Abstrak.Asam lemak essensial sangat diperlukan

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
ANALISIS KANDUNGAN ASAM LEMAK OMEGA-3 DAN 6 PADA BAGIAN KEPALA DAN
BADAN IKAN LELE (CLARIAS Sp) MELALUI REAKSI ENZIMATIS
Erin Ryantin Gunawan, , Dedy Suhendra, Sri Seno Handayani, Lely Kurniawati, Murniati, Nurhidayanti
Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Mataram, Jl. Majapahit No. 62 Mataram, NTB
Corresponding author , email: erinryantin@unram. ac. id
Abstrak.Asam lemak essensial sangat diperlukan oleh janin dan bayi untuk perkembangan
otak dan daya tahan tubuh terhadap penyakit serta perkembangan indra penglihatan dan
sistem kekebalan tubuh bayi dan balita. Ikan merupakan salah satu gizi yang mengandung
asam lemak yang kaya akan manfaat, karena mengandung sebagian kecil asam lemak jenuh
dan sebagian besar asam lemak tak jenuh. Contoh asam lemak essensial adalah asam lemak
Omega-3 yaitu asam eikosapentaenoat atau EPA (C20:5) dan asam dokosaheksaetanoat atau
DHA (C22:6) dan salah satu contoh asam lemak omega-6 yaitu asam linoleat (C18:2). Ikan
Salmon, Tuna, Hering dan Mackerel adalah jenis ikan dengan kandungan asam lemak
esensial yang tinggi akan tetapi mempunyai harga yang mahal. Sehingga suplemen makanan
yang diekstrak dari ikan-ikan tersebut akan mempunyai harga yang mahal. Ada beberapa
jenis ikan dengan harga ekonomis dan mengandung cukup banyak kandungan asam lemak
esensial bahkan terdapat pada bagian kepala dari ikan yang biasanya jarang dikonsumsi.
Kepala ikan yang biasanya tidak termanfaatkan adalah bagian kepala dari ikan Lele atau
Clarias Sp. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk membandingkan kandungan asam
lemak omega-3 dari bahan terbuang seperti dari kepala ikan lele dan pada bagian badan
ikan lele. Tahapan penelitian meliputi ekstraksi, transesterifikasi enzimatis dan analisis
menggunakan GC-MS. Dari hasil analisis didapatkan kandungan asam lemak omega-3 pada
bagian kepala ikan lele berturut-turut adalah DHA 0,71% dan EPA 1,55%. Asam lemak
omega-6 atau asam Linoleat 0,37%. Untuk bagian badan ikan lele terdapat DHA 0,68% dan
EPA 0,43%, asam linoleat 0,39%. Dari data ini terlihat bahwa bagian yang tidak
termanfaatkan yaitu bagian kepala dari ikan Lele mempunyai kandungan omega-3 dan 6 yang
hampir setara dengan bagian badan, bahkan untuk kadar omega-3 pada bagian kepala ikan
lele sedikit lebih tinggi daripada bagian badan ikan Lele.
Kata Kunci: Clarias Sp., asam lemak omega-3, asam lemak omega-6, enzim lipase.
D-1
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
dibandingkan dengan cara kimiawi. Beberapa
keunggulan dari cara enzimatik adalah jumlah
enzim yang digunakan tidak dalam jumlah
yang banyak dan dapat digunakan beberapa
kali (reusability), ramah lingkungan dan dapat
bekerja pada suasana netral daengan suhu
kamar. Cara ini juga memungkinkan untuk
kemudahan dalam pemurnian hasil.
Berdasarkan latar belakang di atas
maka telah dilakukan penelitian untuk
menganalisis kandungan asam lemak esensial
terutama pada ekstrak minyak ikan Lele
(Clarias Sp) pada bagian kepala yang biasanya
tidak dikonsumsi dan pada bagian badan.
Analisis dilakukan melalui reaksi enzimatis
dan dikarakterisasi dengan TLC/KLT dan GCMS.
PENDAHULUAN
Ikanmerupakansalahsatugizi
yang
mengandungasamlemak
yang
kaya
akanmanfaat,
karenamengandungsebagian
kecilasamlemakjenuhdan
sebagian
besar
asamlemaktakjenuh. Asamlemaktakjenuhganda
(polyunsaturated fatty acid/ PUFA) yang
terdapat dalam ikan akanmembantu proses
tumbuhkembangotak
(kecerdasan),
sertaperkembanganindrapenglihatandansistemk
ekebalantubuhbayidanbalita. Sebagian asam
lemak tak jenuh ada yang disebut asam lemak
omega-3.
