hubungan antara konformitas dengan

advertisement
1
HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN
KECENDERUNGAN GAYA HIDUP HEDONIS PADA HIJABERS
COMMUNITY DI KOTA MALANG
Ula Faza Naeli
E-mail: [email protected]
Sumi Lestari
Yoyon Supriyono
Program Studi Psikologi Universitas Brawijaya
Abstract
This study aims to find the relationship between conformity with a tendency of
hedonic lifestyle on the hijabers community in Malang city. Population of this study were all
member of the hijabers community in Malang city, and the sample as many as 53 persons.
The sampling technique used snowball sampling technique. The data was collected using two
scales namely is the scale of conformity dan the scale of hedonic lifestyle. The analysis used
analytical techniques Product Moment Pearson. The result showed that the correlation
coefficient (r) = 0,360 and significance value (p) = 0,008. This means that there are
significant positive relationship between conformity with a tendency of hedonic lifestyle on
the hijabers community in Malang city with effective contribution as 12,96%.
Keyword: Conformity, Hedonic Lifestyle, Hijabers Community
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara
konformitas dengan kecenderungan gaya hidup hedonis pada hijabers community di kota
Malang. Populasi pada penelitian ini adalah semua anggota hijabers community di kota
Malang, dengan sampel penelitian berjumlah 53 orang. Teknik sampling dalam penelitian ini
menggunakan teknik snowball sampling. Data penelitian diperoleh menggunakan dua skala,
yaitu skala konformitas dan skala gaya hidup hedonis. Analisis data menggunakan teknik
analisis korelasi Product Moment Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien
korelasi (r) = 0,360 dan nilai signifikansi (p) = 0,008. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan positif yang signifikan antara konformitas dengan kecenderungan gaya hidup
hedonis pada hijabers community di kota Malang dengan sumbangan efektif sebesar 12,96%.
Kata Kunci: Konformitas, Gaya Hidup Hedonis, Hijabers Community
2
LATAR BELAKANG
Fenomena munculnya hijabers community yang merupakan komunitas perempuan
muslimah pertama di Indonesia sangat menarik perhatian masyarakat khususnya para
perempuan muslimah. Komunitas ini banyak menginspirasi berbagai fashion busana
muslimah yang stylish dan modern sehingga banyak diminati kaum perempuan untuk
menggunakan busana muslimah. Novitasari (2014) mengatakan hijabers community adalah
sekumpulan wanita yang berdandan sangat modis dan Islami. Penampilan berbusana mereka
sangat berbeda dengan kebanyakan wanita yang mengenakan busana muslimah, karena
model pakaian yang mereka pakai sangat stylish dan modern, dari mulai jilbab, baju, sepatu,
hingga tas. Media (2012) menambahkan hijabers community merupakan sebuah komunitas
bagi para wanita muslimah yang didalamnya terdapat kegiatan-kegiatan khusus berkaitan
dengan lifestyle, seperti mengadakan fashion show, beauty dan hijab class.
Munculnya hijabers community, banyak menarik perhatian perempuan muslimah
untuk mengikuti gaya berbusana ala hijabers community yang saat ini menjadi trend fashion
bagi perempuan muslimah terutama di kalangan anak muda. Hijabers community, hingga kini
mampu mengembangkan komunitasnya, yang awalnya hanya berada di ibu kota Jakarta, kini
mampu menyebar hampir di seluruh kota di Indonesia termasuk di kota Malang. Hal ini
menunjukkan bahwa banyak dari kalangan perempuan muslimah yang tertarik untuk
bergabung dengan hijabers community.
Hijabers community dikenal sebagai komunitas perempuan muslimah dengan gaya
berbusana muslimah yang stylish dan modern serta melekat dengan gaya hidup yang high
class ditunjukkan dari pilihan fashion dan barang-barang yang dipakai, serta pilihan tempat dan
aktivitas yang biasanya mereka lakukan yang terkesan mewah dan ekslusif. Hal ini diperkuat oleh
pernyataan Novitasari (2014) yang mengatakan bahwa hijabers community cenderung merasa
nyaman menggelar aktivitas-aktivitas komunitasnya, seperti fashion show, beauty dan hijab class
di tempat-tempat yang memiliki status prestisius di mata masyarakat seperti di butik, restoran,
mall, dan café. Hal itu mengindikasikan bahwa hijabers community memiliki kecenderungan
gaya hidup hedonis. Susianto (Kasali, 2000) mendefinisikan gaya hidup hedonis adalah pola
hidup yang mengarahkan aktivitasnya untuk mencari kesenangan hidup, seperti lebih banyak
menghabiskan waktu di luar rumah, lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota,
senang membeli barang-barang mahal (branded) untuk memenuhi hasratnya, dan selalu ingin
menjadi pusat perhatian. Lebih lanjut, Azam (Hamzah, Krauss, Suandi, Hamzah, Tamam,
2013) menambahkan gaya hidup hedonis ini sangat jelas terlihat pada masa remaja dan
dewasa awal, termasuk pelajar, karyawan atau pegawai, maupun pekerja individual.
