loss estimation of flooded home in surabaya

advertisement
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
INDENTIFIKASI KERUGIAN BANGUNAN RUMAH DI PANTAI
AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT
Oleh
Wahyu Wuryanti
PENDAHULUAN
Secara umum dampak kenaikan muka air laut adalah tergenangnya dataran rendah,
meningkatnya erosi pantai dan menimbulkan intrusi air asin ke daratan. Untuk kawasan
permukiman dampak tidak langsung dari naiknya muka air laut adalah adanya perubahan
kualitas air bersih, turunnya produktifitas pertanian dan perpindahan penduduk.
Untuk kawasan permukiman di Indonesia dimana hampir semua kota besar berada
di wilayah pesisir dampak yang ditimbulkannya akan berbeda satu dengan yang lain.
Kelompok masyarakat yang mengembangkan pola permukiman di atas tiang-tiang yang
relatif tinggi dan terbiasa menyesuaikan diri dengan pasang surut yang terjadi secara
reguler akan beresiko lebih kecil dibandingkan dengan kelompok masyrakat yang
membangun rumahnya secara permanen di atas tanah. Kelompok masyarakat yang pertama
banyak ditemui di kawasan pesisir atau tepi sungai di daerah Sumatera, Kalimantan dan
Sulawesi, sedangkan kelompok kedua banyak terdapat di kawasan pesisir pulau Jawa.
Dengan kondisi seperti ini kerugian yang ditimbulkan sangat tergantung pula pada
kebiasaan masyarakat dalam mengatisipasi perubahan lingkungan.
Mengukur kerugian yang diakibatkan oleh suatu bencana menjadi hal penting,
karena dengan pengukuran ini dapat mengatur atau mengontrol baik oleh pemerintah
ataupun masyarakat itu sendiri dalam meminimalkan kerusakan lingkungan, hilangnya
penghidupan dan kerugian ekonomi sosial. Pada banyak literatur dijelaskan bahwa
memperkirakan kerugian secara kuantitatif suatu bencana dapat dilakukan dengan
mengalikan faktor “bencana ekstrim X kerentaan sistem”. Dengan demikian perlu
diketahui pula keandalan suatu sistem dalam mencegah atau mengurangi dampak suatu
bencana. Dengan kata lain kualitas kawasan di pesisir sangat berpengaruh terhadap
kerugian yang akan ditimbulkan.
Ada perbedaan dalam perngukuran kerugian yang diakibatkan oleh bencana banjir
dan akibat muka air laut naik. Hal ini disebabkan karena fenomena banjir terjadi dalam
jangka waktu pendek, sementara kenaikan muka air laut merupakan bencana dalam jangka
waktu panjang. Akan tetapi ada prinsip dasar yang dapat digunakan dalam menilai
kerugian akibat kedua bencana tersebut, tertutama karena keduanya sangat tergantung pada
intensitas genangan air. Memperkirakn kerugian di kawasan permukiman akibat muka air
laut naik secara kuantitatif dapat ditentukan apabila diketahui laju pertumbuhan perumahan
di kawasan pesisir, laju pertumbuhan penduduk, tingkat kepadatan, dan tingkat urbanisasi
turut mempengaruhi nilai kuantitatif tersebut.
