ENDOKRINOLOGI PANKREAS Dr Sudiarto MS 1 Anatomi Pankreas • Pankreas terdiri 2 jaringan utama : 1. Acini ( sekresi enzim ke duodenum ) 2. Pulau Langerhans, yang berfungsi sekresi hormon langsung ke darah. 2 • Terdiri 3 sel utama, alfa, beta dan delta yang dapat dibedakan morfologinya dgn pewarnaan. a.Sel Alfa : sekresi glukagon, jumlahnya 25% total sel. b.Sel Beta : sekresi insulin, 60% total sel c.Sel Delta : sekresi somatostatin. 10% dari total sel. Adanya autoregulasi yang khas dari pulau Langerhans, misal : insulin menghambat sekresi glukagon sedang somatostatin menghambat sekresi insulin dan glukagon ( efek parakrin ) 3 4 I H. Insulin • • Biosintesis Insulin Insulin merupakan protein kecil dgn BM 5808, terdiri dua rantai as. amino yg dihibungkan oleh ikatan disulfide. Sintesanya mirip sintesa protein umumnya : Translasi RNA insulin oleh ribosom pada reticulum endoplasma granular membentuk : Preprohormon insulin (BM :11.500) melekat pada reticulum endoplasma, membentuk : Proinsulin (BM:9000), melekat pada app. Golgi, dipecah menjadi : Insulin dan C peptide (terbungkus dalam granula sekretorik, siap disekresi) 5 Insulin mempunyai waktu paruh 6 menit, sehingga cepat dibersihkan oleh sirkulasi lewat metabolisme hati dan ginjal. Hal ini penting untuk mencegah efek berlebihan dari insulin (hipogilkemia). Sedang C-peptide, merupakan bag. pemecahan proinsulin yang tidak memiliki efek farmakologis, memiliki jumlah yang ekuivalen dengan insulin butuh lebih lama untuk dimetabolisir. Secara klinis ini sangat bermanfaat, krn susah mengukur kadar insulin darah secara langsung (karena cepat dimetabolisme), sehingga dapat diukur dari kadar C-peptide darah. • 6 Pengaturan sekresi Insulin Pankreas dewasa normal mensekresi sekitar 40 50 unit insulin/hari. Intinya sekresi insulin dibagi 2 macam : a. b. Sekresi insulin basal ; tanpa rangsangan eksogen, adalah jumlah yang disekresi dalam keadaan puasa. Diketahui bahwa kadar glukosa di bawah 80-100 mg/dl tidak merangsang sekresi insulin. Sekresi insulin post pandrial (setelah makan/dengan dirangsang), sekresi sebagai respon rangsangan eksogen terutama intake makanan, terdiri 2 fase : 7 Fase 1 : Jika kadar glukosa naik mendadak, terjadi lonjakan sekresi insulin yang berlangsung singkat Fase 2 : Jika kadar glukosa dipertahankan, maka sekresi insulin perlahan berkurang dan kemudian meningkat kembali sampai titik yang stabil. (hal ini penting dalam memahami kondisi patologis seperti DM) 8 9 10 • Paparan kadar glukosa yang tinggi dalam waktu lama diketahui menjadi faktor penyebab desentisasi dari sel beta (salah satu teori penyebab diabetes militus/DM). • Sampai saat ini mekanisme pelepasan insulin karena pengaruh glukosa masih belum diketahui, mungkin karena protein carrier yang mengangkut glukosa ke intrasel pada pancreas (glukosa transporter-2/GLUT-2) memiliki afinitas yang rendah terhadap glukosa, sehingga hanya efektif bekerja pada kadar glukosa yang tinggi. 11 Telah diketahui bahwa pelepasan insulin dari granula-granula (melekat pada mikrofilamen) akibat kontraksi mikrofilamen yang disebabkan karena paparan calcium intrasel kadar tinggi mekanismenya a. Uptake/influx (ambilan) ion Ca ke intrasel meningkat akibat stimulus glukosa pd sel beta b. Eflux (pengeluaran) Ca diperlambat oleh kerja glukosa c. Mobilisasi Ca dari mitokondria, akibat induksi cAMP oleh glukosa 12 Dikenal beberapa faktor pengaturan sekresi insulin ( Tabel 15-2, dibagi 3 kategori : 1.Stimulan langsung, menstimulasi rilis insulin secara langsung 2. Penguat ; mempotensiasi respon sel beta terhadap glukosa 3.Penghambat. Adanya faktor 1 oleh hormon-hormon pencernaan, menunjukkan pengaruh besar makanan ( awal rilis insulin ) daripada bahan-bahan yang masuk secara intravena. 