Konformitas dan Ketaatan - Universitas Mercu Buana

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
PSIKOLOGI
SOSIAL 1
Fakultas
Program Studi
Psikologi
Psikologi
Tatap Muka
12
Kode MK
Disusun Oleh
MK10230
Irfan Aulia, M.Psi. Psi
Abstract
Kompetensi
Pengaruh Sosial
Conformity; Compliance; Obidience
Konformitas dan Ketaatan
Dalam psikologi sosial konformitas dan ketaatan merupakan dua hal yang berpasangan dan
menunjukkan perilaku individu yang menampilkan ketaatan, namun dalam definisi kedua hal
ini mempunyai perbedaan. Konformitas adalah menampilkan perilaku tertentu dikarenakan
setiap orang menampilkan perilaku tersebut. Ketaatan adalah menampilkan perilaku tertentu
karena ada tuntutaan walaupun mereka tidak menyukainya.
Dari dua definisi tersebut konformitas mempunyai contoh seperti di kampus, sebagian besar
mahasiswa memakai jejaring media sosial tertentu untuk berkomunikasi. Sebagian kecil
belum memakai jejaring media sosial tersebut, seiring dengan interaksi perlahan lahan
sebagian kecil kelompok ini pun menyesuaikan memakai jejaring media sosial yang dipakai
oleh sebagian besar kelompok.
Ketaatan adalah kewajiban, ia terjadi dikarenakan adanya tuntutan. Sebagai contoh saat
anda menjadi pegawai negeri sipil maka anda akan terkena tuntutan untuk memakai
seragam tertentu di hari tertentu. Anda dapat tidak menyukai seragam tersebut, tetapi anda
harus dan terpaksa memakai seragam tersebut. Dari dua contoh mengenai konformitas dan
ketaatan anda dapat melihat perbedaannya.
Penelitian
Muzafer Sherif (1935)
Kajian
Dalam situasi gelap individu diminta
memperkirakan jarak antara dua lilin. Dan
setelah memperkirakan jarak, ada orang lain
yang
memperkirakan
jarak.
Setelah
mendapat informasi dari orang lain tersebut.
Individu yang pertama cenderung akan
mengikut informasi yang kedua. Hal ini
terjadi ketika informasi sangat sedikit, maka
individu
akan
cenderung
mengikuti
kebanyakan orang.
Solomon Asch (1951)
Bila situasi terlihat sangat jelas dan realitas
tergambar dengan jelas, orang akan
cenderung mengikuti pendapatnya dan tidak
mengikuti pendapat kelompok walaupun
kelompok
bertentangan
dengan
pendapatnya
Mausner, 1954; Snyder, Mischel, dan Lott, Tingkat konformitas turun ketika individu
1960; Wiesenthal dkk., 1976)
merasa lebih menguasai persoalan.
Tabel 1 Penelitian Konformitas
Sumber: diolah dari Sears, Freedman, dan Peplau (1985)
‘13
2
Psikolog Sosial
Irfan Aulia, M.Psi. Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Alasan orang melakukan konformitas atau penyesuaian diri
Alasan utama orang melakukan konformitas atau penyesuaian diri adalah (1) karena ada
orang lain yang memberikan informasi yang dipandang mempunyai manfaat, (2) karena
orang ingin diterima secara sosial dan menghindari celaan dari lingkungan sosial. Alasan
pertama dapat diperlihatkan mekanismenya di dalam bagan 1.
•semakin besar keyakinan individu terhadap
kelompok semakin tinggi tingkat konformitas
•semakin kelompok mempunyai informasi
penting tingkat konformitas makin tinggi
•semakin tinggi tingkat keahlian kelompok
semakin tinggi tingkat konformitas
Kepercayaan
terhadap
kelompok
Keyakinan yang
lemah terhadap
penilaian sendiri
•semakin rendah keyakinan seseorang akan
informasi yang dimiliki semakin tinggi tingkat
konformitas
•semakin sulit penilaian semakin tinggi tingkat
konformitas
Bagan 1 Tingkat Konformitas dilihat dari sudut pandang keyakinan terhadap informasi yang
ada pada individu dan kelompok.
Alasan utama konformitas yang kedua adalah rasa takut terhadap celaan sosial. namun
rasa celaan sosial ini akan dipengaruhi oleh beberapa faktor penting. Faktor penting
tersebut adalah:
1. Rasa takut terhadap penyimpangan
2. Kekompakan kelompok
3. Kesepakatan kelompok
4. Ukuran kelompok
5. Keterikatan terhadap penilaian bebas
6. Keterikatan terhadap non konformitas
Enam faktor ini akan mempengaruhi tingkat konformita seseorang. Untuk menjelaskan
keenam faktor ini maka akan diperlihatkan serangkaian penelitian yang berkaitan
dengan enam faktor tersebut.
