BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, yang memungkinkan warganya mengembangkan diri sebagai manusia Indonesia seutuhnya. Ketertinggalan bangsa Indonesia pada era globalisasi sekarang dibandingkan dengan negara-negara tetangga rupanya menyebabkan pemerintah terdorong untuk memacu diri mengejar ketertinggalan. Salah satu sektor yang menjadi prioritas yaitu sektor pendidikan, disamping sektor ekonomi. Hal ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan masyarakat Indonesia yang semakin tinggi terhadap pendidikan yang bermutu. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pendidikan telah memiliki peranan yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan peradaban bangsa Indonesia. Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula individu secara langsung berhubungan dengan dunia luar. Individu secara langsung menerima stimulus atau rangsang dari luar disamping dari dalam dirinya sendiri. Individu mengenali dunia dengan menggunakan alat inderanya melalui stimulus yang diterima, individu akan mengalami persepsi. Stimulus yang diteruskan ke pusat susunan saraf yaitu otak, dan terjadilah proses psikologis, sehingga 1 individu mengalami persepsi. Persepsi bisa menjadi awal yang baik atau bahkan dapat merusak, karena secara psikologis persepsi akan menjadi faktor dominan yang mendasari tindakan dan perilaku seseorang (Novian Jaya Triwidia, 2010:30). Dalam proses pembelajaran proses persepsi dari siswa penting untuk diketahui, karena siswa merupakan objek dan proses pembelajaran. Hasil belajar atau prestasi belajar siswa bisa menjadi tola ukur keberhasilan dari proses pembelajaran yang telah dilakukan. Diharapkan ketika mengetahui persepsi siswa terhadap pembelajaran teori yang telah dilakukan, dapat pula mengetahui keberhasilan dari proses pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan khususnya di SBI. Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) adalah sekolah yang sudah memenuhi dan melaksanakan standar nasional pendidikan (SNP) dan kedelapan aspek SNP yang terdiri dari (1) standar isi, (2) standar proses, (3) standar kompetensi lulusan, (4) standar tenaga pendidik, (5) standar sarana dan prasarana (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian kemudian diperkaya, diperkuat, dikembangkan, diperdalam, dan diperluas melalui adaptasi atau adopsi standar pendidikan dari salah satu Negara anggota Organisation for Economic Co-Operation and Development (Depdiknas, 2008:9-13). Fakta yang menunjukkan betapa besar pengaruh pendidikan terhadap bidang kehidupan lain ini ternyata tidak dibarengi oleh peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan prestasi pendidikan Indonesia yang belum memuaskan ditingkat Nasional maupun Internasional. Salah satu usaha pemerintah untuk menyediakan pendidikan yang bermutu 2 untuk mewujudkan cita-cita bangsa dan dalam rangka meningkatkan multi pendidikan sebagaimana dicantumkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 50 ayat (3) yakni: "Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarkan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan, untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf Internasional”. Pengembangan Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan dan daya saing bangsa Indonesia di forum Internasional. Pengembangan Sekolah Bertaraf Internasional yang selanjutnya kita sebut dengan SBI, merupakan salah satu prioritas pemerintah dalam rangka menyambut era globalisasi dimana diharapkan generasi di masa yang akan datang dapat bersaing di dunia Internasional. Dengan berpedoman pada pasal 50 ayat 3 tersebut diatas, maka Depdiknas merealisasikannya melalui proyek Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Sementara itu dalam proses pembelajarannya SBI akan menggunakan sistem bilingual. Pada tahun pertama bahasa pengantar yang digunakan 25 persen bahasa Inggris 75 persen bahasa Indonesia dan akan meningkat secara periodik untuk tiap tahunnya. Selain itu siswa diprioritaskan untuk belajar ilmu eksakta dan teknologi Informasi dan komunikasi (Information and Communication Technology) (Depdiknas, 2008:9-13). Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia tidak selancar yang diharapkan, Rektor IKIP PGRI Semarang, mengusulkan agar ada evaluasi dilakukan terhadap predikat standar Internasional itu. Saat ini belum pernah ada evaluasi terkait kinerja pembelajaran di sekolah-sekolah tersebut. Upaya 3 evaluasi terhadap pembelajaran sekolah sudah dilakukan pemerintah dengan penyelenggaraan ujian nasional (UN). Namun demikian, standar UN yang dipakai sama, dan tidak membedakan predikat sekolah. "Sekolah yang berada di daerah pinggiran dan belum berstatus SBI atau RSBI juga tetap menggunakan soal yang sama, seharusnya ada evaluasi yang khusus menilai proses pembelajaran untuk sekolah kategori RSBI dan SBI" (Muhdi, 2011). Menurutnya, proses pembelajaran yang dilangsungkan di sekolah setingkat RSBI dan SBI yang menggunakan bahasa Inggris, perlu adanya evaluasi terkait pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan. Hal ini menambah daftar panjang permasalahan tentang pelaksanaan SBI yang paling berpengaruh pada perkembangannya yaitu pembelajaran. Ini dikarenakan pembelajaran merupakan proses pengembangan pengetahuan, keterampilan atau sikap baru pada saat individu berinteraksi dengan lingkungan. Seberapa besar tingkat keberhasilan pembelajaran ini nantinya akan menjadi tola ukur sebatas apa tingkat keberhasilan SBI yang dirintis pemerintah. Untuk mengukur hal tersebut salah satunya dengan cara mencari tahu pandangan siswa/persepsi siswa yang bertindak sebagai objek tentang pembelajaran di SBI. Persepsi sebagai salah satu faktor psikologis yang berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar siswa (Novian Jaya Triwidia, 2010:30). Siswa merupakan sasaran utama dalam proses belajar mengajar yang memiliki prestasi yang berbeda-beda. Pada saat proses belajar mengajar seorang siswa diharapkan memiliki persepsi yang positif terhadap segala sesuatu yang menyangkut aktivitas belajar mengajar, salah satunya 4 adalah persepsi terhadap pembelajaran teori. Maka dari identifikasi tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Teori di SMK Bertaraf Internasional" B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di identifikasikan permasalahannya sebagai berikut: 1. Apakah pembelajaran teori yang dilakukan di SMK Bertaraf Internasional, sudah sesuai dengan standar penerapan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh Pemerintah ? 2. Apakah siswa merasa kesulitan dalam memahami konsep materi teori dengan sistem pembelajaran bilingual dan berbasis ICT ? 3. Apakah guru merasa kesulitan dalam menyampaikan konsep materi teori dengan sistem pembelajaran bilingual dan berbasis ICT ? 4. Bagaimana persepsi siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran teori yang telah diterapkan di SMK Bertaraf Internaional ? 5. Apakah persepsi siswa dapat mempengaruhi hasil belajar teori ? C. Batasan Masalah Dalam penelitian ini permasalahan hanya dibatasi pada masalah No. 4 yaitu “Bagaimana persepsi siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran teori di SMK Bertaraf Internasional”. 5 D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka masalah pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut "Bagaimana persepsi siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran teori yang meliputi variabel kurikulum, proses pembelajaran, tenaga pengajar, sarana dan prasarana, serta Evaluasi di SBI SMKN 2 Yogyakarta dan SMKN 2 Wonosari". E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: Mendeskripsikan persepsi siswa terhadap pembelajaran teori yang meliputi variabel kurikulum, proses pembelajaran, tenaga pengajar, sarana dan prasarana, serta evaluasi di SBI SMKN 2 Yogyakarta dan SMKN 2 Wonosari. F. Manfaat Penelitian Ada dua manfaat yang bisa diambil dalam penelitian ini, yakni: 1. Dari segi teoritis Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap dunia pendidikan Indonesia mengenai tanggapan siswa terhadap pembelajaran teori di SMK SBI untuk dijadikan bahan masukan. Sedangkan secara khusus untuk mengetahui persepsi siswa terhadap pembelajaran teori di SBI SMKN 2 Yogyakarta dan SMKN 2 Wonosari. 6 2. Dan segi praktis Pada penelitian ini diantaranya memberikan manfaat pada: a. Guru 1) Mendorong untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menghadapi era globalisasi. 2) Memperbaiki kinerja guru dalam mengajar teori. 3) Mengetahui pandangan anak didiknya terhadap pengajaran yang selama ini telah dilaksanakan. b. Siswa 1) Memberi wadah untuk menyampaikan aspirasinya. c. Sekolah 1) Memberikan masukan tentang persepsi siswa mengenai pembelajaran teori yang berjalan di sekolah. 2) Mendorong keefektifan sekolah untuk pembelajaran pembelajaran teori. 7 selalu di mengevaluasi sekolah, khususnya tingkat pada BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Pembelajaran a. Belajar dan Pembelajaran Belajar secara terminologi memiliki dua arti. Pertama, berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Kedua, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (Tim Penyusun KBBI, 2009:258). Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010:2). Dengan demikian, belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang erat kaitannya dengan kehidupan manusia sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku dari seseorang. Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar, yaitu perubahan yang terjadi secara sadar, perubahan dalam belajar bersifat continue dan fungsional, bersifat positif dan aktif, bukan bersifat sementara, bertujuan atau terarah, dan perubahannya mencakup seluruh tingkah laku baik sikap, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya. (Slameto, 2010:2). Dalam proses belajar, aktivitas dan usaha siswa sangat mempengaruhi hasil belajar karena belajar membutuhkan usaha, tingkah laku, dan 8 tanggapan dalam pencapaiannya untuk memperoleh prestasi belajar. Tanggapan yang dihasilkan bisa berawal dari lingkungan yang ada pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung, misalnya suasana di sekolah atau di rumah yang sangat mendukung untuk terciptanya proses pembelajaran yang kondusif. Atau tanggapan yang berasal dan diri siswa pribadi, misalnya pemahaman, pembelajaran yang pandangan dilakukan. atau Semua persepsi hal siswa tersebut akan terhadap sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Pembelajaran adalah suatu proses penciptaan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar (Sutikno dan Faturrohman, 2004:86). Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang berupaya membelajarkan siswa secara terintegrasi dengan memperhitungkan faktor lingkungan belajar, karakteristik siswa. Karakteristik bidang studi serta berbagai strategi pembelajaran, baik penyampaian, pengolahan maupun pengorganisasian pembelajaran (Nana Sudjana, 2005:45). Dengan kata lain, pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya untuk mempengaruhi siswa sehingga terjadi proses pembelajaran yang diharapkan. Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila siswa dapat belajar sesuai dengan tujuan yang dirancang sebelumnya. Pembelajaran yang menggunakan metode yang tepat akan menjadi faktor keberhasilan siswa untuk mencapai prestasi dalam belajar. Faktor-faktor yang terangkum dalam ruang lingkup pembelajaran antara lain: Kurikulum, Proses Pembelajaran, Pendidik/Tenaga Kependidikan, Sarana dan Prasarana dan Evaluasi Pembelajaran. Menurut 9 Djiwandono dan Siti Wuryani (2002:129) ada beberapa istilah dalam pembelajaran, diantaranya adalah: 1) Metode Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Strategi direncanakan agar mencapai suatu tujuan bersama. 2) Pendekatan Pendekatan merupakan titik tolak atau sudut pandang manusia terhadap proses pembelajaran. Strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber dari pendekatan tertentu. Misalnya pendekatan dalam pembelajaran yaitu pendidikan yang berpusat pada guru dan pendekatan yang berpusat pada siswa. Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung, pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan pendekatan yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif. 3) Teknik Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Misalnya, cara yang harus 10 dilakukan agar metode ceramah berjalan efektif dan efisien. Dengan demikian, sebelum seseorang melakukan proses ceramah sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi. Misalnya, berceramah pada siang hari setelah makan siang dengan jumlah siswa yang banyak tentu saja akan berbeda jika ceramah itu dilakukan pada pagi dengan jumlah siswa yang terbatas. 4) Taktik Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Taktik sifatnya lebih individual, walaupun dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah dalam situasi dan kondisi yang sama, sudah pasti mereka akan melakukannya secara berbeda, misalnya dalam taktik menggunakan ilustrasi atau menggunakan gaya bahasa agar materi yang disampaikan mudah dipahami. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu strategi pembelajaran yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan, sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru dapat menentukan teknik yang dianggapnya relevan dengan metode, dan penggunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan yang lain (Djiwandono dan Siti Wuryani, 2002:129). 11 b. Pembelajaran Teori Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat oleh seorang manusia serta dapat berlaku dimanapun dan kapanpun. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran sehingga mencapai sesuatu objek yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotorik) seorang peserta didik. Pembelajaran teori merupakan proses keterampilan terhadap sesuatu. Memberi bekal keterampilan disamping pengetahuan tentang teori pembelajaran itu sendiri dan mendidik anak menghargai jasa, pengorbanan orang lain dalam hal ini penemu-penemu sains dan tidak kalah pentingnya yaitu menggugah anak untuk turut serta ambil bagian dalam penemuan baru dan juga untuk dapat bermanfaat bagi dunia dan kemanusiaan. Oleh karena itu, fasilitas dan kreativitas guru memiliki peran yang cukup besar dalam pencapai tujuan tersebut. Sehingga fasilitas pendidikan seperti laboratorium dan lain-lain beserta kreativitas yang dimiliki oleh seorang guru dalam menyajikan pelajaran yang menarik adalah sebuah keharusan. Sekolah apapun itu dari sekolah reguler biasa yang belum memenuhi standar nasional sampai sekolah standar nasional, Apalagi sekolah bertaraf Internasional harus bisa menerapkan standar pelaksanaan pembelajaran yang ideal. 12 Pembelajaran teori mengembangkan proses inquiry, dimana siswa aktif melakukan observasi, investigasi, dan eksperimentasi. Diharapkan siswa mengembangkan keterampilan proses sains, penguasaan berbagai konsep-prinsip hukum teknik mesin. Pembelajaran memanfaatkan media pembelajaran dilanjutkan dengan memanfaatkan ICT untuk menambah informasi dan memvisualisasikan proses-proses pemesinan yang kompleks agar mudah dipahami oleh siswa. Pada panduan proses pembelajaran teori diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran di SBI adalah sebagai berikut (Depdiknas, 2009:7): 1) SBI melaksanakan standar proses yang diperkaya dengan model proses pembelajaran di negara anggota OECD atau negara maju lainnya. 2) Proses pembelajaran sebagaimana dimaksud ayat (1) menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi (ICT), aktif, kreatif, efektif, menyenangkan, dan kontekstual. 3) SBI dapat menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya yang digunakan dalam forum Internasional bagi mata pelajaran tertentu. 4) Pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia, Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia. 13 5) Penggunaan bahasa pengantar bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya Cakupan pembelajaran teori dikelompok mata pelajaran spesifik SMK, merujuk kepada Permen 22 tahun 2006, meliputi tiga kelompok mata pelajaran, yaitu kelompok normatif, kelompok adaptif, dan kelompok produktif. Kelompok normatif adalah kelompok mata pelajaran yang berfungsi membentuk peserta didik menjadi pribadi yang utuh, memiliki norma-norma kehidupan sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Kelompok normatif dialokasikan secara tetap yang meliputi Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, dan Seni Budaya. Kelompok adaptif berfungsi membentuk peserta didik sebagai individu agar memiliki dasar pengetahuan yang luas dan kuat untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan sosial, lingkungan kerja serta mampu mengembangkan diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Terdiri atas mata pelajaran Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi, dan Kewirausahaan.. Mata pelajaran produkif terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang dikelompokkan dalam Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan. Sekolah Menengah Kejuruan mempunyai kekhususan. Kekhususan tersebut terletak pada mata pelajaran produktif. Mata pelajaran ini dibagi dalam 2 tipe pembelajan yaitu teori dan paktik 14 langsung. Teori bisa dilakukan saat dalam kelas dan sesaat sebelum siswa melakukan kegiatan praktik di bengkel atau laboratorium. Mata pelajaran di SMK dibedakan menjadi tiga (3) kelompok yaitu mata pelajaran normatif, mata pelajaran adaptif dan mata pelajaran produktif. Mata pelajaran produktif inilah yang membedakan SMK dengan SMU. Mata pelajaran produktif adalah segala mata pelajaran yang dapat membekali pengetahuan teknik dasar keahlian kejuruan (Dadang Hidayat, 2011:18-19). Materi pelajaran produktif sampai dengan kelas 1 (lihat Tabel 1) untuk jurusan teknik mesin adalah : 1) Gambar Teknik Dasar; 2) Menggambar dan membaca sket; 3) Gambar Teknik dan Autocad Mesin; 4) Gambar Teknik Mesin; 5) Teknik Pengukuran; 6) Teknik Pemesinan Dasar (TPD); 7) Menggunakan Perkakas Tangan (MPT); 8) Perhitungan Dasar dan Lanjut (PDL). Tabel 1. Penyelenggaraan Mata Pelajaran Produktif No Mata Pelajaran 1. Gambar teknik dasar 2. Menggambar dan membaca sket 3. Teori Praktik √ Gambar teknik dan autocad mesin 4. Gambar teknik mesin 5. Teknik pengukuran 6. Teknik pemesinan dasar - 7. Menggunakan perkakas tangan 8. Perhitungan dasar dan lanjut 15 - 2. Persepsi a. Pengertian Persepsi Persepsi secara psikologis adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai rangsang itu disadari dan dimengerti (Irwanto, 2002:71). Persepsi disebut sebagai inti komunikasi, karena jika persepsi manusia tidak akurat, manusia tidak mungkin akan dapat berkomunikasi dengan efektif (Alex Sobur, 2009:446). Persepsilah yang menentukan seorang manusia memilih pesan atau mengabaikan pesan lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antar individu akan semakin mudah dan semakin sering pula seseorang berkomunikasi (Alex Sobur, 2009:447). Dengan demikian, persepsi bisa dikatakan sebagai cara pandang atau pola pikir seseorang yang menghasilkan respon, respon yang dihasilkan bisa positif maupun negatif. Persepsi ini muncul akibat adanya hubungan antar alat indera, yaitu indera penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan penciuman. b. Proses Terjadinya persepsi Poses terjadinya persepsi pada diri individu tidak berlangsung begitu saja, tetapi melalui suatu proses. Proses persepsi adalah peristiwa dua arah yaitu sebagai hasil aksi dan reaksi. Prinsip dasar tentang persepsi yang perlu diketahui oleh seorang guru agar dapat mengetahui siswanya secara lebih baik yaitu bahwa: 1) Persepsi itu relatif bukannya absolute 16 2) Persepsi itu bersifat selektif 3) Persepsi itu mempunyai tatanan 4) Persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan (menerima rangsang). 5) Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama (Slameto, 2010:2). Oleh karena itu, bagi seorang guru untuk mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan persepsi sangatlah penting. Menurut Alex Sobur (2009:45), terjadinya persepsi melalui suatu proses, yaitu melalui beberapa tahap sebagai berikut. 1) Terjadinya stimulasi alat indera, selanjutnya stimulus tersebut ditangkap oleh alat indera. Proses ini berlangsung secara alami dan berkaitan dengan segi fisik. Proses tersebut dinamakan proses kealaman. 2) Stimulus suatu objek yang diterima oleh alat indera, kemudian disalurkan ke otak melalui syaraf sensoris. Proses pentransferan stimulus ke otak disebut proses psikologis, yaitu berfungsinya alat indera secara normal. 3) Otak selanjutnya memproses stimulus hingga individu menyadari objek yang diterima oleh alat inderanya. Proses itu juga disebut proses psikologis. Proses persepsi menurut Sobur adanya dua komponen pokok yaitu seleksi dan interpretasi. Seleksi yang dimaksud adalah proses 17 penyaringan terhadap stimulus pada alat indera. Stimulus yang ditangkap oleh indera terbatas jenis dan jumlahnya, karena adanya seleksi. Hanya sebagian kecil saja yang mencapai kesadaran pada individu. Individu cenderung mengamati dengan lebih teliti dan cepat terkena hal-hal yang meliputi orientasi mereka. Interpretasi sendiri merupakan suatu proses untuk mengorganisasikan informasi, sehingga mempunyai arti bagi individu (Alex Sobur, 2009:446). Dalam melakukan interpretasi itu terdapat pengalaman masa lain serta sistem nilai yang dimilikinya. Sistem nilai disini dapat diartikan sebagai penilaian individu dalam mempersepsi suatu objek yang dipersepsi, apakah stimulus tersebut akan diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut menarik atau ada persesuaian maka akan dipersepsi positif dan demikian sebaliknya selain itu adanya pengalaman langsung antara individu dengan objek yang dipersepsi individu, baik yang bersifat positif maupun negatif. Proses terjadinya persepsi, secara sistematis dapat dilihat berdasarkan Gambar 1. Terjadinya stimulasi alat indera Stimulasi alat indera diatur Sumber: DeVito, 1997 (dalam Alex Sobur, 2009) Gambar 1. Proses Terjadi Persepsi 18 Stimulasi alat indera ditafsirkan c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Proses terbentuknya persepsi sangat kompleks, dan ditentukan oleh dinamika yang terjadi dalam diri seseorang ketika seseorang mendengar, mencium, melihat, merasa, atau bagaimana dia memandang suatu objek dalam melibatkan aspek psikologis dan panca inderanya. Membagi faktorfaktor yang menentukan persepsi dibagi menjadi dua yaitu faktor fungsional dan faktor struktural (Jalalludin Rakhmat, 2003:55-62). Lebih jauh, Jalaluddin Rakhmat menjelaskan faktor fungsional dan struktural sebagai berikut: 1) Faktor Fungsional Faktor fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang biasa disebut sebagai faktor-faktor personal. Faktor fungsional yang menentukan persepsi adalah objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. 2) Faktor Struktural Faktor struktural adalah faktor-faktor yang berasal sematamata dan sifat stimulus fisik terhadap efek-efek syaraf yang ditimbulkan pada sistem saraf individu. Faktor-faktor struktural yang menentukan persepsi menurut teori Gestalt bila seseorang ingin memahami suatu peristiwa orang tersebut tidak dapat meneliti faktorfaktor yang terpisah tetapi 19 memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Tertarik tidaknya individu untuk memperhatikan stimulus dipengaruhi oleh dua faktor yaitu, faktor internal (kebiasaan, minat, emosi dan keadaan biologis) dan faktor eksternal (intensitas, kebaruan, gerakan, dan pengulangan stimulus). a) Faktor Eksternal Faktor eksternal meliputi hal berikut: (1) Gerakan, seperti organisme lain, bahwa manusia secara visual tertarik pada objekobjek yang bergerak. Contohnya seseorang senang melihat huruf dalam display yang bergerak menampilkan nama barang yang diiklankan, (2) Intensitas stimuli, dimana manusia akan memperhatikan stimuli yang lebih menonjol dari stimuli yang lain. (3) Kebaruan (novelty), bahwa hal-hal baru, yang luar biasa, yang berbeda akan lebih menarik perhatian, (4) Perulangan, hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai dengan sedikit variasi, akan menarik perhatian. Dalam hal ini unsur “familiarity” (yang sudah seseorang kenal) berpadu dengan unsur-unsur “novelty" (yang baru seseorang kenal). Perulangan juga mengandung unsur sugesti yang mempengaruhi bawah sadar manusia. b) Faktor Internal Faktor internal meliputi hal berikut: (1) Kebiasaan, kecenderungan untuk mempertahankan pola berpikir tertentu, atau melihat masalah hanya dari satu sisi saja, atau kepercayaan yang berlebihan dan tanpa kritis pada pendapat otoritas, (2) Minat, suatu 20 kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhannya sendiri, (3) Emosi, sebagai manusia yang utuh, seseorang tidak dapat mengesampingkan emosi, walaupun emosi bukan hambatan utama. Bila emosi itu sudah mencapai intensitas yang begitu tinggi akan mengakibatkan stress, yang menyebabkan sulit berpikir efisien, (4) Keadaan biologis, misalnya keadaan lapar, maka seluruh pikiran didominasi oleh makanan. Bagi orang yang kenyang akan menaruh perhatian pada hal-hal lain. Kebutuhan biologis menyebabkan persepsi yang berbeda. d. Persepsi Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Teori Persepsi siswa dapat terbentuk akibat terjadinya proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Dalam hal proses pembelajaran teori, faktor yang berperan dalam membentuk persepsi siswa adalah faktor materi, guru, sarana dan prasarana, model pembelajaran, dan evaluasi. Faktor-faktor tersebut mempunyai porsi masing-masing dalam ingatan siswa untuk kemudian diolah dan dijadikan sudut pandang siswa dalam menilai sesuatu khususnya proses pembelajaran teori (Zaenal Arifin, 2009:20). Dalam melakukan interpretasi itu terdapat pengalaman masa lalu serta sistem nilai yang dimilikinya. Sistem nilai disini dapat diartikan sebagai penilaian siswa dalam mempersepsikan suatu objek yang dipersepsi, apakah stimulus tersebut akan diterima atau ditolak. Apabila 21 stimulus tersebut menarik atau ada persesuaian maka akan dipersepsi secara positif, dan demikian sebaliknya. Misalnya, ketika siswa belajar, materi yang didapat sudah terasa sangat mudah dikuasai dan sudah sesuai pula dengan standar kompetensi yang ditetapkan, guru yang mengajarpun sudah terampil dalam menggunakan media ICT dan telah menggunakan bahasa Inggris, sarana dan prasarana yang dipakai guna menunjang proses pembelajaran sudah lengkap, memadai serta berbasis ICT, model pembelajaran yang dilakukan guru juga sudah bersifat interaktif, berbasis inkuiri dan sering melakukan eksperimen, serta evaluasi yang diberikan juga sudah sesuai dengan indikator dan telah memakai bahasa Inggris, maka sangat dipastikan persepsi yang terbentuk oleh masing-masing siswa akan bernilai positif. Faktor diatas diperoleh siswa dengan tidak menyenangkan, sehingga tidak tercapainya tujuan dari pembelajaran, maka akan dengan mudah siswa membentuk persepsi negatif (Syah, 2003:149) Proses persepsi adalah peristiwa dua arah yaitu sebagai hasil aksi dan reaksi. Idealnya ketika siswa menyampaikan persepsinya terhadap pembelajaran, maka guru dan semua pihak sekolah dapat menerimanya dengan positif, apapun hasil persepsi siswa, hal itu patut dihargai, karena persepsi yang terbentuk oleh siswa juga merupakan hasil dari stimulus yang diterima siswa pada saat pembelajaran (Walgito, 1997:150). Jika persepsi yang disampaikan siswa bernilai negatif maka hal ini bisa 22 menjadi saran dan masukan oleh guru dan pihak sekolah guna memperbaiki sistem pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan sekolah. Pembelajaran yang dilakukan di SBI sudah jelas berbeda dengan pembelajaran yang dilakukan di sekolah lain. Semua faktor yang termasuk ke dalam komponen proses pembelajaran didasarkan/mengacu pada pedoman pembelajaran khusus SBI (Depdikas, 2008:5). Dengan demikian, proses persepsi yang ditimbulkan oleh siswa akan semakin kompleks. Karena ada banyak faktor yang menjadi stimulus yang masuk ke dalam indera para siswa, guna dilanjutkan ke otak dan diolah menjadi sebuah persepsi. Proses pembelajaran pada prinsipnya adalah penyampaian pesan pembelajaran dari guru sebagai komunikator melalui media kepada siswa sebagai penerima pesan atau komunikan. Penyampaian pesan tersebut dalam pembelajaran tentu tidak terlepas dari berbagai gangguan atau noise sehingga pesan tidak utuh atau diterima oleh siswa dengan persepsi yang berbeda. Sardiman (2009:14), menjelaskan bahwa perbedaan persepsi oleh siswa dalam menerima informasi di kelas disebabkan oleh 1) gangguan hambatan psikologis misalnya minat, inteligensia, motivasi, sikap, dan pengetahuan, 2) hambatan fisik misalnya kelelahan, sakit, gangguan dan cacat tubuh, 3) hambatan kultural seperti adat kebiasaan, kepercayaan, nilai yang berlaku, dan norma, dan 4) hambatan lingkungan berupa suara yang mengganggu, kelas yang panas, jumlah siswa yang terlalu banyak, dan sejenisnya. 