6. PENGENDALIAN KADAR GLUKOSE DARAH

advertisement
6. PENGENDALIAN KADAR GLUKOSE DARAH
GLUKOSE
DARAH
BERASAL
DARI
DIET,
GLUKONEOGENESIS
DAN
GLIKOGENOLI S I S
Sebagian besar karbohidrat diet yang dapat dicerna akhirnya membentuk
glukose. Karbohidrat yang secara aktif dicerna dalam intestinum menghasilkan residu
glukose, galaktose dan fruktose. Mereka diangkut ke hepar lewat versa portahepatika.
Galaktose dan fruktose cepat diubah menjadi glukose dalam hepar.
Glukose dibentuk dari senyawa glukogenik yang mengalami glukoneogenesis.
Senyawa ini dimasukkan dalam dua kategori: (1) senyawa yang melibatkan perubahan
langsung menjadi glukose seperti beberapa asam amino dan propionat. (2) senyawa
yang merupakan hasil metabolisme tidak sempurna glukose dalam jaringan tertentu
dan dibawa ke hepar dan ginjal untuk disintesis kembali menjadi glukose. Laktat
dibentuk oleh oksidari glukose dalam otot skelat dan eritrosit, kemudian diangkut ke
hepar dan ginjal dimana dia dibentuk lagi menjadi glukose, sehingga tersedia lagi
untuk oksidasi dalam jaringan lewat sirkulasi. Proses ini dikenal sebagai siklus Cori
atau siklus asam laktat. Gliserol 3-fosfat untuk sintesis triasilgliserol dalam jaringan
adipose
diperoleh
dari
glukose
darah.
Asilgliserol
jaringan
adipose
secara
berkesinambungan mengalarni
membentuk gliserol bebas, yang tidak dapat digunakan oleh jaringan adipose
sehingga berdifusi keluar masuk ke dalam darah. Gliserol bebas dalam darah diubah
kembali menjadi glukose oleh mekanisme glukoneogenik dalam hepar dan ginjal.
Asam amino yang diangkut dari otot ke hepar selama kelaparan terutama
adalah alanin. Hal ini menuntun kepada dalil dari suatu siklus glukose-alanin yang
mempunyai pengaruh pada siklus glukose dari hepar ke otot dengan pembentukan
piruvat, dilanjutkan dengan transaminasi menjadi alanin, kemudian alanin diangkut ke
hepar, dilanjutkan dengan glukoneogenesis kembali menjadi glukose. Hasil bersihnya
adalah pemindahan nitrogen amino dari otot ke hepar dan energi dihasilkan oleh hepar
untuk otot. Energi yang diperlukan untuk sintesis glukose hepar dari piruvat diperoleh
dari oksidasi asam lemak. Glukose juga dibentuk dari glikogen hepar oleh
glikogenolisis.
MEKANISME METABOLIK DAN HORMONAL MENGATUR KADAR GLUKOSE
DARAH
Mempertahankan kadar glukose darah yang stabil merupakan satu dari
sebagian besar pengaturan semua mekanisme homeostatik secara halus dan satu
pengaturan dalam hepar, jaringan ekstrahepatik, dan beberapa hormon berperan pada
sebagian pengaturan. Telah ditemukan berbagai protein pengangkut glukose dalam
membran sel. Sel hepar kelihatannya secara bebas dapat ditembus oleh glukose
(lewat suatu protein pengangkut yang dinamakan GLUT 2), sedangkan sel
ekstrahepatik (bagian dari pulau pankreas) secara relatif tidak dapat ditembus oleh
glukose. Akibatnya lintasan melalui membran sel merupakan tahap pembatas
kecepatan pengambilan glukose dalam jaringan ekstrahepatik, dan glukose cepat
mengalami fosforilasi oleh enzim heksokinase saat masuk ke dalam sel. Sebaliknya,
kemungkinan aktivitas enzim-enzim tertentu dan kadar senyawa antara yang penting
sangat mempengaruhi langsung pengambilan atau pengeluaran glukose dari hepar.
Namun demikian, kadar glukose dalam darah merupakan suatu faktor penting yang
mengatur kecepatan pengambilan glukose baik dalam jaringan hepar maupun
ekstrahepatik.
