endokrinologi pankreas

advertisement
ENDOKRINOLOGI
PANKREAS
Dr Sudiarto MS
1
Anatomi Pankreas
•
Pankreas terdiri 2 jaringan utama :
1. Acini ( sekresi enzim ke duodenum )
2. Pulau Langerhans, yang berfungsi sekresi
hormon langsung ke darah.
2
• Terdiri 3 sel utama, alfa, beta dan delta yang
dapat dibedakan morfologinya dgn pewarnaan.
a.Sel Alfa : sekresi glukagon, jumlahnya 25%
total sel.
b.Sel Beta : sekresi insulin, 60% total sel
c.Sel Delta : sekresi somatostatin. 10% dari
total sel.
Adanya autoregulasi yang khas dari pulau
Langerhans, misal : insulin menghambat sekresi
glukagon sedang somatostatin menghambat
sekresi insulin dan glukagon ( efek parakrin )
3
4
I H. Insulin
•
•
Biosintesis Insulin
Insulin merupakan protein kecil dgn BM 5808, terdiri dua
rantai as. amino yg dihibungkan oleh ikatan disulfide.
Sintesanya mirip sintesa protein umumnya :
Translasi RNA insulin oleh ribosom pada reticulum
endoplasma granular membentuk :
Preprohormon insulin (BM :11.500) melekat pada reticulum
endoplasma, membentuk :
Proinsulin (BM:9000), melekat pada app. Golgi, dipecah
menjadi :
Insulin dan C peptide (terbungkus dalam granula
sekretorik, siap disekresi)
5
Insulin mempunyai waktu paruh 6 menit,
sehingga cepat dibersihkan oleh sirkulasi lewat
metabolisme hati dan ginjal. Hal ini penting untuk
mencegah
efek
berlebihan
dari
insulin
(hipogilkemia). Sedang C-peptide, merupakan
bag. pemecahan proinsulin yang tidak memiliki
efek farmakologis, memiliki jumlah yang ekuivalen
dengan insulin butuh lebih lama untuk
dimetabolisir.
Secara
klinis
ini
sangat
bermanfaat, krn susah mengukur kadar insulin
darah
secara
langsung
(karena
cepat
dimetabolisme), sehingga dapat diukur dari kadar
C-peptide darah.
•
6
Pengaturan sekresi Insulin
Pankreas dewasa normal mensekresi sekitar 40
50 unit insulin/hari. Intinya sekresi insulin
dibagi 2 macam :
a.
b.
Sekresi insulin basal ; tanpa rangsangan
eksogen, adalah jumlah yang disekresi dalam
keadaan puasa. Diketahui bahwa kadar glukosa
di bawah 80-100 mg/dl tidak merangsang
sekresi insulin.
Sekresi insulin post pandrial (setelah
makan/dengan dirangsang), sekresi sebagai
respon rangsangan eksogen terutama intake
makanan, terdiri 2 fase :
7
Fase 1 :
 Jika kadar glukosa naik mendadak, terjadi
lonjakan sekresi insulin yang berlangsung
singkat
 Fase 2 :
 Jika kadar glukosa dipertahankan, maka
sekresi insulin perlahan berkurang dan
kemudian meningkat kembali sampai titik
yang stabil. (hal ini penting dalam memahami
kondisi patologis seperti DM)

8
9
10
• Paparan kadar glukosa yang tinggi dalam waktu
lama diketahui menjadi faktor penyebab desentisasi
dari sel beta (salah satu teori penyebab diabetes
militus/DM).
• Sampai saat ini mekanisme pelepasan insulin
karena pengaruh glukosa masih belum diketahui,
mungkin karena protein carrier yang mengangkut
glukosa ke intrasel pada pancreas (glukosa
transporter-2/GLUT-2) memiliki afinitas yang rendah
terhadap glukosa, sehingga hanya efektif bekerja
pada kadar glukosa yang tinggi.
11