23 Perbedaan persepsi dapat dihilangkan dengan menggunakan media yang sesuai misalnya audio visual dalam proses pembelajaran. Pengalaman belajar tidak hanya diperoleh menggunakan kata-kata saja dalam ceramah, tetapi juga didapatkan melalui media audio visual. Pengalaman yang diperoleh siswa terjadi karena berinteraksi dengan pengalaman, karena siswa melihat tayangan video yang sama dengan objek yang sebenarnya ditambah dengan penjelasan secara audio. Dari pernyataan tersebut media video bermanfaat dalam pembelajaran supaya penyampaian tidak verbalistik dan menghindarkan persepsi yang berbeda oleh siswa. Media video pembelajaran dengan unsur gambar dan suara sebagai penjelas gambar, mempunyai potensi untuk memberikan informasi secara teliti dengan benar. Informasi dalam media video memiliki gambar yang mempunyai kemiripan yang sangat tinggi seperti benda aslinya. Objek yang kecil dan jauh dapat dimanipulasi menggunakan fasilitias zoom in pada kamera video sehingga ukuran dan jarak objek sebenarnya kelihatan besar dan jelas. Tayangan video yang diulang-ulang juga membantu siswa dalam mendapatkan informasi dengan jelas dan tepat, sehingga kemampuan media ini mampu menghilangkan persepsi yang berbeda oleh siswa. Pembelajaran menggunakan metode ceramah tanpa menggunakan media sangat rawan dalam perbedaan persepsi oleh siswa. Penyampaian materi pembelajaran oleh guru secara verbalis, kata-kata penjelas tidak 24 bisa diulang sama persis jika siswa minta penjelasan diulang. Penjelasan yang diulang dengan pengucapan berbeda akan menimbulkan persepsi yang berbeda bagi siswa yang lain. Dalam pembelajaran seperti ini, hampir bisa dipastikan indera pendengaran siswa yang berfungsi karena siswa melihat gerakan guru yang berulang-ulang tanpa memiliki arti, sehingga pada sepuluh menit pertama saja siswa dapat konsentrasi setelah itu siswa tidak akan belajar dengan baik. 3. Pelaksanaan Pembelajaran Teori Berdasarkan SNP Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar Nasional Pendidikan terdiri dari Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan Pendidikan dan Standar Penilaian Pendidikan. a. Standar Kompetensi Lulusan Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kebiasaan peserta didik Standar Kompetensi Lulusan (SKL) tersebut meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 23 Tahun 25 2006 menetapkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Lampiran Peraturan Menteri ini meliputi: SKL Satuan Pendidikan (SP) dan Kelompok Mata Pelajaran. b. Standar Isi Standar isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi tersebut memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan. Untuk penerapan di SBI Standar Isi yang diterapkan, haruslah muatan pelajarannya setara atau lebih tinggi dari muatan pelajaran yang sama pada sekolah unggul dari salah satu negara OECD (Organisation for Economic Co-Operation and Developmen) dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan. c. Standar Proses Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Selain itu, dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan. Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses 26 pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Untuk penerapan di SBI Standar Proses yang diterapkan, haruslah diperkaya dengan model pembelajaran sekolah unggul dan salah satu negara OECD atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, menerapkan pembelajaran berbasis TIK, dan pembelajaran mata pelajaran kelompok sains haruslah menggunakan bahasa Inggris. d. Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik yang dimaksudkan di atas adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional dan kompetensi sosial. 27 e. Standar Sarana dan Prasarana Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Untuk penerapan di SBI Standar Sarana dan Prasarana yang diterapkan haruslah setiap ruang kelas dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis TIK, dan perpustakaan dilengkapi dengan sarana digital yang memberikan akses ke sumber pembelajaran berbasis TIK di seluruh dunia. f. Standar Pengelolaan Standar Pengelolaan terdiri dan 3 (tiga). bagian, yakni standar pengelolaan oleh satuan pendidikan, standar pengelolaan oleh Pemerintah Daerah dan standar pengelolaan oleh Pemerintah. Lengkapnya tentang standar pengelolaan ini diperjelas pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 19 Tahun 2007 28 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. g. Standar Pembiayaan Pendidikan Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. Biaya investasi satuan pendidikan meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap. Biaya personal yang dimaksud meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Biaya operasi satuan pendidikan meliputi: Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji. Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai. Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya. h. Standar Penilaian Pendidikan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia tentang. Standar Penilaian Pendidikan dapat dilihat pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No 20 Tahun 2007. Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: 1) Penilaian hasil belajar oleh pendidik 2) Penilaian siswa disekolah 3) Penilaian hasil Major oleh Pemerintah (BSNP, 2007). 29 Penerapan di SBI Standar Penilaian yang diterapkan, harus memperkaya penilaian kinerja pendidikan dengan model penilaian sekolah unggul dari negara anggota OECD dan negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam dunia pendidikan. 4. Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) a. Pengertian SBI Menurut Ratna Susianti (2009:47), Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) merupakan suatu model sekolah di Indonesia, atau sekolah yang memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP), dilihat dari aspek kompetensi lulusan, isi, proses, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, pembiayaan, ditambah keunggulan lain yang menjadikan sekolah mampu berkompetensi secara Nasional maupun Internasional. Model sistem sekolah di Indonesia di jelaskan pada Gambar 3. STANDAR INTERNASIONAL ? o CAMBRIDGE o TOEFL o IELTS SEKOLAH NASIONAL MENERAPKAN ATURAN PENDIDIKAN NASIONAL SEKOLAH INTERNASIONAL LEMBAGAPENDIDIKAN ASING YANG DIIZINKAN MENYELENGGARAKAN PENDIDIKAN DI INDONESIA SEKOLAH SBI MENERAPKAN ATURAN NASIOANAL PLUS STANDAR INTERNASIONAL Sumber: Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Depdiknas, 2007 Gambar 2. Model Sekolah di Indonesia 30 Sekolah dengan predikat Nasional menenerapkan pendidikan dengan aturan pendidikan Nasional yang tercantum dalam SNP. Kebijakan sekolah standar Internasional yang dapat digunakan oleh SBI di Indonesia harus termasuk dalam anggota OECD. Standar tersebut akan menjadi acuan tambahan dari sistem pelaksanaan pembelajaran SBI. SBI menggunakan kurikulum nasional (Standar Nasional Pendidikan/SNP) sebagai dasar tetapi dapat diperkaya dengan kurikulum lain (sekolah standar internasional). b. Tujuan Program SBI Sekolah Bertaraf Internasional bertujuan menghasilkan lulusan nasional tetapi memiliki kualitas Internasional (PP 19/2005 dan Permendiknas No. 23/2006), yang meliputi Pendidikan Dasar (SD, SMP), Pendidikan Menengah (SMA dan SMK). c. Kriteria SBI Ada beberapa dimensi standar SBI, yang merupakan kriteria umum yaitu meliputi input, proses yang ditunjang oleh kurikulum, sarana prasarana, organisasi dan manajemen serta didukung pula oleh pendidik dan tenaga kependidikan yang dipersyaratkan dalam SBI sehingga menghasilkan output berdaya saing tinggi (Ratna Susianti, 2009:48). 31 Sumber: Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Depdiknas, 2007 Gambar 3. Dimensi Standar SBI d. Asas-asas Pelaksanaan Pembelajaran di SBI Pelaksanaan Kurikulum dan Proses Pembelajaran SBI Menggunakan Asas-asas sebagai berikut: 1) Menggunakan kurikulum yang berlaku secara nasional dengan mengadaptasi kurikulum sekolah di Negara lain. 2) Mengajarkan bahasa asing, terutama penggunaan bahasa Inggris, secara terintegrasi dengan mata pelajaran lainnya. Metode pengajaran dwi bahasa ini dapat dilaksanakan dengan 2 kategori yakni subtractive bilingualism (beri penjelasan oleh penulis) dan additive bilingualism, yang menekankan pendekatan dual language. 32 3) Pengajaran dengan pendekatan dual language menekankan perbedaan adanya Bahasa Akademis dan Bahasa Sosial yang pengaturan bahasa pengantarnya dapat dialokasikan berdasarkan Subjek maupun Waktu. 4) Menekankan keseimbangan aspek perkembangan anak meliputi aspek kognitif (intelektual), aspek sosial dan emosional, dan aspek fisik. 5) Mengintegrasikan kecerdasan majemuk (multiple intelligence) termasuk emotional intelligence dan spiritual intelligence ke dalam kurikulum. 6) Mengembangkan kurikulum terpadu yang berorientasi pada materi, kompetensi, nilai dan sikap serta perilaku (kepribadian). 7) Mengarahkan siswa untuk mampu berpikir kritis, kreatif dan analitis, memiliki kemampuan belajar (learning how to learn) serta mampu mengambil keputusan dalam belajar. Penyusunan kurikulum ini didasarkan prinsip "understanding by design" yang menekankan pemahaman jangka panjang ("enduring understanding"). 8) Dapat memberikan program magang untuk siswa SMA, MA dan SMK. 9) Menekankan kemampuan pemanfaatan Information and Communication Technology (ICT) yang terintegrasi dalam setiap mata pelajaran 33 5. Program Keahlian a. SMKN 2 Yogyakarta Kurikulum 2006 (KTSP) digunakan SMKN 2 Yogyakarta yang memiliki visi menjadikan lembaga pendidikan pelatihan kejuruan bertaraf Internasional dan berwawasan lingkungan untuk menghasilkan tamatan profesional, mampu berwirausaha, beriman dan bertaqwa. Hal ini diwujudkan melalui program keahlian yang ada, diantaranya: 1) Teknik Audio Video Tujuan Program Keahlian Teknik Audio Video secara umum mengacu pada isi Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) pasal 3 mengenai Tujuan Pendidikan Nasional (UU SPN) pasal 3 mengenai Tujuan Pendidikan Nasional dan penjelasan pasal 15 yang menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Program Keahlian Teknik Audio Video adalah membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap agar kompeten dalam program keahlian teknik audio video. Dapat bekerja baik secara mandiri atau mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah. 2) Teknik Kendaraan Ringan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Program Keahlian Teknik Kendaraan Ringan bertujuan untuk: 34 a) Meningkatkan keimana dan ketaqwaan peserta didik b) Mendidik peserta didik agar menjadi warga negara yang bertanggung jawab. c) Mendidik peserta didik agar dapat menerapkan hidup sehat, memiliki wawasan pengetahuan dan seni. d) Mendidik peserta didik dengan keahlian dan keterampilan dalam Program Keahlian Teknik Kendaraan Ringan agar dapat bekerja baik secara mandiri atau mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah. e) Mendidik peserta didik agar mampu memilih karir, berkompetisi, dan mengembangkan sikap profesional dalam Program Keahlian Teknik Kendaraan Ringan. f) Membekali peserta didik ilmu pengetahuan dan keterampilan sebagai bekal bagi yang berminat untuk melanjutkan pendidikan. 3) Teknik Komputer Jaringan Tujuan program keahlian Teknik Komputer dan Jaringan membekali peserta didik dengan ketrampilan, pengetahuan dan sikap agar kompeten dalam: a) Menginstalasi perangkat komputer personal dan menginstal sistem operasi dan aplikasi. b) Menginstalasi perangkat jaringan berbasis lokal c) Menginstalasi perangkat jaringan berbasis luas 35 d) Memperbaiki periferal komputer e) Merancang sistem informasi sederhana berbasis komputer 4) Teknik Gambar Bangunan Tujuan program keahlian Teknik Gambar Bangunan membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap agar kompeten dalam: a) Melakukan pekerjaan sebagai teknisi bidang perencanaan gambar bangunan secara mandiri atau wirausaha. b) Mengembangkan pelayanan sebagai teknisi bidang perencanaan gambar bangunan yang ada di dunia usaha dan dunia industri. c) Melakukan pekerjaan sebagai teknisi bidang perencanaan gambar bangunan yang profesional. 