peran public relations pada organisasi non profit

advertisement
PERAN PUBLIC RELATIONS PADA ORGANISASI NON
PROFIT PROGRAM KONSERVASI KELAUTAN
WWF-INDONESIA
FAJRINA NISSA UTAMI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peran Public Relations
pada Organisasi Non Profit Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2013
Fajrina Nissa Utami
NIM I34090092
ABSTRAK
FAJRINA NISSA UTAMI. Peran Public Relations pada Organisasi Non Profit
Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia. Dibimbing oleh ANNA
FACHTIYA.
Public relations merupakan bentuk komunikasi yang dimiliki oleh setiap
organisasi baik profit maupun non profit, sehingga keberadaanya menjadi hal
yang penting dalam sebuah organisasi. Tujuan penelitian ini adalah melihat
sejauhmana peran public relations sebagai penasehat ahli, fasilitator pemecahan
masalah, fasilitator komunikasi dan teknisi komunikasi di program konservasi
kelautan dan peran apa yang dominan. Penelitian ini juga mencoba menganalisis
budaya dan lingkungan organisasi mempengaruhi dominasi peran public relations.
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan didukung data kualitatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa public relations telah melakukan peran cukup baik
dan peran yang dominan adalah sebagai fasilitator komunikasi. Budaya dan
lingkungan organisasi yang stabil mempengaruhi peran public relations sebagai
fasilitator komunikasi.
Kata kunci: public relations, organisasi non profit, konservasi kelautan, dominan
ABSTRACT
FAJRINA NISSA UTAMI. The Role of Public Relations in the Non-Profit
Organizations Marine Conservation Programme WWF-Indonesia. Supervised by
ANNA FACHTIYA.
Public relations is a form of communication that every organization is
owned by both profit and non-profit, so that its existence becomes important in an
organization. The purpose of this study is to see the role of public relations as
expert prescriber, problem solving facilitator, communication facilitator, and
communication tehnician. The study also tried to analyze organizational culture
and environment affect the dominace of the role of public relations. This study
used survey methods with qualitative data supported. The results showed that the
role of public relations good enough. The stable culture and environmental affects
the role of public relations as a communication facilitator.
Keywords: public relations, non profit organization, marine conservation
PERAN PUBLIC RELATIONS PADA ORGANISASI NON
PROFIT PROGRAM KONSERVASI KELAUTAN
WWF-INDONESIA
FAJRINA NISSA UTAMI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarkat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Peran Public Relations pada Organisasi Non Profit Program
Konservasi Kelautan WWF-Indonesia
Nama
: Fajrina Nissa Utami
NIM
: I34090092
Disetujui oleh
Dr Ir Anna Fatchiya, M.Si
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Soeryo Adiwibowo, M.S
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi: Peran Public Relations pada Organisasi Non Profit Program
Konservasi Kelautan WWF-Indonesia
Nama
: Fajrina Nissa Utami
NIM
: I34090092
Disetujui oleh
Dr Ir Anna Fatchiya, M.Si
Pembimbing
Tanggal Lulus:
1 l OT 2 13
-
-
---
-
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkah
dan rahmat-Nya lah akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi yang
berjudul “Peran Public Relations pada Organisasi Non Profit Program Konservasi
Kelautan WWF-Indonesia”. Skripsi ini ditujukan sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana pada Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Anna Fatchiya sebagai dosen
pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan
Laporan Studi Pustaka. Di samping itu, penulis mengucapkan ribuan terima kasih
kepada Ayahanda Dadang Suparman, Ibunda Erna Kurnia, dan adik tercinta
Sabrina Zahra Fitriani atas dorongan semangat dan doanya. Terima kasih banyak
kepada Mas Aul, selaku supervisor penulis pada saat magang di WWF-Indonesia
yang mau direpoti penulis banyak hal, Mba Dewi, Sheyka dan seluruh keluarga
konservasi kelautan WWF-Indonesia. Tidak lupa kepada Iqbaludin Akbar yang
selalu mendampingi penulis dalam suka dan duka juga kritikan dan saran yang
membangun penulis, teman sebimbingan Nindy dan Annisa, teman-teman tercinta
Ayu J, Asti, Anggi I, Zela, Ayu A serta roommate yang selalu memberikan
semangat kepada penulis Femy AAP, Ella, Nina, Fia, Libby, Siska juga keluarga
public relations HIMASIERA 2011- 2012 terutama kaka Onyen, Oji, Navichi,
serta seluruh teman-teman KPM 46.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2013
Fajrina Nissa Utami
DAFTAR ISI
ABSTRAK
PRAKATA
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Komunikasi
Pubilc Relations
Peran Public Relations
Fungsi Public Relations
Faktor Pengaruh Peran Public Relations
Organisasi Non Profit
Peran Public Relations pada Organisasi Non Profit
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
Definisi Operasional
METODE
Metode Penelitian
Lokasi dan Waktu
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
PROFIL WORLD WILDLIFE FUND FOR NATURE (WWF-Indonesia)
Sejarah World Wildlife Fund for Nature (WWF-Indonesia)
Visi dan Misi WWF-Indonesia
Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia
Struktur Organisasi Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia
Jobdesk dan peran public relations program konservasi kelautan WWFIndonesia
Capaian Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia
BUDAYA DAN LINGKUNGAN ORGANISASI PROGRAM
KONSERVASI KELAUTAN WWF-INDONESIA
Budaya Organisasi
Nilai Organisasi
i
v
ix
x
x
1
1
2
3
3
5
5
5
5
7
7
8
8
9
10
11
15
15
15
15
16
19
19
19
20
21
22
23
25
25
26
Iklim Organisasi
Komitmen Kerja
Lingkungan Organisasi
Ancaman Organisasi
Perubahan Organisasi
PERAN PUBLIC RELATIONS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN
Peran Public Relations
Penasehat Ahli
Fasilitator Pemecahan Masalah
Fasilitator Komunikasi
Teknisi Komunikasi
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Peran Public Relations
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
27
28
29
30
31
33
33
34
35
36
38
38
41
41
41
43
45
DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
Lingkungan Organisasi dan Peran Public Relations
Perbedaan Peran Public Relations Organisasi Profit dan Non Profit
Mapping Jobdesk Comms Marine
Distribusi staf berdasarkan tingkat budaya organisasi WWF-Indonesia
Distribusi Staf berdasarkan Tingkatan Budaya Organisasi Sesuai
Unsurnya
Distribusi Staf berdasarkan Indikator Nilai Organisasi
Distribusi Staf berdasarkan Indikator Iklim Organisasi
Distribusi Staf berdasarkan Indikator Komitmen Kerja
Distribusi Staf berdasarkan Tingkatan Lingkungan Organisasi WWFIndonesia
Distribusi Staf berdasarkan Tingkatan Lingkungan Organisasi Sesuai
Unsurnya
Distribusi Staf berdasarkan Indikator Ancaman Organisasi
Distribusi Staf berdasarkan Indikator Perubahan Organisasi
Penilaian Tingkat Peran comms marine oleh Staf
Distribusi Staf berdasarkan Tingkat Peran Public Relations Sesuai
Unsurnya
Distribusi Staf berdasarkan Indikator Penasehat Ahli
Distribusi Staf berdasarkan Indikator Fasilitator Pemecahan Masalah
Distribusi Staf berdasarkan Indikator Fasilitator Komunikasi
Distribusi Staf berdasarkan Indikator Teknisi Komunikasi
Koefisien Korelasi Budaya dan Lingkungan Organisasi terhada Peran
Public Relations Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia
8
9
22
25
26
26
27
29
30
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
Model Komunikasi dalam Public Relations
Kerangka Pemikiran
Struktur Organisasi Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia
7
8
21
DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
Kuesioner Penelitian
Pertanyaan Penelitian
Daftar Responden
Hasil Chi Square
45
50
51
53
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Organisasi terbagi menjadi dua golongan, profit dan non profit. Organisasi
profit atau sering disebut dengan perusahaan cenderung memiliki orientasi untuk
mendapatkan keuntungan bagi organisasi melalui penjualan produk atau jasa.
Sementara non profit memiliki orientasi untuk menyelesaikan suatu permasalahan
atau issue yang sedang marak terjadi dan tidak mencari keuntungan. Lingkungan,
kesehatan, moral, pendidikan, seni, sosial serta agama merupakan issue yang
sering dijadikan fondasi organisasi non profit. Menurut Morissan (2008)
organisasi non profit terbagi lagi menjadi dua, yaitu organisasi non profit
pemerintah seperti lembaga atau badan pemerintahan, departemen kementerian,
lembaga negara yang biaya operasionalnya ditanggung oleh pemerintah.
Sementara, organisasi non profit bukan pemerintah yang biaya operasional tidak
tergantung oleh pemerintah, seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
organisasi kemasyarakatan (Ormas), organisasi lingkungan, dan agama.
