Ika Fitrianingrum (3401413006) Siti Fatimah (3401413007) Uke pramudita (3401413018) Sekar Arum (3401413026) Anisa Mar’atusholehah (3401413027) Inggit Silvia (3401413029) Lenni Novitasari (3401413038) Renny Ayuningsih (3401413041) Mita Puspita Sari (3401413045) Muhammad Zuhad Rifqi (3401413047) Ayustya Citarestu (3401413060) Siti farikha (34014130) Nur Ayu Istiqomah Cahya N (3401413062) Riwayat Hidup dan Perjalanan Karir • Clifford Geertz dilahirkan di San Fransisco, California pada tahun 1929. Setelah itu dia masuk di Antioch Collge, Ohio, dan pada tahun 1950 meraih gelar B.A di bidang filsafat dari Antioch College, kemudian melanjutkan studinya di bagian antropologi Universitas Harvard. Studi lapangan geertz menjadi pijakan dasar dalam riset-riset antropologi di Inggris dan Amerika. • Pada tahun ke dua di Harvard bersama istrinya, Geertz mempelajari masyarakat yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan agama di pulau Jawa dan meraih gelar doktor di bidang Antropologi dan Departement of Social Relation tahun 1956. • Berikut karya buku yang telah dibuat oleh Clifford Geertz. Tahun 1960 Bukunya berjudul The Religion of Java, Tahun 1963 Agricultural Revolution dan Peddlers and Princes, Tahun 1965 The Social History of an Indonesian Town, Tahun 1968 Islam Observed, Tahun 1980 Meaning and Order in Morocean, Tahun 1973 The Interpretation of Cultures, Tahun 1983 Local Knowledge. • Pengaruh perkembangan agama dan kebudayaan; tradisi antropologi Amerika dan persepektif ilmu sosial yang dipengaruhi oleh Talcot Parson. • Sekitar awal abad ke-20, Tylor dan Frazer menawarkan grand theory berdasarkan studi komparasi. • Evan-Pritchard berpandangan bahwa teori general harus didasarkan pada studi etnografi yang mendalam secara bertahun-tahun. • Boas, Krober, dan Lowie menciptakan model penelitian profesional yakni studi lapangan. • Geertz menyakini dasar antropologi adalah etnografi yang memusatkan pada satu masyarakat. Untuk masuk dalam kehidupan suatu masyarakat harus melalui strukturstruktur sosial di dalamnya, seperti keluarga, pola kekeluargaan dan klan. • Pendekatan Sosiologi Prancis : kebudayaan merupakan sikap sekolompok komunal yang berasal dari kesadaran individu dalam kelompok • Pendekatan Sosiologi Amerika : kepribadian sesorang tercermin pada kebudayaannya, kebudayaan adalah tempat individu mengambil pelajaran dalam hidup • Max Weber – Talcot Parson – Clifford Geertz • Weber adalah seorang antropolog Jerman yang amat berpengaruh pada kemajuan ilmu antropologi pada masanya. Ia dapat mempertemukan konsep dan teori abstrak menjadi mudah dipahami. • Ia menghubungkan ekonomi kapitalis dengan semangat protestan, bertanggung jawab atas metode versthen yang mengkaji ide-ide manusia dengan perilaku dalam sistem sosial. • Parson adalah yang menerjemahkan seluruh karya Weber dan memperkenalkannya pada Antropolog Amerika yang selanjutnya ditemukan pesamaan dalam pendeketan interpretatif Geertz terhadap kebudayaan. • Weber memberitahu bagaimana memahami suatu kebudayaan, sementara Parson menunjukan di mana kebudayaan dapat ditemukan. • Bagi Parson, kebudayaan adalah sesuatu yang riil dan permanen yang objektif dan berakibat langsung pada perasaan seseorang namun memiliki eksistensi di luar diri orang tersebut. Sistem simbolisi ini merupakan hasil kesepakatan yang diyakini segenap masyarakat. • Selanjutnya, Geertz secara terang-terangan meyakini ide tentang kebudayaan adalah sistem simbol-simbol yang objektif. Ilmu Sosial Interpretatif: Prinsip dan Pedoman • Weber, Parson serta antropolog Amerika telah mendasari