pengaruh genangan air terhadap penduduk

advertisement
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
PENGARUH GENANGAN AIR TERHADAP PENDUDUK
DI KAWASANPANTAI DAN PROSES ADAPTASINYA*
Oleh:
DR. Zulrizka Iskandar, M.Sc.**
PENDAHULUAN
Beberapa tahun terakhir ini, suatu gejala peningkatan suhu udara secara global, dan
ternyata gejala tersebut diikuti pula oleh adanya peningkatan muka air laut. Pada beberapa
daerah kenaikan permukaan air laut tersebut, tidak sekedar naik pada waktu tertentu, untuk
kemudian surut kembali pada waktu yang lain. Namun demikian, naiknya permukaan air
laut dapat pula menyebabkan abrasi daerah pantai, sehingga lahan pemukiman lambat laun
menjadi hilang tertelan oleh laut. Hal ini sangat bergantung pada kuat lemahnya arus atau
gelombang laut.
Pada pemukiman yang terletak didaerah pantai, tetapi arus atau gelombang lautnya
tidak terlampau kuat, maka kenaikan permukaan air laut hanya akan menggenangi daerah
pemukiman. Tetapi pada daerah yang memiliki gelombang laut yang kuat, maka abrasi
pantai akan terjadi. Pada kondisi demikian, daerah pemukiman tersebut, lambat laun akan
hilang. Sebagai akibatnya penduduk dapat mengalami kehilangan rumahnya. Bahkan
kondisi tersebut dapat pula mengancam jiwa penduduk yang tinggal didaerah pantai
tersebut.
Dua fenomena yang diungkapkan diatas, akan mengakibatkan pengaruh yang
berbeda pada daerah pemukimannya. Pada daerah pemukiman yang arus atau gelombang
lautnya tidak terlampau kuat, maka naiknya permukaan air laut fenomenanya mirip dengan
daerah yang mengalami kebanjiran, dimana permukaan air lautnya secara bertahap
meningkat. Sedangkan daerah pemukiman yang menghadapi arus atau gelombang laut
yang cukup kuat dan deras, maka fenomennya tidak sekedar seperti daerah yang
mengalami kebanjiran, tetapi penduduk akan merasa terancam dalam menghuni rumahnya.
Penduduk yang berada di daerah pantai pada umumnya adalah nelayan yang sudah
terbiasa dengan kehidupan laut. Namun demikian, naiknya air permukaan laut bukanlah
sesuatu yang diharapkan oleh para nelayan. Nelayan dalam kehidupan sehari-harinya telah
terbiasa dengan terpaan badai dan gelombang laut. Tetapi kehidupan di darat diharapkan
mempunyai hal yang berbeda dengan kehidupannya di air laut, sudah barang tentu mereka
berharap bahwa kehidupan didarat tidak ada genangan air dirumahnya. Oleh karenanya,
kenaikan permukaan air laut yang kemudian menggenangi pemukimannya merupakan
sesuatu permasalahan yang yang harus dihadapi oleh penduduk setempat. Situasi naiknya
permukaan air laut pada dasarnya dapat menimbulkan stress pada penduduk di daerah
pantai.

Disajikan pada seminar: Dampak Kenaikan Muka Air Laut oada Kota-Kota Pantai di Indonesia, 12 –13 Maret 2002.
Kerjasama Puslitbang Pemukiman Dep. Kimpraswil dengan National Institute for Land and Infrastruktur Management,
Ministry of Land, Infrastructure and Transport Japan..

Dosen Fakultas.Psikologi Universitas Padjadjaran Bandung
Makalah dan Presentasi
111
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
STRESS LINGKUNGAN
Perubahan lingkungan yang tidak diantisipasi sebelumnya sudah barang tentu akan
menimbulkan rasa cemas pada seseorang. Perubahan lingkungan tersebut dapat menjadi
stressor atau penyebab dari timbulnya stress pada seseorang. Reaksi seseorang dalam
menghadapi situasi stress adalah berbeda-beda. Hal ini sangat bergantung kepada
kemampuan dirinya mengolah situasi lingkungan yang menjadi stressor. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada bagan 1 berikut ini.
