GANGGUAN KEPRIBADIAN DAN PERILAKU MASA DEWASA Tugas ini disusun sebagai Tugas Mata Kuliah Remedial Psikiatri Semester VII Tahun Ajaran 2013/2014 Disusun Oleh: Octaryanto Hergieansyah 190110100024 Shabrina Syfa 190110100086 Nuri Sabila Mushalliena 190110100113 Santi Lestari Sidjabat 190110100122 Sarah F. Fathoni 190110100124 Efika Fiona 190110100128 Afrili Suyari 190110100131 Yolanda Chyntya N. B. 190110100132 Ratri Fadillah 190110100137 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN 2013 GANGGUAN KEPRIBADIAN DAN PERILAKU MASA DEWASA Pengklasifikasian gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa yang digunakan pada makalah ini mengikuti pengklasifikasian dari PPDGJ III (F60 - F69). PENDAHULUAN Bagian ini mencakup berbagai keadaan dan pola perilaku yang klinis bermakna yang cenderung menetap dan merupakan ekspresi dari gaya hidup yang khas dari individu serta cara berhubungan dengan diri sendiri dan orang lain. Beberapa dari keadaan dan pola perilaku ini timbul secara dini dalam masa pertumbuhan atau perkembangan individu, sebagai hasil dari baik faktor konstitusional maupun pengalaman sosial, sementara lainnya didapat pada masa kehidupan selanjutnya. F60 – F62 Gangguan Kepribadian Khas, Campuran, dan Gangguan Kepribadian Lainnya, serta Perubahan Kepribadian yang Berlangsung Lama Tipe keadaan ini terdiri dari pola perilaku yang tertanam dalam dan berlangsung lama, muncul sebagai respons yang kaku terhadap rentangan situasi pribadi dan sosial yang luas. Hal ini menggambarkan deviasi ekstrim maupun deviasi bermakna dari cara individu pada umumnya dalam suatu budaya tertentu memandang, memikirkan, merasakan, dan khususnya berhubungan dengan orang lain. Pola perilaku demikian cenderung stabil dan meliputi bermacam-macam perilaku dan fungsi psikologis. Kebanyakan, tetapi tidak selalu, berhubungan dengan berbagai derajat penderitaan pribadi dan masalah dalam fungsi sosial dan penampilan. Gangguan kepribadian berbeda dari perubahan kepribadian dalam waktu dan cara terjadinya: gangguan kepribadian adalah suatu proses perkembangan yang timbul pada masa kanak atau remaja dan berlanjut pada masa dewasa. Gangguan kepribadian bukan keadaan sekunder dari gangguan jiwa lain atau penyakit otak, meskipun dapat mendahului dan timbul bersamaan dengan gangguan lain. Sebaliknya, perubahan kepribadian adalah suatu proses yang didapat, biasanya pada usia dewasa, setelah stress berat atau berkepanjangan, deprivasi lingkungan yang ekstrem, gangguan jiwa yang parah atau penyakit/cedera otak. Setiap keadaan dalam kelompok ini dapat diklasifikasikan menurut manifestasi perilaku yang predominan. Namun demikian, klasifikasi seperti ini umumnya terbatas pada deskripsi dari serangkaian tipe dan subtipe yang tidak saling menyisihkan dan bahkan dapat bertumpang tindih pada beberapa ciri khasnya. Karena itu gangguan kepribadian dibagi lagi menurut kelompok dari sifat yang menyerupai manifestasi perilaku yang paling sering atau yang paling menonjol. Jadi subtipe yang digambarkan mudah dikenal sebagai bentuk yang utama dari deviasi kepribadian. Dalam membuat diagnosis gangguan kepribadian, klinisi harus mempertimbangkan semua aspek fungsi pribadi, meskipun untuk kemudahan dan efisiensi formulasi diagnostic, akan merujuk hanya pada dimensi atau sifat yang mencapai ambang keparahan penyakit. Penilaian harus didasarkan pada sebanyak mungkin sumber informasi. Meskipun kadangkadang memungkinkan untuk mengevaluasi keadaan kepribadian pasien dalam satu wawancara saja, namun sering memerlukan lebih dari sekali wawancara untuk mengumpulkan data dari informan. Siklotomia dan gangguan skizotipal sebelumnya diklasifikasikan bersama dalam gangguan kepribadian, tetapi sekarang diklasifikasikan di tempat lain (siklotimia F30-F39 dan gangguan skizotipal F20-F29), karena keduanya mempunyai persamaan dalam banyak aspek dengan gangguan lain di blok tersebut (misalnya fenomena, riwayat keluarga). Subdivisi dari perubahan kepribadian didasarkan pada penyebab atau kejadian yang mendahuluinya, yaitu malapetaka, tekanan atau regangan yang berkepanjangan, dan penyakit jiwa (menyingkirkan skizofrenia residual, yang digolongkan pada F20.5). Penting untuk memisahkan keadaan kepribadian dari gangguan yang termasuk dalam kategori lain dalam buku ini. Kalau keadaan kepribadian mendahului atau mengikuti suatu gangguan psikiatrik yang terbatas waktunya atau kronis, keduanya harus dimasukkan dalam diagnosis. Penggunaan diagnosis multiaksial bersama dengan klasifikasi inti dari gangguan jiwa dan faktor psikososial akan mempermudah perekaman berbagai keadaan dan gangguan demikian. Keanekaragaman budaya dan daerah dalam manifestasi keadaan kepribadain adalah penting, tetapi pengetahuan khusus dalam bidang ini masih jarang. Keadaan kepribadian yang muncul sering kali dikenal pada bagian dunia tertentu, tetapi tidak serasi dengan satu pun subtipe yang khas di bawah ini, dapat digolongkan sebagai gangguan kepribadian “lainnya” dan diidentifikasi melalui kode lima – karakter yang disediakan dlaam penyesuaian klasifikasi ini untuk suatu negara atau daerah tertentu. Variasi local dalam manifestasi gangguan kepribadian dapat juga dicerminkan dalam kata-kata dari pedoman diagnostic yang disediakan untuk keadaan ini. F60 GANGGUAN KEPRIBADIAN KHAS Gangguan kepribadian khas adalah suatu gangguan berat dalam konstitusi karakterologis dan kecenderungan perilaku dari individu, biasanya meliputi beberapa bidang dari kepribadian dan hampir selalu berhubungan dengan kekacauan pribadi dan sosial. Gangguan kepribadian cenderung muncul pada akhir masa kanak atau masa remaja dan berlanjut pada usia dewasa. Karenanya diagnosis gangguan kepribadian tidak cocok apabila diberikan pada usia di bawah 16 atau 17 tahun. Pedoman diagnostik umum untuk semua gangguan kepribadian diberikan berikut ini; juga disediakan deskripsi pelengkap untuk tiap subtipe. Pedoman Diagnostik Keadaan yang tidak disebabkan langsung oleh kerusakan atau penyakit otak berat, atau gangguan jiwa lain, tetapi memenuhi kriteria berikut: (a) Sikap dan perilaku yang amat tak serasi yang meliputi biasanya beberapa bidang fungsi, misalnya: afek, kesadaran, pengendalian impuls, cara memandang dan berpikir, serta gaya berhubungan dengan orang lain; (b) Pola perilaku abnormal berlangsung lama, berjangka panjang dan tidak terbatas pada episode penyakit jiwa; (c) Pola perilaku abnormalnya pervasive dan jelas maladaptif terhadao berbagai keadaan pribadi dan sosial yang luas; (d) Manifestasi di atas selalu muncul pada masa kanak atau remaja dan berlanjut sampai usia dewasa; (e) Gangguannya menjurus kepada penderitaan pribadi yang berarti, tetapi hal ini mungkin hanya menjadi nyata kemudian dalam perjalanan penyakitnya; (f) Gangguan ini biasanya, tetapi tidak selalu, berhubungan secara bermakna dengan masalah pekerjaan dan kinerja sosial. Untuk budaya yang berbeda, mungkin penting untuk mengembangkan seperangkat kriteria khas yang berhubungan dengan norma sosial, peraturan, dan kewajiban. Untuk mendiagnosis kebanyakan dari subtipe di bawah ini, bukti nyata biasanya dibutuhkan tentang adanya paling sedikit tiga dari ciri atau perilaku yang diberikan dalam deskripsi klinis. F60.0 Gangguan Kepribadian Paranoid Gangguan kepribadian ditandai oleh: (a) Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan; (b) Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam, misalnya menolak untuk memaafkan suatu penghinaan atau luka hati atau masalah kecil; (c) Kecurigaan dan kecenderungan pervasif untuk menyalah artikan tindakan orang lain yang netral atau bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan atau penghinaan; (d) Mempertahankan dengan gigih bila perlu dengan kekuatan fisik tentang hak pribadinya yang sebenarnya tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya; (e) Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar, tentang kesetiaan seksual dari pasangannya; (f) Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan yang dinyatakan dalam sikap menyangkut diri yang menetap; (g) Dirundung oleh rasa persekongkolan dari suatu peristiwa terhadap baik diri pasien maupun dunia pada umumnya tanpa bukti. Termasuk: paranoid ekspansif, (gangguan) kepribadian paranoid yang sensitive dan suka mengeluh/membantah dan fanatik. Tak termasuk: gangguan waham (F22.