MINGGU 6 (lanjutan) Analisis Pola aliran Air dan Hitungan Genangan KEMBALI VOLUME & WAKTU HILANG GENANGAN Hilang (V=0), saat Q x T1 = {(F x Ar) + (E x Ae)} x T2 T2 = (Q x T1)/{(FxAr)+(E x Ae) Volume Genangan: Q – (f+E) Debit: Q = CiA V = volume genangan Q = debit masuk F = laju infiltrasi E = laju evaporasi T1 = waktu konsentrasi (lama hujan) T2 = waktu yang dibutuhkan genangan untuk hilang Ar = Luas area peresapan/dasar genangan Ae = Luas area evaporasi Persamaan Empiris Evaporasi (hk. Dalton) E = 0,35(es – e)(0,5 + 0,54 U2) E = kecepatan evaporasi ( mm/hari) Es = Tekanan upa jenuh (lihat tabel) E = tekanan uap aktual udara (data) U2 = kecepatan angin pada ketinggian 2 m di atas permukaan (data) Persamaan teoritis infiltrasi: F=kXA F = laju infiltrasi (M3/detik); k = koefisien rembesan tergantung jenis tanah (lihat table bagian air tanah) A = luas area perembesan/genangan Ke masalah KEMBALI BANJIR Terdapat 2 Peristiwa Banjir terjadinya genangan pada area yang biasanya kering (bukan rawa) atau terjadinya limpasan air dari alur sungai karena debitnya melampaui kapasitas Ragam banjir dapat dibedakan menjadi: BANJIR KIRIMAN, BANJIR LOKAL, BANJIR ROB, & BANJIR RENCANA PENYEBAB BANJIR Wilayah Rawan Banjir Ke masalah KEMBALI RAGAM BANJIR Banjir Kiriman terjadi akibat limpasan dari daerah atas (Cathment area) Banjir Lokal bersifat setempat, seluas kawasan sebaran hujan lokal Banjir ROB akibat pasang air laut KEMBALI AKIBAT BANJIR Ke masalah KONSERVASI KAPASITAS RESAPAN • Mempertahankan permeabilitas lapisan tanah, – Dilakukan pada wilayah yang kapasitas reservoirnya masih dapat menyimpan air yang masuk kepadanya. – Pada wilayah yang perbedaan elevasi dari permuakaan lautnya kecil, kemungkinan tanah telah jenuh. – Sedangkan pada pada wilayah batuan keras, misalnya karst, memang kurang menungkinkan tersimpannya air tanah. • Permeabilitas dapat dijaga dengan pembatasan area terbangun. • Sedangkan volume air yang dapat diresapkan tergantung juga kecepatan air mengalir pada lahan tersebut. • Semakin diperlambat, kemungkinan air untuk meresap semakin besar. • Tata guna lahan dan tata lansekap merupakan instrument penting untuk pengelolaan hidrologi. KEMBALI KEMBALI TATA GUNA LAHAN, BANGUNAN & LANSEKAP • Pada tata guna lahan, diperlukan pengaturan intensitas pemanfaatan yang diperhitungkan dengan KDB (Koefisien Dasar Bangunan) yang langsung menutupi lahan (merubah permeabilitas lahan). • KDB pada suatu lahan disesuaikan dengan karakter lahan dan posisinya dalam siklus hidrologi. • Permasalahannya adalah bahwa tidak semua lahan dalam kekuasaan penuh pemerintah, sehingga tidak mudah bagi pemerintah untuk menetapkan KDB pada lahan milik privat. • PERLU PENDEKATAN STRATEGIS Ke konservasi KEMBALI PENDEKATAN GUNA LAHAN & TATA BANGUNAN Perintah dan larangan (pemaksaaan), meskipun untuk kepentiungan umum, tidak lagi populer dalam masyarakat demokratis. Terlebih lagi jika pemaksaan tersebut hanya diperlakukan pada sebagian masyarakat saja, misalnya masyarakat pada lahan penyangga (recharge area) yang dilakukan untuk kepentingan masyarakat di seluruh wilayah (kota). Isu keadilan akan muncul: kenapa KDB yang dipersyaratkan berbeda? Dalam hal ini KDB sebagai instrument tata guna lahan tidak dapat diberlakukan sendiri, arahan pemanfaatan ini perlu dibarengi dengan instrument lain, misalnya fiskal/perpajakan atau subsidi/kompensasi sebagai instrument insentif dan disinsentif. Ke konservasi KEMBALI RENCANA PENANGGULANGAN BANJIR • FILOSOFI Menjaga Keseimbangan air = keberadaan air yang tepat jumlah, tepat waktu dan tepat lokasi melalui managemen DAS • KONSEP • PRINSIP PENDEKATAN • INTEGRASI SEKTORAL KEMBALI FILOSOFI Banjir, sebagaimana dalam definisi di atas, adalah berubah/terganggunya keseimbangan siklus air Keseimbangan air = keberadaan air yang tepat jumlah, tepat waktu dan tepat lokasi Penanganan banjir yang sebenar-benarnya tidak dapat dilakukan dengan membuangnya, tetapi mengelolanya agar berada pada tempat dan waktu yang tepat, dalam jumlah yang tepat Kembali Ke Pustaka KEMBALI KONSEP PENGENDALIAN BANJIR MELALUI PENGELOLAAN DAS Wilayah pengelolaan dibatasi oleh bentukan fisik berupa batas topografi, batas biologi berupa ekosistem DAS, didalamnya termasuk partisipasi aktif masyarakat yang menempati (settle) dan pihak yang