RELEVANSI DAN MANFAAT PENGUKURAN
Pada setiap pengukuran kerugian akibat suatu bencana dapat dimanfaatkan untuk
menjawab beberapa pertanyaan seperti:
(1) Seberapa besar bencana yang akan digunakan untuk memperkirakan kerugian di
suatu lokasi tertentu
Makalah dan Presentasi
69
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
(2) Berapa besar kerugian yang ditimbulkan pada suatu lokasi sehingga dapat disusun
anggaran biaya penanggulangan
(3) Jika masyarakat sadar akan akibat suatu bencana dan melakukan pencegahan
seperti perbaikan desain rumah, berapa banyak kerugian yang dapat direduksi
(4) Berapa biaya efektif yang harus dikeluarkan untuk perbaikan dan/atau mengganti
kerusakan oleh (a) setiap individu, (b) masyarakat luas, (c) pemerintah lokal, (d)
jasa asuransi, maupun (e) industri perumahan
Manfaat pengukuran ini adalah
1. untuk mengantisipasi datangnya bencana, sehingga apabila bencana dapat
diperkirakan sebelumnya maka akibat bencana tersebut dapat dikurangi bahkan
dihindari
2. mengurangai besarnya kerusakan pada struktur bangunan, misalnya dengan
memilih lokasi perumahan yang benar
3. meningkatkan keandalan struktur bangunan dengan memperbaiki desain bangunan
atau memperketat ketentuan teknis perencanaan bangunan
DAMPAK BANJIR
Dalam pengertian umum istilah “kerugian” yang diakibatkan suatu bencana
meliputi beberapa item seperti jumlah korban jiwa, jumlah kerusakan bangunan, biaya
yang harus dikeluarkan untuk perbaikan/pergantian, rusak atau hilangnya fungsi
komunikasi, transportasi, dan infrastruktur lainnya, biaya terganggunya bisnis; jumlah
penduduk yang kehilangan rumah tinggal; dsb. Berdasarkan pengamatan kerugian fisik
akibat muka air laut naik adalah kerusakan yang terjadi akibat genangan air atau banjir.
Walaupun secara umum bahwa bahaya banjir akibat air laut cenderung diartikan sebagai
akibat naiknya gelombang pasang secara tiba-tiba sehingga volume air meluber sampai
tanah daratan. Kerugian yang ditimbulkan akibat banjir tergantung pada beberapa faktor
seperti
(a) tinggi genangan
(b) lamanya genangan
(c) kecepatan air
(d) pergerakan ketinggian muka air genangan
(e) frekuensi kejadian
(f) jumlah sampai dan lumpur yang terbawa pada saat banjir
(g) perubahan iklim
Secara umum kerugian fisk maupun non-fisik akibat banjir meliputi beberapa hal
 Kehilangan jiwa dan properti
 Kerusakan pada rumah dan properti seperti perabot rumah dan barang elektonik
 Terganggunya mata pencaharian akibat rusaknya pertanian, pertenakan,
pertambakan, dsb
 Terhambat bahkan terhentinya pertumbuhan tanaman
 Erosi tanah, menyebabkan lahan tertutup sampah, pasir, batu sehingga mengurangi
produktifitas pertanian karena berkurangnya tingkat kesuburan tanah
 Kerusakan infrastruktur dan fasilitas penting lainnya seperti klinik, sekolah, jalan,
telepon dan sumber listrik
 Terganggu suplai air bersih dan terkontaminasinya sumber air bersih yang
selanjutnya dapat menyebabkan penyakit
 Memacu terjadinya penyakit menular, seperti diare, malaria, dsb
Makalah dan Presentasi
70
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
BATASAN PENGUKURAN KERUGIAN
Dalam kegiatan ini pengukuran kerugian dibatasi pada kerugian fisik pada
bangunan rumah penduduk. Sementara kerugian properti seperti hilangnya atau rusaknya
parabot rumah (elektronik dan non-elektronik) meskipun diamati di lapangan tidak
diuraikan dalam tulisan ini.
Pengukuran kerugian akibat muka air laut naik dilakukan seperti layaknya
pengukuran akibat banjir. Perbedaan kecil dari keduanya adalah faktor kecepatan aliran
genangan air. Selanjutnya pengertian kerugian fisik adalah kerugian akibat genangan air.