5) Teknik Konstruksi Batu & Beton Tujuan Program Keahlian Teknik Konstruksi Batu & Beton secara umum mengacu pada isi Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) pasal 3 mengenai Tujuan Pendidikan Nasional dan penjelasan pasal 15 yang menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Secara khusus tujuan Program Keahlian Teknik Konstruksi Batu & Beton adalah membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap agar kompeten. Sehingga dapat melakukan pekerjaan sebagai pelaksana pekerjaan bangunan gedung. Melakukan pekerjaan 36 jasa (pemborong) secara mandiri/berwirausaha dalam pelaksanaan pekerjaan bangunan gedung. 6) Teknik Instalasi Tenaga Listrik Tujuan Program Keahlian Teknik Pemanfaatan Energi secara umum mengacu pada isi Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) pasal 3 mengenai Tujuan Pendidikan Nasional dan penjelasan pasal 15 yang menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Secara khusus tujuan Program Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik adalah membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan pemanfaatan energi agar dapat bekerja baik secara mandiri atau mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah. Mampu memilih karir, berkompetisi, dan mengembangkan sikap profesional dalam program keahlian teknik pemanfaatan energi. 7) Multimedia Materi produktif yang dipelajari pada Program Keahlian Multimedia: a) Multimedia Dasar b) Desain Grafis c) Perakitan & Perawatan Komputer d) Animasi e) Pemrograman WEB 37 f) Multimedia g) Pemrograman JAVA (muatan lokal) 8) Teknik Survei Pemetaan Materi produktif yang dipelajari pada Teknik Survei Pemetaan: a) Dasar-dasar Survei Pemetaan & Keselamatan Kerja b) Pekerjaan Dasar Survei & Pemetaan c) Dasar-dasar Menggambar Teknik d) Rencana Angaran dan Belanja Survei & Pemetaan e) Pengukuran Posisi Vertikal f) Pengukuran Posisi Horizontal g) Pengukuran Pemetaan Topografi h) Pengukuran Survei Teknik Sipil i) Menentukan Azimut dengan Pengamatan Matahari & Geodetic Position System. j) Membuat Peta Pekerjaan Fotogrameti 9) Teknik Permesinan Gambar 4. Praktik Teknik Pemesinan 38 Program keahlian Teknik Permesinan membekali peserta didik dengan ketrampilan, pengetahuan dan sikap agar kompeten dalam: a) Melakukan pekerjaan sebagai teknisi Permesinan secara mandiri atau wirausaha. b) Mengembangkan pelayanan sebagai teknisi bidang Permesinan yang ada di dunia usaha dan dunia industri. c) Melakukan pekerjaan sebagai teknisi bidang Permesinan yang profesional. Materi produktif yang dipelajari : a) Ilmu Bahan b) Perhitungan Dasar Elemen Mesin c) Perhitungan Elemen Mesin d) Menggambar Teknik Mesin e) Kerja Bangku f) Teknik Las dan Pelat Dasar g) Teknik Bubut h) Teknik Frais Penelitian persepsi siswa akan pembelajaran teori di SMKN 2 Yogyakarta hanya mengacu pada mata pelajaran teori bidang produktif. Mata pelajaran produktif dinilai penting karena SMK mendidik calon lulusan lebih dipersiapkan untuk bekerja. Keterampilan dalam bekerja dalam pembelajaran SMK pendukung utamanya adalah pembelajaran 39 bidang produktif, hal ini mendasari pembelajaran produktif sebagai bahan penelitian ini. Direktorat Jendral Mandikdasmen (Dadang Hidayat, 2009:18-19) menjelaskan pembelajaran teori sampai dengan kelas 2 bidang produktif diantaranya: Gambar teknik dasar, Menggambar dan membaca sket, Gambar teknik dan autocad mesin, Gambar teknik mesin, Teknik pengukuran, Teknik pemesinan dasar, dan Menggunakan perkakas tangan. b. SMKN 2 Wonosari SMKN 2 Wonosari menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan yang memiliki visi mewujudkan SMK yang terbaik. Untuk misi SMK yaitu unggul dalam penampilan, profesional dalam bidangnya, prima dalam pelayanan dan optimal dalam pemanfaatan sumber daya. Program studi keahlian SMKN 2 Wonosari terdapat pada Tabel 2. Tabel 2. Program Keahlian SMKN 2 Wonosari No. 1. 2. Program Studi Keahlian Teknik Bangunan 5. Teknik Ketenagalistrikan Teknik Elektronika Teknik Komputer dan Informatika Teknik Mesin 6. Teknik Otomotif 3. 4. Jmlh Kelas 1 1 Jmlh Siswa 32 32 Teknik Instalasi Tenaga Listrik 2 64 Teknik Elektronika Industri 1 32 1 1 3 1 3 14 kls 32 32 96 32 96 448 siswa Kompetensi Keahlian 1. Teknik Gambar Bangunan 2. Teknik Konstruksi Batu Beton 1. Teknik Komputer dan Jaringan 2. Multimedia 1. Teknik Pemesinan 2. Teknik Pengelasan Teknik Kendaraan Ringan Jumlah Penelitian di SMKN 2 Wonosari difokuskan pada persepsi siswa terhadap pembelajaran teori bidang produktif. Hal ini dilakukan karena 40 bidang produktif itu sangat penting bagi pembentukan kemampuan lulusan. Dirktorat Jendral Mandikdasmen (Dadang Hidayat, 2009:18-19) menerangkan pembelajaran teori kelas 1 dan kelas 2 bidang produktif diantaranya: Gambar teknik dasar, Menggambar dan membaca sket, Gambar teknik dan autocad mesin, Gambar teknik mesin, Teknik pengukuran, Teknik pemesinan dasar, dan Menggunakan perkakas tangan. B. Kerangka Berpikir Persepsi merupakan suatu penafsiran suatu objek, peristiwa atau informasi yang dilandasi oleh pengalaman hidup seseorang yang melakukan penafsiran itu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa persepsi adalah hasil pikiran seseorang dari situasi tertentu. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan proses berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Stimulus yang diteruskan ke pusat susunan saraf yaitu otak, dan terjadilah proses psikologis, sehingga individu mengalami persepsi. Siswa yang memiliki persepsi positif atau baik tentang suatu objek (kegiatan belajar mengajar teori) maka ia akan memiliki motivasi belajar yang positif atau baik, akan tetapi apabila siswa memiliki persepsi yang negatif atau buruk tentang suatu objek maka ia akan memiliki motivasi belajar yang buruk ini membuktikan bahwa persepsi siswa terhadap pembelajaran teori sangat berpengaruh terhadap pencapaian keberhasilan pembelajaran itu sendiri. 41 Pembelajaran memberikan teori pengetahuan merupakan kepada kegiatan siswa yang berhubungan dilakukan untuk dengan materi pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran ini erat kaitannya dengan persepsi siswa akan proses pengajaran. Pengajaran menarik akan menimbulkan persepsi positif kepada siswa yang akan menimbulkan rasa senang dan semangat akan materi pembelajaran. Diharapkan dengan persepsi positif siswa dapat menyerap materi lebih baik. Penelitian ini peneliti melihat pelaksanaan pembelajaran teori yang terjadi di SBI dan sudut pandang siswa saja, yaitu dengan cara melihat bagaimana persepsi siswa terhadap pelaksanaan pembelajara teori yang diterapkan di SBI SMKN 2 Yogyakarta dan SMKN 2 Wonosari. C. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimanakah persepsi siswa SBI terhadap variabel kurikulum ? 2. Bagaimanakah persepsi siswa SBI terhadap variabel proses pembelajaran ? 3. Bagaimanakah persepsi siswa SBI terhadap variabel tenaga pengajar ? 4. Bagaimanakah persepsi siswa SBI terhadap variabel sarana dan prasarana ? 5. Bagaimanakah persepsi siswa SBI terhadap variabel evaluasi pembelajaran ? 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif, khususnya deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif adalah suatu kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menguji sebuah teori, membuat prediksi, memberikan gambaran secara statistik untuk menunjukkan hubungan antar variabel, serta mengukuhkan fakta. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian dari metode yang paling dasar. Ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia (Sugiyono, 2011:297). Penelitian ini menggunakan metode angket/kuesioner, yang merupakan metode pengumpulan data dengan cara menggunakan angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan tujuan penelitian (Riduan, 2004:71). Tujuan dari teknik ini adalah untuk memperoleh informasi dari siswa. Adapun informasi tersebut mengenai persepsi siswa SMKN 2 Yogyakarta dan SMKN 2 Wonosari terhadap pembelajaran teori. B. Populasi dan Sampel Menurut Sugiyono (2011:61) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh untuk dipelajari dan kemudian ditarik 43 kesimpulannya. Menurut Riduan (2004:73) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini mencakup seluruh siswa kelas XITeknik Pemesinan di SBI SMKN 2 Yogyakarta dan SMKN 2 Wonosari. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang di teliti. Penelitian yang dilakukan hanya menggunakan sebagian atau wakil dari populasi (Trianto, 2010:256). Sampel merupakan bagian dan jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011:62). Untuk menentukan sampel maka digunakan teknik sampling yaitu simple random sampling karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi (Sugiyono, 2011: 64). Populasi ini dinilai homogen karena tidak ada faktor lain yang menyebabkan berbeda. Penelitian ini terkait dengan persepsi siswa terhadap pembelajaran teori, maka peneliti memilih seluruh siswa kelas XI-Teknik Pemesinan yang dijadikan sampel dengan pertimbangan, siswa yang duduk dikelas XI-Teknik Pemesinan sebelumnya sudah mendapatkan pembelajaran teori di kelas X dan ketika duduk di kelas Xl konsep pemahaman tentang pembelajaran sudah semakin matang. Sugiono (2007:69) menyebutkan Isaac dan Micheal mengembangkan jumlah penentuan sampel dari populasi tertentu dengan tingkat kesalahan 1%, 5% dan 10%. Rumus untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang tidak diketahui jumlahnya adalah sebagai berikut. Siswa program keahlian teknik pemesinan di SMKN 2 Yogyakarta dan SMKN 2 Wonosari dengan masing-masing memiliki 4 kelas dan setiap kelas 44 rata-rata terisi 35 siswa, maka jika dilihat pada Lampiran 17 mengenai tabel penentuan jumlah sampel dengan jumlah total populasi 140 dengan taraf kesalahan 5 % adalah 100 sampel. Jumlah responden yang diambil adalah 100 siswa kelas XI-Teknik Pemesinan. Daftar responden dapat dirincikan pada Tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 3. Daftar Responden Kompetensi Keahlian Teknik Mesin (Siswa kelas XI SMKN 2 Yogyakarta). No. Kelas Jumlah Responden 1. XI Pemesinan A 25 siswa 2. XI Pemesinan B 25 siswa 3. XI Pemesinan C 25 siswa 4. XI Pemesinan D 25 siswa Jumlah total responden 100 siswa Tabel 4. Daftar Responden Kompetensi Keahlian Teknik Mesin (Siswa kelas XI SMKN 2 Wonosari). No. Kelas Jumlah Responden 1. XI Pemesinan A 25 siswa 2. XI Pemesinan B 25 siswa 3. XI Pemesinan C 25 siswa 4. XI Pengelasan 25 siswa Jumlah total responden 100 siswa C. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMKN 2 Yogyakarta dan SMKN 2 Wonosari dengan mengambil 4 kelas dari kelas XI. Waktu penelitian ini berlangsung pada bulan Juli - Agustus 2012 45 D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan instrumen penelitian kuesioner (angket). Instrumen penelitian adalah cara pemberian skor atau kode terhadap masing-masing butir pertanyaan. 1. Instrumen yang Digunakan Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data (Suharsimi Arikunto, 2009:134). Peneliti menilai penggunaan instrumen kuesioner cocok digunakan dalam penelitian ini. Menurut Sugiono (2011:142) teknik pengumpulan data dengan instrumen penelitian kuesoner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner memiliki keunggulan yaitu teknik pengumpulan data yang efisien, peneliti tahu pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang diharapkan responden. Di samping cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dibedakan menjadi dua jenis yaitu angket terbuka dan angket tertutup. Kuesioner terbuka (angket tidak berstruktur) adalah angket yang disajikan dalam bentuk sederhana sehingga responden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan keadaannya. Kuesioner tertutup (kuesioner berstruktur) adalah kuesioner yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan memberikan tanda silang atau tanda check list. Check list atau 46 daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang diamati. Tujuan dari teknik ini adalah untuk memperoleh informasi dan siswa. Adapun informasi tersebut mengenai persepsi siswa SMKN 2 Yogyakarta dan SMKN 2 Wonosari terhadap pembelajaran teori yang meliputi objek pembelajaran (proses pembelajaran, guru, sarana belajar dan evaluasi), dan perhatian siswa (minat dan dorongan). Cara mengembangkan instrumen penelitian kuesioner adalah sebagai berikut: a. Menyusun Kisi-kisi Penyusunan kisi-kisi instrumen harus mengacu pada ruang lingkup persepsi siswa SMKN 2 Yogyakarta dan SMKN 2 Wonosari terhadap pembelajaran teori. Ruang lingkup pembelajaran menurut Soeprijanto (2010, 37-49) mencakup; perencanaan pembelajaran, persiapan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran mencakup pada kelayakan kurikulum yang digunakan sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan industri. Materi yang diberikan sudah mengacu pada standar kompentensi yang telah ditetapkan. Pada persiapan pembelajaran kisi-kisi yang dibuat mencakup sarana dan prasarana sekolah serta media pembelajaran yang dibuat guru. Ruang kelas SBI dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasi TIK. Pelaksanaan pembelajaran menggambarkan berkaitan dengan persepsi siswa SBI mengenai proses pembelajaran yang berlangsung, tenaga pendidik siswa berbasis TIK dengan penggunaan bahasa Inggris dan Evaluasi penilaian guru diperkaya dengan model 47 penilaian sekolah unggul dari negara maju lainnya. Dari variabel di atas dikembangkan menjadi indikator kemudian dikembangkan kembali menjadi 30 butir pertanyaan. b. Menulis Butir Soal Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dibuat berdasarkan kisikisi yang telah dibuat. Pertanyaan harus mengacu pada indikator yang mengacu pada kisi-kisi. Pertanyaan dalam kuesioner ini harus dijawab dengan cara memilih salah satu dari 4 alternatif jawaban yang dianggap cocok sesuai dengan kondisi sebenarnya. Keempat alternatif jawaban itu: 1) Sangat Setuju/Sangat Baik skornya 4 (empat) 2) Setuju/Baik skornya 3 (tiga) 3) Kurang Setuju/Kurang Baik skornya 2 (dua) 4) Tidak Setuju/Tidak Baik skornya 1 (satu) c. Melakukan Telaah Butir Butir yang telah dibuat kemudian ditelaah dengan menggunakan panduan telaah butir. Telaah butir dilakukan oleh peneliti dan pakar dari jurusan Diknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Dilakukan dengan menggunakan jasmen dari analisis para ahli sejumlah dua orang, yaitu; Dosen Pembimbing dan Dosen Ahli. Saat menelaah digunakan lembar telaah butir seperti pada pada Tabel 5. 