Uploaded by User97703

Pertemuan 4 Konsep Dasar Sistem Kanban

advertisement
PERTEMUAN 4
KONSEP DASAR SISTEM KANBAN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang “Konsep Dasar Sistem
KANBAN”. Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Mampu memberikan penjelasan tentang definisi Kanban
2. Mampu memberikan penjelasan tentang sistem kanban
3. Mampu memberikan penjelasan tentang sistem dorong dan sistem
tarik
4. Mampu memberikan penjelasan tentang Konsep Pembelian dengan
sistem JIT
B. URAIAN MATERI
Definisi Kanban
Kanban adalah suatu istilah dalam bahasa Jepang yang artinya serupa
denganvisible record or signal (catatan yang kelihatan atau tanda). Pada
umumnya alat kanban yang dipergunakan adalah kartu, sehingga sering disebut
sebagai kartu kanban. Apabila stasiun kerja pengguna (using work station)
membutuhkan material dari stasiun kerja pemasok (supplying work station),
stasiun kerja pengguna mengirimkan suatu kartu kanban kepada stasiun kerja
pemasok. Tidak boleh ada material yang dipindahkan atau dikirim ke stasiun kerja
berikutnya, tanpa ada kartu kanban ini. Dengan demikian kanban ini digunakan
sebagai tanda (signal) kepada stasiun pemasok bahwa stasiun pengguna sedang
membutuhkan material, sehingga stasiun pemasok harus segera mengirim material
itu sesuai dengan kebutuhan yang tertera dalam kartu kanban tersebut (Gaspersz,
2004).
Kanban adalah suatu alat untuk mencapai produksi JIT (Just In Time).
Kanban berupa suatu kartu yang biasanya ditaruh dalam amplop vinil berbentuk
empat persegi panjang. Dua jenis kanban yang sering digunakan ialah kanban
perintah produksi atau biasa di sebut kanban produksi dan kanban pengambilan.
Kanban pengambilan menspesifikasikan jenis dan jumlah produk yang harus
1
DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
diambil dari proses terdahulu ke proses berikutnya, sementara kanban produksi
menspesifikasikan jenis dan jumlah produk yang harus dihasilkan oleh proses
terdahulu (Monden, 1995). Menurut Ohno 1995, kanban adalah suatu alat untuk
mengendalikan produksi yang digunakan dalam mengendalikan setiap aliran
material melalui sistem produksi JIT dengan menggunakan kartu-kartu untuk
memerintahkan suatu work center memindahkan dan menghasilkan material atau
komponen tertentu.
Sistem Kanban
Sistem kanban adalah suatu sistem informasi yang secara serasi
mengendalikan jumlah produksi dalam setiap proses. Meskipun sistem kanban
digunakan, Just In Time(JIT) akan sukar dicapai jika berbagai syarat sistem
kanban tidak benar-benar dilaksanakan, yaitu rancangan proses, pembakuan
operasi, pelancaran produksi, dan lain-lain. Kartu kanban beredar dalam setiap
pabrik Toyota, antara Toyota dengan berbagai perusahaan yang bekerja sama
dengannya, serta dalam pabrik-pabrik dari perusahaan yang bekerja sama dengan
Toyota. Dengan cara ini, kanban dapat menyampaikan informasi mengenai jumlah
pengambilan dan jumlah produksi untuk mencapai produksi JIT.
Sistem Dorong dan Sistem Tarik
Dalam sistem dorong perpindahan material dan pembuatan produk
dilakukan dengan cara mendorong material dari satu proses ke proses berikutnya
dengan dimulai dari proses paling awal menuju ke proses paling akhir. Sekali
beroperasi, maka pekerjaan akan mengalir terus dari satu proses ke proses
berikutnya tanpa mempertimbangkan bagaimana dan apa yang akan terjadi pada
proses paling akhir. Aktivitas ini akan berlangsung terus menerus meskipun
proses-proses sesudah (subsequent process) tidak mengkonsumsi jumlah material
pada tingkat yang sama dengan material yang didorong dari proses sebelum
(preceding process). Sistem dorong merupakan proses beraliran tunggal (single
flow process), dimana aliran jadwal yang disusun dan aliran material dalam proses
berada pada arah yang sama (Gaspersz, 2004).