13 Receptor dan kerja Insulin Receptor dan kerja Insulin Untuk memberi efek awal pada target sel, insulin harus berikatan dengan receptor yang specific, yang merupakan protein pada membrane sel. Di mana receptor terdiri dari 4 sub unit yang saling berikatan bersama oleh ikatan disulfide, 2 sub unit alfa yang terletak dipermukaan membrane dan 2 sub unit beta yang menembus membrane menonjol ke sitoplasma.( lihat gambar ) 14 Mekanisme : Insulin berikatan dg subunit alfa Aktivasi 2 subunit beta autofosforilisasi Aktivasi protein kinase Fosforilisasi beberapa enzim, shg ada yg jadi aktif ada yang jadi inaktif ( mis : aktivasi glikogen sintetase 15 Efek akhir perangsangan insulin • • Dalam beberapa detik, membrane sel jadi sangat permeable terhadap glukosa, terutama pada sel otot dan lemak tapi tidak pada neuron (sel syaraf dan otak). Peningkatan transport ini mungkin disebabkan oleh penyatuan vesikelvesikel intrasel dengan membrane, dimana vesikel tersebut membawa molekul protein transport glukosa/Glukose transporter (GLUT) Membran jadi permeable terhadap as. amino, ion kalium dan fosfat. 16 • • Efek yang lebih lambat (10-15 menit), mengubah tingkat aktivitas enzim-enzim metabolic intraseluler. Efek yang lebih lambat berlangsung selama beberapa jam-hari, adalah perubahan kecepatan translasi mRNA ribosom untuk membnetuk protein baru, dan efek yang lebih lambat lagi adalah transkripsi DNA. 17 Efek Parakrin Insulin Efek yang dihasilkan oleh produk sel endokrin terhadap sel disekitarnya disebut efek parakrin. Di sini insulin punya pengaruh menghambat sekresi glukagon. Karena glukosa hanya merangsang sel B dan D saja, sementara as. amino menstimulasi sekresi insulin dan glukagon, namun pengaruhnya terhadap insulin lebih kuat glukosa. Maka jenis dan jumlah hormon yang diproduksi oleh sel langerhans tergantung rasio karbohidrat dan protein pada intake makanan. 18 Efek Insulin terhadap Metabolisme Karbohidrat Begitu glukosa masuk dalam sirkulasi maka insulin menyebabkan ambilan, penyimpanan dan penggunaan glukosa yang cepat oleh semua jaringan tubuh, terutama oleh otot, adipose dan hati (80 % sel – sel tubuh) 19 Pengaruh Insulin dalam Meningkatkan Metabolisme Glukosa dalam Otot Dalam kesehariannya jaringan otot lebih mengunakan as lemak. Otot hanya sedikit permeable terhadap glukosa, kecuali bila dirangsang insulin. Namun ada 2 kondisi otot mampu menggunakan sejumlah besar glukosa : 1. Saat kerja fisik yang sedang dan berat dalam waktu singkat (metabolisme anaerob), saat itu tanpa insulin pun otot jadi permeabel. 2. Beberapa jam setelah makan, saat terjadi kenaikan insulin. 20 Penyimpanan Glikogen dalam Otot Bila ada glukosa yang tersisa maka akan dirubah menjadi cadangan energi yang dapat disimpan dalam bentuk glikogen, yang terutama dapat digunakan untuk pemenuhan energi ledakan anaerob, melalui glikolisis (pemecahan glikogen) menjadi asam laktat yang dapat terjadi tanpa oksigen (anaerob) 21 Blood glucose is hight Hepar (Liver) Effect Sekresi Insulin On Carbohidrate and fat metabolisme • Glucose uptake → Blood glucose Adipose Tissue • Glucose up take / utilization begin to fall after meal To be stored form glikogen : α glycerophosphat → glycerol • Activity enzym glucokinase couse •Promotes fatty acid synthetic phosphorylation glucose → glucose P. cannot