Kerugian Sosial Pendudukan kawasan Pemukiman Pantai

advertisement
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
KERUGIAN SOSIAL PENDUDUKAN
KAWASAN PEMUKIMAN PANTAI
Heni Suhaeni*
Abstrak: Kenaikan muka air laut telah mempengaruhi kawasan kota pantai yang berada
di dataran rendah. Kerusakan dan berkurangnya area kawasan pantai yang diakibatkan
kenaikan muka air laut telah teridentifikasi. Dengan kondisi seperti tersebut diatas,
Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dan memiliki kawasan
pantai yang cukup luas tampaknya akan mengalami kerugian yang signifikan Dalam
tulusan ini akan dibahas mengenai kerugian sosial yang dialami penduduk yang tinggal di
kawasan pemukiman pantai.
Tujuan tulisan ini adalah mencoba untuk menemu kenali kerugian sosial yang
dialami penduduk pemukiman kawasan pantai, dengan cara menguraikan fenomena fisik
dan sosial pada pemukiman kawasan pantai yang tergenang akibat kenaikan muka air
laut, sehingga dapat diperkirakan kemungkinan kerugian sosial yang dialami penduduk..
I. PENDAHULUAN
Pemanasan global diyakini telah mengakibatkan terjadinya kenaikan muka air laut
yang mengancam keberadaan kawasan kota-kota pantai dataran rendah di beberapa negara
Asia. Contohnya di Thailand, kawasan pinggir pantai telah tergenang, sehingga hanya
menyisakan tiang-tiang jalur telekomunikasi yang masih berderet berdiri, erosi kawasan
pantai pun telah menjadikan hutan mangrove mengalami kerusakan. Di China, kawasan
sawah dan tambak ikan tergenang, sehingga menghentikan aktifitas ekonomi masyarakat.
Demikian juga di India dimana penduduk cukup padat tinggal pada kawasan pantai,
diperkirakan kenaikan muka air laut ini akan mengakibatkan kerugian pada penduduk,
karena jaringan jalan mengalami kerusakan, tanggul pemecah ombak harus dibangun untuk
mengurangi hantaman ombak, dan penduduk pun harus pindah (Data Book of Sea Level
Rise 2000).
Kawasan pantai yang selama ini, menjadi salah satu asset dalam setiap
pembangunan ekonomi mulai tampaknya akan menghadapi berbagai masalah, karenai
garis pantai yang semakin bergeser menjorok ke arah daratan, sehingga gelombang pasang
air laut merusak sarana dan prasarana kawasan pantai serta menggenangi bangunanbangunan yang berderet di atasnya.
Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.110
pulau-pulau besar dan kecil mempunyai kawasan pantai yang bila dibentangkan
panjangnya mencapai 81.000 km Dengan kondisi seperti tersebut diatas, di satu sisi
memang telah memberikan banyak manfaat bagi kehidupan penduduknya dimana
Indonesia sebagai negara sedang berkembang masih sangat tergantung pada pada sumber
daya alam. Di sisi lain kawasan pantai ternyata juga menghadapi ancaman rawan teradap
genangan kenaikan muka air laut. Perkiraan luas kerusakan kawasan pantai dan jenis
kerusakan yang dialami karena naiknya permukaan air laut telah teridentifikasikan, bahkan
di forum internasional dampak kenaikan muka air laut sering menjadi issue utama dalam
setiap kegiatan seminar ataupun konferensi.
*
Staf Pusat Litbang Permukiman
Makalah dan Presentasi
119
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
Berkaitan dengan issue kenaikan muka air laut seperti yang disebutkan diatas,
tahun 2002 Puskim Bandung bekerjasama dengan NILIM Jepang melakukan penelitian
mengenai Pengukuran Kerugian Bangunan Rumah dan Kerugian Sosial Penduduk yang
Bermukim di Kawasan Pantai. Penelitian dilakukan di tujuh kawasan pantai, yaitu kawasan
pantai kota-kota Jakarta, Semarang, Surabaya, Denpasar, Mataram, Makassar, dan
Banjarmasin.
Khusus dalam tulisan ini, issue yang akan dibahas adalah Kerugian Sosial
Penduduk Kawasan Permukiman Pantai. Contoh kasus yang akan ditampilkan disini
adalah kasus kawasan pantai Semarang Utara, dengan pertimbangan bahwa kasus kawasan
pantai Semarang Utara mengalami kerugian yang signifikan yang diakibatkan oleh
kenaikan muka air laut.