Individual:
Faktor psikologis
Kemamp. Intelektual
Pengetahuan
Pengalaman masa lalu
Motivasi
Aspek kognitif ttg stimulus:
Kontrol terhadap persepsi
Kemampuan menduga
stimulus
Kesegeraan datangnya
stimulus
Tahapan
Kejenuhan
Diri
gagal
Stimulus
Lingkungan/
stressors
(Naiknya
permukaan
air laut)
Penilaian Kognitif
tentang
Lingkungan yang
mengancam
Reaksi alarm
Sistem syaraf
otonom
bekerja
Tahapan
mengatasi:
Takut, emosi,
kompromi,
menghindar
berhasil
Adaptasi
Adjustment
Stress
mereda
Bagan 1: Model stress, Diadaptasi dari Lazarus
Mengacu pada bagan model stres, naiknya permukaan air laut dapat menimbulkan
stres pada penduduk. Namun demikian, stres atau tidaknya bagi seseorang tentang naiknya
permukaan air laut adalah bergantung pada individu penduduk tersebut, seperti misalnya
pada dirinya yang pernah mengalami trauma dengan lingkungan yang berubah,
kemampuan intelektualnya dalam mengolah perubahan lingkungan, pengetahuan tentang
kenaikan permukaan air laut, dan motivasinya dalam menghadapi naiknya permukaan air
laut. Apabila dari hasil dinamika kognitifnya tersebut menunjukkan pada kondisi yang
mencemaskan, maka potensi munculnya stres dapat terjadi.
Penilaian kognitif selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terdapat pada diri
individu, dipengaruhi pula oleh aspek kognitif individu dalam menilai stimulus lingkungan
yang mengancamnya, seperti misalnya, bagaimanakah kemampuan individu dalam
mengontrol yang dipersepsi tentang stimulus lingkungannya yang mengancamnya
(kenaikan permukaan air laut), kemampuan menduga kapankah bahaya naiknya permukaan
air laut akan muncul, segerakah atau masih lamakah kira-kira air laut tersebut akan
mengancam penduduk pantai? Apabila dari keseluruhan penilaian kognitif
mengindikasikan bahwa naiknya permukaan air laut akan membahayakan dirinya, maka
situasi stres pada dirinya mulai dirasakannya.
Reaksi alarm atau reaksi awal dari terjadinya kondisi stres yang dirasakan oleh
penduduk yang tinggal di pantai adalah diindikasikan dengan meningkatnya tekanan dalam
darah, jantung berdenyut dengan lebih kencang daripada biasanya, kelenjar keringat
mengeluarkan keringat secara berlebihan, dan sebagainya. Dimana ciri-ciri fisiologis
tersebut bekerja disebabkan oleh karena syaraf otonom bekerja telah menerima isyarat
bahwa stimulus lingkungan tersebut mengancam dirinya. Namun demikian, andaikan
penilaian kognitif menyatakan bahwa kondisi stimulus lingkungan tidak mengancam
dirinya, maka reaksi awal tersebut tidak akan muncul.
Makalah dan Presentasi
112
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
Dengan munculnya reaksi awal tersebut, yaitu dengan ditandai oleh fungsi faal
digerakkan oleh sistem syaraf otonom, maka reaksi bertahan atau mempertahankan
keberadaan dirinya mulai terjadi. Tahapan ini merupakan suatu tahapan upaya mengatasi
situasi stres. Adapun bentuk upaya mengatasi situasi stres dapat merupakan perasaan
marah, emosional, takut, kompromi, atau menghindar dari situasi tersebut. Apabila pada
tahapan upaya mengatasi situasi stres gagal, maka yang terjadi adalah tahapan kejenuhan
pada dirinya, yang kemudian dapat mengakibatkan pada perilaku yang menyimpang.
Namun demikian, apabila upaya mengatasinya berhasil, maka akan terjadi perilaku
adaptasi atau adjustment.
Dalam hal ni perlu dibedakan adanya perbedaan antara adjustment dan adaptasi.
Kedua-duanya mempunyai pemahaman dapat menyesuaikan diri. Adaptasi merupakan
suatu proses penyesuaian diri, tetapi seseorang menyesuaikan diri sesuai dengan keinginan
atau kehendak lingkungan. Sedangkan pada konsep tentang adjustment, maka seseorang
melakukan suatu perubahan pada lingkungan, sehingga lingkungan dapat sesuai dengan
kehendak dirinya, sebagai contohnya, apabila seseorang meraa kepanasan, dirinya dapat
merubah temperatur lingkungan disekitarnya dengan memasang air conditioning, atau
kipas angin. Pada upaya adjustment, seseorang dituntut suatu kemampuan, sehingga ia
mamapu merubah lingkungan yang sesuai dengan dirinya.