Telah diketahui bahwa pelepasan insulin dari
granula-granula (melekat pada mikrofilamen)
akibat kontraksi mikrofilamen yang disebabkan
karena paparan calcium intrasel kadar tinggi
mekanismenya
a. Uptake/influx (ambilan) ion Ca ke intrasel
meningkat akibat stimulus glukosa pd sel beta
b. Eflux (pengeluaran) Ca diperlambat oleh kerja
glukosa
c. Mobilisasi Ca dari mitokondria, akibat induksi
cAMP oleh glukosa
12
Dikenal beberapa faktor
pengaturan
sekresi
insulin ( Tabel 15-2, dibagi 3

kategori :
1.Stimulan
langsung,
menstimulasi rilis insulin secara
langsung
2. Penguat ; mempotensiasi
respon sel beta terhadap
glukosa
3.Penghambat.
Adanya
faktor
1
oleh
hormon-hormon
pencernaan,
menunjukkan pengaruh besar
makanan ( awal rilis insulin )
daripada bahan-bahan yang
masuk secara intravena.
13
Receptor dan kerja Insulin

Receptor dan kerja Insulin
Untuk memberi efek awal
pada target sel, insulin harus
berikatan dengan receptor
yang specific, yang merupakan
protein pada membrane sel. Di
mana receptor terdiri dari 4
sub unit yang saling berikatan
bersama oleh ikatan disulfide,
2 sub unit alfa yang terletak
dipermukaan membrane dan 2
sub unit beta yang menembus
membrane
menonjol
ke
sitoplasma.( lihat gambar )
14

Mekanisme :
Insulin berikatan dg subunit alfa
Aktivasi
2 subunit beta
autofosforilisasi
Aktivasi
protein kinase
Fosforilisasi beberapa enzim, shg ada yg jadi aktif ada yang jadi
inaktif
( mis : aktivasi glikogen sintetase
15
Efek akhir perangsangan insulin
•
•
Dalam beberapa detik, membrane sel jadi
sangat permeable terhadap glukosa, terutama
pada sel otot dan lemak tapi tidak pada neuron
(sel syaraf dan otak). Peningkatan transport ini
mungkin disebabkan oleh penyatuan vesikelvesikel intrasel dengan membrane, dimana
vesikel tersebut membawa molekul protein
transport glukosa/Glukose transporter (GLUT)
Membran jadi permeable terhadap as. amino,
ion kalium dan fosfat.
16
•
•
Efek yang lebih lambat (10-15 menit),
mengubah tingkat aktivitas enzim-enzim
metabolic intraseluler.
Efek yang lebih lambat berlangsung
selama
beberapa
jam-hari,
adalah
perubahan kecepatan translasi mRNA
ribosom untuk membnetuk protein baru,
dan efek yang lebih lambat lagi adalah
transkripsi DNA.
17

Efek Parakrin Insulin
Efek yang dihasilkan oleh produk sel
endokrin terhadap sel disekitarnya disebut efek
parakrin. Di sini insulin punya pengaruh
menghambat sekresi glukagon. Karena glukosa
hanya merangsang sel B dan D saja, sementara
as. amino menstimulasi sekresi insulin dan
glukagon, namun pengaruhnya terhadap insulin
lebih kuat glukosa. Maka jenis dan jumlah hormon
yang diproduksi oleh sel langerhans tergantung
rasio karbohidrat dan protein pada intake
makanan.
18

Efek Insulin terhadap Metabolisme Karbohidrat
Begitu glukosa masuk dalam sirkulasi maka insulin
menyebabkan
ambilan,
penyimpanan
dan
penggunaan glukosa yang cepat oleh semua
jaringan tubuh, terutama oleh otot, adipose dan hati
(80 % sel – sel tubuh)
19
Pengaruh Insulin dalam Meningkatkan
Metabolisme Glukosa dalam Otot

Dalam kesehariannya jaringan otot lebih
mengunakan as lemak. Otot hanya sedikit
permeable terhadap glukosa, kecuali bila
dirangsang insulin. Namun ada 2 kondisi otot
mampu menggunakan sejumlah besar glukosa :
1. Saat kerja fisik yang sedang dan berat dalam
waktu singkat (metabolisme anaerob), saat itu
tanpa insulin pun otot jadi permeabel.
2. Beberapa jam setelah makan, saat terjadi
kenaikan insulin.
20
Penyimpanan Glikogen dalam Otot
Bila ada glukosa yang tersisa maka akan
dirubah menjadi cadangan energi yang dapat
disimpan dalam bentuk glikogen, yang
terutama dapat digunakan untuk pemenuhan
energi ledakan anaerob, melalui glikolisis
(pemecahan glikogen) menjadi asam laktat
yang dapat terjadi tanpa oksigen (anaerob)
21
Blood glucose is hight
Hepar (Liver)
Effect Sekresi Insulin
On Carbohidrate and
fat metabolisme
• Glucose uptake → Blood glucose
Adipose Tissue
• Glucose up take / utilization
begin to fall after meal
To be stored form glikogen :
α glycerophosphat → glycerol
• Activity enzym glucokinase couse
•Promotes fatty acid synthetic
phosphorylation glucose → glucose
P. cannot difusi back
• Activity enzym glikogen synthethase
→ polymerization glucose → glycogen
→ glycogen increase 5 -6 % total liver
meals
• Prometer conversion of excess
glucose in fatty acid
•Fatty acid triglycerides
•Combines glycerol + fatty acid →
Triglyceride sotrage
VLDL
Lipoprotein lipase
Fatty Acid
22
Glycerol
Inhibit gluconeogenesis