METODA PENGUKURAN DI LAPANGAN
Sampel rumah yang dievaluasi adalah 80 (delapan puluh) rumah pada 7 (tujuh) kota
sehingga pada masing-masing kota diambil 12 sampel yang diambil secara acak. Kerugian
dapat diukur berdasarkan (1) hilangnya fungsi rumah sehingga nilai teknis bangunan
tersebut hilang dan (2) biaya perbaikan yang harus dikeluarkan untuk perbaikan kerusakan
agar tetap memenuhi persyaratan teknis minimum yang berlaku.
Metoda pengukuran dilakukan berdasarkan hasil observasi lapangan terhadap
kapling dan konstruksi rumah penduduk. Pengamatan lapangan meliputi:
 Kondisi bangunan seperti umur bangunan, harga rumah, harga kapling, tipe rumah
dan perletakan konstruksi rumah
 pengambaran denah rumah
 kondisi genangan air seperti tinggi genangan, lama genangan, frekuensi genangan
 material bangunan yang digunakan pada setiap komponen bangunan
 evaluasi secara kesuluruhan kondisi existing fisik dengan cara pengamatan visual
baik dari aspek arsitektur, struktur dan utilitas
 klasifikasi kerusakan
 identifikasi biaya perbaikan yang dikeluarkan dalam memperbaiki atau mengganti
kerusakan yang pernah terjadi
 identifikasi upaya pencegahan masyarakat dalam mengurangai dampak genangan
 Mencatat informasi penting lainnya mengenai kondisi lingkungan
Komponen-komponen yang diamati terdiri dari:
 Komponen arsitektur,meliputi pelapis lantai, pelapis dinding, pintu dan jendela,
serta penutup langit-langit
 Kompnen struktur, meliputi pondasi, struktur utama, seperti balok, kolom atau
dinding pemikul, struktur sekunder dan struktur atap
 Komponen utilitas meliputi plambing dan listrik
Sebagi panduan untuk mengklasifikasikan jenis kerusakan untuk setiap pengamatan
komponen bangunan dikelompokan menjadi 4 kondisi yaitu baik (B), rusak ringan (Rr),
rusak sedang (Rs) dan rusak berat (Rb). Batasan mengenai ketiga jenis kerusakan tersebut
didefinisikan sebagai berikut
(1) Aspek arsitektur:
 Rusak ringan adalah kerusakan yang tidak menganggu fungsi bangunan dari segi
arsitektur, seperti kerusakan pada pekerjaan finishing yang tidak menimbulkan
gangguan fungsi dan estetika serta tidak menimbulkan bahaya sedikitpun kepada
penghuni.
Makalah dan Presentasi
71
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia


Rusak sedang adalah kerusakan yang dapat mengganggu fungsi bangunan dari segi
arsitektur (fungsi, kenyamanan, estetika), seperti kerusakan pada bagian bangunan
yang dapat mengurangi estetika bangunan dan mengurangi kenyaman pada
penghuni
Rusak berat adalah kerusakan yang sangat mengganggu fungsi dan estetika
bangunan serta mengakibatkan hilangnya rasa nyaman dan atau dapat
menimbulkan bahaya kepada penghuni.
(2) Aspek struktur:
 Rusak ringan adalah kerusakan pada komponen struktur yang tidak mengurangi
fungsi layan (kekuatan, kekakuan dan daktilitas) struktur secara keseluruhan.
 Rusak sedang adalah kerusakan pada komponen struktur yang dapat mengurangi
kekuatan tetapi kapasitas layan secara keseluruhan dalam kondisi aman.
 Rusak berat adalah kerusakan pada komponen struktur yang dapat mengurangi
kekuatannya sehingga kapasitas layan struktur sebagian atau seluruh bangunan
dalam kondisi tidak aman
(3) Aspek utulitas:
 Rusak ringan adalah rusak kesil atau tidak berfungsinya sub-komponen utilitas
yang tidak akan menimbulkan gangguan atau mengurangi fungsi komponen utilitas.
 Rusak sedang adalah kerusakan atau tidak berfungsinya sub-komponen utilitas
yang menimbulkan gangguan atau mengurangi fungsi komponen utilitas.