Asam-asamlemakalami yang
termasukasamlemak
Omega-3
adalahasamlinolenat
(C18:3
w3),asameikosapentaenoatatau EPA (C20:5 w3), asamdokosaheksaetanoatatau DHA (C22:6
w-3)[1] (Marinetti,1990) ,adapun yang
lebihdominandalamminyakikanadalah
DHA
(asamdokosaheksaetanoat)
dan
EPA
(asameikosapentaenoat).
Omega3banyakdijumpaipadaberbagaiproduklaut,
seperti alga danikanlaut.Ikanlautseperti salmon,
tuna,
heringdan
mackerel
adalahikandengankandungan
omega-3
tinggiakantetapiikanikaninimerupakanikandengannilaiekonomi
yang tinggi. Sehinggaminyakikan yang
dihasilkanmenjadi
mahalharganya.
Ada
beberapa
jenisikandenganhargaekonomismengandungcu
kupbanyakkandungan omega-3
bahkan
omega-3 terdapat pada bagian kepala dari ikan
yang biasanya jarang dikonsumsi. Kepala ikan
yang biasanya tidak termanfaatkan adalah
bagian kepala dari ikan Lele
Ikan lele merupakan salah satu jenis
ikan air tawar komersial yang populer sebagai
ikan budidaya. Ikan lele termasuk dlam kelas
Pisces dan family Claridae dengan nama
spesies yakni Clarias Sp. . Kandungan lemak
pada ikan lele dalam berat kering adala h
sekitar 8%. [2] Khairiman, 2008
Komposisi asam-asam lemak yang terdapat
dalam minyak dan lemak dapat dianalisis
melalui reaksi esterifikasi secara enzimatis
yang di katalisis oleh enzim lipase
[3](Gunawan dan Suhendra,2008). Reaksi
enzimatik mempunyai berbagai keunggulan
METODE PENELITIAN
Alat
Alat-alat yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah Gelas kimia, Labu
takar, Erlenmeyer, Corong gelas, Gelas ukur,
Vakum, Rotaryevaporator, Corong pisah,
Soxlet, MagneticStirrer, Buret, Pipet tetes,
pipet volume, Pemanas electric, Oven,
Desikator, Kolom Kromatografi, Statif dan
klem, Termometer chamber, Termometer,
Batang pengaduk, GCMS.
Bahan
Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah ikanlele, n-heksan,
natrium sulfat anhidrat, plat KLT, dietil eter,
kertas saring, enzim lipase, trigliserida standar,
asam lemak standar, KOH, etanol, HCl, CCL4,
Na2S2O3, KI. Larutan Hanus, Kanji.
Preparasi Sampel
Sampel ikan lele dicuci bersih dan untuk
memudahkan ekstraksi, ikan lele tersebut di
pisahkan antara kepala dan badannya. Bagian
kepala dan ikan dihaluskan kemudian diukur
kadar airnya.
Ektraksi trigliserida/minyak ikan
D-2
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
Sampel ditimbang kemudian dibungkus
dengan kertas saring dan diikat agar bungkusan
tidak terlepas. Sampel yang sudah diblender
ditimbang kemudian dimasukkan kedalam alat
soxletasi, ditambahkan 250 ml heksan dan
diekstraksi selama 6 jam berturut-turut. Hasil
ekstraksi (fraksi heksan) yang berupa minyak
dan heksan dipisahkan dengan menggunakan
rotary evaporator. Penguapan dilakukan
dengan suhu 40°C
berwarna biru tepat hilang setelah diaduk.
Perlakuan dibuat sama untuk larutan blangko
Transesterifikasi enzimatik
Etanol absolut ditambahkan ke dalam
trigliserida bagian kepala dan badan dengan
perbandingan 1:2. Setelah itu masing-masing
ditambahkan 0,2 gram enzim lipase dalam
bentuk Lipozim dan 10 ml n-heksan..
Kemudian diletakkan dalam water bath shaker
selama 24 jam pada suhu 40°C dan 150 rpm.
