MODUL PERKULIAHAN Tes Inventory Pengertian, Kegunaan, dan Metode Personality Test Fakultas Program Studi Psikologi Psikologi Tatap Muka 07 Kode MK Disusun Oleh MK61030 Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Abstrak Kompetensi Mengetahui dan memahami sejarah tes personality, dimensi, dan indikator pengukuran Mampu menjelaskan dan mengkomunikasikan materi terkait Personality Test : Tes Grafis Penerapan dan penggunaan tes pohon untuk membantu diagnosis, mula-mula digunakan seorang konsultan pemilihan jurusan, Emil Juchar. Tes ini kemudian dikembangkan Charles Koch, yang sekarang dikenal sebagai tes pohon (Baum Tes). Setelah mempelajari sejarah kebudayaan-kebudayaan dan dongeng, Juchar memilih pohon sebagai bahan tes. Ia menganggap gambar pohon yang dibuat seseorang sebagai pernyataan dari “the being of the person”. Sejak semula telah dikatakan bahwa ada hubungan antara bentuk pohon, yaitu kehidupan dalam pohon seperti dalam suatu patung yang berdiri, mencapai kemiripan paling tinggi dengan kemanusiaan (humanity) dan bahwa pertemuan dengan pohon adalah pertemuan dengan diri sendiri. Dimana letak tanaman merupakan sistem yang terbuka, segala sesuatu menuju keluar, segala sesuatu yang terjadi di permukaan, dibentuk dibawah kulitnya dan pada ujung-ujung tunasnya. Hanya jenis pohon yang dapat memperlihatkan kejadian ini. Konstitusi tubuh manusia dan binatang tidak memperlihatkan hal ini dan merupakan suatu sistem yang tertutup, dimana segala sesuatu bergerak ke dalam dan diberi makan serta dikendalikan organ-organ pusat karena itu keberadaan tanaman, berarti gerakan hidup keluar, suatu usaha mengetahui zona-zona pertumbuhan pusat, yagn tidak berguna dan bersifat simbolis. Tanaman tidak pernah berkembang atau tumbuh sempurna, ia selalu muda dan sampai mati akan berbunga dan dapat menjadi buah. Pohon tidak pernah berhenti berkembang, tetap tumbuh walaupun sudah tua dan apabila kita tidak lagi melihat suatu pertumbuhan keatas maupun menjadi lebih besar, pohon itu masih tetap hidup, ada pucuk-pucuk baru dan selalu berganti daun setiap tahun (Tim Laboratorium UMM, 2002). Machover (dikutip dalam Gregory, 2004) menjelaskan bahwa draw a person (DAP) merupakan tugas yang berdasar pada estimasi kecerdasan. Psikologis berlandas psikodinamik mengadaptasi prosedur ini menjadi assessment proyektif terhadap kepribadian. Tes ini menjadi populer untuk digunakan sebagai alat assessment, dimana interpretasi seluruhnya menggunakan tata cara yang diarahkan dengan sejumlah pengarahan hipotesis berdasar psikodinamis (Gregory, 2004). DAP pertama kali dikembangkan oleh Goodenough. Menurut Goodenough (dikutip dalam Tim Laboratorium UMM, 2005), tes DAP digunakan untuk meneliti perkembangan intelektual pada anak. Karena melalui gambar orang (pada anak) akan tercermin taraf perkembangan. Sedangkan menurut Levy (dikutip dalam Tim Laboratorium UMM, 2005), tes DAP digunakan untuk melihat gambar orang tersebut merupakan proyeksi daripada self-concept, proyeksi dari sikap individu terhadap lingkungan, proyeksi ideal self-image, suatu hasil pengamatan 2014 2 Tes Inventory Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id individu terhadap lingkungan, eskpresi keadaan emosinya, sebagai proyeksi sikap subyek terhadap tester dan situasi tes, sebagai ekspresi sikap subyek terhadap kehidupan/masyarakat pada umumnya, ekspresi sadar dan ketidaksadarannya (Tim Laboratorium UMM, 2002). Tes Wartegg pada awalnya lebih dikenal dengan istilah Ganzheit Psychologie atau Gestalt Psychologie yang dikembangkan pertama kali oleh F. Krueger dan F. Sander di University of Leipzig dengan menggunakan tes fantasi. Tes ini dilandasi teori gestalt yang berasumsi bahwa pengalaman seseorang mempunyai kualitas dan struktur sehingga bukan saja obyek yang dipersepsikan, tetapi subyek yang mengalami obyek atau pengalaman tersebut harus dianggap sebagai struktur. Struktur ini