difusi back • Activity enzym glikogen synthethase → polymerization glucose → glycogen → glycogen increase 5 -6 % total liver meals • Prometer conversion of excess glucose in fatty acid •Fatty acid triglycerides •Combines glycerol + fatty acid → Triglyceride sotrage VLDL Lipoprotein lipase Fatty Acid 22 Glycerol Inhibit gluconeogenesis Pelepasan Glikogen dari Hati saat Puasa. Saat glukosa menurun (diantara makan), maka akan menyebabkan hati melepaskan glukosa ke dalam sirkulasi darah Mekanisme : 1. Berkurangnya kadar glukosa sekresi insulin turun, sekresi glukagon meningkat 2. Aktivitas glikogen sintetase menurun, fosforilisase naik 3. Enzim glukosa fosfat yg dihambat insulin aktiv lagi, sehingga radikal fosfat terlepas dari glukosa, sehingga dapat berdifusi kembali ke darah. 23 Ambilan dan Pemakaian Glukosa oleh Otak Otak bersifat permeabel terhadap glukosa dan dapat memakai glukosa tanpa insulin. Hal ini kemungkinan disebabkan aadanya protein transport glukosa tertentu yang akan dijelaskan kemudian. Walau otak dapat menggunakan sumber energi lain seperti lemak (tapi sulit), tapi glukosa adalah sumber energi terpenting bagi otak. Kadar glukosa dibawah 2050 mg/dl dapat menyebabkan renjatan/shock hipoglikemik, yang ditandai dengan iritabilitas saraf progesif yang menyebabkan penderita pingsan, kejang sampai koma. Selain itu insulin juga berperan pada pengangkutan glukosa ke dalam sel-sel lemak , terutama berguna untuk gugus gliserol molekul lemak. Sehingga secara tidak langsung insulin meningkatkan cadangan lemak 24 Protein Glucose Transpoter Karena pada dasarnya membran sel tidak permeabel terhadap glukosa sehingga dibutuhkan protein carrier (pembawa) khusus. Yang dikenal dengan Glucose Transporter (GLUT), lihat tabel 15-4. GLUT-1 dan GLUT-3 yang punya afinitas tinggi (sehingga mampu mengangkut glukosa dalam kondisi hipoglikemia sekalipun) sangat penting bagi otak yang membutuhkan banyak glukosa. Sedang asupan ke hati dan sel pankreas yang difasilitasi oleh GLUT-2 (yang berafinitas rendah), baru efektif pada kondisi kadar glukosa darah yang tinggi, hal ini menjelaskan mengapa sekresi insulin oleh pankreas dan uptake glukosa oleh hepatosit (sel hati) baru terjadi saat kadar glukosa darah tinggi. GLUT 4 & GLUT 5 punya afinitas medium 25 26 Insulin Deficiency (Insulin Lack – Diabetes Mellitus) In the Liver Muscle • Activated enzim phosphorylase → splitting of glicogen into glucose phosphate • Activated glucose phosphatase → Adipose Tissue • Up take glucose ↓ • Up take glucose ↓ Intra cellular glucose deficience •Synthesis triglycerides ↓ • Amino acid up take ↓ phosphat glucose • Lipolisis ↑ • Protein degradation ↑ Blood fatty acid ↑ diffuse back in the blood Hiperglycemia • Alternative energy source glukoneogenesis Blood amino acid 27 Alternative energy source Conversion in liver into : • Phospholipid • Cholesterol • Triglycerida Excess of fatty acid in plasma • Discharged into blood : high concentration lipid in the lipoprotein • Development Atherosclerosis in people with serious DM • Microangiophaty (Retina, neurophaty, ren glomerulus) • Mikroangiophaty (Intork, Stroke) 28 Insulin Lack – Insulin Deficiency (Diabetes Mellitus) Excess fatty acid → Alternative energy Transport mitochondria Beta oksidasi fatty acid Releasing extrim acetyl Co A → used energy to the pheripheral cell 29 Excess acetyl Co A is condented form aceto acetic acid Released circulating blood Aceto acetic acid cannot be metabolized by the tissue Some of the aceto acetic acid is converted into