Perspektif Geertz. • Merujuk pada tulisan-tulisan Geertz sendiri, terutama esai-esai teoritis dan tulisan-tulisan lain yang dipublikasikan dimasa-masa kejayaan karirnya, antara tahun 1960-1970. • Contoh kasus dimana Geertz menerapkan perspektifnya kepada masalahmasalah actual agama. Kebudayaan dan Interpretasi • Tahun 1973 Geetrz mempublikasikan kumpulan esainya. • Kunci untuk memahami kata kebudayaan ialah ide tentang makna. • Menurut Geertz bahwa etnografi dan antropologi secara umum selalu melibatkan “lukisan mendalam”. • Kebudayaan bukanlah sesuatu yang fisik, sehingga ketika antropolog melakukan studi mereka harus mencoba merekonstruksi masyarakat tersebut. • Antropolog interpretatif yang diteliti selalu merupakan proses perkiraan terhadap makna, memetakan pemikiran dan melukiskan kesimpulan. • Memfokuskan perhatianya pada miniatur etnografi, subjek dalam skala kecil TAFSIR KEBUDAYAAN DAN AGAMA • Geertz melihat agama sebagai fakta kultural sebagaimana adanya dalam kebudayaan Jawa, bukan hanya sekedar ekspresi kebutuhan sosial atau ekonomis (walaupun kedua hal ini juga sering diungkap oleh Geertz). • Kebudayaan digambarkannya sebagai “sebuah pola makna-makna atau ide-ide yang termuat dalam simbol-simbol yang dengannya masyarakat menjalani pengetahuan mereka melalui simbol-simbol itu”. • Geertz memandang agama sebagai satu sistem kebudayaan merupakan yakni agama merupakan satu sistem simbol yang bertujuan untuk menciptakan perasaan dan motivasi yang kuat, mudah menyebar, dan tidak mudah hilang dalam diri seseorang dengan cara membentuk konsepsi tentang sebuah tatanan umum eksistensi dan melekatkan konsepsi ini kepada pancaran-pancaran faktual, dan pada akhirnya perasaan dan motivasi ini akan terlihat sebagai suatu realitas yang unik. • • • • Pertama, yang dimaksud Geertz dengan “sebuah sistem simbol” adalah segala sesuatu yang memberi seseorang ide-ide. Kedua, saat dikatakan bahwa simbol-simbol tersebut “menciptakan perasaan dan motivasi yang kuat, mudah menyebar dan tidak mudah hilang dalam diri seseorang”. Geertz ingin menyatakan bahwa agama mencoba memberikan “penjelasan hidupmati” tentang dunia. Geertz menjelaskan bahwa studi apa pun tentang agama akan berhasil bila telah menjalani dua langkah yaitu seseorang harus mulai dengan menganalisa seperangkat makna yang terdapat dalam simbol-simbol keagamaan itu sendiri dan hal ini adalah tugas yang paling sulit. Penafsiran Tentang Agama: Agama Masyarakat Bali • Artikel Internal Coversion in Contemporary Bali yang terbit pada tahun 1964 diawali dengan sebuah ide yang dulunya telah ditawarkan Weber. • Weber membedakan dua tipe agama, yakni: 1. Agama Tradisonal → agama Magis → masy primitif →penuh politeisme 2. Agama Rasional → the biggest religion in the world → Yahudi (Tuhan Ynag Esa), China (Tao, way of nature), India(Brahma) → abstrak dan logis Agama Masyarakat Bali • Agama Bali ini mayoritas Hindu, namun bukan mistisisme India. • Agama Bali bermuatan nilai-niulla poloteisme dan mitologi masyarakat setempat. Agama Bali (menurut Weber) termasuk kedalam agama tradisisonal. • Masyaraktanya tidak memiliki ide tentang Tuhan, namun mereka tetap meyakini dan menjalankan upacara/ritual yang mesti dilaksanakan. • Namun sepengamatan Geertz, Bali mengalami perubahan seiring dengan perkembangan di era modern ini. Perkembangan desa menjadi kota dan pertumbuhan penduduk masyarakat Bali. • Dalam pengamatan Geertz pula telah dijumpai fenomena agama modern yang terjadi dalam agama Bali. Antara lain adalah suatu diskusi yang dilaksanakan untuk menggelar suatu upacara. • Dapat