WWF-Indonesia atau World Wildlife Fund for Nature, merupakan salah
satu organisasi non profit yang bergerak berdasarkan issue lingkungan. WWFIndonesia memiliki tujuan untuk menghentikan dan memperbaiki kerusakan
lingkungan yang terjadi serta membangun masa depan manusia hidup selaras
dengan alam. Berdasarkan tujuan tersebut, WWF-Indonesia melakukan berbagai
kegiatan konservasi lingkungan seperti, konservasi kehutanan, konservasi
kelautan dan konservasi iklim-energi. Setiap program konservasi yang
dilaksanakan dibuat sedemikian rupa agar mendapat perhatian dari publik
sehingga publik ikut mendukung setiap kegiatan yang dibuat oleh masing-masing
program konservasi.
Program konservasi kelautan merupakan salah satu upaya WWF untuk
mencapai tujuannya. Ekosistem laut dan pesisir dan sumberdaya perikanannya di
seluruh dunia berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Eksploitasi ikan yang
berlebihan dan kemunduran kualitas habitat laut dan pesisir, yang kerap
diakibatkan oleh kegiatan manusia, mengancam keanekaragaman hayati dan
penghidupan masyarakat yang tergantung pada sumberdaya laut. WWF menyusun
strategi untuk memecahkan masalah tersebut dengan membangun tiga area baru
konservasi laut Indonesia, minimal satu di setiap ekoregion ada penambahan luas
sekurangnya 750.000 ha untuk kawasan perlindungan laut. Selain itu, ditetapkan
suatu kontribusi dari program kelautan WWF-Indonesia untuk target global dalam
mengurangi pengaruh industri ekstraktif yang berada di dekat kawasan
perlindungan laut.
Kegiatan program konservasi kelautan membutuhkan peran dari public
relations untuk mencapai tujuan-tujuannya. Dukungan yang kuat baik dari pihak
luar organisasi dan dalam organisasi menjadi faktor utama keberhasilan program
konservasi kelautan. Program konservasi kelautan bergerak banyak bersama
dengan masyarakat, hubungan yang baik harus mampu tercipta antara keduanya.
Public relations merupakan alat bagi organisasi non profit untuk menciptakan
hubungan tersebut dan membangun dukungan kuat dari dalam dan luar organisasi
sehingga tercapai tujuan dari program konservasi kelautan, kehadiran public
2
relations dalam suatu organisasi merupakan suatu hal yang mutlak, seperti yang
diungkapkan oleh Jefkins (2004) bahwa kita tidak bisa memutuskan untuk secara
sengaja menghadirkan atau mengusir keberadaan public relations. Public
relations senantiasa muncul untuk membantu suatu organisasi dalam mencapai
tujuannya, tidak harus bernama public relations tetapi selama suatu divisi atau
bagian dari organisasi mengimplementasikan peran dari public relations, maka
dapat dikatakan organisasi tersebut memiliki public relations dalam
merealisasikan tujuan organisasi.
Public relations memiliki peran sebagai penasehat ahli, fasilitator
komunikasi, fasilitator pemecahan masalah dan teknisi komunikasi. Melalui peran
tersebut public relations bekerja pada organisasi non profit, berusaha untuk
mengkomunikasikan kepada publik mengenai tujuan organisasi non profit
sehingga tercipta kepercayaan yang absolut di mata publik. Public relations
berupaya memecahkan masalah tentang issue yang diangkat oleh organisasi
nonprofit melalui program yang dibuat. Lalu, menarik publik untuk turut
berpartisipasi menjadi sukarelawan program tersebut.
Peran public relations dipengaruhi oleh kondisi dari budaya dan
lingkungan organisasi (Cutlip 2000). Budaya dan lingkungan organisasi adalah
faktor pengaruh yang berasal dari organisasi secara keseluruhan. Budaya dan
lingkungan yang tercipta pada organisasi non profit akan memberikan pengaruh
terhadap public relations dalam melakukan keempat perannya yaitu sebagai
penasehat ahli, fasilitator komunikasi, fasilitator pemecahan masalah dan teknisi
komunikasi, serta dapat terlihat peran mana yang dominan dilakukan oleh public
relations di program konservasi kelautan WWF-Indonesia.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat diketahui
bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi peran apa yang dominan pada
organisasi non profit WWF-Indonesia yaitu, faktor pribadi berupa pendidikan,
pengalaman profesional dan kepribadian. Faktor kedua berupa supervisi, budaya
dan lingkungan organisasi yang bersumber dari organisasi tersebut. Pada
penelitian ini akan mengkaji faktor budaya dan lingkungan organisasi apa saja
yang mampu mempengaruhi peran public relations WWF-Indonesia pada
Program Konservasi Kelautan. Kemudian secara spesifik penelitian ini akan
memusatkan perhatian pada permasalahan yang disebutkan di bawah ini:
1) Sejauhmana peran public relations sebagai penasehat ahli, fasilitator
pemecahan masalah, fasilitator komunikasi dan teknisi komunikasi di program
konservasi kelautan dan peran apa yang dominan?
2) Sejauhmana budaya dan lingkungan organisasi mempengaruhi dominasi peran
public relations?
3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian adalah
sebagai berikut :
1) Menganalisis peran public relations sebagai penasehat ahli, fasilitator
pemecahan masalah, fasilitator komunikasi dan teknisi komunikasi di
program konservasi kelautan dan peran apa yang dominan
2) Menganalisis budaya dan lingkungan organisasi mempengaruhi dominasi
peran public relations
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pihak
yang berminat terkait faktor lingkungan organisasi yang mempengaruhi peran
public relations yang dominan.
1. Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi penelitian-penelitian
selanjutnya yang sejenis. Peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat
memperbaiki kelemahan-kelemahan dari penelitan ini.
2. WWF-Indonesia
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk comms marine dalam
meningkatkan peran public relations bagian konservasi kelautan untuk
bergerak mencapai tujuan organisasi
TINJAUAN PUSTAKA
Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu proses yang melibatkan dua atau lebih pihak
untuk saling bertukar informasi, diharapkan terjadi kesepahaman diantara pihak
yang terlibat. Tidak dapat dipungkiri bahwa komunikasi merupakan suatu hal
yang terpenting dalam kehidupan manusia. Maka, dalam menjalankan kegiatan
public relations, kecakapan komunikasi menjadi penting untuk mencapai
efektivitas dari public relations. Tubbs dan Moss (1973) dalam Agung et al
(2009) menungkapkan lima tujuan berkomunikasi. Pertama, agar komunikan
memperoleh pemahaman yang tepat terhadap pesan yang disampaikan
komunikator. Kedua, menyenangkan pelaku-pelaku komunikasi. Ketiga,
Mempengaruhi sikap komunikasn. Keempat, memperbaiki hubungan antarmanusia. Kelima, mempengaruhi tindakan komunikan ke arah yang diharapkan
oleh komunikator.
Public Relations
Public relations adalah suatu bentuk komunikasi yang berlaku untuk
semua jenis organisasi, baik itu yang bersifat komersial maupun non-komersial, di
sektor publik (pemerintah) maupun privat (pihak swasta). Namun pada intinya,
public relations senantiasa berkenaan dengan kegiatan penciptaan pemahaman
melalui pengetahuan, dan melalui kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan akan
muncul perubahan yang berdampak positif.
Definisi public relations sesuai dengan International Public Relations
Association (IPRA) merupakan fungsi manajemen dari sikap budi yang
direncanakan dan dijalanakan secara berkesinambungan oleh organisasiorganisasi, lembaga-lembaga umum dan pribadi dipergunakan untuk memperoleh
dan membina saling pengertian, simpati dan dukungan dari mereka yang ada
hubungan dan diduga akan ada kaitannya, dengan cara menilai opini publik
mereka, dengan tujuan sedapat mungkin menghubungkan kebijaksanaan dan
ketatalaksanaan, guna mencapai kerja sama yang lebih produktif, dan untuk
memenuhi kepentingan bersama yang lebih efisien, dengan kegiatan penerangan
yang berencana dan tersebar luas. Menurut definisi secara umum, maka public
relations memiliki peranan yang penting pada setiap organisasi terutama
organisasi non profit.
Peran Public Relations
Public relations, memiliki peranan yang penting dalam organisasi.
Menurut Dozier&Boom yang dikutip Ruslan (2003) mengungkapkan peran
public relations yaitu, pertama sebagai penasehat ahli bagi manajemen yang
bertindak pasif untuk menerima atau mempercayai apa yang telah disarankan dari
pakar public relations untuk memecahkan masalah. Kedua, fasilitator komunikasi
yang bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu manajemen
mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan oleh publiknya. Ketiga, fasilitator
pemecah masalah membantu manajemen melakukan tindakan eksekusi dalam
6
mengatasi persoalan dan krisis yang tengah dihadapi secara rasional. Keempat,
teknik komunikasi dimana public relations sebagai journalist in resident yang
hanya menyediakan layanan teknis komunikasi seperti memproduksi tulisan
(press release, news letter, artikel terkait perusahaan), mengelola website dan
pada masa kini berkembang media social (twitter, facebook, instagram dan
lainnya), merupakan penghubung tercepat antara publik dengan perusahaan dan
memiliki respons cepat diantara keduanta. Ruslan (2003) menganggap bahwa tiga
peranan tersebut ( penasehat ahli, fasilitator pemecahan masalah, fasilitator
komunikasi) termasuk ke dalam peran messo atau manajerial, ada pula peran
public relations lain yaitu peranan teknis (teknisi komunikasi).