Pelepasan Glikogen dari Hati saat Puasa.
Saat glukosa menurun (diantara makan), maka akan
menyebabkan hati melepaskan glukosa ke dalam
sirkulasi darah
Mekanisme :
1.
Berkurangnya kadar glukosa sekresi insulin
turun, sekresi glukagon meningkat
2.
Aktivitas glikogen sintetase menurun,
fosforilisase naik
3.
Enzim glukosa fosfat yg dihambat insulin aktiv
lagi, sehingga radikal fosfat terlepas dari
glukosa, sehingga dapat berdifusi kembali ke
darah.
23
Ambilan dan Pemakaian Glukosa oleh Otak



Otak bersifat permeabel terhadap glukosa dan dapat
memakai glukosa tanpa insulin. Hal ini kemungkinan
disebabkan aadanya protein transport glukosa tertentu
yang akan dijelaskan kemudian.
Walau otak dapat menggunakan sumber energi lain
seperti lemak (tapi sulit), tapi glukosa adalah sumber
energi terpenting bagi otak. Kadar glukosa dibawah 2050
mg/dl
dapat
menyebabkan
renjatan/shock
hipoglikemik, yang ditandai dengan iritabilitas saraf
progesif yang menyebabkan penderita pingsan, kejang
sampai koma.
Selain itu insulin juga berperan pada pengangkutan
glukosa ke dalam sel-sel lemak , terutama berguna
untuk gugus gliserol molekul lemak. Sehingga secara
tidak langsung insulin meningkatkan cadangan lemak
24
Protein Glucose Transpoter



Karena pada dasarnya membran sel tidak permeabel
terhadap glukosa sehingga dibutuhkan protein carrier
(pembawa) khusus. Yang dikenal dengan Glucose
Transporter (GLUT), lihat tabel 15-4.
GLUT-1 dan GLUT-3 yang punya afinitas tinggi
(sehingga mampu mengangkut glukosa dalam kondisi
hipoglikemia sekalipun) sangat penting bagi otak yang
membutuhkan banyak glukosa. Sedang asupan ke hati
dan sel pankreas yang difasilitasi oleh GLUT-2 (yang
berafinitas rendah), baru efektif pada kondisi kadar
glukosa darah yang tinggi, hal ini menjelaskan mengapa
sekresi insulin oleh pankreas dan uptake glukosa oleh
hepatosit (sel hati) baru terjadi saat kadar glukosa darah
tinggi.
GLUT 4 & GLUT 5 punya afinitas medium
25
26
Insulin Deficiency (Insulin Lack – Diabetes Mellitus)
In the Liver
Muscle
• Activated enzim
phosphorylase →
splitting of glicogen into
glucose phosphate
• Activated glucose
phosphatase →
Adipose Tissue
• Up take glucose ↓
• Up take glucose ↓
Intra cellular
glucose deficience
•Synthesis triglycerides ↓
• Amino acid up take ↓
phosphat
glucose
• Lipolisis ↑
• Protein degradation ↑
Blood fatty
acid ↑
diffuse back in the blood
Hiperglycemia
• Alternative
energy source
glukoneogenesis
Blood amino acid
27
Alternative energy
source
Conversion in liver into :
• Phospholipid
• Cholesterol
• Triglycerida
Excess of fatty acid in plasma
• Discharged into
blood : high
concentration lipid in
the lipoprotein
• Development
Atherosclerosis in
people with serious
DM
• Microangiophaty
(Retina, neurophaty,
ren glomerulus)
• Mikroangiophaty
(Intork, Stroke)
28
Insulin Lack – Insulin Deficiency
(Diabetes Mellitus)

