PERAN PUBLIC RELATIONS PADA ORGANISASI NON PROFIT PROGRAM KONSERVASI KELAUTAN WWF-INDONESIA FAJRINA NISSA UTAMI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peran Public Relations pada Organisasi Non Profit Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2013 Fajrina Nissa Utami NIM I34090092 ABSTRAK FAJRINA NISSA UTAMI. Peran Public Relations pada Organisasi Non Profit Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia. Dibimbing oleh ANNA FACHTIYA. Public relations merupakan bentuk komunikasi yang dimiliki oleh setiap organisasi baik profit maupun non profit, sehingga keberadaanya menjadi hal yang penting dalam sebuah organisasi. Tujuan penelitian ini adalah melihat sejauhmana peran public relations sebagai penasehat ahli, fasilitator pemecahan masalah, fasilitator komunikasi dan teknisi komunikasi di program konservasi kelautan dan peran apa yang dominan. Penelitian ini juga mencoba menganalisis budaya dan lingkungan organisasi mempengaruhi dominasi peran public relations. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan didukung data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa public relations telah melakukan peran cukup baik dan peran yang dominan adalah sebagai fasilitator komunikasi. Budaya dan lingkungan organisasi yang stabil mempengaruhi peran public relations sebagai fasilitator komunikasi. Kata kunci: public relations, organisasi non profit, konservasi kelautan, dominan ABSTRACT FAJRINA NISSA UTAMI. The Role of Public Relations in the Non-Profit Organizations Marine Conservation Programme WWF-Indonesia. Supervised by ANNA FACHTIYA. Public relations is a form of communication that every organization is owned by both profit and non-profit, so that its existence becomes important in an organization. The purpose of this study is to see the role of public relations as expert prescriber, problem solving facilitator, communication facilitator, and communication tehnician. The study also tried to analyze organizational culture and environment affect the dominace of the role of public relations. This study used survey methods with qualitative data supported. The results showed that the role of public relations good enough. The stable culture and environmental affects the role of public relations as a communication facilitator. Keywords: public relations, non profit organization, marine conservation PERAN PUBLIC RELATIONS PADA ORGANISASI NON PROFIT PROGRAM KONSERVASI KELAUTAN WWF-INDONESIA FAJRINA NISSA UTAMI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarkat DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 Judul Skripsi : Peran Public Relations pada Organisasi Non Profit Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia Nama : Fajrina Nissa Utami NIM : I34090092 Disetujui oleh Dr Ir Anna Fatchiya, M.Si Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Soeryo Adiwibowo, M.S Ketua Departemen Tanggal Lulus: Judul Skripsi: Peran Public Relations pada Organisasi Non Profit Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia Nama : Fajrina Nissa Utami NIM : I34090092 Disetujui oleh Dr Ir Anna Fatchiya, M.Si Pembimbing Tanggal Lulus: 1 l OT 2 13 - - --- - PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkah dan rahmat-Nya lah akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi yang berjudul “Peran Public Relations pada Organisasi Non Profit Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia”. Skripsi ini ditujukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Anna Fatchiya sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan Laporan Studi Pustaka. Di samping itu, penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada Ayahanda Dadang Suparman, Ibunda Erna Kurnia, dan adik tercinta Sabrina Zahra Fitriani atas dorongan semangat dan doanya. Terima kasih banyak kepada Mas Aul, selaku supervisor penulis pada saat magang di WWF-Indonesia yang mau direpoti penulis banyak hal, Mba Dewi, Sheyka dan seluruh keluarga konservasi kelautan WWF-Indonesia. Tidak lupa kepada Iqbaludin Akbar yang selalu mendampingi penulis dalam suka dan duka juga kritikan dan saran yang membangun penulis, teman sebimbingan Nindy dan Annisa, teman-teman tercinta Ayu J, Asti, Anggi I, Zela, Ayu A serta roommate yang selalu memberikan semangat kepada penulis Femy AAP, Ella, Nina, Fia, Libby, Siska juga keluarga public relations HIMASIERA 2011- 2012 terutama kaka Onyen, Oji, Navichi, serta seluruh teman-teman KPM 46. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juli 2013 Fajrina Nissa Utami DAFTAR ISI ABSTRAK PRAKATA DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Pubilc Relations Peran Public Relations Fungsi Public Relations Faktor Pengaruh Peran Public Relations Organisasi Non Profit Peran Public Relations pada Organisasi Non Profit Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian Definisi Operasional METODE Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengolahan dan Analisis Data PROFIL WORLD WILDLIFE FUND FOR NATURE (WWF-Indonesia) Sejarah World Wildlife Fund for Nature (WWF-Indonesia) Visi dan Misi WWF-Indonesia Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia Struktur Organisasi Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia Jobdesk dan peran public relations program konservasi kelautan WWFIndonesia Capaian Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia BUDAYA DAN LINGKUNGAN ORGANISASI PROGRAM KONSERVASI KELAUTAN WWF-INDONESIA Budaya Organisasi Nilai Organisasi i v ix x x 1 1 2 3 3 5 5 5 5 7 7 8 8 9 10 11 15 15 15 15 16 19 19 19 20 21 22 23 25 25 26 Iklim Organisasi Komitmen Kerja Lingkungan Organisasi Ancaman Organisasi Perubahan Organisasi PERAN PUBLIC RELATIONS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN Peran Public Relations Penasehat Ahli Fasilitator Pemecahan Masalah Fasilitator Komunikasi Teknisi Komunikasi Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Peran Public Relations SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 27 28 29 30 31 33 33 34 35 36 38 38 41 41 41 43 45 DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Lingkungan Organisasi dan Peran Public Relations Perbedaan Peran Public Relations Organisasi Profit dan Non Profit Mapping Jobdesk Comms Marine Distribusi staf berdasarkan tingkat budaya organisasi WWF-Indonesia Distribusi Staf berdasarkan Tingkatan Budaya Organisasi Sesuai Unsurnya Distribusi Staf berdasarkan Indikator Nilai Organisasi Distribusi Staf berdasarkan Indikator Iklim Organisasi Distribusi Staf berdasarkan Indikator Komitmen Kerja Distribusi Staf berdasarkan Tingkatan Lingkungan Organisasi WWFIndonesia Distribusi Staf berdasarkan Tingkatan Lingkungan Organisasi Sesuai Unsurnya Distribusi Staf berdasarkan Indikator Ancaman Organisasi Distribusi Staf berdasarkan Indikator Perubahan Organisasi Penilaian Tingkat Peran comms marine oleh Staf Distribusi Staf berdasarkan Tingkat Peran Public Relations Sesuai Unsurnya Distribusi Staf berdasarkan Indikator Penasehat Ahli Distribusi Staf berdasarkan Indikator Fasilitator Pemecahan Masalah Distribusi Staf berdasarkan Indikator Fasilitator Komunikasi Distribusi Staf berdasarkan Indikator Teknisi Komunikasi Koefisien Korelasi Budaya dan Lingkungan Organisasi terhada Peran Public Relations Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia 8 9 22 25 26 26 27 29 30 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 DAFTAR GAMBAR 1. 2. 3. Model Komunikasi dalam Public Relations Kerangka Pemikiran Struktur Organisasi Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia 7 8 21 DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4. Kuesioner Penelitian Pertanyaan Penelitian Daftar Responden Hasil Chi Square 45 50 51 53 PENDAHULUAN Latar Belakang Organisasi terbagi menjadi dua golongan, profit dan non profit. Organisasi profit atau sering disebut dengan perusahaan cenderung memiliki orientasi untuk mendapatkan keuntungan bagi organisasi melalui penjualan produk atau jasa. Sementara non profit memiliki orientasi untuk menyelesaikan suatu permasalahan atau issue yang sedang marak terjadi dan tidak mencari keuntungan. Lingkungan, kesehatan, moral, pendidikan, seni, sosial serta agama merupakan issue yang sering dijadikan fondasi organisasi non profit. Menurut Morissan (2008) organisasi non profit terbagi lagi menjadi dua, yaitu organisasi non profit pemerintah seperti lembaga atau badan pemerintahan, departemen kementerian, lembaga negara yang biaya operasionalnya ditanggung oleh pemerintah. Sementara, organisasi non profit bukan pemerintah yang biaya operasional tidak tergantung oleh pemerintah, seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), organisasi kemasyarakatan (Ormas), organisasi lingkungan, dan agama. WWF-Indonesia atau World Wildlife Fund for Nature, merupakan salah satu organisasi non profit yang bergerak berdasarkan issue lingkungan. WWFIndonesia memiliki tujuan untuk menghentikan dan memperbaiki kerusakan lingkungan yang terjadi serta membangun masa depan manusia hidup selaras dengan alam. Berdasarkan tujuan tersebut, WWF-Indonesia melakukan berbagai kegiatan konservasi lingkungan seperti, konservasi kehutanan, konservasi kelautan dan konservasi iklim-energi. Setiap program konservasi yang dilaksanakan dibuat sedemikian rupa agar mendapat perhatian dari publik sehingga publik ikut mendukung setiap kegiatan yang dibuat oleh masing-masing program konservasi. Program konservasi kelautan merupakan salah satu upaya WWF untuk mencapai tujuannya. Ekosistem laut dan pesisir dan sumberdaya perikanannya di seluruh dunia berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Eksploitasi ikan yang berlebihan dan kemunduran kualitas habitat laut dan pesisir, yang kerap diakibatkan oleh kegiatan manusia, mengancam keanekaragaman hayati dan penghidupan masyarakat yang tergantung pada sumberdaya laut. WWF menyusun strategi untuk memecahkan masalah tersebut dengan membangun tiga area baru konservasi laut Indonesia, minimal satu di setiap ekoregion ada penambahan luas sekurangnya 750.000 ha untuk kawasan perlindungan laut. Selain itu, ditetapkan suatu kontribusi dari program kelautan WWF-Indonesia untuk target global dalam mengurangi pengaruh industri ekstraktif yang berada di dekat kawasan perlindungan laut. Kegiatan program konservasi kelautan membutuhkan peran dari public relations untuk mencapai tujuan-tujuannya. Dukungan yang kuat baik dari pihak luar organisasi dan dalam organisasi menjadi faktor utama keberhasilan program konservasi kelautan. Program konservasi kelautan bergerak banyak bersama dengan masyarakat, hubungan yang baik harus mampu tercipta antara keduanya. Public relations merupakan alat bagi organisasi non profit untuk menciptakan hubungan tersebut dan membangun dukungan kuat dari dalam dan luar organisasi sehingga tercapai tujuan dari program konservasi kelautan, kehadiran public 2 relations dalam suatu organisasi merupakan suatu hal yang mutlak, seperti yang diungkapkan oleh Jefkins (2004) bahwa kita tidak bisa memutuskan untuk secara sengaja menghadirkan atau mengusir keberadaan public relations. Public relations senantiasa muncul untuk membantu suatu organisasi dalam mencapai tujuannya, tidak harus bernama public relations tetapi selama suatu divisi atau bagian dari organisasi mengimplementasikan peran dari public relations, maka dapat dikatakan organisasi tersebut memiliki public relations dalam merealisasikan tujuan organisasi. Public relations memiliki peran sebagai penasehat ahli, fasilitator komunikasi, fasilitator pemecahan masalah dan teknisi komunikasi. Melalui peran tersebut public relations bekerja pada organisasi non profit, berusaha untuk mengkomunikasikan kepada publik mengenai tujuan organisasi non profit sehingga tercipta kepercayaan yang absolut di mata publik. Public relations berupaya memecahkan masalah tentang issue yang diangkat oleh organisasi nonprofit melalui program yang dibuat. Lalu, menarik publik untuk turut berpartisipasi menjadi sukarelawan program tersebut. Peran public relations dipengaruhi oleh kondisi dari budaya dan lingkungan organisasi (Cutlip 2000). Budaya dan lingkungan organisasi adalah faktor pengaruh yang berasal dari organisasi secara keseluruhan. Budaya dan lingkungan yang tercipta pada organisasi non profit akan memberikan pengaruh terhadap public relations dalam melakukan keempat perannya yaitu sebagai penasehat ahli, fasilitator komunikasi, fasilitator pemecahan masalah dan teknisi komunikasi, serta dapat terlihat peran mana yang dominan dilakukan oleh public relations di program konservasi kelautan WWF-Indonesia. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat diketahui bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi peran apa yang dominan pada organisasi non profit WWF-Indonesia yaitu, faktor pribadi berupa pendidikan, pengalaman profesional dan kepribadian. Faktor kedua berupa supervisi, budaya dan lingkungan organisasi yang bersumber dari organisasi tersebut. Pada penelitian ini akan mengkaji faktor budaya dan lingkungan organisasi apa saja yang mampu mempengaruhi peran public relations WWF-Indonesia pada Program Konservasi Kelautan. Kemudian secara spesifik penelitian ini akan memusatkan perhatian pada permasalahan yang disebutkan di bawah ini: 1) Sejauhmana peran public relations sebagai penasehat ahli, fasilitator pemecahan masalah, fasilitator komunikasi dan teknisi komunikasi di program konservasi kelautan dan peran apa yang dominan? 2) Sejauhmana budaya dan lingkungan organisasi mempengaruhi dominasi peran public relations? 3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut : 1) Menganalisis peran public relations sebagai penasehat ahli, fasilitator pemecahan masalah, fasilitator komunikasi dan teknisi komunikasi di program konservasi kelautan dan peran apa yang dominan 2) Menganalisis budaya dan lingkungan organisasi mempengaruhi dominasi peran public relations Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pihak yang berminat terkait faktor lingkungan organisasi yang mempengaruhi peran public relations yang dominan. 1. Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang sejenis. Peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan dari penelitan ini. 2. WWF-Indonesia Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk comms marine dalam meningkatkan peran public relations bagian konservasi kelautan untuk bergerak mencapai tujuan organisasi TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Komunikasi merupakan suatu proses yang melibatkan dua atau lebih pihak untuk saling bertukar informasi, diharapkan terjadi kesepahaman diantara pihak yang terlibat. Tidak dapat dipungkiri bahwa komunikasi merupakan suatu hal yang terpenting dalam kehidupan manusia. Maka, dalam menjalankan kegiatan public relations, kecakapan komunikasi menjadi penting untuk mencapai efektivitas dari public relations. Tubbs dan Moss (1973) dalam Agung et al (2009) menungkapkan lima tujuan berkomunikasi. Pertama, agar komunikan memperoleh pemahaman yang tepat terhadap pesan yang disampaikan komunikator. Kedua, menyenangkan pelaku-pelaku komunikasi. Ketiga, Mempengaruhi sikap komunikasn. Keempat, memperbaiki hubungan antarmanusia. Kelima, mempengaruhi tindakan komunikan ke arah yang diharapkan oleh komunikator. Public Relations Public relations adalah suatu bentuk komunikasi yang berlaku untuk semua jenis organisasi, baik itu yang bersifat komersial maupun non-komersial, di sektor publik (pemerintah) maupun privat (pihak swasta). Namun pada intinya, public relations senantiasa berkenaan dengan kegiatan penciptaan pemahaman melalui pengetahuan, dan melalui kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan akan muncul perubahan yang berdampak positif. Definisi public relations sesuai dengan International Public Relations Association (IPRA) merupakan fungsi manajemen dari sikap budi yang direncanakan dan dijalanakan secara berkesinambungan oleh organisasiorganisasi, lembaga-lembaga umum dan pribadi dipergunakan untuk memperoleh dan membina saling pengertian, simpati dan dukungan dari mereka yang ada hubungan dan diduga akan ada kaitannya, dengan cara menilai opini publik mereka, dengan tujuan sedapat mungkin menghubungkan kebijaksanaan dan ketatalaksanaan, guna mencapai kerja sama yang lebih produktif, dan untuk memenuhi kepentingan bersama yang lebih efisien, dengan kegiatan penerangan yang berencana dan tersebar luas. Menurut definisi secara umum, maka public relations memiliki peranan yang penting pada setiap organisasi terutama organisasi non profit. Peran Public Relations Public relations, memiliki peranan yang penting dalam organisasi. Menurut Dozier&Boom yang dikutip Ruslan (2003) mengungkapkan peran public relations yaitu, pertama sebagai penasehat ahli bagi manajemen yang bertindak pasif untuk menerima atau mempercayai apa yang telah disarankan dari pakar public relations untuk memecahkan masalah. Kedua, fasilitator komunikasi yang bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu manajemen mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan oleh publiknya. Ketiga, fasilitator pemecah masalah membantu manajemen melakukan tindakan eksekusi dalam 6 mengatasi persoalan dan krisis yang tengah dihadapi secara rasional. Keempat, teknik komunikasi dimana public relations sebagai journalist in resident yang hanya menyediakan layanan teknis komunikasi seperti memproduksi tulisan (press release, news letter, artikel terkait perusahaan), mengelola website dan pada masa kini berkembang media social (twitter, facebook, instagram dan lainnya), merupakan penghubung tercepat antara publik dengan perusahaan dan memiliki respons cepat diantara keduanta. Ruslan (2003) menganggap bahwa tiga peranan tersebut ( penasehat ahli, fasilitator pemecahan masalah, fasilitator komunikasi) termasuk ke dalam peran messo atau manajerial, ada pula peran public relations lain yaitu peranan teknis (teknisi komunikasi). Cutlip (2000) menjabarkan peran public relations menjadi empat yaitu, 1. Communication tehnician (teknisi komunikasi) Beberapa praktisi dunia public relations berpendapat bahwa peranan ini termasuk ke dalam peran teknis. Pada tahap ini kemampuan jurnalistik dan komunikasi sangat diperlukan. Public relations diarahkan untuk ahli berperan menulis, menulis news letter, in house journal, news release dan feature. Biasanya public relations dalam peran ini tidak hadir pada saat manajemen menemui kesulitan. Mereka tidak dilibatkan dalam manajemen sebagai pengambil keputusan. Peran mereka lebih ke arah penulisan tools dan mengimplementasikan program. Mereka sebagai "the last to know" 2. Expert prescriber (penasehat ahli) Praktisi public relations sebagai pendefinisi problem, pengembang program dan memegang tanggung jawab penuh dalam mengimplementasikannya. Mereka sebagai pihak yang pasif. Manajer yang lainnya menyerahkan tugas komunikasi sepenuhnya ke tangan si "komunikasi" ini sehingga mereka dapat mengerjakan pekerjaan mereka yang lainnya. Peran public relations ini diberikan kepercayaan tinggi oleh atasan, tetapi karena tidak adanya keterlibatan top manajemen dalam peran public relations maka public relations seolah jauh dari perusahaan. Di pihak manajemen mereka juga menjadi sangat tergantung kepada public relationsnya. Mereka menjadi minim komitmen kepada tugas–tugas teknis public relations, padahal seperti diketahui seharusnya tugas public relations harusnya dilakukan oleh semua orang yang ada dalam sebuah perusahaan. 3. Communication facilitator (fasilitator komunikasi) Public relations sebagai pendengar setia dan broker informasi. Mereka sebagai penghubung, interpreter dan mediator antara organisasi dan publiknya. Mereka mengelola komunikasi dua arah dengan cara membuka rintangan komunikasi yang ada. Tujuannya dalam hal ini adalah untuk menyediakan kebutuhan dua belah pihak akan informasi, membuat kesepakatan yang melibatkan dua pihak. 4. Problem solving facilitator (fasilitator pemecah masalah) Mereka berkolaborasi dengan manajer lain untuk mendefinisikan dan memecahkan masalah. Mereka menjadi bagian dalam manajemen strategi perusahaan. Bergabung dengan konsultan mulai dari awal direncanakan 7 program hingga evaluasinya. Membantu manajemen menerapkan public relations sebagai tahapan fungsi manajemen yang sama dengan kegiatan manajemen yang lain. Public relations berfungsi sebagai bagian penting penganalisis situasi, memiliki peran yang intens dalam pengembangan prosedur, kebijakan, produk dan aksi perusahaan. Mereka juga memiliki kekuatan untuk mengubah sesuatu yang seharusnya diubah. Mereka harus terlibat dalam segala bentuk perubahan organisasi Fungsi Public Relations Selain peran, public relations juga memiliki fungsi-fungsi tertentu. Ketika seorang public relations mengetahui perannya dalam organisasi, lalu menjalankannya maka fungsi sebagai public relations akan berjalan pula. Banyak ahli berpendapat tentang fungui public relations, diantaranya adalah: 1. Menciptakan hubungan baik dan harmonis terhadap publik organisasi melalui kegiatan-kegiatan yang telah dirancang. Efek dari kegiatan tersebut sangat berguna bagi organisasi yang bersangkutan 2. Menciptakan kegiatan secara menyeluruh dan berkesinambungan agar hubungan dengan publik dapat terus terjaga. 3. Menyebarkan informasi dari organisasi kepada publik dengan benar dan menyalurkan opini publik kepada perusahaan (komunikasi dua arah) 4. Membangun citra positif dari publik sehingga organisasi dapat mempertahankan eksistensinya. Faktor Pengaruh Peran Public Relations Terdapat faktor yang mempengaruhi peran yang dijalankan secara dominan oleh public relations dalam organisasi. Faktor tersebut diantaranya adalah pendidikan, pengalaman professional dan kepribadian dari individu public relations. Serta, supervisi, budaya dan lingkungan organisasi merupakan faktor yang berasal dari internal organisasi. Adanya pengaruh kuat dari lingkungan organisasi akan menentukan peran apa yang dominan untuk dijalankan oleh suatu organisasi tersebut termasuk WWF Indonesia. Peran public relations sebagai teknisi komunikasi cenderung bekerja pada organisasi dengan lingkungan yang relatif stabil dan rendah ancaman. Peran sebagai fasilitator komunikasi menonjol pada organisasi dengan keadaan relative bergolak dan dengan sedikit ancaman. Peran sebagai fasilitator proses pemecahan masalah dan penentu atau penasehat ahli bekerja pada organisasi dengan lingkungan yang mengandung ancaman (Tabel 1). Organisasi dengan lingkungan yang relatif stabil, fasilitator proses pemecahan masalah akan berperan dominan. Penentu ahli mendominasi lingkungan yang berubah cepat, berperan ketika perlu ada tindakan segera, sementara peran dominan fasilitator proses pemecahan masalah lebih disukai jika ada waktu untuk menjalani proses kolaborasi dan pemecahan masalah bersama. Jadi, untuk melihat peran apa yang mendominasi dalam organisasi non profit seperti WWF Indonesia, perlu dilakukan analisis lingkungan publik internal dari WWF Indonesia. 8 Tabel 1. Lingkungan organisasi dan peran public relations (Cutlip 2005) Ancaman Organisasi Ancaman Tinggi Teknisi Komunikasi Fasilitator Pemecahan Perubahan Sedikit Masalah Fasilitator Komunikasi Penentu Ahli Perubahan Banyak Organisasi Non Profit Organisasi terbagi menjadi dua, organisasi profit dan organisasi non profit. Organisasi non profit bergantung kepada fund raising yang kerap diadakan untuk menunjang operasionalnya, donatur dapat berasal dari perorangan, organisasi, perusahaan atau bisa juga lembaga pemerintah yang bersimpati dengan gerakan atau tujuan organisasi yang bersangkutan Morissan (2008). Tujuan organisasi non profit tidak untuk mendapatkan keuntungan, tetapi mencari upaya yang dapat mengatasi, mengurangi hingga menyelesaikan suatu issue yang sedang marak terjadi. Organisasi non profit melakukan upaya yang lebih untuk mendapat kepercayaan di mata publik, serta posisi yang baik untuk menjamin keberlangsungan organisasi non profit. Sementara organisasi profit memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan pada setiap interaksi yang dihasilkan. Organisasi profit juga memiliki barang dan jasa sebagai suatu produk yang ditawarkan kepada public Cutlip (2006) menerangkaan lima kriteria organisasi non profit : 1. Organized, adanya kesatuan institusional, yang berarti bahwa organisasi memiliki kesepakatan, pertemuan berkala, petugas-petugas, peraturan, atau indicator-indikator lain yang relative permanen. 2. Private, organisasi non profit secara institusional terpisah dari pemerintah, ini berarti organisasi non profit bukanlah agensi miliki pemerintah atau agensi yang dikontrol oleh pemerintah walaupun mereka mungkin saja menerima pendanaan dari pemerintah. 3. Non profit distributing, organisasi non profit hadir tidak untuk menghasilkan profit kepada pemilik atau direkturnya. Hal ini bukan berarti organisasi non profit tidak menghasilkan profit. Namun jika mendistribusikan profit kepada yang mengatur atau mengembangkan bisnis merupakan tindakan yang dilarang, karenanya harus memenuhi syarat tidak mencari keuntungan. 4. Self governing, organisasi non profit memerintah dirinya sendiri dan mengontrol aktivitasnya sendiri, artinya mereka membuat prosedur sendiri dan tidak tergantung dari pihak luar. Mereka memilih jajaran direksi sendiri dan menyediakan lowongan bagi masyarakat untuk terlibat tanpa arahan dan control dari pemerintah. 5. Voluntary, seminim-minimnya pasti ada partisipasi sukarelawan baik dalam manajemen organisasi atau pelaksanaan programnya, artinya ada beberapa aspek kontribusi amal yang terlibat. Peran Public Relations pada Organisasi Non Profit Organisasi non profit memerlukan peran dari seorang public relations untuk menarik publik berpartisipasi dalam setiap program yang dibuat, 9 menciptakan cara kreatif agar publik mau memberikan bantuan berupa dana untuk keberlangsungan program dan operasional organisasi non profit, penyebaran informasi yang dikemas dalam bentuk yang berbeda sesuai dengan issue yang diangkat oleh suatu organisasi non profit menawarkan tindakan yang tepat dan sederhana untuk diterapkan oleh publik, serta memberikan kesempatan publik untuk menjadi volunteer atau sukarelawan pada setiap event yang dibuat oleh organisasi non profit. Dari penjabaran diatas, organisasi non profit akan mendapat kepercayaan dari publiknya dan public relations menjaga relationship yang sudah terbina dengan terus melakukan interaksi dengan publik, agar selanjutnya organisasi non profit akan terus memperbaharui setiap program sesuai dengan kebutuhan, keinginan dan masukan dari publik. Gambar 1 Model Komunikasi dalam public relations. (Soemirat 2004) Sumber Perusahaan Organisasi Komunikator Public Relations (PR) Pesan Komunikan Kegiatankegiatan Publikpublik PR Efek Citra publik terhadap Perusahaan Adapun perbedaan peran public relations antara organisasi non profit dan profit dijabarkan melalui Tabel 2. Perbedaan peran public relations organisasi profit dan non profit Organisasi Profit 1. Menciptakan “branding” organisasi dalam bentuk promosi untuk menarik publik. 2. Mengembangkan saluran komunikasi kepada publik eksternal untuk membeli produk 3. Menciptakan strategi marketing yang baik agar tercapai target organisasi. 4. Mendukung pengembangan kebijakan organisasi untuk memperoleh keuntungan. 5. Menciptakan hubungan yang baik dan harmonis pada publik eksternal dengan kegiatan yang dilakukan bersama-sama. Organisasi non profit 1. Mendefinisikan “brand” organisasi dengan baik sehingga menerima reputasi baik 2. Mengembangkan saluran komunikasi terhadap pihak yang dilayani. 3. Menciptakan dan memelihara iklim yang baik untuk mengumpulkan dana. 4. Mendukung pengembangan dan pemeliharaan kebijakan publik yang cocok untuk misi organisasi. 5. Memberi informasi dan motivasi kepada publik internal agar secara bersama mengabdikan diri untuk misi, tujuan dan sasaran organisasi. Kerangka Pemikiran World Wildlife Fund (WWF) merupakan salah satu organisasi non profit yang bergerak berdasar issue lingkungan. WWF Indonesia berkomitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan dengan beragam cara, salah satunya adalah konservasi pada kelautan. Pada program konservasi kelautan, WWF memiliki berbagai kategori wilayah cakupan konservasi yang tersebar di wilayah Indonesia. 10 Hal tersebut membuat seluruh staf WWF Indonesia bekerja dengan semaksimal mungkin untuk menjalankan program konservasi di wilayah terpisah dengan frekuensi tatap muka yang rendah. Lingkungan komunikasi dalam publik interal tersebut akan memberikan pengaruh terhadap peran public relations WWF Indonesia dan melihat peran mana yang cenderung dilakukan public relations. Faktor yang berasal dari budaya organisasi WWF ditunjukkan melalui nilai organisasi, iklim organisasi dan komitmen terhadap tugas akan memiliki pengaruh bagaimana public relations harus memainkan perannya. Kedua adalah faktor berasal dari lingkungan organisasi yang berupa perubahan dan ancaman yang berasal dari eksternal maupun internal. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan yang tidak diduga oleh WWF seperti bencana alam yang mempengaruhi kegiatan konservasi lingkungan, atau perubahan yang dapat diduga seperti regenerasi staf atau banyaknya mahasiswa yang melakukan magang sehingga situasi komunikasi organisasi mengalami perubahan yang tinggi atau perubahan budaya organisasi yang ditunjukkan terjadinya perubahan nilai serta iklim organisasi. Ancaman berupa persaingan dengan organisasi serupa dengan WWF yang dapat mengganggu stabilitas posisi WWF di mata publiknya. Kedua faktor tersebut akan mempengaruhi peran dari public relations dan akan ada satu peran yang dimainkan oleh public relations WWF Indonesia. Penelitian ini memusatkan pengaruh yang berasal dari organisasi terhadap peran public relations. Budaya Organisasi (X1) Peran Public relations (Y) Nilai Organisasi Iklim Organisasi Komitmen Kerja Y1 Penasehat Ahli Y2 Fasilitator Pemecah Masalah Y3 Fasilitator Komunikasi Y4 Teknisi Komunikasi Lingkungan Organisasi (X2) Ancaman Perubahan Gambar 2. Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian Jenis peran public relations dipengaruhi oleh kondisi budaya dan lingkungan organisasi, organisasi dengan budaya dan lingkungan yang stabil menyebabkan peran fasilitator dan teknisi komunikasi menjadi dominan. 11 Definisi Operasional Budaya Organisasi adalah sistem kepercayaan dan nilai yang berkembang pada organisasi untuk mengarahkan pola perilaku anggota-anggotanya. Penilaian budaya organisasi melalui indikator yaitu nilai organisasi, iklim organisasi dan komitmen terhadap tugas: 1. Nilai organisasi adalah pemahaman anggota atau staf terhadap tanggung jawab serta visi misi yang dibawa oleh organisasi WWF Indonesia Program Konservasi Kelautan. Pengukuran dilakukan dari tanggapan responden, dengan menggunakan skala ordinal dengan pemberian skor berikut: Sangat tidak setuju : skor 1 Tidak setuju : skor 2 Setuju : skor 3 Sangat setuju : skor 4 2. Iklim organisasi adalah iklim atau suasana yang merefleksikan isi dan kekuatan dari nilai-nilai umum, norma, sikap, tingkah laku dan perasaan staff WWF Indonesia Program Konservasi Kelautan terhadap sistem sosial yang ada. Pengukuran dilakukan dari tanggapan responden, dengan menggunakan skala ordinal dengan pemberian skor sebagai berikut: Sangat tidak setuju : skor 1 Tidak setuju : skor 2 Setuju : skor 3 Sangat setuju : skor 4 3. Komitmen terhadap tugas adalah komitmen yang berdasarkan keinginan kuat dari staff WWF untuk menjalankan tugas dengan baik agar mencapai tujuan Program Konservasi Kelautan yang mendukung tujuan utama WWF Indonesia. Pengukuran dilakukan dari tanggapan responden, dengan menggunakan skala ordinal dengan pemberian skor sebagai berikut: Sangat tidak setuju : skor 1 Tidak setuju : skor 2 Setuju : skor 3 Sangat setuju : skor 4 Lingkungan organisasi adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi eksistensi, keberadaan dan lainnya yang menyangkut organisasi baik dari dalam maupun dari luar. Secara keseluruhan ancaman dan perubahan organisasi adalah indikator lingkungan organisasi: 1. Ancaman organisasi adalah faktor-faktor di luar lingkungan organisasi yang merupakan ancaman bagi organisasi sehingga menghambat Program Konservasi Kelautan berjalan dan berkembang dengan baik. Pengukuran 12 dilakukan dari tanggapan responden, dengan menggunakan skala ordinal dengan pemberian skor sebagai berikut: Sangat tidak setuju : skor 1 Tidak Setuju : skor 2 Setuju : skor 3 Sangat Setuju : skor 4 2. Perubahan organisasi adalah suatu upaya mengambil langkah-langkah baru yang diharapkan lebih baik dalam rangka mempertahankan keberadaan organisasi dalam menghadapi tuntutan perubahan jaman. Pengukuran dilakukan dari tanggapan responden, dengan menggunakan skala ordinal dengan pemberian skor sebagai berikut: Sangat tidak setuju : skor 1 Tidak Setuju : skor 2 Setuju : skor 3 Sangat setuju : skor 4 Peran public relations adalah keterlibatan public relations dalam sebuah organisasi yang berkaitan dengan tujuan utama organisasi khususnya pada Program Konservasi Kelautan. Penasehat Ahli, Fasilitator Pemecah Masalah, Fasilitator Komunikasi dan Teknisi Komunikasi sebagai indikator sejauh mana public relations pada Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia melakukan perannya. 1. Penasehat Ahli adalah peran public relations sebagai pendefinisi problem, pengembang program dan memiliki tanggung jawab penuh untuk mengimplementasikannya. Merupakan orang terpercaya oleh pihak top management. Variabel ini mengukur sejauh mana public relations berperan sebagai penasehat ahli dalam Program Konservasi Kelautan WWF dengan penilaian sangat setuju, setuju, tidak setuju, atau sangat tidak setuju. Pengukuran didapat dari tanggapan responden terhadap kinerja public relations, dengan skala ordinal dengan penilaian berikut ini: Sangat tidak setuju : skor 1 Tidak setuju : skor 2 Setuju : skor 3 Sangat setuju : skor 4 2. Fasilitator Pemecah Masalah adalah peran public relations sebagai pendefinisi dan pemecah masalah, berkolaborasi dengan manajemen lain merencanakan dan mengevaluasi program. Variabel ini mengukur sejauh mana public relations berperan sebagai fasilitator pemecah masalah dalam Program Konservasi Kelautan WWF dengan penilaian sangat setuju, setuju, tidak setuju atau sangat tidak setuju. Pengukuran didapat dari 13 tanggapan responden terhadap kinerja public relations, dengan skala ordinal dengan penilaian berikut ini: Sangat tidak setuju : skor 1 Tidak setuju : skor 2 Setuju : skor 3 Sangat setuju : skor 4 3. Fasilitator Komunikasi adalah peran public relations sebagai sebagai penghubung, interpreter dan mediator antara organisasi dan publiknya. Mereka mengelola komunikasi dua arah dengan cara membuka rintangan komunikasi yang ada. Variabel ini mengukur sejauh mana public relations berperan sebagai fasilitator komunikator dalam Program Konservasi Kelatutan WWF dengan penilaian sangat setuju, setuju, tidak setuju atau sangat tidak setuju. Pengukuran didapat dari tanggapan responden terhadap kinerja public relations, dengan skala ordinal dengan penilaian berikut ini: Sangat tidak setuju : skor 1 Tidak setuju : skor 2 Setuju : skor 3 Sangat setuju : skor 4 4. Teknisi Komunikasi adalah peran public relations yang berperan menulis, menulis news letter, menulis in house journal, menulis news release, menulis feature. Variabel ini mengukur sejauh mana public relations berperan sebagai teknisi komunikasi dalam Program Konservasi Kelatutan WWF dengan penilaian sangat setuju, setuju, tidak setuju atau sangat tidak setuju. Pengukuran didapat dari tanggapan responden terhadap kinerja public relations, dengan skala ordinal dengan penilaian berikut ini: Sangat tidak setuju : skor 1 Tidak setuju : skor 2 Setuju : skor 3 Sangat setuju : skor 4 Rentang skala Likert yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1 hingga 4, maka rentang skala penilaian yang didapat adalah : Skoring dikategorikan menjadi tiga, yaitu Rendah, Sedang, dan Tinggi. Penentuan skor tiap indikator berdasarkan hasil data yang diperoleh peneliti, sehingga menghasilkan rentang skor sebagai berikut. - Budaya organisasi: Skor maksimum adalah 66 dan skor minimum adalah 51. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: ≤56, Sedang: 57-61, Tinggi: ≥62. Rentang skor tiap indikator, yakni: 14 - Nilai organisasi: Skor maksimum adalah 20 dan skor minimum adalah 14. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: <16, Sedang: 16-18, Tinggi: ≥18. - Iklim organisasi: Skor maksimum adalah 24 dan skor minimum adalah 7. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: <19, Sedang: 19-21, Tinggi: ≥22. - Komitmen kerja: Skor maksimum adalah 24 dan skor minimum adalah 16. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: ≤18, Sedang: 19-21, Tinggi: ≥22. - Lingkungan organisasi: Skor maksimum adalah 39 dan skor minimum adalah 31. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: ≤33, Sedang: 34-36, Tinggi: ≥37. - Ancaman organisasi: Skor maksimum adalah 16 dan skor minimum adalah 8. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: ≤10, Sedang: 11-13, Tinggi: ≥14. - Perubahan organisasi: Skor maksimum adalah 26 dan skor minimum adalah 20. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: <22, Sedang: 22-24, Tinggi: ≥25. - Peran public relations: Skor maksimum adalah 74 dan skor minimum adalah 54. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: ≤60, Sedang: 61-67, Tinggi: ≥68. - Penasehat Ahli: Skor maksimum adalah 16 dan skor minimum adalah 9. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: <11, Sedang: 11-13, Tinggi: ≥14. - Fasilitator Pemecahan Masalah: Skor maksimum adalah 16 dan skor minimum adalah 9. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: <11, Sedang: 1113, Tinggi: ≥14. - Fasilitator Komunikasi: Skor maksimum adalah 32 dan skor minimum adalah 21. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: <24, Sedang: 24-27, Tinggi: ≥28. - Teknisi Komunikasi: Skor maksimum adalah 16 dan skor minimum adalah 9. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: <11, Sedang: 11-13, Tinggi: ≥14. METODE Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif untuk memperkaya analisis. Pendekatan kuantitatif ini dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner elekronik yang disebarkan melalui surat elektronik (surel) kepada seluruh staff program kelautan WWF-Indonesia. Hasil wawancara tersebut kemudian dikode, diolah melalui Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0 serta dianalisis. Pendekatan kualitatif dilakukan melalui wawancara semi terstruktur kepada responden dan informan untuk mengetahui informasi lebih dalam mengenai peran public relations program konservasi kelautan WWF-Indonesia. Lokasi dan Waktu Penelitian Organisasi non profit yang dipilih untuk penelitian ini adalah WWFIndonesia yang merupakan organisasi non profit bergerak dibidang konservasi fauna serta lingkungan hidup. Penelitian dilakukan di Kantor WWF Indonesia yang beralamat di Graha Simatupang Building Tower 2, Unit C lantai 7-11, Jl Letjen TB Simatupang Kav 38 Jakarta Selatan. Program Konservasi Kelautan merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh WWF Indonesia untuk melestarikan dan menjaga ekosistem laut. Staff dari program konservasi kelautan berkisar 60 orang yang tersebar di berbagai wilayah konservasi kelautan di Indonesia. Pemilihan Program konservasi Kelautan dilakukan secara sengaja (purposive). Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dipilihnya WWF Indonesia Konservasi Kelautan sebagai tempat penelitian adalah: 1) WWF Indonesia merupakan salah satu organisasi non profit yang bergerak berdasarkan issue lingkungan 2) luas dan banyaknya wilayah yang dijadikan tempat untuk konservasi kelautan dan penyebaran staff untuk masing-masing wilayah konservasi berbeda-beda. Jadwal pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan selama kurang lebih lima bulan yaitu mulai dari Februari-Juni 2013. Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan yaitu berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui sebaran kuesioner kepada seluruh staf program konservasi kelautan responden dan wawancara mendalam menggunakan pedoman pertanyaan kepada comms marine yang bertindak sebagai public relations dan beberapa staf. Isi kuesioner terdiri atas empat bagian yang ditujukan kepada staf dengan menggunakan teknik pendekatan kuantitatif, berupa karakteristik responden (8 pertanyaan), budaya organisasi (17 pertanyaan), dan lingkungan organisasi (13 pertanyaan, dan peran public relations program konservasi kelautan WWF-Indonesia (22 pertanyaan). Pedoman pertanyaan ditujukan kepada comms marine dan beberapa staf melalui teknik pendekatan kualitatif, yang digunakan 16 untuk melengkapi informasi penelitian sebanyak 15 pertanyaan (Lampiran 1 dan Lampiran 2). Data sekunder diperoleh melalui dokumen perusahaan meliputi profil Program Konservasi Kelautan dan profil WWF mulai dari sejarah terbentuk hingga struktur kepengurusan dan program WWF, serta berbagai literatur yang relevan dengan penelitian ini, yaitu buku dan internet. Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling. Purposive sampling ialah sebuah sampel yang dipilih berdasarkan perimbanganpertimbangan tertentu, sedangkan pertimbangan yang diambil itu berdasarkan tujuan penelitian. (Singarimbun dan Effendi 1995). Populasi penelitian berjumlah 60 orang, yaitu seluruh staf program konservasi kelautan. Peneliti mendata seluruh staf dan email mereka yang berjumlah 60 orang, kemudian mengirimkan kuesioner melalui surel kepada 60 staf populasi penelitian, staf yang memberi feedback berupa isi kuesioner menjadi responden penelitian. Unit analisis penelitian ini adalah individu. Jumlah staf yang menjadi responden berjumlah 30 orang (Lampiran 3), mereka adalah yang merespon email peneliti dan memberikan jawaban kuesioner. Jumlah 30 staf merupakan sampel dari penelitian ini. Data yang telah dikumpulkan diolah menggunakan Microsoft excel dan statistic deskriptif, lalu disimpulkan. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan pendekatan kuantitatif. Pengolahan data dilakukan dengan tiga langkah, yaitu pertama, melakukan pengkodean kemudian memasukkan data ke dalam kartu atau berkas data. Kedua, membuat tabel frekuensi atau tabel silang. Ketiga, mengedit yakni mengoreksi kesalahankesalahan yang ditemui setelah membaca tabel frekuensi atau tabel silang (Singarimbun dan Effendi 2008). Data yang diperoleh akan dianalisis dengan beberapa teknik, antara lain: 1. Tabel frekuensi, untuk menganalisis data primer, yaitu budaya organisasi, lingkungan organisasi dan keempat peran public relations 2. Uji Chi Square untuk menganalisis hubungan antarvariabel dengan data nominal, yaitu hubungan antara budaya organisasi dengan penasehat ahli, fasilitator pemecahan masalah, fasilitator komunikasi dan teknisi komunikasi, lingkungan organisasi dengan penasehat ahli, fasilitator pemecahan masalah, fasilitator komunikasi dan teknisi komunikasi. Menurut Singarimbun dan Effendi (2008), rumus Kai Kuadrat atau Chi Square ( ²) adalah ²= ² = nilai Chi Square fo = frekuensi yang diperoleh atau diamati ft = frekuensi yang diharapkan Untuk mengetahui signifikansi hasil yang diperoleh, harus diketahui derajat kebebasan (degrees of freedom) dengan rumus sebagai berikut: Keterangan: dk = (k-1)(b-1) Keterangan: dk = derajat kebebasan k = kolom 17 b = baris Keeratan hubungan antara dua variabel dapat diketahui dengan menggunakan keofisien kontingensi (Singarimbun dan Effendi 2008). Menurut Hasan (2009), koefisien korelasi adalah bilangan yang digunakan untuk mengukur derajat hubungan, meliputi kekuatan hubungan dan bentuk/arah hubungan. Untuk kekuatan hubungan, nilai korelasi berada di antara -1 dan +1. Untuk bentuk/arah hubungan, nilai koefisien korelasi dinyatakan dalam positif (+) dan negatif (-). Jika koefisien korelasi bernilai positif maka variabel-variabel berkorelasi positif, artinya jika variabel X naik/turun maka variabel Y juga naik/turun. Jika koefisien korelasi bernilai negatif maka variabel-variabel berkorelasi negatif, artinya jika variabel X naik/turun maka variabel Y akan turun/naik. Menurut Hasan (2009), koefisien korelasi diartikan sebagai berikut: KK = 0.00 : tidak ada hubungan 0.00 < KK ≤ 0.20 : hubungan rendah sekali atau lemas sekali 0.20 < KK ≤ 0.40 : hubungan rendah atau lemas tetapi pasti 0.40 < KK ≤ 0.70 : hubungan cukup berarti atau sedang 0.70 < KK ≤ 0.90 : hubungan tinggi atau kuat 0.90 < KK ≤ 1.00 : hubungan sangat tinggi atau kuat sekali, dapat diandalkan KK = 1.00 : hubungan sempurna Pengolahan data statistik dilakukan dengan program Statistic Program for Social Sciences (SPSS version 16.0) untuk mengolah data hasil kuesioner. Penentuan kriteria pengujian dilakukan dengan cara membandingkan nilai kritis (nilai alpha tabel dari distribusinya) dengan nilai uji statistiknya. Hipotesis nol (Ho) diterima jika nilai uji statistiknya berada di luar nilai kritisnya. Hipotesis nol (Ho) ditolak jika nilai uji statistiknya berada dalam nilai-nilai kritis (Hasan 2009). PROFIL WORLD WILDLIFE FUND FOR NATURE (WWF)INDONESIA Sejarah World Wildlife Fund for Nature (WWF)-Indonesia World Wide Fund for Nature (WWF) mulai bekerja di Indonesia sebagai kantor program dari WWF Internasional di awal tahun 1961, dibawah pengawasan Kementrian Kehutanan. Pada tahap awal ini aktivitas utama WWF adalah berupa penelitian dan survei terhadap spesies mamalia, terutama badak dan harimau di pulau Jawa dan Sumatra, dimana kedua hewan tersebut termasuk binatang yang terancam punah. WWF kemudian memulai berbagai inisiatif konservasi di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Selama setengah periode pertama di era 80-an, tim program WWF berkolaborasi dengan pemerintah didalam mengembangkan strategi untuk konservasi kelautan yang dilaksanakan awal 90-an. Di tahun 1996 WWF mendaftarkan diri menjadi sebuah yayasan di Indonesia. Dewan komisaris terbentuk setelah itu dan mendapatkan lebih banyak fleksibilitas didalam pengumpulan dana dan pengembangan program di seluruh Indonesia. Pada bulan April 1998, Kantor program WWF-Internasional di Indonesia bertransformasi menjadi WWF-Indonesia dan telah sah secara hukum sebagai organisasi nasional dengan status yayasan atau organisasi non profit. Hingga 2004, WWF-Indonesia telah membantu pemerintah didalam pembentukan berbagai area konservasi hutan, termasuk Taman Nasional Wasur, Taman Nasional Lorentz, dan Cagar Alam Arfak Strict di Papua, Taman Nasional Kayan Mentarang dan Betung Kerihun di Kalimantan, Taman Nasional Bukti Tigapuluh di Sumatra. Dalam pengembangannya, WWF mengutamakan perlunya peranan dari komunitas lokal didalam pengelolaan cagar alam dan mendorong pengakuan yang sah secara hukum untuk akses bagi hak adat dan pemanfaatan cagar alam untuk mata pencaharian bagi komunitas lokal atau masyarakat sekitar kawasan lindung, tanpa merusak kawasan tersebut. WWF-Indonesia berusaha untuk memfasilitasi dan mendukung pembangunan ekonomi alternatif berkelanjutan bagi komunitas lokal di Aru Tenggara, Maluku, Takabone Rate dan Taman Laut Bunaken di Sulawesi, serta Taman Nasional Cendrawasih di Papua. Pada saat ini, WWF-Indonesia terus berupaya didalam peningkatan kapasitas didalam penerapan pengelolaan area konservasi yang lebih baik. Saat ini, WWF-Indonesia berada di 27 wilayah kerja , yang tersebar di 17 provinsi di Indonesia. Visi dan Misi WWF-Indonesia WWF-Indonesia sebagai salah satu organisasi non profit lingkungan di Indonesia, memiliki visi misi serta tujuan organisasinya. Tujuan utama WWFIndonesia adalah untuk menghentikan dan memperbaiki kerusakan lingkungan yang terjadi serta membangun masa depan, dimana manusia hidup selaras dengan alam. Visi WWF-Indonesia adalah "Pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia untuk kesejahteraan generasi sekarang dan di masa mendatang" dengan misi yang 20 dibawa WWF yaitu melestarikan keanekaragaman hayati dan mengurangi dampak yang disebabkan manusia melalui upaya: 1. Mempromosikan etika pelestarian yang kuat, kesadaran serta di kalangan masyarakat Indonesia 2. Memfasilitasi upaya multi pihak untuk melindungi keanekaragaman hayati dan proses ekologis dalam skala ekoregional 3. Melakukan advokasi kebijakan, hukum dan penegakan hukum yang mendukung upaya pelestarian 4. Mempromosikan pelestarian bagi kesejahteraan masyarakat, melalui pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan. WWF dengan visi misinya, Saat ini memprioritaskan kerja di pusat keanekaragaman hayati penting yang dikenal sebagai Global 200 Ecoregions. Global 200 Ecoregions merupakan peringkat yang diberikan WWF bagi habitat di wilayah darat, perairan tawar serta laut yang memiliki keanekaragaman hayati yang penting, 19 diantaranya terdapat dalam wilayah politik Indonesia. Program pelestarian di Indonesia terdapat pada 25 situs yang tersebar di 17 provinsi, di bidang kelautan, ekosistem air tawar dan hutan. Upaya yang dilakukan adalah menyelamatkan keanekaragaman spesies dengan mempromosikan pelestarian yang memberikan keuntungan sosial dan ekonomi secara berkelanjutan bagi komunitas lokal. Untuk memulihkan kerusakan ekosistem dan mengurangi beragam ancaman seperti yang ditimbulkan oleh perubahan iklim dan bahan kimia beracun. Pendekatan yang WWF lakukan adalah menjalin kerjasama dengan berbagai pihak. Selain dari upaya pelesetarian yang terus dilakukan, WWF juga memperkuat masyarakat, mendorong pemerintah dan perusahaan bertanggung jawab, serta mewujudkan kebijakan dan praktik yang mendukung pelestarian dengan promosi: 1. Kebijakan pelestarian yang kuat pada setiap tingkatan pemerintah, tingkat perusahaan multi nasional, WWF mendorong mereka untuk memperkuat kebijakan dan menerapkan praktek pelestarian dengan baik. 2. Memperkuat komunitas, mendorong agar komunitas lokal dapat melindungi sendiri sumber daya alamnya, serta berperan aktif dalam menentukan pengelolaan sumber daya. Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia Program Kelautan WWF-Indonesia merupakan salah satu dari tiga program konservasi yang dilakukan oleh WWF di Indonesia, program ini merupakan indikator untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh jaringan global WWF. Ekosistem laut dan pesisir dan sumber daya perikanannya di seluruh dunia berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Eksploitasi ikan yang berlebihan dan kemundurun kualitas habitat laut dan pesisir yang kerap diakibatkan oleh kegiatan manusia, mengancam keanekaragaman hayati dan penghidupan masyarakat yang tergantung pada sumber daya laut. 21 Jaringan global WWF telah menetapkan visinya untuk mengembalikan keseimbangan alam. Pemerintah, komunitas, para ahli lingkungan, industri dan berbagai kelompok kepentingan di seluruh dunia bekerjasama untuk menjaga dan memulihkan harta kekayaan laut. Masyarakat memanfaatkan laut dan pesisir secara bijak untuk keuntungan sekarang dan bagi generasi selanjutnya, dan memiliki pemahaman yang sama bahwa seluruh kehidupan di lautan memiliki hak dan tempat untuk meneruskan kehidupan mereka. Program kelautan yang dilakukan kantor program Indonesia dimulai pada 1993. Setelah 1998, pendekatan eco-regional untuk pelestarian lebih diintensifkan. Pendekatan ini secara khusus memperkuat dengan membuat contoh konservasi kelautan dan pengelolaan perikanan yang hidup, di sejumlah kawasan prioritas di Taman Nasional Bunaken dan Taman Nasional Bali Barat. Di tingkat Nasional, untuk konservasi kawasan dan ekoregional mendapat dukungan dari program konservasi kelautan dan reformasi kebijakan pengelolaan perikanan. Selanjutnya, WWF juga sudah mengembangkan program pengembangan kapasitas pengelolaan dari mitra-mitra penting di kawasan dan pada tingkat nasional melalui pelatihan-pelatihan dan pelaksanaan bersama dalam kegiatan monitoring dan pengelolaan perikanan. Struktur Organisasi Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia Conservation Program Director CTNI Leader Marine Program Director Marine Science Expert Marine Program Finance Manager Marine Program Strategic Development Marine Program Administrator Officer MPA Program Leader Fisheries Program Leader Marine Species program leader Cendrawasih, Abun, Kei, Wakatobi, Bunaken, Bera, Paloh, Solor Alor MPA Project Leader By-Catch, Capture Fisheries, Aquaculture Coordinator Turtle, Sharks and Cetacean Conservation Management Coordinator Program Monitoring and Evaluation Manager Conservation Science and Training Manager Communication and Outreach Manager CTI Manager 22 Public relations pada program konservasi kelautan diawasi khusus oleh Marine program strategic development yang bernama communication and outreach manager atau disingat sebagai comms marine. Memiliki satu manager pusat yang membawahi dua orang yang juga bertindak sebagai public relations, yaitu Juru Kampanye dan juga Assistant Juru Kampanye. Meskipun memiliki struktur yang berstrata, namun pada program konservasi kelautan memiliki budaya dan merasakan lingkungan organisasi yang sama, karena atasan hingga bawahan berada dalam satu ruangan tanpa sekat sehingga akan cenderung memiliki kesamaan dalam berbudaya organisasi dengan jabatan yang berbedabeda. Job Descriptions dan Peran Public Relations Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia Sebagai public relations, comms marine memiliki tugas-tugas khusus yang mencerminkan perannya sebagai seorang public relations organisasi non-profit. Tugas tersebut telah dimapping pada Tabel 3 Tabel 3 Mapping job description comms marine No Job description comms marine 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Memproduksi tulisan(artikel, news letter, press release, informasi-informasi kelautan) Membentuk dan mengorganisasikan komunitas pecinta laut dan spesiesnya (marinebuddies) lewat jejaring sosial (twitter,facebook,blog) Menyusun rencana kampanye terkait urgensi dibidang kelautan dan perikanan Sebagai pihak yang mewakili program konservasi kelautan untuk pertemuanpertemuan, undangan serta rapat dengan stakeholder WWF-Indonesia Menjalin hubungan baik dengan mitra, media dan sponsor program konservasi kelautan Menyebarkan informasi kepada seluruh staf terkait organisasi atau hal di luar itu yang masih berhubungan dengan program konservasi kelautan Melakukan identifikasi dan mencari data untuk para peneliti program untuk dijadikan acuan kampanye berikutnya Kategori peran relations Teknisi komunikasi public Teknisi komunikasi, fasilitator komunikasi Fasilitator pemecahan masalah, fasilitator komunikasi Fasilitator komunikasi Fasilitator komunikasi Fasilitator komunikasi Fasilitator pemecah masalah 23 Capaian Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia Hasil-hasil utama yang telah diraih oleh konservasi Kelautan di Indonesia termasuk: Tahun 1993 Teluk Cendrawasih menjadi taman laut nasional berdasarkan penelitian ilmiah, advokasi kebijakan dan pengembangan komunitas yang dilakukan oleh WWF. 2. Tahun 1999 peraturan resmi untuk larangan eksploitasi penyu diterima dan selanjutnya diperkuat oleh legalisasi gubernur di seluruh Bali yang melarang pengumpulan dan pembunuhan penyu berdasarkan lobi kebijakan, kampanye publik, dan penelitian ilmiah yang dilakukan oleh WWF. 3. Tahun 2001 WWF menjadi koordinator untuk Program ReefCheck Indonesia dan menyelenggarakan pelatihan bagi lebih dari 900 relawan di 21 lokasi dari seluruh Indonesia untuk memimpin aktifitas monitoring terumbu karang regular. 4. Tahun ini juga, jaringan sektor swasta bernama Friends of the Reef didirikan di Bali yang memfasilitasi penerapan praktek pelaksanaan pariwisata laut terbaik, dan menyediakan forum untuk diskusi mengenai konservasi berdasarkan kerja WWF di Taman Nasional Bali Barat. 5. Tahun 2002 Departemen Kelautan dan Perikanan mengadopsi pendekatan pengelolaan kolaboratif berdasarkan usaha WWF yang bekerjasama dengan organisasi non pemerintah dan proyek pengelolaan sumber daya alam lainnya. 6. Tahun 2003 Departemen Perikanan dan Kelautan setuju menjadi tuan rumah dan mendanai sekretariat Indonesia untuk manajemen dan konservasi SSME berdasarkan kerjasama dengan WWF Malaysia dan WWF Philipina. Capaian program konservasi kelautan akan terus bertambah seiring dengan waktu dan ditemukannya solusi serta berhasil dalam penerapan permasalahan kelautan dan perikanan. 1. BUDAYA DAN LINGKUNGAN ORGANISASI PROGRAM KONSERVASI KELAUTAN WWF-INDONESIA Budaya Organisasi Budaya organisasi merupakan suatu ciri khas dari sebuah organisasi. Setiap organisasi akan memiliki budaya yang berbeda-beda. Budaya dapat dilihat dari nilainilai yang tertanam oleh anggota dan sejauh mana melekat serta mempengaruhi perilaku dari organisasi maupun anggota. Budaya organisasi memiliki beberapa indikator yang dapat menentukan tinggi rendahnya budaya pada suatu organisasi, diantaranya adalah nilai organisasi yang menunjukkan bagaimana anggota organisasi memahami seluruh nilai-nilai, tujuan hingga visi misi organisasi untuk dapat diaplikasikan pada saat berorganisasi. Iklim organisasi, memperlihatkan bagaimana kondisi, situasi serta atmosfer yang terbentuk dalam suatu organisasi. Terakhir adalah komitmen terhadap kerja, menunjukkan bagaimana komitmen anggota pada saat berorganisasi. Tingkatan budaya organisasi pada program kelautan WWF-Indonesia ditunjukkan dalam Tabel 4 Tabel 4 Distribusi staf berdasarkan tingkat budaya organisasi WWF-Indonesia Tingkat Tinggi Sedang Rendah Total Jumlah 8 14 8 30 Presentase(%) 26,7 46,7 26,7 100 Budaya organisasi pada WWF-Indonesia tergolong berkembang cukup baik karena hampir seluruh staf WWF-Indonesia memiliki pemahaman yang cukup baik terhadap nilai-nilai organisasi yang ditunjukkan melalui visi misi organisasi. Selain itu, suasana yang terbentuk dalam WWF-Indonesia cenderung kekeluargaan, tidak ada paksaan untuk membantu konservasi di wilayah Indonesia, atasan dengan staf memiliki hubungan dekat, tidak ada strata yang mana yang tinggi karena semua melebur menjadi satu. WWF-Indonesia juga tidak menuntut staf harus menggunakan pakaian formal ketika bekerja di kantor, hal terpenting adalah sopan dalam berbusana. Tidak pula harus datang ke kantor setiap hari jam kerja, kapan saja selama pekerjaan yang diberikan selesai pada waktunya. Disimpulkan suasana kerja yang tercipta nyaman dan atmosfer bersahabat, komitmen yang dimiliki masing-masing staf pada saat bekerja juga baik, hal tersebut mempengaruhi perkembangan budaya organisasi program konservasi kelautan. Delapan responden berpendapat budaya organisasi program konservasi kelautan berkembang dengan baik karena mereka memiliki masa kerja yang sudah lama di WWF-Indonesia, sehingga sudah mengenal baik budaya yang tercipta dan memahami nilai yang terbentuk pada organisasi. Delapan responden