Cutlip (2000) menjabarkan peran public relations menjadi empat yaitu,
1. Communication tehnician (teknisi komunikasi)
Beberapa praktisi dunia public relations berpendapat bahwa peranan ini
termasuk ke dalam peran teknis. Pada tahap ini kemampuan jurnalistik dan
komunikasi sangat diperlukan. Public relations diarahkan untuk ahli
berperan menulis, menulis news letter, in house journal, news release dan
feature. Biasanya public relations dalam peran ini tidak hadir pada saat
manajemen menemui kesulitan. Mereka tidak dilibatkan dalam manajemen
sebagai pengambil keputusan. Peran mereka lebih ke arah penulisan tools
dan mengimplementasikan program. Mereka sebagai "the last to know"
2. Expert prescriber (penasehat ahli)
Praktisi public relations sebagai pendefinisi problem, pengembang
program
dan
memegang
tanggung
jawab
penuh
dalam
mengimplementasikannya. Mereka sebagai pihak yang pasif. Manajer
yang lainnya menyerahkan tugas komunikasi sepenuhnya ke tangan si
"komunikasi" ini sehingga mereka dapat mengerjakan pekerjaan mereka
yang lainnya. Peran public relations ini diberikan kepercayaan tinggi oleh
atasan, tetapi karena tidak adanya keterlibatan top manajemen dalam peran
public relations maka public relations seolah jauh dari perusahaan. Di
pihak manajemen mereka juga menjadi sangat tergantung kepada public
relationsnya. Mereka menjadi minim komitmen kepada tugas–tugas teknis
public relations, padahal seperti diketahui seharusnya tugas public
relations harusnya dilakukan oleh semua orang yang ada dalam sebuah
perusahaan.
3. Communication facilitator (fasilitator komunikasi)
Public relations sebagai pendengar setia dan broker informasi.
Mereka sebagai penghubung, interpreter dan mediator antara organisasi
dan publiknya. Mereka mengelola komunikasi dua arah dengan cara
membuka rintangan komunikasi yang ada. Tujuannya dalam hal ini adalah
untuk menyediakan kebutuhan dua belah pihak akan informasi, membuat
kesepakatan yang melibatkan dua pihak.
4. Problem solving facilitator (fasilitator pemecah masalah)
Mereka berkolaborasi dengan manajer lain untuk mendefinisikan dan
memecahkan masalah. Mereka menjadi bagian dalam manajemen strategi
perusahaan. Bergabung dengan konsultan mulai dari awal direncanakan
7
program hingga evaluasinya. Membantu manajemen menerapkan public
relations sebagai tahapan fungsi manajemen yang sama dengan kegiatan
manajemen yang lain. Public relations berfungsi sebagai bagian penting
penganalisis situasi, memiliki peran yang intens dalam pengembangan
prosedur, kebijakan, produk dan aksi perusahaan. Mereka juga memiliki
kekuatan untuk mengubah sesuatu yang seharusnya diubah. Mereka harus
terlibat dalam segala bentuk perubahan organisasi
Fungsi Public Relations
Selain peran, public relations juga memiliki fungsi-fungsi tertentu. Ketika
seorang public relations mengetahui perannya dalam organisasi, lalu
menjalankannya maka fungsi sebagai public relations akan berjalan pula. Banyak
ahli berpendapat tentang fungui public relations, diantaranya adalah:
1. Menciptakan hubungan baik dan harmonis terhadap publik organisasi
melalui kegiatan-kegiatan yang telah dirancang. Efek dari kegiatan
tersebut sangat berguna bagi organisasi yang bersangkutan
2. Menciptakan kegiatan secara menyeluruh dan berkesinambungan agar
hubungan dengan publik dapat terus terjaga.
3. Menyebarkan informasi dari organisasi kepada publik dengan benar
dan menyalurkan opini publik kepada perusahaan (komunikasi dua
arah)
4. Membangun citra positif dari publik sehingga organisasi dapat
mempertahankan eksistensinya.
Faktor Pengaruh Peran Public Relations
Terdapat faktor yang mempengaruhi peran yang dijalankan secara
dominan oleh public relations dalam organisasi. Faktor tersebut diantaranya
adalah pendidikan, pengalaman professional dan kepribadian dari individu public
relations. Serta, supervisi, budaya dan lingkungan organisasi merupakan faktor
yang berasal dari internal organisasi. Adanya pengaruh kuat dari lingkungan
organisasi akan menentukan peran apa yang dominan untuk dijalankan oleh suatu
organisasi tersebut termasuk WWF Indonesia. Peran public relations sebagai
teknisi komunikasi cenderung bekerja pada organisasi dengan lingkungan yang
relatif stabil dan rendah ancaman. Peran sebagai fasilitator komunikasi menonjol
pada organisasi dengan keadaan relative bergolak dan dengan sedikit ancaman.
Peran sebagai fasilitator proses pemecahan masalah dan penentu atau penasehat
ahli bekerja pada organisasi dengan lingkungan yang mengandung ancaman
(Tabel 1).
Organisasi dengan lingkungan yang relatif stabil, fasilitator proses
pemecahan masalah akan berperan dominan. Penentu ahli mendominasi
lingkungan yang berubah cepat, berperan ketika perlu ada tindakan segera,
sementara peran dominan fasilitator proses pemecahan masalah lebih disukai jika
ada waktu untuk menjalani proses kolaborasi dan pemecahan masalah bersama.
Jadi, untuk melihat peran apa yang mendominasi dalam organisasi non profit
seperti WWF Indonesia, perlu dilakukan analisis lingkungan publik internal dari
WWF Indonesia.
8
Tabel 1. Lingkungan organisasi dan peran public relations (Cutlip 2005)
Ancaman Organisasi
Ancaman Tinggi
Teknisi Komunikasi
Fasilitator Pemecahan
Perubahan Sedikit
Masalah
Fasilitator Komunikasi
Penentu Ahli
Perubahan Banyak
Organisasi Non Profit
Organisasi terbagi menjadi dua, organisasi profit dan organisasi non profit.
Organisasi non profit bergantung kepada fund raising yang kerap diadakan untuk
menunjang operasionalnya, donatur dapat berasal dari perorangan, organisasi,
perusahaan atau bisa juga lembaga pemerintah yang bersimpati dengan gerakan
atau tujuan organisasi yang bersangkutan Morissan (2008). Tujuan organisasi non
profit tidak untuk mendapatkan keuntungan, tetapi mencari upaya yang dapat
mengatasi, mengurangi hingga menyelesaikan suatu issue yang sedang marak
terjadi. Organisasi non profit melakukan upaya yang lebih untuk mendapat
kepercayaan di mata publik, serta posisi yang baik untuk menjamin
keberlangsungan organisasi non profit. Sementara organisasi profit memiliki
tujuan untuk memperoleh keuntungan pada setiap interaksi yang dihasilkan.
Organisasi profit juga memiliki barang dan jasa sebagai suatu produk yang
ditawarkan kepada public
Cutlip (2006) menerangkaan lima kriteria organisasi non profit :
1. Organized, adanya kesatuan institusional, yang berarti bahwa
organisasi memiliki kesepakatan, pertemuan berkala, petugas-petugas,
peraturan, atau indicator-indikator lain yang relative permanen.
2. Private, organisasi non profit secara institusional terpisah dari
pemerintah, ini berarti organisasi non profit bukanlah agensi miliki
pemerintah atau agensi yang dikontrol oleh pemerintah walaupun
mereka mungkin saja menerima pendanaan dari pemerintah.
3. Non profit distributing, organisasi non profit hadir tidak untuk
menghasilkan profit kepada pemilik atau direkturnya. Hal ini bukan
berarti organisasi non profit tidak menghasilkan profit. Namun jika
mendistribusikan profit kepada yang mengatur atau mengembangkan
bisnis merupakan tindakan yang dilarang, karenanya harus memenuhi
syarat tidak mencari keuntungan.
4. Self governing, organisasi non profit memerintah dirinya sendiri dan
mengontrol aktivitasnya sendiri, artinya mereka membuat prosedur
sendiri dan tidak tergantung dari pihak luar. Mereka memilih jajaran
direksi sendiri dan menyediakan lowongan bagi masyarakat untuk
terlibat tanpa arahan dan control dari pemerintah.
5. Voluntary, seminim-minimnya pasti ada partisipasi sukarelawan baik
dalam manajemen organisasi atau pelaksanaan programnya, artinya
ada beberapa aspek kontribusi amal yang terlibat.