Setelah
itu
dianalisis
dengan
alat
spektrofotometer GC-MS.
Identifikasi trigliserida/minyak ikan
Diatas plat KLT, minyak ikan yang
diperoleh di bandingkan dengan standar
minyak ikan. Minyak yang di peroleh dari hasil
ekstraksi dan standar minyak ikan di totol
masing masing pada plat KLT pada jarak ± 1
cm dari bagian bawah plat KLT. Kemudian
plat dicelupkan dalam chamber yang berisi
eluen n-heksan dan dietil eter dengan
perbandingan 8,5 : 1,5. Selanjutnya ditentukan
harga Rf dari sampel dan standar.
Analisis dengan GC-MS
Analisis asam lemak omega 3 dan 6
yang terkandung dalam trigliserida/minyak
ikan dengan menggunakan GC-MS produksi
Shimadzu Model GCMS-QP2010 Ultra (
Jepang), kolom Rt-X 5 ms 30 m crossbond 5%
diphenil/dimethyl polysiloxane 0,25 mm ID
(restek).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Bilangan Penyabunan
Minyak sebanyak ± 2 gram dimasukkan
kedalam labu alas bulat 500 ml yang
dihubungkan dengan pendingin. Kemudian
ditambahkan 25 ml KOH dalam etanol 0,5 N
dan batu didih. Campuran direfluks selama 60
menit. Setelah campuran dingin kemudian
dititrasi dengan menggunakan larutan HCL 0,5
N hingga warna jingga dari indikator hilang.
Perlakuan dibuat sama untuk larutan blangko
Preparasi Sampel
Sampel ikan lele
dipisahkan
Bagiankepala dan badan ikan lele dan
dibersihkan kemudian dihaluskan dan diukur
kadar airnya. Metode penentuan kadar air yang
digunakan ini adalah metode gravimetri Hasil
penentuan kadar air menunjukkan rata-rata
kadar air kepala ikan lele (60%) lebih kecil
dibandingkan badan ikan lele (74%). Ini
dikarenakan bagian kepala ikan sebagian besar
terdiri dari bagian yang keras/batok kepala
yang kurang mengandung air. Pada ikan secara
umum biasanya kandungan air ditambah lemak
sama dengan 80% dan apabila kadar lemak
semakin tinggi maka kadar air semakin rendah
[4](Sudarmaji, 2003)
Uji Bilangan Iod
Minyak sebanyak 2 gram dimasukkan kedalam
labu alas bulat yang dihubungkan dengan
pendingin. Ditambahkan 15 ml CCL4 untuk
melarutkan minyak dan 25 ml hanus (10 gram
iodin monobromide dalam 500 ml asam asetat),
aduk hingga bercampur semua. Campuran
dibiarkan dalam tempat gelap selama 60 menit.
Setelah itu tambahkan 20 ml larutan KI 15%
dan ditambahkan 100 ml aquades yang telah
didihkan dan segera dititrasi dengan larutan
Na2S2O3 0,1 N sampai larutan berwarna kuning
pucat, kemudian ditambahkan 4 ml larutan
kanji dan dititrasi kembali sampai larutan
Ektraksi trigliserida/minyak ikan
Pada ekstraksi minyak dan badan ikan
lele digunakan metode soxhletasi. Pemilihan
metode soxhletasi dilakukan berdasarkan
keunggulan metode ini jika dilihat dari waktu
serta jenis pelarut yang digunakan. Waktu yang
D-3
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
digunakan relatif singkat dan pelarut yang
digunakan juga lebih sedikit jika dibandingkan
dengan metode maserasi perkolasi serta proses
yang
terjadi
merupakan
proses
berkesinambungan [5](Sarker et al , 2005).
Minyak/trigliserida
secara umum
mempunyai sifat non polar, karena banyaknya
rantai panjang dalam asam lemaknya. Sehingga
untuk dapat melarutkannya digunakan pelarut
yang bersifat non polar dan mudah larut
dengan polaritas yang sama. Pelarut yang
digunakan untuk mengekstrak minyak pada
ikan lele adalah n-heksan yang bersifat non
polar.
Dari hasil ektraksi minyak kepala dan
badan ikan lele di peroleh kadar minyak kepala
yang lebih tinggi yaitu 21,75% sedangkan
kadar minyak badan sebesar 15,94%.