β hidroxybutyric acid and acetone These substances called ketone bodies (KB) Large quantities KB in body fluid called ketosis Large aceto acetic acid and β hidroxybutyric acid cause severe acidosis and coma with often lead to death 30 Efek Insulin trhdp Pertumbuhan Insulin bekerja secara sinergis dgn Growth Hormon, sperti diketahui bahwa fungsi insulin utk meningkatkan metabolisme sintesis (anabolisme) protein yg penting bagi pertumbuhan. Berikut ini (tabel 15-3) disajikan ringkasan EfekEfek Endokrin dari Insulin 31 32 Peran Insulin dalam Pengalihan Metabolisme Karbohidrat dan Lipid : Bila kadar glukosa rendah, maka sekresi insulin ditekan, dan sekresi glukagon meningkat dan sumber energi banyak diperoleh dari lemak kecuali otak Bila kadar glukosa tinggi, sekresi insulin meningkat, glukosa/KH lebih banyak digunakan, kelebihannya disimpan dalam bentuk glikogen hati dan otot, serta lemak pada hati dan adiposa. Saat hipoglikemia, sekresi growth hormon dan kortisol meningkat, tapi efek keduanya lambat Epinefrin mampu meningkatkan konsentrasi glukosa saat stres (kerja fisik, syok sirkulasi, kecemasan dan ketegangan), lewat rangsangan saraf simpatis, namun juga meningkatkan konsentrasi as. lemak dalam plasma lewat glikogenolisis dan lipolisis. Secara kuantitatif peningkatan as. lemak lebih besar dari glukosa. 33 II. H Glukagon Fungsi hormon ini untuk meningkatkan glukosa darah, sehingga antagonis dengan insulin Mekanisme Kerja : Glukagon berikatan dengan receptor membran, mengaktifkan adenil siklase pada membran sel hepatosit Terbentuk cAMP ( Cyclic Adenosin Monophospat ) Mengaktifkan Protein pengatur Protein Kinase MengaktifkanProtein Kinase 34 Mengaktifkan fosforilisase b kinase Merubah fosforilisase b menjadi fosforilisasea Meningkatkan pemecahan glikogen menjadi glukosa-1-fosfat Selanjutnya mengalami defosforilisasi dan glukosa dilepaskan dari sel-sel hati Efek Metabolisme Glukagon : Meningkatkan glikogenolisis ( pemecahan glikogen jadi glukosa ) Meningkatkan glukoneogenesis Meningkatkan lipolisis ( pemecahan lemak jadi as. lemak ), meningkatkan persediaan as. lemak 35 Menghambat penyimpanan TG oleh hati.Dalam dosis besar efeknya : Meningkatkan kekuatan jantung Menghambat sekresi lambung Meningkatkan sekresi empedu Pengaturan Sekresi Glukagon Peningkatan glukosa darah menghambat sekresi glukagon As. amino merangsang sekresi glukagon, sehingga memacu konversi as. amino menjadi glukosa Kerja fisik merangsang sekresi glukagon 36 III. H. Somatostatin Seperti 2 hormon sebelumnya, somatostatin merupakan polipetida dengan BM rendah, dan half –lifenya hanya 2 menit. Faktor-faktor yang merangsang sekresi somatostatin : a. Naiknya glukosa darah b. Naiknya as. amino c. Naiknya as. lemak d. Naiknya hormon pencernaan yang disekresi upper GI sebagai respon asupan makanan. 37 Efek Somatostatin : Secara parakrin menekan sekresi insulin dan glukagon Menurunkan motalitas lambung, duodenum dan kandung empedu Mengurangi sekresi dan absorbsi dalam saluran cerna. Sehingga peran utama somatosatin adalah meningkatkan waktu assimilasi dari usus ke darah, menurunkan penggunaan nutrisi yang diabsorbsi jaringan, sehingga mencegah pemakaian makanan secara cepat dan membuat makanan tersedia dalam waktu lama. Substansi somatostatin mirip hormon penghambat Growth Hormon. 