Fahmi Muhammad Arsyad Ɩ Bintang Fajar Anugrah 24071119199 Ɩ 24071119202 TEORI DISONANSI KOGNITIF Teori disonansi kognitif adalah teori yang menjelaskan bagaimana manusia secara konsisten mencari dan berupaya untuk mengurangi disonansi atau ketidaknyaman dalam berbagai situasi yang baru. Teori ini secara revolusional memikirkan tentang proses-proses psikologi sosial khususnya yang terkait dengan bagaimana suatu penghargaan berdampak pada sikap dan perilaku. Selain itu, teori ini juga menekankan pada bagaimana perilaku dan motivasi berdampak pada persepsi dan kognisi. Teori yang dicetuskan pertama kali oleh Leon Festinger (1951) ini mengalami popularitasnya di akhir tahun 1950an hingga pertengahan tahun 1970an. Teori disonansi kognitif oleh Stephen Littlejohn disebut juga sebagai salah satu teori yang paling penting dalam sejarah psikologi sosial karena ratusan penelitan telah dilakukan untuk menguji proses disonansi. Sebagian besar penelitian mengeksplorasi bagaimana pengalaman disonansi kognitif menyebabkan adanya perubahan sikap dan perilaku. Selama beberapa tahun terakhir, teori disonansi kognitif telah mengalami perkembangan. Dalam ilmu komunikasi, teori disonansi kognitif merupakan teori yang memayungi teori terpaan selektif komunikasi di akhir tahun 1980an. 01. Asumsi Dasar 02. Konsep dan Proses Disonansi 03. 04.Kritik Terhadap Teori Disonansi Kognitif 05.Manfaat Mempelajari Teori Disonansi Kognitif 06. Contoh Teori Disonansi Kognitif Kelebihan dan Kekurangan Teori Disonansi 01. Asumsi Dasar Dari uraian singkat teori disonansi kognitif yang dirumuskan oleh Festinger, maka dapat dikatakan bahwa teori disonansi kognitif didasarkan atas 3 (tiga) asumsi dasar, yaitu : Manusia sangat sensitif terhadap adanya inkonsistensi antara tindakan dan kepercayaan. Pengakuan terhadap adanya inkonsistensi ini dapat menyebabkan disonansi dan dapat memotivasi seorang individu untuk mengatasi disonansi yang ada. Disonansi dapat diatasi melalui salah satu dari 3 (tiga) cara berikut ini, yaitu : 1. Perubahan kepercayaan. 2. Perubahan tindakan. 3. Perubahan persepsi tindakan. 02. Konsep dan Proses Disonansi Kognitif Teori disonansi kognitif semakin berkembang berdampak pada munculnya beragam konsep penting yang menyertainya. Disonansi kognitif adalah sebuah teori komunikasi yang diadopsi dari psikologi sosial. Teori disonansi kognitif memiliki beberapa konsep utama yaitu kognitif dan disonansi. 1. Kognitif merujuk pada pikiran atau pemikiran. 2. Disonansi merujuk pada konflik atau inkonsistensi. a. Besaran Disonansi Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi magnitude of dissonance, yaitu : 1. Derajat kepentingan merujuk pada seberapa penting suatu isu yang berdampak pada derajat disonansi. 2. Jumlah disonansi merujuk pada seberapa banyak disonansi yang dipengaruhi oleh rasio disonansi, atau jumlah kognisi disonan relatif terhadap jumlah kognisi konsonan. 3. Rasional merujuk pada alasan yang digunakan untuk menjelaskan mengapa sebuah inkonsistensi terjadi. b. Mengatasi Disonansi Meskipun teori ini telah menjelaskan bahwa disonansi dapat dikurangi melalui perubahan perilaku dan perubahan sikap, namun beberapa penelitian lebih menekankan pada pengurangan disonansi yang dilakukan melalui perubahan sikap. Terdapat beberapa cara yang dapat dgunakan untuk mengurangi disonansi, yaitu : 1. Menambah atau mengurangi kognisi terhadap perubahan rasio konsonan ke kognisi disonan. 2. Mengurangi kepentingan kognisi disonan. 3. Melihat segala sesuatunya melalui perspektif yang berbeda c. Disonansi Kognitif dan Persepsi Teori disonansi kognitif berkaitan dengan proses persepsi yang meliputi selective exposure, selective attention, selective interpretation, dan selective retention. Hal ini dikarenakan teori disonansi kognitif memprediksi bahwa orang akan menghindari informasi yang akan menambah disonansi. Proses persepsi ini merupakan dasar dari penghindaran. Disonansi kognitif terjadi melalui beberapa proses persepsi, yaitu : 1. Selective exposure adalah sebuah metode untuk mengurangi disonansi dengan cara mencari informasi yang konsonan dengan kepercayaan atau pemikiran atau tindakan seseorang. 2. Selective attention adalah sebuah metode untuk mengurangi disonansi kognitif dengan cara memberikan perhatian pada informasi yang khusus atau bagian dari informasi yang konsonan dengan kepercayaan, pemikiran, dan tindakan seseorang. 3. Selective interpretation adalah sebuah metode untuk mengurangi disonansi dengan cara menginterpretasi informasi yang ambigu sehingga terlihat konsisten dengan kepercayaan, pemikiran, dan tindakan seseorang. 4. Selective retention terjadi ketika seorang individual hanya mengingat informasi yang konsisten dengan kepercayaan yang dimiliki. 