kita lihat, masyarakat Bali akan mengalami perubahan yang dinamis. Islam observesed Geertz menyatakan dengan cukup ambisius bahwa tujuannya adalah mendapatkan framework general untuk keperluan analisis perbandingan agama dan mengaplikasikannya kedalam satu kepercayaan saja Model Islam Klasik • Maroko tumbuh sebagai negara muslim diantara empat negara yang terletak di Afrika Utara semenjak tahun 1050-1450. ketika masyarakatnya didominasi oleh suku-suku agresif dari gurun-gurun pasir dan pedagang pedagang fanatik dari kota • Di indonesia , islam masuk lebih lambat dibandingkan maroko dan juga muncul dalam sosok yang berbeda . Perbedaan islam di indonesia dengan maroko • Di indonesia islam dapat berbaur dengan masyarakat Hindu-budha dan kepercayaan animistik diwilayah yang sama. Islam berkembang secara fleksibel, mampu beradaptasi,menyerap nilai-nilai lokal ,pragmatis dan gradual serta menjelma menjadi gradual,liberal dan akomodatif. • Di maroko islam tidak kenal kompromi, keras, fundamental dan agresif. Sosok islam ini sangat perfeksionis,dan puritan. Menurut GEERTZ • Karakteristik kesadaran religius ini “keras” dan disatu pihak lain “rileks” dinamakan geertz dengan model klasik dari islam yang ada dikedua negara tersebut. Keduanya samasama bersifat mistik. Karena mereka mengaku menemukan kebenaran agama melalui kontak langsung dengan tuhan. • Di indonesia terdapat legenda sunan kalijaga yang menjadi pahlawan pembawa islam ke tanah jawa • Di maroko dapat dilihat dengan baik dari kisah hidup wali yang bernama sidi lahsen lyusi generasi terakhir marabouth yang hidup sekitar tahun 1600-an • Model islam klasik di maroko dan di indonesia membawa masyarakat kepada perasaan tentang kehadiran tuhan secara langsung.tapi kisah-kisah wali tersebut, walaupun samasama berbau mistik, menunjukkan bentuk yang berbeda karakter pasif dan illuminasionis sunan kalijaga sangat kontras dengan agresivitas marabouth dari lyusi. Tantangan Para Skriptualis • Islam di Indonesia dan Maroko menghadapi masalah utama yaitu penguasa kolonial dan tantangan modernisasi. • Islam skriptualis di indonesia dan Maroko melatarbelakangi pada perjuangan kemerdekaan yang terjadi selama bertahuntahun pada abad ke-20. • Dalam analisis Sukarno dan Muhammad V bahwa dibanding corak skriptualis, islam corak klasik menawarkan harapan kesuksesan yang lebih besar. Kesimpulan: Pandangan Hidup dan Etos • Kesamaan signifikansi historis yang bisa ditarik dari kasus Islam di Indonesia dan Maroko terdapat dalam esai Religion as Cultural System. Persamaan 1. Datangnya semangat nasionalisme dan skriptualis membawa tantangan yang serius bagi Islam klasik ini, memunculkan keraguan pandangan hidup dan etos, sehingga menimbulkan rasa ketidakpastian dalam masyarakat dan keraguan pada diri mereka sendiri. 2. Kesadaran sekuler mulai merasuki lewat sains, industri, universitas, dan golongan profesional. 3. Terjadi erosi terhadap etos. Perbedaan • Islam Observed memberikan ilustrasi yang sangat baik tentang pendekatan Gertz terhadap agama terutama karena tindakan “diam” nya. 1. Maroko dan Indonesia sama-sama penduduk mayoritas Islam, namun tema sentral diskusinya adalah untuk melihat lebih jauh perbedaan bangsa tersebut dalam cita rasa, karakter, dan tekstur Islam yang dimunculkan. 2. karakter makna yang ditekankan adala lukisan mendalam dari agama yang dimaknai secara signifikan oleh para penganutnya sendiri. 