 Rusak berat adalah rusak atau tidak berfungsinya sub-komponen utilitas yang dapat
menimbulkan gangguan berat atau mengakibatkan tidak berfungsinya secara total
komponen utilitas.
Berdasarkan definisi kerusakan tersebut kemudian diuraikan lebih detail untuk
memudahkan pengamatan di lapangan seperti terlihat pada lampiran.
KENDALA PENGAMATAN DI LAPANGAN
Dalam menggunakan metoda pengukuran ini ada beberapa faktor yang diabaikan seperti :
(1) Karakteristik geometri dan geologi tanah misalnya kelandaian tanah dan jenis tanah di
lokasi pengamatan padahal kondisi ini akan mempengaruhi intensitas genangan yang
terjadi
(2) Perbedaan lingkungan misalnya pengukuran kerugian di zona A digunakan pula untuk
mengukur kerugian fisik rumah di zona B
(3) Kualitas pelaksanaan konstruksi, material bangunan, maupun penerapan standar teknis
bangunan dimana pengaruhnya bisa sangat signifikan
(4) Kebiasaaan masyarakat dalam beradaptasi terhadap perubahan lingkungan ataupun
kesadaran masyarakat dalam memelihara lingkungan
Disamping itu secara teknis di lapangan ditemui beberapa kesulitan yaitu:
 Terbatasnya waktu pengamatan untuk setiap rumah
 Beberapa komponen bangunan sulit terukur bila hanya dilakukan pengamatan visual,
misal pengamatan rangka atap yang tertutup plafon atau kondisi pondasi yang tertanam
 Kerusakan yang telah terjadi telah diperbaiki bahkan diganti sehingga kerusakan akibat
genangan air tidak dapat diamati
 Penggunaan bahan bangunan yang berbeda-beda pada satu komponen bangunan
sehingga klasifikasi kerusakan harus di-rata-ratakan.
Makalah dan Presentasi
72
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
KARAKTERISTIK PERUMAHAN DI KAWASAN PESISIR
Desain rumah di kawasan pesisr di Indonesia dapat dibedakan menjadi bebarapa
jenis tipe bangunan, yaitu rumah panggung dan non-panggung. Letak bangunan bisa di atas
tanah langsung, di atas air atau mengapung. Struktur utama bangunan ruamah bisa
menggunakan struktur kayu, struktur beton atau struktur dinding pemikul.
Di atas media tanah
Rumah di atas tanah langsung
(landed house)
Rumah panggung
Di atas media air
Rumah mengapung
Rumah di atas air
Umumnya bahan bangunan yang digunakan untuk rumah penduduk di kawasan pesisir
adalah
Komponen bangunan Bahan Bangunan
Pondasi
Pasangan batu kali, pasangan bata
Pondaas umpak
Pondasi tiang kayu atau tiang beton
Lantai
Ubin, plesteran, keramik, plywood atau kayu
Dinding
Papan kayu, plywood, asbes, bilik, pasangan bata, pasangan
batako atau pasangan conblok
Langit-langit / plafon
Plywood atau asbes
Atap
Penutup atap bisa menggunakan seng, genteng, injuk atau
sirap
Secara umum korelasi antara tipe bangunan dengan ketinggian genangan air
terhadap kehilangan asset seperti pada gambar berikut:
Makalah dan Presentasi
73
Water depth
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
Water depth
Loss of assets
Loss of assets
Sumber: Kobayashi, 2001
ANALISA KERUGIAN FISIK BANGUNAN RUMAH
Bila bangunan rumah dalam kondisi normal atau memenuhi persyaratan teknis,
bobot fungsi dari setiap komponen untuk setiap aspek adalah sebagai berikut.