38 Diabetes Militus Diabetes Militus merupakan suatu kondisi dimana tubuh gagal meregulasi hiperglikemia yang kronis, artinya DM bukan hanya berarti defisiensi sekresi insulin. Pembagian : 1. DM tipe 1/Beta Cell Destruction leading to absolut deficiency ( dulu disebut IDDM = Insulin Dependent DM 2. DM tipe 2 (Dulu disebut NIDDM = Non Insulin Dependent DM) 39 1. DM tipe 1/Beta Cell Destruction leading to absolut deficiency ( dulu disebut IDDM = Insulin Dependent DM ). Pada kondisi ini sel beta rusak sehingga tak mampu memproduksi insulin, sehingga untuk kebutuhannya tergantung asupan dari luar. Terjadi sejak usia bayi dan anak-anak. Biasanya penderita kurus, karena terjadi lipolisis dan glukoneogenesis dari lemak, akibat tidak adanya insulin Penyebab : Immune Mediated (penyakit autoimun) Idiopatik (tak diketahui) DM tipe I cepat menjadi hiperglikemia berat dan keto acidosis 40 2. DM tipe 2 ( Dulu disebut NIDDM = Non Insulin Dependent DM ) Pada kondisi ini tubuh masih mampu memproduksi insulin. Onsetnya pada usia dewasa. Penyebab : Dominan insulin resisten + defisiensi insulin relatif. Hal ini dihubungkan dengan pada penderita obese yang mengalami penurunan jumlah receptor insulin, sehingga walaupun kadar insulin normal/meningkat, penderita tetap hiperglikemia. Faktor lain yang berpengaruh terhadap resistensi adalah faktor genetik dan lingkungan. Dominan gangguan sekresi + insulin resisten 41 3. Gestasional Diabetes Militus ( GDM ) Intoleransi glukosa pada saat hamil 4. DM tipe lain : Defek genetik fungsi sel Beta Defek genetik insulin action Penyakit pankreas eksokrin Endokrinopati Drug or chemical induced Infeksi Uncommon forms immune mediated diabetes Sindrom genetik yang lain yang terkait dengan DM 42 Type II Diabetes – Resistance to the metabolic effects of insulin Type II diabetes is far more common than type I, accounting for about 90 per cent of all cases of diabetes mellitus In most cases, the onset of type II diabetes occurs after age 30, often between the ages of 50 and 60 years, and the disease develops gradually 43 Syndrome is often referred to as adult onset diabetes This trend appears to be related mainly to the increasing prevalence of obesity, the most important risk factor for type II diabetes in children as well as in adults 44 Obesity, insulin resistance and “metabolic syndrome” usually precede development of type II diabetes Type II diabetes in contrast to type I, is associated with increased plasma insulin concentration (hyperinsulinemia) This occurs as a compensatory response by the pancreatic beta cells for diminished sensitivity of target tissues to the metabolic effects of insulin, a condition referred to as insulin resistance 45 The decrease in insulin sensitivity impairs carbohydrate utilization and storage, raising blood glucose and stimulating a compensatory increase in insulin secretion Development of insulin resistance and impaired glucose metabolism is usually a gradual process, beginning with excess weight gain and obesity The mechanisms that link obesity with resistance, however are still uncertain Some studies suggest that there are fewer insulin receptors, especially in the skeletal muscle, liver, and adipose tissue, in obese than in lean subjects. 46 Insulin resistance is part of a cascade of disorder that is often called the “metabolic syndrome”. The metabolic syndrome include : 1. Obesity, especially accumulation of abdominal fat 2. Insulin resistance 3. Fasting hyperglycemia 47 4. 