Excess fatty acid → Alternative energy

Transport mitochondria

Beta oksidasi fatty acid

Releasing extrim acetyl Co A → used energy to
the pheripheral cell
29

Excess acetyl Co A is condented form aceto acetic acid

Released circulating blood

Aceto acetic acid cannot be metabolized by the tissue
 Some of the aceto acetic acid is converted into β
hidroxybutyric acid and acetone
 These substances called ketone bodies (KB)
 Large quantities KB in body fluid called ketosis
 Large aceto acetic acid and β hidroxybutyric acid
cause severe acidosis and coma with often lead to
death
30

Efek Insulin trhdp
Pertumbuhan
Insulin
bekerja
secara
sinergis
dgn
Growth
Hormon, sperti diketahui
bahwa fungsi insulin utk
meningkatkan metabolisme
sintesis
(anabolisme)
protein yg penting bagi
pertumbuhan.
Berikut ini (tabel 15-3)
disajikan ringkasan EfekEfek Endokrin dari Insulin
31
32

Peran Insulin dalam Pengalihan Metabolisme
Karbohidrat dan Lipid :

Bila kadar glukosa rendah, maka sekresi insulin ditekan, dan
sekresi glukagon meningkat dan sumber energi banyak
diperoleh dari lemak kecuali otak
Bila kadar glukosa tinggi, sekresi insulin meningkat,
glukosa/KH lebih banyak digunakan, kelebihannya disimpan
dalam bentuk glikogen hati dan otot, serta lemak pada hati dan
adiposa.
Saat hipoglikemia, sekresi growth hormon dan kortisol
meningkat, tapi efek keduanya lambat
Epinefrin mampu meningkatkan konsentrasi glukosa saat stres
(kerja fisik, syok sirkulasi, kecemasan dan ketegangan), lewat
rangsangan saraf simpatis, namun juga meningkatkan
konsentrasi as. lemak dalam plasma lewat glikogenolisis dan
lipolisis. Secara kuantitatif peningkatan as. lemak lebih besar
dari glukosa.



33
II. H Glukagon
Fungsi hormon ini untuk meningkatkan glukosa darah,
sehingga antagonis dengan insulin
Mekanisme Kerja :
Glukagon berikatan dengan receptor membran, mengaktifkan
adenil siklase pada membran sel hepatosit
Terbentuk
cAMP ( Cyclic Adenosin Monophospat )
Mengaktifkan
Protein pengatur Protein Kinase
MengaktifkanProtein Kinase
34
Mengaktifkan fosforilisase b kinase
Merubah fosforilisase b menjadi fosforilisasea
Meningkatkan pemecahan glikogen menjadi glukosa-1-fosfat
Selanjutnya mengalami defosforilisasi dan glukosa dilepaskan
dari sel-sel hati

Efek Metabolisme Glukagon :

Meningkatkan glikogenolisis ( pemecahan glikogen jadi
glukosa )
Meningkatkan glukoneogenesis
Meningkatkan lipolisis ( pemecahan lemak jadi as. lemak ),
meningkatkan persediaan as. lemak


35








Menghambat penyimpanan TG oleh hati.Dalam
dosis besar efeknya :
Meningkatkan kekuatan jantung
Menghambat sekresi lambung
Meningkatkan sekresi empedu
Pengaturan Sekresi Glukagon
Peningkatan glukosa darah menghambat sekresi
glukagon
As. amino merangsang sekresi glukagon, sehingga
memacu konversi as. amino menjadi glukosa
Kerja fisik merangsang sekresi glukagon
36
III. H. Somatostatin
Seperti 2 hormon sebelumnya, somatostatin
merupakan polipetida dengan BM rendah, dan half
–lifenya hanya 2 menit.
Faktor-faktor yang merangsang sekresi somatostatin :
a. Naiknya glukosa darah
b. Naiknya as. amino
c. Naiknya as. lemak
d. Naiknya hormon pencernaan yang disekresi upper
GI sebagai respon asupan makanan.
37

Efek Somatostatin :