II. METODOLOGI
Proses pengumpulan data primer dilakukan melalui metode survai, yaitu cara
mengumpulkan data secara langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner
berstruktur. Kuesioner berstruktur ini dirancang untuk dapat menjaring/merekam kondisi
genangan air laut yang dialami penduduk dan hubungannya dengan aktifitas yang
terganggu, serta usaha yang dilakukan dalam mengatasi genangan air laut pasang tersebut.
Proses pengolahan data dilakukan dengan menggunakan SPSS. Analisis perkiraan
kerugian dilakukan dengan cara menghitung waktu yang hilang selama terjadi gangguan
terhadap beberapa akitiftas dan menghitung biaya tambahan yang perlu dikeluarkan
sebagai akibat terjadinya kenaikan muka air laut.
III. PEMBAHASAN
3.1. Lokasi Kawasan Penelitian.
Lokasi kawasan penelitian adalah kawasan pantai kelurahan Tanjung Mas (lihat
gambar). Kelurahan Tanjung Mas adalah salah satu kelurahan yang termasuk dalam
wilayah kecamatan Semarang Utara. Kawasan Semarang Utara ini merupakan kawasan
industri, pergudangan, pusat transportasi serta kawasan pelayanan pendukung berupa
perkantoran, perdagangan, perhotelan dan perumahan, sehingga intensitas kegiatan pada
kawasan ini cukup tinggi, karena berbagai aktifitas berlangsung dalam satu kawasan
kecamatan Semarang Utara dan pada kawasan yang berdekatan dengan kawasan ini. Peran
kawasan yang mempunyai aktifitas cukup tinggi ini, karena memang lokasinya yang
strategis, mempunyai nilai akses yang tinggi terhadap pusat kegiatan, pusat kota, dan pusat
transportasi.
Dari hasil observasi lapangan pada beberapa area tampak lahan dan bangunan yang
kosong yang tidak dipakai lagi dan tergenang. Sebagian area lainnya merupakan kawasan
perumahan dan permukiman, industri, pegudangan, dan pelabuhan laut. Jalan arteri primer
pada kawasan ini terlihat masih dalam proses penyelesaian. Jalan arteri primer ini akan
berfungsi sebagai jalan penghubung menuju atau keluar dari pelabuhan laut. Jalan arteri
primer ini dibangun untuk mengatasi kelangsungan kegiatan transportasi, karena pada
masa sebelumnya, ketika terjadi kenaikan muka air laut, kegiatan bongkar muat kapal di
pelabuhan dan distribusi barang dan jasa terhenti. Jalan penghubung tidak dapat dilalui
oleh kendaraan, sehingga pemerintah daerah ataupun lembaga lain baik masyarakat
perorangan maupun kelompok yang terkait dengan kegiatan tersebut mengalami kerugian.
Makalah dan Presentasi
120
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
Peta Lokasi Penelitian
Gambar Permukiman pada Lokasi Penelitian
3.2. Fenomena Kenaikan Muka Air Laut
Seperti telah disebutkan diatas, pemanasan global telah mengakibatkan kenaikan
muka air laut. Kawasan pantai dataran rendah pada beberapa negara Asia mengalami
kerusakan dalam berbagai tingkatan dan jenis kerusakan. Di Indonesia, khususnya kawasan
pantai Semarang Utara, kenaikan muka air laut telah menjadikan kawasan pantai terkena
erosi. Kawasan pantai yang mengalami erosi dan tergenang. mulai teridentifikasi sejak
tahun 1990an. Hal ini mulai dirasakan oleh penduduk yang bermukim di kawasan pantai,
kecamatan Semarang Utara. Dari tahun ke tahun tinggi genangan semakin bertambah,
semakin sering, dan semakin lama bangunan rumah-rumah penduduk tergenang. Dalam
RDTRK pun tercatat bahwa kondisi genangan semakin meluas, bahkan pada kondisi
tertentu genangan pasang air laut atau lebih dikenal dengan istilah rob telah sampai ke
kawasan Tugu yang berdekatan dengan pusat kota.