Perbedaan kadar minyak yang didapatkan
dipengaruhi oleh adanya perbedaan kadar air
pada kepala dan badan lele. Semakin tinggi
kadar air yang terdapat pada sampel maka
semakin kecil kadar minyaknya. Berdasarkan
uji kadar air yang diperoleh pada kepala ikan
lele lebih kecil dibandingkan dengan kadar air
yang terdapat pada badan ikan lele sehingga
kemungkinan minyak yang terdapat pada
badan ikan lele akan sulit terekstrak
dibandingkan dengan minyak yang terdapat
pada kepala ikan lele.
Gambar 1. A. Spot minyak kepala ikan, B.
Spot minyak badan ikan, C. Spot
standar
Bilangan Penyabunan
Bilangan penyabunan digunakan untuk
mengetahui ukuran atau panjang rantai C asam
lemak dan menunjukkan secara relatif besar
kecilnya molekul asam lemak yang terkandung
dalam minyak. Minyak yang disusun oleh asam
lemak berantai C pendek berarti mempunyai
berat molekul relatif kecil akan mempunyai
angka penyabunan yang besar dan sebaliknya
minyak yang tersusun oleh asam lemak
berantai C panjang berarti mempunyai berat
molekul besar dengan angka penyabunan yang
relatif kecil (Sudarmadji dkk, 2007).
Dari hasil penelitian yang dilakukan
didapatkan bilangan penyabunan untuk ikan
lele sebesar 158,4 mg KOH/gr.. Angka
penyabunan ikan lele relatif kecil dibandingkan
dengan minyak ikan patin [6] (Almunady dkk,
2011) hal ini disebabkan kemungkinan karena
ikan lele kandungan asam lemak penyusunnya
mempunyai rantai C yang lebih panjang.
Identifikasi trigliserida/minyak ikan
Dari
hasil
identifikasi
dengan
kromatografi tipis (KLT), nilai faktor retemsi
(Rf) trigliserida standar sebesar 0,77,
sedangkan nilai R f untuk minyak ikan lele
kepala dan badan ikan lele sebesar 0,68 dan
0,82 (gambar 1). Dari harga Rf yang relatif
sama maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak
kepala dan badan ikan lele mengandung
trigliserida.
Bilanagan Iod
Bilangan iod dinyatakan sebagai jumlah
gram iod yang diikat oleh 100 gram minyak
atau lemak. Bilangan iod mencerminkan
ketidakjenuhan asam lemak penyusun minyak
atau lemak. Asam lemak tidak jenuh mampu
mengikat sejumlah iod dan membentuk
senyawa yang jenuh. Banyaknya iod yang
dapat diikat menunjukkan banyaknya ikatan
rangkap. (Sudarmadji et al, 2007). Angka iod
yang tinggi menunjukkan banyaknya ikatan
D-4
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
rangkap. Semakin banyak jumlah iod yang
terabsorbsi oleh suatu minyak maka semakin
sedikit pula ikatan tidak jenuh yang di kandung
minyak tersebut. Ikatan rangkap yang terdapat
dalam asam lemak tidak jenuh akan bereaksi
dengan iod atau senyawa-senyawa iod. Minyak
yang mengandung asam lemak dengan
ketidakjenuhan tinggi, akan mengikat iod
dalam jumlah yang lebih besar[7] (Ketaren,
2005).
Dari hasil yang didapat, bilangan iod
untuk ikan lele yaitu 158,64 gr/100gr minyak.
Semakin besar nilai bilangan iodium maka
semakin tinggi ketidak jenuhannya pada asam
lemaknya.
aminolisis, dan transesterifikasi (acidolisis,
interesterifikasi, alkoholisis) [9](Mala &
Takeuchi, 2008). Pada reaksi ini, proses
pemutusan asam lemak dari trigliserida dan
mengubahnya menjadi ester lemak berlangsung
dalam satu tahap.
Dari reaksi transesterifikasi dihasilkan
senyawa ester asam lemak. Ester asam lemak
yang telah didapat sebelum dianalis dengan
GC-MS terlebih dahulu diidentifikasi dengan
kromatografi
lapis
tipis
dengan
membandingkan dengan standar ester asam
lemak. Eluen yang digunakan sama seperti
pada identifikasi trigliserida yaitu n-heksan dan
dietik eter dengan perbandingan (8,5 : 1,5).