‘13
3
Psikolog Sosial
Irfan Aulia, M.Psi. Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Penelitian
Kajian
Schachter (1951)
Ada tiga orang dalam kelompok, dimana
salah satunya direkayasa untuk melakukan
tingkah
laku
menyimpang.
Dari
hasil
penelitian orang yang menyimpang akan
diberikan
tekanan
kelompok,
diberi
yang
tugas
besar
yang
dari
tidak
menyenangkan, dan tidak akan pernah
terpilih menjadi pemimpin kelompok.
Freedman dan Doob (1968)
Pada tugas yang tidak menyenangkan,
kelompok akan lebih senang memberikan
tugas kepada orang yang dianggap sering
melakukan tingkah laku menyimpang.
Hawthorne (1965)
Mengubah
perilaku
kelompok
dengan
memberikan hukuman kepada orang yang
tingkah laku menyimpang dari standar
kelompok.
Tabel 2 Penelitian mengenai rasa takut terhadap penyimpangan
Dari tabel 2 memperlihatkan bahwa tingkah laku yang dianggap menyimpang akan
mendapat sanksi sosial dari kelompok. Hal ini memberikan ancaman kepada individu untuk
tidak menyimpang dari aturan kelompok dan memperlihatkan tingkah laku konformitas.
Faktor kedua adalah kekompakan kelompok. Yang dimaksud kekompakan adalah kekuatan
kelompok yang menyebabkan orang tertarik menjadi anggota kelompok dan yang membuat
mereka tetap ingin menjadi anggota kelompok. Semakin tinggi tingkat kekompakan semakin
tinggi tingkat konformitas. Semakin orang merasa menjadi bagian dari kelompok,maka
semakin aman individu dari celaan sosial. Tabel 2 memperlihatkan fenomena bahwa tingkah
laku menyimpang akan mendapat tekanan dari kelompok, sebaliknya individu yang
menyimpang akan mendapat rasa aman dari celaan sosial.
Faktor ketiga adalah kesepakatan kelompok. Kesepakatan kelompok adalah keputusan
kelompok yang sudah bulat dan diharapkan setiap individu mematuhi kesepakatan tersebut.
Namun saat ada orang yang tidak bersepakat terhadap keputusan kelompok, maka tingkat
konformitas akan turun dari anggota kelompok. Tabel 3 akan memperlihatkan kajian
mengenai kesepakatan kelompok dan konformitas.
‘13
4
Psikolog Sosial
Irfan Aulia, M.Psi. Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Penelitian
Kajian
Asch (1951), Morris dan Miller (1975)
Bila ada satu orang yang tidak sepakat
dengan kesepakatan kelompok maka akan
terjadi penurunan tingkah laku konformitas
kelompok.
Malof dan Lott (1962)
Tingkat konformitas bisa turun ketika ada
anggota kelompok yang tidak menyetujui
kesepakatan kelompok. Anggota ini tidak
mengenal kulit hitam atau kulit putih.
Morris dan Miller (1975)
Dari penelitian ini bila orang menyatakan
pendapat yang berbeda setelah mayoritas
menyatakan pendapat maka konformitas
akan turun. Dan bila pendapat yang berbeda
ini
dinyatakan
sebelum
mayoritas
menyatakan pendapat, maka konformitas
akan turun lebih besar.
Tabel 3 Penelitian Sosial tentang kesepakatan kelompok
Faktor keempat adalah ukuran kelompok, dalam konformitas ukuran kelompok berhubungan
dengan jumlah anggota yang menekan saat anggota melakukan tindakan menyimpang.
Namun dalam penelitian Asch (1951) didapatkan bahwa tekanan dan ukuran kelompok ini
berupa kurva u dimana pada ukuran tertentu maka ukuran dan tekanan kelompok akan tidak
mempunyai pengaruh. Sebagai gambaran ketika Asch menambahkan sampai empat orang
maka tingkat tekanan akan terus meningkat, namun disaat ditambahkan menjadi lima dan
seterusnya tidak terlihat penambahan tekanan kelompok dan penambahan tingkat
konformitas.