3. Kelebihan dan Kekurangan Teori Disonansi Kognitif Teori disonansi kognitif memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, diantaranya adalah : a. Kelebihan teori disonansi kognitif • Merupakan teori yang paling berpengaruh dalam ranah psikologi sosial. • Memotivasi tejadinya berbagai diskusi dan berimplikasi pada beragam situasi. • Membuat prediksi tentang apakah setiap individu akan mencari informasi. • Membuat prediksi tentang pemikiran dan perilaku manusia setelah keputusan dibuat. • Memiliki implikasi terhadap persuasi. • Teori disoansi kognitif merupakan teori yang sangat luas cakupannya. • Memberikan kontribusi yang besar terhadap pemahaman kita mengenai kognisi dan kaitannya dengan perilaku. b. Kekurangan teori disonansi kognitif • Tidak memungkinkan dilakukan prediksi terhadap bagaimana mengurangi disonansi. • Tidak membuat prediksi yang spesifik. • Tidak mempertimbangkan sifat pesan-pesan pesuasif. • Menolak adanya variabel efek pesan terhadap disonansi kognitif dan persuasi. • Disonansi bukanlah konsep terpenting untuk menjelaskan perubahan sikap. 04. Kritik Terhadap Teori Disonansi Kognitif Sebelum teori disonansi kognitif mengalami perkembangan, para peneliti telah memberikan catatan khusus, beberapa diantaranya adalah : • Dalam pengujian teori yang dilakukan oleh Festinger dan Carlsmith (1959) menunjukkan bahwa disonansi mengkin saja bukan merupakan konsep penting untuk menjelaskan perubahan sikap. • Wicklund dan Brehm (1976) berpendapat bahwa teori disonansi kognitifteidak cukup jelas tentang kondisi-kondisi yang menunjukkan jika disonansi dapat menuju pada adanya perubahan sikap. Mereka yakin bahwa konsep pilihan atau memilih adalah konsep yang hilang dalam teori disonansi kognitif. • Joel Cooper dan Jeff Stone (2000) melalui studinya menyatakan bahwa anggota kelompok memainkan peranan yang sangat penting dalam mengurangi disonansi terkait dengan pengalaman setiap individu. 05. Manfaat Mempelajari Teori Disonansi Kognitif Mempelajari teori disonansi kognitif dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya adalah : 1. Memahami dasar teori disonansi kognitif yang dikemukakan oleh Leon Festinger. 2. Memahami asumsi dasar teori disonansi kognitif. 3. Memahami konsep serta proses teori disonansi kognitif. 4. Memahami kelebihan serta kekurangan teori disonansi kognitif. 5. Memahami kritik yang diberikan oleh para peneliti lainnya. 6. Memahami implementasi teori disonansi kognitif dalam bidang komunikasi persuasif dan bidang lainnya. DISONANSI KOGNITIF PADA PERILAKU SEKS PRANIKAH Survei Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) tahun 2015 tentang perilaku seks pranikah di kalangan remaja menunjukkan, 30 persen responden telah melakukan hubungan seksual sampai tahap penetrasi. Kenyataan akan perkembangan perilaku seks pranikah ini membentuk sikap permisif yakni sikap positif terhadap perilaku seks pranikah. Fokus penelitian adalah disonansi kognitif pada sikap permisif terkait perilaku seks pranikah di kalangan remaja. Metode penelitian yang digunakan adalah Interpretative Phenomenological Analyses (IPA) atau Analisis Fenomenologis Interpretatif. Hasil penelitian memperlihatkan, pada informan yang tidak mengalami disonansi maka proses komunikasi berbentuk tindakan untuk tidak melakukan perubahan apapun pada salah satu elemen disonansi, seperti merubah keyakinan/kepercayaan atau merubah tindakan; tidak menambahkan elemen kognitif konsonan baru dalam hal ini termasuk upaya secara aktif untuk mencari informasi lain yang mendukung keyakinan yang dimiliki. Pada informan yang mengalami disonansi, dalam upaya mencapai konsistensi kognitif maka individu akan mencari informasi lain yang dapat mendukung tindakannya untuk menjauhi perilaku seks pranikah. Disonansi Kognitif Perokok Aktif di Indonesia Prevelensi perokok di Indonesia setiap tahunnya meningkat, berbagai kampanye anti rokok telah dilakukan oleh pemerintah dan organisasi untuk mengurangi angka perokok yang dapat berdampak bagi kesehatan. Para perokok mengetahui adanya bahaya yang ditimbulkan oleh rokok sehingga memunculkan adanya disonansi, dimana seseorang terlibat dalam perilaku yang tidak konsisten dengan keyakinan mereka. Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana perokok memiliki disonansi kognitif terhadap rokok, strategi yang digunakan untuk mengurangi disonansi, serta persepsi mengenai manfaat cukai rokok pada negara. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan wawancara mendalam (in depth interview) pada perokok aktif di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk mengurangi disonansi, perokok aktif menambah elemen kognitif dengan informasi baru seperti informasi bahwa merokok tidak memiliki dampak langsung terhadap kesehatan mereka, masih banyak yang berbahaya bagi tubuh selain merokok, serta informasi mengenai rokok sebagai penyumbang pendapatan ekonomi terbesar di Indonesia. Elemen kognitif baru ini memberikan pembenaran atas perilaku merokok sehingga kampanye anti-rokok yang selama ini dilakukan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku perokok aktif di Indonesia. THANK YOU