3
Penelitian dari Andriani dan Ni’matuzahroh (2013) mengatakan bahwa hijabers
community menyebut komunitasnya sebagai sosialita muslimah. Sosialita muslimah, dalam
soal gaya dan kode gaul lainnya tidak jauh berbeda dengan sosialita pada umumnya. Menurut
Wakhid, dkk (Andriani dan Ni’matuzahroh, 2013), secara garis besar sosialita muslimah
dapat dicirikan dengan menampilkan atribut fashion yang trendy dan tidak kampungan, dan
memiliki kelompok pengajian atau ta’lim sehingga mendapatkan muatan positif bagi
pencerahan pemikiran yang nantinya akan berimbas pada perubahan dan kemajuan baik
secara individu maupun masyarakat. Kecenderungan gaya hidup high class yang melekat
pada hijabers community seakan-akan telah menjadi suatu ciri khas bagi hijabers community
untuk menunjukkan identitas kelompoknya kepada masyarakat sebagai komunitas muslimah
yang ekslusif. Hal itu seakan-akan telah menjadi suatu norma atau tuntutan yang harus diikuti
oleh anggota hijabers community sehingga menimbulkan kecenderungan individu untuk
menyamakan pola perilaku dan gaya hidup hijabers community lainnya. Perilaku mengikuti
atau menyamakan tingkah laku yang terjadi dalam hijabers community ini biasanya disebut
sebagai konformitas.
Rongjun dan Sun (2013) mengatakan bahwa fenomena ketika seseorang mengubah
perilaku dan sikapnya untuk menyamakan perilaku kelompok mayoritasnya disebut sebagai
konformitas sosial. Baron dan Byrne (2005) mengatakan bahwa konformitas adalah suatu
jenis pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai
dengan norma sosial yang ada. Santrock (2003), mengatakan bahwa konformitas muncul
ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata
maupun yang dibayangkan oleh mereka. Berdasarkan penjelasan beberapa tokoh diatas, maka
mengindikasikan bahwa adanya keinginan individu untuk merasa conform dengan
komunitasnya menimbulkan seseorang melakukan konformitas dengan cara menyamakan
perilaku dan gaya hidup kelompok acuannya, yaitu hijabers community. Sears (Meilinda,
2013) mengungkapkan bahwa penyebab seseorang melakukan konformitas karena perilaku
orang lain memberikan informasi yang bermanfaat dan bersikap comform karena ingin
diterima dalam kelompok. Jalaludin (Meilinda, 2013) juga mengatakan bahwa bila sejumlah
orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para
anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama.
Melihat fenomena dan paparan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam
mengenai hubungan antara konformitas dengan kecenderungan gaya hidup hedonis pada
hijabers community di kota Malang.
4
LANDASAN TEORI
Konformitas
Konformitas menurut Baron dan Byrne (2005) adalah bentuk pengaruh sosial dimana
individu mengubah sikap dan/atau perilakunya untuk mengikuti norma kelompok atau sosial.
Konformitas berarti tunduk pada tekanan kelompok meskipun tidak ada permintaan langsung
untuk mengikuti apa yang dilakukan oleh kelompok. Konformitas akan mengakibatkan suatu
perubahan sikap dan perilaku individu yang dilakukan agar sesuai dengan norma sosial yang
ada. Myers (2005), konformitas adalah suatu perubahan dalam bertingkah laku atau
kepercayaan untuk menyamakan tingkah laku dengan yang lainnya sebagai hasil dari tekanan
kelompok yang bersifat nyata maupun yang dibayangkan.