GLUKOKINASE PENTING DALAM PENGATURAN GLUKOSE DARAH SETELAH
MAKAN
Perlu dicatat bahwa heksokinase dihambat oleh glukose 6-fosfat, sehingga
beberapa pengendalian umpan balik dapat dilaksanakan pada pengambilan glukose
dalam jaringan ekstrahepatik yang memerlukan heksokinase untuk fosforilasi glukose.
Hepar tidak terpengaruh oleh pengendalian ini karena glukokinase tidak dipengaruhi
oleh glukose 6-fosfat. Glukokinase yang mempunyai Km lebih tinggi (affinitas lebih
rendah) untuk glukose daripada heksokinase. Aktivitasnya meningkat pada konsentrasi
glukose di atas kisaran fisiologis dan nampaknya dikuatirkan khusus untuk
pengambilan glukose ke dalam hepar pada kadar yang lebih tinggi di dalam vena
portahepatika setelah makan karbohidrat. Hal ini tidak ada pada hepar ruminansia,
yang mempunyai sedikit masukkan glukose dari intestinum ke dalam sirkulasi portal.
Pada kadar glukose darah sistemik normal (4,5 — 5,5 mmol/L), hepar
merupakan suatu jaringan murni penghasil glukose. Namun demikian bila kadar
glukose darah naik, mengeluaran glukose berhenti, sehingga saat kadar glukose tinggi
ada pengambilan bersih (veto). Pada tikus diperkirakan bahwa kecepatan pengambilan
glukose dan kecepatan pengeluaran sama saat konsentrasi glukose darah vena
portahepatika 8,3 mmol/L.
INSULIN MEMPUNYAI PERAN SENTRAL DALAM PENGATURAN GLUKOSE
DARAH
Dalam keadaan hiperglikemia insulin meningkatkan pengambilan glukose oleh
hepar maupun jaringan perifer. Hormon insulin jugs mempunyai peran sentral dalam
pengaturan kadar glukose darah. Insulin diproduksi oleh sel B dan pulau Langerhans
dalam pankreas sebagai suatu tanggapan langsung terhadap keadaan hiperglikemia.
Sel pulau Langerhans secara bebas dapat ditembus oleh glukose melalui pengangkut
GLUT 2, dan glukose mengalami fosforilasi oleh glukokinase (Kmnya tinggi). Oleh
karena itu, kadar glukose darah menentukan masuknya ke dalam proses berlanjut
melalui glikolisis, siklus asam sitrat dan produksi ATP. Peningkatan kadar ATP
menghambat saluran K+ yang sensitif terhadap ATP, menyebabkan depolarisasi
membran sel B, yang meningkatkan arus Ca2+ melalui saluran Ca2+ yang sensitif
terhadap voltage, menstimulasi eksositosis insulin. Ini penting bahwa obat-obat
sulfonilurea yang digunakan untuk menstimulasi sekresi insulin pada diabetes mellitus
tipe 2 (diabetes mellitus tidak tergantung insulin; NIDDM) dilakukan dengan
penghambatan saluran K+ yang sensitif terhadap ATP. Oleh karena itu, konsentrasi
insulin dalam darah paralel terhadap glukose darah. Pemberian insulin menyebabkan
cepat terjadi hipoglikemia. Senyawa-senyawa lain yang menyebabkan pelepasan
insulin dari pankreas adalah asam amino, asam lemak bebas, Benda keton, glukagon,
sekretin, dan obat-obat sulfonilurea tolbutamide dan gliburide. Epinefrin dan
norepinefrin menghalangi pelepasan insulin. Insulin mempunyai efek cepat terhadap
peningkatan pengambilan glukose dalam jaringan seperti jaringan adipose dan otot.
Kerja ini disebabkan oleh peningkatan transport glukose melalui membran sel dengan
pengerahan pengangkut glukose (GLUT 4) dan bagian dalam sel ke membran plasma.