Dari nilai Rf yang didapat baik hasil
trasnesterifikasi badan maupun kepala
menunjukan Rf yang hampir sama yaitu untuk
standar 0,43; kepala 0,4 dan badan 0,33. Hal
ini menandakan reaksi transesterifikasi telah
berjalan dengan baik. Gambar berikut
memperlihatkan kromatogram hasil reaksi
transesterifikasi.
Transesterifikasi enzimatik
Transesterifikasi merupakan proses
pengubahan trigliserida menjadi metil ester dan
gliserol. Reaksi ini biasanya juga disebut
dengan reaksi alkoholisis kerena melibatkan
alcohol selama reaksinya. Pada penelitian
digunakan reaksi transesterifikasi enzimatis
menggunakan katalis enzim lipase dalam
bentuk Lipozim.Reaksi yang terjadi selama
proses transesterifikasi berlangsung adalah
sebagai berikut :
O
H2 C
HC
H2C
O
O
O
C
C
R2
C
O
R3
Trigliseri
da
O
R1
O
2HC
OH
HC
OH
H2C
OH
Lipase
C2H5OH
Etanol
R
C
O
C2H5
Ester lemak
Gliserol
Gambar 2. Kromatogram lapis tipis, A=standar
ester asam lemak, B. Ester asam
lemak bagian kepala, C. Ester
asam lemak bagian badan
Reaksi transesterifikasi dilakukan
secara enzimatis menggunakan lipozim atau
enzim yang sudah diimobilisasi karena
memiliki keunggulan yaitu kondisi reaksi yang
tidak ekosterem, sedikitnya hasil samping
reaksi, dan spesifik [8](Villeneuve, et al.,
2000). Selain itu dengan adanya katalis ini
mampu
mempercepat
terjadinya
kesetimbangan., ramah lingkungan dan mudah
memisahkan enzim nya serta serta tidak
membutuhkan pencucian berulang untuk
pemurnian. Enzim lipase ini merupakan enzim
yang digunakan sebagai biokatalis untuk
berbagai reaksi seperti hidrolisis, esterifikasi,
Analisis Asam Lemak dengan GC-MS
.Asam lemak (dalam bentuk ester
lemak) yang dihasilkan melalui proses
transesterifikasi dianalisis menggunkan Gas
Chromatography-Mass Spectrometry (GCMS). Hal ini bertujuan untuk mengetahui
kandungan asam lemak esensial kepala dan
D-5
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
badan lele.Berikut ini adalah kromatogram
standar asam lemak.
Gambar
3.
Kromatogram Standar
linoleat, Rf =12,985 menit
Gambar 6. Kromatogram asam lemak dalam
kepala lele (Rf puncak 12,
Rf=12,866 menit,puncak 13,
Rf=13,122, Rf puncak 14 Rf=
14,448, puncak 16 Rf=14,795
menit).
Asam
Gambar 4. Kromatogram Standar EPA,
Rf=13,058
Gambar 7. Kromatogram asam lemak dalam
badan ikan lele (puncak 12,
Rf=12,861 menit, puncak 13
Rf=13,070 menit, Rf puncak
17, Rf =14,773 menit).
Pada hasil kromatogram antara standar
dengan hasil tranesterifikasi ikan lele, dapat
disimpulkan bahwa kedua sampel tersebut
antara kepala dan badan lele mengandung
asam lemak esensial sesuai dengan standar
yang digunakan yaitu, asam linoleat (omega 6),
EPA (omega 3) dan DHA (omega ). Hal
tersebut dapat diketahui dari puncak dengan
waktu retensi yang sama antara sampel dan
standarnya. Berdasarkan data kromatogram
diatas, berikut dapat dilihat perbandingan
kandungan asam linoleat, EPA dan DHA pada
bagian kepala dan badan minyak ikan lele.
Gambar 5. Kromatogram Standar DHA,
Rf=14,552 menit
D-6
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
Tabel1. Jenis dan Kompisis Asam Lemak
N
o
JenisAsamLemakEsens
ial
Komposisi
Asam lemak
(%)
Kepal Bada
a
n
1.
Linoleat
0,37
0,39
2.
EPA
1,55
0,43
3.