Dari faktor keempat ini muncullah faktor kelima dan keenam, dimana jumlah kelompok ini
tidak menambah tingkat konformitas disebabkan adanya orang-orang yang memilih untuk
terikat pada pendapat bebas dan terikat pada non konformitas. Kedua tipe orang ini akan
punya pengaruh pada kelompok dan menurunkan tingkat konformitas kelompok.
Ketaatan
Dalam ketaatan ada penelitian menarik yang dilakukan oleh Milgram (1963) mengenai
individu yang dimintai untuk terus melakukan kejutan listrik kepada individu lain. Dalam
‘13
5
Psikolog Sosial
Irfan Aulia, M.Psi. Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
konteks ini individu yang menjadi subjek penelitian diminta menjadi pengajar dan individu
yang merupakan rekan peneliti diminta menjadi pelajar. Subjek penelitian diminta oleh
eksperimen untuk terus melakukan kejutan listrik hingga taraf tertentu dan diminta
mengabaikan jeritan rekan peneliti. Pada dasarnya rekan peneliti hanya dilatih untuk
berteriak dengan skala tertentu dan tidak merasa kesakitan. Penelitian ini memperlihatkan
bahwa pada kondisi dimana individu merasa ada kekuatan otoritatif, maka individu akan
cenderung menampilkan tingkah laku ketaatan. Pada penelitian ini antara subjek penelitian
dengan rekan peneliti tidak berada pada satu pertemuan langsung.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Milgram (1965) dan Tilker (1970) saat subjek
penelitian dan rekan peneliti berada di dalam satu ruangan maka ketaatan untuk melakukan
perintah menjadi berkurang. Hal ini disebabkan subjek penelitian diingatkan akan tanggung
jawab pribadi terhadap tindakan mereka sendiri.
Dari dua penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kekuatan otoritatif dapat
meningkatkan ketaatan terutama bila tanggung jawab bukan berada pada pundak pelaku.
Namun saat pelaku diingatkan akan tanggung jawab dari tindakan, maka ketaaatan
melakukan perbuatan yang bertentangan terhadap hati nurani bisa berkurang.
Cara lain untuk meningkatkan ketaatan adalah dengan memberikan ganjaran,
imbalan, dan ancaman. Tabel 4 akan memperlihatkan penelitian yang antara ganjaran,
imbalan, dan ancaman dengan peningkatan kepatuhan.
Penelitian
Kajian
Bryan dan Test (1967) dan Grusec dan Bahwa bila orang lain melakukan peniruan
Skubiski (1970)
terhadap tindakan ketaatan. Dalam kasus ini,
orang akan semakin meniru ketika ia melihat
langsung perilaku ketaatan.
Homan (1965)
Orang akan menunjukkan ketaatan bila
diharapkan
untuk
taat,
perlakukan
istimewa
dan
bila
mendapat
menunjukkan
ketaatan.
White (1975)
Orang akan rela memenuhi permintaan
orang lain karena melihat orang tersebut
sangat mengharapkannya.
‘13
6
Psikolog Sosial
Irfan Aulia, M.Psi. Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Brehm (1966)
Peningkatan tekanan yang terlalu tinggi
mengakibatkan penurunan tingkat ketaatan
Tabel 4
Dari tabel 4 ini dapat ditarik beberapa kesimpulan seperti; (1) adanya pengaruh
eksternal sebagai faktor pendorong ketaatan, (2) individu mempunyai ambang batas tertentu
dalam tekanan sehingga bila tekanan terlalu besar, maka tingkat ketaatan bisa menjadi
turun.
Daftar Pustaka
Aronson, Elliot., Timothy D. Wilson, Robin M. Akert. (2010). Social Psychology 7th edition. Prentice
Hall
Baron, Robert A., Nyla R. Branscombe. (2012). Social Psychology. New Jersey: Pearson Education
Bronfenbrenner, U. (1994). Ecological Models of Human Development. In international Encyclopedia
of Education, Vol. 3, 2nd. Ed. Oxford: Elseveir. Reprintedi in: Gauvain, M.& Cole, M (Eds.),
Readings on the development of childern, 2nd Ed. (1993, hal. 37-43). NY : Freeman
Myers, David. 2012. Psikologi Sosial. Jakarta: Penerbit Humanika Salemba
Shaffer, David R. (2009). Social and Personality Development 6th edition. Wadhsworth: Cangage
Learning.
Sears, Freedman, dan Peplau (1985). Psikologi Sosial. Edisi 5. Penerbit Erlangga.
‘13
7
Psikolog Sosial
Irfan Aulia, M.Psi. Psi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download