Makalah dan Presentasi
121
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
3.2.1. Frequensi & Lama Genangan
Dari survey lapangan yang dilakukan oleh Puskim berkaitan dengan genangan
pasang air laut, hasil menunjukkan bahwa kenaikan muka air laut di Semarang Utara
sering terjadi justru pada musim kemarau atau musim panas, antara bulan Juli sampai
dengan Nopember setiap tahun. Dalam setiap bulannya dialami 7 sampai dengan 10 hari
terjadi genangan pasang air laut. Lamanya genangan paling singkat 1 jam terjadi pada
lokasi yang berbatasan langsung dengan laut. Lamanya genangan waktunya akan semakin
panjang pada kawasan yang jarak lokasinya ke laut semakin jauh. Dalam setiap kali
genangan air laut pasang dapat terjadi 2 - 3 kali. Waktu terjadinya tidak menentu, kadang
pagi, siang, sore, ataupun malam. Secara rinci frequensi genangan pasang air laut dapat
diuraikan sebagai berikut :
Tabel Frequensi dan lama Genangan Minimal Dalam 1 Tahun.
Hari
Bulan
Frequensi
Lama
Total Waktu
7-10
4 bln
2-3 kali
1 jam
8,5 x 4 x 2.5 x 1 = 72 jam
Data primer yang diperoleh dari hasil survey lapangan menunjukkan bahwa
lamanya genangan dalam setiap kali muka air laut naik, 80% responden mengalami
genangan air lebih dari 24 jam dalam setahun.
Lamanya Genangan
80
70
Prosentase
60
50
40
30
20
10
0
Series1
1-12 Jam
13 - 24 Jam
> 24 Jam
11.4
8.6
80
3.2.2. Tinggi Genangan
Pada umumnya masyarakat mengalami genangan setinggi 50 cm atau 10 cm. Dari
hasil survey menunjukkan bahwa 85.7% dari penduduk mengalami genangan air laut
pasang masuk ke kapling rumahnya setinggi lutut atau sekitar 50 cm. Hanya 14.3% saja
yang mengalami genangan air yang masuk ke kapling rumahnya sebatas mata kaki.
Genangan air yang masuk rumah responden setinggi lutut, sudah menunjukkan gangguan
yang sangat berpengaruh bagi kehidupan sehari-hari masyarakat, karena ruang gerak
menjadi semakin terbatas, dan tidak merasa aman dalam melakukan kegiatan rutin
sehingga beberapa aktifitas terpaksa berhenti.
Tinggi Genangan
90
80
Prosentase
70
60
50
40
30
20
10
0
Series1
Makalah dan Presentasi
0 - 10 cm
11 - 50 cm
14.3
85.7
122
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
3.3. Fenomena Sosial Penduduk Yang Mengalami Genangan Kenaikan Muka Air
Laut.
Kelurahan Tanjung Mas, kecamatan Semarang Utara adalah kawasan pemukiman
dan perumahan dengan intensitas tinggi, karena berada dekat dengan kawasan industri,
perdagangan, pergudangan, dan pelabuhan laut. Konsekuensi logis, apabila kawasan ini
diminati oleh para buruh yang tempat bekerjanya berdekatan dengan tempat tinggalnya
berdekatan. Hasil survey lapangan pun menunjukkan bahwa penduduk memilih tinggal di
kawasan ini karena dekat dengan pusat kegiatan, dan satu-satunya yang mengganggu
kehidupan atau aktifitas penduduk adalah genangan pasang air laut.
3.3.1. Pekerjaan Penduduk.
Dari data yang dikumpulkan diperoleh hasil bahwa sekitar 78.3% penduduk bekerja
sebagai buruh, 6.3% sebagai PNS, 5% sebagai Nelayan, 3.6% sebagai Pedagang, dan 2.8%
adalah pensiunan.. Secara rinci dapat dilihat dalam grafik berikut ini.
Pekerjaan Penduduk
45.00
40.00
Prosentase
35.00
30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
Series1
Brh
Industri
Brh Bang
PNS
Nelayan
44.05
34.25
6.37
5.05
Pedagang Pensiunan
3.63
Pengangk
utan
ABRI
Peternak
Pengusah
a
Sedang/B
2.10
1.28
0.34
0.09
2.83
Jenis Pekerjaan
3.3.2. Pendidikan.
Pada umumnya penduduk kawasan kelurahan Tanjung Mas menamatkan
pendidikan formalnya setingkat SD, SLTP, ataupun SMU. Bekal pendidikan yang
setingkat SD, SLTP, dan SMU umumnya tidak memiliki keahlian atau keterampilan
khusus, sehingga umumnya memang hanya terserap sebagai buruh industri atau buruh
bangunan. Jumlah penduduk yang tidak menamatkan SD pun cukup signifikan, mencapai
sekitar 31% dari total penduduk. Secara rinci pendidikan penduduk kelurahan Tanjung
Mas dapat dilihat dalam grafik berikut dibawah ini.
