RINGKASAN EKSEKUTIF NOVIE FAJAR ISMANTO, 2009. Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Lele di Daerah Parung Kabupaten Bogor. Dibawah bimbingan E.GUMBIRA SA’ID DAN SRI HARTOYO Sumberdaya ikan diharapkan menjadi salah satu tumpuan ekonomi nasional di masa yang akan datang. Hal ini disebabkan ikan telah menjadi salah satu komoditi pangan penting, tidak hanya untuk Indonesia tetapi juga oleh masyarakat dunia. Ini disebabkan karena ikan banyak mempunyai manfaat penting, yaitu mengurangi resiko penyakit jantung; meningkatkan kesehatan otak dan mental; memperbaiki kecerdasan dan daya ingat; mencegah pikun, depresi dan gangguan mental; mengurangi prevalensi asma pada anak-anak; meningkatkan kesehatan kulit; meningkatkan kesehatan mata; mengurangi risiko kanker; mencegah autisme dan diabetes serta mempercepat penyembuhan penyakit kronis. Mempertimbangkan potensi dan harapan yang sangat besar tersebut maka salah satu kebijakan pemerintah adalah mendorong pembangunan perikanan di sektor budidaya. Potensi perikanan budidaya secara nasional diperkirakan sebesar 15,59 juta hektar (ha) yang terdiri potensi air tawar 2,23 juta ha, air payau 1,22 juta ha dan budidaya laut 12,14 juta ha. Pemanfaatannya hingga saat ini masing-masing baru 10,1 persen untuk budidaya air tawar, 40 persen pada budidaya air payau dan 0,01 persen untuk budidaya laut. Salah satu komoditas perikanan budidaya yang mempunyai nilai tinggi adalah ikan lele. Salah satu daerah sentra produksi lele adalah daerah Parung kabupaten Bogor. Daerah Parung mempunyai lokasi yang berdekatan dengan pusat pasar domestik yaitu kawasan Jabodetabek yang membutuhkan pasokan lele sebesar 75100 ton per hari. Selain itu, permintaan lele untuk pasar ekspor juga terbuka lebar untuk masyarakat Amerika dan Eropa dalam bentuk fillet seharga US$ 2,6 per kg fillet. Permintaan pasar ini masih belum bisa dipenuhi, oleh karena itu produksi lele secara nasional ditingkatkan dari 162.000 ton pada tahun 2008 meningkat menjadi 250.000 ton pada tahun 2009. Pemerintah Kabupaten Bogor melalui Dinas Perikanan dan Peternakan, yang salah satu strategi kebijakannya dalam pengembangan perikanan bertanggung jawab terhadap pengembangan perikanan dan produksi ikan telah berupaya untuk meningkatkan produksi hasil perikanan, baik melalui kegiatan pemberdayaan ekonomi petani ikan dengan bantuan proyek-proyek perikanan, misalnya bantuan paket pengembangan budidaya ikan lele tetapi sampai saat ini produksi yang dihasilkan masih belum menunjukkan hasil yang optimal dan sesuai sasaran. Banyak faktor yang menyebabkan kurang optimalnya pelaksanaan budidaya ikan lele, diantaranya banyaknya permasalahan di tingkat petani, kurangnya teknologi budidaya, cuaca yang tidak stabil yang menyebabkan banyak kegagalan produksi, kurangnya ketersediaan bibit, masih tergantung pada tengkulak dan sebagainya. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor berkewajiban untuk mengatasi permasalahan di atas dalam pengembangan usaha budidaya lele. Mengingat produksi ikan lele yang masih tergolong rendah dibandingkan jumlah permintaannya dan lahan yang ada masih berpotensi dikembangkan maka perlu diupayakan suatu strategi yang efektif dalam pengembangannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktorfaktor internal dan eksternal yang mempengaruhi dan menentukan keberhasilan peningkatan produksi serta pengembangan usaha budidaya ikan lele di daerah Parung, Kabupaten Bogor serta merumuskan dan merekomendasikan strategi kepada Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dalam pengembangan usaha budidaya ikan lele di daerah Parung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu dengan pengumpulan data dalam rangka menjawab permasalahan yang ada dalam bentuk studi kasus. Penggunaan metode ini untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan budidaya lele di daerah Parung Kabupaten Bogor sehingga pada akhirnya dapat diketahui