TERGENANGNYA PEMUKIMAN OLEH AIR LAUT
Sebagaimana telah diungkapkan pada pendahuluan, bahwa tergenangnya
pemukiman penduduk oleh air laut dapat disebabkan oleh: Arus atau gelombang laut yang
tidak terlampau kuat, dan arus atau gelombang laut yang kuat.
Pada daerah pemukiman yang menghadapi arus atau gelombang laut yang tidak
terlampau kuat, kenaikan permukaan air laut adalah berangsur-angsur, sehingga
fenomenanya seperti daerah yang mengalami kebanjiran, dan airnya naik secara perlahanlahan. Pada situasi ini pada awalnya akan mencemaskan penduduknya, kerena terjadinya
adalah secara mendadak, dan bukan merupakan kejadian yang biasa. Penduduk setiap
harinya melihat halamannya mulai tergenang oleh air laut, sehingga fenomenanya seperti
daerah yang mengalami kebanjiran.
Apabila kondisi diatas dapat dianalogikan dengan daerah pemukiman yang sering
mengalami banjir, maka kenaikan permukaan air laut yang secara perlahan-lahan tidak
terlampau dipersepsi sebagai hal yang mencemaskan dirinya. Pada pemukiman yang
sering mengalami banjir, tingkat stresnya adalah pada tahap stres ringan. Seperti penelitian
yang telah dilakukan oleh Zulrizka Iskandar pada daerah banjir pada tahun, maka derajat
stres yang dirasakan oleh penduduk yang sering mengalami stres adalah ringan, bahkan
adanya merasa tidak stres, dan hanya sedikit penduduk yang merasakan stres pada saat
dirinya mengalami kebanjiran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1: Persentase penghuni yang mengalami banjir
Kategori Tingkat stres
Tidak Stres
Stres ringan
Stres tingkatan cukup
Stres berat
Jumlah
Makalah dan Presentasi
Daerah Banjir
35,72 %
42,86 %
11,90 %
9,52 %
100,00 %
113
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
Mengacu pada tabel 1 diatas, maka nampaknya penghuni di daerah banjir dapat
melakukan adaptasi dengan situasi lingkungannya. Bagaimanakah mekanisme adaptasi
yang terjadi pada pendududk tersebut dapat dilihat pada bagan 2 berikut ini.
Persepsi lingkungan
dengan memaknakan
stimulus lingkungan
yang sesuai
Kondisi objektif dari
Lingkungan fisik
yang mengancam
Keseimbangan
Persepsi
Lingkungan
Adaptasi
Perbedaan Individual:
 Tingkat adaptasi
 Faktor situasional
 Kondisi sosial
Persepsi Lingkungan
dengan pemaknaan
yang tidak sesuai
Stress
Usaha
mengatasi
Melanjutkan
situasi stres
Bagan 2: Model Adaptasi
Peristiwa naiknya permukaan air laut sudah barang tentu bukanlah merupakan
sesuatu yang dapat dimaknakan secara wajar atau merupakan kejadian yang tidak sesuai.
Oleh karenanya, akan muncul situasi stres pada diri penduduk yang tinggal didaerah
pantai. Apabila kondisi ini merupakan sesuatu yang sering terjadi pada setiap tahunnya,
maka akan terjadi perilaku adaptasi. Hal ini berarti bahwa peristiwa yang selalu berulang
kejadiannya, akan memunculkan peningkatan kesadaran diri tentang lingkungannya, dan ia
akan melakukan evaluasi pada dirinya. Hasil evaluasi yang kurang memuaskan standar
dirinya (standar yang wajar adalah daerah pemukiman tidak pernah tergenang oleh air
laut), dan peristiwa ini terus berulang-ulang, maka ketidak puasan yang kumulatif, ketidak
berdayaan dirinya, dan kejenuhan yang mulai muncul pada dirinya, maka ia mulai
menurunkan standar dirinya, sehingga ia dapat menerima bahwa peristiwa tersebut adalah
biasa. Kondisi demikian disebut sebagai perilaku adaptasi dari penghuni yang tinggal
ditepi pantai. Dengan demikain, ia akan menerima kondisi naiknya permukaan air laut
kedaerah pemukimannya sebagai salah satu bagian dari pemukimannya.