Baron dan Byrne (2005) mengemukakan terdapat dua motif penting yang mendasari
kecenderungan manusia untuk melakukan konformitas, yaitu keinginan untuk disukai oleh
orang lain dan keinginan untuk menjadi benar atau tepat, untuk memiliki pemahaman yang
tepat mengenai dunia sosial. Kedua motif tersebut tercermin dalam dua jenis pengaruh sosial
yang berbeda, antara lain:
1. Pengaruh sosial normatif (normative social influence), yaitu keinginan atau kebutuhan
manusia untuk disukai dan rasa takut akan penolakan. Pengaruh sosial ini meliputi
perubahan tingkah laku untuk memenuhi harapan orang lain.
2. Pengaruh sosial informasional (informational social influence), yaitu keinginan manusia
untuk merasa benar, artinya kecenderungan manusia untuk bergantung pada orang lain
sebagai sumber informasi tentang berbagai aspek dunia sosial.
Baron dan Byrne menambahkan dengan adanya proses-proses kognitif menyebabkan
manusia melihat konformitas sebagai hal yang dibenarkan sepenuhnya setelah hal itu terjadi.
Menurut Myers (2005), terdapat dua jenis konformitas, antara lain sebagai berikut.
1. Compliance, yaitu konformitas yang melibatkan individu bertingkah laku sesuai dengan
tekanan kelompok, namun secara pribadi ia tidak menyetujui tingkah laku tersebut.
2. Acceptance, yaitu tingkah laku dan keinginan individu sesuai dengan tekanan kelompok
yang diterimanya.
Myers (2005) mengungkapkan terdapat beberapa dimensi dalam konformitas, antara
lain sebagai berikut.
1. Pengetahuan (knowledge), yaitu informasi yang dimiliki individu mengenai anggota
kelompok, aktivitas kelompok, tujuan kelompok, serta pemahaman terhadap aturan atau
norma kelompok.
5
2. Pendapat (opinion) adalah anggapan individu terhadap anggota kelompok, aktivitas
kelompok, serta aturan dan norma kelompok yang belum terbukti kebenarannya atau
bersifat tentatif.
3. Keyakinan (belief), yaitu suatu kepercayaan individu terhadap kelompok bahwa
kelompok dianggap benar sehingga menerima perlakuan kelompok, serta bersedia
mematuhi peraturan dan norma kelompok.
4. Ketertarikan (interest), yaitu perasaan senang individu terhadap anggota kelompok,
aktivitas kelompok, serta aturan dan norma kelompok.
5. Konatif (kecenderungan berinteraksi), yaitu kecenderungan individu untuk berinteraksi
dengan anggota kelompok, kecenderungan individu untuk menyesuaikan perilaku, dan
kecenderungan bekerjasama antar anggota kelompok.
Gaya Hidup Hedonis
Susianto (Kasali, 2000) mendefinisikan gaya hidup hedonis adalah pola hidup yang
mengarahkan aktivitasnya untuk mencari kesenangan hidup, seperti lebih banyak
menghabiskan waktu di luar rumah, lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota,
senang membeli barang-barang mahal (branded) untuk memenuhi hasratnya, dan selalu ingin
menjadi pusat perhatian.
Susianto (Kasali, 2000) menyebutkan bahwa ciri-ciri individu yang melakukan
kegiatan hedonis adalah individu yang selalu menyelesaikan masalah bila mengalami
kesulitan dengan keluar rumah yaitu dengan cara bermain. Ciri lainnya dari individu yang
memiliki gaya hidup hedonis adalah cenderung impulsif, cenderung irasional, follower, dan
mudah dibujuk secara emosional. Susanto (2001) menyatakan bahwa atribut kecenderungan
gaya hidup hedonis meliputi lebih senang mengisi waktu luang (leisure time) di mall, kafe
dan restoran-restoran makanan siap saji (fast food), serta memiliki sejumlah barang-barang
dengan merek prestisius.
Plummer (Kasali, 2000), mengatakan bahwa dimensi gaya hidup dijelaskan dalam
bentuk AIO (Aktivities, Interest, Opinion) sebagai berikut.
1. Aktivitas, yaitu suatu cara seseorang menghabiskan waktu dan uangnya untuk pekerjaan
yang dia sukai atau hobi yang sering dilakukan, kita dapat mengidentifikasi kepribadian
seseorang dari pola kegiatan yang dia lakukan.