3. apa pun perbedaan Maroko dan Indonesia sama-sama tidak bisa membendung keraguan yang ditimbulkan oleh skriptualis dan sekulerisme. ANALISA Karya Geertz sebagai seorang interptreter keagamaan dengan dua catatan: 1. Geertz dan Teoritikus lain Geertz memakai pemikiran yang juga dipegang oleh Evans-Pritchard dan Eliade. dia menolak penjelasan fungsionalis-reduksionis terhadap agama dan seluruh penjelasan dalam sistem kebudayaan manusia yang sangat bertentangan dengan Marx, Freud dan Durkheim. 2. Antropolog Interpretatif. Geerz terkenal dengan etnografinya yang sangat mahir sekaligus teoritikus. etnografi Geertz secara tidak langsung juga mendukung titik fokus teori interpretifnya. Geertz berbeda dengan ilmuwan lainnya dia mengatakan bahwa etnografi yang dia terapkan dan juga disiplin yang dikuasainnya tidak akan pernah membuat sebuah teori umum. inti metodenya adalah partikularitas. Kritikan ini ditujukan kepada GEERTZ (Disiplin Ilmu). Banyaknya menggunakan bahasa penuh dengan metafora, analogi, dan kiasankiasan. Dengan ciri khas penggunaan bahasa yang demikian membuat Geertz dirasa istimewa. Keraguan Geertz dalam memahami bahwa antropologi itu sains atau bukan. 1. Antropologi Sebagai Sains • Geertz dalam mengenalkan antropologi (interpretatif), ia menyatakan tidak kepeduliannya terhadap antropologi termasuk sains atau tidak. • Dalam “Thick Description” Geertz dengan terang bahwa analisisnya terhadap kebudayaan BUKAN bersifat mencari SATU HUKUM, namun menemukan apa arti sebuah MAKNA. • Paul sankman (Kritikus Utama Geertz) => klaim-klaim Geertz mereduksi dirinya sendiri menjadi sekedar orang yang pandai bermain kata-kata. • Geertz beranggapan bahwa “science” dimaknai bila selalu identik dengan hukum prediktif seperti ahli fisika berbicara hukum gravitasi dan ahli biologi tentang pembelahan sel, namun Geertz akan menambahnya dengan anggapan “scientia” (bahasa latin) juga dapat berarti bangunan ilmu pengetahuan yang sistematis. • Seorang ahli etnografi dapat bekerja secara saintik, sebab konklusi dinyatakan sebagai kemungkinan dalam masalah kemanusiaan, tidak seperti kepastian dalam hukum fisika atau biologi. 2. Menafsirkan Agama Pembedaan agama yang bisa ditemukan sepanjang sejarah manusia menurut Weber: 1. Agama Tradisional Agama tradisional atau yang disebut Weber sebagai Agama Magis ialah agama yang identic dengan masyarakat primitive, kehidupan mereka dipenuhi dengan warna politeisme. 2. Agama Rasional Berbeda dengan agama tradisional, agama rasional ini disebut sebagai agamaagama besar dunia, seperti Yahudi, Confusius dan Hindu di India. Agama Rasional ini adalah abstrak dan logis. Pertemuan dengan Tuhan dalam agama rasional diusahakan lewat pengalaman spiritual. Perbedaan mendasar agama tradisional dan agama rasional • • • • • • Agama Masyarakat Bali Agama Bali memuat nilai-nilai politeisme dan mitologi masyarakat setempat dan jika dilihat dari perspektif Weber maka dikategorikan sebagai agama tradisional. Kebanyakan masyarakatnya tidak memiliki ide tentang Tuhan yang akan mereka sembah, tapi mereka tetap meyakini upacara-upacara tertentu yang mesti dilaksanakan sebelum melakukan pekerjaan. Masyarakat Bali terkenal dengan system kasta, yang mana Kasta tertinggi terutama pendeta memiliki hak untuk menunjuk kasta yang lebih rendah dijadikan sebagai pengikut (Klien). Agama tradisional mereka bias bertahan selama berabad-abad tanpa disentuh oleh pengaruh-pengaruh agama rasional. Dalam kebudayaan tradisional tidak dikenal diskusi-diskusi yang biasanya dilakukan oleh agama rasional. Masyarakat memiliki ‘kementrian agama’, yang murni Bali dan diyakini mendapat restu dari pendeta Brahmana dan memberika otoritas penuh kepada sekelompok pendeta untuk melakukan upacara keagamaan.