48 Tabel 5. Lembar Telaah Butir LEMBAR TELAAH INSTRUMEN Judul Skripsi Peneliti Mata Pelajaran Tingkat Pendidikan : : : : Penelaah Nama Pekerjaan Tanggal Tanda tangan : : : : Petunjuk pengisian Beri tanda √ bila kriteria penelaah sesuai dengan butir Beri tanda x bila kriteria penelaah tidak sesuai dengan butir A. Perencanaan Pembelajaran Praktikum No Aspek yang ditelaah 1 Materi Konstruksi 1 Pernyataan sesuai dengan indikator yang hendak diukur Pilihan jawaban pernyataan sudah berfungsi 2 Nomor pernyataan Kriteria Penelaah dari setiap logis dan Pernyataan dirumuskan singkat, jelas dan tegas dengan Pernyataan bebas dari pernyataan yang bersifat negatif ganda 3 Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia Bahasa Menggunakan komunikatif bahasa yang Tidak menggunakan bahasa yang beralaku setempat Saran Perbaikan : 49 2 3 4 5 6 7 8 9 10 d. Revisi Awal pembuatan instrumen peneliti membuat 30 butir pertanyaan, tetapi ketika dijasmen kemungkinan ada pengurangan jumlah butir pertanyaan yang tidak valid. e. Uji Coba Sebagai penyempurnaan penelitian maka instrumen penelitian tersebut perlu diujicobakan, dengan tujuan untuk diketahui apakah instrumen penelitian tersebut dapat digunakan untuk pengambilan data atau tidak. Instrumen yang baik adalah instrumen yang dapat terpenuhinya syarat validitas dan reliabilitas yang baik. Butir soal akan di uji coba kepada 25 siswa di 4 kelas yang tersedia pada program keahlian Teknik Pemesinan di SMKN 2 Yogyakarta dan SMKN 2 Wonosari. Dalam hal ini digunakan uji coba terpakai dengan kata lain uji coba digunakan sekaligus pengambilan data untuk mengetahui validitas dan realibilitas kuesioner. Validitas instrumen di analisis dengan menggunakan teknik analisis faktor. Saifuddin Azwar (2011:135) menyatakan analisis faktor merupakan kumpulan prosedur matematik yang kompleks guna menganalisis saling hubungan diantara variabelvariabel dan menjelaskan saling hubungan tersebut dalam bentuk kelompok variabel yang terbatas yang disebut faktor. Uji Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukan sejauh mana hasil pengukuran tetap sama bila dilakukan pengukuran dua kali. Dengan cara mengukur one shot (pengukuran satu kali), kemudian dibandingkan 50 dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antara jawaban pertanyaan. Butir yang memiliki koefisien korelasi kurang dari 0,5 dianggap butir itu gagal. Selanjutnya bila koefisien cronbach alpha kurang dari 0,7 berarti kuesioner itu kurang baik diperjelas Gambar 5. Gambar 5. Interpretasi Reliabilitas Uji coba lapangan yaitu instrumen berupa angket telah direvisi oleh ahli sehingga diperoleh instrumen dengan kategori baik. Ahli menilai instrumen melalui lembar telaah yang ada seperti pada Lampiran 3 oleh ahli satu dan Lampiran 4 untuk ahli dua. E. Teknik Analisis Data Analisis data atau pengolahan data merupakan satu langkah penting dalam penelitian. Dalam pelaksanaannya terdapat dua bentuk analisis data berdasarkan jenis data, bahwa apabila data telah terkumpul, maka dikualifikasikan menjadi dua kelompok data, yaitu data kualitatif digunakan pada analisis non statistik dan data kuantitatif digunakan pada analisis statistik (Suharsimi Arikunto, 2002:282). Data dari angket dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif yang akan dianalisis secara deskriptif persentase dengan langkah-langkah menurut Riduan (2004:71-95) sebagai berikut: 1. Menghitung nilai responden dan masing-masing aspek atau sub variabel. 51 2. Merekap nilai. 3. Menghitung nilai rata-rata. 4. Menghitung persentase dengan rumus: 𝐷𝑃 = 𝑛 × 100% 𝑁 Keterangan: DP = Deskriptif Persentase (%) n = Skor empirik (Skor yang diperoleh) N = Skor Ideal untuk setiap item pertanyaan Untuk menentukan jenis deskriptif persentase yang diperoleh masing-masing indikator dalam variabel, dan perhitungan deskriptif persentase kemudian ditafsirkan kedalam kalimat. 5. Cara menentukan tingkat kriteria adalah sebagai berikut: a. Menentukan angka persentase tertinggi Skor maksimal x 100% Skor maksimal 4 × 100% = 100% 4 b. Menentukan angka persentase terendah Skor minimal xl00% Skor maksimal 1 × 100% = 25% 4 52 Untuk mengetahui tingkat kriteria tersebut, selanjutnya skor yang diperoleh (dalam %) dengan analisis deskriptif dikonsultasikan dengan tabel kriteria. Tabel 6. Kriteria Analisis Deskriptif Persentase No. Persentase Kriteria 1. 75%-100% SangatBaik 2. 50%-75% Baik 3. 25%-50% CukupBaik 4. 1%-25% KurangBaik Sumber: Riduan, 2004 53 persentase BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Uji Coba Pada penelitian ini dilakukan dua langkah yang berkaitan dengan data uji coba yaitu data uji coba instrumen dari hasil expert judgement dan uji coba lapangan. 1. Expert Judgment Penelitian ini merupakan penelitian persepsi siswa terhadap pembelajaran teori di SBI SMKN 2 Yogyakarta dan SMKN 2 Wonosari. Instrumen digunakan untuk mengetahui persepsi siswa di Sekolah Bertaraf Internasional. Pengembangan instrumen ini dilakukan melalui berbagai tahapan pengembangan hingga menghasilkan instrumen yang siap digunakan. Draft awal instrumen dikembangkan berdasarkan spesifikasi instrumen yang ingin dihasilkan. Spesifikasi ini berasal dari peraturan kebijakan SBI yang dikeluarkan Direktorat Jendral Mandikdasmen. Draft awal instrumen ini berupa kisi-kisi yang akan dikembangkan menjadi instrumen utama berupa instrumen angket persepsi oleh siswa yang memiliki 30 butir (Lampiran 1). Tahap telaah ahli dilakukan untuk memvalidasi draft awal yang telah dikembangkan. Tahapan ini melibatkan ahli dalam memvalidasi instrumen ini yaitu ahli selaku pembimbing (Lampiran 3) dan ahli di bidang pengajaran teknik mesin (Lampiran 4). 54 2. Uji coba lapangan Uji coba lapangan melibatkan 200 siswa SMK XI di jurusan Teknik Pemesinan yang telah mengikuti kegiatan pembelajaran teori kelas X. Responden dipilih dari SMKN 2 Yogyakarta dan SMKN 2 Wonosari. Instrumen yang digunakan dalam uji coba lapangan yaitu instrumen berupa angket presepsi siswa yang telah direvisi sesuai masukan dari expert judgment. Data isian instrumen ini kemudian diolah untuk mengetahui estimasi karakteristik dari instrumen yang dikembangkan. Instrumen yang digunakan dapat diamati pada Lampiran 2. B. Analisis Instrumen 1. Reliabilitas Hasil perhitungan reliabilitas terhadap data skor uji coba lapangan instrumen utama secara keseluruhan memiliki nilai koefisien reliabilitas Cronbach Alpha sebesar 0,901. Menurut Miller (2008: 87), instrumen dikatakan memiliki koefisien reliabilitas yang baik memiliki koefisien reliabilitas 0,80 atau lebih. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen memiliki reliabilitas yang tinggi atau memiliki tingkat keandalan yang sangat baik untuk digunakan sebagai instrumen penilaian seperti dapat di amati pada Tabel 7. Tabel 7. Estimasi Reliabilitas Instrumen Utama Angket persepsi 55 Cronbach's Alpha N of Items 0,901 30 2. Validitas Empirik Uji validitas empirik dilakukan menggunakan analisis faktor. Analisis faktor bertujuan untuk melakukan reduksi data menjadi beberapa faktor utama.. Dalam penelitian ini instrumen terdiri dari 30 butir, butirbutir inilah yang akan dianalisis menggunakan analisis faktor. Jumlah subjek penelitan telah melebihi jumlah butir dimana subjek penelitian 200 angket siswa. Tahap awal pada analisis faktor adalah menguji variabel mana saja yang dianggap layak untuk dimasukkan dalam analisis selanjutnya. Pengujian ini dilakukan dengan menyertakan semua butir dalam instrumen. Analisa melalui software SPSS 16 menghasilkan tabel Antiimage Matrices. Pada Lampiran 5 dapat diamati nilai anti-image correlation untuk masing-masing butir. Butir-butir tetap diikutkan dalam pengujian karena memiliki koefisen anti image > 0,5 (Jonathan Sarwono, 2009:257). Berdasarkan pengamatan tidak ada data instrumen yang lebih kecil dari 0,5 maka untuk analisi ini menerangkan kesemua butir instrumen dapat digunakan. Tabel 8 menunjukan nilai anti image > 0,5 pada butir 1 sampai 5. Tabel 8. Anti-image Correlation Anti-image A1 A2 Correlation A1 A2 A3 A3 A4 A5 .918a -.168 -.071 -.084 -.095 -.168 .921a -.091 -.111 -.033 -.091 .884a -.351 -.120 -.141 .933a -.071 A4 -.084 -.111 -.351 .841a A5 -.095 -.033 -.120 -.141 56 C. Hasil Penelitian Pengolahan data hasil penelitian dari jawaban siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan yang tertuang dalam kuesioner tentang persepsi siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran teori di SBI SMKN 2 Yogyakarta dan SMKN 2 Wonosari berupa data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka atau bilangan-bilangan. Selanjutnya data yang bersifat kuantitatif, yang berwujud angka-angka hasil perhitungan dan jawaban siswa terhadap pertanyaan tentang persepsi siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran teori di SBI SMKN 2 Yogyakarta dan SMKN 2 Wonosari dihitung dengan menggunakan analisis data statistik dengan rumus deskriptif persentase. Hasil analisis data disajikan dengan cara dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh persentase. Hasil persentase tersebut kemudian ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam memahami hasil akhir dalam mengkualifikasikan hasil penelitian tersebut. Perhitungan persentase dari masing-masing variabel pelaksanaan pembelajaran dari tiap-tiap indikatornya dapat dilihat dari rincian sebagai berikut: 1. Kurikulum Hasil semua skor pada butir instrumen kurikulum (no.1 dan 2) diperoleh data untuk setiap pilihan jawaban, adalah sebagai berikut. 57 a. SMKN 2 Yogyakarta Tabel 9. Hasil Distribusi Angket Variabel Kurikulum A Persentase Jawaban No. Butir Pernyataan SS S KS TS 1. 1 2. 2 Sekolah memiliki keunggulan kurikulum untuk menghasilkan kompetensi lulusan yang lebih baik dari sekolah lain. Bahan ajar mendukung konsep materi mata pelajaran. Jumlah 27 53 15 5 14 65 19 2 41 118 34 7 70 60 50 Sangat Setuju 40 Setuju 30 Kurang Setuju 20 Tidak Setuju 10 0 Butir 1 Butir 2 Gambar 6. Diagram Hasil Distribusi Angket Variabel Kurikulum A Tabel 9 dan Gambar 6 menunjukan hasil distribusi angket yang dilakukan pada 100 responden. Setelah dihitung dengan acuan data di atas pada Lampiran 7, dapat dinyatakan persepsi siswa akan penilaian kurikulum dinyatakan baik, dengan persentase maksimal diperoleh 58 68,4%. Variabel kurikulum di SMKN 2 Yogyakarta tetinggi pada butir 2 memiliki persepsi yang paling baik dengan jumlah responden 65 orang. b. SMKN 2 Wonosari Tabel 10. Hasil Distribusi Angket Variabel Kurikulum B Persentase Jawaban No. Butir Pernyataan SS S KS TS 1. 2. 1 2 Sekolah memiliki keunggulan kurikulum untuk menghasilkan kompetensi lulusan yang lebih baik dari sekolah lain. Bahan ajar mendukung konsep materi mata pelajaran. 61 38 1 0 29 67 4 0 80 70 60 50 Sangat Setuju 40 Setuju Kurang Setuju 30 Tidak Setuju 20 10 0 Butir 1 Butir 2 Gambar 7. Diagram Hasil Distribusi Angket Variabel Kurikulum B Tabel 10 dan Gambar 7 menunjukan hasil distribusi angket yang dilakukan pada 100 responden. Setelah dihitung dengan acuan data di atas pada Lampiran 8, dapat dinyatakan persepsi siswa akan penilaian 59 kurikulum dinyatakan baik, dengan persentase maksimal diperoleh 85,6%. Butir 1 memiliki persepsi sangat baik dengan jumlah responden 61 dan pada butir 2 dengan persepsi baik jumlah responden 67 orang. 2. Proses Pembelajaran Hasil semua skor pada butir instrumen proses pembelajaran (no. 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9) diperoleh data untuk setiap pilihan jawaban, adalah: a. SMKN 2 Yogyakarta Tabel 11. Hasil Distribusi Angket Variabel Proses Pembelajaran A Persentase Jawaban No. Butir Pernyataan SS S KS TS 1. 3 2. 4 3. 4. 5. 6. 7. 5 6 7 8 9 Penyajian materi yang disampaikan guru secara sistematis (runtun). Konsep materi yang disampaikan oleh guru memicu dan meningkatkan daya kreatif siswa. Kegiatan pembelajaran yang ditetapkan oleh guru mengarahkan siswa untuk belajar mandiri sehingga membangun pengetahuan siswa. Aktivitas kegiatan guru di kelas tidak membosankan sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran teori. Penggunaan komputer dimanfaatkan secara optimal sebagai penunjang proses pembelajaran. Guru memfasilitasi diri sendiri dengan sarana tambahan mengajar seperti komputer dan proyektor. Penggunaan bilingual bahasa untuk mengajar seiring dengan waktu bertambah baik. 60 8 62 28 2 10 56 33 1 13 54 32 1 5 51 39 5 7 53 36 4 14 45 45 2 8 45 45 2 70 60 50 Sangat Setuju 40 Setuju 30 Kurang Setuju Tidak Setuju 20 10 0 Butir 3 Butir 4 Butir 5 Butir 6 Butir 7 Butir 8 Butir 9 Gambar 8. Diagram Hasil Distribusi Angket Proses Pembelajaran A Data pada Tabel 11 dan Gambar 8 menunjukan hasil distribusi angket yang dilakukan pada 100 responden siswa SMK. Setelah dihitung dengan acuan data di atas pada Lampiran 9, dapat dinyatakan persepsi siswa akan penilaian proses pembelajaran teori produktif dinyatakan baik, dengan persentase penilaian maksimal 67,1%. Dilihat dari segi penggunaan sarana tambahan mengajar (butir soal no. 8), jumlah guru yang memanfaatkan fasilitas TIK perlu ditingkatkan. Guru lebih sering memberikan contoh langsung berupa alat peraga atau langsung survei lapangan. Pembelajaran bilingual (butir soal no. 9), berdasarkan data di atas berimbang, hal ini mungkin disebabkan karena seorang guru teori produktif juga harus bisa menggunakan bahasa ilmiah yaitu, bahasa dominan yang ada pada mata pelajaran produktif, oleh sebab itulah faktor penyeimbangan antara bahasa Inggris dan bahasa ilmiah yang digunakan perlu diperhatikan. 