Sistem tarik adalah suatu sistem pengendalian produksi dimana proses
paling akhir dijadikan sebagai titik awal produksi. Dengan demikian rencana
2
DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
produksi yang dikehendaki, dengan jumlah dan tanggal yang telah ditentukan,
diberikan kepada proses paling akhir. Dalam sistem tarik, proses sesudah akan
meminta atau menarik material dari proses sebelum dengan berdasarkan pada
kebutuhan aktual dari proses sesudah. Dalam hal ini proses sebelum tidak boleh
memproduksi dan mendorong atau memberikan komponen kepada proses sesudah
sebelum ada permintaan dari proses sesudah. Dengan cara ini rencana proses
produksi akan berjalan dari departemen produksi akhir ke departemen produksi
paling awal. Dalam sistem tarik jumlah persediaan diusahakan sekecil mungkin
dan biasanya disimpan dalam lot yang berukuran standar dengan membatasi
jumlah dari lot tersebut. Sistem Tarik merupakan proses beraliran ganda (double
flow process), dimana aliran material berada pada arah yang berbeda dengan
aliran jadwal yang disusun (Gaspersz, 2004).
Perbedaan yang lebih spesifik antara sistem dorong dan sistem tarik adalah
dimana Sistem Dorong mengendalikan hasil produksi (output) dengan
mengendalikan
pekerjaan
yang
dilakukan
berdasarkan
“pesanan
yang
diperkirakan”, kemudian mengukur tingkat persediaan work in process (WIP).
Sedangkan Sistem Tarik mengendalikan WIP dengan cara mengendalikan lantai
produksi baru kemudian mengukur tingkat persediaan WIP (Gaspersz, 2004).
Fungsi Sistem Kanban
Terdapat beberapa fungsi mengapa perlu diterapkanya sistem kanban pada
suatu
perusahaan.
Fungsi
diterapaknya
sistem
kanban
dalam
suatu
perusahaan beserta penjelasan dari setiap fungsinya adalah sebagai berikut
(Monden, 2000):
1. Sebagai Perintah
Kanban berlaku sebagai alat perintah antara produksi dan pengiriman. Bila
komponen perlu diambil, atau perintah pengangkutan dikeluarkan, suatu
alamat dituliskan padakanban. Alamat itu menginformasikan proses sebelum
tempat penyimpanan komponen yang telah diolah, dan menginformasikan
proses sesudah tempat komponen yang dibutuhkan.
2. Mencegah Produksi Berlebihan
Setiap proses harus dikendalikan secara otonom, untuk memastikan bahwa
3
DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
tiap proses hanya memproduksi produk yang dapat dijual, dalam jumlah yang
dapat dijual, pada waktu yang dapat dijual sesuai dengan waktu siklusnya.
Pengendalian otonom ini menjamin bahwa produksi tidak berlangsung dalam
kecepatan produksi yang berlebihan. Sistem kanban juga merupakan
mekanisme pengendalian diri sehingga memungkinkan tiap proses melakukan
penyesuaian kecil terhadap pasokan untuk jadwal produksi bulanannya karena
adanya fluktuasi permintaan bulanan.
3. Pengendalian Visual
Sistem kanban berlaku sebagai alat untuk pengendalian visual karena
bukan saja memberikan informasi numerik, tetapi juga informasi fisik dalam
bentuk kartu kanban.
4. Memperbaiki Proses dan Operasi Manual
Penggunaan sistem kanban untuk membantu perbaikan operasi sangat
dibutuhkan
karena
peningkatan
produktivitas
memberikan
perbaikan
keuangan, sehingga memperbaiki perusahaan secara keseluruhan.
5. Pengurangan Biaya Pengelolaan
Sistem kanban berfungsi mengurangi biaya manajemen dengan membantu
mengurangik jumlah ahli peramalan. Sifat sistem tarik kanban yang
dirangkaikan dengan aliran informasi penjualan, berlaku sebagai petunjuk
kapan dan berapa banyak bahan yang diperlukan.