Peran Public Relations pada Organisasi Non Profit
Organisasi non profit memerlukan peran dari seorang public relations
untuk menarik publik berpartisipasi dalam setiap program yang dibuat,
9
menciptakan cara kreatif agar publik mau memberikan bantuan berupa dana untuk
keberlangsungan program dan operasional organisasi non profit, penyebaran
informasi yang dikemas dalam bentuk yang berbeda sesuai dengan issue yang
diangkat oleh suatu organisasi non profit menawarkan tindakan yang tepat dan
sederhana untuk diterapkan oleh publik, serta memberikan kesempatan publik
untuk menjadi volunteer atau sukarelawan pada setiap event yang dibuat oleh
organisasi non profit. Dari penjabaran diatas, organisasi non profit akan mendapat
kepercayaan dari publiknya dan public relations menjaga relationship yang sudah
terbina dengan terus melakukan interaksi dengan publik, agar selanjutnya
organisasi non profit akan terus memperbaharui setiap program sesuai dengan
kebutuhan, keinginan dan masukan dari publik.
Gambar 1 Model Komunikasi dalam public relations. (Soemirat 2004)
Sumber
Perusahaan
Organisasi
Komunikator
Public
Relations
(PR)
Pesan
Komunikan
Kegiatankegiatan
Publikpublik PR
Efek
Citra publik
terhadap
Perusahaan
Adapun perbedaan peran public relations antara organisasi non profit dan
profit dijabarkan melalui
Tabel 2. Perbedaan peran public relations organisasi profit dan non profit
Organisasi Profit
1. Menciptakan “branding” organisasi dalam
bentuk promosi untuk menarik publik.
2. Mengembangkan saluran komunikasi
kepada publik eksternal untuk membeli
produk
3. Menciptakan strategi marketing yang baik
agar tercapai target organisasi.
4. Mendukung pengembangan kebijakan
organisasi untuk memperoleh keuntungan.
5. Menciptakan hubungan yang baik dan
harmonis pada publik eksternal dengan
kegiatan yang dilakukan bersama-sama.
Organisasi non profit
1. Mendefinisikan “brand” organisasi
dengan baik sehingga menerima reputasi
baik
2. Mengembangkan saluran komunikasi
terhadap pihak yang dilayani.
3. Menciptakan dan memelihara iklim yang
baik untuk mengumpulkan dana.
4. Mendukung pengembangan dan
pemeliharaan kebijakan publik yang
cocok untuk misi organisasi.
5. Memberi informasi dan motivasi kepada
publik internal agar secara bersama
mengabdikan diri untuk misi, tujuan dan
sasaran organisasi.
Kerangka Pemikiran
World Wildlife Fund (WWF) merupakan salah satu organisasi non profit
yang bergerak berdasar issue lingkungan. WWF Indonesia berkomitmen untuk
menjaga kelestarian lingkungan dengan beragam cara, salah satunya adalah
konservasi pada kelautan. Pada program konservasi kelautan, WWF memiliki
berbagai kategori wilayah cakupan konservasi yang tersebar di wilayah Indonesia.
10
Hal tersebut membuat seluruh staf WWF Indonesia bekerja dengan semaksimal
mungkin untuk menjalankan program konservasi di wilayah terpisah dengan
frekuensi tatap muka yang rendah. Lingkungan komunikasi dalam publik interal
tersebut akan memberikan pengaruh terhadap peran public relations WWF
Indonesia dan melihat peran mana yang cenderung dilakukan public relations.
Faktor yang berasal dari budaya organisasi WWF ditunjukkan melalui
nilai organisasi, iklim organisasi dan komitmen terhadap tugas akan memiliki
pengaruh bagaimana public relations harus memainkan perannya. Kedua adalah
faktor berasal dari lingkungan organisasi yang berupa perubahan dan ancaman
yang berasal dari eksternal maupun internal. Perubahan tersebut dapat berupa
perubahan yang tidak diduga oleh WWF seperti bencana alam yang
mempengaruhi kegiatan konservasi lingkungan, atau perubahan yang dapat
diduga seperti regenerasi staf atau banyaknya mahasiswa yang melakukan magang
sehingga situasi komunikasi organisasi mengalami perubahan yang tinggi atau
perubahan budaya organisasi yang ditunjukkan terjadinya perubahan nilai serta
iklim organisasi. Ancaman berupa persaingan dengan organisasi serupa dengan
WWF yang dapat mengganggu stabilitas posisi WWF di mata publiknya. Kedua
faktor tersebut akan mempengaruhi peran dari public relations dan akan ada satu
peran yang dimainkan oleh public relations WWF Indonesia. Penelitian ini
memusatkan pengaruh yang berasal dari organisasi terhadap peran public
relations.
Budaya Organisasi
(X1)
Peran Public relations
(Y)
Nilai Organisasi
Iklim Organisasi
Komitmen Kerja
Y1 Penasehat Ahli
Y2 Fasilitator Pemecah
Masalah
Y3 Fasilitator
Komunikasi
Y4 Teknisi Komunikasi
Lingkungan
Organisasi (X2)
Ancaman
Perubahan
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
Jenis peran public relations dipengaruhi oleh kondisi budaya dan lingkungan
organisasi, organisasi dengan budaya dan lingkungan yang stabil menyebabkan
peran fasilitator dan teknisi komunikasi menjadi dominan.
11
Definisi Operasional
Budaya Organisasi adalah sistem kepercayaan dan nilai yang berkembang
pada organisasi untuk mengarahkan pola perilaku anggota-anggotanya. Penilaian
budaya organisasi melalui indikator yaitu nilai organisasi, iklim organisasi dan
komitmen terhadap tugas:
1. Nilai organisasi adalah pemahaman anggota atau staf terhadap tanggung
jawab serta visi misi yang dibawa oleh organisasi WWF Indonesia
Program Konservasi Kelautan. Pengukuran dilakukan dari tanggapan
responden, dengan menggunakan skala ordinal dengan pemberian skor
berikut:
Sangat tidak setuju : skor 1
Tidak setuju
: skor 2
Setuju
: skor 3
Sangat setuju
: skor 4
2. Iklim organisasi adalah iklim atau suasana yang merefleksikan isi dan
kekuatan dari nilai-nilai umum, norma, sikap, tingkah laku dan perasaan
staff WWF Indonesia Program Konservasi Kelautan terhadap sistem sosial
yang ada. Pengukuran dilakukan dari tanggapan responden, dengan
menggunakan skala ordinal dengan pemberian skor sebagai berikut:
Sangat tidak setuju : skor 1
Tidak setuju
: skor 2
Setuju
: skor 3
Sangat setuju
: skor 4
3. Komitmen terhadap tugas adalah komitmen yang berdasarkan keinginan
kuat dari staff WWF untuk menjalankan tugas dengan baik agar mencapai
tujuan Program Konservasi Kelautan yang mendukung tujuan utama
WWF Indonesia. Pengukuran dilakukan dari tanggapan responden, dengan
menggunakan skala ordinal dengan pemberian skor sebagai berikut:
Sangat tidak setuju : skor 1
Tidak setuju
: skor 2
Setuju
: skor 3
Sangat setuju
: skor 4
Lingkungan organisasi adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi
eksistensi, keberadaan dan lainnya yang menyangkut organisasi baik dari dalam
maupun dari luar. Secara keseluruhan ancaman dan perubahan organisasi adalah
indikator lingkungan organisasi:
1. Ancaman organisasi adalah faktor-faktor di luar lingkungan organisasi
yang merupakan ancaman bagi organisasi sehingga menghambat Program
Konservasi Kelautan berjalan dan berkembang dengan baik. Pengukuran
12
dilakukan dari tanggapan responden, dengan menggunakan skala ordinal
dengan pemberian skor sebagai berikut:
Sangat tidak setuju
: skor 1
Tidak Setuju
: skor 2
Setuju
: skor 3
Sangat Setuju
: skor 4
2. Perubahan organisasi adalah suatu upaya mengambil langkah-langkah baru
yang diharapkan lebih baik dalam rangka mempertahankan keberadaan
organisasi dalam menghadapi tuntutan perubahan jaman. Pengukuran
dilakukan dari tanggapan responden, dengan menggunakan skala ordinal
dengan pemberian skor sebagai berikut:
Sangat tidak setuju : skor 1
Tidak Setuju
: skor 2
Setuju
: skor 3
Sangat setuju
: skor 4
Peran public relations adalah keterlibatan public relations dalam sebuah
organisasi yang berkaitan dengan tujuan utama organisasi khususnya pada
Program Konservasi Kelautan. Penasehat Ahli, Fasilitator Pemecah Masalah,
Fasilitator Komunikasi dan Teknisi Komunikasi sebagai indikator sejauh mana
public relations pada Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia melakukan
perannya.