2. Minat, yaitu preferensi dan prioritas individu, seperti makanan, teknologi, barang, fashion
atau rekreasi.
6
3. Opini, yaitu pandangan dan perasaan individu mengenai berbagai topik kejadian-kejadian
yang berlangsung dilingkungan sekitar, baik yang lokal maupun internasional, masalahmasalah ekonomi, sosial, dan moral.
METODE
Partisipan dan Desain Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah hijabers community di kota Malang yang
berjumlah sekitar 60 orang. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan jenis
nonprobability sampling dengan teknik snowball sampling. Teknik snowball sampling, yaitu
yaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel yang diambil pada awalnya sedikit,
tetapi semakin lama semakin banyak dan akan berhenti ketika informasi yang didapatkan
dinilai/dianggap telah cukup (Sarjono dan Julianita, 2011). Teknik penentuan jumlah sampel
menggunakan rumus dari Slovin dengan tingkat kesalahan 5% sehingga diperoleh jumlah
sampel untuk penelitian ini berjumlah 53 orang anggota hijabers community di kota Malang.
Desain Penelitian dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang bersifat
korelasional. Penelitian kolerasional bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana variasi pada
suatu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain berdasarkan
koefisien korelasi (Azwar, 2009). Penelitian ini menggunakan dua variabel penelitian, yaitu
variabel bebas atau variabel X dan variabel terikat atau variabel Y. Adapun variabel bebas
dalam penelitian ini adalah konformitas dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah gaya
hidup hedonis.
Alat Ukur dan Prosedur Penelitian
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala
dengan model Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2011). Instrumen
penelitian dalam penelitian ini terdiri dari dua instrumen penelitian, yaitu skala konformitas
dan skala gaya hidup hedonis. Kedua skala penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti dan di
ujicobakan pada 30 anggota hijabers community di kota jember yang tidak menjadi subjek
penelitian.
Hasil uji coba kemudian di uji validitas dan reliabilitasnya. Pengujian validitas
menggunakan analisis aitem dengan menggunakan rumus koefisien korelasi aitem-total
(item-total correlation) dengan bantuan SPSS Version 20.0 for Windows. Menurut Sugiyono
(2011) syarat minimum aitem dianggap memenuhi syarat jika r = 0,3. Jadi, jika korelasi
7
antara butir aitem dengan skor total kurang dari 0,3 maka aitem dalam instrumen tersebut
dinyatakan tidak lolos sehingga harus diperbaiki atau dibuang.
Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus koefisien alpha ( )
Cronbach dengan bantuan SPSS version 20.0 for Windows. Menurut Azwar (2009),
reliabilitas telah dianggap memuaskan apabila koefisiennya mencapai minimal r 11 = 0,900.
Tabel 1. Uji Reliabilitas Skala Penelitian
No
1.
2.
Skala
Cronbach Alpha
0,913
0,920
Konformitas
Gaya hidup Hedonis
Keterangan
Reliable
Reliable
Setelah diketahui validitas dan reliabilitasnya, kemudian melakukan pengumpulan
data penelitian dengan cara menyebarkan kuesioner penelitian, yaitu kuesioner konformitas
yang memiliki 18 pernyataan dan kuesioner gaya hidup hedonis yang memiliki 20
pernyataan. Skala penelitian ini masing-masing terdiri dari aitem favourable dan aitem
unfavourable dengan empat respon jawaban, yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan
sangat tidak setuju.
HASIL
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara
konformitas dengan kecenderungan gaya hidup hedonis pada hijabers community di kota
Malang, oleh karena itu penelitian ini menggunakan uji korelasi Product Moment Pearson
dengan bantuan program software SPSS Version 20.0 for Windows.
Hasil analisis deskriptif dari variabel konformitas dengan kecenderungan gaya hidup
hedonis disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini.
Tabel 2. Deskripsi Data Variabel Penelitian
Variabel
Konformitas
Gaya Hidup Hedonis
Statistik
Skor Minimum
Skor Maksimum
Mean
Standart Deviasi
Skor Minimum
Skor Maksimum
Mean
Standart Deviasi
Hipotetik
18
72
45
9
20
80
50
10
Empirik
46,00
66,00
56,8868
5,19119
46,00
80,00
66,7925
10,33917
Berdasarkan tabel 1 diatas, menunjukkan bahwa rata-rata (mean) hipotetik variabel
konformitas adalah 45 lebih kecil dibandingkan rata-rata (mean) empirik variabel
konformitas yaitu 56,8868, yang artinya tingkat konformitas subjek penelitian cenderung
tinggi. Demikian pula nilai rata-rata (mean) hipotetik variabel gaya hidup hedonis adalah 50,
8
lebih kecil dibandingkan nilai rata-rata (mean) empirik variabel gaya hidup hedonis yaitu
66,7925, yang artinya tingkat kecenderungan gaya hidup hedonis subjek penelitian cenderung
tinggi.