61 b. SMKN 2 Wonosari Tabel 12. Hasil Distribusi Angket Variabel Proses Pembelajaran B Persentase Jawaban No Butir Pernyataan SS S KS TS 1. 3 2. 4 3. 5 4. 6 5. 7 6. 8 7. 9 Penyajian materi yang disampaikan guru secara sistematis (runtun). Konsep materi yang disampaikan oleh guru memicu dan meningkatkan daya kreatif siswa. Kegiatan pembelajaran yang ditetapkan oleh guru mengarahkan siswa untuk belajar mandiri sehingga membangun pengetahuan siswa. Aktivitas kegiatan guru di kelas tidak membosankan sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran teori. Penggunaan komputer dimanfaatkan secara optimal sebagai penunjang proses pembelajaran. Guru memfasilitasi diri sendiri dengan sarana tambahan mengajar seperti komputer dan proyektor. Penggunaan bilingual bahasa untuk mengajar seiring dengan waktu bertambah baik. 15 74 10 1 18 74 7 1 15 52 32 1 15 52 32 1 28 55 17 2 25 56 17 2 17 68 14 1 80 70 60 50 Sangat Setuju 40 Setuju Kurang Setuju 30 Tidak Setuju 20 10 0 Butir 3 Butir 4 Butir 5 Butir 6 Butir 7 Butir 8 Butir 9 Gambar 9. Diagram Hasil Distribusi Angket Proses Pembelajaran B 62 Data pada Tabel 12 dan Gambar 9 menunjukan hasil distribusi angket yang dilakukan pada 100 responden siswa SMK. Setelah dihitung dengan acuan data di atas pada Lampiran 10, dapat dinyatakan persepsi siswa akan proses pembelajaran teori produktif dinyatakan baik, dengan persentase penilaian maksimal 76,375%. Persepsi tertinggi siswa terhadap variabel proses pembelajaran dengan rincian sebagai berikut; sangat baik diperoleh butir 7, baik pada butir 3 dan 4, kurang baik pada butir 5 dan 6, serta persepsi tidak baik pada butir 5 dan 6 dengan jumlah masing-masing responden 2 orang. 3. Tenaga Pengajar Hasil semua skor pada butir instrumen tenaga pengajar (no.10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, dan 18) diperoleh data untuk setiap pilihan jawaban, adalah sebagai berikut: a. SMKN 2 Yogyakarta 70 60 50 Sangat Setuju 40 Setuju 30 Kurang Setuju 20 Tidak Setuju 10 Ket: B = Butir 0 B10 B 11 B 12 B 13 B14 B 15 B 16 B 17 B 18 Gambar 10. Diagram Hasil Distribusi Angket Tenaga Pengajar A 63 Tabel 13. Hasil Distribusi Angket Variabel Tenaga Pengajar A Persentase Jawaban No. Butir Pernyataan SS S KS TS 1. 10 2. 11 3. 12 4. 13 5. 14 6. 15 7. 16 8. 9 17 18 Guru sudah terampil dalam mengoperasikan media pembelajaran berbasis TIK. Guru menyajikan materi dengan media pembelajaran berbasis teknologi untuk menarik perhatian siswa. Media pembelajaran (hand out, modul, job sheet, dan sebagainya) dapat memberikan kesempatan belajar mandiri pada siswa di rumah. Media pembelajaran yang diberikan guru dapat memotivasi siswa untuk belajar. Materi pembelajaran teori yang tingkat kesulitan tinggi dikemas menggunakan contoh langsung atau dengan gambar, animasi dan video. Guru mengulang kembali materi pembelajaran yang belum dipahami siswa dengan cara yang berbeda. Pengusaan guru terhadap materi ajar baik dilihat dari pertanyaan yang diajukan siswa dijawab dengan jelas. Materi pembelajaran yang dijelaskan guru lebih mudah dipahami daripada yang saya bayangkan. Penilaian yang dilakukan guru meliputi proses (saat kegiatan pembelajaran) dan hasil pembelajaran (menggunakan soal). 6 52 38 4 6 62 30 2 9 62 28 1 7 62 29 2 10 57 30 3 8 52 37 3 9 65 25 1 3 57 38 2 18 57 38 2 Variabel tenaga pengajar di SMKN 2 Yogyakarta tingkat persepsi siswa yang kurang setuju cukup tinggi untuk itu perlu adanya peningkatan kompetensi guru berkaitan dengan butir soal 10 sampai 64 dengan 18. Data pada Tabel 13 dan Gambar 10 menunjukan hasil distribusi angket yang dilakukan pada 100 responden siswa SMK. Setelah dihitung dengan acuan data di atas pada Lampiran 11, dapat dinyatakan persepsi siswa akan tenaga pengajar mata pelajaran teori produktif dinyatakan baik, dengan persentase penilaian maksimal 68,2%. Persepsi tertinggi siswa terhadap variabel tenaga pengajar dengan rincian sebagai berikut; sangat baik diperoleh butir 5, baik pada butir 7, kurang baik pada butir 10, 17 dan 18, serta persepsi tidak baik pada butir 10 dengan jumlah responden 4 orang. b. SMKN 2 Wonosari 80 70 60 50 Sangat Setuju 40 Setuju 30 Kurang Setuju 20 Tidak Setuju 10 0 B 10 B 11 B 12 B 13 B 14 B 15 B 16 B 17 B 18 Ket: B = Butir Gambar 11. Diagram Hasil Distribusi Angket Tenaga Pengajar B Variabel tenaga pengajar di SMKN 2 Wonosari tingkat persepsi siswa yang kurang setuju cukup tinggi untuk itu perlu adanya peningkatan kompetensi guru berkaitan dengan butir soal 10 sampai dengan 18. Peningkatan kompetensi guru dapat dilakukan dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan atau survei sekolah lain yang juga memilki mutu pendidikan baik sehingga diharapkan guru menjadi lebih 65 termotivasi dalam peningkatan kompetensi mengajar. Persepsi tertinggi siswa terhadap variabel tenaga pengajar di SMKN 2 Wonosari dengan rincian sebagai berikut; sangat baik diperoleh butir 12, baik pada butir 13, kurang baik pada butir 14, serta persepsi tidak baik pada butir 17 dengan jumlah responden 6 orang. Tabel 14. Hasil Distribusi Angket Variabel Tenaga Pengajar B Persentase Jawaban No. Butir Pernyataan SS S KS TS 1. 10 2. 11 3. 12 4. 13 5. 14 6. 15 7. 16 8. 17 9 18 Guru sudah terampil dalam mengoperasikan media pembelajaran berbasis TIK. Guru menyajikan materi dengan media pembelajaran berbasis teknologi untuk menarik perhatian siswa. Media pembelajaran (hand out, modul, job sheet, dan sebagainya) dapat memberikan kesempatan belajar mandiri pada siswa di rumah. Media pembelajaran yang diberikan guru dapat memotivasi siswa untuk belajar. Materi pembelajaran teori yang tingkat kesulitan tinggi dikemas menggunakan contoh langsung atau dengan gambar, animasi dan video. Guru mengulang kembali materi pembelajaran yang belum dipahami siswa dengan cara yang berbeda. Pengusaan guru terhadap materi ajar baik dilihat dari pertanyaan yang diajukan siswa dijawab dengan jelas. Materi pembelajaran yang dijelaskan guru lebih mudah dipahami daripada yang saya bayangkan. Penilaian yang dilakukan guru meliputi proses (saat kegiatan pembelajaran) dan hasil pembelajaran (menggunakan soal). 66 21 28 21 0 18 60 22 0 37 55 8 0 18 71 10 1 26 51 23 0 26 59 15 0 18 68 16 1 12 61 27 6 37 56 5 2 Data pada Tabel 14 dan Gambar 11 menunjukan hasil distribusi angket yang dilakukan pada 100 responden siswa SMK. Setelah dihitung dengan acuan data di atas pada Lampiran 12, dapat dinyatakan persepsi siswa akan tenaga pengajar mata pelajaran teori produktif dinyatakan baik, dengan persentase penilaian maksimal 76,89%. 4. Sarana dan Prasarana Hasil semua skor pada butir instrumen sarana dan prasarana (no.19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26 dan 27), diperoleh data untuk setiap pilihan jawaban, adalah sebagai berikut: a. SMKN 2 Yogyakarta 70 60 50 Sangat Setuju 40 Setuju 30 Kurang Setuju 20 Tidak Setuju 10 0 B 19 B 20 B 21 B 22 B 23 B 24 B 25 B 26 B 27 Ket: B = Butir Gambar 12. Diagram Hasil Distribusi Angket Sarana dan Prasarana A Data pada Tabel 15 dan Gambar 12 menunjukan hasil distribusi angket yang dilakukan pada 100 responden siswa SMK. Setelah dihitung dengan acuan data di atas pada Lampiran 13, dapat dinyatakan persepsi siswa akan sarana dan prasarana pembelajaran teori produktif dinyatakan baik, dengan persentase penilaian maksimal 66,1%. Berdasarkan butir 25 untuk menunjang pembelajaran siswa, akses internet di Perpustakaan 67 sebaiknya ditingkatkan. Persepsi tertinggi siswa terhadap variabel sarana dan prasarana di SMKN 2 Yogyakarta dengan rincian sebagai berikut; sangat baik diperoleh butir 22, baik pada butir 20, kurang baik pada butir 25, serta persepsi tidak baik pada butir 25 dengan jumlah responden 14 orang. Tabel 15. Hasil Distribusi Angket Variabel Sarana dan Prasarana A Persentase Jawaban No. Butir Pernyataan SS S KS TS 1. 19 2. 20 3. 21 4. 22 5. 23 6. 24 7. 25 8. 26 9 27 Sarana dan prasarana media pembelajaran berbasis TIK dimanfaatkan secara optimal pada saat proses pembelajaran. Ruang kelas belajar teori yang dilengkapi dengan LCD Proyektor mendukung aktivitas pembelajaran. Literatur atau buku yang digunakan sebagai penunjang proses pembelajaran tersedia secara lengkap di perpustakaan sekolah. Diperlukan pembaruan koleksi buku yang ada di perpustakaan karena jumlah buku kurang. Bahan referensi majalah, kamus atau ensiklopedia sudah baik dapat dijadikan bahan penunjang. Koneksi internet yang ada di perpustakaan membantu saya mencari sumber bahan pelajaran. Kemampuan akses data koneksi internet sudah cukup bagi saya, tidak bermasalah dan stabil. Sekolah ini memiliki lahan ruang terbuka yang memadai untuk mengembangkan fasilitas penunjang pembelajaran. Web sekolah membantu saya dalam hal kegiatan pembelajaran dan administrasi sekolah. 68 11 49 37 3 12 60 23 5 7 48 41 4 30 39 28 8 7 54 38 1 12 40 38 10 5 34 47 14 11 50 32 7 10 57 28 8 b. SMKN 2 Wonosari Tabel 16. Hasil Distribusi Angket Variabel Sarana dan Prasarana B Persentase Jawaban No. Butir Pernyataan SS S KS TS 1. 19 2. 20 3. 21 4. 22 5. 23 6. 24 7. 25 8. 26 9 27 Sarana dan prasarana media pembelajaran berbasis TIK dimanfaatkan secara optimal pada saat proses pembelajaran. Ruang kelas belajar teori yang dilengkapi dengan LCD Proyektor mendukung aktivitas pembelajaran. Literatur atau buku yang digunakan sebagai penunjang proses pembelajaran tersedia secara lengkap di perpustakaan sekolah. Diperlukan pembaruan koleksi buku yang ada di perpustakaan karena jumlah buku kurang. Bahan referensi majalah, kamus atau ensiklopedia sudah baik dapat dijadikan bahan penunjang pembelajaran. Koneksi internet yang ada di perpustakaan membantu saya mencari sumber bahan pelajaran. Kemampuan akses data koneksi internet sudah cukup bagi saya, tidak bermasalah dan stabil. Sekolah ini memiliki lahan ruang terbuka yang memadai untuk mengembangkan fasilitas penunjang pembelajaran. Web sekolah membantu saya dalam hal kegiatan pembelajaran dan administrasi sekolah. 24 52 23 1 22 45 27 6 33 58 8 1 34 35 27 4 17 69 13 1 50 47 3 0 23 64 13 0 32 60 8 0 19 59 20 2 Data pada Tabel 16 dan Gambar 13 menunjukan hasil distribusi angket yang dilakukan pada 100 responden siswa SMK. Setelah dihitung dengan acuan data di atas pada Lampiran 14, dapat dinyatakan persepsi 69 siswa akan sarana dan prasarana pembelajaran teori produktif dinyatakan baik, dengan persentase penilaian maksimal 77,2%. Persepsi tertinggi siswa terhadap variabel sarana dan prasarana di SMKN 2 Wonosari dengan rincian sebagai berikut; sangat baik diperoleh butir 24 dengan jumlah 50 reponden, baik pada butir 25 jumlah responden 64, kurang baik pada butir 20 dan 22 jumlah responden pada masing-masing butir 27, serta persepsi tidak baik pada butir 20 dengan jumlah responden 6 orang. Butir 22 yang isinya “Diperlukan pembaruan koleksi buku yang ada di perpustakaan karena jumlah buku kurang” memiliki persentase sangat baik tinggi dibanding 3 persentase lain dengan jumlah responden di bawah 35 orang, untuk itu siswa mengharapkan ada penambahan jumlah koleksi buku baru di perpustakaan. Hal ini baik dikarenakan buku adalah faktor utama siswa untuk menambah pengetahuan, penambahan buku dapat dilakukan dengan mengajukan kepada dinas pendidikan jika anggaran sekolah tidak ada. 80 70 60 50 Sangat Setuju 40 Setuju Kurang Setuju 30 Tidak Setuju 20 10 Ket: B = Butir 0 B 19 B 20 B 21 B 22 B 23 B 24 B 25 B 26 B 27 Gambar 13. Diagram Hasil Distribusi Angket Sarana dan Prasarana B 70 5. Evaluasi Pembelajaran Hasil semua skor pada butir instrumen proses pembelajaran (no. 28, 29 dan 30), diperoleh data untuk setiap pilihan jawaban, adalah sebagai berikut: a. SMKN 2 Yogyakarta Tabel 17. Hasil Distribusi Angket Variabel Evaluasi Pembelajaran A Persentase Jawaban No. Butir Pernyataan SS S KS TS 1. 28 2. 29 3. 30 Pertanyaan dalam soal ujian yang disajikan guru sesuai dengan materi yang diberikan. Siswa yang kurang baik dibidang akademik mendapat perhatian lebih dari guru dan sekolah. Siswa yang melanggar peraturan mendapat teguran langsung dari warga sekolah. 10 63 26 1 6 62 23 9 15 43 37 5 70 60 50 Sangat Setuju 40 Setuju 30 Kurang Setuju 20 Tidak Setuju 10 0 Butir 28 Butir 29 Butir 30 Gambar 14. Diagram Hasil Distribusi Angket Evaluasi Pembelajaran A Data pada Tabel 17 dan Gambar 14 menunjukan hasil distribusi angket yang dilakukan pada 100 responden siswa SMK. Setelah dihitung dengan acuan data di atas pada Lampiran 15, dapat dinyatakan persepsi 71 siswa akan evaluasi pembelajaran dinyatakan baik, dengan persentase penilaian maksimal 67,9%. Butir 30 dengan persespsi negatif yang cukup tinggi dimungkinkan karena sosialisai peraturan sekolah belum optimal sehinggal kesadaran warga sekolah akan menegur atau memberi sangsi kepada siswa menjadi lemah. Persepsi tertinggi siswa terhadap variabel evaluasi pembelajaran di SMKN 2 Yogyakarta dengan rincian sebagai berikut; sangat baik diperoleh butir 30, baik pada butir 28, kurang baik pada butir 30, serta persepsi tidak baik pada butir 29 dengan jumlah responden 9 orang. b. SMKN 2 Wonosari Tabel 18. Hasil Distribusi Angket Variabel Evaluasi Pembelajaran B Persentase Jawaban No. Butir Pernyataan SS S KS TS 1. 