1. Penasehat Ahli adalah peran public relations sebagai pendefinisi problem,
pengembang program dan
memiliki tanggung jawab penuh untuk
mengimplementasikannya. Merupakan orang terpercaya oleh pihak top
management. Variabel ini mengukur sejauh mana public relations
berperan sebagai penasehat ahli dalam Program Konservasi Kelautan
WWF dengan penilaian sangat setuju, setuju, tidak setuju, atau sangat
tidak setuju. Pengukuran didapat dari tanggapan responden terhadap
kinerja public relations, dengan skala ordinal dengan penilaian berikut ini:
Sangat tidak setuju
: skor 1
Tidak setuju
: skor 2
Setuju
: skor 3
Sangat setuju
: skor 4
2. Fasilitator Pemecah Masalah adalah peran public relations sebagai
pendefinisi dan pemecah masalah, berkolaborasi dengan manajemen lain
merencanakan dan mengevaluasi program. Variabel ini mengukur sejauh
mana public relations berperan sebagai fasilitator pemecah masalah dalam
Program Konservasi Kelautan WWF dengan penilaian sangat setuju,
setuju, tidak setuju atau sangat tidak setuju. Pengukuran didapat dari
13
tanggapan responden terhadap kinerja public relations, dengan skala
ordinal dengan penilaian berikut ini:
Sangat tidak setuju
: skor 1
Tidak setuju
: skor 2
Setuju
: skor 3
Sangat setuju
: skor 4
3. Fasilitator Komunikasi adalah peran public relations sebagai sebagai
penghubung, interpreter dan mediator antara organisasi dan publiknya.
Mereka mengelola komunikasi dua arah dengan cara membuka rintangan
komunikasi yang ada. Variabel ini mengukur sejauh mana public relations
berperan sebagai fasilitator komunikator dalam Program Konservasi
Kelatutan WWF dengan penilaian sangat setuju, setuju, tidak setuju atau
sangat tidak setuju. Pengukuran didapat dari tanggapan responden
terhadap kinerja public relations, dengan skala ordinal dengan penilaian
berikut ini:
Sangat tidak setuju
: skor 1
Tidak setuju
: skor 2
Setuju
: skor 3
Sangat setuju
: skor 4
4. Teknisi Komunikasi adalah peran public relations yang berperan menulis,
menulis news letter, menulis in house journal, menulis news release,
menulis feature. Variabel ini mengukur sejauh mana public relations
berperan sebagai teknisi komunikasi dalam Program Konservasi Kelatutan
WWF dengan penilaian sangat setuju, setuju, tidak setuju atau sangat tidak
setuju. Pengukuran didapat dari tanggapan responden terhadap kinerja
public relations, dengan skala ordinal dengan penilaian berikut ini:
Sangat tidak setuju
: skor 1
Tidak setuju
: skor 2
Setuju
: skor 3
Sangat setuju
: skor 4
Rentang skala Likert yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1 hingga
4, maka rentang skala penilaian yang didapat adalah :
Skoring dikategorikan menjadi tiga, yaitu Rendah, Sedang, dan Tinggi.
Penentuan skor tiap indikator berdasarkan hasil data yang diperoleh peneliti,
sehingga menghasilkan rentang skor sebagai berikut.
- Budaya organisasi: Skor maksimum adalah 66 dan skor minimum adalah 51.
Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: ≤56, Sedang: 57-61, Tinggi: ≥62. Rentang
skor tiap indikator, yakni:
14
-
Nilai organisasi: Skor maksimum adalah 20 dan skor minimum adalah 14.
Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: <16, Sedang: 16-18, Tinggi: ≥18.
- Iklim organisasi: Skor maksimum adalah 24 dan skor minimum adalah 7.
Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: <19, Sedang: 19-21, Tinggi: ≥22.
- Komitmen kerja: Skor maksimum adalah 24 dan skor minimum adalah 16.
Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: ≤18, Sedang: 19-21, Tinggi: ≥22.
- Lingkungan organisasi: Skor maksimum adalah 39 dan skor minimum adalah
31. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: ≤33, Sedang: 34-36, Tinggi: ≥37.
- Ancaman organisasi: Skor maksimum adalah 16 dan skor minimum adalah
8. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: ≤10, Sedang: 11-13, Tinggi: ≥14.
- Perubahan organisasi: Skor maksimum adalah 26 dan skor minimum
adalah 20. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: <22, Sedang: 22-24,
Tinggi: ≥25.
- Peran public relations: Skor maksimum adalah 74 dan skor minimum adalah
54. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: ≤60, Sedang: 61-67, Tinggi: ≥68.
- Penasehat Ahli: Skor maksimum adalah 16 dan skor minimum adalah 9.
Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: <11, Sedang: 11-13, Tinggi: ≥14.
- Fasilitator Pemecahan Masalah: Skor maksimum adalah 16 dan skor
minimum adalah 9. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: <11, Sedang: 1113, Tinggi: ≥14.
- Fasilitator Komunikasi: Skor maksimum adalah 32 dan skor minimum
adalah 21. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: <24, Sedang: 24-27,
Tinggi: ≥28.
- Teknisi Komunikasi: Skor maksimum adalah 16 dan skor minimum adalah
9. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: <11, Sedang: 11-13, Tinggi: ≥14.
METODE
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang
didukung dengan data kualitatif untuk memperkaya analisis. Pendekatan
kuantitatif ini dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner
elekronik yang disebarkan melalui surat elektronik (surel) kepada seluruh staff
program kelautan WWF-Indonesia. Hasil wawancara tersebut kemudian dikode,
diolah melalui Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0 serta dianalisis. Pendekatan
kualitatif dilakukan melalui wawancara semi terstruktur kepada responden dan
informan untuk mengetahui informasi lebih dalam mengenai peran public
relations program konservasi kelautan WWF-Indonesia.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Organisasi non profit yang dipilih untuk penelitian ini adalah WWFIndonesia yang merupakan organisasi non profit bergerak dibidang konservasi
fauna serta lingkungan hidup. Penelitian dilakukan di Kantor WWF Indonesia
yang beralamat di Graha Simatupang Building Tower 2, Unit C lantai 7-11, Jl
Letjen TB Simatupang Kav 38 Jakarta Selatan. Program Konservasi Kelautan
merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh WWF Indonesia untuk
melestarikan dan menjaga ekosistem laut. Staff dari program konservasi kelautan
berkisar 60 orang yang tersebar di berbagai wilayah konservasi kelautan di
Indonesia.
Pemilihan Program konservasi Kelautan dilakukan secara sengaja
(purposive). Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dipilihnya WWF Indonesia
Konservasi Kelautan sebagai tempat penelitian adalah: 1) WWF Indonesia
merupakan salah satu organisasi non profit yang bergerak berdasarkan issue
lingkungan 2) luas dan banyaknya wilayah yang dijadikan tempat untuk
konservasi kelautan dan penyebaran staff untuk masing-masing wilayah
konservasi berbeda-beda. Jadwal pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan
selama kurang lebih lima bulan yaitu mulai dari Februari-Juni 2013.
Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan yaitu berupa data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh melalui sebaran kuesioner kepada seluruh staf program
konservasi kelautan responden dan wawancara mendalam menggunakan pedoman
pertanyaan kepada comms marine yang bertindak sebagai public relations dan
beberapa staf. Isi kuesioner terdiri atas empat bagian yang ditujukan kepada staf
dengan menggunakan teknik pendekatan kuantitatif, berupa karakteristik
responden (8 pertanyaan), budaya organisasi (17 pertanyaan), dan lingkungan
organisasi (13 pertanyaan, dan peran public relations program konservasi kelautan
WWF-Indonesia (22 pertanyaan). Pedoman pertanyaan ditujukan kepada comms
marine dan beberapa staf melalui teknik pendekatan kualitatif, yang digunakan
16
untuk melengkapi informasi penelitian sebanyak 15 pertanyaan (Lampiran 1 dan
Lampiran 2).
Data sekunder diperoleh melalui dokumen perusahaan meliputi profil
Program Konservasi Kelautan dan profil WWF mulai dari sejarah terbentuk
hingga struktur kepengurusan dan program WWF, serta berbagai literatur yang
relevan dengan penelitian ini, yaitu buku dan internet.
Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling.