Hasil uji normalitas variabel konformitas dengan kecenderungan gaya hidup hedonis
disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini.
Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Nilai KolmogorovSmirnov
0.102
0.113
Variabel
Konformitas
Gaya Hidup Hedonis
Signifikansi
Keterangan
0.200
0.090
Normal
Normal
Tabel 2 diatas, menunjukkan bahwa variabel konformitas memiliki nilai Kolmogorovsmirnov sebesar 0.102 dengan nilai signifikansi sebesar 0.200. Nilai signifikansi tersebut
lebih besar dari 0.05 yang berarti bahwa data variabel konformitas berdistribusi normal.
Demikian pula, variabel gaya hidup hedonis memiliki nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar
0.113 dengan nilai signifikansi sebesar 0.90. Nilai signifikansi tersebut juga lebih besar dari
0.05, yang artinya data variabel gaya hidup hedonis juga berdistribusi normal.
Hasil uji linearitas variabel konformitas dengan kecenderungan gaya hidup hedonis
disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini.
Tabel 4. Hasil Uji Linearitas
Variabel
Konformitas*Gaya Hidup
Hedonis
Nilai F
Signifikansi
Keterangan
9.261
0.005
Linear
Tabel 3 diatas, menunjukkan bahwa uji linearitas dari kedua variabel, yaitu variabel
konformitas dan variabel gaya hidup hedonis menghasilkan nilai F sebesar 9.261 dengan nilai
signifikan sebesar 0.005 yang lebih kecil dari 0.05. Hal itu menunjukkan bahwa variabel
konformitas memiliki hubungan linear dengan variabel gaya hidup hedonis.
Hasil uji korelasi Product Moment Pearson variabel konformitas dengan variabel
gaya hidup hedonis disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini.
Tabel 5. Hasil Uji Korelasi Product Moment Pearson
Variabel
Korelasi
(r)
Signifikansi
Koefisien
determinasi (r2)
Sumbangan
efektif
Konformitas*Gaya
Hidup Hedonis
0.360
0.008
0.1296
12,96%
Tabel 4 diatas, menunjukkan bahwa nilai (r) = 0.360 dengan nilai signifikansi sebesar
0.008. Hal itu menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara konformitas dengan
kecenderungan gaya hidup hedonis pada hijabers community di Kota Malang. Nilai koefisien
korelasi (r) sebesar 0,360 menunjukkan bahwa kekuatan hubungan antara variabel
9
konformitas dengan variabel gaya hidup hedonis berada pada kategori rendah. Hal itu
diperkuat oleh Sugiyono (2011) mengenai penjabaran interpretasi koefisien korelasi dengan
interval nilai koefisien korelasi antara 0,201-0,400 merupakan koefisien korelasi dengan
kategori rendah. Nilai r2 = 0.1296 menunjukkan bahwa sumbangan efektif konformitas
terhadap kecenderungan gaya hidup hedonis pada hijabers community di kota Malang sebesar
12,96% sedangkan sisanya, 87,04% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti
dalam penelitian ini, misalnya seperti konsep diri, harga diri, kepribadian, persepsi, jenis
kelamin, kelas sosial, kebudayaan, dan lain-lain.
DISKUSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara
konformitas dengan kecenderungan gaya hidup hedonis pada hijabers community di kota
Malang. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product
Moment Pearson untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (konformitas) dengan
variabel terikat (gaya hidup hedonis).
Hijabers community merupakan salah satu kelompok sosial yang beranggotakan
perempuan muslimah yang sangat tertarik akan fashion dan lifestyle. Hijabers community
dikenal sebagai komunitas perempuan muslimah dengan gaya berbusana muslimah yang
stylish dan modern serta melekat dengan gaya hidup yang high class ditunjukkan dari pilihan
fashion dan barang-barang yang dipakai, serta pilihan tempat dan aktivitas yang biasanya
mereka lakukan yang terkesan mewah dan ekslusif. Novitasari (2014), mengatakan bahwa
hijabers community cenderung merasa nyaman menggelar aktivitas-aktivitas komunitasnya,
seperti fashion show, beauty dan hijab class di tempat-tempat yang memiliki status prestisius
di mata masyarakat seperti di butik, restoran, mall, dan café.