Aspek
Arsitektur
Komponen
Kesesuaian fungsi
Pelapis lantai
Plesteran lantai
Pelapis dinding
Plesteran dinding
Pintu dan jendela
Plafon
Struktur
Pondasi
Kolom Struktur
Balok struktur
Joint kolom-balok
Rangka atap
Struktur sekunder
bobot fungsi (%)
15
14
15
14
15
10
17
25
20
20
15
5
15
Sumber: Petunjuk Teknis Tata Cara Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung, 1998
Makalah dan Presentasi
74
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
Aspek
Air bersih
Komponen
Tangki penampung air
Pompa air
Kran
Air kotor
Kloset
Tangki septik
Saluran air kotor
Saluran air hujan
bobot fungsi (%)
12
23
5
7
13
24
6
Sumber: Petunjuk Teknis Tata Cara Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung, 1998
Seperti terlihat pada tabel, kolom pertama dicantumkan 3 (tiga) aspek utama dalam
konstruksi bangunan rumah dimulai dari aspek arsitektur, aspek struktur dan aspek utilitas.
Kolom berikutnya adalah komponen bangunan yang dinilai untuk setiap aspek desain dan
kolom terakhir adalah bobot fungsi prosentase terhadap fungsi bangunan agar memenuhi
persyaratan minimum layak huni.
Sementara itu untuk menghitung berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk
perbaikan kerusakan, perlu diambil acuan proporsi biaya yang diperlukan dalam
mendirikan satu bangunan rumah. Asumsi yang digunakan untuk menentukan proporsi
biaya adalah sebagai berikut:
Tipe rumah adalah rumah tunggal, letak bangunan adalah di atas tanah langsung
atau landed house dan struktur bangunan yang digunakan adalah struktur beton bertulang.
Berdasarkan asumsi klas rumah seperti itu prosentase biaya terhadap nilai investasi untuk
setiap komponen adalah sebagai berikut:
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Komponen bangunan
% thd investasi
Pondasi
19
Rangka struktur
17
Dinding
10
Rangka atap
7
Penutup atap
5
Plafon
8
Plesteran dinding
9
Lantai
5
Pintu dan jendela
7
Finishing
6
Listrik dan sanitasi
2
Pekerjaan luar
5
Jumlah
100
Sumber: Estimasi biaya
Makalah dan Presentasi
75
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
Nilai prosentase tersebut diatas masih terbuka untuk didiskusikan sehingga
angkanya dapat disesuaikan dengan konstruksi dan tipe bangunan tertentu.
Selanjutnya untuk menilai kerusakan pada bangunan rumah yang diakibatkan oleh
genangan perlu diasumsikan bobot biaya yang diperlukan untuk perbaikan pada setiap
jenis kerusakan. Menurut contoh perhitungan biaya perawatan bangunan gedung, bobot
kerusakan untuk setiap jenis kerusakan adalah sebagai berikut:
Jenis kerusakan
Rusak ringan
Rusak sedang
Rusak berat
Bobot kerusakan (%)
10
25
50
Berdasarkan bobot nilai tersebut diatas, setiap komponen bangunan dievaluasi
terhadap klasifikasi kerusakannya, sehingga kerugian fisik pada bangunan rumah
merupakan jumlah perkalian dari masing-masing bobot kerusakan terhdap aspek kerugian
yang ditinjau.
a) Kerugian fisik akibat hilangnya fungsi rumah secara fisik rumah terhadap keandalan,
kenyamanan, kekuatan agar dapat memenuhi persyaratan tenis layak huni dihitung
menggunakan formula sebagai berikut:
R f   BF  BR
Dimana: Rf
= Nilai kerugian hilangnya fungsi fisik bangunan rumah
BF
= Nilai bobot fungsi untuk setiap komponen bangunan
BR
= Bobot kerusakan sesuai dengan klasifikasinya
Berdasarkan dari masing-masing aspek yang ditinjau kemudian diasumsikan bobot
prosentase fungsinya terhadap fungsi bangunan rumah secara utuh. Bobot fungsi yang
diambil untuk analisa adalah
Aspek yang ditinjau
Struktur
Arsitektur
Utilitas
Bobot fungsi terhadap fisk bangunan rumah
60 %
5%
35 %
Seperti halnya bobot biaya, maka nilai bobot fungsi diatas masih terbuka untuk
didiskusikan. Akan tetapi hasil analisa yang akan disampaikan pada sub judul berikut
berdasarkan nilai bobot tersebut diatas.