-) skizofrenia (F20.-) F60.1 Gangguan Kepribadian Skizoid Gangguan kepribadian yang memenuhi deskripsi berikut: (a) Hanya sedikit saja, bila ada, aktivitas yang memberikan kebahagiaan; (b) Emosi dingin, afek dasar; (c) Kurang mampu untuk menyatakan kehangatan, kelembutan, atau kemarahan terhadap orang lain; (d) Ketidakpedulian yang nyata terhadap pujian atau kecaman; (e) Kurang tertarik untuk menjalin pengalaman seksual dengan orang lain (dengan memperhitungkan umurnya); (f) Hampir selalu memilih aktivitas yang menyendiri; (g) Dirundung oleh fantasi dan introspeksi yang berlebihan; (h) Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang akrab (kalau ada hanya satu) dan keinginan untuk mempunyai hubungan seperti itu; (i) Sangat tidak sensitive terhadap norma dan kebiasaan sosial yang berlaku Tak termasuk: sindrom Asperger (F84.5), Gangguan waham (F22.0), Gangguan schizoid masa kanak (F84.5), Skizofrenia (F20.-), Gangguan skizotipal (F21) F60.2 Gangguan Kepribadian Dissosial Gangguan kepribadian ini biasanya timbul karena perbedaan yang besar antara perilaku dan norma sosial yang berlaku, dan ditandai oleh: (a) Bersikap tidak peduli dengan perasaan orang lain; (b) Sikap yang amat tidak bertanggung jawab dan menetap dan tidak peduli terhadap norma, peraturan dan kewajiban sosial; (c) Tidak mampu untuk mempertahankan hubungan agar berlangsung lama, meskipun tidak ada kesulitan untuk mengembangkannya; (d) Mudah menjadi frustrasi dan bertindak agresif, termasuk tindak kekerasan; (e) Tidak mampu untuk menerima kesalahan dan belajar dari pengalaman, terutama dari hukuman; (f) Sangat cenderung untuk menyalahkan orang lain, atau menawarkan rasionalisasi yang dapat diterima, untuk perilaku yang telah membawa pasien dalam konflik sosial. Mungkin disertai iritabilitas yang menetap. Gangguan tingkah laku pada masa kanak dan remaja, meskipun tidak selalu ada, dapat mendukung diagnosis. Termasuk: (gangguan) kepribadian amoral, antisosial, asocial, psikopatik, dan sosiopatik. Tidak termasuk: gangguan tingkah laku (F91.-), gangguan kepribadian emosional tak stabil (F60.3). F60.3 Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil Suatu gangguan kepribadian dimana terdapat kecenderungan yang mencolok untuk bertindak secara impulsif tanpa mempertimbangkan konsekuensi, bersamaan dengan ketidakstabilan afek. Kemampuan merencanakan sesuatu mungkin minimal dan ledakan kemarahan yang hebat sering kali dapat menjurus kepada kekerasan atau “ledakan perilaku”; hal ini mudah ditimbulkan jika kegiatan impulsif dikritik atau dihalangi oleh orang lain. Dia varian dari gangguan kepribadian ini telah ditentukan dan keduanya mempunyai persamaan motif umum berupa impulsivitas dan kekurangan pengendalian diri. F60.30 Tipe Impulsif Ciri khas yang predominan adalah ketidakstabilan emosional dan kekurangan pengendalian impuls (dorongan hati). Ledakan kekerasan atau perilaku mengancam lazim terjadi, khususnya sebagai tanggapan terhadap kritik orang lain. Termasuk: (gangguan) kepribadian eksplosif dan agresif Tak Termasuk: gangguan kepribadian dissosial (F60.2) F60.31 Tipe Ambang Terdapat beberapa ciri khas ketidakstabilan emosional: lagi pula, gambaran diri pasien, tujuan, dan preferensi internalnya (termasuk seksual) sering kali tidak jelas atau terganggu. Biasanya terdapat perasaan kosong yang kronis. Kecenderungan terlibat dalam pergaulan yang erat dan tidak stabil dapat menyebabkan krisis emosional yang berulang dan mungkin disertai dengan usaha yang berlebihan untuk menghindarkan dirinya ditinggalkan dan serangkaian ancaman bunuh diri atau tindakan pembahayaan diri (meskipun hal ini dapat terjadi tanpa pencetus yang nyata). Termasuk: (gangguan) kepribadian ambang F60.4 Gangguan Kepribadian Histrionis Gangguan kepribadian yang ditandai oleh: (a) (b) (c) (d) Ekspresi emosi yang didramatisasikan sendiri, teatrikalitas dan dibesar-besarkan; Bersifat sugestif, mudah dipengaruhi oleh orang lain atau keadaan; Afek datar dan labil; Terus-menerus mencari kepuasan (excitement) , apresiasi oleh orang lain, dan aktivitas dimana pasien menjadi pusat perhatian; (e) Kegairahan yang tidak pantas dalam penampilan atau perilaku; (f) Terlalu mementingkan daya tarik fisik Gambaran penyerta mungkin mencakup egosentrisitas, pemuasan diri, terus-menerus mengharapkan apresuasi, perasaan mudah tersinggung dan perilaku manipulative yang menetap untuk mencapai kepentingan pribadi. Termasuk: (gangguan) kepribadian histeris dan psikoindantil F60.5 Gangguan Kepribadian Anankastik Gangguan kepribadian yang ditandai oleh: (a) (b) (c) (d) Perasaan ragu dan hati-hati yang berlebihan; Keterpakuan pada rincian, peraturan, daftar, perintah, organisasi atau jadwal; Perfeksionisme yang menghambat penyelesaian tugas; Ketelitian yang berlebihan, terlalu hati-hati, dan kecenderungan yang tidak semestinya untuk menciptakan kesenangan dan hubungan interpersonal; (e) Keterpakuan dan keterikatan yang berlebihan pada kebiasaan sosial; (f) Kaku dan keras kepala; (g) Pemaksaan secara tidak masuk akal agar orang lain melakukan sesuatu menurut caranya, atau keengganan yang tak masuk akal untuk mengizinkan orang lain untuk melakukan sesuatu; (h) Mencampuradukkan pikiran atau dorongan yang bersifat memaksa atau yang tidak disukai. Termasuk: (gangguan) kepribadian yang obsesif dan kompulsif, gangguan kepribadian obsesif-kompulsif Tak termasuk: gangguan obsesif-kompulsif (F42.-) F60.6 Gangguan Kepribadian Cemas (Menghindar) Gangguan kepribadian yang ditandai oleh: (a) (b) (c) (d) (e) (f) Perasaan tegang dan takut yang menetap dan pervasif; Merasa dirinya tak mampu, tidak menarik atau lebih rendah daripada orang lain; Kekhawatiran yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi sosial; Keengganan untuk terlibat dengan orang kecuali merasa yakin akan disukai; Pembatasan gaya hidup karena alasan keamanan fisik; Menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak Gambaran penyerta mungkin mencakup hipersensistivitas terhadap penolakan dan kritik. F60.7 Gangguan Kepribadian Dependen Gangguan kepribadian yang ditandai oleh: (a) Mendorong atau membiarkan orang lain untuk mengambil sebagian besar keputusan penting bagi dirinya; (b) Meletakkan kebutuhan sendiri lebih rendah daripada orang lain pada siapa ia bergantung, dan kerelaan yang tidak semestinya terhadap keinginan mereka; (c) Keengganan untuk mengajukan tuntutan yang layak kepada orang pada siapa ia bergantung; (d) Perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidakmampuan mengurus diri sendiri; (e) Terpaku pada ketakutan akan ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya dan ditinggalkan agar mengurus diri sendiri; (f) Keterbatasan kemampuan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa mendapat nasihat yang berlebihan dan diyakinkan oleh orang lain. Gambaran penyerta dapat mencakup perasaan tidak berdaya, tidak kompeten dan kehilangan stamina. Termasuk: (gangguan) kepribadian astenik, inadekuat, pasif, dan menyalahkan diri sendiri. F60.8 Gangguan Kepribadian Khas Lainnya Gangguan kepribadian yang tidak cocok dengan rubric khusus F60.0 – F60.7 Termasuk: (gangguan) kepribadian eksentrik, tipe “haltlose”, imatur, narsistik, pasif-agresif, dan psikoneurotik. F60.9 Gangguan Kepribadian YTT Termasuk: neurosis watak YTT, kepribadian patologis YTT F61 GANGGUAN KEPRIBADIAN CAMPURAN LAINNYA Kategori ini dimaksudkan untuk gangguan kepribadian dan abnormalitas yang sering kali menyulitkan tetapi tidak menunjukkan pola spesifik dari gejala yang menjadi ciri khas dari gangguan dalam F60.