Kecenderungan gaya hidup high class yang melekat pada hijabers community seakanakan telah menjadi suatu ciri khas bagi hijabers community untuk menunjukkan identitas
kelompoknya kepada masyarakat sebagai komunitas muslimah yang ekslusif. Hal itu seakanakan telah menjadi suatu norma atau tuntutan yang harus diikuti oleh anggota hijabers
community sehingga menimbulkan kecenderungan individu untuk mengikuti atau
menyamakan pola perilaku dan gaya hidup hijabers community lainnya. Perilaku mengikuti
atau menyamakan tingkah laku yang terjadi dalam hijabers community ini biasanya disebut
sebagai konformitas.
Konformitas merupakan suatu bentuk pengaruh sosial dimana individu mengubah
sikap dan/atau perilakunya untuk mengikuti norma kelompok atau sosial (Baron & Byrne,
10
2005). Perilaku konformitas dapat disebabkan oleh adanya ciri khas yang melekat pada
hijabers community sehingga menimbulkan suatu tuntutan bagi anggota hijabers community
untuk menyeragamkan perilakunya sesuai dengan ciri khas kelompoknya. Perilaku
konformitas dapat pula disebabkan oleh keinginan individu untuk disukai dan diterima oleh
anggota kelompok lainnya ataupun keinginan individu untuk menjadi benar dan tepat dalam
memahami dunia sosial disekitarnya. Hal itu sesuai dengan yang diungkapkan oleh Baron
dan Byrne (2005), yang mengemukakan terdapat dua motif penting yang mendasari
kecenderungan manusia melakukan konformitas yang tercermin dalam dua jenis pengaruh
sosial (social influence), yaitu pengaruh sosial normatif (normative social influence) dan
pengaruh sosial informasional (informational social influence). Pengaruh sosial normatif
(normative social influence) tercermin dalam bentuk perilaku individu yang ingin disukai
atau takut akan penolakan dari kelompoknya, sedangkan pengaruh sosial informasional
(informational social influence) tercermin dalam bentuk keinginan individu untuk menjadi
benar dan tepat dalam memahami dunia sosial disekitarnya.
Anggota Hijabers community rata-rata berusia diatas 20 tahun yang termasuk dalam
kategori masa dewasa awal, merupakan masa transisi dari masa remaja menuju kedewasaan
dimana pada masa tersebut indivu mengalami perkembangan secara fisik, psikis, maupun
peran sosial. Seperti yang diungkapkan oleh Santrock (2003), yang
mengatakan masa
dewasa awal dimulai pada umur 20 tahun sampai kira-kira umur 30 tahun, dimana pada masa
dewasa awal merupakan masa transisi, baik secara fisik, intelektual, serta peran sosial.
Hijabers community yang sebagian besar anggotanya berada pada masa dewasa awal
ini berusaha untuk menemukan jati diri dan peran sosialnya di lingkungan masyarakat dengan
cara masuk kedalam kelompok sosial yang mereka anggap sesuai. Hal tersebut dilakukan
sesuai dengan tugas perkembangan menurut Ericson (Santrock, 2009) yang menyatakan pada
usia 20 tahun hingga 30 tahunan merupakan masa dewasa awal. Pada tahap perkembangan ini
merupakan tahap keintiman (intimacy) versus isolasi (isolation) dimana pada tahap ini, tugas
perkembangan individu adalah membangun hubungan yang positif dengan orang lain. Selain
itu, keintiman bukan hanya sebagai penemuan diri sendiri, tetapi meleburnya diri sendiri
dalam diri orang lain. Pada tahap keintiman (intimacy) inilah individu lebih banyak
menghabiskan waktunya dengan kelompok pertemanannya dan berusaha untuk membangun
hubungan yang positif dengan kelompok pertemanannya dengan harapan agar mendapat
menerimaan dari kelompok pertemannya.