b) Kerugian fisik terhadap jumlah biaya perbaikan/pergantian yang harus dikeluarkan
adalah:
Rb   BB  BR
Dimana: Rb
= Nilai kerugian biaya bangunan rumah
BB
= Nilai bobot biaya untuk setiap komponen bangunan
BR
= Bobot kerusakan sesuai dengan klasifikasinya
Berdasarkan kerugian dari masing-masing peninjauan dapat dikorelasikan terhadap
intensitas genangan air, sehingga dapat digambarkan hubungan antara kedalaman air
genangan dengan besarnya kerugian.
Makalah dan Presentasi
76
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
ANALISA HASIL TEMUAN DI LAPANGAN (Case Surabaya dan Semarang)
Untuk kasus Surabaya dari 12 responden yang ditemui di Kecamatan Kali Rungkut,
Surabaya Timur menunjukkan bahwa bangunan rumah yang ditempati adalah jenis tunggal
terdiri dari bangunan bertingkat dua dan tidak bertingkat. Seluruh rumah menggunakan
konstruksi pondasi jenis menerus dengan bahan dari pasangan batu yang ditempatkan
langsung di atas tanah atau landed house. Konstruksi yang digunakan bervariasi antara
struktur rangka beton bertulang, pasangan dinding pemikul, dan struktur rangka kayu.
Kerusakan langsung yang diakibatkan oleh genangan air adalah pada dinding, lantai, kusen
jendela maupun pintu. Berdasarkan wawancara dengan penghuni menyebutkan bahwa
terjadinya genangan air rata-rata setiap terjadi musim hujan dan bahkan lebih dari 12 kali
dalam setahun. Secara ringkat hasil temuan fisik di lapangan dapat dilihat pada lampiran.
Berdasarkan uraian tersebut kemudian dikompilasikan berdasarkan bobot
kerusakan sesuai dengan klasifikasi kerusakannya. Kemudian Masing-masing komponen
dijumlahkan untuk meninjau masing-masing aspek berdasarkan total perkalian bobot
kerusakan dengan bobot fungsi. Sedangkan untuk kerugian biaya investasi dikelompokkan
berdasarkan komponen bangunan yang terpasang sesuai acuan yang digunakan, kemudian
dijumlahkan hasil perkalian bobot biaya dengan bobot kerusakan.
Berdasarkan analisa kedua kerugian tersebut, maka hasil yang didapat adalah sebagai
berikut.
Makalah dan Presentasi
77
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
Berdasarkan kerugian biaya akibat kerusakan fisik bangunan rumah adalah berkisar 2.3%
sampai dengan 38 % dari total biaya investasi rumah. Sementara kerugian fungsi
fisik berkisar antara 8.87% sampai dengan 21.44% dari fungsi fisik rumah secara utuh.
Prosentase kerugian fisik terutama akibat kerugian pada utilitas dimana pada saat terjadi
genangan air fungsi sanitasi terganggu total tetapi bila telah surut sarana sanitasi tersebut
dapat berfungsi kembali.
Untuk kasus Semarang, rumah yang disurvey merupakan tipe rumah tunggal yang
didirkan langsung diatas tanah. Pondasi yang digunakan seperti halnya yang terjadi pada
sebagian besar di P. Jawa adalah pondasi menerus dari pasangan bata. Struktur utama
bangunan adalah dari pasangan dinding pemikul, kayu dan struktur beton.