-. Sebagai akibat sering kali lebih sukar didiagnosis daripada gangguan di dalam kategori itu. Dua tipe dikhususkan di sini dengan karakter keempat; setiap tipe lain sebaiknya diberi kode F60.8. F61.0 Gangguan Kepribadian Campuran Dengan gambaran beberapa gangguan pada F60.; tetapi tanpa suatu kumpulan gejala yang predominan yang memungkinkan suatu diagnosis yang lebih khas. F61.1 Perubahan Kepribadian yang Bermasalah Tidak dapat diklasifikasikan pada F60.- atau F61.- dan dianggap sebagai sekunder terhadap suatu diagnosis utama berupa suatu gangguan afektif atau anxietas yang ada secara bersamaan. Tak Termasuk: aksentuasi ciri kepribadian (Z73.1) F62 PERUBAHAN KEPRIBADIAN YANG BERLANGSUNG LAMA YANG TIDAK DIAKIBATKAN OLEH KERUSAKAN ATAU PENYAKIT OTAK Kelompok ini meliputi gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa yang berkembang mengikuti stres yang sangat berkepanjangan atau katastrofik, atau mengikuti penyakit jiwa yang berat, pada pasien yang tanpa gangguan kepribadian sebelumnya. Diagnosis ini harus dibuat hanya apabila ada bukti yang pasti dan perubahan yang berlangsung lama pada pola seseorang dalam hal menerima, berhubungan dengan atau berpikir tentang lingkungan dan dirinya sendiri. Perubahan kepribadian harus bermakna dan disertai dengan perilaku yang tidak fleksibel dan maladaptif yang tidak ada sebelum kejadian yang patogenik. Perubahan tidak boleh merupakan manifestasi dari gangguan jiwa lainnya, atau sebagai gejala residual dari suatu gangguan jiwa sebelumnya. Perubahan kepribadian yang berlangsung lama seperti ini paling sering menyusul suatu pengalaman traumatik yang dahsyat, tetapi mungkin juga berkembang kemudian mengikuti suatu gangguan jiwa yang berat, berulang dan berkepanjangan. Kemungkinan sukar untuk membedakan antara perubahan kepribadian yang didapat dengan eksaserbasi atau tampilnya suatu gangguan kepribadian yang sudah ada akibat stress, ketegangan atau pengalaman psikotik. Perubahan kepribadian yang berlangsung lama, harus didiagnosis hanya apabila perubahan merupakan penampakan dari suatu keadaan yang permanen dan berlainan, yang secara etiologis dapat ditelusuri kembali pada adanya pengalaman yang nyata dan sangat ekstrem. Diagnosis tidak boleh dibuat apabila gangguan kepribadian itu sekunder karena kerusakan atau penyakit otak. Tak Termasuk: gangguan kepribadian dan perilaku akibat penyakit, kerusakan dan disfungsi otak (F07.-) F62.0 Perubahan Kepribadian yang Berlangsung Lama setelah Mengalami Katastrofa Perubahan kepribadian yang berlangsung lama dapat menyertai suatu pengalaman stres katastrofik. Stres harus sedemikian ekstrem sehingga tidak perlu lagi untuk mempertimbangkan kerentanan pasien agar dapat menjelaskan efeknya yang berat pada kepribadian. Contoh mencakup pengalaman kamp konsentrasi, penyiksaan, bencana, menghadapi ancaman maut yang berlangsung lama (misalnya penyanderaan, pemahaman dalam waktu yang lama dengan kemungkinan ancaman dibunuh). Gangguan stres pascatrauma dapat mendahului jenis perubahan kepribadian ini, yang dapat dilihat sebagai sekuel yang ireversibel dan kronis dari suatu gangguan stres. Namun demikian, pada keadaan lain, perubahan kepribadian yang berlangsung lama yang memenuhi uraian di bawah ini dapat berkembang tanpa suatu fase sementara berupa gangguan stres pasca-trauma yang manifest (nyata). Tetapi perubahan kepribadian yang berlangsung lama yang mengikuti suatu pengalaman ancaman maut jangka pendek seperti kecelakaan kendaraan, tidak boleh dimasukkan dalam kategori ini, sebab riset yang terakhir menunjukkan bahwa perkembangan demikian tergantung pada kerentanan psikologis yang sebelumnya sudah ada. Pedoman Diagnostik Perubahan kepribadian harus berlangsung lama dan muncul sebagai gambaran yang tidak fleksibel dan maladaptif yang menjurus kepada kegagalan dalam fungsi interpersonal, sosial, dan pekerjaan. Biasanya perubahan kepribadian harus dipastikan berdasarkan keterangan yang dapat diandalkan. Untuk menegakkan diagnosis, adalah esensial untuk memastikan gambaran yang tidak tampak sebelumnya, seperti : (a) (b) (c) (d) (e) Sikap bermusuhan dan tidak percaya menghadapi dunia; Penarikan diri dari masyarakat; Perasaan kosong dan putus asa; Perasaan terpojok yang kronis seperti terancam terus-menerus; Keterasingan Perubahan kepribadian ini harus sudah ada selama minimal 2 tahun, dan harus tidak disebabkan oleh gangguan kepribadian yang sebelumnya sudah ada atau karena suatu gangguan jiwa selain gangguan stres pasca-trauma. Adanya kerusakan atau penyakit otak yang dapat menyebabkan gambaran klinis yang serupa harus disingkirkan. Termasuk: Perubahan kepribadian setelah suatu pengalaman di kamp konsentrasi, bencana, berada dalam sekapan yang berkepanjangan yang disertai ancaman kemungkinan dibunuh, berada dalam keadaan ancaman maut secara berkepanjangan seperti menjadi korban terorisme atau penyiksaan. Tak Termasuk: gangguan stres pasca-trauma (F43.1) F62.1 Perubahan Kepribadian yang Berlangsung Lama Akibat Penyakit Psikiatrik Perubahan kepribadian yang disebabkan oleh pengalaman traumatik akibat menderita penyakit jiwa yang berat. Perubahan tidak dapat dijelaskan oleh gangguan kepribadian yang sudah ada sebelumnya dan harus dibedakan dari skizofrenia residual dan keadaan sembuh tak sempurna lain karena suatu gangguan jiwa sebelumnya. Perubahan Diagnostik Perubahan Kepribadian harus berlangsung lama dan tampil sebagai pola yang tidak fleksibel dan maladaptif dalam fungsi dan pengalamannya, yang mengarah kepada problem yang berkepanjangan dalam fungsi interpersonal, sosial, atau pekerjaan dan penderitaan subjektif. Tidak boleh ada tanda bahwa sebelumnya sudah ada gangguan kepribadian yang akan menjelaskan terjadinya perubahan kepribadian itu, dan diagnosis tidak boleh berdasarkan suatu gejala residual gangguan jiwa sebelumnya. Perubahan kepribadian berkembang mengikuti penyembuhan klinis suatu gangguan jiwa yang harus telah dialami sebagai sangat menekan secara emosional, dan menghancurkan citra-diri pasien. Sikap atau reaksi orang lain terhadap pasien sesudah penyakit itu adalah penting dalam menentukan dan memperkuat persepsi pasien terhadap derajat stres. Tipe perubahan kepribadian ini tidak dapat dimengerti sepenuhnya tanpa mempertimbangkan pengalaman emosional yang subjektif dan kepribadian sebelumnya, penyesuaian dirinya dan kerentanan khasnya. Tanda diagnostik untuk jenis perubahan kepribadian ini harus mencakup gambaran klinis sebagai berikut: (a) Sikap ketergantungan pada dan sikap menurut