DHA
0,71
0,68
Gambar 7. Fragmentasi Asam linoleat
Gambar 8. Fragmentasi EPA
Berdasarkan tabel diatas, untuk sampel
minyak ikan lele memiliki kandungan yang
sama antara kepala dan badan ikan lele, yakni
baik kepala maupun badan ikan lele sama-sama
mengandung asam lemak esensial omega 3 dan
omega 6 berupa DHA, EPA dan linoleat
(ALA), namun dengan kadarnya yang berbeda.
Kandungan asam lemak omega 3 terbesar ada
pada bagian kepala yaitu jenis EPA sebanyak
1,55% dan Kandungan asam lemak omega 3
terbesar ada pada bagian badan yaitu DHA
sebanyak 0,68%. Tetapi secara total kandungan
asam lemak omega 3 terdapat lebih banyak
pada bagian kepala (2,26%). Sedangkan untuk
jenis omega-6, kandungan di bagian badan dan
kepala relatif tidak jauh berbeda..
Gambar 8. Fragmentasi DHA
PENUTUP
Simpulan
1.
Corak Pragmentasi
Fragmentasi dibuat berdasarkan berat
molekul yang didapatkan dari hasil GC-MS
pada lampiran IV yang bertujuan untuk lebih
meyakinkan kita bahwa hasil yang didapatkan
berdasarkan waktu retensi (Rf) adalah benar
senyawa yang kita inginkan dengan melihat
fragmentasinya.
Berdasarkan hasil berat molekul (mass
spect) yang terdapat pada lampiran antara
standar dengan sampel baik transesterifikasi
maupun esterifikasi kepala dan badan ikan lele
hasil analisis GCMS dapat buat fragmentasi
untuk ekstrak minyak ikan kepala dan badan
lele adalah sebagai berikut:
2.
Dari hasil analisis menggunakan alat Gas
Chromatography-Mass
Spectrometry
(GC-MS) kepala dan badan ikan lele baik
melalui
transesterifikasi
enzimatik
mengandung asam lemak esensial berupa
omega-3 yakni DHA, EPA dan asam
lemak omega-6 berupa asam linoleat.
Bagian kepala dari ikan lele yang tidak
dimanfaatkan dapat digunakan sebagai
sumber asam lemak esensial, omega 3 dan
omega 6.
Saran
Perlu
dilakukan
penelitian
tentang
penyeimbangkan ratio omega-3 dan omega-6
yang diperlukan tubuh manusiapada minyak
ikan dari kepala ikan Lele atau sumber lain
yang belum termanfaatkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Marinetti, G.V., 1990, Disorders of
Lipid Metabolism, Plenum Press, New
York and London Netherlands:
Wageningen University
D-7
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
2. Khairuman, K, Amri, Sihombing, T.,
2008. Budidaya lele Dumbo di Kolam
Terpal, PT. Agromedia Pustaka,
Depok.
Minyak Ikan Patin (Pangasius
pangasius)
dengan
metoda
Kromatografi
Gas.
Jurnal
Penelitian Sains, Vol.14.
7. Ketaren, S. (2005). Pengantar
Teknologi Minyak dan Lemak
Pangan. Jakarta: UI Press.
8. Villeneuve, P., Muderhwa, J.,
Graille, J., & Haas, M. (2000).
Customizing lipases forbiocatalysis:
a survey of chemical, physical and
molecular biological approaches.
Journal of molecular catalysis B:
enzymatic, 9, issues 4-6, , 113-148
3. Gunawan, E.R. dan Suhendra, D.
(2008). Wax Ester Production by
Alcoholysis of Palm Oil Fractions.
Indonesian Journal of Chemistry,8 (3):
356 – 362
4. Sudarmadji, S., Haryono, B., Suhardi.
2007.analisis bahan makanan dan
pertanian. Liberty:Yogyakarta.
5. Sarker, H., Latif, Z., Gray., 2005.
Natural Products Isolasi Second
Edition, Human Press
6. Almunady, T. P., Yohadini H.,
Gultom, J.U., 2011,
Analisis
Kualitatif dan Kuantitatif Asam
lemak tak jenuh Omega 3 dari
9. Mala, J. G., & Takeuchi, S. (2008).
Understanding Structural Features
of Microbial Lipases-An Overview.
Analytical Chemistry Insights, 9-19.
D-8
Download