lain berpendapat bahwa budaya organisasi program konservasi dan kelautan WWF-Indonesia kurang berkembang dengan baik dalam organisasi . Hal tersebut terjadi karena responden memiliki masa kerja di bawah dua tahun untuk WWF-Indonesia sehingga belum merasakan perkembangan budaya yang signifikan dalam program konservasi kelautan WWF-Indonesia. Selain itu, responden juga ada yang termasuk staf lapang yang bekerja di wilayah program konservasi kelautan WWF-Indonesia, staf tersebut memiliki interaksi yang rendah terhadap stafflain yang kebanyakan bekerja di kantor. Adapula beberapa staf yang berpendapat 26 demikian adalah staf yang berstatus temporer bukan tetap, sehingga belum cukup mampu memahami nilai dan budaya dengan baik. Maka mereka akan berpendapat budaya organisasi WWF-Indonesia berkembang kurang baik. Menurut Robins (2006), Budaya organisasi membentuk sejumlah fungsi dalam suatu organisasi, yaitu budaya mempunyai suatu peranan dalam menetapkan tapal batas, artinya budaya menciptakan perbedaan yang jelas antara satu organisasi dengan organisasi yang lain, budaya membawa suatu rasa indentitas bagi anggota organisasi, budaya mempermudah timbulnya komitmen pada area yang lebih luas daripada kepentingan individu seseorang, budaya dapat meningkatkan kemantapan sistem,dan budaya berfungsi sebagai mekanisme pembuatan makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan. Kelima peran tersebut sudah berkembang dan nampak pada program konservasi kelautan WWF-Indonesia. Budaya organisasi WWF-Indonesia termasuk kategori tinggi jika dilihat dari tiga unsurnya. Distribusi staf mengenai budaya organisasi berdasarkan unsur-unsurnya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Distribusi staf berdasarkan tingkat budaya organisasi sesuai unsurnya Unsur Budaya Organisasi Tingkat Budaya Organisasi Rendah(%) Sedang(%) Tinggi(%) Nilai Organisasi 3 (10) 13 (43,3) 14 (46,7) Iklim Organisasi 5 (16,7) 15 (50) 10 (33,3) Komitmen Kerja 6 (20) 18 (60) 6 (20) Tingkat budaya organisasi staf program kelautan WWF-Indonesia paling tinggi terdapat pada nilai organisasi, hal tersebut disebabkan karena nilai-nilai organisasi seperti visi-misi, tujuan organisasi dan hal-hal yang membentuk nilai suatu organisasi sudah dipahami oleh hampir seluruh staf. Iklim organisasi dan komitmen kerja berhubungan dengan periode kerja staf, staf yang berpendapat bahwa iklim organisasi berkembang cukup baik dan memiliki komitmen kerja cukup baik adalah staf yang memiliki periode kerja kurang dari satu tahun setengah. Karena WWF-Indonesia program konservasi keluatan memiliki staf yang masih berstatus honorer dan temporer. Nilai Organisasi Nilai organisasi dikatakan sebagai sebagai suatu kemampuan anggota atau staf memahami tanggung jawab serta visi misi yang dibawa oleh organisasi WWF Indonesia Program Konservasi Kelautan. Nilai organisasi terdiri atas lima indikator yang dijabarkan pada Tabel 6 Tabel 6 Distribusi staf berdasarkan indikator nilai organisasi Indikator Memahami tujuan organisasi WWF Indonesia Memahami visi dan misi organisasi WWF Indonesia Memahami tanggung jawab WWF sebagai organisasi pelestarian lingkungan Memahami tujuan program Konservasi Kelautan WWF Jumlah staff (orang) dan presentase (%) SS S TS STS 21 9 0 0 (70.0) (30.0) (0.0) (0.0) 19 11 0 0 (63.3) (36.7) (0.0) (0.0) 19 11 0 0 (63.3) (36.7) (0.0) (0.0) 25 (83.3) 5 (16.7) 0 (0.0) 0 (0.0) 27 Memahami setiap kegiatan yang dilakukan oleh program Konservasi Kelautan 14 (46.7) 13 (43,3) 3 (10.0) 0 (0.0) Keterangan: SS = Sangat Setuju ; S = Setuju ; TS = Tidak Setuju ; STS = Sangat Tidak Setuju Hampir seluruh staf program konservasi kelautan WWF-Indonesia memiliki pemahaman yang baik terhadap nilai yang dibawa oleh WWF-Indonesia sebagai organisasi non-profit lingkungan. Pemahaman tersebut ditunjukkan dengan perilaku staf ketika sedang atau tidak bekerja, staf melalui account social media seperti twitter dan facebook mem-posting informasi mengenai kelautan. Mulai dari spesies yang ada di laut, keindahan laut, masalah-masalah kelautan yang timbul serta diprediksi akan timbul dan alternatif penyelesaian masalah yang timbul. Gaya hidup staf pun mengikuti apa yang telah ditanam oleh organisasi WWFIndonesia, seperti memiliki botol minum sendiri untuk minum, membawa paper bag atau tas tersendiri untuk berbelanja demi mengurangi penggunaan plastik, melakukan printing bolak-balik dan menggunakan kertas bekas. Selain itu juga karena program kelautan, maka hampir semua staf memiliki kemampuan untuk menyelam (diving). Meskipun ada staf yang sudah resign tetapi perhatian terhadap WWF-Indonesia program konservasi kelautan masih terus diberikan. Nilai organisasi merupakan elemen dari terbentuknya budaya suatu organisasi, karena budaya organisasi merupakan suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggotaanggota organisasi, dan merupakan suatu sistem makna bersama (Robbins 2006). Sehingga kesamaan makna antara seluruh staf dengan manajerial lain harus dicapai dengan pemahaman yang baik terhadap visi misi dan tujuan organisasi. Staf atau manajerial lain dikatakan memahami nilai organisasi dengan baik apabila dalam keseharian menunjukkan prilaku yang mencerminkan visi misi atau nilai organisasi tersebut. Iklim Organisasi Iklim organisasi merupakan suasana yang merefleksikan isi dan kekuatan dari nilai-nilai umum, norma, sikap, tingkah laku dan perasaan staf WWF Indonesia ketika menjalankan dan berada dalam organisasi. Staf akan memberikan penilaian terhadap suasana organisasi yang tercipta. Iklim organisasi terdiri atas enam indikator yang dijabarkan pada Tabel 7 Tabel 7 Distribusi staf berdasarkan indikator iklim organisasi Indikator Bebas menyampaikan pendapat Bebas memberikan saran Memiliki panggilan bebas kepada staff lain Perasaan betah berkumpul bersama seluruh staff Perasaan senang berkontribusi terhadap program Konservasi Kelautan Perasaan bahwa program Konservasi Kelautan adalah bagian dari hidup Jumlah staf (orang) dan presentase (%) SS S TS STS 15 15 0 0 (50.0) (50.0) (0.0) (0.0) 11 19 0 0 (36.7) (63.3) (0.0) (0.0) 12 9 9 0 (60.0) (30.0) (30.0) (0.0) 14 16 0 0 (46.7) (53,3) (0.0) (0.0) 23 7 0 0 (76.7) (23,3) (0.0) (0.0) 14 13 3 0 (46.7) (43.3) (10.0) (0.0) Keterangan: SS = Sangat Setuju ; S = Setuju ; TS = Tidak Setuju ; STS = Sangat Tidak Setuju 28 Iklim yang tercipta dalam organisasi non profit WWF-Indonesia baik, sebagian lebih staf berpendapat iklim yang tercipta baik. Staf merasa bekerja untuk WWFIndonesia bukan suatu keterpaksaan hingga berujung kepada stress, karena sesama staf sudah dianggap sebagai keluarga sehingga staf akan mampu menyelesaikan pekerjaan dalam kondisi nyaman. Kenyamanan didapat ketika berkumpul bersama seluruh staf program kelautan, acara formal maupun non formal. Diantara staf, memiliki panggilan tersendiri untuk staf lain, tidak terbatas oleh umur atau jabatan di program konservasi kelautan WWF-Indonesia. Salah satu contoh adalah HZ, staf WWF-Indonesia yang berumur 27 tahun dan menjabat sebagai bycatch coordinator memiliki julukan “sekepet”. Julukan tersebut diberikan oleh TL yang berumur di bawah HZ serta memiliki posisi jabatan lebih rendah dibanding HZ. Alur saran yang diberikan oleh staf kepada atasan atau pihak terkait juga sangat baik, mereka langsung mengutarakan masukan untuk suatu kegiatan, agenda dan hal apapun terkait program keluatan tanpa ada rasa malu atau ketakutan bahwa saran akan ditolak mentah-mentah. Pada rapat bulanan, peneliti diajak untuk ikut mengamati suasana rapat dan terlihat sangat jelas tidak ada batasan untuk memberikan saran selama hal tersebut tidak berbau SARA dan tetap pada koridor pembahasan rapat. Staf yang berpendapat iklim organisasi WWF-Indonesia yang tercipta cukup baik merupakan staff yang bekerja pada wilayah konservasi WWF-Indonesia, sehingga interaksi antar staf jarang dirasakan oleh staf lapang. Staf lapang memiliki interaksi khusus yang lebih tinggi terhadap warga sekitar wilayah konservasi, bukan kepada staf lain yang bekerja di kantor. Selain itu ada staf yang memiliki masa kerja di bawah satu setengah tahun berpendapat iklim organisasi cukup baik, karena periode kerja yang belum lama sehingga staf belum cukup merasakan kenyamanan dan atmosfer yang bersahabat dibandingkan staf yang sudah bekerja lebih lama. Program konservasi kelautan, menurut dimensi budaya organisasi yang dipaparkan oleh Harrison dan Stokes (1992) termasuk kategori orientasi pada dukungan. Pada orientasi ini, iklim organisasi sangat menentukan karena yang dibutuhkan adalah iklim saling percaya antara anggota, ada kehangatan dan kenyamanan yang mendorong staf untuk semangat dalam menyelesaikan tugas dan masuk ke kantor. Selain itu, arus komunikasi ke atas yang tercipta pada program konservasi kelautan dinilai berfungsi dengan baik, atasan mengetahui kesiapan bawahan untuk menerima informasi dari atasan dan pemahaman mereka terhadap penyampaian informasi tersebut, masukan yang berharga untuk organisasi juga mudah untuk disampaikan kepada atasan, adanya feedback terhadap apresiasi yang diberikan atasan kepada staf yang loyal serta penguatan arah pengendalian atas keterlibatan staf dalam setiap permasalahan organisasi. Selain itu, arus komunikasi ke bawah dan ke samping menjadi faktor penentu program konservasi kelautan WWF-Indonesia memiliki iklim organisasi yang baik. Keterbukaan dari atasan terhdap staf membuat arus komunikasi ke bawah berjalan dengan lancar, komunikasi antara sesama tingkat hierarkinya berjalan dengan baik melalui pertemuan formal seperti rapat bulanan dan informal seperti saling berbagi cerita, ngobrol melalui grup di aplikasi chatting whatssapp dan lainnya. Komitmen Kerja Komitmen kerja merupakan kondisi staf program kelautan WWF-Indonesia yang memiliki keinginan kuat disertai dengan upaya besar untuk menjalankan tugas dengan maksimal, sehingga tujuan program keluatan WWF-Indonesia dapat tercapai. 29 Masing-masing staff akan memiliki tingkat komitmen yang berbeda dalam bekerja untuk program kelautan WWF-Indonesia. Indikator komitmen kerja terdiri atas enam indikator yang dijabarkan pada Tabel 8 Tabel 8 Distribusi staf berdasarkan indikator komitmen kerja Indikator Mengetahui tugas di program konservasi kelautan Perasaan senang mengerjakan tugas Antusias dengan tugas baru Berusaha menyelesaikan tugas waktu Berupaya maksimal agar program berlanjut tepat Bersedia dipindah tempat tugas untuk WWF-Indonesia Jumlah staf (orang) dan presentase (%) SS S TS STS 18 11 1 0 (60.0) (36.7) (3.3) (0.0) 15 12 3 0 (50.0) (40.0) (30.0) (0.0) 8 21 1 0 (27.7) (70.0) (3.3) (0.0) 13 17 0 0 (43.3) (56.7) (0.0) (0.0) 19 11 0 0 (63.3) (36.7) (0.0) (0.0) 14 (46.7) 6 (20) 10 (33.3) 0 (0.0) Keterangan: SS = Sangat Setuju ; S = Setuju ; TS = Tidak Setuju ; STS = Sangat Tidak Setuju Komitmen kerja yang dimiliki staf program kelautan WWF-Indonesia adalah tinggi. Staf yang memiliki komitmen kerja sedang, merupakan staf yang bekerja di kantor bukan di lapang serta yang bekerja sebagai staf temporer. Sehingga, ketika ditawarkan untuk pindah ke lapang maka staf tersebut akan menolak. Lain dengan staf lapang yang lokasi kerja dapat berubah-ubah, namun tidak ada penolakan dari staf lapang. Hal tersebut dikarenakan kebiasaan tugas yang mereka kerjakan dan sudah terasa nyaman, maka untuk dipindah tempat hanya staf lapang yang bersedia untuk direlokasi. Hampir semua staf akan berusaha mengerjakan tugas sebaik-baiknya dan secara maksimal. Peneliti pernah berada di kantor hingga pukul tujuh malam, situasi kantor masih ramai karena hampir seluruh staf ingin menyelesaikan tugas tepat waktu tanpa menunda. Staf rela pulang lebih larut untuk terselesaikannya tugas yang telah menjadi mandat untuknya. Namun, ada satu staf yang tidak mengetahui tugasnya di program kelautan karena staf tersebut baru pindah posisi dan memiliki background pendidikan sebagai magister hukum. Komitmen kerja yang dimiliki staf program konservasi kelautan WWF-Indonesia dipengaruhi oleh iklim yang dirasakan oleh masing-masing staf. Jika dikatakan bahwa program konservasi kelautan memiliki dimensi orientasi pada dukungan, maka komitmen terhadap kerja tinggi. Loyalitas dimiliki oleh hampir seluruh staf yang bekerja untuk program konservasi kelautan WWF-Indonesia. Karena bagi mereka, pekerjaannya saat ini tidak hanya yang mereka sukai, tetapi karena lingkungan tempat bekerja sangat mendukung untuk memiliki komitmen tinggi terhadap kerja. Lingkungan Organisasi Lingkungan organisasi memiliki pengaruh kuat terhadap keberadaan suatu organisasi. Lingkungan dibedakan atas sumbernya, lingkungan luar organisasi dan lingkungan dalam organisasi. Lingkungan luar organisasi misalnya adalah publik, baik 30 masyarakat sekitar, pemerintah, organisasi yang memiliki visi misi senada atau rekan fundrising. Sementara lingkungan organisasi dalam adalah seluruh staf program kelautan WWF-Indonesia juga seluruh program yang ada diWWF-Indonesia dikatakan sebagai lingkungan dalam. Baik atau buruknya pengaruh yang berasal dari luar dan dalam organisasi, akan mempengaruhi stabilitas organisasi dalam mencapai tujuan. Lingkungan organisasi memiliki dua variabel berupa ancaman organisasi dan perubahan organisasi. Ancaman cenderung pengaruh negatif berasal dari luar dan dalam, perubahan cenderung ke arah positif tetapi ada pula yang negatif berasal dari dalam dan luar. Tingkatan lingkungan organisasi program kelautan WWF-Indonesia yang dijabarkan pada Tabel 9 Tabel 9 Distribusi staf berdasarkan tingkat lingkungan organisasi WWF-Indonesia Tingkat Tinggi Sedang Rendah Total Jumlah 3 14 13 30 Presentase(%) 10 43,3 46,7 100 Lingkungan organisasi program kelautan WWF-Indonesia memiliki selisih yang tidak jauh antara sedang dengan rendah. Karena, pengaruh yang berasal dari dalam dan luar organisasi tidak memberikan pengaruh yang sangat berarti kepada keberlangsungan program konservasi kelautan WWF-Indonesia. Hal ini disebabkan oleh dua hal, pertama program kelautan memiliki tim kuat yakni public relations yang mampu menjaga stabilitas organisasi dari pengaruh yang diberikan oleh dalam dan luar organisasi. Kedua adalah mental yang dimiliki staf program kelautan WWF-Indonesia untuk menghadapi ancaman yang bernilai negatif menjadi hal positif, seperti banyaknya penolakan yang diberikan oleh masyarakat ketika menerapkan program konservasi, tidak menjadikan staf mundur dari program tetapi semakin tertantang mencari jalan keluar. Selain itu, mental mau menerima perubahan dan tidak menjadikan perubahan sebagai suatu yang aneh dan menghambat kerja. Lingkungan organisasi WWF-Indonesia termasuk sedang jika dilihat dari dua unsurnya. Distribusi staf mengenai lingkungan organisasi berdasarkan