Secara parakrin menekan sekresi insulin dan
glukagon
Menurunkan motalitas lambung, duodenum dan
kandung empedu
Mengurangi sekresi dan absorbsi dalam saluran
cerna.
Sehingga
peran utama somatosatin adalah
meningkatkan waktu assimilasi dari usus ke darah,
menurunkan penggunaan nutrisi yang diabsorbsi
jaringan, sehingga mencegah pemakaian makanan
secara cepat dan membuat makanan tersedia dalam
waktu lama.
Substansi somatostatin mirip hormon penghambat
Growth Hormon.
38
Diabetes Militus

Diabetes Militus merupakan suatu kondisi dimana
tubuh gagal meregulasi hiperglikemia yang
kronis, artinya DM bukan hanya berarti defisiensi
sekresi insulin.
Pembagian :
1. DM tipe 1/Beta Cell Destruction leading to
absolut deficiency ( dulu disebut IDDM = Insulin
Dependent DM
2. DM tipe 2 (Dulu disebut NIDDM = Non Insulin
Dependent DM)
39
1.
DM tipe 1/Beta Cell Destruction leading to absolut
deficiency ( dulu disebut IDDM = Insulin Dependent
DM ).
Pada kondisi ini sel beta rusak sehingga tak
mampu memproduksi insulin, sehingga untuk
kebutuhannya tergantung asupan dari luar. Terjadi
sejak usia bayi dan anak-anak. Biasanya
penderita kurus, karena terjadi lipolisis dan
glukoneogenesis dari lemak, akibat tidak adanya
insulin Penyebab :
 Immune Mediated (penyakit autoimun)
 Idiopatik (tak diketahui)
 DM tipe I cepat menjadi hiperglikemia berat dan
keto acidosis
40
2.
DM tipe 2 ( Dulu disebut NIDDM = Non
Insulin Dependent DM )
Pada
kondisi
ini
tubuh
masih
mampu
memproduksi insulin. Onsetnya pada usia
dewasa. Penyebab :


Dominan insulin resisten + defisiensi insulin
relatif. Hal ini dihubungkan dengan pada
penderita obese yang mengalami penurunan
jumlah receptor insulin, sehingga walaupun
kadar insulin normal/meningkat, penderita tetap
hiperglikemia. Faktor lain yang berpengaruh
terhadap resistensi adalah faktor genetik dan
lingkungan.
Dominan gangguan sekresi + insulin
resisten
41
3.
Gestasional Diabetes Militus ( GDM )
Intoleransi glukosa pada saat hamil
4.
DM tipe lain :








Defek genetik fungsi sel Beta
Defek genetik insulin action
Penyakit pankreas eksokrin
Endokrinopati
Drug or chemical induced
Infeksi
Uncommon forms immune mediated diabetes
Sindrom genetik yang lain yang terkait dengan
DM
42
Type II Diabetes – Resistance to the
metabolic effects of insulin


Type II diabetes is far more common than type I,
accounting for about 90 per cent of all cases of
diabetes mellitus
In most cases, the onset of type II diabetes
occurs after age 30, often between the ages of
50 and 60 years, and the disease develops
gradually
43


Syndrome is often referred to as adult onset
diabetes
This trend appears to be related mainly to the
increasing prevalence of obesity, the most
important risk factor for type II diabetes in
children as well as in adults
44

Obesity, insulin resistance and “metabolic
syndrome” usually precede development of type
II diabetes
 Type II diabetes in contrast to type I, is
associated with increased plasma insulin
concentration (hyperinsulinemia)
 This occurs as a compensatory response by
the pancreatic beta cells for diminished
sensitivity of target tissues to the metabolic
effects of insulin, a condition referred to as
insulin resistance
45




The decrease in insulin sensitivity impairs
carbohydrate utilization and storage, raising
blood glucose and stimulating a compensatory
increase in insulin secretion
Development of insulin resistance and impaired
glucose metabolism is usually a gradual
process, beginning with excess weight gain and
obesity
The mechanisms that link obesity with
resistance, however are still uncertain
Some studies suggest that there are fewer
insulin receptors, especially in the skeletal
muscle, liver, and adipose tissue, in obese than
in lean subjects.
46


Insulin resistance is part of a cascade of
disorder that is often called the “metabolic
syndrome”.
The metabolic syndrome include :
1. Obesity,
especially
accumulation
of
abdominal fat
2. Insulin resistance
3. Fasting hyperglycemia
47
4.
5.
Lipid abnormalities such as increased blood
triglycerides and decreased blood high
density lipoprotein cholesterol
Hypertension
All of the features of the metabolic syndrome
are closely related to excess weight gain,
especially when it is associated with
accumulation of adipose tissue in the
abdominal cavity around the visceral organs
48