Kerugian yang ditimbulkan merupakan kerugian yang diakibatkan oleh genangan
air ditambah akibat dari terjadinya rob, yaitu turunnya tanah sehingga timbul settlement
pada bangunan rumah. Kondisi ini tentu saja semakin memperparah kerusakan yang
terjadi.
Dari 12 responden yang ditemui, prosentase kerugian yang terjadi dapat dilihat
pada gambar di halaman selanjutnya. Berdasarkan gambar tersebut dapat disimpulkan
bahwa kerugian biaya rumah dalah berkisar dari 19.3% sampai dengan 73.75% dari total
biaya rumah. Sedangkan kerusugian fungsi fisik bangunan adalah berkisar 60.5% sampai
dengan 92.25%. Besarnya prosentase ini lebih banyak terjadi karena struktur bawah
mengalami kerusakan, padahal strurktur bawah merupakan penopang dari struktur atas.
Makalah dan Presentasi
78
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
Makalah dan Presentasi
79
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
KESIMPULAN






Kerugian bangunan rumah akibat kenaikan muka air laut dapat ditinjau berdasarkan
fungsi fisik bangunan rumah dan kerugian akibat hilangnya biaya investasi rumah.
Kedua jenis kerugian ini selanjutnya dapat diakumulasikan terhadap kerugian total
yang terjadi pada suatu kawasan tertentu.
Dalam perhitungan kerugian akibat kenaikan muka air laut, walaupun fenomenanya
tidak sama seperti kerugian yang diakibatkan oleh air banjir, tetapi jenis-jenis
kerusakan maupun kerugian yang ditimbulkannya adalah sama.
Kerugian fungsi fisik maupun kerugian biaya yang ditimbulkan akibat genangan air
dapat diminimalkan bila masyarakat dapat menyesuaikan diri dengan perubahan alam
yang terjadi. Seperti pembuatan tanggul pada pintu masuk, maupun meninggikan lantai
dapat mengurangi tingkat kerugian yang ditimbulkannya.
Kerugian biaya investasi yang terjadi dari hasil survey di Surabaya adalah berkisar dari
2.3% sampai 38% dari total nilai bangunan standar. Sementara kerugian fungsi fisik
bangunan adalah 8.87 % sampai dengan 21.44% dari fungsi fisik secara utuh. Besarnya
prosentase ini sangat tergantung pada adapatasi yang dilakukan oleh masing-masing
penghuni.
Kerugian biaya yang terjadi di Semarang berkisar antara 19.3% sampai 73.75% dari
total biaya rumah standar, sedangkan kerugian fungsi fisik bangunan berkisar antara
60.5% sampai dengan 92.25% dari fungsi fisik secara utuh.
Kerugian yang terjadi di kota Semarang jauh melebihi kerugian yang terjadi di
Surabaya. Hal ini karena terjadinya rob di Semarang semakin menambah parah
kerusakan fisik bangunan akibat terjadinya settlement yang berlebihan pada pondasi
dan lantai.