unsur-unsurnya dapat dilihat pada Tabel 10 Tabel 10 Distribusi staf berdasarkan tingkat lingkungan organisasi sesuai unsurnya Unsur Budaya Organisasi Tingkat Lingkungan Organisasi Rendah(%) Sedang(%) Tinggi(%) Ancaman Organisasi 7 (23,3) 18 (60) 5 (16,7) Perubahan Organisasi 11 (36,7) 15 (50) 4 (13,3) Berdasarkan Tabel 10, pada program konservasi kelautan tidak terdapat ancaman yang akan menggangu stabilitas organisasi begitupun dengan perubahan, tidak terdapat perubahan yang signifikan dan berpengaruh nyata yang terlihat oleh seluruh staf program konservasi kelautan WWF-Indonesia Ancaman Organisasi Ancaman organisasi merupakan suatu keadaan dan kondisi yang mempengaruhi organisasi ke arah negatif, ditandai dengan terhambatnya pencapaian tujuan organisasi 31 dan kerja anggota organisasi. Ancaman berasal dari dalam dan luar organisasi. Organisasi non profit seperti WWF-Indonesia diasumsikan memiliki ancaman yang rendah dikarenakan hal yang dibawa dalam mendirikan sebuah organisasi adalah untuk kesejahteraan masyarakat dan tidak mengambil keuntungan dari masyarakat. Ancaman organisasi memiliki enam indikator dijabarkan pada Tabel 11 Ancaman yang berasal dari dalam organisasi seperti konflik antar staf tidak terjadi dalam program konservasi kelautan WWF-Indonesia, karena faktor budaya yang tercipta yaitu cenderung kekeluargaan sehingga candaan atau ejekan sesama staf bukan pemicu konflik terjadi, pun tidak teridentifikasi oleh peneliti pemicu konflik antar staf\program kelautan. Staf masih terus dilibatkan dalam perencanaan program hingga evaluasi program, sehingga setiap program yang ada seluruh staf mengetahui dan beberapa paham mengenai prosedur yang lain mendukung dengan caranya sendiri. Atasan menganggap bahwa opini seluruh staf merupakan hal yang sangat penting untuk keberlanjutan program konservasi keluatan di WWF-Indonesia ini. Staf tidak merasakan adanya hambatan informasi. Beberapa staf menyatakan informasi terhambat disebabkan oleh sifat staf tersebut, yaitu mobilitas yang tinggi berada di wilayah konservasi minim sinyal sehingga menjadi orang penerima informasi terakhir. Tabel 11 Distribusi staf berdasarkan indikator ancaman organisasi Indikator Masyarakat kurang tertarik terhadap program konservasi kelautan Jumlah dukungan pihak swasta berkurang Konflik antar staff Staff tidak dilibatkan oleh atasan Informasi terhambat Pendaan program berkurang Jumlah staff (orang) dan presentase (%) SS S TS STS 1 13 12 4 (3.3) (43.3) (40.0) (13.3) 0 2 24 4 (0.0) (6.7) (80.0) (13.3) 0 2 19 9 (0.0) (6.7) (63.3) (30.0) 0 0 19 11 (0.0) (0.0) (63.3) (36.7) 0 10 17 3 (0.0) (33.3) (56.7) (10.0) 0 2 19 9 (0.0) (6.7) (63.3) (30.0) Keterangan: SS = Sangat Setuju ; S = Setuju ; TS = Tidak Setuju ; STS = Sangat Tidak Setuju Ancaman yang berasal dari luar seperti masyarakat menolak program konservasi dinyatakan oleh beberapa staf terjadi penolakan adapula yang menyatakan tidak terjadi. Staf yang menyatakan terjadi penolakan adalah staf yang berada di lapang, berinteraksi langsung dengan masyarakat wilayah konservasi sehingga tahu betul kondisi masyarakat sesungguhnya, berbeda dengan staf yang berada di kantor, mereka tidak mengetahui secara langsung kondisi masyarakat. Staf tersebut hanya menilai melalui satu sisi tanpa adanya konfirmasi langsung terhadap staf lapang. Secara keseluruhan, ancaman yang terdapat dalam program konservasi kelautan tidak tergolong tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh dua faktor yaitu organisasi non profit yang memiliki hakikat tidak mengambil keuntungan dalam menjalankan organisasinya sehingga ancaman organisasi akan cenderung rendah, atau ada ancaman tetapi tidak mengganggu stabilitas dan keberadaan organisasi, berbeda dengan organisasi profit yang sangat rentan dengan ancaman. Faktor kedua adalah keberadaan public relations yang telah membuat formulasi yang baik untuk meredam ancaman organisasi datang. 32 Perubahan Organisasi Perubahan memiliki sifat yang dinamis, artinya tidak ada yang pernah tahu kapan perubahan itu terjadi, pada saat kapan dan kapan perubahan itu terjadi. Cukup sulit untuk menentukan rentang waktu suatu perubahan pada organisasi. Peneliti menggunakan kata “sekarang” sebagai indikator pembeda dan melihat adakah perubahan yang teradi pada suatu organisasi. Perubahan bersifat positif dan negatif, ada yang membawa organisasi pada keadaan yang lebih baik, adapula yang sebaliknya yaitu menjatuhkan organisasi kepada keterpurukan. Menurut asalnya, perubahan bisa dipengaruhi oleh luar dan dalam organisasi. Perubahan organisasi memiliki tujuh indikator dijabarkan pada Tabel 12 Tabel 12 Distribusi staf berdasarkan indikator perubahan organisasi Indikator Sekarang informasi terbaru cepat Sekarang dukungan bertambah Sekarang sikap masyarakat positif Sekarang sulit berkomunikasi dengan atasan Sekarang staff tidak dilibatkan Sekarang mengambil keputusan bersama Sekarang alokasi dan bertambah Jumlah staf (orang) dan presentase (%) SS S TS STS 4 22 4 0 (13.3) (73.3) (13.3) (0.0) 6 23 1 0 (20.0) (76.7) (3.3) (0.0) 7 23 0 0 (23.3) (76.7) (0.0) (0.0) 0 0 22 8 (0.0) (0.0) (73.3) (26.7) 0 0 22 8 (0.0) (0.0) (73.3) (26.7) 3 27 0 0 (10.0) (90.0) (0.0) (0.0) 4 26 0 0 (13.3) (36.7) (0.0) (0.0) Keterangan: SS = Sangat Setuju ; S = Setuju ; TS = Tidak Setuju ; STS = Sangat Tidak Setuju Perubahan pada program kelautan WWF-Indonesia yang bersifat positif ditunjukkan oleh cepatnya informasi yang diterima oleh seluruh staf, masing-masing staf memiliki smartphone yang memudahkan mereka semua untuk mengakses informasi, menyebarkan dan mencari informasi terkait program. Dukungan dari pihak luar baik bersifat materi maupun non materi bertambah, dukungan dari pihak swasta akan membantu program secara materi. Pada saat peneliti melakukan penelitian, dukungan datang dari “planet surf” untuk program kampanye Save Our Sharks (#SOSharks). Dukungan non materi datang dari artis-artis yang menjadi “champion” kampanye, untuk kampanye #SOSharks sendiri didukung oleh 23 public figure yang menjadi champion dan membantu program untuk stop konsumsi dan pembantaian hiu. Sikap masyarakat yang tadinya negatif dengan tidak mau mengikuti program, sekarang menjadi mau mengikuti program di beberapa wilayah konservasi. Pengambilan keputusan program konservasi tetap dilakukan secara bersama oleh atasan dan staf, serta alokasi dana untuk program kelautan bertambah. Ditunjukkan oleh banyaknya kegiatan yang dilakukan dalam waktu bersamaan dan juga menghabiskan banyak cost untuk kegiatan tersebut. Sementara, perubahan bersifat negatif tidak teridentifikasi di program kelautan WWF-Indonesia. Atasan masih mudah untuk diajak berkomunikasi dan juga staf terus dilibatkan dalam pelaksanaan hingga evaluasi program. Secara keseluruhan perubahan organisasi yang diberikan dari luar dan dalam bersifat positif untuk pencapaian tujuan program kelautan WWF-Indonesia. 33 PERAN PUBLIC RELATIONS PROGRAM KELAUTAN WWF-INDONESIA Peran Public Relations Program Kelautan WWF-Indonesia Public relations merupakan sebuah bentuk komunikasi serta media bagi setiap organisasi yang bersifat profit maupun non profit. Keberadaanya sangat menentukan posisi sebuah organisasi di mata publik, selain itu public relations juga sebagai penentu pencapaian tujuan organisasi di masa mendatang. Sehingga, setiap organisasi tentu menjalankan public relations dengan berbagai sistem, cara dan nama. Sebagai organisasi non profit, WWF-Indonesia menjalankan public relations yang berbeda dengan organisasi profit dan non profit lainnya, hal tersebut dikarenakan WWF-Indonesia terbagi menjadi tiga program diantaranya, program iklim dan energi, konservasi kehutanan dan spesies, serta konservasi kelautan dan spesies. Ketiga program menjalankan public relationsnya tersendiri, namun tetap terpusat kepada public relations keseluruhan organisasi WWFIndonesia yaitu divisi communication and media relations. Penelitian ini khusus melihat bagaimana public relations program konservasi kelautan dalam menjalankan perannya untuk WWF-Indonesia. Public relations program konservasi kelautan ini bernama communication and outreach manager atau sering disebut staff sebagai communications marine disingkat comms marine, divisi tersebut yang bertindak menjalankan bentuk komunikasi untuk tercapainya tujuan organisasi. Public relations, memiliki empat peran yaitu penasehat ahli, fasilitator pemecah masalah, fasilitator komunikasi dan teknisi komunikasi, peneliti ingin melihat sejauh mana public relations menjalankan peran public relations hingga berdampak pada fungsinya. Peran tersebut dinilai oleh seluruh staff program konservasi kelautan WWF-Indonesia, dengan mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Distribusi penilaian tingkat peran public relations oleh staf dijabarkan pada Tabel 13 Tabel 13 Distribusi penilaian tingkat peran public relations oleh staf Tingkat peran public relations Tinggi Sedang Rendah Total Staf Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia Jumlah Presentase(%) 10 33,3 13 43,3 7 23,3 30 100 Secara keseluruhan staf menilai peran public relations sedang atau cukup baik, hal tersebut disebabkan oleh jumlah tim public relations yang kurang, sehingga beberapa peran dijalankan oleh public relations dengan cukup baik seperti peran sebagai penasehat ahli, fasilitator komunikasi juga peran sebagai teknisi komunikasi dijalankan oleh public relations tidak secara maksimal. Sementara peran sebagai fasilitator pemecahan masalah dinilai oleh staf telah baik 34 dijalankan oleh public relations (Tabel 14), public relations menciptakan formula yang tepat untuk dikonsumsi oleh publik, karena publik memiliki fungsi fundamental untuk keberlangsungan program konservasi kelautan WWFIndonesia salah satunya berupa dukungan berupa moril serta materil yang dinamakan donasi bulanan, donasi sekali atau kerjasama jangka panjang-jangka pendek. Formulasi yang dibuat oleh public relations kepada publik eksternal berupa kampanye-kampanye untuk melindungi species yang hampir punah. Sejauh ini, public relations telah menciptakan beberapa kampanye seperti, Save Turtle, Sustainable Seafood, dan pada saat melakukan penelitian sedang berlangsung kampanye Save Our Sharks (#SOSharks). Dalam melakukan kampanye, comms marine melibatkan banyak pihak untuk mendukung berlangsungnya kampanye, diantaranya artis yang menjadi champion atau duta kampanye, anak muda yang menjadi volunteer, pemerintah dan coorporate partner WWF-Indonesia. Peran public relations berdasarkan empat unsurnya yaitu sebagai penasehat ahli, fasilitator pemecah masalah, fasilitator komunikasi dan teknisi komunikasi dijabarkan pada Tabel 14 Tabel 14 Distribusi staf berdasarkan tingkat peran public relations sesuai unsurnya Unsur peran public relations Tingkat peran public relations Rendah(%) Sedang(%) Tinggi(%) Penasehat Ahli 9 (30) 19 (63,3) 2 (6,7) Fasilitator Pemecahan Masalah 4 (13,3) 8 (26,7) 18 (30) Fasilitator Komunikasi 9 (30) 15 (50) 6 (20) Teknisi Komunikasi 5 (16,7) 16 (53,3) 9 (30) Peran yang dinilai staf paling sering dilakukan oleh public relations adalah sebagai fasilitator pemecahan masalah, hal tersebut dikarenakan public relations menjadi bagian dalam manajemen strategis yang membantu organisasi dalam menyelesaikan masalahnya. Public relations berperan dalam pengembangan prosedur, kebijakan, produk dan aksi organisasi serta public relations memiliki kekuatan untuk mengubah sesuatu yang seharusnya diubah. Akan tetapi, sesuai dengan job description public relations program konservasi kelautan, tugas mereka lebih mengarah kepada fasilitator komunikasi yang menciptakan produk komunikasi yang dapat diterima oleh publik dengan baik. WWF-Indonesia sebagai organisasi non profit, maka memiliki publik yang khas. Publik eksternal sebagai pendukung materi dan moril organisasi dibagi menjadi supporter WWF, volunteer, masyarakat daerah konservasi serta perusahaan swasta sebagai sponsor dan publik internal yaitu seluruh staf WWF-Indonesia dari jabatan terendah hingga jabatan tertinggi untuk tersus berupaya melakukan konservasi sehingga tercapai tujuan dari organisasi. Public relations juga telah menggunakan teknologi dengan baik untuk berperan sebagai fasilitator komunikasi sebuah organisasi. Selain itu, teknisi komunikasi juga berperan lebih banyak sesuai job description yang tertulis untuk dilakukan public relations. Menulis newsletter, artikel terkait, melakukan profiling, press release, mengelola sosial media dan lainnya. 35 Penasehat Ahli Peran public relations yang pertama adalah penasehat ahli, memiliki posisi tertinggi di perusahaan karena public relations sangat dekat dengan pimpinan dan memegang kendali yang sama dengan pimpinan. Public relations dipercaya untuk memberikan nasehat kepada pimpinan terkait keberlangsungan organisasi, umumnya public relations yang berperan sebagai penasehat ahli memiliki keahlian khusus yang sejalan dengan organisasi, lebih unggul dari segi pengetahuan dan pendidikan. Penilaian staff terhadap peran public relations sebagai penasehat ahli pada program konservasi kelautan WWF-Indonesia memiliki empat indikator dijelaskan melalui Tabel 15 Peran comms marine sebagai seorang penasehat ahli dinilai staff bukan sebagai suatu peranan yang utama dilakukan comms marine di program konservasi kelautan. Karena secara struktural, comms marine tidak memiliki posisi yang seimbang dan setara dengan atasan program kelautan (Direktur) tetapi jauh di bawahnya. Selain itu, program kelautan sendiri sudah memiliki tim ahli yang menjadi penasehat Direktur dalam melihat hingga menyelesaikan masalah, tim tersebut bernama marine science expert. Marine science expert secara struktural setara dengan direktur program kelautan, sehingga mereka lah yang menjadi penasehat ahli utama untuk program kelautan WWF-Indonesia. Tabel 15 Distribusi staf berdasarkan indikator penasehat ahli Indikator Communications Marine telah memberikan pengarahan tentang cara menjalankan program Konservasi Kelautan dengan baik Communications Marine telah melakukan pencarian informasi database kelautan dengan baik Communications Marine telah memberikan saran untuk menyelesaikan masalah kelautan kepada atasan di WWF Indonesia Communications Marine telah memantau secara rutin wilayah konservasi kelautan WWF Indonesia Jumlah staf (orang) dan presentase (%) SS S TS STS 6 23 1 0 (20) (76.7) (3.3) (0.0) 2 (6.7) 19 (63.3) 9 (30) 0 (0.0) 4 (13.3) 20 (66.7) 6 (20) 0 (0.0) 2 (6.7) 20 (66.7) 8 (26.7) 0 (0.0) Keterangan: SS = Sangat Setuju ; S = Setuju ; TS = Tidak Setuju ; STS = Sangat Tidak Setuju Comms marine sendiri telah berperan sebagai penasehat ahli untuk hasil yang telah didiskusikan oleh tim ahli dan direktur. Contohnya adalah permasalahan populasi spesies hiu yang semakin berkurang secara drastis di laut, sebelumnya tim ahli telah mendiskusikan dengan direktur, setelah didapat hasilnya, direktur melemparkan kepada tim comms marine untuk diolah dan dibentuk sehingga bisa dikonsumsi oleh publik WWF-Indonesia. comms marine membuat sebuah kampanye publik untuk permasalahan spesies hiu dengan nama “Save Our Sharks”(#SOSharks). 