Proses adaptasi tersebut dapat pula dipengaruhi oleh faktor situasional yang
dinilainya sebagai sesuatu yang tidak membahayakan dirinya dan keluarganya. Anggota
masyarakat lainnya menilai bahwa naiknya permukaan air laut yang melanda
pem,ukimannya sebagai hal yang dapat diterima, maka proses adaptasipun akan segera
diterimanya. Selain itu pula, kondisi sosial ekonomi dirinya dapat mempengaruhi pada
penduduk. Apabila penduduk menilai dirinya tidak mampu untuk membeli rumah
Makalah dan Presentasi
114
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
didaerah yang terbebas dari kemungkinan tergenangnya pemukimannya oleh air alut, maka
perilaku adaptasi paling mungkin terjadi.
Anadaikan penduduk memiliki kemampuan ekonomi yang terbatas, maka ia masih
mungkin melakukan perilaku adjustment. Adapun perilaku adjustmentnya adalah dengan
melakukan peninggian rumahnya, misalnya menjadi rumah panggung. Dengan demikian
ia mencoba mengatasi permasalahannya dengan meningkatkan lantai rumahnya, sehingga
air laut tidak dapat masuk kedalam rumahnya. Oleh karena itu, pada penduduk yang
menghayati naiknya permukaan air laut sebagai kondisi banjir biasa, maka tingkat stresnya
adalah rendah. Tetapi pada penduduk yang tetap mempertahankan standarnya tentang
suatu pemukiman atau rumah, maka naiknya permukaan air laut walaupun lambat dan
“dianggap tidak terlampau membahayakan dirinya dan keluarganya”, maka ia akan tetap
dalam situasi yang stres, baik pada tingkat stres yang cukup atau stres yang berat.
Selain tingkatan stres yang dialami oleh penduduk yang mengalami kebanjiran,
keluhan psikologis yang diungkapkan adalah seperti misalnya dinyatakan dengan
kekhawatiran pada dirinya sendiri, merasa masalahnya tidak dapat diselesaikan, marahmarah, merasa bosan dan tertekan. Adapun sebagai gambaran bagaimana keluhan
psikologis yang dirasakan pada penduduk yang sering mengalami banjir, dapat dilihat ada
tabel berikut ini.
Tabel 2: Persentase Keluhan Psikologis Penduduk Daerah Banjir
Kategori keluhan psikologis
Sering sekali
Agak sering
Kadang-kadang
Hanya dalam keadaan tertentu
Jarang/tidak pernah
Jumlah
Daerah banjir
2,38 %
2,38 %
23,81 %
42,86 %
28, 57 %
100 %
Berdasarkan pada tabel 2, nampaklah bahwa penduduk yang tinggal didaerah banjir
hanya dalam keadaan tertentu mengeluhkan kondisi psikologisnya atau bahkan tidak
pernah mengeluhkannya. Oleh karena itu, proses adaptasi dengan lingkungan banjir dapat
dilakukannya, tanpa adanya upaya untuk pindah ketempat yang lebih baik. Hal ini
nampaknya penduduk seolah-olah menerima kondisi lingkungan pemukimannya.
Apabila dikaji pada data lain, yaitu bagaimanakah gambaran penduduk dalam
menghadapi banjir tersebut, apakah mereka mempunyai keluhan fisik atau tidak? Adapun
yang dimaksud dengan keluhan fisik pada penelitian yang dilakukan di daerah banjir
adalah berupa sakit kepala, tidak bisa santai dirumah, lelah, kurang bersemangat, gemetar,
dan kurang dapat tidur. Gambaran keluhan fisik tersebut nampaknya hampir sama seperti
dengan keluhan psikologis. Hanya sebagian kecil saja yang agak sering mengeluhkan
kondisi fisiknya sehubungan dengan daerah pemukimannya yang dilanda oleh banjir.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini.
Tabel 3: Persentase Keluhan Fisik Penduduk Daerah banjir
Kategori Keluhan Fisik
Sering sekali
Agak sering
Kadang-kadang
Hanya dalam keadaan tertentu
Jarang/tidak pernah
Jumlah
Makalah dan Presentasi
Daerah Banjir
7,14 %
23,81 %
47,62 %
21,43 %
100 %
115
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
Adanya peristiwa banjir yang sering menimpa dirinya, maka penduduk di daerah
tersebut nampaknya sudah terbiasa, sehingga mereka tidak lagi mengeluh kondisi fisiknya.
Keluhan fisik dan psikologis dapat muncul manakala kondisi penduduk sedang mengalami
banjir yang cukup lama, atau besarnya banjir yang menimpa pemukimannya (kategori
hanya dalam keadaan tertentu). Oleh karenanya nampak bahwa penduduk di daerah banjir
dapat beradaptasi dengan lingkunganya.
