Uploaded by User90706

Artikel Eva Bayam

advertisement
Penggunaan Bayam Sebagai Katalis Terbaharukan Dalam Pembuatan Bahan
Bakar Hidrogen dari Air
Oleh
Putu Eva Silvia Dewi
Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya
Abstrak. Pemanasan Global adalah peningkatan suhu rata-rata atmosfer bumi dan lautan
secara bertahap, dengan sebuah perubahan yang diyakini dapat mengubah secara permanen
iklim di bumi. Hal ini disebabkan oleh penggunaan bahan bakar berbasis fosil oleh
transportasi dalam jumlah besar. Salah satu solusi yang dapat ditawarkan untuk mengatasi
masalah tersebut, dengan cara menggunakan bahan bakar pengganti fosil seperti bahan bakar
hidrogen. Bahan bakar hidrogen merupakan sumber energi yang bersifat eko energi, dengan
proses pembakaran yang hanya menghasilkan air dan energi, baik energi listrik maupun
energi panas. Pembuatan bahan bakar hidrogen menggunakan zinc sebagai katalis untuk
mempercepat reaksi suatu zat. Salah satu tanaman yang mengandung zinc terbanyak adalah
bayam. Zinc yang didapat dari bayam akan bereaksi dengan oksigen dan membantu
memisahkan hidrogen dari air (H2O). Proses tersebut tidak menghasilkan emisi yang
berbahaya bagi lingkungan yakni berupa ZnO. Senyawa ini dapat digunakan kembali untuk
membentuk bahan bakar berbasis hidrogen yang baru.
Kata Kunci: Energi terbaharukan, Hidrogen, Bayam, Zinc
Pendahuluan
Dalam sejarah yang tercatat, manusia telah berhasil menghancurkan
lingkungan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, umat manusia
bertanggung jawab atas bencana lingkungan yang menyebabkan trauma ekologi di zona mati
Teluk Meksiko, Tumpahan Tennessee Coal Ash pada tahun 2008, Api Al-Mishraq pada
tahun 2003 dan ecocide di Vietnam pada 1960-an dan 1970-an. Di samping itu, secara tidak
langsung umat manusia telah bertanggung jawab atas kerusakan lingkungn yang jauh lebih
buruk. Menurut sebuah studi yang dipimpin oleh ilmuwan iklim Jonny Day di Pusat
Nasional untuk Atmospheric Science di University of Reading, hilangnya es di laut Arktik
70 persen diakibatkan oleh ulah manusia. Terlebih lagi, studi lain, yang muncul dalam jurnal
Plos ONE, menemukan bahwa Hutan Hujan Amazon yang berkawasan di Brazil, pernah
dikenal akan keanekaragaman hayati, saat ini sedang memasuki tahap kepunahan. Bukan
hanya masalah kerusakan lingkungan, melainkan juga ulah manusia telah menyebabkan
timbulnya banyak faktor yang dapat mengancam kelangsungan hidup makhluk hidup di
bumi. Salah satu contohnya adalah pemanasan global yang marak diperbincangkan saat ini.
(Barral, 2012)
Pemanasan Global adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
peningkatan suhu rata-rata atmosfer bumi dan lautan secara bertahap, dengan sebuah
perubahan yang diyakini dapat mengubah secara permanen iklim di bumi. Banyak
perdebatan yang telah dilakukan terkait dengan masalah ini, baik itu setuju maupun tidak
setuju. Namun, para ilmuan telah menganalisis data dan fakta terkait global warming yang
mengindikasikan suhu di bumi semakin meningkat. Disamping itu, berbagai efek yang
disebabkan oleh global warming menjadi lebih besar dan cepat terjadi dibandingkan dengan
sebelumnya, adapun konsensus ilmiah tentang perubahan iklim terkait dengan pemanasan
global menyatakan bahwa suhu rata-rata bumi telah meningkat antara 0,4o sampai 0,8° C
selama masa 100 tahun. Volume peningkatan karbon dioksida dan gas rumah kaca lainnya
yang dikeluarkan oleh pembakaran bahan bakar fosil, pembukaan lahan, pertanian, dan
aktivitas manusia lainnya, yang diyakini sebagai sumber utama dari pemanasan global yang
telah terjadi selama 50 tahun terakhir. Tidak hanya itu, transportasi merupakan kontributor
polusi utama di masa ini dengan menghasilkan sejumlah besar nitrogen oksida, karbon
monoksida, dan polusi lainnya. Pada tahun 2013, transportasi menyumbang lebih dari
setengah dari karbon monoksida dan nitrogen oksida, dan hampir seperempat dari
hidrokarbon yang dipancarkan ke udara dari kendaraan pribadi adalah penyebab utama
pemanasan global. (MacMillan, 2016)
Polusi udara mengacu pada polutan ke udara yang merugikan kesehatan
manusia dan bumi secara keseluruhan. Dewasa ini, polusi udara umumnya didominasi oleh
jumlah penggunaan transportasi. Hal ini disebabkan oleh penggunaan bahan bakar berbasis
fosil oleh transportasi dalam jumlah besar. Bahan bakar fosil merupakan salah satu energi
yang tidak terbarukan dan memerlukan waktu lama untuk membentuknya kembali.