REFERENSI




Gunawan, Budhi, 2001, “Kenaikan muka air laut dan adaptasi masyarakat”,
Proceeding Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota Dan Perumahan Di
Indonesia Dan Lingkungan Global,, Maret 2001, Bandung
Dirjen Cipta Karya, 1998 “Petunjuk Teknis Tata Cara Pemeriksaan Keadanlan
Bangunan Gedung”, Departemen Pekerjaan Umum, Dirjen Cipta Karya, Mei 1998
Kobayashi, Hideyuki, 2001, “Locality of indonesia coastal cities and appraoches for
quantitative evaluation of possible impact of global warming”, Proceeding Studi
Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota Dan Perumahan Di Indonesia Dan
Lingkungan Global, Maret 2001, Bandung
NMS Arambepola, 2001, “What People Need For Know About Floods”, Partnership
for Disaster Reduction-SEA news, P.16, Edition October-Desember 2001
Makalah dan Presentasi
80
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
arsitektur
bagian dalam
bangunan
bagian luar
bangunan
komponen
Baik (B)
kesesuaian fungsi
sesuai fungsi
pelapis lantai
baik
plesteran lantai
Rusak ringan (Rr)
Rusak sedang (Rs)
Rusak berat (Rb)
masih sesuai dengan fungsi
tidak sesuai
retak rambut <50%
retak rambut >50%
belah, pecah
baik
retak rambut <50%
retak rambut >50%
retak, belah, pecah
pelapis dinding
plesteran dinding
pintu/jendela
baik
baik
berfungsi baik
buram, terkelupas <10%
terkelupas <10%
masih berfungsi <50%
terkelupas >10%
terkelupas >10%
masih berfungsi >50%
terlepas, tidak tampak
terlepas, tidak tampak
tidak berfungsi
penutup langit-langit
baik
buram
terkelupas <10%
terkelupas >10%
penutup atap
baik
tidak berlubang
tidak rata
berlubang, hancur
pelapis dinding luar
baik
buram <50%
buram > 10 % tetapi <50%
buram >50%
pelapis langit-langit
baik
buram
pelapis lantai
baik
buram
buram
Makalah dan Presentasi
aus, bergelombang buram,
kasar
retak, terkelupas berlubang
<5%
terkelupas <10%
terbelah, pecah, terlepas
terbelah, pecah, terlepas
terkelupas > 10%
81
Proceeding – Kerugian pada Bangunan dan Kawasan Akibat Kenaikan Muka Air Laut pada Kota-Kota Pantai di Indonesia
Struktur
komponen
Baik (B)
Rusak ringan (Rr)
Rusak sedang (Rs)
Rusak berat (Rb)
kuat, kaku, baik
kuat, kurang kaku, tidak ada
gejala tekuk
kuat, kurang kaku,ada gejala
penurunan, terjadi perbedaan
penurunan
tidak stabil, retak, pecah,
adanya penurunan
kolom
kuat, kaku, stabil
kuat, retak rambut pada
kuat, retak rambut pada
selimut beton hancur, terjadi
permukaan , tidak ada gejala permukaan, ada gejala tekuk pada
tekuk dengan jelas
tekuk
lantai atas
balok
kuat, kaku, stabil
kuat, retak rambut pada
permukaan
kuat, retakan terlihat jelas,
melendut > 1/250 bentang
retakan terlihat jelas, melendut
> 1/250 bentang
pertemuan
balok-kolom
kuat, kaku, stabil
kuat, retak rambut
kuat, retak terlihat jelas
retak terlihat jelas, pecah
pelat
lantai/atap
kuat, kaku, stabil
kuat, retak rambut pada
permukaan
kuat, retakan terlihat jelas,
melendut < 1/250 bentang
retakan terlihat jelas,
melendut > 1/250 bentang
rangka atap
kuat, kaku, stabil
kuat, retak rambut pada
permukaan
kuat, retakan terlihat jelas,
melendut < 1/250 bentang
retakan terlihat jelas, melendut
> 1/250 bentang
pelat/balok
tangga
kuat, kaku
kuat, retak rambut
kuat, retakan terlihat jelas,
melendut < 1/250 bentang
retakan terlihat jelas, melendut
> 1/250 bentang
balok anak
kuat, kaku, stabil
kuat, retak rambut pada
permukaan
kuat, retakan terlihat jelas,
melendut < 1/250 bentang
retakan terlihat jelas, melendut
> 1/250 bentang
lain-lain,
canopy, dll
kuat, kaku, stabil
kuat, retak rambut pada
permukaan
kuat, retakan terlihat jelas,
melendut < 1/250 bentang
retakan terlihat jelas, melendut
> 1/250 bentang
pondasi, balok
pondasi
struktur
utama
struktur
pelengkap
Makalah dan Presentasi
82
Download