Pendidikan
30.00
25.00
Prosentase
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
Series1
Makalah dan Presentasi
blm
sekolah
buta
huruf
12.91
2.81
tidak
tamat SD
tamat SD
4.37
24.31
Tamat
SMP
Tamat
SMU
Tamat
D3
Tamat
Univ
25.86
25.63
2.57
1.53
123
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
3.3.3. Jenis bangunan yang ditempati.
Fungsi rumah bagi manusia tidak hanya sebagai tempat berteduh dan berlindung,
tetapi rumah adalah juga sebagai tempat untuk membina dan mengembangkan diri. Rumah
juga dapat mencerminkan status sosial pemilik atau penghuni rumah di mata masyarakat.
Contohnya rumah bambu di perkotaan menunjukkan strata sosial yang tergolong kelompok
sosial rendah, sementara rumah-rumah permanen menunjukkan strata sosial yang tergolong
kelompok sosial atas. Di kelurahan Tanjung Mas pada umumnya penduduk memiliki
rumah kayu, atau setengah tembok. Dilihat dari rumah-rumah terbangun yang dihuni oleh
penduduk kelurahan Tanjung Mas, penduduk kebanyakan tergolong dalam kelompok
strata sosial bawah. Dalam grafik dibawah ini dapat dilihat jenis rumah kebanyakan
penduduk kelurahan Tanjung Mas
30.00
20.00
10.00
0.00
Prosentase
40.00
Jenis Bangunan Rumah
Series1
Permanen
Semi Permanen
Kayu
Bambu
21.24
31.70
37.61
9.44
Kemampuan sosial ekonomi penduduk yang tergolong rendah ini diperburuk
dengan terjadinya genangan kenaikan muka air laut secara rutin setiap tahun, sehingga
bukan saja beberapa aktifitas penduduk terganggu, tetapi ada biaya tambahan yang perlu
dikeluarkan. Genangan air yang terjadi rutin setiap tahun ini memaksa penduduk berupaya
untuk menghindari masuknya genangan air pasang ke dalam rumah, dengan cara
menaikkan lantai rumah. Upaya meninggikan lantai rumah ini dilakukan setiap 2-3 tahun
sekali setinggi 50 cm. Upaya ini berarti ada biaya tambahan yang harus dikeluarkan,
karena meninggikan lantai setinggi 50 cm tersebut rata-rata memerlukan biaya sebesar Rp.
5 – 8 juta. Hal ini bergantung pada luas bangunan, harga tanah urugan, dan biaya
angkutan dan jasa.
Selain biaya tambahan yang perlu dikeluarkan untuk meninggikan lantai rumah
setiap 2-3 tahun, dalam kurun waktu sekitar 10-12 tahun, penduduk kelurahan ini pun
terpaksa harus mengeluarkan biaya tambahan lainnya, yaitu untuk meninggikan dinding
dan atap rumah, agar tinggi rumah layak dipergunakan sebagai tempat tinggal.
4. SIGNIFIKASI AKTIFITAS TERGANGGU KARENA GENANGAN AIR
Suatu kota berfungsi sebagai pusat pelayanan dan jasa bagi penduduknya apabila
berbagai kegiatan atau aktifitas masih terus terakomodasi atau terfasilitasi. Demikian juga
dengan penduduk, mereka akan tetap eksis apabila kebutuhan air bersih yang mendasar
Makalah dan Presentasi
124
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
masih tetap terlayani. Fungsi kota akan mati atau tidak menunjukan kehidupan apabila
penduduknya tidak dapat melangsungkan aktifitasnya. Contohnya ketika Jakarta
mengalami genangan banjir yang cukup signifikan, pada titik-titik tertentu lampu
dimatikan, komunikasi dan transportasi terputus, sehingga kegiatan distribusi barang dan
jasa terhenti dan penduduk pun tidak dapat menjalankan aktifitasnya. Kondisi seperti
tersebut diatas, dialami oleh penduduk kawasan pantai kelurahan Tanjung Mas, kecamatan
Semarang Utara, pada saat ketika kenaikan muka air laut meningkat.
4.1. Gangguan Kenaikan Muka Air Laut Thd Aktifitas Penduduk.
Kenaikan muka air laut yang menggenangi rumah sampai setinggi 50 cm telah
mengakibatkan terhentinya kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga secara total.
Contohnya dialami oleh penduduk kawasan pantai, seperti :
 Kegiatan Rumah Tangga (domestic work), seperti kegiatan memasak, mencuci, makan,
dan minum terhenti.