Sebaliknya tidak ada pengaruh langsung insulin terhadap penetrasi glukose pada sel
hepar; penemuan ini cocok dengan fakta bahwa metabolisme glukose oleh sel hepar
kecepatannya tidak dibatasi oleh permeabilitas sel hepar terhadap glukose. Namun
demikian, insulin bekerja secara tidak langsung meningkatkan pengambilan glukose
jangka panjang oleh hepar sebagai hasil pengaruh insulin pada sintesis enzim-enzim
yang mengatur glikolisis, glukogenesis, dan glukoneogenesis. Insulin mempunyai efek
cepat dalam aktivasi enzim glikogen sintase.
GLUKOGAN MELAWAN KERJA INSULIN
Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel A dari pulau Langerhans
pankreas. Sekresinya dipacu oleh keadaan hipoglikemia. Bila glukagon mencapai
hepar (lewat vena porta), glukagon menyebabkan glikogenolisis dengan aktivasi
fosforilase. Sebagian besar dari glukagon endogen (dan insulin) dibersihkan dari
sirkulasi oleh hepar. Tidak seperti epinefrin, glukagon tidak mempunyai efek pada
fosforilase otot. Glukagon juga meningkatkan glukoneogenesis dari asam amino dan
laktat. Dalam semua kerjanya, glukagon bekerja lewat produksi cAMP. Glikogenolisis
dan glukoneogenesis di hepar keduanya memberikan efek hiperglikemia dari
glukagon, yang kerjanya berlawanan dengan insulin.
HORMON-HORMON LAIN MEMPENGARUHI GLUKOSE DARAH
Glandula hipofisis anterior mensekresi hormon yang cendrung meningkatkan
glukose darah dan oleh karena itu melawan kerja insulin. Hormon itu adalah hormon
pertumbuhan, ACTH (kortikotropin), dan mungkin senyawa yang bersifat diabetogenik
lain. Sekresi hormon pertumbuhan dipacu oleh keadaan hipoglikemia. Hormon
pertumbuhan menurunkan pengambilan glukose dalam jaringan tertentu, misalnya
otot. Beberapa pengaruh ini mungkin tidak langsung, karena hormon tersebut
memobilisasi asam lemak bebas dari jaringan adipose dimana mereka sendiri
menghambat penggunaan glukose. Pemberian hormon pertumbuhan secara kronik
menyebabkan diabetes. Dengan akibat hiperglikemia, hormon pertumbuhan memacu
sekresi insulin, akhirnya menyebabkan kelelahan sel B.
Glukokortikoid (1 1-oksisteroid) disekresi oleh korteks adrenal dan penting
dalam metabolisme karbohidrat. Pemberian steroid ini menyebabkan peningkatan
glukoneogenesis. Ini merupakan peningkatan katabolisme protein dalam jaringan,
peningkatan pengambilan asam amino dari hepar, dan peningkatan aktivitas
aminotransferase dan enzim lain yang berhubungan dengan glukoneogenesis dalam
hepar. Disamping itu, glukokortikoid menghambat penggunaan glukose dalam jaringan
ekstrahepatik. Pada semua kerjanya, glukokortikoid bekerja dengan cars yang
berlawanan dengan insulin.
Epinefrin disekresi oleh medula adrenal sebagai akibat pacuan kuat (rasa takut,
kegembiraan, pendarahan hipoksia, hipoglikemia dll) dan menyebabkan glikogenolisis
di hepar dan otot karena pacuan fosforilase lewat produksi cAMP. Di otot, akibat tidak
adanya glukose 6-fosfat, glikogenolisis terjadi dengan pembentukan laktat, seangkan
di hepar glukose merupakan produk utama yang menyebabkan peningkatan glukose
darah.
Hormon tiroid juga mempengaruhi kadar glukose darah. Dengan penelitian
dibuktikan, tiroksin mempunyai pengaruh diabetogenik dan bahwa tiroidektomi
menghambat perkembangan diabetes. Pada hewan yang tirotoksik, tidak ada glikogen
dari hepar sama sekali. Pada manusia, glukose darah puasa meningkat pada
penderita hipertiroid dan menurun pada penderita hipotiroid. Akan tetapi, pada
penderita hipertiroid rupa-rupanya kecepatan penggunaan glukose dalam kecepatan
normal
atau
meningkat,
sedangkan
penderita
hipotiroid
kemampuan
untuk
menggunakan glukose menurun. Disamping itu, penderita hipotiroid sangat kurang
perlu terhadap insulin daripada individu normal atau hipertiroid.