36 Fasilitator Pemecahan Masalah Peran kedua public relations adalah sebagai fasilitator pemecahan masalah, seorang public relations mampu melakukan identifikasi suatu masalah yang timbul pada organisasi, merumuskannya, membuat solusi, menjalankan solusi sampai kepada evaluasi solusi yang telah dijalankan. Keterlibatan staf sangat penting dalam menyelesaikan permasalahan organisasi. Peran sebagai fasilitator pemecahan masalah memiliki lima indikator dijelaskan melalui Tabel 16 Peran comms marine sebagai fasilitator pemecahan masalah dinilai staf variatif, ada yang berpendapat sudah sangat baik, cukup baik dan tidak baik. Staf yang berpendapat comms marine tidak berperan sebagai fasilitator pemecahan masalah ada tiga orang dan ketiganya adalah staf lapang dan tim ahli konservasi kelautan, staf tersebut merasa lebih mengetahui kondisi dari lapang dan permasalahan yang ada sampai kepada solusi dari masalah tersebut. Sehingga, comms marine dinilai tidak memiliki keterlibatan dalam melakukan identifikasi permasalahan, merumuskan masalah, menyusun solusi, menjalankan solusi dan evaluasi solusi yang telah dijalankan. Hal tersebut diangga tugas tim ahli konservasi kelautan. Sementara ada tiga staf yang berpendapat peran comms marine sebagai fasilitator pemecahan masalah, ketiganya melihat bahwa permasalahan yang diidentifikasi oleh comms marine bukan permasalahan konservasi secara ilmiah, tetapi permasalahan yang timbul ketika permasalahan konservasi tersebut telah dibentuk sebagai suatu kampanye dan masalah yang timbul ketika akan melakukan kampanye yang diidentifikasi oleh comms marine dengan melibatkan staf. Tabel 16 Distribusi staf berdasarkan indikator fasilitator pemecahan masalah Indikator Communications Marine telah melakukan evaluasi setiap kegiatan pada program Konservasi Kelautan dengan baik Communications Marine telah mengumpulkan seluruh data yang berkaitan dengan kegiatan program Konservasi Kelautan Communications Marine telah membuat solusi untuk masalah yang timbul dalam kegiatan program Konservasi Kelautan Communications Marine telah mengajak staff lain untuk merencanakan program Konservasi Kelautan Communications Marine telah mengajak staff lain untuk melakukan evaluasi program Konservasi Kelautan Jumlah staf (orang) dan presentase (%) SS S TS STS 2 16 12 0 (6.7) (53.3) (40) (0.0) 2 (6.7) 23 (76.7) 4 (13.3) 1 (3.3) 1 (3.3) 22 (73.3) 7 (23.3) 0 (0.0) 0 (0.0) 23 (73.3) 7 (23.3) 0 (0.0) 0 (0.0) 22 (73.3) 8 (26.7) 0 (0.0) Keterangan: SS = Sangat Setuju ; S = Setuju ; TS = Tidak Setuju ; STS = Sangat Tidak Setuju Kampanye “Save Our Sharks”sebagai salah satu contoh comms marine mengajak seluruh staff untuk melakukan identifikasi hingga evaluasi. Sehingga, 37 comms marine dinilai telah berperan sebagai fasilitator pemecahan masalah dengan baik oleh staf program konservasi kelautan WWF-Indonesia Fasilitator Komunikasi Fasilitator komunikasi adalah peran seorang public relations yang ketiga, public relations sebagai penjembatan organisasi dengan publiknya, baik publik eksternal maupun internal, selain itu public relations juga memiliki kemampuan komunikasi yang baik seperti mendengarkan publik, menyampaikan informasi kepada publik, sikap sebagai seorang komunikator yang baik serta kemampuan menggunakan teknologi untuk penyebaran informasi. Distribusi peran sebagai fasilitator komunikasi terdiri atas sembilan indikator dijelaskan melalui Tabel 17 Comms marine dinilai telah melakukan peran sebagai fasilitator komunikasi dengan baik pada beberapa aspek, yaitu penyebaran informasi kepada seluruh staf, memberikan informasi sesuai kebutuhan staf, penggunaan teknologi untuk melakukan penyebaran informasi dalam hal ini menggunakan surel (surat elektronik) serta sikap sebagai seorang komunikator yaitu kemampuan berbicara sehingga staf merasa nyaman ketika melakukan diskusi dengan comms marine. Aspek lain yang dinilai cukup baik adalah sebagai pendengar keluh kesah staf, hubungan personal dengan staf yang dilihat dari frekuensi menanyakan kabar kepada staf, serta jembatan penghubung dengan program konservasi lain. Tabel 17 Distribusi staf berdasarkan indikator fasilitator komunikasi Indikator Communications Marine telah menjadi pendengar keluhan seluruh staff dengan baik Communications Marine telah menjadi jembatan penghubung saya dan staff program Konservasi Kelautan dengan Program Konservasi lain di WWF Communications Marine telah memberikan informasi yang saya butuhkan dengan baik Communications Marine telah memberikan informasi mengenai WWF Indonesia secara keseluruhan dengan baik Communications Marine telah menggunakan e-mail untuk menyampaikan informasi kepada staff program Konservasi Kelautan dengan baik Communications Marine sering menanyakan kabar saya dan apa yang sedang saya hadapi Communications Marine ramah pada seluruh staff program Konservasi Kelautan Communications Marine mudah Jumlah staf (orang) dan presentase (%) SS S TS STS 1 18 11 0 (3.3) (60) (36.7) (0.0) 1 (3.3) 19 (63.3) 10 (33.3) 0 (0.0) 1 (3.3) 23 (76.7) 6 (20) 0 (0.0) 4 (13.3) 24 (80) 2 (6.7) 0 (0.0) 9 (30) 19 (63.3) 2 (6.7) 0 (0.0) 1 (3.3) 12 (40) 17 (56.7) 0 (0.0) 5 (16.7) 23 (76.7) 2 (6.7) 0 (0.0) 4 19 7 0 38 dihubungi setiap waktu Communications Marine enak diajak berdiskusi (13.3) 9 (30) (63.3) 21 (70) (23.3) 0 (0.0) (0.0) 0 (0.0) Keterangan: SS = Sangat Setuju ; S = Setuju ; TS = Tidak Setuju ; STS = Sangat Tidak Setuju Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor, pertama adalah keberadaan staf yang menyebar sehingga comms marine terkadang tidak mengetahui posisi terkini dari masing-masing staf, kedua job desk yang dimiliki oleh comms marine berbanding terbalik dengan jumlah comms marine yang ada, sehingga comms marine akan mendahulukan kepentingan yang memiliki nilai urgensi tinggi dan mengabaikan hal yang dinilai memiliki urgensi rendah seperti menanyakan kabar, mendengar keluh kesah dan lainnya. Ketiga, staf program kelautan memiliki personal yang ramah sehingga untuk kenal dengan staf dari program konservasi lain tidak membutuhkan bantuan comms marine. Teknisi Komunikasi Teknisi komunikasi merupakan peran public relations yang berada di tingkatan akhir, posisinya ada organisasi berada di bawah dan seringnya menjadi orang terakhir yang mengetahui informasi atau berita yang terjadi seputar organisasi. Teknisi komunikasi mengelola social media, website, menyusun tulisan artikel untuk diterbitkan serta membuat press release suatu kegiatan. Peran sebagai teknisi komunikasi memilki lima indikator yang dijelaskan melalui Tabel 18 Staf program konservasi kelautan menilai comms marine telah melakukan peran sebagai teknisi komunikasi dengan baik pada aspek pembuatan tulisan, naskah dan artikel untuk diterbitkan kepada publik, press release, juga mengajarkan staf teknik penulisan dengan baik. Namun, untuk pengelolaan social media sangat kurang, hal ini disebabkan oleh jumlah comms marine yang sedikit sehingga mengalami penumpukan job desk dan tidak melakukan pengelolaan social media dengan baik. comms marine menyerahkan pekerjaan social media kepada mahasiswa/i yang sedang magang di program konservasi kelautan atau kepada staf honorer yang direkrut oleh comms marine. Tabel 18 Distribusi staf berdasarkan indikator teknisi komunikasi Indikator Communications Marine telah membuat tulisan untuk dipublikasikan kepada publik dengan baik Communications Marine telah membuat press realese setiap kegiatan program Konservasi Kelautan dengan baik Communications Marine telah bertugas membuat naskah untuk siaran pers dan konferensi pers dengan baik Communications Marine mengajari staff lain untuk menulis dengan baik Jumlah staf (orang) dan presentase (%) SS S TS STS 13 15 2 0 (43.3) (50) (6.7) (0.0) 10 (33.3) 18 (60) 2 (6.7) 0 (0.0) 7 (23.3) 23 (76.7) 0 (0.0) 0 (0.0) 8 (26.7) 20 (66.7) 2 (6.7) 0 (0.0) Keterangan: SS = Sangat Setuju ; S = Setuju ; TS = Tidak Setuju ; STS = Sangat Tidak Setuju 39 Peran Public Relations yang Dominan dipengaruhi oleh Budaya dan Lingkungan Organisasi Budaya dan lingkungan organisasi yang tercipta di program konservasi kelautan memberikan pengaruh terhadap peran yang akan dominan dilakukan oleh seorang public relations. Cutlip (2006) dalam bukunya menerangkan bahwa organisasi nirlaba atau non profit cenderung memiliki situasi lingkungan yang rendah ancaman dan minim perubahan, sehingga peran yang banyak dilakukan adalah sebagai teknisi komunikasi. Peran sebagai fasilitator komunikasi sendiri bisa menjadi dominan pada organisasi non profit, apabila memiliki kondisi yang rendah ancaman atau relatif stabil dan memiliki perubahan yang banyak. Peran public relations sebagai fasilitator komunikasi dan teknisi komunikasi memiliki nilai signifikansi sebesar 0,034 dan 0,020 (Tabel 19) diperoleh dari uji statistik chi square dan memiliki nilai keduanya < 0,10 (taraf nyata) dengan tingkat kepercayaan sebesar 90 persen, sehingga menunjukkan adanya hubungan antara lingkungan organisasi dengan peran public relations dalam menentukan dominasi peran public relations, yakni pada peran sebagai fasilitator komunikasi dan teknisi komunikasi. Pada saat kondisi lingkungan organisasi rendah ancaman dan cenderung terdapat perubahan maka peran yang dominan adalah sebagai fasilitator komunikasi dan teknisi komunikasi. Tabel 19 Signifikansi budaya dan lingkungan organisasi terhadap peran public relations program konservasi kelautan WWF-Indonesia, tahun 2013 Peran public relations Budaya Organisasi Lingkungan Organisasi Signifikan Penasehat Ahli Fasilitator Pemecahan Masalah Fasilitator Komunikasi Teknisi Komunikasi 0.814 0.259 0.967 0.533 0.100 0.324 0.034* 0.020* Program konservasi kelautan WWF-Indonesia, cenderung memeiliki lingkungan yang rendah cenderung stabil, sehingga public relations akan berperan sebagai fasilitator komunikasi dan teknisi komunikasi. Public relations sebagai fasilitator komunikasi akan menjadi pendengar setia bagi seluruh staf mengenai berbagai keluhan, komentar bahkan hal positif mengenai organisasi, juga sebagai penghubung dengan program dan departemen lain dalam organisasi. Public relations akan lebih fokus untuk menyebarkan informasi kepada seluruh staf (lapang dan kantor) agar dapat menerima informasi secara bersamaan dan merata, menjadi penyedia kebutuhan seluruh staf juga publik eksternal mengenai hal yang terkait dengan program konservasi kelautan. Public relations sebagai teknisi komunikasi akan cenderung fokus untuk memproduksi tulisan-tulisan melalui berbagai media (cetak, elektronik dan massa) untuk membentuk sebuah profiling organisasi, sehingga publik eksternal dan internal dapat memahami program konservasi kelautan WWF-Indonesia. 40 Budaya organisasi dengan peran public relations memiliki nilai signifikansi yang lebih besar (Tabel 19) dari 0,10 (taraf nyata), sehingga dapat dikatakan tidak memiliki hubungan diantara keduanya. Bagaimanapun budaya yang terbentu pada program konservasi kelautan tidak akan mempengaruhi peran public relations dan dominasinya dalam melaksanakan perannya. WWF-Indonesia sudah berdiri 50 tahun lamanya, sehingga budaya yang terbentuk tidak akan mengalami perkembangan yang signifikan ke arah yang lebih baik atau buruk. Staf berpendapat bahwa peran public relations sebagai fasilitator pemecahan masalah berperan tinggi dibandingkan dengan peran lain, dikarenakan ketidaktahuan beberapa staf akan pekerjaan utama dari public relations dan menganggap bahwa poin-poin di dalam pertanyaan kuesioner peran fasilitator pemecahan masalah lebih dominan dilakukan. Masalah yang dianggap oleh staf adalah masalah yang terjadi di intern program bukan masalah konservasi kelautan, seperti adanya staf yang sakit dan dirawat di rumah sakit, kekurangan jumlah tenaga honorer yang jika disimpulkan hal tersebut termasuk ke dalam peran sebagai fasilitator komunikasi bukan fasilitator pemecahan masalah. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Public relations program konservasi kelautan WWF-Indonesia dinilai berperan baik oleh staf. Peran dominan yang dilakukan oleh public relations adalah sebagai fasilitator komunikasi dan teknisi komunikasi Fasilitator pemecahan masalah dianggap staf peran yang tinggi karena masalah yang dianggap staf diselesaikan adalah masalah internal program antar staf bukan masalah konservasi, proses pemecahan masalah tersebut sesungguhnya termasuk ke dalam peran sebagai fasilitator komunikasi. 2. Lingkungan organisasi berhubungan dengan dominasi peran yaitu sebagai fasilitator komunikasi dan teknisi komunikasi. Ditunjukkan dengan uji statistic chi square yang memiliki nilai signifikan < 0,10 (taraf nyata). Sementara, budaya organisasi tidak memiliki hubungan terhadap peran dan dominasinya. Sehingga, pada organisasi non profit seperti WWFIndonesia peran public relations yang dominan dilakukan adalah sebagai fasilitator komunikasi dan teknisi komunikasi. Saran 1. Agar public relations dapat berperan lebih baik lagi sebagai, penambahan jumlah staf sangat disarankan untuk kinerja yang lebih baik ke depannya. Sehingga peran sebagai fasilitator pemecahan masalah dan penasehat ahli dapat dirasakan oleh publik organisasi 2. WWF-Indonesia perlu mengadakan pelatihan rutin dengan tim ahli untuk public relations yang ada di WWF-Indonesia, sehingga dapat berperan dengan maksimal dan mampu menciptakan bentuk komunikasi yang tepat untuk publik organisasi. 3. Public relations lebih memperhatikan aspek kedekatan terhadap publik internal (staff) terutama staf lapang, sehingga dapat mengetahui bagaimana kondisi staf lain dan staf lain mengenal baik public relations yang memiliki fungsi fundamental dalam keberlangsungan organisasi WWFIndonesia DAFTAR PUSTAKA Agung SA et al.2009. Bab 1 Pendahuluan. Dalam: Hubies AVS, editor Dasardasar komunikasi. Bogor[ID]: Sains KPM IPB Press. Hal1-10 Andhini SA. 2012. Analisis pembentukan citra Kebun Raya Cibodas melalui program pelayanan pendidikan lingkungan. [Skripsi]. Bogor [ID]. Institut Pertanian Bogor. Astuti S. 2012. Fungsi public relations PT. Inco Tbk dalam upaya meningkatkan citra perusahaan. [Skripsi]. [Internet]. [Dikutip 08 November 2012]. Makassar[ID].Universitas Hasanudin Dapat diunduh di http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/1714. Cutlip et al. 2000. Effective public relations (Merancang dan Melaksanakan kegiatan kehumasan dengan sukses). Damastuti R, Sinatra L. 2008. Kajian peran public relations dalam meningkatkan citra perguruan tinggi swasta di Jawa. Jurnal Ilmiah Scriptura 02(02):95-105. [Internet]. [Dikutip 09 November 2012]. Dapat diunduh di http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/iko/article/viewFile/16943 /1692 9. Febriyanti A. 2006. Pengaruh Komunikasi Publik Perusahaan terhadap pencitraan perusahaan melalui program kemitraan bina lingkungan pada masyarakat sekitar Kebun Malabar, Pangalengan, Kab Bandung. [Tesis]. Bogor[ID]. Institut Pertanian Bogor. Harrison, Roger & Herb Stokes. 