dari orang lain yang berlebihan; (b) Tuduhan bahwa dirinya berubah atau cacat oleh karena penyakit terdahulu, menjurus kepada ketidakmampuan membentuk dan mempertahankan hubungan pribadi yang dekat dan terpercaya serta isolasi sosial; (c) Pasif, minat berkurang dan menurunnya keterlibatan dalam aktivitas rekreasi; (d) Selalu mengeluh sakit, yang tidak mungkin disertai dengan keluhan hipokondrik dan perilaku sakit; (e) Disforia atau suasana perasaan yang labil, yang tidak disebabkan oleh adanya gangguan jiwa saat ini atau gangguan jiwa sebelumnya dengan gejala afektif residual; (f) Hendaya yang bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan dibandingkan dengan keadaan sebelum sakit. Manifestasi tersebut di atas sudah ada selama kurun waktu 2 tahun atau lebih. Perubahan bukan terjadi karena kerusakan atau penyakit otak yang berat. Adanya diagnosis skizofrenia sebelumnya tidak menyingkirkan kemungkinan diagnosis ini. F62.8 Perubahan Kepribadian yang Berlangung Lama Lainnya Termasuk: perubahan kepribadian yang berlangsung lama sesudah pengalaman yang tidak disebutkan dalam F62.0 dan F62.1, seperti sindrom kepribadian nyeri kronis dan perubahan kepribadian yang berlangsung lama sesudah peristiwa kematian. F62.9 Perubahan Kepribadian yang Berlangsung Lama YTT F63 GANGGUAN KEBIASAAN DAN IMPULS Gangguan kebiasaan dan impuls ditandai olehaksi berulang yang tidak mempunyai motivasi yang rasional dan jelas, umumnya merugikan diri sendiri dan orang lain. Penderitanya melaporkan bahwa perilakunya disertai impuls yang tidak dapat dikendalikan. Penyebab kelainan ini tidak diketahui. F63.0 Judi Patalogis Penderita gangguan ini mungkin mempertaruhkan pekerjaannya, mempunyai banyak hutang, melakukan pelanggaran hukum, semuanya dalam rangka memperoleh uang. Pasien dengann gangguan ini memperlihatkan dorongan yang kuat untuk berjudi, sukar dikendalikan dengan preokupasi ide dan khayalan tentang kegiatan perjudian itu.Preokupasi dan dorongan ini sering kali meningkat pada saat menghadapi stress. Gambaran yang esensial dari gangguan ini adalah berjudi secara berulang dan menetap. Berlanjut dan sering meningkat meskipun ada konsekuensi sosial yang merugikan yang penderita dapatkan, seperti kemiskinan, kegagalan rumah tangga, kekacauan kehidupan pribadi. Diagnosis banding. Judi patologis ini dibedakan dari: - Judi dan taruhan. Dimana judi yang sering untuk kesenangan atau sebagai upaya untuk mendapatkan uang, orang dalam katagori ini dapat menahan diri apabila kalah banyak atau ada efek merugikan lain - Judi berlebihan oleh pasien manik - Judi oleh kepribadian sosiopatik. Terdapat gangguan perilaku sosial yang menetap, yang tampak dalam kegiatan yang agresif atau memperlihatkan sangat kurangnya kepedulian akan kesejahteraan orang lain. F63.1 Bakar Patologis (piromania) Gangguan ini ditandai oleh tindakan yang berulang kali atau usaha membakar harta benda atau barang lain tanpa tujuan yang jelas. Adanya keasyikan yang menetap pada benda yang berhubungan dengan api dan kebakaran. Mungkin juga ada minat yang luar biasa terhadap mobil pemadam kebakaran dan alat pemadam api lainnya, serta memanggil petugas pemadam kebakaran. Pedoman diagnostik: - Berulang-ulang melakukan pembakaran tanpa motif yang jelas - Sangat tertarik menonton peristiwa kebakaran - Perasaan tegang sebelum kejadian dan snagat puas segera setelah berhasil dilaksanakan Diagnostik Banding: - Sengaja melakukan pembakaran tanpa manifestasi gangguan psikiatrik (jadi ada motif yang jelas) - Pembakaran oleh anak muda dengan gangguan tingkah laku dimana terbukti ada gangguan perilaku lain seperti mencuri, menyerang, atau menipu - Pembakaran oleh orang dewasa dengan gangguan kepribadian sosiopatik. Dimana terbukti terdapat gangguan menetap lain dalam perlaku sosialnya seperti agresi, atau ketidak pedulian terhadap orang lain disekitarnya. - Pembakaran pada skizofrenia, dimana kebakaran secara khas ditimbulkan oleh ideide waham atau perintah dari suara halusinasi - Pembakaran pada gangguan psikiatrik organic. Kebakaran terjadi karena kecelakaan akibat kebingungan, kurangnya daya ingat, atau hilangnya kewaspadaan akan akibat dari perbuatannya, atau kombinasi dari faktor-faktor ini. Dimensia atau keadaan organic akut mungkin juga menjurus pada pembakaran karena kurang hati-hati, mabuk akut, alkoholisme kronis, atau intoksikasi obat lain. F63.2 Curi Patologis (kleptomania) Gangguan ini ditandai dengan kegagalan menahan dorongan yang berulang-ulang untuk mencuri sesuatu yang tidak dibutuhkan atau tidak menghasilkan uang. Barang itu kemudian dibuang, diberikan kepada orang lain atau dikumpulkan. Pedoman diagnostik: Terdapat peningkatan ketegangan sebelum melakukan aksi, merasa puas pada saat melakukan aksi dan segera sesudahnya. Meskipun upaya untuk menyembunyikan dilakukan, tetapi tidak setiap kesempatan yang ada digunakan. Pencurian ini biasanya merupakan aksi soliter dan tidak dibantu oleh kaki tangan. Individu mungkin tampak gelisah, murung, dan bersalah diantara episode pencurian terjadi, namun hal itu tidak menghentikannya mengulangi pencurian. Diagnosis Banding. Ciri patlogis harus dibedakan dari: - Pencurian berulang di toko tanpa manifestasi suatu gangguan psikiatrik, dimana aksinya direncanakan dengan lebih hati-hati dan terdapat motif keuntungan pribadi yang jelas. - Gangguan mental organic, dengan berulang kali gagal untuk membayar barang belanjaan yang disebabkan ingatan yang buruk dan adanya deteriorasi intelektual lain - Gangguan depresif dengan pencurian, berupa individu yang depresif melakukan pencurian dan mungkin akan tetap mengulanginya selama gangguan depresif in imasih ada. F63.3 Trikotilomania Gangguan ditandai oleh kerontokan rambut kepala akibat berulangkali gagal menahan diri terhadap impuls untuk mencabut rambut. Pencabutan rambut ini biasanya didahului oleh ketegangan yang memuncak dan diikuti rasa lega atau puas. F63.8 Gangguan kebiasaan dan impuls lainnya Katagori ini digunakan untuk jenis lain dari perilaku maladaptive yang tetap berulang, yang bukan sekunder terhadap sindrom psikiatrik yang dikenal, dan dimana tampak kegagalan berulang untuk menahan dorongan umpuls untuk melakukan perilaku tersebut. Terdapat periode prodromal berupa ketegangan dengan perasaan lega pada saat terjadinya aksi tersebut. F64 GANGGUAN IDENTITAS JENIS KELAMIN F64.0 Transseksualisme Suatu hasrat untuk hidup dan diterima sebagai anggota dari kelompok lawan jenisnya, biasanya disertai perasaan tidak enak atau tidak sesuai dengan anatomi seksualnya dan menginginkan untuk memperoleh terapi hormonal dan pembedahan untuk membuat tubuhnya semirip mungkin dengan jenis kelamin yang diinginkan. Pedoman diagnostik Untuk menegakkan diagnosis ini, identitas transeksual harus sudah menetap selama minimal 2 tahun, dan harus bukan merupakan gejala dari gangguan jiwa lain seperti skizofrenia, atau disertai oleh suatu kelainan interseks, genetik, atau kromosom seks. F64.1 Transvetisme Peran Ganda Mengenakan jenis pakaian dari lawan jenis sebagai bagian dari eksistensi dirinya untuk menikmati sejenak pengalaman sebagai anggota lawan jenisnya, tetapi tanpa hasrat untuk mengubah jenis kelamin secara lebih permanen atau untuk diikuti dengan tindakan bedah. Tidak ada kepuasan seksual yang menyertai pemakaian pakaian lawan jenis tersebut, yang membedakan gangguan ini dari transvestisme fetishistik (F65.1). Termasuk: gangguan identitas jenis kelamin masa remaja dan dewasa, tipe