Secara
ringkas
kanban
berfungsi
untuk
memberikan
informasi
pengambilan dan pengangkutan, memberikan informasi produksi, mencegah
kelebihan produksi atau kelebihan pengangkutan, berlaku sebagai perintah kerja
yang ditempelkan langsung pada komponen, mencegah produk cacat dengan
mengenali proses yang membuat cacat, mengungkapkan masalah yang ada, dan
mempertahankan pengendalian persediaan (Ohno, 1995).
Pendukung Sistem Kanban
Terdapat
beberapa
hal
yang
menjadi
syarat
dalam
penerapan
sistem kanban pada perusahaan Toyota. Penerapan dalam sistem produksi toyota,
sistem kanban didukung hal-hal sebagai berikut (Monden, 1995):
1. Pelancaran Produksi
4
DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
Pelancaran produksi merupakan syarat yang paling penting untuk produksi
dengan kanban dan untuk meminimalkan waktu menganggur dalam hal tenaga
kerja, perlengkapan dan barang dalam pengolahan.
2. Pembakuan Pekerjaan
Operasi baku menunjukkan operasi rutin yang berurutan yang dilakukan
oleh pekerja yang menangani berbagai jenis mesin sebagai pekerja fungsi
ganda. Operasi baku rutin menunjukkan urutan operasi yang harus dikerjakan
oleh seorang pekerja dalam proses penanganan ganda. Keseimbangan lini
dapat dicapai diantara pekerja dalam bagian ini karena tiap pekerja akan
mengakhiri semua proses operasi sesuai waktu siklus.
3. Pengurangan Waktu Penyiapan
Untuk menghemat waktu penyiapan perlu dilakukan dua fase penyiapan.
Fase penyiapan eksternal yaitu seperti menyiapkan “terlebih dahulu” mal,
peralatan, cetakan berikutnya dan bahan yang diperlukan, serta memindahkan
cetakan dan mal yang telah dilepaskan “setelah” cetakan baru dipasang dan
mesin mulai berjalan. Sedangkan fase penyiapan internal, yaitu fase dimana
pekerja harus memusatkan perhatian pada pergantian cetakan, peralatan dan
bahan sesuai dengan perincian yang terdapat dalam pesanan berikutnya
“sementara mesin berhenti”. Hal yang terpenting adalah mengubah sebanyak
mungkin penyiapan internal menjadi penyiapan eksternal.
4. Aktivitas Perbaikan
Aktivitas perbaikan adalah suatu unsur pokok dari sistem produksi yang
membuat sistem produksi dapat bekerja dengan baik. Tiap karyawan
mempunyai
kesempatan
untuk
memberi
saran
dan
mengusulkan
perbaikan lewat suatu gugus kecil yang disebut Gugus Kendali Mutu (GKM).
GKM adalah sekelompok kecil pekerja yang mempelajari konsep dan teknik
kendali mutu secara spontan dan terus menerus untuk memberi pemecahan
masalah di tempat kerja.
5. Rancangan Tata Ruang Mesin
Menurut sistem produksi toyota, tata letak proses dan mesin akan
disusun kembali untuk melancarkan aliran produksi berdasarkan sistem
5
DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
penanganan proses ganda, dimana pekerja menjadi pekerja fungsi ganda.
Dalam suatu lini penanganan proses ganda, seorang pekerja menangani
beberapa mesin dari berbagai proses satu per satu. Pekerjaan di tiap proses
akan berlangsung bila pekerja menyelesaikan pekerjaan dalam waktu siklus
yang ditentukan, sehingga masuknya tiap unit ke dalam lini diimbangi dengan
selesainya unit produk akhir lainnya, seperti dipesan oleh operasi dari suatu
waktu siklus.
6. Autonomasi
Autonomasi berarti membuat suatu mekanisme untuk mencegah
diproduksinya barang cacat secara masal pada mesin atau lini produk. Untuk
mencapai JIT sempurna, unit yang 100% bebas cacat harus mengalir ke proses
yang berikut, dan aliran ini harus berirama tanpa putus. Oleh karena itu,
pengendalian mutu harus selalu berdampingan dengan operasi JIT dalam
seluruh sistem kanban.