ASPEK KLINIK LEBIH JAUH
GLIKOSURIA TERJADI BILA AMBANG GINJAL UNTUK GLUKOSE DILAMPAUI
Bila glukose darah meningkat ke kadar yang relatif tinggi, ginjal juga
menggunakan efek pengaturan. Glukose secara terus menerus difiltrasi oleh
glomerulus tetapi biasanya dikembalikan secara sempurna ke dalam darah dengan
sistem reabsorpsi dari tubulus ginjal. Reabsorpsi glukose melawan gradien
konsentrasinya berkaitan persediaan ATP dalam sel tubulus. Kapasitas sistem tubulus
untuk mereabsorpsi glukos dibatasi dengan kecepatan sekitar 350 mg/menit. Bila
kadar glukose darah meningkat, filtrat glomerulus dapat mengandung lebih banyak
glukose daripada yang dapat direabsorpsi; kelebihan glukose ini masuk ke dalam urin
menghasilkan glikosuria. Pada individu normal, glikosuria terjadi bila konsentrasi
glukose darah vena melebihi 9,5 10,0 mmol/L (180 mg%). Ini yang dinamakan
ambang ginjal untuk glukose.
Glikosuria dapat dihasilkan pada hewan percobaan dengan florizin, yang
menghambat sistem reabsorpsi glukose dalam tubulus. Ini disebut sebagai glikosuria
ginjal. Glikosuria ginjal dapat dihasilkan dari kerusakan ginjal yang bersifat menurun
(herideter), atau mungkin diperoleh sebagai hasil proses penyakit. Adanya glikosuria
sering merupakan suatu indikator diabetes mellitus.
DEFISIENSI FRUKTOSE 1,6-BISFOSFATASE MENYEBABKAN ASIDOSIS LAKTAT
DAN HIPOGLIKEMIA
Penghambatan
glukoneogenesis
oleh
defisiensi
enzim
fruktose
1,6-
bisfosfatase mencegah laktat dan substrat glukogenik lain diubah menjadi glukose
dalam hepar. Keadaan tersebut dapat dikembalikan dengan pemberian diet tinggi
karbohidrat rendah fruktose dan sukrose dan dengan menghindari puasa.
GANGGUAN
OKSIDASI
ASAM
LEMAK
MERUPAKAN
SUATU
PENYEBAB
HIPOGLIKEMIA
Beberapa keadaan dimana oksidasi asam lemak terganggu ditandai dengan
hipoglikemia. Ini karena ketergantungan glukoneogenesis pada oksidasi asam lemak
yang aktif.
HIPOGLIKEMIA DAPAT TERJADI SELAMA KEHAMILAN DAN PADA BAYI BARU
LAHIR
Selama kehamilan, komsumsi glukose janin meningkat dan ada suatu risiko
hipoglikemia pada ibu dan kemungkinan pada janin, terutama jika interval antara
makan lama atau waktu malam. Selanjutnya, bayi prematur dan bayi berat lahir
rendah lebih rentan terhadap hipoglikemia, karena mereka mempunyai jaringan
adipose sedikit untuk menghasilkan bahan bakar alternatif seperti asam lemak bebas
atau
Benda
keton
selama
transisi
dari
janin
fetus.
Fungsi
enzim-enzim
glukoneogenesis pada saat itu mungkin kurang sempurna, dan proses tergantung
pada pemberian asam lemak bebas untuk energi. Gliserol, yang akan dilepas secara
normal dari jaringan adipose, tidak mencukupi untuk glukoneogenesis.