Bagaimanakah dengan penduduk pantai yang mengalami genangan air laut,
dikarenakan dengan naiknya permukaan air laut? Variabel tinggi rendahnya naiknya air
laut, lamanya genangan dan besarnya gelombang air laut yang menerpa pemukimannya
nampaknya akan merupakan variabel yang cukup penting untuk diperhatikan. Apabila air
laut yang naik kedaerah pemukiman tidak terlampau tinggi, dan ombaknya tidak terlampau
besar, maka proses adaptasi dapat terjadi. Hal ini berarti bahwa penduduk dapat menerima
kondisi lingkungannya, dan menurunkan standar hidupnya. Atau mereka akan melakukan
adjustment dengan menaikkan lantai rumahnya. Namun demikian, walaupun kenaikan
permukaan air laut secara perlahan, tetapi dirasakan semakin tinggi permukaannya, maka
kondisi demikian jelas akan mempengaruhi pada kondisi psikologis penduduk. Penduduk
akan merasa kekhawatirannya akan kelangsungan hidupnya pada daerah tersebut. Kondisi
demikian sudah barang tentu akan menimbulkan stres pada penduduk di sekitar pantai
tersebut.
Apabila arus atau gelombang air laut tersebut sangat kencang atau kuat, dan dapat
mengikis pantai, maka situasi kenaikan permukaan air laut ini akan menimbulkan stres
yang berat pada penduduk. Lahan pemukiman penduduk dapat hilang tertelan oleh laut,
sehingga penduduk akan kehilangan tempat tinggalnya. Kehilangan tempat tinggal bagi
penduduk karena tenggelam oleh laut merupakan masalah yang tidak dapat diduga
sebelumnya. Selain itu pula, penduduk di daerah pantai tidak memiliki pengalaman dan
pengetahuan tentang kehadiran arus gelombang laut yang membahayakan dirinya,
keluarganya, dan rumahnya yang berpotensi hanyut ke laut. Dengan demikian, penilaian
kognitifnya akan menyatakan bahwa arus gelombang air laut adalah membahayakan
keberlangsungan hidupnya.
Kehilangan tempat tinggal bagi penduduk yang kurang mampu dalam sosial
ekonominya, merupakan suatu permasalahan yang berat bagi dirinya. Perumahan yang
layak huni mungkin akan sulit untuk dimilikinya. Dengan kondisi demikian, naiknya
permukaan air laut disertai dengan adanya arus atau gelombang laut yang besar, dapat
membawa dampak negatif pada penghuni di daerah pantai. Stres berat akan dialami oleh
penduduk didaerah pantai (walaupun data tentang masalah ini belum pernah dilakukan
penelitiannya). Stres berat akan terjadi dikarenakan kehilangan rumah tinggal merupakan
sesuatu yang dirasakan mendalam bagi setiap orang. Dengan demikian, masalah
psikologis akan muncul dan keluhan fisik akan terjadi pada penduduk yang mengalami
kehilangan rumah sebagai akibat naiknya permukaan air laut.
Pada situasi dimana penduduk dapat kehilangan rumah atau tempat tinggalnya,
sebagai akibat naiknya permukaan air laut, maka proses adaptasi tidak akan terjadi. Tetapi,
apabila penduduk dapat membuat suatu evaluasi yang baik dan melakukan prediksi tentang
apa yang akan terjadi dimasa mendatang, maka perilaku yang akan terjadi adalah pindah
rumah atau membuat tanggul untuk memecah ombak, atau apabila memungkinkan untuk
menahan air laut. Perilaku adjustment ini akan sulit dilakukan oleh penduduk daerah
pantai yang pada umumnya adalah nelayan. Hal ini dikarenakan upaya untuk memecah
gelombang air laut atau membuat bendungan penahan air laut memerlukan biaya yang
cukup besar, dan menuntut memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang tinggi.
Makalah dan Presentasi
116
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
Stres yang berat akan dialami oleh penduduk yang tidak memiliki kemampuan
secara ekonomi dan mereka tidak mungkin melakukan adaptasi, atau bahkan kemungkinan
melakukan adjustment adalah sangat sulit. Dengan demikian, upaya mengatasi masalah
stres yang dihadapinya adalah gagal. Situasi yang demikian akan selalu berulang, sehingga
kegagalan akan selalu membayangi dirinya, dan kejenuhan yang memuncak akan terjadi.