 Kegiatan Produktif yang bernilai ekonomis, seperti berangkat ke tempat kerja, atau ke
tempat usaha, dan ke sekolah. ke sekolah.
 Aktifitas yang sifatnya rekreatif, seperti ngobrol, kegiatan bermain anak, tidur atau juga
kegiatan seperti ibadah, terganggu karena kenaikan muka air laut yang menggenangi
perumahan penduduk kawasan pantai.
4.2. Gangguan Kenaikan Muka Air Laut Thd Sarana dan Prasarana.
Kondisi tersebut diatas, tampaknya memang berkaitan erat dengan keberadaan sarana
dan prasarana yang tersedia. Pada saat muka air laut pasang sampai setinggi 50 cm, listrik
untuk penduduk pemukiman Tambak Lorok misalnya
dimatikan demi keamanan,
sehingga aktifitas penduduk seperti yang disebutkan diatas terhenti, karena tidak
tersedianya sarana dan prasarana yang menunjang selama kenaikan muka air laut terjadi,
contohnya :
 Sarana Sanitasi dan air bersih terngganggu, sehingga kegiatan dalam rumah tangga
terhenti dengan sendirinya.
 Jalan lingkungan yang memberikan akses penduduk untuk melaksanakan aktifitas di
kawasan tersebut pun terganggu dan terhenti dengan sendirinya.
Dalam tabel dibawah ini dapat dilihat beberapa aktifitas serta sarana & prasarana
penunjang yang terganggu akibat kenaikan muka air laut dalam berbagai tingkat
gangguan..
5. KEMUNGKINAN KERUGIAN SOSIAL
Pengertian kerugian adalah penurunan nilai benda atau barang, atau biaya
tambahan yang perlu dikeluarkan, atau kehilangan peluang untuk melakukan sesuatu
aktifitas yang bernilai ekonomis. Perkiraan kerugian sosial yang dialami penduduk akibat
kenaikan muka air laut adalah jumlah kerugian yang dihitung adalah akumulasi data
kolektif dari setiap responden, dengan asumsi bahwa setiap keluarga adalah unit terkecil
dalam suatu masyarakat. Jadi kerugian sosial yang dialami penduduk yang bermukim di
kawasan pantai dapat dihitung seperti dibawah ini :
Makalah dan Presentasi
125
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
Tabel Kerugian Sosial yang Dialami Penduduk.
 penduduk
5.628 kk
Lama gangguan
Per thn >72 jam
100%
100%
100%
100%
5.628
5.628
5.628
5.628
 72
 72
 72
 72
77.1%
80%
31.4%
4.339
4.502
1.767
 72
 72
 72
100%
85.7%
100%
97.1%
5.628
4.823
5.628
5.464
 72
 72
 72
 72
97.1%
68%
100%
5.467
3.827
5.628
 72
 72
 72
% terganggu
freq > 12 kali
tinggi 50 cm
lama > 72 jam
Aktifitas Rumah Tangga

Makan

Minum

Masak

Cuci
Usaha produktif.
 T.Usaha
 Sekolah
 Kantor
Aktifitas Rekreatif
 Sosialisasi
 Bermain
 Tidur
 Ibadah
Sarana
 Sanitasi
 Air Bersih

Jalan Lingkungan
Satuan Harga
effektif
Total
Kerugian
Kemungkinan kerugian diatas, dialami oleh penduduk kelurahan Tanjung Mas yang
berjumlah 5.628 kk. Apabila kenaikan muka air laut minimal mengganggu selama 72 jam
per tahun, maka setiap kegiatan penduduk, seperti kegiatan dalam rumah tangga, aktifitas
yang sifatnya produktif bernilai ekonomis ataupun aktifitas yang bersifat rekreatif,
terganggu minimal selama 72 jam per kk. Apabila setiap jenis kegiatan mempynyai nilai
ekonomis secara efektif, maka total kerugian adalah jumlah perkalian antara waktu yang
terganggu dengan jenis aktifitas yang terganggu.
6. KERUGIAN ATAS BANGUNAN RUMAH
Kerugian atas bangunan rumah dihitung atas perkiraan kerugian karena ada biaya
tambahan yang harus dikeluarkan dalam kondisi yang tidak seharusnya dikeluarkan.
Contohnya, standard rumah yang normal mempunyai usia bangunan selama 25 tahun.