Purposive sampling ialah sebuah sampel yang dipilih berdasarkan perimbanganpertimbangan tertentu, sedangkan pertimbangan yang diambil itu berdasarkan
tujuan penelitian. (Singarimbun dan Effendi 1995). Populasi penelitian berjumlah
60 orang, yaitu seluruh staf program konservasi kelautan. Peneliti mendata
seluruh staf dan email mereka yang berjumlah 60 orang, kemudian mengirimkan
kuesioner melalui surel kepada 60 staf populasi penelitian, staf yang memberi
feedback berupa isi kuesioner menjadi responden penelitian. Unit analisis
penelitian ini adalah individu. Jumlah staf yang menjadi responden berjumlah 30
orang (Lampiran 3), mereka adalah yang merespon email peneliti dan
memberikan jawaban kuesioner. Jumlah 30 staf merupakan sampel dari penelitian
ini. Data yang telah dikumpulkan diolah menggunakan Microsoft excel dan
statistic deskriptif, lalu disimpulkan.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan pendekatan kuantitatif. Pengolahan
data dilakukan dengan tiga langkah, yaitu pertama, melakukan pengkodean
kemudian memasukkan data ke dalam kartu atau berkas data. Kedua, membuat
tabel frekuensi atau tabel silang. Ketiga, mengedit yakni mengoreksi kesalahankesalahan yang ditemui setelah membaca tabel frekuensi atau tabel silang
(Singarimbun dan Effendi 2008). Data yang diperoleh akan dianalisis dengan
beberapa teknik, antara lain:
1. Tabel frekuensi, untuk menganalisis data primer, yaitu budaya organisasi,
lingkungan organisasi dan keempat peran public relations
2. Uji Chi Square untuk menganalisis hubungan antarvariabel dengan data
nominal, yaitu hubungan antara budaya organisasi dengan penasehat ahli,
fasilitator pemecahan masalah, fasilitator komunikasi dan teknisi
komunikasi, lingkungan organisasi dengan penasehat ahli, fasilitator
pemecahan masalah, fasilitator komunikasi dan teknisi komunikasi.
Menurut Singarimbun dan Effendi (2008), rumus Kai Kuadrat atau Chi
Square ( ²) adalah
²=
² = nilai Chi Square
fo = frekuensi yang diperoleh atau diamati
ft = frekuensi yang diharapkan
Untuk mengetahui signifikansi hasil yang diperoleh, harus diketahui
derajat kebebasan (degrees of freedom) dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
dk = (k-1)(b-1)
Keterangan:
dk = derajat kebebasan
k = kolom
17
b = baris
Keeratan hubungan antara dua variabel dapat diketahui dengan menggunakan
keofisien kontingensi (Singarimbun dan Effendi 2008).
Menurut Hasan (2009), koefisien korelasi adalah bilangan yang digunakan
untuk mengukur derajat hubungan, meliputi kekuatan hubungan dan bentuk/arah
hubungan. Untuk kekuatan hubungan, nilai korelasi berada di antara -1 dan +1.
Untuk bentuk/arah hubungan, nilai koefisien korelasi dinyatakan dalam positif (+)
dan negatif (-). Jika koefisien korelasi bernilai positif maka variabel-variabel
berkorelasi positif, artinya jika variabel X naik/turun maka variabel Y juga
naik/turun. Jika koefisien korelasi bernilai negatif maka variabel-variabel
berkorelasi negatif, artinya jika variabel X naik/turun maka variabel Y akan
turun/naik. Menurut Hasan (2009), koefisien korelasi diartikan sebagai berikut:
KK = 0.00 : tidak ada hubungan
0.00 < KK ≤ 0.20 : hubungan rendah sekali atau lemas sekali
0.20 < KK ≤ 0.40 : hubungan rendah atau lemas tetapi pasti
0.40 < KK ≤ 0.70 : hubungan cukup berarti atau sedang
0.70 < KK ≤ 0.90 : hubungan tinggi atau kuat
0.90 < KK ≤ 1.00 : hubungan sangat tinggi atau kuat sekali, dapat
diandalkan
KK = 1.00 : hubungan sempurna
Pengolahan data statistik dilakukan dengan program Statistic Program for Social
Sciences (SPSS version 16.0) untuk mengolah data hasil kuesioner.
Penentuan kriteria pengujian dilakukan dengan cara membandingkan nilai
kritis (nilai alpha tabel dari distribusinya) dengan nilai uji statistiknya. Hipotesis
nol (Ho) diterima jika nilai uji statistiknya berada di luar nilai kritisnya. Hipotesis
nol (Ho) ditolak jika nilai uji statistiknya berada dalam nilai-nilai kritis (Hasan
2009).
PROFIL WORLD WILDLIFE FUND FOR NATURE (WWF)INDONESIA
Sejarah World Wildlife Fund for Nature (WWF)-Indonesia
World Wide Fund for Nature (WWF) mulai bekerja di Indonesia sebagai
kantor program dari WWF Internasional di awal tahun 1961, dibawah
pengawasan Kementrian Kehutanan. Pada tahap awal ini aktivitas utama WWF
adalah berupa penelitian dan survei terhadap spesies mamalia, terutama badak dan
harimau di pulau Jawa dan Sumatra, dimana kedua hewan tersebut termasuk
binatang yang terancam punah.
WWF kemudian memulai berbagai inisiatif konservasi di Sumatra,
Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Selama setengah periode pertama di era 80-an,
tim program WWF berkolaborasi dengan pemerintah didalam mengembangkan
strategi untuk konservasi kelautan yang dilaksanakan awal 90-an. Di tahun 1996
WWF mendaftarkan diri menjadi sebuah yayasan di Indonesia. Dewan komisaris
terbentuk setelah itu dan mendapatkan lebih banyak fleksibilitas didalam
pengumpulan dana dan pengembangan program di seluruh Indonesia.
Pada bulan April 1998, Kantor program WWF-Internasional di Indonesia
bertransformasi menjadi WWF-Indonesia dan telah sah secara hukum sebagai
organisasi nasional dengan status yayasan atau organisasi non profit.
Hingga 2004, WWF-Indonesia telah membantu pemerintah didalam pembentukan
berbagai area konservasi hutan, termasuk Taman Nasional Wasur, Taman
Nasional Lorentz, dan Cagar Alam Arfak Strict di Papua, Taman Nasional Kayan
Mentarang dan Betung Kerihun di Kalimantan, Taman Nasional Bukti Tigapuluh
di Sumatra. Dalam pengembangannya, WWF mengutamakan perlunya peranan
dari komunitas lokal didalam pengelolaan cagar alam dan mendorong pengakuan
yang sah secara hukum untuk akses bagi hak adat dan pemanfaatan cagar
alam untuk mata pencaharian bagi komunitas lokal atau masyarakat sekitar
kawasan
lindung,
tanpa
merusak
kawasan
tersebut.
WWF-Indonesia berusaha untuk memfasilitasi dan mendukung
pembangunan ekonomi alternatif berkelanjutan bagi komunitas lokal di Aru
Tenggara, Maluku, Takabone Rate dan Taman Laut Bunaken di Sulawesi, serta
Taman Nasional Cendrawasih di Papua. Pada saat ini, WWF-Indonesia terus
berupaya didalam peningkatan kapasitas didalam penerapan pengelolaan area
konservasi yang lebih baik. Saat ini, WWF-Indonesia berada di 27 wilayah kerja ,
yang tersebar di 17 provinsi di Indonesia.
Visi dan Misi WWF-Indonesia
WWF-Indonesia sebagai salah satu organisasi non profit lingkungan di
Indonesia, memiliki visi misi serta tujuan organisasinya. Tujuan utama WWFIndonesia adalah untuk menghentikan dan memperbaiki kerusakan lingkungan
yang terjadi serta membangun masa depan, dimana manusia hidup selaras dengan
alam.
Visi WWF-Indonesia adalah "Pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia
untuk kesejahteraan generasi sekarang dan di masa mendatang" dengan misi yang
20
dibawa WWF yaitu melestarikan keanekaragaman hayati dan mengurangi dampak
yang disebabkan manusia melalui upaya:
1. Mempromosikan etika pelestarian yang kuat, kesadaran serta di
kalangan masyarakat Indonesia
2. Memfasilitasi upaya multi pihak untuk melindungi
keanekaragaman hayati dan proses ekologis dalam skala
ekoregional
3. Melakukan advokasi kebijakan, hukum dan penegakan hukum yang
mendukung upaya pelestarian
4. Mempromosikan pelestarian bagi kesejahteraan masyarakat,
melalui pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan.
WWF dengan visi misinya, Saat ini memprioritaskan kerja di pusat
keanekaragaman hayati penting yang dikenal sebagai Global 200
Ecoregions. Global 200 Ecoregions merupakan peringkat yang diberikan WWF
bagi habitat di wilayah darat, perairan tawar serta laut yang memiliki
keanekaragaman hayati yang penting, 19 diantaranya terdapat dalam wilayah
politik Indonesia. Program pelestarian di Indonesia terdapat pada 25 situs yang
tersebar di 17 provinsi, di bidang kelautan, ekosistem air tawar dan hutan. Upaya
yang dilakukan adalah menyelamatkan keanekaragaman spesies dengan
mempromosikan pelestarian yang memberikan keuntungan sosial dan ekonomi
secara berkelanjutan bagi komunitas lokal. Untuk memulihkan kerusakan
ekosistem dan mengurangi beragam ancaman seperti yang ditimbulkan oleh
perubahan iklim dan bahan kimia beracun. Pendekatan yang WWF lakukan
adalah menjalin kerjasama dengan berbagai pihak.
Selain dari upaya pelesetarian yang terus dilakukan, WWF juga
memperkuat masyarakat, mendorong pemerintah dan perusahaan bertanggung
jawab, serta mewujudkan kebijakan dan praktik yang mendukung pelestarian
dengan promosi:
1. Kebijakan pelestarian yang kuat pada setiap tingkatan pemerintah,
tingkat perusahaan multi nasional, WWF mendorong mereka untuk
memperkuat kebijakan dan menerapkan praktek pelestarian dengan
baik.