berkepentingan (stakeholder) terhadap DAS bersangkutan. Kembali Ke Pustaka Ke Menu Utama KEMBALI PENDEKATAN PENGELOLAAN BANJIR Terdapat 2 ragam pendekatan fisik/struktural/konvensional/corrective/memperbai ki non fisik/non struktural/preventive/mencegah Pengendalian secara fisik kurang dapat menjamin keamanan dari banjir dalam waktu yang panjang Pengendalian Banjir sebaiknya tidak dipisahkan dari tata pengaturan air pada daerah pengaliran sungai (DAS) secara menyeluruh Lebih efisien bila diterapkan pada daerah (sub DAS) penyumbang terbesar Kembali Ke Pustaka Ke Menu Utama KEMBALI WUJUD PENANGGULANGAN BANJIR TERPADU Bertumpu pada aktifitas-aktifitas berdimensi BIOFISIK (pengendalian erosi, reboisasi, pengelolaan lahan pertanian konservatif, KELEMBAGAAN (insentifdisinsentif dan Peraturan-peraturan berkaitan dengan kegiatan ekonomi SOSIAL (strategi penggalangan dukungan dan partisipasi) PERENCANAAN dan PENGELOLAAN DRAINASE Ke Menu Utama Ke Alur KEMBALI SKEMA PENANGGULANGAN BANJIR TERPADU PENANGANAN BIOFISIK PENDEKATAN SOSIAL PENGELOLAAN DAS KELEMBAGAAN PENANGGULANAGAN BANJIR TERPADU PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN SISTEM DRAINASE KOTA PENATAAN RUANG PERSAMPAHAN Ke Metode KEMBALI PENGELOLAAN DAS PENTINGNYA POSISI DAS SEBAGAI UNIT PERENCANAN YANG UTUH MERUPAKAN KONSEKUENSI LOGIS UNTUK MENJAGA KESINAMBUNGAN SUMBER DAYA AIR, HUTAN DAN TANAH DALAM UNIT SISTEM EKOLOGI YANG SEIMBANG (PP No. 33/1070; KEPRES 32/1990) DILAKUKAN DALAM KERANGKA KERJA YG MENGARAH PADA USAHA-USAHA TERCAPAINYA KESEIMBANGAN ANTARA PEMENUHAN KEBUTUHAN MANUSIA DGN KEMAMPUAN SUMBER DAYA ALAM KEMBALI PERENCANAAN DRAINASE PERKOTAAN Perencanaan drainase adalah upaya mengendalikan/mengelola limpasan air permukaan (run off) untuk tujuan menghindari banjir, genangan atau erosi mengarahkan air ke suatu area untuk dimanfaatkan sebagai elemen estetika kota menjaga kuantitas resapan air tanah Cara paling efektif-efisien untuk menangani sistem drainase adalah memanfaatkan pola aliran alami, dan sesedikit mungkin menambahkan struktur mekanis. KEMBALI CONTOH PENGELOLAAN LIMPASAN Beberapa rancangan teknis untuk mengelola limpasan adalah: Surface detention/retention: adalah suatu wadah yang tampak di atas/permukan tanah (alami/buatan) digunakan untuk memampung/meresapkan air seperti kolam kering, kolam basah, area parkir, kolam di atap Subsurface detention/retention: wadah di bawah tanah (tertutup) digunakan untuk meresapkan/mengalirkan air seperti tanah galian di sis material lain (misal batuan, ijuk), tanki terpendam, pipa, sumur KEMBALI PENGELOLAAN AIR DALAM PERSIL LAHAN (TAPAK BANGUNAN) Air dalam tapak (persil lahan) hanya merupakan potongan rangkaian kecil dari siklus hidrologi, bahkan masih relatif kecil dalam sirkulasi air sistem watershed. Sirkulasi air dalam tapak tidak pernah dapat benar-benar tertutup dan hanya memiliki fase-fase yang sangat tidak lengkap. beberapa proses seperti precipitasi, infiltrasi, run off, evaporasi, dan evapotransporasi tetap terjadi. Air dalam tapak juga berpeluang untuk tersimpan atau mengalir di permukaan dan dalam tanah. Kejadian genangan, pola dan volume aliran permukaan serta besaran simpanan air dalam tanah tergantung pada intensitas hujan, topografi dan jenis tanah pada tapak. KEMBALI INTERPRESTASI ALIRAN & GENANGAN Pola aliran air, sebaran air, infiltrasi, evaporasi, dan kondisi air tanah dapat terpengaruh oleh pembangunan, terutama terkait dengan perubahan topografi dan penutupan tanah (oleh tanaman dan bangunan). Di sisi lain, jumlah, pola sebaran dan aliran ini sangat menentukan peluang dalam pemanfaatan dan sistem pengelolaan air dalam tapak. Punggung bukit (ridge) Swale (lembah aliran) Arah aliran Area genangan KEMBALI SKEMA PERANCANGAN TAPAK BANGUNAN Solar Radiation Precipitation Soil Charaterictic Topography Run off out Evaporat ion Flow Patern & Quantity Interpretation Soil Filtering Water Disposal Calculation Ground water Capacity Building Layout & Landscaping Roof & Rain Water Collection Design Run off out Artifitial WWT Water Demand Calculation/Specification Water supply Building Demand Specification Design Programming Run off in code wagenigen Kembali ke Drainase delf Kolam kota Pekarangan wgn Situ Rotterdam Pond Kota polder Sungai Kota Sungai Pedestrian Aktifitas Sungai Ke Ekosistem DAS