Dengan demikian, kondisi psikologis yang paling parah adalah akan munculnya gangguan
psikologis pada penduduk yang mengalami bencana ini (naiknya permukaan air laut secara
tiba-tiba dan disertai oleh arus gelombang yang kuat dan besar). Apabila penduduk masih
memiliki kemampuan ekonomi, maka ia akan memilih pindah rumah, sehingga situasi stres
berat dapat dihindarinya. Oleh karena itu, masyarakat nelayan yang tinggal di daerah
pantai yang arus gelombang lautnya keras perlu mendapatkan pembinaan yang baik.
Pada kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan bagi penduduk, dan yang
akan mengalami ancaman genangan air laut karena naiknya permukaan air laut, maka
perlunya suatu upaya pemindahan pemukiman penduduk dan penyuluhan tentang
lingkungannya. Struktur dan konstruksi rumah serta kualitas rumah penduduk yang tinggal
didaerah berpotensi tergenang oleh air laut, karena naiknya permukaan air laut, nampaknya
perlu mulai dipikirkan. Pemukiman yang aman bagi penduduk adalah sangat penting,
sehingga penduduk yang bermata pencahariannya harus berinteraksi dengan laut, dapat
mengembangkan dirinya atau potensi dirinya dengan baik. Hal ini dikarenakan stres yang
mengancam pemukimannya dapat dieliminr.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas maka dapatlah ditarik beberapa kesimpulan yang
berkaitan dengan pengaruh genangan air terhadap penduduk di kawasan pantai akibat
kenaikan muka air laut dan proses adaptasinya, yaitu:
1. Variabel yang perlu diperhatikan pada daerah pantai yang mengalami genangan
akibat adanya kenaikan permukaan air laut adalah: Tingginya air laut yang
menggenang pemukimannya, Lamanya genangan air laut, Besarnya arus
gelombang air laut yang mengenai pemukimannya, dan Kondisi sosial ekonomi
penduduk yang berada didaerah pantai yang tergenang kawasannya.
2. Stres berat akan terjadi pada penduduk yang mengalami genangan air laut yang
airnya tinggi, genangannya lama surutnya, arus gelombang laut adalah kuat,
sehingga kondisi lingkungan yang demikian dapat mengakibatkan penduduk
kehilangan rumahnya. Pada kondisi lingkungan yang demikian, proses adaptasi
akan sulit dilakukan oleh penduduk pantai yang mengalaminya.
3. Sres ringan akan terjadi pada penduduk yang mengalami genangan air lautnya tidak
terlampau tinggi, air genangan cepat surut, dan arus gelombang lautnya tidak
terlampau kuat. Pada situasi demikian, penduduk dapat melakukan adaptasi, dan
penduduk dapat mentolerir keadaan lingkungannya. Atau dengan perkataan lain,
penduduk menurunkan standar kondisi hidupnya yang sehat.
4. Nelayan yang taraf hidupnya agak kurang baik, atau kondisi sosial ekonominya
yang kurang baik, dan tinggal didaerah yang rawan terkena abrasi, sera permukaan
air laut yang naik, perlu mendapatkan suatu pembinaan dan perlindungan dari
pemerintah.
5. Perlu adanya pemetaan yang akurat tentang daerah-daerah pantai yang mengalami
genangan air laut karena adanya kenaikan permukaan air laut. Pada daerah-daerah
tersebut perlu dipikirkan bentuk pemukimanya yang sesuai dengan kondisi
lingkungan setempat.
Makalah dan Presentasi
117
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
6. Struktur dan konstruksi bangunan pada pemukiman yang rawan mengalami
genangan air laut, karena naiknya permukaan air laut, perlu segera diperhatikan
oleh pemerintah. Dengan kuatnya struktur dan konstruksi bangunan pada daerah
yang rawan akan genangan air laut, maka penduduk akan merasa aman tinggal
dipemukimannya.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Bell, Paul A., Fisher, Jeffrey D., and Loomis, Ross J. 1978 Environmental Psychology. W.
B. Sanders Company. Philadelphia.
Zulrizka Iskandar., 1993. Perilaku Adaptasi Penghuni pada Situasi Lingkungan yang
Berpotensi Menimbulkan Bencana Alam di Pemukimannya. Penelitian. Lembaga
Penelitian Universitas Padjadjaran.
--------------------., 2001, Psikologi Lingkungan. Universitas Padjadjaran, Bandung.
Makalah dan Presentasi
118
Download