MITIGASI BENCANA BANJIR 5M ./0. itigasi Bencana Banjir 5.1 Pendahuluan Banjir merupakan kejadian yang selalu berulang setiap tahunnya di Indonesia, tercatat bahwa kebanyakan terjadi pada musim penghujan. Berdasarkan sudut pandang morfologi, banjir terjadi di negara negara yang mempunyai bentuk bentangalam yang sangat bervariasi dengan sungai nya yang banyak. Banjir di Indonesia umumnya terjadi di Indonesia bagian barat, karena tingkat curah hujan yang sangat tinggi dibandingkan dengan wilayah Indonesia bagian timur. Pertumbuhan penduduk di Indonesia dan kebutuhan ruang sebagai tempat untuk mengakomodasi kehidupan manusia dan mendukung aktivitasnya secara tidak langsung telah berperan terjadinya banjir. Penebangan hutan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ruang telah meningkatkan sedimentasi di sungai-sungai, tidak terkendalinya air permukaan dan tanah menjadi jenuh air. Hal ini yang memungkinkan air permukaan menjangkau kawasan yang lebih luas yang pada akhirnya menjadi penyebab banjir bandang seperti yang terjadi pada tahun 2003 di wilayah Bahorok dan Langkat, Sumatra Utara dan di wilayah Ayah, Jawa Tengah. Dalam tahun 2006 bencana banjir yang melanda beberapa wilayah, termasuk bencana banjir bandang dan tanah longsor. Di Jember, Jawa Timur akibat banjir bandang dan tanah longsor telah menelan korban sebanyak 92 orang meninggal dan 8.861 hanyut, sedangkan di Trenggalek 18 orang meninggal. Banjir bandang yang disertai dengan tanah longsor terjadi juga di Manado, Sulawesi Utara yang memakan korban sebanyak 27 jiwa dan 30.000 hanyut. Bencana yang sama terjadi juga di Sulawesi Selatan pada bulan Juni 2006. Lebih dari 200 orang meninggal dunia dan puluhan lainnya hilang (Data Provinsi dari BAKORNAS, 23 Juni 2006). Hal yang sangat menarik dari peristiwa bencana banjir adalah mengapa kebanyakan dari manusia bermukim di wilayah-wilayah yang berpotensi terkena bencana banjir. Berdasarkan sejarah kehidupan manusia di muka bumi, umumnya pemukiman dan perkotaan dibangun di tepi tepi pantai dan sungai. Hal ini dapat dimengerti karena manusia membutuhkan air untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Permasalahannya adalah bagaimana cara untuk meminimalkan resiko dan menghindar dari bencana banjir yang sudah terlanjur ada ditempat dimana manusia tinggal. 76 MITIGASI BENCANA BANJIR 5.2 ./0. Penanggulangan Bahaya Banjir Gambar 5-1 adalah contoh Peta Zona Genangan Dikawasan Rawan Banjir. Pada gambar diperlihatkan zona genangan air yang dibuat berdasarkan hasil perhitungan data hidrologi untuk siklus bencana banjir 1 tahunan, 5 tahunan, 10 tahunan, 25 tahunan, dan 100 tahunan serta areal / kawasan yang terbebas dari zona genangan air. Pada umumnya, pencegahan fisik untuk semua jenis bencana banjir dilakukan untuk siklus banjir yang terjadi hingga 100 tahun. Adapun perhitungan siklus genangan bencana banjir biasanya dihitung untuk siklus 100 tahunan dengan pertimbangan tingkat resiko yang dapat diterima dan umumnya dibutuhkan oleh pihak perusahaan asuransi, khususnya yang menangani asuransi kerugian properti yang disebabkan oleh bencana banjir. Terdapat 4 cara untuk mengurangi potensi bahaya banjir, yaitu: 1. rekayasa keteknikan, 2. kebijakan tataguna lahan dan regulasi, 3. sistem peringatan dini, 4. asuransi. Dalam penanggulangan bencana banjir, metoda pertama dan kedua merupakan metoda yang menjadi perhatian utama. Metoda pendekatan rekayasa keteknikan dapat dilakukan dengan pembangunan sistem drainase yang baik dan kontruksi bangunan yang tahan banjir serta membangun sistem peringatan dini, sedangkan pendekatan kebijakan dan peraturan melalui penerbitan aturan-aturan yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan, khususnya peruntukan lahan melalui zonasi kerentanan terhadap bahaya banjir. Hal yang terpenting dalam membuat kebijakan dan peraturan adalah bahwa dengan adanya peraturan dapat memastikan masyarakat yang bermukim di wilayah wilayah rawan bencana banjir tidak menjadi subyek dari bencana yang akan menimpa dan aktivitas masyarakat tidak terganggu apabila terjadi banjir. Salah satu pendekatan di dalam pengendalian banjir adalah dengan cara melakukan perencanaan penanggulangan bencana banjir secara komprehensif, seperti misalnya perencanaan yang disesuaikan dengan zona-zona genangan air, dan diikuti dengan pembuatan aturan aturan yang berhubungan dengan persyaratan konstruksi bangunan yang diijinkan