Selama 25 tahun berarti tidak ada biaya tambahan yang harus dikeluarkan, seperti
meninggikan lantai atau meninggikan dinding dan atap. Jadi biaya meninggikan lantai,
dinding dan atap adalah kerugian finansial yang harus dikeluarkan, dimana pada kondisi
normal hal tersebutseharusnya tidak terjadi.
Dalam table dibawah ini biaya finansial yang dikeluarkan bergantung pada luas dan
jenis bangunan. Akan tetapi dalam kasus ini rumah-rumah yang dikumpulkan sebagai data
tidak mempunyai ukuran yang standard, sehingga mengalami kesulitan untuk mendata
seluruh jenis bangunan dalam waktu yang singkat.
Tabel Kerugian Finansial Atas Bangunan Rumah.
Jenis Bangunan
Permanan
Sem Permanen
Rumah Kayu
Rumah Bambu
Makalah dan Presentasi
Jumlah
bangunan
1.125
1.679
1.992
500
Meninggikan lantai
setiap 2-3 tahun
Meniggikan dinding
atap setiap 10-15 tahun
&
Kerusakan
Bangunan
126
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
7. Kerugian Sosial Lain yang sulit terukur
Dari contoh kasus Semarang, ada beberapa kerugian sosial lain yang tidak terukur,
contohnya :
 Secara finansial harus mengeluarkan biaya tambahan untuk meninggikan lantai secara
terus menerus setiap 2-3 tahun. Setiap 2-3 tahun berarti harus menyisihkan bukan saja
uang, tetapi juga waktu atau ada aktifitas dalam rumah tangga tersebut yang terganggu,
karena kegiatan meninggikan lantai.
 Secara finansial harus mengeluarkan biaya tambahan untuk menyambung dinding dan
atap rumah setiap 10-15 tahun. Setiap 10-15 tahun berarti harus menyisihkan bukan
saja uang, tetapi juga waktu atau ada aktifitas dalam rumah tangga tersebut yang
terganggu, karena kegiatan meninggikan dinding dan atap. .
 Secara finansial harus mengganti perabot rumah tangga, seperti lemari harus beli setiap
2-3 tahun sekali.
 Waktu terbuang untuk sesuatu yang tidak pernah selesai, dan tidak pasti sampai kapan
akan berakhir, yang seharusnya dapat dipergunakan untuk sesuatu yang produktif.
 Merasa “ngontrak” di rumah sendiri (sense of belongingness hilang, tidak ada privacy).
 Secara psikis penduduk menderita kelelahan dan kecemasan yang berkepanjangan,
karena pasang air laut pasti datang tetapi tidak tahu pasti kapan dan sampai kapan hal
tersebut akan terus berlangsung.
 Sikap hidup cenderung keras
 Kerugian pasca genangan, seperti harus membersihkan rumah setelah pasang surut, ke
dokter, dll.
KESIMPULAN
 Kerugian sosial tidak hanya dialami oleh penduduk semata, tetapi juga dialami oleh
pengelola kota.
 Implikasi kerugian sosial penduduk terhadap biaya pengelolaan kota akan semakin
tinggi sejalan dengan bertambahnya kenaikan muka air laut, apabila masalah tersebut
tidak dicemati dari sekarang.
 Perlu dilakukan kajian lebih lanjut tentang pengukuran kerugian dengan unit analisis
skala kawasan area yang tergenang dengan metode cost benefit analysis, sebagai
masukan bagi pengelola kota, sehingga pengelola kota dapat mengambil kebijakan
yang tepat untuk masyarakatnya.
Daftar Kepustakaan
1. Dalton, Bill., (1995), Indonesia Handbook, Moon Publications Inc, Chico, California,
USA.
2. Bappeda Semarang (2001) Laporan Antara, Bappeda Semarang.
3. Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (1982), Metode Penelitian Survai, Lembaga
Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, Jakarta.
4. Soejono Soekanto, SH. MA. (1977), Sosiologi Suatu Pengantar, Yayasan Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta.
5. Prof. Dr. Sukanto Reksohadiprojo, M.Com dan Dr. A. R. Karseno, MA., (1997),
Ekonomi Perkotaan, edisi ketiga, BPEE, Yogyakarta.
6. Lucas, D & Meyer, P. (1994), Beginning Population Studies, edisi kedua, National
Centre for Development Studies, The Australian National University, Camberra.
7. Data Book of Sealevel Rise 2000, Centre for Global Environmental Research, National
Institute for Environmental Studies Environment Agency of Japan.
Makalah dan Presentasi
127
Download