terbentuk dari sejumlah orientasi dan disposisi yang spesifik dan dinamis yang cenderung mencari bentuk dan mengorganisir segala yang dialami sehingga apa yang digambar oleh seseorang merupakan bagian dari pengalaman individu tersebut yang lebh jauh lagi sebagai gambaran kepribadiannya (Tim Laboraturium UMM, 2002). Dari asumsi ini kemudian dipahami bahwa emosi yang membentuk (kemudian menjadi obyek yang digambar) bias menggambarkan struktur kepribadian seseorang. Dalam eksperimennya yang disebut phantasie test tersebut. Sander menghadapkan subyek dengan materi yang sama dengan drawing completion test yang ada seperti sekarang dan meminta subyek untuk membuat gambar dalam bentuk yang bebas. Sander mendasari hasil analisisnya hanya berdasarkan pada their more obvious characteristics, antara elemen grafis dan kondisi psikologis tanpa analisis yang lebih mendalam seperti yang dilakukan oleh Wartegg, yang lebih bertujuan murni dari sisi teoritis dan tidak mendasari pada diagnosis individual (Tim Laboraturium UMM, 2002). Penelitian Sander ini kemudian diikut oleh Dr. Ehrig Wartegg yang kemudian dikenal dengan istilah WZT (Wartegg-Zeichen test), ia mengemukakan suatu outline tipologi dan merupakan salah satu dari tes proyeksi. Pada blank yang dipakai sekarang, dapat dilihat stimulus yang sangat sedikit dan sebagian besar sangat kecil sehingga memungkinkan variasi respon yang cukup luas, dan dengan adanya kebebasan dan mengkonstruksikan stimulus, maka semakin besar pula kemungkinan individu dalam mengekspresikan dirinya (Tim Laboratorium UMM, 2002). 2014 3 Tes Inventory Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id I. DRAW A PERSON (DAP) Draw a Person (DAP) merupakan tugas yang berdasar pada estimasi kecerdasan. Psikologis berlandas psikodinamik mengadaptasi prosedur ini menjadi asesmen proyektif terhadap kepribadian, yaitu Karen Machover. Tes ini menjadi populer untuk digunakan sebagai alat asesmen klinis, dimana interpretasi seluruhnya menggunakan tata cara intuitif-klinis yang diarahkan dengan sejumlah pengarahan hipotesis berdasar psikodinamis. Pertama kali dikembangkan oleh Goodenough (1921). Menurut Goodenough, Tes DAM/DAP digunakan untuk meneliti perkembangan intelektual pada anak. Karena melalui gambar orang (pada anak) akan tercermin taraf perkembangan. Sedangkan Levy dari tes DAP/DAM dimungkinkan beberapa hal : 1. Gambar orang tersebut merupakan proyeksi daripada self concept. 2. Proyeksi dari sikap individu terhadap lingkungan. 3. Proyeksi dari sikap individu terhadap lingkungan. 4. Proyeksi daripada ideal self imagenya. 5. DAM sebagai suatu hasi pengamatan individu terhadap lingkungan. 6. Eskpresi keadaan emosinya (emosional tone). 7. Sebagai proyeksi sikap subyek terhadap tester dan situasi tes tersebut. 8. Sebagai ekspresi sikap subyek terhadap kehidupan/masyarakat pada umumnya. 9. Ekspresi sadar dan ketidaksadarannya. Dasar-dasar klinis 1. Tubuh sebagai alat ekspresi diri Pada saat individu berusaha menyelesaikan persoalan yaitu tugas menggambar orang, ia dipaksa menggambar dari beberapa sumber. Figur-figur luar terlalu bervariasi atribut-atribut tubuhnya untuk dapat memunculkan diri sebagai suatu wakil manusia yang spontan dan obyektif. Pada suatu saat tertentu, ada proses seleksi yang melibatkan identifikasi melalui proyeksi dan instropeksi yang masuk ke dalam. Individu harus menggambar secara sadar dan sudah tentu juga tanpa disadasri seluruh sistem nilai – nilai psikisnya. Tubuh dan The Self merupakan titik referensi yang paling intim dalam kegiatan apapun. Apabila kita mngikuti garis pertumbuhan, maka tampak hubungan berbagai sensasi, persepsi dan emosi dengan organ-organ tubuh tertentu. Investasi dalam organorgan tubuh ini, atau persepsi bayangan tubuh yang berkembang melalui pengalaman pribadi harus membimbing individu yang sedang menggambar dalam struktur khusus dan isi yang membentuk orang. 