Kenyataannya, tingkat penggunaan bahan bakar fosil berbanding terbalik dengan lamanya
pembentukan sehingga bahan bakar ini akan habis. (Mackenzie, 2016)
Konsumsi energi komersial di Indonesia terus mengalami peningkatan
dari 218,2 juta Setara Barel Minyak (SBM) pada tahun 1990 menjadi 546,6 juta SBM
pada tahun 2005 atau meningkat sebesar 6,3% per tahun. Berdasarkan jenis energinya,
konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan konsumsi energi komersial
terbesar. Sebagian besar konsumsi BBM ini digunakan untuk sektor transportasi.
Peningkatan konsumsi BBM ini membebani anggaran pemerintah dalam pemberian
subsidi. Beban tersebut akan terus meningkat seiring dengan kenaikan harga minyak
dunia karena pemerintah masih harus mengimpor sebagian BBM untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri. (KNRT,2006)
Maka dari itu, diperlukan bahan bakar substitusi yang dapat menggantikan
bahan bakar fosil untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan dari emisi gas polutan dan
membantu mengatasi besarnya tekanan kebutuhan BBM. Hal ini dapat diwujudkan dengan
menggunakan bahan bakar hidrogen yang berasal dari air dengan menggunakan katalis daun
bayam.
Pembahasan
A. Bahan Bakar Hidrogen
Menurut Djati (2008) hidrogen merupakan unsur paling melimpah di alam semesta, dan
nomor tiga terbanyak di permukaan bumi. Tetapi gas hidrogen murni hampir tidak ada di
permukaan bumi karena gas hydrogen bereaksi dengan unsur lain membentuk persenyawaan yang
lebih stabil. Pada prinsipnya, hidrogen bisa diperoleh dengan memecah senyawa yang paling
banyak mengandung unsur hydrogen. Bahan bakar berbasis hidrogen adalah sumber energi yang
bersifat eko energi, dengan proses pembakaran yang hanya menghasilkan air dan energi, baik
energi listrik maupun energi panas. Bahan bakar ini dapat dihasilkan dari reaksi antara ZnO (Zinc
Oksida) dengan H2O. Reaksi tersebut diawali dengan menyiapkan sebuah wadah tertutup, yang
tersambung ke wadah lainnya yang juga tertutup dan berisi air murni. Dari sini air murni (H2O)
akan ditambahkan Zn hasil ekstraksi sebelumnya dan akan mengalami reaksi seperti berikut:
Zn + H2O
ZnO + H2+
Saat reaksi tersebut terjadi wadah sudah harus dalam kondisi vacum, sebab jika tidak, maka
H2+ yang dilepas akan bereaksi lagi dengan zat lain. H2+ yang dilepas akan bergerak ke atas dan
berpindah ke wadah yang lain. Hal ini mengindikasikan bahwa reaksi tersebut akan selesai, saat
terbentuknya endapan ZnO yang cukup banyak. Endapan ZnO dapat dipisah kembali menjadi
Zn2+ dan O2- dengan menggunakan metode penelitian Eric Koefp yaitu memanaskan ZnO sampai
mencapai titik didih O2- dan ZnO akan melepaskan O2- yang dapat bereaksi dengan O2 membentuk
O3 dan Zn dapat digunakan kembali untuk membentuk H2+. Proses di atas akan menghasilkan H2+,
sebagai pengganti bahan bakar fosil, Zn2+, sebagai katalis dalam pembuatan bahan bakar berbasis
hidrogen, dan O2- sebagai bahan buangan yang dapat bereaksi dengan O2 membentuk O3 (Ozon).
Proses ini tidak menghasilkan emisi yang berbahaya bagi lingkungan karena semua emisi yang
dihasilkan dapat dimanfaatkan kembali. (Koepf, 2012)
Hidrogen juga merupakan kandidat bahan bakar transportasi yang paling menjanjikan di
masa yang akan dating. Berbagai uji coba kendaraan fuel cell (yang bersumber dari hydrogen) oleh
industry-industri otomotif terkemuka dunia sejak lebih dari 50 tahun terakhir mulai menunjukkan
titik terang dalam pemanfaatan fuel cell berbasis hydrogen sebagai bahan bakar kendaraan. Jika
hasil uji coba ini memberikan hasil yang positif diperkirakan pada akhir dasawarsa ini akan
menjadi awal era mobil fuel cell di dunia. Pada saat itulah akan terjadi lonjakan permintaan
hydrogen dalam jumlah sangat besar. Sebagai contoh, studi di Amerika menunjukkan bahwa jika
era mobil fuel cell dimulai, Amerika sendiri membutuhkan sekitar 40 juta ton hydrogen per tahun
untuk menggerakkan sekitar 100 juta mesin-mesin mobil fuel cell. (Djati,2008)
B. Pemanfaatan Bayam Sebagai Katalisator
Salah satu tumbuhan yang mengandung zinc terbanyak adalah bayam. Bayam
(Amaranthus spp.) merupakan tumbuhan yang biasa ditanam untuk dikonsumsi daunnya
sebagai sayuran hijau. Tumbuhan ini berasal dari Amerika tropik namun sekarang tersebar
ke seluruh dunia. Tumbuhan ini dikenal sebagai sayuran sumber zat besi yang penting.