pada setiap zona. Agar dapat efektif maka dalam perencanaan umum harus ada peta dokumen tentang zona-zona genangan air serta frekuensi kejadian banjir. Informasi semacam ini sangat penting dan diperlukan dalam proses perencanaan tataguna lahan, terutama dalam penetapan peruntukan lahan. Dalam pemanfaatan lahan dapat juga terjadi dan sangat dimungkinkan membangun bangunan di daerah dataran banjir (floodplain area) akan tetapi harus memenuhi persyaratanpersyaratan tertentu, seperti misalnya konstruksi bangunannya harus berada diatas genangan air 77 MITIGASI BENCANA BANJIR ./0. atau konstruksi jembatan yang melintasi sungai harus ditingkatkan guna menghindari terpaan arus air ketika terjadi banjir, dan dapat juga bagian dari areal dataran banjir dibiarkan sebagai ruang terbuka atau digunakan sebagai taman atau sarana olah raga. Dalam persiapan perencanaan, pertimbangan harus diberikan untuk pemanfaatan lahan yang berada bagian hulu yang dapat membantu meminimalkan frekuensi terjadinya banjir. Pemanfaatan lahan dan penggunaan aspal dan beton pada lahan harus diminimalkan untuk membantu penyerapan air dan mengurangi runoff. Gambar 5-1 Klasifikasi bencana banjir yang disajikan dalam bentuk peta Zona Genagan Air dengan siklus genangan 1 tahunan, 5 tahunan, 10 tahunan, 25 tahunan, dan 100 tahunan serta zona bebas genangan 78 MITIGASI BENCANA BANJIR ./0. Aturan yang berkaitan dengan penggunaan lahan dan persyaratan konstruksi di daerah rawan bencana banjir merupakan hal yang umum diterapkan dan merupakan suatu kebijakan pemerintah dalam rangka melindungi masyarakatnya terhadap bencana banjir. Peraturan yang berhubungan dengan larangan membangun pada areal yang mudah tergenang air (flood plain area), dan aturan yang berkaitan dengan jenis penggunaan lahan yang diijinkan serta konstruksi bangunan yang diperbolehkan merupakan aturan-aturan yang harus dipatuhi dan dilaksanakan, baik oleh pemerintah (pemberian IMB), swasta, maupun masyarakat secara konsisten. Peta Zona Genangan Air sangat berguna baik bagi Pemerintah Daerah dan Kontraktor karena peta ini merupakan rujukan dasar dalam membuat aturan aturan yang berkaitan dengan jenis dan tipe bangunan yang harus dipenuhi dalam membangun infrastruktur serta struktur dan fondasi bangunan. Perusahaan asuransi dapat memanfaatkan peta zona genangan air sebagai dasar dalam penilaian bangunan yang akan diasuransikan, khususnya untuk asuransi bencana banjir. Pemerintah bertanggungjawab atas pembuatan aturan aturan yang berkaitan dengan persyaratan bangunan, seperti konstruksi dan tipe bangunan yang akan dibangun di wilayah banjir, baik untuk banjir yang sifatnya tahunan, 5 tahunan, 10 tahunan, dan seterusnya serta aturan-aturan yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan. Para kontraktor wajib memenuhi aturan-aturan yang telah dibuat dan ditetapkan terhadap persyaratan konstruksi bangunan. Sedangkan bagi Perusahaan Asuransi peta zona genangan banjir diperlukan guna kepentingan dalam penilaian dan besarnya tanggungan suatu bangunan yang akan diasuransikan, khususnya asuransi kerugian bencana alam (banjir). 5.3 Mitigasi Bencana Banjir Banjir adalah suatu peristiwa alamiah yang disebabkan oleh meluapnya air ke luar alur sungai karena volume air yang melebihi kapasitas saluran sungai yang tersedia. Wilayah luapan air sungai disebut sebagai daerah dataran banjir (flood-plain area). Disamping itu banjir juga dapat disebabkan oleh akumulasi air hujan di suatu daratan yang berbentuk cekungan dimana lapisan tanahnya bersifat impermeabel atau lapisan tanahnya jenuh air. Bencana banjir baru akan timbul ketika di daerah tersebut terdapat areal pemukiman sehingga luapan air berdampak pada kerugian dan kerusakan harta benda dan jiwa manusia. Peran dan kontribusi manusia terhadap terjadinya bencana banjir sangatlah besar, hal ini dapat kita lihat dari berbagai kasus bencana banjir yang melanda diberbagai wilayah dan perkotaan. Sebagai contoh Jakarta sebagai ibukota negara setiap tahun menjadi langganan banjir. Adapun beberapa faktor faktor yang menjadi penyebab banjir di wilayah Jakarta antara lain adalah: 1. Pembangunan dan perluasan pemukiman yang tidak mengikuti peta arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), 2. Topografi Jakarta yang berbentuk cekungan sehingga di beberapa wilayah berfungsi sebagai tandon aliran air. 79 MITIGASI BENCANA BANJIR ./0. 