2014 4 Tes Inventory Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dengan demikian, gambar orang yang melibatkan proyeksi bayangan tubuh merupakan suatu alat alamih untuk menyatakan kebutuhan-kebutuhan tubuh dan konflikkonflik seseorang. Interpretasi yang berhasil terhadap gambar telah berlangsung atas dasar hipotesis bahwa fitur yang digambar berhubungan dengan individu yang menggambar dengan kakraban yang sama yang menandai gerakan-gerakan ekspresif lainnya. Teknik analisa kepribadian yang digambarkan berikut ini berusaha untuk menyusun ciri-ciri utama dari proyeksi diri. 2. Suasana hati figur Pada waktu menerjemahkan bayangan tubuh atau model postural dalam istilahistilah grafis, apakah produk akhir secara otomatis sesuai dengan ketegangan-ketegangan psikis dan sikap individu. Secara khusus, apakah figur yang digambar tampak bahagia, ekspansif, menarik diri, menyempit (consticted), ketakutan, seperti berkelahi atau kurang afeksi. Apakah figur yang di gambar nampak kuat dan lemah. Apakah tampak di dominir suatu organ tertentu. Ini merupakan feeling tones atau kecenderungan–kecenderungan sentral dan disposisi-disposisi yang dalam pengalaman Machover selalu mencerminkan ketegangan-ketegangan individu yang sedang menggambar. Kita dapat membuat suatu eksperime untuk membuktikan hal ini, yhaitu dengan meminta para subyek menggambar orang yang bahagia atau sedih, marah atau lemah. Kemudian para subyek diminta untuk menggambar satu figur yang memberi kesan tentang diri mereka sendiri dan satu gambar yang menunjukkan bagaimaan mereka menampilkan diri pada teman-teman mereka. II. HOUSE TREE PERSON (HTP) House Tree Person adalah tes proyektif yang menggunakan tangan secara bebas. Peserta diberikan hampir kebebasan penuh dalam menggambar tiga objek, dapat menggunakan pensil dan krayon yang terpisah. Walaupun peserta dapat mengomprovisasi tes htp dengan selembar kertas. Buck (1981) menyarankan untuk menggunakan empat lembar kertas dengan informasi identifikasi pada lembar pertama. Lembar kedua, tiga dan empat ditandai untuk rumah, pohon dan orang. Rumah, pohon dan manusia (HTP) merupakan salah satu tes grafis yang berguna melengkapi tes grafis yang lain, yaitu untuk mengetahui hubungan keluarga. Alasan-alasan digunakan tes HTP Sama dengan tes BAUM dan DAP/DAM yaitu : - Karena ketiga obyek tersebut paling dikenal orang. - Hampir semua orang tak menentang disuruh menggambar HTP. - Dibandingkan dengan obyek-obyek lain, obyek ini lebih dapat menstimulasi balisasi yang sifatnya jujur dan bebas. 2014 5 Tes Inventory Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Bebererapa hal yang perlu diperhatikan HTP digunakan oleh para ahli ilmu jiwa untuk mendapatkan data yang cukup signifikan yang mempunyai sifat diagnosa atau prognosa mengenai keseluruhan pribadi indiovidu yang bersangkutan, juga dapat mengetahui bagaimana interaksi pribadi dengan lingkungan, baik yang umum atau spesifik. Menurut Jhon Buck, HTP dapat digunakan untuk mengungkap pribadi secara keseluruhan, di samping itu juga dapat digunakan untuk mendapatkan data tentang kemajuan individu yang dikenai suatu treatment , juga untuk mengetahui tingkat inteligensi, baik HTP atau jenis tes grdis lainnya yang dapat disertai dengan warna dan interpretasinya, mencakup juga yang sesuai atau tidaknya penggunaan warna terhadap obyeknya. III. Forer Structured Sentence Completion Test (FSCT) FSCT merupakan salah satu tes melengkapi (completion test), dimana responden deberikan seri dari beberapa kata yang memulai sebuah kalimat, dan tugas responden adalah menyediakan akhir dari kalimat. Forer Structured Sentence Completion Test merupakan instrumen yang tersedia dalam berbagai bentuk untuk pria, wanita, anak remaja pria dan remaja wanita. Setiap bentuk mengandung 100 isian yang didesain untuk meliputi sikap, yaitu sistem nilai, evasiveness dan mekanisme pertahanan diri (Gregory, 2005). IV. Edward