28 2. 29 3. 30 Pertanyaan dalam soal ujian yang disajikan guru sesuai dengan materi yang diberikan. Siswa yang kurang baik dibidang akademik mendapat perhatian lebih dari guru dan sekolah. Siswa yang melanggar peraturan mendapat teguran langsung dari warga sekolah. 36 53 10 1 38 50 10 2 51 38 10 1 70 60 50 40 30 20 10 0 Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Butir 28 Butir 29 Butir 30 Gambar 15. Diagram Hasil Distribusi Angket Evaluasi Pembelajaran B 72 Data pada Tabel 18 dan Gambar 15 menunjukan hasil distribusi angket yang dilakukan pada 100 responden siswa SMK. Setelah dihitung dengan acuan data di atas pada Lampiran 16, dapat dinyatakan persepsi siswa akan evaluasi pembelajaran dinyatakan baik, dengan persentase penilaian maksimal 82,25%. Persepsi tertinggi siswa terhadap variabel evaluasi pembelajaran di SMKN 2 Wonosari dengan rincian sebagai berikut; sangat baik diperoleh butir 30, baik pada butir 28, kurang baik pada butir 28, 28, dan 30, serta persepsi tidak baik pada butir 29 dengan jumlah responden 9 orang Untuk hasil persentase pada masing-masing indikatornya dapat secara rinci dilihat pada Lampiran 6 yang diambil dari lima variabel pembelajaran. Gambaran umum persepsi siswa di SMKN 2 Yogyakarta dan SMKN 2 Wonosari jurusan Teknik Mesin terhadap pembelajaran teori produktif dengan ruang lingkup (kurikulum, proses pembelajaran, tenaga pengajar, sarana dan prasarana dan evaluasi pembelajaran) berdasarkan data yang diperoleh di lapangan diperoleh hasil dengan persentase 68,67% untuk SMKN 2 Yogyakarta dan 79,65 % untuk SMKN 2 Wonosari kategori ini termasuk baik. Hasil tersebut didapat dari perhitungan. Jumlah total skor yang diperoleh, dapat dilihat pada Lampiran 6. Ditinjau dari pernyataan masingmasing siswa, bahwa persepsi siswa terhadap lima variabel pembelajaran di atas diperoleh hasil seperti disajikan pada Gambar 16. 73 100 80 60 40 20 0 SMKN 2 Yogyakarta Gambar 16. Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Teori di SMKN 2 Yogyakarta dan SMKN 2 Wonosari Berdasarkan hasil penelitian pada Gambar 16 tersebut diatas diketahui bahwa sebagian besar siswa SMKN 2 Yogyakarta 74,125% dan SMKN 2 Wonosari 85,6% telah memiliki persepsi yang baik terhadap Kurikulum pembelajaran teori, sedangkan selebihnya yaitu 66% dan 76,4% memiliki persepsi yang baik pula terhadap Sarana dan Prasarana yang digunakan pada saat proses pembelajaran. Sebanyak 67,1% dan 76,1% memiliki persepsi yang baik terhadap Proses Pembelajaran yang terjadi pada saat pembelajaran teori. Selain itu sebanyak 67,9% dan 82,25% memiliki persepsi yang baik terhadap Evaluasi yang dilaksanakan pada scat proses pembelajaran teori produktif. Terakhir sebanyak 67,1% dan 76,1% memiliki persepsi yang baik pula terhadap Pendidik/Tenaga Pengajar yang mengajar mata pelajaran teori produktif. Pembuatan instrumen penelitian dan indikator dipadukan dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP). Hasil dan persepsi siswa terhadap masing-masing indikator tersebut dapat dilihat dari hasil persentase pada masing-masing 74 variabel pembelajaran di atas. Untuk lebih jelasnya, maka akan disampaikan dalam bentuk diagram sunder untuk tiap-tiap indikator dari variabel pembelajaran tersebut antara lain: 1. Kurikulum Kurikulum/Standar Isi yang tertuang dalam pada Pedoman Penjaminan Mutu SBI adalah, “Kurikulum mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan”. Indikator ini kemudian dibuat menjadi 2 deskriptor karena berdasarkan standar isi kurikulum yang terdiri 8 poin hanya 2 poin yang dinilai dapat dilakukan oleh siswa yaitu kompetensi lulusan dan kompentensi bahan ajar. Poin lain seperti validasi kelapangan, kompentensi mata pelajaran, telaah standar di beberapa negara, kompetensi silabus, evaluasi hasil voting dan studi karakteristik keilmuan hanya dapat dilakukan oleh lembaga atau yang merancang kurikulum. Hasil persentase dari variabel pembelajaran untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 17 di bawah ini. 60 50 40 SMKN 2 Yogyakarta SMKN 2 Wonosari 30 20 10 0 Sangat Baik Baik Kurang Baik Tidak Baik Gambar 17. Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa Terhadap Kurikulum Pembelajaran Teori 75 Berdasarkan hasil penelitian pada Gambar 17 tersebut di atas diketahui bahwa sebagian besar siswa atau 59% siswa SMKN 2 Yogyakarta dan 52,5% siswa SMKN 2 Wonosari telah memiliki persepsi yang baik terhadap kurikulum, sedangkan selebihnya yaitu 17% dan 2,5% memiliki persepsi terhadap kurikulum yang kurang baik, kemudian 20% dan 45% memiliki persepsi terhadap kurikulum yang sangat baik, terakhir 3,5% dan 0% memiliki persepsi terhadap kurikulum yang tidak baik. Dengan demikian menunjukkan bahwa persepsi siswa di SMKN 2 Yogyakarat dan SMKN 2 Wonosari terhadap kurikulum pembelajaran teori produktif secara umum telah baik. 2. Proses Pembelajaran Proses Pembelajaran/Standar Proses yang tertuang dalam IKKT (Indikator Kinerja Kunci Tambahan) pada Pedoman Penjaminan Mutu SBI terbagi menjadi empat indikator, yaitu: a. Proses pembelajaran pada semua mata pelajaran menjadi teladan bagi sekolah/madrasah lainnya. Indikator tersebut dipadukan juga dengan standar proses pada SNP yang ada pada proses pembelajaran teori, bahwa siswa harus dapat belajar mandiri atau bisa membangun pengetahuan sendiri dengan segala praktik yang dilakukan pada saat belajar, sehingga dapat memicu dan meningkatkan daya kreativitas siswa. Hasil persentase dari variabel pembelajaran untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 18 di bawah ini. 76 80 70 60 50 SMKN 2 Yogyakarta SMKN 2 Wonosari 40 30 20 10 0 Sangat Baik Baik Kurang Baik Tidak Baik Gambar 18. Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa Terhadap Proses Pembelajaran sebagai Teladan Bagi Sekolah Lain Berdasarkan hasil penelitian pada Gambar 18 tersebut diketahui bahwa sebagian besar siswa SMKN 2 Yogyakarta dan SMKN 2 Wonosari adalah 59% dan 74% telah memiliki persepsi yang baik terhadap proses pembelajaran berbasis teladan bagi sekolah lain, sedangkan selebihnya yaitu 9% dan 16,5% memiliki persepsi yang sangat baik, 30,5% dan 8,5% memiliki persepsi yang kurang baik. Dengan demikian menunjukkan bahwa persepsi siswa di SMK ini terhadap proses pembelajaran berbasis teladan bagi sekolah lain secara umum telah baik. b. Diperkaya dengan model proses pembelajaran sekolah unggul dari negaranegara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan. Indikator tersebut dipadukan juga dengan standar proses pada SNP yang ada pada proses pembelajaran. Hasil persentase dari variabel 77 pembelajaran untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 19 di bawah ini. 60 50 40 SMKN 2 Yogyakarta SMKN 2 Wonosari 30 20 10 0 Sangat Baik Baik Kurang Baik Tidak Baik Gambar 19. Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa Terhadap Adanya Model Pembelajaran Sekolah Unggul Berdasarkan hasil penelitian pada Gambar 19 tersebut di atas diketahui bahwa sebagian besar siswa SMKN 2 Yogyakarta dan SMKN 2 Wonosari adalah 52,5% dan 54,5% telah memiliki persepsi yang baik terhadap proses pembelajaran sekolah unggul, sedangkan selebihnya yaitu 9% dan 24,5% memiliki persepsi yang sangat baik, juga 35,5% dan 19,5% memiliki persepsi yang tidak baik. Dengan demikian menunjukkan bahwa persepsi siswa di SMK ini terhadap proses pembelajaran sekolah unggul secara umum telah baik. c. Menerapkan pembelajaran berbasis TIK pada semua mata pelajaran. Indikator 'tersebut dipadukan juga dengan standar proses pada SNP yang ada pada proses pembelajaran, guru harus mampu menggunakan piranti lunak komputer guna meningkatkan pembelajaran di kelas. Hasil 78 persentase dari variabel pembelajaran untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 20 di bawah ini. 60 50 40 30 SMKN 2 Yogyakarta 20 SMKN 2 Wonosari 10 0 Sangat Baik Baik Kurang Baik Tidak Baik Gambar 20. Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa Terhadap Proses Pembelajaran Teori Berbasis T1K Berdasarkan hasil penelitian pada Gambar 20 tersebut di atas diketahui bahwa sebagian besar siswa SMKN 2 Yogyakarta dan SMKN 2 Wonosari 52,5% dan 55,5% telah memiliki persepsi yang baik terhadap proses pembelajaran berbasis TIK, sedangkan selebihnya yaitu 37,5% dan 16,5% memiliki persepsi yang kurang baik, 10,5% dan 27% memiliki persepsi yang sangat baik, kemudian 3% dan 1% memiliki persepsi yang tidak baik. Dengan demikian menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap proses pembelajaran berbasis TIK secara umum telah baik. d. Kebijakan SBI menerangkan “Pembelajaran mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti kejuruan menggunakan bahasa Inggris, 79 sementara pembelajaran mata pelajaran lainnya, kecuali bahasa asing, harus menggunakan bahasa Indonesia”. Kemudian dirumuskan untuk mengambil indikator “pembelajaran menggunakan bilingual”. Indikator tersebut dipadukan juga dengan standar proses path SNP yang ada pada proses pembelajaran bahwa, guru mata pelajaran harus mampu menggunakan bahasa Inggris dalam proses pembelajarannya (bilingual). Hasil persentase dan variabel pembelajaran untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 21. Pembelajaran bilingual berdasarkan data, tingkat persepsi bisa dikatakan tinggi, hal ini mungkin disebabkan karena seorang guru teori produktif juga harus bisa menggunakan bahasa ilmiah yaitu, bahasa dominan yang ada pada mata pelajaran produktif, oleh sebab itulah faktor penyeimbangan antara bahasa Inggris dan bahasa ilmiah yang digunakan perlu diperhatikan. 70 60 50 40 SMKN 2 Yogyakarta SMKN 2 Wonosari 30 20 10 0 Sangat Baik Baik Kurang Baik Tidak Baik Gambar 21. Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa Terhadap Proses Pembelajaran Teori Berbasis Bilingual 80 Berdasarkan hasil penelitian pada Gambar 21 tersebut di atas diketahui bahwa siswa SMKN 2 Yogyakarta dan SMKN 2 Wonosari bahwa 45% dan 68% telah memiliki persepsi yang baik terhadap proses pembelajaran berbasis bilingual, sedangkan selebihnya yaitu 8% dan 17% memiliki persepsi yang sangat baik, kemudian 45% dan 14% memiliki persepsi yang tidak baik. Dengan demikian menunjukkan bahwa persepsi siswa di kedua sekolah terhadap proses pembelajaran teori produktif berbasis bilingual secara umum baik. 3. Tenaga Kependidikan Tenaga Kependidikan/Standar Pendidik yang tertuang dalam IKKT (Indikator Kinerja Kunci Tambahan) pada Pedoman Penjaminan Mutu terbagi menjadi tiga indikator, yaitu: a. Semua guru mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis TIK. Indikator tersebut dipadukan juga dengan standar pendidik pada SNP yang ada pada proses pembelajaran bahwa guru mata pelajaran harus mampu menggunakan berbagai media berbasis ICT dalam proses pembelajaran. Hasil persentase dari variabel pembelajaran ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 22 di bawah ini. 81 60 50 40 SMKN 2 Yogyakarta SMKN 2 Wonosari 30 20 10 0 Sangat Baik Baik Kurang Baik Tidak Baik Gambar 22. Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa Terhadap Tenaga Pendidik yang Mampu Memfasilitasi Pembelajaran Berbasis TIK Berdasarkan hasil penelitian pada Gambar 22 tersebut di atas diketahui bahwa sebagian besar siswa SMKN 2 Yogyakarta dan SMKN 2 Wonosari telah memiliki persepsi yang baik terhadap tenaga pendidik yang mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis TIK sebesar 57,8% dan 59%, sedangkan selebihya yaitu 32% dan 16,5% memiliki persepsi yang kurang baik, kemudian 7,7% dan 24,3% memiliki persepsi yang sangat baik kemudian 2,5% dan 0,2% siswa memiliki persepsi yang tidak baik. Dengan demikian menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap tenaga pendidik teori yang mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis TIK, secara umum sudah baik b. Guru mata pelajaran teori produktif mampu menyampaikan materi pembelajaran. Hasil persentase dari variabel pembelajaran ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 23 di bawah ini. 82 70 60 50 40 SMKN 2 Yogyakarta SMKN 2 Wonosari 30 20 10 0 Sangat Baik Baik Kurang Baik Tidak Baik Gambar 23. Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa Terhadap Tenaga Pendidik yang Mampu Menyampaikan Materi Pembelajaran Berdasarkan hasil penelitian pada Gambar 23 tersebut di atas diketahui bahwa sebagian besar siswa SMKN 2 Yogyakarta 61% dan SMKN 2 Wonosari 64,5% telah memiliki persepsi yang baik terhadap tenaga pendidik teori produktif mampu menyampaikan materi pembelajaran, sedangkan selebihnya yaitu 31,5% dan 21,5% memiliki persepsi yang kurang baik, kemudian 6% dan 15% memiliki persepsi yang sangat baik kemudian 1,5% dan 1% memiliki persepsi yang tidak baik. Dengan demikian menunjukkan bahwa persepsi siswa sekolah terhadap tenaga pendidik yang mampu menyampaikan materi pembelajaran teori produktif secara umum sudah baik. c. Penentuan penilaian guru memiki standar tersendiri yaitu dilakukan saat proses pembelajaran dapat dilakukan dengan observasi langsung dan penilaian diakhir pembelajaran menggunakan soal-soal. Hasil persentase dari variabel ini untuk lebil jelas dapat dilihat pada Gambar 24. 83 60 50 40 30 SMKN 2 Yogyakarta 20 SMKN 2 Wonosari 10 0 Sangat Baik Baik Kurang Baik Tidak Baik Gambar 24. Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa Terhadap peniLaian yang Dilakukan Guru Berdasarkan hasil penelitian pada Gambar 24 tersebut di atas diketahui bahwa sebagian besar siswa SMKN 2 Yogyakarta 57% dan SMKN 2 Wonosari 56% telah memiliki persepsi yang baik terhadap tenaga pendidik teori produktif mampu memberikan penilaian sesuai, sedangkan selebihnya yaitu 21% dan 5% memiliki persepsi yang kurang baik, kemudian 18% dan 37% memiliki persepsi yang sangat baik kemudian 4% dan 2% memiliki persepsi yang tidak baik. Dengan demikian menunjukkan bahwa persepsi siswa sekolah ini terhadap tenaga pendidik yang mampu memberikan penilaian baik terhadap siswa akan pembelajaran teori produktif secara umum sudah baik. 84 4. Sarana dan Prasarana Standar Sarana dan Prasarana yang tertuang dalam IKKT (Indikator Kinerja Kunci Tambahan) pada Pedoman Penjaminan Mutu SBI terbagi menjadi tiga indikator, yaitu: a. Setiap ruang kelas dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis TIK. Indikator tersebut dipadukan juga dengan standar sarana dan prasarana pada SNP yang ada pada proses pembelajaran. Semua sarana pembelajaran yang ada mampu menunjang proses pembelajaran di kelas. Hasil persentase dari variabel pembelajaran ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 25 di bawah ini. 60 50 40 SMKN 2 Yogyakarta SMKN 2 Wonosari 30 20 10 0 Sangat Baik Baik Kurang Baik Tidak Baik Gambar 25. Distribusi Frckuensi Persepsi Siswa Terhadap Sarana dan Prasarana Berbasis TIK Berdasarkan hasil penelitian pada Gambar 25 tersebut di atas diketahui bahwa sebagian besar siswa SMKN Yogyakarta 54,5% dan siswa SMKN 2 Wonosari 48,5% telah memiliki persepsi yang baik terhadap sarana dan prasarana berbasis TIK, sedangkan selebihnya yaitu 85 30% dan 25% memiliki persepsi yang kurang baik, kemudian 11,5% dan 23% memiliki persepsi yang sangat baik, selain itu ada 4% dan 3,5% persepsi yang tidak baik pada sekolah. Dengan demikian menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap sarana dan prasarana pembelajaran teori berbasis TIK secara umum sudah baik. b. Perpustakaan dilengkapi dengan sarana digital yang memberikan akses ke sumber pembelajaran berbasis TIK di seluruh dunia. Indikator tersebut dipadukan juga dengan standar sarana dan prasarana pada SNP yang ada path proses pembelajaran. Hasil persentase dan variabel pembelajaran ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 26 di bawah ini. 60 50 40 SMKN 2 Yogyakarta SMKN 2 Wonosari 30 20 10 0 Sangat Baik Baik Kurang Baik Tidak Baik Gambar 26. Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa Terhadap Sumber Belajar Berdasarkan hasil penelitian pada Gambar 26 tersebut di atas diketahui bahwa sebagian besar siswa SMKN 2 Yogyakarta 43% dan SMKN 2 Wonosari 54,6% telah memiliki persepsi yang baik terhadap 86 perpustakaan, sedangkan selebihnya yaitu 37,5% dan 12,8% memiliki persepsi yang kurang baik, kemudian 12,2% dan 31,4% memiliki persepsi yang sangat baik, sisanya 7,4% dan 1,2% memiliki persepsi yang tidak baik. Dengan demikian menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap perpustakaan secara umum sudah baik. c. Bengkel praktik siswa telah memenuhi kebutuhan siswa untuk kegiatan pembelajan di sekolah. Hasil persentase dan variabel pembelajaran ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 27 di bawah ini. 60 50 40 30 SMKN 2 Yogyakarta 20 SMKN 2 Wonosari 10 0 Sangat Baik Baik Kurang Baik Tidak Baik Gambar 27. Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa Terhadap Ketersediaan Bengkel Praktik Berdasarkan hasil penelitian pada Gambar 27 tersebut di atas diketahui bahwa sebagian besar siswa SMKN 2 Yogyakarta 53,5% dan SMKN 2 Wonosari 59,5% telah memiliki persepsi yang baik terhadap 87 bengkel kebutuhan siswa, sedangkan selebihnya yaitu 28,5% dan 14% memiliki persepsi yang kurang baik, kemudian 10,5% dan 25,5% memiliki persepsi yang sangat baik, sisanya 7,5% dan 1% memiliki persepsi yang tidak baik baik. Dengan demikian menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap ketersediaan bengkel sebagai fasilitas praktik secara umum sudah baik. 5. Evaluasi Pembelajaran Evaluasi Pembelajaran/Standar Penilaian yang tertuang dalam IKKT (Indikator Kinerja Kunci Tambahan) pada Pedoman Penjaminan Mutu SBI adalah, "Diperkaya dengan model penilaian sekolah unggul dari negaranegara OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan". Indikator tersebut dijabarkan menjadi dekriptor cara evaluasi guru dan evaluasi sekolah terhadap siswa. Hasil persentase dari variabel pembelajaran ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 28 di bawah ini. 60 50 40 SMKN 2 Yogyakarta SMKN 2 Wonosari 30 20 10 0 Sangat Baik Baik Kurang Baik Tidak Baik Gambar 28. Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa Terhadap Evaluasi 88 Berdasarkan hasil penelitian pada Gambar 28 tersebut di atas diketahui bahwa sebagian besar siswa SMKN 2 Yogyakarta 56% dan SMKN 2 Wonosari 47% memiliki persepsi yang baik terhadap evaluasi yang dilakukan guru dan sekolah, sedangkan selebihnya yaitu 28,7% dan 10% memiliki persepsi yang kurang baik, kemudian 10,3% dan 41,7% memiliki persepsi yang sangat baik juga 5% dan 1,3% memiliki persepsi yang tidak baik. Dengan demikian menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap evaluasi secara. umum sudah baik. D. Pembahasan Pendidikan sebagai upaya mengembangkan kemampuan atau potensi individu sehingga dapat hidup secara optimal baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral dan sebagai pedoman hidupnya. Proses belajar mengajar mata pelajaran produktif akan berjalan dengan lancar bilamana pelajar dan pengajar sama-sama aktif dalam melakukan kegiatan. Keberhasilan dalam poses belajar mengajar, merupakan salah satu tanggung jawab murid/pelajar, sedangkan unsur-unsur yang lain berfungsi sebagai pendukungnya, seperti kelengkapan sarana dan prasarana juga sangat menentukan. Persepasi siswa yang baik tentang proses belajar mengajar dan sarana prasarana pendukungnya akan mampu mendorong minat dan motivasi siswa mengikuti pembelajaran tersebut dengan sungguhsungguh. Persepsi merupakan suatu penafsiran suatu objek, peristiwa atau 89 informasi yang dilandasi oleh pengalaman hidup seseorang yang melakukan penafsiran. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa persepsi adalah hasil pikiran seseorang dari situasi tertentu. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan proses berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Stimulus yang diteruskan ke pusat susunan saraf yaitu otak, dan terjadilah proses psikologis, sehingga individu mengalami persepsi. Siswa yang memiliki persepsi positif atau baik tentang suatu objek (kegiatan belajar mengajar mata pelajaran produktif) maka ia akan memiliki motivasi belajar yang positif atau baik, akan tetapi apabila siswa memiliki persepsi yang negatif atau buruk tentang suatu objek maka ia akan memiliki motivasi belajar yang buruk ini membuktikan bahwa persepsi siswa terhadap pelajaran sangat berpengaruh terhadap pencapaian keberhasilan pembelajaran itu sendiri. Lima variabel yang dipakai dalam penelitian ini, yakni; Kurikulum, Proses Pembelajaran, Tenaga Pengajar, Sarana dan prasarana, dan Evaluasi Pembelajaran menjadi faktor penting dalam kegiatan proses belajar mengajar. Oleh karena itulah pelaksanaan pembelajaran di SMKN 2 Yogyakarta dan SMKN 2 Wonosari yang dilihat dalam sudut pandang persepsi siswa menjadi salah satu cara untuk melihat apakah pelaksanaan pembelajaran yang diterapkan sudah sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan pemerintah atau belum. 90 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap pembelajaran teori produktif di SMKN 2 Yogyakarta dan SMKN 2 Wonosari telah masuk dalam kategori baik (lihat Lampiran 6). Hal ini ditunjukkan dari; 1) persepsi siswa pada kurikulum pembelajaran yang telah masuk dalam kategori balk, 2) persepsi siswa terhadap proses pembelajaran teori produktif dalam kategori baik. 3) persepsi siswa terhadap tenaga pendidik yang termasuk dalam kategori baik, 4) persepsi siswa terhadap sarana dan prasarana pembelajaran di sekolah yang termasuk dalam kategori baik, dan 5) persepsi siswa terhadap evaluasi pembelajaran juga yang termasuk dalam kategori baik. Hasil penelitian di atas menggambarkan bahwa pelaksanaan pembelajaran di SMKN 2 Yogyakarta dan SMKN 2 Wonosari yang selama ini telah diterapkan memiliki hasil persepsi siswa yang sama sudah tergolong baik, dari segi kurikulum, materi atau bahan ajar yang digunakan. Proses pembelajaran yang diterapkannya sudah menggunakan model pembelajaran yang bersifat mandiri, interaktif dan kreatif, serta telah menerapkan pembelajaran berbasis ICT. Sarana dan prasarana yang digunakan sebagai media pembelajaran sudah memadai guna sebagai penunjang proses pembelajaran. Tenaga pengajar yang dilihat dari tiga aspek yaitu, dari segi pemanfaatan media pembelajaran berbasis ICT sudah tergolong mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis ICT, dan kemampuan guru menyampaikan materi pembelajaran data di atas tergolong baik. Dilihat dari segi pembelajaran bilingual (butir soal no. 9), berdasarkan data tersebut 91 memang belum tergolong baik secara menyeluruh, hal ini mungkin disebabkan karena seorang guru teori produktif juga harus bisa menggunakan bahasa ilmiah yaitu, bahasa dominan yang ada pada mata pelajaran produktif, oleh sebab itulah faktor penyeimbangan antara bahasa Inggris dan bahasa ilmiah yang digunakan perlu diperhatikan. Evaluasi yang telah diterapkan membuat persepsi jika siswa melakukan kesalahan akan mendapat teguran atau hukuman dari sekolah. 92 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Persepsi siswa terhadap kurikulum pembelajaran di SMKN 2 Yogyakarta dan SMKN 2 Wonosari sudah tergolong baik, dengan hasil persentase 74,1% serta 85,6%. 2. Persepsi siswa terhadap proses pembelajaran teori produktif di SMKN 2 Yogyakarta dan SMKN 2 Wonosari sudah tergolong baik, dengan hasil persentase 67,1% serta 76,1%. 3. Persepsi siswa terhadap tenaga pengajar teori produktif di SMKN 2 Yogyakarta dan SMKN 2 Wonosari sudah tergolong baik, dengan hasil persentase 68,2% serta 77,7%. 4. Persepsi siswa terhadap sarana dan prasarana pada saat pembelajaran teori produktif di SMKN 2 Yogyakarta dan SMKN 2 Wonosari sudah tergolong baik, dengan hasil persentase 66% serta 76,4%. 5. Persepsi siswa terhadap evaluasi pada pembelajaran di SMKN 2 Yogyakarta dan SMKN 2 Wonosari sudah tergolong baik, dengan hasil persentase 67,9% serta 82,2%. 93 B. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Pihak sekolah hendaknya mempertahankan persepsi siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran teori yang telah baik dengan tetap menyediakan tenaga pendidikan yang lebih berkualitas serta sarana dan prasarana yang memadai. 2. Guru-guru hendaknya tetap mempertahankan perfoma dalam mengajar yang telah baik agar persepsi siswa terhadap pembelajaran teori yang diajarkan tetap baik dan mampu memotivasi siswa untuk berprestasi pada masa yang akan datang. Terutama pada keterampilan dalam berbahasa Inggris dan mengoperasikan media pembelajaran berbasis ICT. 94 DAFTAR PUSTAKA _______. (2003). Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. _______. (2005). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. _______. (2006) Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. _______. (2008). Panduan Penyelenggaraan Program Sekolah Bertaraf Internasional. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. _______. (2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 78 tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. _______. (2010). Badan Standar Nasional Pendidikan. Diakses dari http://bsnpindonesia.org/id/?page_id=245/. Pada Tanggal 17 Juni 2012. Alex Sobur. (2009). Psikologi Umum, Dalam Lintas Sejarah. Bandung: Pusaka Setia. Djiwandono dan Siti Wuryani. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo Dadang Hidayat. (2011). Focus Group Discussion Tetang Model Pembelajaran Tefa Based Life Skill. Seminar Nasional. Bandung: UPI. Irwanto. (2002). Psikologi Umum. Jakarta: Prehallindo Jalaluddin Rakhmat. Rosdakarya. (2003). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Jonathan Sarwono. (2009). Statistik Itu Mudah: Panduan Lengkap Untuk Belajar Komputasi Statistik Menggunakan SPSS 16. Yogyakarta: Andi Offset. Miller, P. W., (2008). Measurement and teaching. Indiana: Pwmilleronline. Muhdi. (2011). Seluruh Sekolah SBI akan Dievaluasi. Diakses dari http://www.kesekolah.com/artikel-dan-berita/berita/seluruh-sekolah-sbiakan-dievaluasi.html. Pada tanggal 18 Juni 2012. 95 Nana Sudjana. (2005). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Novian Jaya Triwidia. (2010). Hypnoteaching, Bukan Sekedar Mengajar. Bekasi: D-Brain. Ratna Susianti. (2009). Kajian Sekolah Bertaraf (SBI) SMK Negeri 2 Salatiga dan Hubungannya dalam Pengembangan Wilayah Sekitarnya. Semarang: undip. Riduan. (2004). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. Saifuddin Azwar. (2011). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Sardiman, (2009). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Soeprijanto. (2010). Pengukuran Kinerja Guru Praktik Kejuruan. Jakarta : CV. Tursina. Sugiono. (2007). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Sugiono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi V. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Suharsimi Arikunto. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Sutikno dan Faturrohman. (2007). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT. Refika Aditama. Syah, M. (2003). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Tim Penyusun Kamus. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Trianto. (2010). Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Kencana. 96 Walgito, B. (1997). Pengantar Psikologi Umum. Cetakan Kelima. Yogyakarta: Andi Offset. Zaenal Arifin. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 97