5. Lipid abnormalities such as increased blood triglycerides and decreased blood high density lipoprotein cholesterol Hypertension All of the features of the metabolic syndrome are closely related to excess weight gain, especially when it is associated with accumulation of adipose tissue in the abdominal cavity around the visceral organs 48 The role of insulin resistance in contributing to some of the components of the metabolic syndrome is unclear, although it is clear that insulin resistance is the primary cause of increased blood glucose concentration The major adverse consequence of the metabolic syndrome is cardiovascular disease, including atherosclerosis and injury to various organs throughout the body 49 Hiperglikemia sampai 300-1200mg/dl Meningkatnya as.lemak darah, serta kolestrol, fosfolipid dan lipoprotein darah secara kronis memacu angiopati (kelainan pembuluh darah) seperti atherosclerosis : mikroangiopati : pada kapiler retina, ginjal makroangiopati : prinsipnya atherosclerosis yang dipercepat, komplikasinya berupa penyakit jantung koroner dan stroke. Berkurangnya protein Pada batasan tertentu glukosa yang memasuki tubulus ginjal akan diresorbsi kembali, namun bila kadar glukosa darah lebih dari 180 mg/dl maka ada sebagian glukosa yang gagal diresorbsi dan masuk ke urin. 50 Other factors that can cause insulin resistance and type II diabetes Although most patients with type II diabetes are overweight or have substantial accumulation of visceral fat, severe insulin resistance and type II diabetes can also occur as a result of other acquired or genetic conditions that impair insulin signaling in peripheral tissues 51 Karena kondisi kadar glukosa tinggi dalam cairan extracellular, sementara glukosa tidak selalu mudah menembus ke intrasel, maka tekanan osmotik extracell yang lebih tinggi akan menarik cairan dari intracell, sehingga terjadi dehidrasi intracel. Sementara masuknya glukosa dalam urin meningkatkan tekanan osmotik urin, sehingga terjadi osmotik diuresis, sehingga terjadi dehidrasi ekstracell. Keduanya dapat berakhir sebagai shock hipovolemik. (gangguan sirkulasi akibat voum intravascular yang menurun drastis) KetoAcidosis 52 Koma pada DM : a. Koma KetoAcidosis Diabetik Disebabkan karena ketoacidosis. Dapat dipicu oleh renal failure, hearth failure, pneumonia, stroke, infark myocard, luka bakar dan operasi. Terjadi pada DM tipe I b. Koma Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik Pemicu sama, disebabkan karena kondisi hiperglikemia-hiperosmolar yang berakibat shock 53 c. Koma Hipoglikemik Karena pemakaian berlebihan insulin, atau obat DM d. Acidosis Laktat Seperti diketahui bawa metabolisme anaerob (yang dipicu stres, sakit berat) dari glukosa menghasilkan as. laktat, terutama pada kondisi hiperglikemia. Pada kondisi acidosis ditandai dengan pernafasan kusmaul (cepat dan dalam), selain itu pada ketoacidosis ditandai pula dengan pernafasan bau aseton 54 Gejala Patologis Insufiensi Insulin (TRIAS DM) Poliuria (pengeluaran urin berlebihan), akibat diuresis osmotik glukosa dalam tubulus ginjal Polidipsia (banyak minum), akibat dehidrasi yang disebabkan poliuri Polifagia (banyak makan), akibat gangguan penyimpanan glikogen dan deposit lemak, penderita jadi kurus, sehingga mendorong banyak makan Astenia (kurangnya energi), terutama karena hilangnya protein dan berkurangnya penggunanaan karbohidrat sebagai energi 55 Chronic high glucose concentration also causes damage to many other tissues. For example, peripheral neuropathy, which is abnormal function of peripheral nerves, and autonomic nervous system dysfunction are frequent complications of chronic, uncontrolled diabetes mellitus These abnormalities can result in impaired cardiovascular reflexes, impaired bladder control, decreased