KEMAMPUAN TUBUH UNTUK MENGGUNAKAN GLUKOSE DAPAT DIKETAHUI
DENGAN PENGUKURAN TOLERANSI GLUKOSENYA
Toleransi glukose ditunjukkan dengan pembuatan kurve glukose darah yang
setelah pemberian glukose. Diabetes mellitus (tipe 1, atau diabetes mellitus tergantung
insulin; IDDM) ditandai dengan penurunan toleransi glukose, karena penurunan
sekresi insulin dalam menanggapi terhadap pemberian glukose. Hal ini dimanifestasi
oleh peningkatan kadar glukose darah (hiperglikemia) dan glikosuria dan dapat disertai
perubahan metabolisme lemak. Toleransi glukose menurun tidak hanya pada diabetes
tipe 1 tetapi juga pada keadaan hepar rusak; pada beberapa infeksi; pada diabetes
mellitus tipe 2 (diabetes mellitus tidak tergantung insulin; NIDDM), yang sering
dihubungkan dengan obesitas dan peningkatan kadar asam lemak bebas plasma; di
bawah pengaruh beberapa obat; dan kadang-kadang pada aterosklerosis. Ini juga
dapat diperkirakan terjadi adanya hiperaktivitas hipofisis atau korteks adrenal karena
hormon glandula endokrin tersebut antagonis terhadap kerja insulin.
Insulin meningkatkan toleransi glukose. Injeksi insulin menurunkan kandungan
glukose dalam darah dan meningkatkan penggunaannya dan penyimpanannya dalam
hepar dan otot sebagai glikogen. Kelebihan insulin dapat menyebabkan hipoglikemia
parah, menyebabkan konvulsi dan bahkan kematian kecuali kalau glukose diberikan
secara tepat. Peningkatan toleransi glukose diamati pada kelemahan hipofisis atau
adrenokortek, diakibatkan oleh suatu penurunan antagonis insulin oleh hormon yang
umumnya disekresi oleh glandula ini.
RINGKASAN
1. Glukoneogenesis merupakan mekanisme untuk perubahan nonkarbohidrat
menjadi glukose atau glikogen. Glukoneogenesis menyediakan glukose untuk
tubuh bila karbohidrat tidak tersedia dari diet. Substrat-substrat penting untuk
glukoneogenesis adalah asam amino glukogenik, laktat, gliserol dan propionat.
2. Jalur glukoneogenesis, yang ada dalam hepar dan ginjal, menggunakan reaksi
tersebut dalam glikolisis yang merupakan reaksi reversibel ditambah 4 reaksi
tambahan
untuk
mengatasi
reaksi
irreversibel
tersebut.
Enzim
yang
mengkatalisis reaksi tambahan adalah piruvat karboksilase, fosfoenolpiruvat
karboksikinase, fruktose 1,6-bisfosfatase, dan glukose 6-fosfatase.
3. Laktat membentuk piruvat, yang masuk ke dalam mitokondria untuk mengalami
karboksilasi menjadi oksaloasetat, sebelum berubah menjadi fosfoenolpiruvat
dilanjutkan dengan biosintesis glukose dalam sitosol.
4. Karena glikolisis dan glukoneogenesis bersama-sama menggunakan jalur yang
sama tetapi bekerja pada arch yang berlawanan, aktivitasnya hares diatur
secara timbal( balik. Ini dicapai dengan 3 mekanisme utama yang
mempengaruhi aktivitas enzim kunci yaitu (1) induksi atau penekanan sintesis
enzim, (2) modifikasi kovalen dengan fosforilasi reversibel, dan (3) efek
alosterik
5. Sel hepar, yang dapat ditembus glukose secara bebas, merupakan alat utama
pengatur konsentrasi glukose darah karena hepar mengandung glukokinase
(Km tinggi) yang secara khusus beradaptasi untuk menurunkan kadar glukose
setelah makan. Insulin disekresi sebagai tanggapan langsung terhadap
hiperglikemia; insulin membantu hepar untuk menyimpan glukose sebagai
glikogen dan mempermudah pengambilan glukose ke dalam jaringan
ekstrahepatik. Glukagon disekresi sebagai tanggapan terhadap hipoglikemia
dan
mengaktifkan
glikogenolisis
dan
glukoneogenesis
dalam
hepar,
menyebabkan pelepasan glukose ke dalam darah.
6. Kerusakan enzim glukoneogenesis menyebabkan hipoglikemia dan asidosis
laktat. Penghambatan oksidasi asam lemak juga merupakan suatu penyebab
gangguan glukoneogenesis dan hipoglikemia.
7. Defisiensi sekresi insulin menyebabkan diabetes mellitus tipe 1.
Download