nontransseksual Tak termasuk: transvestisme fetishistik (F65.1) F64.2 Gangguan Identitas Jenis Kelamin Masa Kanak Gangguan yang biasanya tampak pertama kali pada masa dini kanak (dan selalu sebelum pubertas), ditandai oleh stress yang dalam dan permanen tentang jenis kelaminnya, bersamaan dengan hasrat untuk menjadi (atau keteguhan bahwa dirinya adalah) lawan jenisnya. Terdapat kecenderungan yang menetap terhadap pakaian atau aktivitas lawan jenisnya dan/atau penolakan terhadap jenis kelaminnya sendiri. Gangguan seperti ini relatif jarang dan jangan dikacaukan dengan gangguan yang lebih sering berupa kejanggalan dengan perilaku peran seksual yang stereotipik. Diagnosis gangguan identitas jenis kelamin masa kanak membutuhkan adanya gangguan yang mencolok dari perasaan yang normal sebagai laki-laki atau perempuan; hanya ada perilaku tomboi pada anak perempuan atau perilaku seperti anak perempuan pada anak laki-laki saja tidak cukup. Diagnosis tidak dapat dibuat apabila anak telah mencapai pubertas. Karena gangguan identitas jenis kelamin masa kanak mempunyai banyak gambaran yang biasanya terdapat pada gangguan identitas lainnya dalam bagian ini, maka ia diklasifikasikan dalam F64.- daripada dalam F90-F98. Pedoman Diagnostik Gambaran diagnostic esensial adalah keinginan anak yang pervasive dan menetap untuk menjadi (atau keteguhan bahwa dirinya adalah) jenis kelamin lawan jenisnya, disertai penolakan terhadap perilaku, atribut dan/atau pakaian yang sesuai untuk jenis kelaminnya. Yang khas adalah bahwa manifestasi pertama timbul selama usia prasekolah; untuk menegakkan diagnosis, gangguan harus sudah tampak sebelum pubertas. Untuk semua jenis kelamin, mungkin ada penolakan terhadap struktur anatomi jenis seksualnya sendiri, tetapi hal ini tidak lazim, mungkin jarang terjadi. Yang karakteristik adalah anak dengan gangguan identitas jenis kelamin, menyangkal bahwa dirinya terganggu, meskipun mereka mungkin tertekan oleh konflik dengan keinginan orangtua atau kawan-sebayanya dan oleh ejekan dan/atau penolakan yang mungkin mereka alami. Anak laki-laki lebih banyak mengalami gangguan ini daripada anak perempuan. Yang khas, mulai usia prasekolah dan seterusnya anak laki-laki akan cenderung bermain dengan permainan dan aktivitas anak perempuan, dan mungkin lebih memilih untuk berpakaian perempuan atau wanita. Namun pergantian pakaian tersebut tidak menimbulkan kenikmatan seksual (seperti pada transvestisme fetishistik pada orang dewasa (F65.1)). Mereka mungkin berkeinginan kuat untuk berpartisipasi dalam permainan dan rekreasi anak perempuan, boneka perempuan sering menjadi favorit dan sering kali mereka lebih memilih anak perempuan sebagai teman bermain. Pengasingan sosial cenderung timbul pada awal usia sekolah dan puncaknya pada pertengahan usia anak-anak, dengan mengalami ejekan- ejekan dari anak laki-laki lain. Sebagian besar perilaku feminine bisa berkurang pada usia remaja, tetapi studi lanjutan menunjukkan bahwa antara 1/2 – 2/3 dari anak laki-laki dengan gangguan identitas jenis kelamin masa kanak menunjukkan orientasi homoseksual selama dan sesudah masa remaja. Namun demikian, sedikit sekali menunjukkan transseksualisme pada usia dewasa (meski kebanyakan orang dewasa dengan transsesualisme melaporkan bahwa mereka mempunyai riwayat masalah identitas jenis kelamin pada masa kanak). Pada sampel klinik, gangguan identitas jenis kelamin pada anak perempuan lebih jarang daripada anak laki-laki, tetapi tak diketahui apakah rasio seksual ini juga berlaku dalam populasi umum, Pada anak perempuan seperti laki-laki, biasanya ada manifestasi dini berupa kecenderungan perilaku yang stereotipis berkaitan dengan lawan jenisnya. Secara khas, anak perempuan dengan gangguan ini mempunyai teman main laki-laki dan menunjukkan kesukaan yang mencolok pada olahraga dan permainan yang keras dan kasar; mereka tidak tertarik pada boneka, atau peran wanita dalam bermain “bapak-ibu” atau “rumah-rumahan”. Anak perempuan dengan gangguan identitas jenis kelamin cenderung untuk tidak mengalami pengasingan sosial seperti yang dialami anak laki-laki, meskipun mereka dapat menderita karena ejekan pada masa lanjut kanak atau remaja. Kebanyakan berhenti berlaku dan berpakaian seperti anak laki-laki ketika mencapai usia remaja, tetapi beberapa tetap mempertahankan identifikasi sebagai laki-laki dan lebih lanjut menunjukkan orientasi homoseksual. Terkadang, gangguan identitas jenis kelamin mungkin disertai dengan penyangkalan yang menetap dari struktur anatomi seksualnya. Pada anak perempuan hal ini mungkin akan dimanifestasikan dengan penegasan secara berulang-ulang bahwa mereka memiliki atau akan tumbuh penisnya dan menolak untuk kencing dalam posisi jongkok, atau menyatakan tidak ingin tumbuh buah dadanya atau tidak ingin menstruasi. Pada anak laki-laki, mereka akan menegaskan berulang-ulang bahwa mereka secara fisik akan tumbuh sebagai seorang wanita, bahwa penis dan testes adalah menjijikkan dan nanti akan hilang dan/atau mungkin lebih baik kalau tidak mempunyai penis atau testes. Tak termasuk: orientasi seksual egodistonik (F66.1), Gangguan menstruasi seksual (F66.0) F64.8 Gangguan Identitas Jenis Kelamin Lainnya F64.9 Gangguan Identits Jenis Kelamin YTT Termasuk: gangguan peran jenis kelamin YTT F65 GANGGUAN PREFERENSI SEKSUAL Termasuk: Parafilia Tak termasuk: problem yang berhubungan dengan orientasi seksual (F66) F65.0 Festishisme Pengandaian pada benda mati sebagai suatu stimulus yang dapat membangkitkan gairah seksual dan memberikan kepuasan seksual. Banyak objek fetish merupakan ekstensi dari tubuh manusia, seperti pakaian atau sepatu. Beberapa contoh lain yang lazim ditandai oleh beberapa bentuk atau wujud tertentu seperti karet, plastik, atau kulit. Objek fetish bervariasi pentingnya bagi individu: dalam kasus tertentu mereka hanya bermanfaat secara sederhana untuk meningkatkan kepuasan seksual yang dapat dicapai dengan cara biasa (misalnya dengan partnernya memakai pakaian tertentu). Pedoman diagnostik Fetishisme harus didiagnosis apabila fetish merupakan sumber yang paling penting dari stimulasi seksual atau esensial untuk respon seksual yang memuaskan. Fantasi fetishistik adalah lazim, tetapi tidak menjadi suatu gangguan kecuali apabila menjurus pada suatu ritual yang begitu memaksa dan tidak semestinya sampai mengganggu hubungan seksual dan menyebabkan penderitaan pada individu. Fetishisme terbatas hanya khusus pada pria. F65.1 Transvestisme Festishistik Mengenakan pakaian dari lawan jenis dengan tujuan untuk mencapai kepuasan seksual. Pedoman diagnostik Gangguan ini dibedakan dari Fetishisme Simpleks dimana pakaian sebagai barang Fetishistik bukan hanya sekedar dikenakan tetapi dikenakan juga untuk menciptakan penampilan seseorang dari lawan jenis. Biasanya lebih dari satu barang yang dikenakan dan sering kali suatu perlengkapan menyeluruh, termasuk rambut palsu dan tata rias wajah. Transvestisme Fetishistik dibedakan dari transvestime transseksual oleh adanya hubungan yang jelas dalam membangkitkan gairah seksual dan keinginan/hasrat yang kuat untuk melepaskan baju tersebut apabila orgasme sudah terjadi dan gairah seksual menurun. Adanya riwayat transvestisme fetishistik biasanya dilaporkan sebagai fase awal oleh para penderita transseksualisme dan mungkin merupakan suatu stadium dalam perkembangan transseksualisme pada kasus demikian. Termasuk: fetishisme transvestik F65.2 Ekshibisionisme Kecenderungan yang berulang