The role of insulin resistance in contributing to
some of the components of the metabolic
syndrome is unclear, although it is clear that
insulin resistance is the primary cause of
increased blood glucose concentration
The major adverse consequence of the
metabolic syndrome is cardiovascular disease,
including atherosclerosis and injury to various
organs throughout the body
49
Hiperglikemia sampai 300-1200mg/dl



Meningkatnya as.lemak darah, serta kolestrol,
fosfolipid dan lipoprotein darah secara kronis
memacu angiopati (kelainan pembuluh darah)
seperti atherosclerosis :
mikroangiopati : pada kapiler retina, ginjal
makroangiopati : prinsipnya atherosclerosis yang
dipercepat, komplikasinya berupa penyakit jantung
koroner dan stroke.
Berkurangnya protein
 Pada batasan tertentu glukosa yang memasuki
tubulus ginjal akan diresorbsi kembali, namun bila
kadar glukosa darah lebih dari 180 mg/dl maka ada
sebagian glukosa yang gagal diresorbsi dan masuk
ke urin.
50

Other factors that can cause insulin resistance
and type II diabetes
 Although most patients with type II diabetes
are
overweight
or
have
substantial
accumulation of visceral fat, severe insulin
resistance and type II diabetes can also occur
as a result of other acquired or genetic
conditions that impair insulin signaling in
peripheral tissues
51


Karena kondisi kadar glukosa tinggi dalam cairan
extracellular, sementara glukosa tidak selalu mudah
menembus ke intrasel, maka tekanan osmotik
extracell yang lebih tinggi akan menarik cairan dari
intracell, sehingga terjadi dehidrasi intracel.
Sementara
masuknya
glukosa dalam
urin
meningkatkan tekanan osmotik urin, sehingga
terjadi osmotik diuresis, sehingga terjadi dehidrasi
ekstracell. Keduanya dapat berakhir sebagai
shock hipovolemik. (gangguan sirkulasi akibat
voum intravascular yang menurun drastis)
KetoAcidosis
52
Koma pada DM :
a. Koma KetoAcidosis Diabetik
Disebabkan karena ketoacidosis. Dapat dipicu
oleh renal failure, hearth failure, pneumonia,
stroke, infark myocard, luka bakar dan operasi.
Terjadi pada DM tipe I
b. Koma Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik
Pemicu sama, disebabkan karena kondisi
hiperglikemia-hiperosmolar
yang
berakibat
shock
53
c. Koma Hipoglikemik
Karena pemakaian berlebihan insulin, atau obat
DM
d. Acidosis Laktat
Seperti diketahui bawa metabolisme anaerob
(yang dipicu stres, sakit berat) dari glukosa
menghasilkan as. laktat, terutama pada kondisi
hiperglikemia.
Pada
kondisi
acidosis
ditandai
dengan
pernafasan kusmaul (cepat dan dalam), selain itu
pada ketoacidosis ditandai pula dengan pernafasan
bau aseton
54
Gejala Patologis Insufiensi Insulin (TRIAS DM)




Poliuria (pengeluaran urin berlebihan), akibat
diuresis osmotik glukosa dalam tubulus ginjal
Polidipsia (banyak minum), akibat dehidrasi yang
disebabkan poliuri
Polifagia (banyak makan), akibat gangguan
penyimpanan glikogen dan deposit lemak, penderita
jadi kurus, sehingga mendorong banyak makan
Astenia (kurangnya energi), terutama karena
hilangnya protein dan berkurangnya penggunanaan
karbohidrat sebagai energi
55


Chronic high glucose concentration also causes
damage to many other tissues. For example,
peripheral neuropathy, which is abnormal
function of peripheral nerves, and autonomic
nervous system dysfunction are frequent
complications of chronic, uncontrolled diabetes
mellitus
These abnormalities can result in impaired
cardiovascular reflexes, impaired bladder
control, decreased sensation in the extremities
and other symptoms of peripheral nerve damage
56