2. Memperkuat komunitas, mendorong agar komunitas lokal dapat
melindungi sendiri sumber daya alamnya, serta berperan aktif
dalam menentukan pengelolaan sumber daya.
Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia
Program Kelautan WWF-Indonesia merupakan salah satu dari tiga program
konservasi yang dilakukan oleh WWF di Indonesia, program ini merupakan
indikator untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh jaringan global WWF.
Ekosistem laut dan pesisir dan sumber daya perikanannya di seluruh dunia berada
dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Eksploitasi ikan yang berlebihan dan
kemundurun kualitas habitat laut dan pesisir yang kerap diakibatkan oleh kegiatan
manusia, mengancam keanekaragaman hayati dan penghidupan masyarakat yang
tergantung pada sumber daya laut.
21
Jaringan global WWF telah menetapkan visinya untuk mengembalikan
keseimbangan alam. Pemerintah, komunitas, para ahli lingkungan, industri dan
berbagai kelompok kepentingan di seluruh dunia bekerjasama untuk menjaga dan
memulihkan harta kekayaan laut. Masyarakat memanfaatkan laut dan pesisir
secara bijak untuk keuntungan sekarang dan bagi generasi selanjutnya, dan
memiliki pemahaman yang sama bahwa seluruh kehidupan di lautan memiliki hak
dan tempat untuk meneruskan kehidupan mereka.
Program kelautan yang dilakukan kantor program Indonesia dimulai pada
1993. Setelah 1998, pendekatan eco-regional untuk pelestarian lebih
diintensifkan. Pendekatan ini secara khusus memperkuat dengan membuat contoh
konservasi kelautan dan pengelolaan perikanan yang hidup, di sejumlah kawasan
prioritas di Taman Nasional Bunaken dan Taman Nasional Bali Barat. Di tingkat
Nasional, untuk konservasi kawasan dan ekoregional mendapat dukungan dari
program konservasi kelautan dan reformasi kebijakan pengelolaan perikanan.
Selanjutnya, WWF juga sudah mengembangkan program pengembangan
kapasitas pengelolaan dari mitra-mitra penting di kawasan dan pada tingkat
nasional melalui pelatihan-pelatihan dan pelaksanaan bersama dalam kegiatan
monitoring dan pengelolaan perikanan.
Struktur Organisasi Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia
Conservation Program Director
CTNI Leader
Marine Program Director
Marine Science Expert
Marine Program Finance Manager
Marine Program
Strategic
Development
Marine Program Administrator
Officer
MPA Program Leader
Fisheries Program Leader
Marine Species program leader
Cendrawasih, Abun, Kei,
Wakatobi, Bunaken, Bera,
Paloh, Solor Alor MPA
Project Leader
By-Catch, Capture Fisheries,
Aquaculture Coordinator
Turtle, Sharks and Cetacean
Conservation Management
Coordinator
Program
Monitoring and
Evaluation
Manager
Conservation
Science and
Training Manager
Communication
and Outreach
Manager
CTI Manager
22
Public relations pada program konservasi kelautan diawasi khusus oleh
Marine program strategic development yang bernama communication and
outreach manager atau disingat sebagai comms marine. Memiliki satu manager
pusat yang membawahi dua orang yang juga bertindak sebagai public relations,
yaitu Juru Kampanye dan juga Assistant Juru Kampanye. Meskipun memiliki
struktur yang berstrata, namun pada program konservasi kelautan memiliki
budaya dan merasakan lingkungan organisasi yang sama, karena atasan hingga
bawahan berada dalam satu ruangan tanpa sekat sehingga akan cenderung
memiliki kesamaan dalam berbudaya organisasi dengan jabatan yang berbedabeda.
Job Descriptions dan Peran Public Relations Program Konservasi Kelautan
WWF-Indonesia
Sebagai public relations, comms marine memiliki tugas-tugas khusus yang
mencerminkan perannya sebagai seorang public relations organisasi non-profit.
Tugas tersebut telah dimapping pada Tabel 3
Tabel 3 Mapping job description comms marine
No Job description comms marine
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Memproduksi tulisan(artikel, news letter,
press release, informasi-informasi kelautan)
Membentuk dan mengorganisasikan
komunitas pecinta laut dan spesiesnya
(marinebuddies) lewat jejaring sosial
(twitter,facebook,blog)
Menyusun rencana kampanye terkait
urgensi dibidang kelautan dan perikanan
Sebagai pihak yang mewakili program
konservasi kelautan untuk pertemuanpertemuan, undangan serta rapat dengan
stakeholder WWF-Indonesia
Menjalin hubungan baik dengan mitra,
media dan sponsor program konservasi
kelautan
Menyebarkan informasi kepada seluruh staf
terkait organisasi atau hal di luar itu yang
masih berhubungan dengan program
konservasi kelautan
Melakukan identifikasi dan mencari data
untuk para peneliti program untuk dijadikan
acuan kampanye berikutnya
Kategori
peran
relations
Teknisi komunikasi
public
Teknisi komunikasi,
fasilitator komunikasi
Fasilitator pemecahan
masalah, fasilitator
komunikasi
Fasilitator komunikasi
Fasilitator komunikasi
Fasilitator komunikasi
Fasilitator pemecah masalah
23
Capaian Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia
Hasil-hasil utama yang telah diraih oleh konservasi Kelautan di Indonesia
termasuk:
Tahun 1993 Teluk Cendrawasih menjadi taman laut nasional berdasarkan
penelitian ilmiah, advokasi kebijakan dan pengembangan komunitas
yang dilakukan oleh WWF.
2. Tahun 1999 peraturan resmi untuk larangan eksploitasi penyu diterima
dan selanjutnya diperkuat oleh legalisasi gubernur di seluruh Bali yang
melarang pengumpulan dan pembunuhan penyu berdasarkan lobi
kebijakan, kampanye publik, dan penelitian ilmiah yang dilakukan oleh
WWF.
3. Tahun 2001 WWF menjadi koordinator untuk Program ReefCheck
Indonesia dan menyelenggarakan pelatihan bagi lebih dari 900 relawan di
21 lokasi dari seluruh Indonesia untuk memimpin aktifitas monitoring
terumbu karang regular.
4. Tahun ini juga, jaringan sektor swasta bernama Friends of the Reef
didirikan di Bali yang memfasilitasi penerapan praktek pelaksanaan
pariwisata laut terbaik, dan menyediakan forum untuk diskusi mengenai
konservasi berdasarkan kerja WWF di Taman Nasional Bali Barat.
5. Tahun 2002 Departemen Kelautan dan Perikanan mengadopsi
pendekatan pengelolaan kolaboratif berdasarkan usaha WWF yang
bekerjasama dengan organisasi non pemerintah dan proyek pengelolaan
sumber daya alam lainnya.
6. Tahun 2003 Departemen Perikanan dan Kelautan setuju menjadi tuan
rumah dan mendanai sekretariat Indonesia untuk manajemen dan
konservasi SSME berdasarkan kerjasama dengan WWF Malaysia dan
WWF Philipina.
Capaian program konservasi kelautan akan terus bertambah seiring dengan
waktu dan ditemukannya solusi serta berhasil dalam penerapan permasalahan
kelautan dan perikanan.
1.
BUDAYA DAN LINGKUNGAN ORGANISASI PROGRAM
KONSERVASI KELAUTAN WWF-INDONESIA
Budaya Organisasi
Budaya organisasi merupakan suatu ciri khas dari sebuah organisasi. Setiap
organisasi akan memiliki budaya yang berbeda-beda. Budaya dapat dilihat dari nilainilai yang tertanam oleh anggota dan sejauh mana melekat serta mempengaruhi perilaku
dari organisasi maupun anggota. Budaya organisasi memiliki beberapa indikator yang
dapat menentukan tinggi rendahnya budaya pada suatu organisasi, diantaranya adalah
nilai organisasi yang menunjukkan bagaimana anggota organisasi memahami seluruh
nilai-nilai, tujuan hingga visi misi organisasi untuk dapat diaplikasikan pada saat
berorganisasi. Iklim organisasi, memperlihatkan bagaimana kondisi, situasi serta
atmosfer yang terbentuk dalam suatu organisasi. Terakhir adalah komitmen terhadap
kerja, menunjukkan bagaimana komitmen anggota pada saat berorganisasi. Tingkatan
budaya organisasi pada program kelautan WWF-Indonesia ditunjukkan dalam Tabel 4
Tabel 4 Distribusi staf berdasarkan tingkat budaya organisasi WWF-Indonesia
Tingkat
Tinggi
Sedang
Rendah
Total
Jumlah
8
14
8
30
Presentase(%)
26,7
46,7
26,7
100
Budaya organisasi pada WWF-Indonesia tergolong berkembang cukup baik
karena hampir seluruh staf WWF-Indonesia memiliki pemahaman yang cukup baik
terhadap nilai-nilai organisasi yang ditunjukkan melalui visi misi organisasi. Selain itu,
suasana yang terbentuk dalam WWF-Indonesia cenderung kekeluargaan, tidak ada
paksaan untuk membantu konservasi di wilayah Indonesia, atasan dengan staf memiliki
hubungan dekat, tidak ada strata yang mana yang tinggi karena semua melebur menjadi
satu. WWF-Indonesia juga tidak menuntut staf harus menggunakan pakaian formal
ketika bekerja di kantor, hal terpenting adalah sopan dalam berbusana. Tidak pula harus
datang ke kantor setiap hari jam kerja, kapan saja selama pekerjaan yang diberikan
selesai pada waktunya. Disimpulkan suasana kerja yang tercipta nyaman dan atmosfer
bersahabat, komitmen yang dimiliki masing-masing staf pada saat bekerja juga baik, hal
tersebut mempengaruhi perkembangan budaya organisasi program konservasi kelautan.