atau menetap untuk memamerkan alat kelamin kepada orang asing (biasanya lawan jenis) atau kepada orang banyak di tempat umum tanpa ajakan atau niat untuk berhubungan lebih akrab. Biasanya, tetapi tidak selalu, terdapat kepuasan seksual pada saat memamerkan dan aksi ini lazim diikuti dengan masturbasi. Kecenderungan ini mungkin tampak hanya pada saat stress/krisis emosional diselingi kurun waktu yang lama tanpa timbulnya perilaku overt. Pedoman diagnostik Ekshibisionisme hampir sama sekali terbatas pada laki-laki heteroseksual yang memamerkan kepada wanita, remaja atau dewasa, biasanya menghadap mereka dalam jarak yang aman di tempat umum. Pada beberapa penderita ekshibisionisme merupakan satu-satunya penyaluran seksual, tetapi pada penderita lainnya kebiasaan ini dilakukan secara simultan dengan kehidupan seks yang aktif dalam hubungan jangka panjang, meskipun dorongan tersebut mungkin menjadi lebih menekan pada saat adanya konflik dalam hubungan tersebut. Kebanyakan ekshibisionisme mendapatkan kesulitan mengendalikan dorongan tersebut dan bersifat ego-alien. Kalau penonton yang melihat tampak kaget, takut, atau terkesan, maka penikmatan ekshibisionime akan makin meningkat. F65.3 Voyeurisme Suatu kecenderungan yang berulang atau menetap untuk melihat orang yang berhubungan seksual atau berperilaku intim seperti menanggalkan pakaian. Hal ini biasanya menjurus pada penguasaan seksual dan masturbasi dan dilaksanakan tanpa orang yang diintipnya menyadarinya. F65.4 Pedofilia Preferensi seksual terhadap anak-anak, biasanya prapubertas atau awal masa pubertas. Beberapa pedofilis tertarik hanya pada anak perempuan, yang lainnya hanya pada anak lakilaki, yang lain lagi menyukai keduanya. Pedofilia jarang ditemukan pada perempuan. Hubungan antara orang dewasa dengan remaja yang sudah matur secara sosial tidak dapat diterima oleh masyarakat, terutama jika kedua pihak yang berkelamin sejenis, tetapi tidak harus disertai dengan pedofilia. Adanya suatu kejadian tersendiri, terutama apabila pelakunya seorang remaja, tidak menetapkan adanya kecenderungan yang menetap atau predominan yang dibutuhkan untuk diagnosis. Termasuk dalam pedofilia, bagaimana pun juga, adalah laki-laki yang mempunyai preferensi partner seks dewasa, tetapi karena mereka secara kronis mengalami frustasi untuk berhubungan secara memadai, maka kebiasaan mereka beralih kepada anak-anak sebagai pengganti. Pria yang merusak secara seksual anak-anak prapubertas mereka sendiri, biasanya juga mendekati anak lain, tetapi dalam tiap kasus perilaku mereka merupakan indikasi pedofilia. F65.5 Sadomasokisme Suatu preferensi terhadap aktivitas seksual yang meliputi pengikatan atau menimbulkan rasa sakit atau penghinaan. Jikalau individu lebih suka untuk menjadi resipien dari perangsangan demikian, maka disebut masokisme, jika sebagai pelaku disebut sadisme. Sering kali individu memperoleh kepuasan seksual dari kedua aktivitas, baik sadisme maupun masokisme. Stimulasi sadomasokisme berderajat ringan biasanya digunakan untuk meningkatkan aktivitas seksual yang sebetulnya normal. Kategori ini hanya digunakan apabila aktivitas sadomasokistik merupakan sumber rangsangan yang terpenting untuk pemuasan seksual. Sadisme seksual kadang-kadang sukar dibedakan dari kekejaman pada hubungan seksual atau kemarahan yang tidak berhubungan dengan erotisisme. Oleh karena kekerasan diperlukan untuk membangkitkan birahi, maka diagnosis dapat ditentukan dengan jelas. Termasuk: masokisme, sadisme F65.6 Gangguan Preferensi Seksual Multipel Kadang-kadang lebih dari satu gangguan preferensi seksual terjadi pada seseorang dan tidak satu pun lebih diutamakan daripada yang lainnya. Kombinasi yang paling sering adalah fetishisme, transvestisme, dan sadomasokisme. F65.8 Gangguan Preferensi Seksual Lainnya Suatu varietas dari pola lain pada preferensi dan aktivitas seksual mungkin terjadi, yang masing-masing relatif tidak lazim. Ini mencakup kegiatan seperti melakukan panggilan telepon cabul. Meggosok – menempel pada orang untuk stimulasi seksual di tempat umum yang ramai (frotteurisme), aktivitas seksual dengan binatang, menggunakan cekikan atau anoksia untuk mengintensifkan kepuasan seksual dan kesukaan terhadap partner dengan cacat badan tertentu seperti tungkai yang diamputasi. Perbuatan erotik terlalu bermacam-macam dan banyak di antaranya terlalu jarang atau idiosinkratik untuk diberikan istilah khusus untuk setiap kelainan. Menelan urine, melaburkan feses, atau menusuk kulup atau putting susu mungkin merupakan sebagian dari perilaku yang termasuk sadomasokisme. Masturbasi dengan berbagai cara adalah lazim, tetapi praktek yang lebih ekstremseperti memasukkan benda ke rektrum atau uretra penis atau strangulasi diri parsialis, apabila menggantikan hubungan seksual yang lazim, termasuk dalam abnormalitas. Nekrofilia juga harus dimasukkan dalam kategori ini. Termasuk: frotteurisme, nekrofilia F65.9 Gangguan Preferensi Seksual YTT Termasuk: deviasi seksual YTT F66 GANGGUAN PSIKOLOGIS DAN PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERKEMBANGAN DAN ORIENTASI SEKSUAL Catatan : Orientasi seksual sendiri jangan dianggap sebagai suatu gangguan. Kode lima karakter berikut mungkin bisa digunakan untuk menunjukkan variasi perkembangan atau orientasi seksual yang mungkin menjadi problem bagi individu. F66.x0 Heteroseksualitas F66.x1 Homoseksualitas F66.x2 Biseksualitas Hanya digunakan apabila terbukti jelas adanya ketertarikan secara seksual kepada kedua jenis kelamin. F66.x8 Lainnya, termasuk prapubertas F66.0 Gangguan Maturitas Seksual Individu menderita karena ketidakpastian tentang identitas jenis kelaminnya atau orientasi seksualnya, yang menimbulkan kecemasan atau depresi. Paling sering terjadi pada remaja yang tidak tahu pasti apakah mereka homoseksual, heteroseksual, atau biseksual dalam orientasi, atau pada individu yang sesudah suatu periode orientasi seksual yang tampak stabil, sering kali setelah hubungan yang berlangsung lama, ternyata menemukan bahwa dirinya mengalami perubahan orientasi seksual. F66.1 Orientasi Seksual Egodistonik Identitas jenis kelamin atau preferensi seksual tidak diragukan, tetapi individu mengharapkan yang lain, disebabkan oleh gangguan psikologis dan perilaku dan mungkin mencari pengobatan untuk mengubahnya. F66.2 Gangguan hubungan seksual Abnormalitas identitas jenis kelamin atau preferensi seksual merupakan penyebab kesulitan dalam membentuk atau memelihara hubungan dengan partner seksual. F66.8 Gangguan Perkembangan Psikoseksual Lainnya F66.9 Gangguan Perkembangan Psikoseksual YTT F67 GANGGUAN KEPRIBADIAN DAN PERILAKU MASA DEWASA Menurut PPDGJ III ( Pedoman Penggolongan dan Diagnosa Gangguan Jiwa di Indonesia III ). Pada Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ III (Rusdi,2000:102-105) Terdapat Yang di sebut dengan diagnosa Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa dewasa antara lain adalah sebagai berikut: 1. Gangguan Kepribadian Paranoid dengan ciri-ciri : Kepekaan berlebihan terjadap kegagalan dan penolakan Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam Kecurigaan dan kecenderungan mendistorsikan pengalaman dengan menyalah artikan tindakan orang lain yang netral atau bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan dan penghinaan Perasaan bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa memperhatikan situasi yang ada (actual situation) Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar (justification) tentang kesetiaan seksual dari pasangannya Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan yang bermanifestasi dalam sikap yang selalu merujuk ke diri sendiri (self-referential attitude) Preokupasi dengan penjelasan-penjelasan yang bersekongkol dan tidak substatantuf dari suatu peristiwa baik yang menyangkut diri pasien sendiri maupun dunia pada umumnya. Untuk mendiagnosa dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas. 2. Gangguan Kepribadian Skizoid ditandai dengan deskripsi berikut : Sedikitnya (bila ada) aktivitas yang memberikan kesenangan Emosi dingin, efek mendatar, atau tak peduli (detachment) Kurang mampu untuk mengekspresikan kehangatan, kelembutan atau kemarahan terhadap orang lain Tampak nyata ketidak-pedulian baik terhadap pujian maupun kecaman Kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual dengan orang lain (perhitungkan usia penderita) Hampir selalu memilih aktivitas yang dilakukan sendiri Preokupasi dengan fantasi dan intropeksi yang berlebihan Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang akrab (kalau ada hanya satu) dan tidak ada keinginan untuk menjalin hubungan seperti itu Sangat sensitif terhadap norma dan kebiasaan sosial yang berlaku Untuk mendiagnosa dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas. 3. Gangguan Kepribadian Dissosiala deskripsi berikut : Bersikap tidak peduli dengan perasaan orang lain Sikap yang amat tidak bertanggung jawab dan berlangsung terus-menerus (persistent), serta tidak peduli terhadap norma, peraturan dan kewajiban sosial Tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama, meskipun tidak ada kesulitan untuk mengembangkannya Toleransi terhadap frustasi sangat rendah dan ambang yang rendah untuk melampiaskan agresi, termasuk tindakan kekerasan Tidak mampu mengalami rasa salah dan menarik manfaat dari pengalaman, khususnya dari hukuman Sangat cenderung menyalahkan orang lain, atau menawarkan rasionalisasi yang masuk akal, untuk perilaku yang membuat pasien konflik dengan masyarakat Untuk diagnosa dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas. 4. Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil Terdapat kecenderungan yang mencolok untuk bertindak secara impulsif tanpa mempertimbangkan konsekuensinya Dua varian yang khas adalah berkaitan denga impulsivitas dan kekurangan pengendalian diri. 5. Gangguan Kepribadian Histrionik deskripsi sebagai berikut : Ekspresi emosi yang dibuat-buat (self dramatization) seperti bersandiwara (theariticality) yang dibesar-besarkan (exaggerated) Bersifat sugestif, mudah dipengaruhi oleh orang lain atau oleh keadaan Keadaan afektif yang dangkal dan labil Terus-menerus mencari kegairahan (excitement). Penghargaan (appreation) dari orang lain, dan aktivitas dimana pasien menjadi pusat perhatian Penampilan atau perilaku ”merangsang” (seductive) yang tidak memadai Terlalu peduli dengan daya tarik fisik Untuk diagnosa dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas. 6. Gangguan Kepribadian Anankastik ditandai dengan ciri-ciri : Perasaan ragu-ragu dan hati-hati yang berlebihan; Preokupasi dengan hal-hal yang rinci (detail), peraturan, daftar, urutan, organisasi, atau jadwal; Perfeksionisme yang mempengaruhi penyelesaian tugas; Ketelitian yang berlebihan, terlalu berhati-hati, dan keterikatan yang tidak semestinya pada produktifitas, sampai mengabaikan kepuasan dan hubungan interpersonal; Keterpakuan dan keterikatan yang berlebihan pada kebiasaan sosial; Kaku dan keras kepala; Pemaksaan yang tak beralasan agar orang lain mengikuti persis caranya mengerjakan sesuatu atau keengganan yang tak beralasan untuk mengizinkan orang lain mengerjakan sesuatu; Mencampur-adukan pikiran dan dorongan yang memaksa dan yang enggan. Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas. 7. Gangguan Kepribadian Cemas ( Menghindar ) dengan ciri ciri : Perasaan tegang dan taku yang menetap dan pervasif Merasa dirinya tidak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain Preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi social Keengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin akan disukai Pembatasan dalam gaya hidup karena alasan keamanan fisik Menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak. Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas. 8. Gangguan Kepribadian Dependen Mendorong dan membiarkan orang lain untuk mengambil sebahagian besar keputusan penting untuk dirinya Meletakkan kebutuhan sendiri lebih rendah dari orang lain kepada siapa ia bergantung dan kepatuhan yang tidak semestinya terhadap keinginan mereka Keengganan untuk mengajukan permintaan yang layak kepada orang dimana tempat ia bergantung Perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidak mampuan mengurus diri sendiri Preokupasi dengan ketakutan akan ditinggalkan oleh orang yang dekat dengan nya dan dibiarkan untuk mengurus dirinya sendiri Terbatasnya kemampuan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa mendapat nasehat yang berlebihan dan dukungan dari orang lain. Untuk diagnosa dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas. F68 GANGGUAN KEPRIBADIAN DAN PERILAKU MASA DEWASA LAINNYA F68.0 Elaborasi Gejala Fisik Karena Alasan Psikologis Gejala fisik yang sesuai dan semula disebabkan oleh gangguan fisik, penyakit atau disabilitas menjadi berlebihan atau berkepanjangan disebabkan oleh keadaan psikologis dari pasien. Suatu sindrom perilaku menarik perhatian (histrionik) berkembang, yang juga mengandung keluhan tambahan (dan biasanya non-spesifik) yang tidak berasal dari fisik. Pasien umumnya tertekan oleh sakit atau disabilitas tersebut dan sering kali diwarnai oleh kekhawatiran, yang mungkin dapat dibenarkan, perihal kemungkinan disabilitas atau sakit yang progresif atau berkepanjangan. Ketidakpuasan terhadap hasil terapi atau pemeriksaan atau kekecewaan terhadap perhatian pribadi yang diperoleh di bangsal dan di klinik mungkin merupakan suatu faktor motivasi. Beberapa kasus tampaknya jelas dimotivasi oleh kemungkinan untuk memperoleh kompensasi finansial, akibat kecelakaan atau trauma, tetapi sindrom tersebut tidak perlu cepat menghilang walaupun sesudah peradilan yang sukses. Neurosis Pascatrauma (Neurosis Kecelakaan / Neurosis Kompensasi) Jenis psikoneurosis ini terlihat pada pasien yang telah mengalami trauma, yang secara mendadak mengancam jiwanya. Trauma fisik bisa terjadi atau bisa juga tidak. Kebanyakan kasus timbul setelah kecelakaan dan klaim untuk kompensasi sering mengkomplikasi diagnosis dan terapi sampai tingkat ini, sehingga neurosis kecelakaan atau neurosis kompensasi menjadi nama lain dari keadaan ini. Gejala bisa terdiri dari semua gejala neurotic yang telah disebutkan, tetapi yang lebih sering ditemukan iritabilitas, tegangan, konsentrasi buruk dan mimpi buruk, sering bentuk berulang. Bisa timbul manifestasi motorik, terutama “tic”. Neurosis kompensasi tersering ditemukan setelah kecelakaan industri dan lalulintas jalan raya. F68.1 Kesengajaan atau Berpura-pura Membuat Gejala atau Disabilitas, baik Fisik maupun Psikologis (Gangguan Buatan) Dengan tidak adanya gangguan fisik atau jiwa, penyakit atau cacat yang pasti, individu berpura-pura mempunyai gejala sakit secara berulang-ulang dan konsisten. Untuk gejala fisik bahkan mungkin dapat meluas membuat sendiri irisan atau luka untuk menciptakan pendarahan, atau menyuntik diri dengan bahan beracun. Peniruan sakit dan keteguhan adanya pendarahan mungkin begitu