Amaranthus, yang dikenal sebagai amaranth, juga merupakan genus kosmopolitan tanaman
tahunan atau berumur pendek. Beberapa spesies bayam dibudidayakan sebagai sayuran
daun, serealia semu, dan tanaman hias. (Shukla, 2006) Bayam mengandung beberapa
mineral seperti terlihat pada tabel berikut:
Komposisi mineral
Dalam 100 gram
Kalsium
99 mg
Besi
2,71 mg
Magnesium
79 mg
Fosfor
49 mg
Kalium
558 mg
Natrium
79 mg
Seng
0,53 mg
Tembaga
0,13 mg
Mangan
0,897 mg
Selenium
1 mg
Tabel 1 Kandungan Mineral Bayam Jepang
Pada tabel terlihat kandungan beberapa mineral yang terdapat pada bayam. Hasil tersebut
didapat dari hasil pengujian menggunakan Spektrofotosmeter UV- Vis pada bayam jenis bayam
jepang setelah mengalami ekstraksi maserasi. Berdasarkan pada tabel tersebut jumlah zat Seng
(Zn) pada 100 g bayam jepang adalah 0,53 mg yang dapat disimpulkan menjadi 5,3 mg tiap 1 kg
bayam jepang. Hasil ini merupakan hasil yang cukup besar, mengingat kandungan Zn pada
tanaman biasanya memiliki jumlah yang sangat kecil, hal ini yang menjadikan bayam sangat cocok
sebagai sumber Zn yang terbaharukan.
Kesimpulan:
Zinc yang terkandung dalam Amaranthus spp. dapat dimanfaatkan sebagai katalis yang
mempercepat reaksi dalam pembentukan bahan bakar berbasis hydrogen. Bahan bakar ini tidak
menghasilkan emisi gas berbahaya bagi lingkungan, sehingga dapat digunakan sebagai bahan
bakar substitusi dari fosil.
Saran:
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengukur seberapa efektif penggunaan bayam
sebagai katalisator dan penggunaan instrumen penelitian yang lebih akurat sehingga didapatkan
hasil pengujian yang maksimal.
Daftar Pustaka
Koepf, Erik, dkk. 2012. A novel beam-down, gravity-fed, solar thermochemical receiver/reactor
for direct solid particle decomposition: Design, modeling, and experimentation (Post Doctoral).
USA: University of Delaware.
Shukla, Sudhir, dkk. 2006. Mineral Profile and Variability in Vegetable Amaranth (Amaranthus
tricolor) (Abstrak). India: National Botanical Research Institute.
Suwardi. 2011. Analisa Kadar Oksalat Dalam Daun Bayam Yang Sudah Dimasak Dengan
Metode Spektrofotometri Uv. Indonesia: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Anonim. 2016. Periodic Table of Zinc. www.rsc.org/periodic-table/element/30/zinc, 20 Februari
2017.
Barral, 2012, Horrifying photos show damage done, http://www.mirror.co.uk/news/worldnews/horrifying-photos-show-damage-done-5537329
Anonim, 2017, Spinach, http://www.whfoods.com/genpage.php?tname=foodspice&dbid=43
Baral, 2012, Cause and Effect: The damage humans have done in Earth’s history
https://greenerideal.com/science/1204-the-damage-humans-have-done-in-earths-history/
Sari, 2016, 17 Kekurangan dan Kelebihan Bahan Bakar Fosil, http://ilmugeografi.com/ilmubumi/kekurangan-dan-kelebihan-bahan-bakar-fosil
Anonim, 2016, Zinc, http://www.whfoods.com/genpage.php?tname=nutrient&dbid=115
KNRT (2006) Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Bidang Sumber Energi Baru dan Terbarukan untuk Mendukung Keamanan Ketersediaan Energi
Tahun 2025, Kementerian Negara Riset dan Teknologi.
Salimy, Djati dan Ida Finahari. 2008. Perbandingan Produksi Hidrogen dengan Energi Nuklir
Proses Elektrolisis dan Steam Reforming. Seminar Nasional IV SDM Teknologi Nuklir
Download