sensation in the extremities and other symptoms of peripheral nerve damage 56 The precise mechanisms that cause tissue injury in diabetes are not well understood but probably involve multiple effects of high glucose concentration and other metabolic abnormalities on proteins of endothelial and vascular smooth muscle cell, as well as other tissues In addition, hypertension, secondary to renal injury, and atherosclerosis, secondary to abnormal lipid metabolism, often develop in patients with diabetes and amplify the tissue damage caused by the elevated glucose 57 Komplikasi Kronis DM 58 59 Kriteria Diagnosis Glukosa urin Glukosa darah sewaktu/acak ( GDA ) Glukosa Darah Puasa/ I ( GD I ), penderita disuruh puasa 8 jam sebelum diperiksa, parameter terbaik untuk menilai produksi insulin basal Glukosa darah 2 jam post pandrial ( GD 2 jamPP/ GD II ) atau Uji Toleransi Glukosa. Penderita dari uji GD I diberi muatan glukosa 75 gr terlarut dalam air, lalu 2 jam kemudian baru diperiksa. Parameter untuk menilai kemampuan produksi insulin post pandrial. 60 Selanjutnya lihat tabel di bawah ini : 1. 2. 3. Symptoms + dan casual plasma glucose > 200 mg% (11,1 mmol.L)/ GD sewaktu/acak atau GD Puasa (GD 1) ≥ 126 mg% (7,0 mmol/L) atau GD 2 jam PP (post pandrial)/ GD 2 ≥ 200 mg% atau setelah pemberian 75 g glukosa ( OGTT ) 61 Kriteria Laboratorium DM tipe I dan II DM tipe I : GD I > 230 mg/dl GD II > 260 mg/dl DM tipe II : GD I >470 mg/dl GD II > 730 mg/dl 62 HbA1C, Glikosilasi Hb oleh glukosa dalam waktu kronis akan menimbulkan bekas. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk menilai kepatuhan penderita terhadap terapi DM. Sehingga bisa saja penderita melakukan pemeriksaan gula darah dengan hasil normal (krn sebelum tes minum obat), tetapi selama 2 bulan sebelumnya gula darah penderita tidak terkontrol. 63 Konsentrasi HbA1c merupakan indikator rata2 konsentrasi glukosa dalam 3 bulan terakhir. HbA1c berguna untuk menyatakan keadaan disglikemi karena pemeriksaan ini mudah dilakukan, lebih akurat, stabil, menyenangkan, lebih cepat dan tidak memerlukan puasa dan TTGO. 64 Terapi Medis : 1. Diet : • Rendah kalori • Rendah lemak • Tinggi serat (mengikat lemak sehingga meminimalkan absorbsi, mengenyangkan, memperlambat absorbsi) 2. Exercise ( Disarankan olah raga aerobic) 65 3. Oral diabetes medications : Gol. Sulfonilurea Mekanisme kerja : menutup saluran Kalium , sehingga terjadi depolarisasi sel B, yang memungkinkan Ca masuk dan aktif membantu pelepasan insulin. Gol. Biguanida Mekanisme kerja sedikit mirip, tapi sering menyebabkan acidosisi laktat, sekarang sudah tidak digunakan 66 4. Insulin : Perlu diketahui, apakah kelainan rilis insulin pada sekresi basal insulin atau post pandrial insulin, bila kelainan pada : Basal insulin : diberi long akting insulin, untuk mengendalikan kadar basal insulin sepanjang hari. PP insulin : diberi short acting insulin, tiap kali makan (makan yg 3x/hr). 67 Terapi bisa kombinasi antara short acting dan long acting insulin bila keduanya terganggu Terapi ini diberikan bila ke 3 tindakan di atas telah diambil dan gagal meregulasi glukosa darah 68 Penderita bisa terjatuh pada kondisi shock/renjatan insulin bila kadar gula darah mencai 20-50 mg/dl (mengingat glukosa sumber energi utama otak) penderita bisa kejang klonik sampai koma. Bahkan sejak GD 50-70 mg/dl, sistem syaraf pusat menjadi iritabel, halusinasi, gemetaran dan cemas serta banyak keringat. Tx Koma hipoglikemik : Glukosa intra vena dalam jumlah besar Dapat diberi glukagon. 69