3. Berkurangnya daerah resapan air sebagai dampak dari pembangunan, 4. Meningkatnya surface runoff yang disebabkan perubahan tutupan lahan, 5. Tidak berfungsinya sistem drainase secara maksimal akibat banyaknya sampah dan kotoran lainnya, 6. Sistem Pengelolaan Daerah Aliran Sungai yang tidak terintegrasi serta degradasi lingkungan di wilayah DAS akibat perubahan tataguna lahan dan tutupan lahan. Usaha untuk mengurangi bencana banjir dapat dilakukan antara lain dengan cara antara lain: 1. Melakukan reboisasi di daerah tangkapan hujan, 2. Membuat sumur-sumur resapan air, 3. Mengurangi surface runoff dengan pembuatan drainase yang baik, 4. Pembuatan check-dam untuk pengendalian banjir, 5. Memodifikasi saluran sungai dan drainase, 6. Membersihkan saluran sungai dan pengelolaan DAS secara terintegrasi dan komprehensif. 5.4 Mengenal Penyebab Banjir 1. Curah hujan tinggi 2. Permukaan tanah lebih rendah dibandingkan muka air laut. 3. Terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan pengaliran air keiuar sempit. 4. Banyak pemukiman yang dibangun pada dataran sepanjang sungai. 5. Aliran sungai tidak lancar akibat banyaknya sampah serta bangunan di pinggir sungai. 6. Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai. 5.4.1 Tindakan Untuk Mengurangi Dampak Banjir 1. Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan. 2. Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada bagian sungai yang sering menimbulkan banjir. 3. Tidak membangun rumah dan pemukiman di bantaran sungai serta daerah banjir. 4. Tidak membuang sampah ke dalam sungai. 5. Mengadakan Program Pengerukan Sungai. 6. Pemasangan pompa untuk daerah yang lebih rendah dari permukaan laut. 7. Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu dilaksanakan serta mengurangi aktifitas di bagian sungai rawan banjir. 80 MITIGASI BENCANA BANJIR 5.4.2 ./0. Yang Harus Dilakukan Sebelum Banjir 1. Di Tingkat Warga a. Bersama aparat terkait dan pengurus RT/RW terdekat bersihkan lingkungan sekitar Anda, terutama pada saluran air atau selokan dari timbunan sampah. b. Tentukan lokasi Posko Banjir yang tepat untuk mengungsi lengkap dengan fasilitas dapur umum dan MCK, berikut pasokan air bersih melalui koordinasi dengan aparat terkait, bersama pengurus RT/RW di lingkungan Anda. c. Bersama pengurus RT/RW di lingkungan Anda, segera bentuk tim penanggulangan banjir di tingkat warga, seperti pengangkatan Penanggung Jawab Posko Banjir. d. Koordinasikan melalui RT/RW, Dewan Kelurahan setempat, dan LSM untuk pengadaan tali, tambang, perahu karet dan pelampung guna evakuasi. e. Pastikan pula peralatan komunikasi telah siap pakai, guna memudahkan mencari informasi, meminta bantuan atau melakukan konfirmasi. 2. Di Tingkat Keluarga a. Simak informasi terkini melalui TV, radio atau peringatan Tim Warga tentang curah hujan dan posisi air pada pintu air. b. Lengkapi dengan peralatan keselamatan seperti: radio baterai, senter, korek gas dan lilin, selimut, tikar, jas hujan, ban karet bila ada. c. Siapkan bahan makanan mudah saji seperti mi instan, ikan asin, beras, makanan bayi, gula, kopi, teh dan persediaan air bersih. d. Siapkan obat-obatan darurat seperti: oralit, anti diare, anti influenza. e. Amankan dokumen penting seperti: akte kelahiran, kartu keluarga, buku tabungan, sertifikat dan benda-benda berharga dari jangkauan air dan tangan jahil. 5.4.3 Yang Harus Dilakukan Saat Banjir a. Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk mematikan aliran listrik di wilayah yang terkena bencana, b. Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air masih memungkinkan untuk diseberangi. c. Hindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari terseret arus banjir. Segera mengamankan barang-barang berharga ketempat yang lebih tinggi. d. Jika air terus meninggi hubungi instansi yang terkait dengan penanggulangan bencana seperti Kantor Kepala Desa, Lurah ataupun Camat. 81 MITIGASI BENCANA BANJIR 5.4.4 ./0. Yang Harus Dilakukan Setelah Banjir a. Secepatnya membersihkan rumah, dimana lantai pada umumnya tertutup lumpur dan gunakan antiseptik untuk membunuh kuman penyakit. b. Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya penyakit diare yang sering berjangkit setelah kejadian banjir. c. Waspada terhadap kemungkinan binatang berbisa seperti ular dan lipan, atau binatang penyebar penyakit seperti tikus, kecoa, lalat, dan nyamuk. d. Usahakan selalu waspada apabila kemungkinan terjadi banjir susulan. 82