Konsep pembelian dengan Sistem JIT
JIT merupakan sistem manajemen yang mulai dikembangkan sekitar tahun
1970 di Jepang dan diperkenalkan Taiichi Ohno. Filosofi dasar sistem JIT adalah
menyediakan barang yang tepat dalam jumlah dan kualitas yang sesuai, pada
waktu dan tempat yang tepat. Konsep mengenai JIT tidak hanya terbatas pada
sistem produksi saja. Penerapan JIT pada dasarnya dapat dilakukan di semua
fungsi perusahaan, salah satunya dalam hal pembelian bahan baku atau material.
Adapun filosofi pembelian dengan sistem JIT adalah menyediakan kebutuhan
material atau barang pada waktu yang tepat sesuai kebutuhan, sehingga adanya
beban biaya tambahan akibat pengadaan material dapat dihindari (Van Weele,
2002).
Karakteristik dasar sistem pembelian JIT adalah adanya pengiriman
material secara teratur dan berulang kali, sehingga pihak supplyer harus
mengetahui rencana produksi mendatang perusahaan yang menjadi tujuan
supply (produsen). Dengan demikian pihak supplyer mampu mengantisipasi
fluktuasi permintaan dan merencanakan produksi serta kebutuhan material secara
lebih efektif. Karakteristik lain sistem pembelian JIT dalam hubungannya dengan
jaminan kualitas bahwa material yang dikirim supplyer harus sesuai dengan
6
DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
prinsip zero defects dalam JIT. Supplyer dituntut untuk memenuhi standar kualitas
tertentu, sehingga pemeriksaan penerimaan material di tingkat produsen dan
pengadaan buffer stock dapat dikurangi (Van Weele, 2002).
Pemilihan supplyer dalam sistem pembelian JIT mempertimbangkan
beberapa
hal.
Salah
satu
pemilihan supplyer adalah
pertimbangan
yang
lokasisupplyer.
digunakan
JIT
dalam
menekankan
pemilihan supplyer lokal dalam radius relatif dekat dari produsen untuk
memenuhi supply kebutuhan bahan baku. Dengan demikian berbagai kendala
transportasi seperti biaya pengiriman dapat dikurangi. Pertimbangan pemilihan
supplyer juga didasarkan pada performansi supplyer. Supplyer harus mampu
mengirimkan material sesuai permintaan (jumlah dan spesifikasi), pada waktu
yang tepat serta memenuhi prinsip zero defects. Berbagai pertimbangan tersebut
digunakan produsen untuk menilai dan menentukan hubungan antara keduanya
(Van Weele, 2002).
Penerapan sistem pembelian JIT dibutuhkan dukungan, kerjasama dan
komitmen antara supplyer dan produsen. Supplyer dalam hal ini adalah mitra kerja
sama yang mendukung perusahaan produsen dalam mencapai produksi yang
efektif dan efisien. Kerjasama dan hubungan yang baik antara supplyer dan
produsen merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dalam penerapan
sistem pembelian JIT yang efektif. Secara ideal sistem pembelian JIT mampu
menekan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan. Penekanan biaya tersebut
terjadi sebagai akibat pengurangan inventory, pengurangan kebutuhan ruang
untuk persediaan material, efisiensi material handling serta penurunan lead
time pengadaan material. Disamping itu implementasi sistem pembelian JIT akan
memudahkan pengendalian sistem persediaan material (Van Weele, 2002).
C. LATIHAN SOAL/TUGAS
1.
Apa yang anda ketahui tentang Kanban!
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan sistem kanban!
3. Apa yang dimaksud dengan sistem dorong dan sistem tarik!
4. Jelaskan Konsep pembelian dengan Sistem JIT!
D. DAFTAR PUSTAKA
7
DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
Fandy Tjiptono, 2000, Strategi Pemasaran, Penerbit ANDI, Yogyakarta
Fandy Tjiptono, 2004, Pemasaran Jasa, Penerbit ANDI, Yogyakarta
Fandy Tjiptono, 2006, Manajemen Jasa, Penerbit ANDI, Yogyakarta
Kotler, Philip, 2005, Marketing Management Analysis: Analysisi, Planning,
Implementation and Control, Prentice Hall International, Inc
Lovelock, Christopher, 2000, Services Marketing, Englewood Cliffs, N.J, Prentice
Hall, Inc
8
DOSEN PENGAMPU: RINI ALFATIYAH, S.T, M.T DAN SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T
Download