Keintiman (intimacy) yang terjadi pada anggota hijabers community tampak pada
kecenderungan individu untuk saling berkonformitas antar anggota kelompok hijabers
11
community yang ditunjukkan dari gaya hidupnya yang ekslusif dan cenderung mengarah pada
gaya hidup hedonis. Susianto (Kasali, 2000) mengemukakan bahwa gaya hidup hedonis
adalah pola hidup yang mengarahkan aktivitasnya untuk mencari kesenangan hidup, seperti
lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah, lebih banyak bermain, senang pada
keramaian kota, senang membeli barang-barang mahal (branded) untuk memenuhi hasratnya,
dan selalu ingin menjadi pusat perhatian. Kecenderungan gaya hidup hedonis yang tampak
pada hijabers community terlihat pada pilihan konsumsi, tempat, dan aktivitas yang biasanya
dilakukan oleh anggota hijabers community, seperti gemar membeli dan mengoleksi barangbarang bermerek, mengadakan pertemuan ditempat yang mewah serta gemar berlibur ke luar
negeri. Selain itu, hijabers community juga gemar mengadakan kegiatan fashion show, beauty
dan hijab class di butik, hotel ataupun tempat yang mewah dengan tujuan untuk menarik
perhatian masyarakat akan keberadaan komunitasnya dan menunjukkan identitasnya sebagai
komunitas muslimah yang ekslusif. Aktivitas dan kebiasaan hijabers community yang
cenderung mengarah pada aktivitas hedonisme diperkuat oleh hasil penelitian ini yang
menyatakan bahwa hijabers community memiliki tingkat kecenderungan gaya hidup hedonis
kategori sedang hingga tinggi.
12
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, Mutia & Ni’matuzahroh. (2013). Konsep Diri dengan Konformitas pada Komunitas
Hijabers.
Jurnal
Ilmiah
Psikologi
Terapan,
(Online),
01
(01)
(http://www.ejournal.umm.ac.id), diakses 27 Februari 2014
Azwar, S. (2009). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Baron, R. A. & Donn Byrne. (2005). Psikologi Sosial. Jilid 2 (Edisi 10). Terjemahan oleh
Ratna Djuwita, dkk. Jakarta: Erlangga
Hamzah, Siti R., Steven Eric Krauss, Turiman Suandi, Azimi Hamzah & Ezhar Taman.
(2013). The Moderating Effect of parent and Peer Influence of Hedonistic Behavior
among Undergraduate Students in Malaysia. Asian Social Science, (Online), 9 (13)
(http://www.ccsenet.org/ass) , diakses 8 Maret 2014
Kasali, Renald. (2000). Membidik Pasar Indonesia: Segmentasi, Targetting, dan Positioning.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Media, Zoya. (2012). Lia Zoya, Pencetus Hijabers Community Malang, (Online),
(http://media.zoya.co.id/kabar-zoya/lia-zoya-pencetus-hijabers-community-malang)
(Diakses pada 21 April 2014)
Meilinda, Endah. (2013). Hubungan antara Penerimaan Diri dan Konformitas terhadap
Intensi Merokok pada Remaja di SMK Istiqomah Muhammadiyah 4 Samarinda.
Jurnal Psikologi, (Online), 1 (1) (http://www.ejournal.psikologi.fisip-unmul.org),
diakses pada 27 Februari 2014
Myers, David G. (2005). Social Psychology Eight Edition. New York: McGraw-Hill Book
Novitasari, Yasinta Fauziah. (2014). Jilbab sebagai Gaya Hidup (Studi Fenomenologi tentang
Alasan Perempuan Memakai Jilbab dan Aktivitas Solo Hijabers Community). Jurnal
Skripsi. Solo: FKIP Universitas Negeri Solo
Rongjun, Yu. & Sai Sun. (2013). To Comform or Not to Comform: Spontaneous Conformity
Diminishes the Sensitivity to Monetary Outcomes. Article of Social Psychology,
(Online), 8 (5) (http://www.plosone.org), diakses 8 Maret 2014
Santrock, John W. (2003). Adolescence (Perkembangan Remaja). Jakarta: Erlangga
Santrock, John. W. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika
Sarjono, H. & Winda Julianita. (2011). SPSS vs LISREL: Sebuah Pengantar, Aplikasi untuk
Riset. Jakarta: Salemba Empat
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Susanto, A. B. (2001). Potret-Potret Gaya Hidup dan Citra Metropolis. Jakarta: Kompas
Download