1992. Diagnosing Oragnizational culture. California [USA] : Prieffer & Company Imram M. 2011. Peran public relations pada program CSR untuk meningkatkan citra positif perusahaan. Jurnal Paradigma. [Internet]. [Dikutip 07 Desember 2012].Dapat diunduh di http://ejournalunisma.net/ojs/index.php/paradigma/article/viewFile/152/239 Irianti E. 2009. Efektivitas kampanye in class yang dilakukan yayasan cinta anak bangsa(YCAB) terhadap siswa/i MTs Darul Bina. [Internet]. [Dikutip 17 Januari 2012]. Dapat diunduh di http://library.esaunggul.ac.id/opac/files /S00000265.pdf Jefkins, Frank. 2004. Public Relations, Edisi Kelima. Jakarta[ID]: Erlangga. Khadijah S. 2011. Strategi public relations dalam membangun citra perusahaan, studi deskriptif membangun hubungan baik dengan media dalam upaya meningkatkan citra perusahaan. Jurnal Makna 02(02). [Internet]. [Dikutip 08 November 2012]. Dapat diunduh di http://unisma.net/ojs/index.php/makna/article/view/399/ 367. Koesmono, H Teman. 2005. Pengaruh budaya organisasi terhadap motivasi. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan 07(02):171-188. [Internet]. [Dikutip 22 September 2013]. Dapat diunduh di http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/ Morissan. 2008. Manajemen public relations.Jakarta [ID]: Prenada Media Group. Prafitri, Refi. 2008. Peranan public relations dalam menjaga eksistensi perusahaan pada perusahaan berbasis agrowisata (kasus: Kebun Wisata Pasirmukti, Kecamatan 44 Citeureup, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat) [skripsi]. Bogor [ID]. Institut Pertanian Bogor. 147 hal Robins P. Stephen .2006. Perilaku Organisasi. Edisi kesepuluh. Terjemahan Benyamin Molan. Jakarta [ID]: PT Indeks Kelompok Gramedia Ruslan, Rosady. 2003. Manajemen public relations. Jakarta [ID]: Rajawali Press. Singarimbun Masri, Sofian Effendi. 1995. Metode penelitian survai. Jakarta [ID]: LP3ES. Tahoba AEP. 2011. Hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam program tanggung jawab sosial perusahaan dengan kepuasan public dan perilaku konflik, studi kasus: konflik perusahaan BP LNG Tangguh dengan masyarakat adat teluk Bintuni di Kab. Bintuni,Provinsi Papua Barat. [Tesis]. Bogor [ID]. Institut Pertanian Bogor. Wibowo, Adi Lili et al. 2008. Pembentukan citra Taman Rekreasi DKI Jakarta sebagai green city melalui kualitas penyampaian jasa dan value creation (studi pada para pengunjung Taman-Taman Rekreasi di DKI Jakarta. [Internet]. [dikutip 05 November 2012]. Dapat diunduh dari: http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/PRODI._MANAJ._PEMASARAN_WI SATA/LILI_ADIWIBOWO/Makalah@Lili_Adi_WIbowo/Pembentukan_ Citra_Taman_Rekreasi_DKI_Jakarta_sebagai_Green_C.pdf Winanti, Marliana B. 2010. Pengaruh budaya dan motivasi organisasi terhadap kinerja karyawan pada PT. ATRI DISTRIBUTION. [Internet]. [Dikutip 22 September 2013].Dapat diunduh di http://teorionline.files.wordpress.com/2010/06/jurnal-pengaruh-budayaorganisasi-terhadap-motivasi.pdf [WWF-Indonesia] World Wildlife Fund Indonesia. 2011. Program Konservasi Kelautan Spesies. [Diunduh 17 Maret 2013]. Dapat Diunduh di http://wwf.or.id/program/konservasikelautan Yudarwati AG. 2004. Community relations: bentuk tanggung jawab sosial organisasi. Jurnal Komunikasi 01(02):143-156. [Internet]. [Dikutip]. Dapat Diunduh di http://jurnal.uajy.ac.id/jik/files/2012/05/JIK-Vol1-No22004_4.pdf 45 LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER Diisi oleh peneliti Nomor Responden : Hari/tanggal wawancara Tanggal entry data : : Peneliti bernama Fajrina Nissa Utami, adalah seorang mahasiswi Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Saat ini peneliti sedang menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Peran Public Relations Program Konservasi Kelautan WWF Indonesia” sebagai salah satu syarat kelulusan studi. Sehubungan dengan penelitian yang akan dilakukan, peneliti mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/I untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di kuesioner ini dengan jujur dan sesuai keadaan Anda yang sebenarnya. Hasil dan kerahasiaan jawaban Anda semata-mata hanya dipergunakan untuk kepentingan penelitian dan penulisan skripsi saja. Terimakasih atas bantuan dan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/I untuk pengisian kuesioner ini. Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor 2013 46 Bagian 1. 1. Nama 2. Jenis Kelamin* 3. Umur 4. Alamat 5. No. HP/Telp. 6. Posisi/Jabatan 7.Pendidikan terakhir 8. Lama Bekerja Karakteristik Responden :…………………………………………...…… : 1. Laki-laki 2. Perempuan : …………………………………………….tahun : …………………………………………………... : …………………………………………………... : ......................................................................... : ....................................................................... : ......................................................................... Bagian 2. Budaya Organisasi Berilah tanda ceklist (√) untuk menjawab pertanyaan di bawah ini STS = Sangat Tidak Setuju S = Setuju TS = Tidak Setuju SS = Sangat Setuju Pertanyaan No Nilai Organisasi Saya memahami tujuan organisasi WWF Indonesia 1 Saya memahami visi dan misi organisasi WWF Indonesia 2 Saya memahami tanggung jawab WWF sebagai organisasi 3 pelestarian lingkungan Saya memahami tujuan program Konservasi Kelautan WWF 4 Saya memahami setiap kegiatan yang dilakukan oleh program 5 Konservasi Kelautan Iklim Organisasi Saya dapat menyampaikan pendapat dengan bebas 6 Saya dapat memberikan saran dengan bebas 7 Saya dapat bebas memanggil rekan kerja dengan panggilan 8 apapun Saya merasa betah berkumpul bersama seluruh karyawan 9 10 Saya merasa senang berkontribusi terhadap program Konservasi Kelautan 11 Saya merasa program Konservasi Kelautan adalah bagian dari hidup saya Komitmen terhadap tugas Saya mengetahui tugas saya di program Konservasi Kelautan 12 Saya senang mengerjakan tugas saya di program Konservasi STS Penilaian TS S SS 47 13 14 Kelautan Saya selalu antusias dengan tugas baru yang dibebani kepada saya Saya selalu berusaha menyelesaikan tugas tepat waktu 15 16 Saya selalu berupaya maksimal agar program Konservasi dapat terus berlanjut 17 Saya bersedia ditempatkan di wilayah dan posisi mana saja untuk WWF Indonesia Bagian 3. Lingkungan Organisasi Berilah tanda ceklist (√) untuk menjawab pertanyaan di bawah ini STS = Sangat Tidak Setuju S = Setuju TS = Tidak Setuju SS = Sangat Setuju Penilaian Pertanyaan No STS TS S SS Ancaman Organisasi (Anda mengisi sesuai dengan apa yang anda rasakan selama bekerja di WWF Indonesia) Masyarakat kurang tertarik mengikuti program Konservasi Kelautan di beberapa daerah 1 Pihak swasta atau mitra semakin berkurang untuk memberikan 2 dukungan pendanaan atau non materil kepada program Konservasi Kelautan Konflik atau pertikaian sering terjadi diantara staff Konservasi Kelautan 3 Atasan tidak lagi melibatkan staff dalam mendiskusikan 4 kegiatan selanjutnya untuk program Konservasi Kelautan Penyebaran informasi terbaru sering terganggu atau terhambat 5 Pendanaan untuk program Konservasi Kelautan berkurang 6 Perubahan Organisasi (Anda mengisi sesuai dengan kondisi saat ini Sekarang mendapatkan informasi terbaru cepat 7 Sekarang jumlah dukungan dari pihak luar terhadap program 8 Konservasi Kelautan bertambah Sekarang sikap masyarakat daerah konservasi terhadap program 9 Konservasi Kelautan baik (positif) Sekarang sulit berkomunikasi dengan atasan 10 Sekarang staff tidak dilibatkan dalam menyelesaikan masalah 11 program Konservasi Kelautan Sekarang pengambilan keputusan program dilakukan secara 12 bersama Sekarang alokasi dana untuk menjalani program Konservasi 13 Kelautan bertambah 48 Bagian 4. Peran Public Relations Berilah tanda ceklist (√) untuk menjawab pertanyaan di bawah ini STS = Sangat Tidak Setuju S = Setuju TS = Tidak Setuju No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 SS = Sangat Setuju Pertanyaan STS Penasehat Ahli Communications Marine telah memberikan pengarahan tentang cara menjalankan program Konservasi Kelautan dengan baik Communications Marine telah melakukan pencarian informasi database kelautan dengan baik Communications Marine telah memberikan saran untuk menyelesaikan masalah kelautan kepada atasan di WWF Indonesia Communications Marine telah memantau secara rutin wilayah konservasi kelautan WWF Indonesia Fasilitator Pemecah Masalah Communications Marine telah melakukan evaluasi setiap kegiatan pada program Konservasi Kelautan dengan baik Communications Marine telah mengumpulkan seluruh data yang berkaitan dengan kegiatan program Konservasi Kelautan Communications Marine telah membuat solusi untuk masalah yang timbul dalam kegiatan program Konservasi Kelautan Communications Marine telah mengajak staff lain untuk merencanakan program Konservasi Kelautan Communications Marine telah mengajak staff lain untuk melakukan evaluasi program Konservasi Kelautan Fasilitator Komunikator Communications Marine telah menjadi pendengar keluhan seluruh staff dengan baik Communications Marine telah menjadi jembatan penghubung saya dan staff program Konservasi Kelautan dengan Program Konservasi lain di WWF Communications Marine telah memberikan informasi yang saya butuhkan dengan baik Communications Marine telah memberikan informasi mengenai WWF Indonesia secara keseluruhan dengan baik Communications Marine telah menggunakan e-mail untuk menyampaikan informasi kepada staff program Konservasi Kelautan dengan baik Communications Marine sering menanyakan kabar saya dan apa yang sedang saya hadapi Communications Marine ramah pada seluruh staff program Konservasi Kelautan Communications Marine mudah dihubungi setiap waktu 17 Communications Marine enak diajak berdiskusi 18 19 Teknisi Komunikasi Communications Marine telah membuat dipublikasian kepada publik dengan baik tulisan untuk Penilaian TS S SS 49 20 21 22 Communications Marine telah membuat press realese setiap kegiatan program Konservasi Kelautan dengan baik Communications Marine telah bertugas membuat naskah untuk siaran pers dan konferensi pers dengan baik Communications Marine mengajari staff lain untuk menulis dengan baik 50 Lampiran 2. PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM Hari/ tanggal wawancara : Lokasi wawancara : Nama dan umur informan : Jabatan : Pertanyaan Penelitian: 1. Apa latar belakang WWF melaksanakan program Konservasi Kelautan? Sejak kapan mengimplementasikan program Konservasi Kelautan? 2. Apa itu program Konservasi Kelautan menurut WWF sendiri? 3. Apakah visi dan misi WWF dalam pelaksanaan program Konservasi Kelautan? 4. Bagaimana posisi struktural pelaksanaan program Konservasi Kelautan dalam WWF? 5. Berapa orang karyawan yang bertugas menjalankan program Konservasi Kelautan? Mengapa? 6. Apa saja jenis kegiatan program Konservasi Kelautan yang dilaksanakan oleh WWF? Apa saja kegiatan yang telah dilakukan? Siapa saja sasarannya dan dimana pelaksanaannya? 7. Bagaimana pembagian staff serta penempatannya di wilayah konservasi? Berapa orang satu wilayah? 8. Apa strategi yang dipilih WWF dalam pelaksanaan program Konservasi Kelautan? 9. Bagaimana pemahaman staff terhadap nilai-nilai yang dibawa oleh WWF pada Program Konservasi Kelautan? 10. Apakah ada aturan tertentu yang mutlak dilakukan oleh staff dan hukuman apabila melanggar? 11. Apakah anda dekat dengan top management WWF? Seberapa dekat? Apakah anda diminta member saran atau nasehat kepada top management? 12. Apakah anda bersama dengan staff lain mendefinisikan serta memecahkan masalah dengan membuat kegiatan baru? 13. Apakah anda menjadi wadah oleh seluruh staff sebagai pendengar, penyampai informasi dan penjembatan dengan top management? 14. Apakah anda rutin membuat tulisan untuk media yang bekerja sama seperti pembuatan feature, press release,atau desain isi website WWF? Jika iya seberapa rutin? 15. Menurut anda antara penasehat ahli, fasilitator pemecah masalah, fasilitator komunikasi dan teknisi komunikasi manakah yang menjadi peran yang sering anda lakukan? 51 Lampiran 3 Daftar Responden Waktu Feedback 5-13-2013 17:27:33 5-14-2013 11:11:29 5-16-2013 11:12:13 5-16-2013 11:42:28 5-16-2013 12:01:57 5-16-2013 12:05:20 5-16-2013 12:05:30 5-16-2013 13:43:16 5-16-2013 15:01:00 5-16-2013 15:34:21 5-17-2013 10:01:29 5-17-2013 10:02:59 5-17-2013 10:29:25 5-17-2013 14:05:02 5-20-2013 2:38:53 5-20-2013 18:29:51 5-23-2013 11:51:13 5-29-2013 13:37:44 6-6-2013 13:56:27 6-19-2013 15:29:52 6-20-2013 15:43:05 6-20-2013 17:46:11 6-20-2013 19:10:47 6-30-2013 17:15:14 7-10-2013 Jenis kelamin Umur Lama bekerja Pend. Terakhir L 23 19 Bulan D IV P 23 2 tahun S1 P 21 4 bulan P 25 8 Bulan SMA S-1 Ilmu Kelautan L 27 5,5 tahun S1 L 27 2 Tahun Sarjana L 40 6 bulan s1 L 27 9 bulan S2 L 29 4 tahun L 34 4 tahun L 48 15 tahun S1 sarjana strata satu S2 Ilmu Lingkung an 4 tahun Magister L L n.a. 4,5tahun master L 48 19 Tahun Sarjana L 34 12 tahun S2 P 30 4,5 tahun L 40 6 tahun S1 Magister Hukum L 31 1 tahun s1 P 30 S1 L 34 5 tahun 5 tahun 8 bulan L 24 10 bulan P 37 4 tahun S1 S2 Penginder aan jauh L 37 4 tahun S1 P P 23 23 6 Bulan 1 Bulan S1 S1 S1 52 13:15:23 7-11-2013 15:11:10 7-22-1013 10:13:24 7-22-2013 14:12:15 7-23-2013 15:16:20 7-23-2013 16:15:20 L 28 1 Tahun S1 P 25 1 Tahun S1 L 27 2 Tahun S1 P 30 3 Tahun S1 L 38 4 tahun S1 53 Lampiran 4 Hasil Chi Square Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value df sided) a 4 .967 Likelihood Ratio .586 4 .965 Linear-by-Linear Association .493 1 .483 Pearson Chi-Square .565 N of Valid Cases 30 a. 8 cells (88.9%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.60. Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value Pearson Chi-Square df a 4 .533 4.365 4 .359 .538 1 .463 3.152 Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association sided) N of Valid Cases 30 a. 8 cells (88.9%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.33. Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases df sided) a 4 .020 13.976 4 .007 5.459 1 .019 11.611 30 a. 7 cells (77.8%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .50.