meyakinkan dan menetap sehingga menyebabkan diulanginya pemeriksaan dan operasi di beberapa klinik dan rumah sakit, meskipun hasilnya berulang kali negatif. Motivasi untuk perilaku ini hampir selalu kabur dan dianggap internal dan kondisi tersebut terbaik diinterpretasikan sebagai suatu gangguan perilaku sakit atau peran sakit. Individu dengan pola perilaku ini biasanya menunjukkan sejumlah tanda dari abnormalitas yang berat dari kepribadian dan hubungan. Malingering didefinisikan sebagai kesenjangan atau berpura-pura membuat gejala atau disabilitas, baik fisik maupun psikologis yang disebabkan oleh stress eksternal atau insentif, harus diberi kode Z76.5 dari ICD-10, dan bukan berdasarkan salah satu kode dalam buku ini. Motif eksternal yang paling lazim untuk melingering meliputi penghindaran diri dari tuntutan hukuman criminal, untuk memperoleh obat terlarang, menghindari wajib militer atau tugas militer yang berbahaya, dan upaya untuk memperoleh keuntungan karena sakit atau untuk mendapat perbaikan taraf hidup seperti perumahan. Malingering secara komparatif lazim dalam lingkungan hukum dan di lingkungan militer, dan tidak lazim dalam kehidupan sipil biasa. Sindrom Munchhausen (hospital addiction syndrome, hospital hopper syndrome) Sindrom Munchausen adalah gangguan kejiwaan yang menyebabkan seorang individu mencederai atau menyakiti dirinya sendiri atau untuk membuat gejala penyakit fisik atau mental, agar ia menerima perawatan medis atau rumah sakit . Dalam variasi dari gangguan, Munchausen by proxy ( MSBP ) , seorang individu , biasanya seorang ibu , sengaja menyebabkan atau membuat sakit anak-anaknya atau orang lain di bawah asuhannya. Dikategorikan sebagai gangguan tiruan (gangguan di mana gejala-gejala fisik atau psikologis berada di bawah kontrol sukarela), sindrom Munchausen sepertinya termotivasi oleh kebutuhan untuk mengasumsikan peran seorang pasien . Tidak seperti berpura-pura sakit (Malingering), karena sepertinya tidak akan ada keuntungan sekunder yang jelas ( misalnya , uang) pada sindrom Munchausen. Munchausen termotivasi oleh keinginan untuk diperhatikan, kebutuhan untuk perhatian, ketergantungan, ambivalensi terhadap dokter, atau kebutuhan untuk menderita. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi individu untuk Munchausen meliputi penyakit serius di masa kecil atau gangguan kepribadian yang ada . Beberapa keluhan umum termasuk demam, ruam, abses, perdarahan, dan muntah . Biasanya pada Munchausen by proxy terdapat juga gejala apnea ( henti napas ), demam, muntah, dan diare. Dalam kedua Munchausen dan MSBP sindrom , yang diduga penyakit tidak menanggapi biasa saja pengobatan. Pasien atau orang tua dapat mendorong untuk prosedur diagnostik invasif dan menampilkan kedalaman yang luar biasa pengetahuan tentang prosedur medis. F68.8 Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa Dewasa Lainnya YDT Kategori ini seharusnya digunakan untuk memberi kode setiap gangguan khas dari kepribadian dan perilaku dewasa yang tidak dapat diklasifikasikan dalam semua kategori terdahulu. Termasuk : gangguan watak YTT, gangguan hubungan YTT F69 GANGGUAN KEPRIBADIAN DAN PERILAKU MASA DEWASA YTT Kode ini harus digunakan hanya sebagai jalan terakhir, kalau adanya suatu gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa dapat diterima, tetapi informasi untuk menegakkan diagnosis dan mengalokasikan dalam kategori khusus tidak tersedia. Sumber – Daftar Pustaka Departemen Kesehatan RI. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III) – Cetakan Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan. Joesafira. 2010. Macam-Macam Gangguan Kepribadian. Diunduh melalui website http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/macam-macam-gangguan-kepribadian.html pada hari Selasa, 19 November 2013 pukul 20.04. SOAL KUIS 1. Yang membedakan gangguan kepribadian dari perubahan kepribadian adalah … a. waktu dan cara terjadinya b. jenis dan kekhasannya c. pengklasifikasiannya d. penamaannya 2. Pedoman diagnostik untuk menentukan seseorang menderita gangguan kepribadian khas, diantaranya adalah yang memenuhi kriteria sebagai berikut, kecuali: a. Sikap dan perilaku yang amat tak serasi yang meliputi biasanya beberapa bidang fungsi, misalnya: afek, kesadaran, pengendalian impuls, cara memandang dan berpikir, serta gaya berhubungan dengan orang lain b. Pola perilaku abnormal berlangsung singkat, berjangka pendek dan tidak terbatas pada episode penyakit jiwa c. Pola perilaku abnormalnya pervasive dan jelas maladaptif terhadao berbagai keadaan pribadi dan sosial yang luas d. Gangguan biasanya, tetapi tidak selalu, berhubungan secara bermakna dengan masalah pekerjaan dan kinerja sosial 3. Manakah pernyataan yang tidak benar mengenai F61? a. Terdiri dari Gangguan Kepribadian Campuran dan Perubahan Kepribadian yang Bermasalah b. Kategori untuk gangguan kepribadian yang menyulitkan tapi tidak menunjukkan pola spesifik dari gejala yang menjadi ciri khas dari gangguan dalam F60 c. Merupakan kategori untuk gangguan kepribadian yang gejalanya kompleks dan tidak masuk ke dalam diagnosa dari kategori lainnya. d. Pada klasifikasi F61.1, gangguan kepribadian tersebut dianggap sekunder terhadap suatu diagnosis utama, yaitu gangguan afektif dan anxietas secara bersamaan. 4. Manifestasi Perubahan Kepribadian yang Berlangsung Lama Akibat Penyakit Psikiatrik sudah ada selama kurun waktu …. a. Kurang dari 1 tahun b. Kurang dari 2 tahun c. 1 tahun atau lebih d. 2 tahun atau lebih 5. Manakah diantara gangguan kebiasaan dan impuls pada orang dewasa berikut ini yang tidak diikuti rasa puas pada saat ataupun setelah penderita gangguan melakukannya? a. Judi patologis b. Bakar patologis c. Curi patologis d. Trikotilomania 6. Suatu hasrat untuk hidup dan diterima sebagai anggota dari kelompok lawan jenisnya, biasanya disertai perasaan tidak enak atau tidak sesuai dengan anatomi seksualnya dan menginginkan untuk memperoleh terapi hormonal dan pembedahan untuk membuat tubuhnya semirip mungkin dengan jenis kelamin yang diinginkan disebut …. a. Transvestisme peran ganda b. Transvestisme Fetisthik c. Transseksualisme d. Fetishisme 7. Seorang pria kerap mengenakan gaun wanita, rambut palsu yang panjang, serta riasan wajah untuk mencapai kepuasan seksualnya. Pria tersebut diindaksikan mengalami gangguan ….. a. Fetishisme b. Transvestisme Fetishistik c. Ekshibisionisme d. Voyeurisme 8. Individu yang menderita karena ketidakpastian tentang identitas jenis kelaminnya atau orientasi seksualnya, yang menimbulkan kecemasan atau depresi disebut sebagai gangguan ….. a. Maturitas Seksual b. Orientasi Seksual Egodistonik c. Gangguan hubungan seksual d. Semua salah 9. Berikut adalah ciri dari penderita dengan gangguan anankastik, kecuali … a. Perasaan ragu-ragu dan hati-hati yang berlebihan; b. Perfeksionisme yang mempengaruhi penyelesaian tugas; c. Pemaksaan yang tak beralasan agar orang lain mengikuti persis caranya mengerjakan sesuatu atau keengganan yang tak beralasan untuk mengizinkan orang lain mengerjakan sesuatu; d. Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar (justification) tentang kesetiaan seksual dari pasangannya 10. Gangguan kejiwaan yang menyebabkan seorang individu mencederai atau menyakiti dirinya sendiri atau untuk membuat gejala penyakit fisik atau mental, agar ia menerima perawatan medis atau rumah sakit adalah …. a. Neurosis kompensasi b. Neurosis Pascatrauma c. Histrionik d. Sindrom Munchhausen