The precise mechanisms that cause tissue injury
in diabetes are not well understood but probably
involve multiple effects of high glucose
concentration and other metabolic abnormalities
on proteins of endothelial and vascular smooth
muscle cell, as well as other tissues
In addition, hypertension, secondary to renal
injury, and atherosclerosis, secondary to
abnormal lipid metabolism, often develop in
patients with diabetes and amplify the tissue
damage caused by the elevated glucose
57

Komplikasi
Kronis DM
58
59

Kriteria Diagnosis

Glukosa urin
Glukosa darah sewaktu/acak ( GDA )
Glukosa Darah Puasa/ I ( GD I ), penderita disuruh
puasa 8 jam sebelum diperiksa, parameter terbaik
untuk menilai produksi insulin basal
Glukosa darah 2 jam post pandrial ( GD 2 jamPP/
GD II ) atau Uji Toleransi Glukosa. Penderita dari
uji GD I diberi muatan glukosa 75 gr terlarut dalam
air, lalu 2 jam kemudian baru diperiksa. Parameter
untuk menilai kemampuan produksi insulin post
pandrial.



60
Selanjutnya lihat tabel di bawah ini :
1.
2.
3.
Symptoms + dan casual plasma glucose > 200
mg% (11,1 mmol.L)/ GD sewaktu/acak atau
GD Puasa (GD 1) ≥ 126 mg% (7,0 mmol/L) atau
GD 2 jam PP (post pandrial)/ GD 2 ≥ 200 mg%
atau setelah pemberian 75 g glukosa ( OGTT )
61

Kriteria Laboratorium DM tipe I dan II
DM tipe I :
GD I > 230 mg/dl
GD II > 260 mg/dl

DM tipe II :
GD I >470 mg/dl
GD II > 730 mg/dl
62

HbA1C,
Glikosilasi Hb oleh glukosa dalam waktu kronis
akan menimbulkan bekas. Hal ini dapat
dimanfaatkan untuk menilai kepatuhan penderita
terhadap terapi DM. Sehingga bisa saja penderita
melakukan pemeriksaan gula darah dengan hasil
normal (krn sebelum tes minum obat), tetapi selama
2 bulan sebelumnya gula darah penderita tidak
terkontrol.
63
Konsentrasi HbA1c merupakan indikator rata2
konsentrasi glukosa dalam 3 bulan terakhir.
HbA1c berguna untuk menyatakan keadaan
disglikemi karena pemeriksaan ini mudah
dilakukan, lebih akurat, stabil, menyenangkan,
lebih cepat dan tidak memerlukan puasa dan
TTGO.
64

Terapi Medis :
1. Diet :
• Rendah kalori
• Rendah lemak
• Tinggi serat (mengikat lemak sehingga
meminimalkan absorbsi, mengenyangkan,
memperlambat absorbsi)
2. Exercise ( Disarankan olah raga aerobic)
65
3.
Oral diabetes medications :

Gol. Sulfonilurea
Mekanisme kerja : menutup saluran Kalium ,
sehingga terjadi depolarisasi sel B, yang
memungkinkan Ca masuk dan aktif membantu
pelepasan insulin.

Gol. Biguanida
Mekanisme kerja sedikit mirip, tapi sering
menyebabkan acidosisi laktat, sekarang sudah
tidak digunakan
66
4.
Insulin :
 Perlu diketahui, apakah kelainan rilis insulin
pada sekresi basal insulin atau post pandrial
insulin, bila kelainan pada :
 Basal insulin : diberi long akting insulin, untuk
mengendalikan kadar basal insulin sepanjang
hari.
 PP insulin : diberi short acting insulin, tiap kali
makan (makan yg 3x/hr).
67


Terapi bisa kombinasi antara short acting dan long
acting insulin bila keduanya terganggu
Terapi ini diberikan bila ke 3 tindakan di atas telah
diambil dan gagal meregulasi glukosa darah
68
Penderita
bisa
terjatuh
pada
kondisi
shock/renjatan insulin bila kadar gula darah mencai
20-50 mg/dl (mengingat glukosa sumber energi
utama otak) penderita bisa kejang klonik sampai
koma. Bahkan sejak GD 50-70 mg/dl, sistem syaraf
pusat menjadi iritabel, halusinasi, gemetaran dan
cemas serta banyak keringat.
Tx Koma hipoglikemik :
 Glukosa intra vena dalam jumlah besar
 Dapat diberi glukagon.
69
Download