berbagai permasalahan yang ada beserta implikasi pengembangannya. Analisis data yang digunakan menggunakan alat analisis IFE, EFE, analisis SWOT, dan analisis QSPM. Faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan adalah potensi sumberdaya alam yang mendukung budidaya, potensi jumlah sumberdaya manusia pelaku usaha budidaya lele, keberadaan kelompok pembudidaya lele, program kerja Dinas Peternakan dan Perikanan yang mendukung pengembangan budidaya lele, letak daerah Parung yang dekat dengan pasar Jabodetabek sebagai pasar utama, dan usaha budidaya lele sudah memasyarakat. Dari hasil evaluasi yang menjadi kekuatan utama adalah potensi sumberdaya alam yang mendukung budidaya dengan bobot tertinggi sebesar 0,092. Faktor-faktor internal yang menjadi kelemahan adalah kemampuan manajemen usaha pembudidaya masih terbatas, pola usaha budidaya masih bersifat tradisional, lemahnya permodalan, jumlah bibit lele berkualitas terbatas, kualitas dan kuantitas hasil produksi belum optimal dan belum berkembangnya diversifikasi usaha. Dari hasil evaluasi yang menjadi kelemahan utama adalah jumlah bibit lele berkualitas terbatas dengan bobot tertinggi sebesar 0,098. Faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang adalah Kebijakan DKP yang mendukung usaha pengembangan budidaya lele, permintaan pasar belum terpenuhi, munculnya permintaan produk olahan, keberadaan industri pakan, keberadaan dari Asosiasi Pedagang Kaki Lima Pecel Lele dan perkembangan teknologi budidaya semakin pesat. Dari hasil evaluasi yang menjadi peluang utama adalah permintaan pasar yang belum terpenuhi dengan bobot tertinggi sebesar 0,111. Faktor-faktor eksternal yang menjadi ancaman adalah harga pakan tinggi, harga jual yang berfluktuasi akibat ada pengaruh pengumpul, persaingan usaha semakin kompetitif dengan daerah lain dan pemeliharaan sumber-sumber air belum optimal. Dari hasil evaluasi yang menjadi ancaman utama adalah harga pakan yang tinggi dengan bobot tertinggi sebesar 0,115. Faktor internal dan eksternal yang telah ditetapkan, kemudian disusun dalam bentuk matriks TOWS untuk menentukan alternatif strategi yang dapat dikembangkan dalam upaya pengembangan usaha budidaya lele. Berdasarkan hasil matriks TOWS diperoleh delapan alternatif strategi pengembangan usaha budidaya lele di daerah Parung Kabupaten Bogor, yaitu : (1) Pengembangan Kawasan Sentra Produksi untuk peningkatan produksi yang memenuhi permintaan pasar, (2) Pengembangan kemitraan usaha, (3) Peningkatan penguasaan teknologi budidaya dan manajemen usaha dari pembudidaya lele, (4) Mendorong pembudidaya lele merintis usaha pengolahan lele, (5) Pengembangan fungsi kelembagaan terpadu kelompok pembudidaya lele, (6) Pemberian bantuan pabrik pakan mini untuk meminimalkan biaya produksi, (7) Pengawasan usaha terhadap pengumpul dalam mekanisme penentuan harga jual dan (8) Perbaikan sumber-sumber air yang mendukung produksi budidaya lele. Untuk menentukan strategi prioritas dari delapan alternatif strategi yang disusun dilakukan analisis QSPM. Berdasarkan analisis QSPM yang ditentukan oleh besarnya nilai Total Attractiveness Score (TAS) diperoleh strategi prioritas utama adalah strategi Pengembangan Kawasan Sentra Produksi untuk peningkatan produksi yang memenuhi permintaan pasar dengan nilai TAS sebesar 5,641. Meskipun strategi strategi Pengembangan Kawasan Sentra Produksi untuk peningkatan produksi yang memenuhi permintaan pasar mendapatkan nilai tertinggi, namun tujuh strategi lainnya dapat diterapkan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dalam pengembangan usaha budidaya lele dengan memperhatikan kondisi internal dan eksternal yang dapat mendukung penerapan strategi diatas. Pada dasarnya strategi-strategi yang ada merupakan strategi alternatif yang saling mendukung satu dengan lainnya. Kata kunci : Budidaya Lele, Strategi, Analisis IFE, Analisis EFE, Analisis SWOT, Analisis QSPM, Daerah Parung, Kabupaten Bogor