Anfal (8): 2-3, 74; An-Nur (24): 62; AlMu’minun (23); 2-9, dan Al-Hujurat (49); 15. Ciri-ciri itu ialah, hatinya bergetar saat mendengar Nama Allah, imannya bertambah dengan mendengar ayat-Nya, bertawakkal hanya kepada-Nya, mendirikan shalat dengan khusyuk, menunaikan zakat, sopan dan patuh kepada kepada Rasulullah, menjaga kehormatan dari yang haram, memelihara amanah, menepati janji, menjauhkan diri dari perkataan dan perbuatan sia-sia, membantu orang-orang yang beriman serta suka berinfak. Dengan begitu kita dapat mengetahui Seorang yang beriman dan kuat keimanannya akan memperoleh kemuliaan di dunia dan di akhirat. Maka dari itu beriman menjadi suatu tujuan dasar yang harus diusahakan bagi setiap pendidik agar segala proses dan aktifitas pendidikan dapat berorientasi pada terbentuknya pribadi-pribadi muslim yang beriman. C. BERAKHLAK MULIA Setelah dijelaskan panjang lebar serta begitu mendalam mengenai tujuan pendidikan islam di pembahasan pertama dan kedua, maka pada pembahasan ketiga ini kami akan menjelaskan mengenasi tujuan pendidikan islam yang selanjutnya yaitu, tujuan berakhlaq mulia. Berkaitan dengan pembahasan pertama dan kedua maka dapat di ketahui itu merupakan hal yang mendasar, demi tercapai nya tujuan pendidikan islam. Secara bahasa akhlaq bentuk jamak dari kata khuluq yang berarti budi pekerti, perangai dan tingkah laku. Sedangkan menurut istilah akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang dengannya tampak macam-macam tingkah laku baik ataupun buruk tanpa di sengaja ataupun membutuhkan pemikiran dan pertimbangan untuk melakukannya. Berkenaan dengan akhlak mulia sebagai tujuan pendidikan, dapat dilihat dari hadishadis beriku صالح عَلْْق:إنِا ِلثت ألت Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.” (HR. Al-Baihaqi) Jabir bin Abdullah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “sesungguhnya Allah mengutusku dengan tugas membina kesempurnaan akhlak dan kebaikan pekerjaan.” (HR. Ath-Thabrani) Abdullah bin Amru berkata, “Nabi saw bukan seseorang yang keji dan tidak bersikap keji,” Beliau bersabda , “Sesungguhnya yang terbaik di antara kamu adalah yang paling baik akhlaqnya.” (HR. Al-Bukhari). Abdullah bin Amru berkata, “Nabi saw bukan seseorang yang keji dan tidak bersikap keji,” Beliau bersabda , “Sesungguhnya yang terbaik di antara kamu adalah yang paling baik akhlaqnya.” (HR. Al-Bukhari). Dari hadits tersebut dengan tegas bahwa misi utama Rasulullah memperbaiki akhlak manusia. Dengan kata lain dapat di pahami bahwa pemimpin cermat ialah pemimpin yang dapat mencetak pemimpin yang baik, dengan maksud inilah Rasulullah menanamkan dan menghiasi dirinya dengan akhlaq yang mulia dan menganjurkan agar umatnya senantiasa menerapkan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu penanaman tujuan pendidikan itu sendiri menjadi penting, agar dapat tercapainya insan yang sesuai dengan harapan tujuan pendidikan itu sendiri. Hubungan yang dapat kita ketahui, ketika tali hubungan dengan Allah swt terjalin dengan baik, maka dapat diterjemahkan secara nyata menjadi tali hubungan dengan manusia. Dapat di terjemahkan ketika penanaman tujuan pendidikan mengenai bertakwa kepada Allah maka berdampak juga pada akhlaq mulia sesama manusia dalam artian menebarkan tingkah laku yang baik. Tak bisa di pungkiri lagi bahwa, akhlaq merupakan cerminan dari keimanan seseorang. Dalam buku Tafsir tarbawi dituliskan rumusan tujuan pendidikan oleh para ahli mengenai maksud-maksud hadis yang telah diuraikan di atas. Rumusan itu ialah sebagai berikut; 1. Tujuan pendidikan islam adalah terbentuknya insan kamil yang di dalamnya memiliki wawasan kaffah agar mampu menjalankan tugas-tugas kehambaan, kekhalifaan dan pewaris para nabi. 2. Rumusan tujuan hasil keputusan seminar pendidikan Islam se-Indonesia tanggal 7 s.d. 11 Mei 1960 di Cipayung, Bogor; Tujuan pendidikan Islam adalah menampakkan takwa, akhlak, serta menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berpribadi dan berbudi luhur menurut ajaran islam. 3. Rumusan tujuan pendidikan Islam yang dihasilkan dari Seminar Pendidikan Islam sedunia tahun 1980 di Islamabad bahwa pendidikan seharusnya bertujuan mencapai pertumbuhan yang seimbang dalam kepribadian manusia secara total melalui pelatihan spiritual, kecerdasan, rasio, perasaan, dan panca indra. Oleh karena itu, pendidikan seharusnya melayani pertumbuhan manusia dalam segala aspek yang meliputi aspek spiritual, intelektual, imajinasi fisik, ilmiah, serta linguistik – baik secara individu maupun kolektif, sekaligus memotivasi semua aspek tersebut menuju kebaikan dan kesempurnaan. Adapun tujuan akhir pendidikan bertumpu pada terealisasinya ketundukan kepada Allah baik dalam tingkat individu, komunitas, maupun manusia secara luas. DAFTAR PUSTAKA Umar, bukhari. 2012. Hadis Tarbawi. Jakarta: AMZAH