Personality Preference Schedule (EPPS) EPPS atau Edward Personality Preference Schedule, umumnya dikategorikan sebagai power tes yaitu tes yang tidak dibatasi waktu dalam pengerjaannya. Jadi, penekanannya pada penyelesaian tugas bukan waktunya. Dalam mengerjakan tes EPPS semua item harus dijawab, apabila ada satu item saja yang terlewatkan maka interpretasi secara akurat tidak dapat dilakukan. Tes EPPS dapat diberikan secara individual maupun klasikal. Latar belakang awalnya adalah untuk konseling dan orientasinya adalah untuk orang-orang yang normal (Karmiyati & Suryaningrum, 2005). Tes EPPS bertujuan untuk mengungkap 15 need yang ada pada diri seseorang. Bentuk tes EPPS berupa pasangan-pasangan pernyataan berjumlah 225 pasang. Tugas subyek adalah memilih satu pernyataan dari pasangan-pasangan pernyataan yang disajikan yang cocok atau sesuai dengan dirinya. Dari 225 pasang pernyataan ada 15 pasang yang sama. Tujuannya adalah untuk mengetahui kesungguhan atau konsistensi subyek dalam mengerjakan tes. Apabila konsisten dapat dikatakan bahwa subyek bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tes dan menjadi valid untuk diskor. Standar konsistensi pengerjaan 2014 6 Tes Inventory Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id EPPS adalah 14, namun di Indonesia konsistensi 9 sudah dapat dikatakan valid untuk diskor (Karmiyati & Suryaningrum, 2005). Dalam menjawab item-item EPPS, subyek memiliki kecenderungan untuk melakukan press. Untuk menyiasati hal tersebut, Edward berusaha membuat pasangan-pasangan pernyataan imbang, jumlahnya antara yang mengandung press dengan yang tidak. Dari EPPS akan dihasilkan suatu need profil atau kepribadian seseorang. Hal ini sifatnya ipsative, yaitu untuk membandingkan need profil seseorang dengan yang lain harus dibandingkan keseluruhan need profil tersebut dan bukan setiap need-nya. Membandingkan setiap need dari seseorang hanya boleh dilakukan bila bersifat kelompok (Karmiyati & Suryaningrum, 2005). Kelima belas need yang diungkap dari EPPS adalah need for achievement (ach), yaitu kebutuhan untuk berprestasi menghadapi tantangan. Need for defference (deff), yaitu kebutuhan untuk mengambil posisi mengalah dan merasa kurang mampu. Need for order (ord), yaitu kebutuhan untuk melakukan segala sesuatu dengan teratur. Need for exhibition (exh), yaitu kebutuhan untuk menonjolkan diri, dipuji dan pamer. Need for autonomy (aut), yaitu kebutuhan untuk tidak tergantung pada orang lain. Need for affiliation (aff), yaitu kebutuhan untuk bergabung dengan orang lain. Need for intraception, (int) yaitu kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan pandangan dan perasaan orang lain. Need for succorence (suc), yaitu kebutuhan untuk mendapat perhatian yang lebih dari orang lain. Need for dominance (dom), yaitu kebutuhan untuk lebih atau menang atas orang lain. Need for abasement (aba), yaitu kebutuhan untuk selalu merasa kurang mampu atau merasa bersalah. Need for nurturance (nur), yaitu kebutuhan untuk menolong orang lain. Need for change (chg), yaitu kebutuhan untuk merasakan sesuatu yang baru. Need for endurance (end), yaitu kebutuhan untuk melakukan segala sesuatu sampai tuntas atau selesai. Need for heterosexuality (het), yaitu kebutuhan untuk berhubungan dengan jenis kelamin lain. Need for aggression (agg), yaitu kebutuhan untuk rnenentang atau menyerang orang lain baik dalam pandangan maupun tindakan (Karmiyati & Suryaningrum, 2005). 2014 7 Tes Inventory Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Anastasi, A., & Urbina, S. (1997). Psychological testing (7th ed.). New Jersey: Prentice Hall. Gregory, R. J. (2004). Psychological testing: History, principles, and applications (4th ed.). Boston: Pearson Education. Karmiyati, D., & Suryaningrum, C. (2005). Pengantar psikologi proyektif. Malang: UMM Press. 2014 8 Tes Inventory Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id