Delapan responden berpendapat budaya organisasi program konservasi kelautan
berkembang dengan baik karena mereka memiliki masa kerja yang sudah lama di
WWF-Indonesia, sehingga sudah mengenal baik budaya yang tercipta dan memahami
nilai yang terbentuk pada organisasi.
Delapan responden lain berpendapat bahwa budaya organisasi program
konservasi dan kelautan WWF-Indonesia kurang berkembang dengan baik dalam
organisasi . Hal tersebut terjadi karena responden memiliki masa kerja di bawah dua
tahun untuk WWF-Indonesia sehingga belum merasakan perkembangan budaya yang
signifikan dalam program konservasi kelautan WWF-Indonesia. Selain itu, responden
juga ada yang termasuk staf lapang yang bekerja di wilayah program konservasi
kelautan WWF-Indonesia, staf tersebut memiliki interaksi yang rendah terhadap
stafflain yang kebanyakan bekerja di kantor. Adapula beberapa staf yang berpendapat
26
demikian adalah staf yang berstatus temporer bukan tetap, sehingga belum cukup
mampu memahami nilai dan budaya dengan baik. Maka mereka akan berpendapat
budaya organisasi WWF-Indonesia berkembang kurang baik.
Menurut Robins (2006), Budaya organisasi membentuk sejumlah fungsi dalam
suatu organisasi, yaitu budaya mempunyai suatu peranan dalam menetapkan tapal batas,
artinya budaya menciptakan perbedaan yang jelas antara satu organisasi dengan
organisasi yang lain, budaya membawa suatu rasa indentitas bagi anggota organisasi,
budaya mempermudah timbulnya komitmen pada area yang lebih luas daripada
kepentingan individu seseorang, budaya dapat meningkatkan kemantapan sistem,dan
budaya berfungsi sebagai mekanisme pembuatan makna dan kendali yang memandu
dan membentuk sikap serta perilaku karyawan. Kelima peran tersebut sudah
berkembang dan nampak pada program konservasi kelautan WWF-Indonesia.
Budaya organisasi WWF-Indonesia termasuk kategori tinggi jika dilihat dari tiga
unsurnya. Distribusi staf mengenai budaya organisasi berdasarkan unsur-unsurnya dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Distribusi staf berdasarkan tingkat budaya organisasi sesuai unsurnya
Unsur Budaya Organisasi
Tingkat Budaya Organisasi
Rendah(%)
Sedang(%)
Tinggi(%)
Nilai Organisasi
3 (10)
13 (43,3)
14 (46,7)
Iklim Organisasi
5 (16,7) 15 (50)
10 (33,3)
Komitmen Kerja
6 (20)
18 (60)
6 (20)
Tingkat budaya organisasi staf program kelautan WWF-Indonesia paling tinggi
terdapat pada nilai organisasi, hal tersebut disebabkan karena nilai-nilai organisasi
seperti visi-misi, tujuan organisasi dan hal-hal yang membentuk nilai suatu organisasi
sudah dipahami oleh hampir seluruh staf. Iklim organisasi dan komitmen kerja
berhubungan dengan periode kerja staf, staf yang berpendapat bahwa iklim organisasi
berkembang cukup baik dan memiliki komitmen kerja cukup baik adalah staf yang
memiliki periode kerja kurang dari satu tahun setengah. Karena WWF-Indonesia
program konservasi keluatan memiliki staf yang masih berstatus honorer dan temporer.
Nilai Organisasi
Nilai organisasi dikatakan sebagai sebagai suatu kemampuan anggota atau staf
memahami tanggung jawab serta visi misi yang dibawa oleh organisasi WWF Indonesia
Program Konservasi Kelautan. Nilai organisasi terdiri atas lima indikator yang
dijabarkan pada Tabel 6
Tabel 6 Distribusi staf berdasarkan indikator nilai organisasi
Indikator
Memahami tujuan organisasi WWF
Indonesia
Memahami visi dan misi organisasi
WWF Indonesia
Memahami tanggung jawab WWF
sebagai organisasi pelestarian lingkungan
Memahami tujuan program Konservasi
Kelautan WWF
Jumlah staff (orang) dan presentase (%)
SS
S
TS
STS
21
9
0
0
(70.0)
(30.0)
(0.0)
(0.0)
19
11
0
0
(63.3)
(36.7)
(0.0)
(0.0)
19
11
0
0
(63.3)
(36.7)
(0.0)
(0.0)
25
(83.3)
5
(16.7)
0
(0.0)
0
(0.0)
27
Memahami setiap kegiatan yang
dilakukan oleh program Konservasi
Kelautan
14
(46.7)
13
(43,3)
3
(10.0)
0
(0.0)
Keterangan: SS = Sangat Setuju ; S = Setuju ; TS = Tidak Setuju ; STS = Sangat Tidak Setuju
Hampir seluruh staf program konservasi kelautan WWF-Indonesia memiliki
pemahaman yang baik terhadap nilai yang dibawa oleh WWF-Indonesia sebagai
organisasi non-profit lingkungan. Pemahaman tersebut ditunjukkan dengan perilaku staf
ketika sedang atau tidak bekerja, staf melalui account social media seperti twitter dan
facebook mem-posting informasi mengenai kelautan. Mulai dari spesies yang ada di laut,
keindahan laut, masalah-masalah kelautan yang timbul serta diprediksi akan timbul dan
alternatif penyelesaian masalah yang timbul.
Gaya hidup staf pun mengikuti apa yang telah ditanam oleh organisasi WWFIndonesia, seperti memiliki botol minum sendiri untuk minum, membawa paper bag
atau tas tersendiri untuk berbelanja demi mengurangi penggunaan plastik, melakukan
printing bolak-balik dan menggunakan kertas bekas. Selain itu juga karena program
kelautan, maka hampir semua staf memiliki kemampuan untuk menyelam (diving).
Meskipun ada staf yang sudah resign tetapi perhatian terhadap WWF-Indonesia
program konservasi kelautan masih terus diberikan.
Nilai organisasi merupakan elemen dari terbentuknya budaya suatu organisasi,
karena budaya organisasi merupakan suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggotaanggota organisasi, dan merupakan suatu sistem makna bersama (Robbins 2006).
Sehingga kesamaan makna antara seluruh staf dengan manajerial lain harus dicapai
dengan pemahaman yang baik terhadap visi misi dan tujuan organisasi. Staf atau
manajerial lain dikatakan memahami nilai organisasi dengan baik apabila dalam
keseharian menunjukkan prilaku yang mencerminkan visi misi atau nilai organisasi
tersebut.
Iklim Organisasi
Iklim organisasi merupakan suasana yang merefleksikan isi dan kekuatan dari
nilai-nilai umum, norma, sikap, tingkah laku dan perasaan staf WWF Indonesia ketika
menjalankan dan berada dalam organisasi. Staf akan memberikan penilaian terhadap
suasana organisasi yang tercipta. Iklim organisasi terdiri atas enam indikator yang
dijabarkan pada Tabel 7
Tabel 7 Distribusi staf berdasarkan indikator iklim organisasi
Indikator
Bebas menyampaikan pendapat
Bebas memberikan saran
Memiliki panggilan bebas kepada staff
lain
Perasaan betah berkumpul bersama
seluruh staff
Perasaan senang berkontribusi terhadap
program Konservasi Kelautan
Perasaan bahwa program Konservasi
Kelautan adalah bagian dari hidup
Jumlah staf (orang) dan presentase (%)
SS
S
TS
STS
15
15
0
0
(50.0)
(50.0)
(0.0)
(0.0)
11
19
0
0
(36.7)
(63.3)
(0.0)
(0.0)
12
9
9
0
(60.0)
(30.0)
(30.0)
(0.0)
14
16
0
0
(46.7)
(53,3)
(0.0)
(0.0)
23
7
0
0
(76.7)
(23,3)
(0.0)
(0.0)
14
13
3
0
(46.7)
(43.3)
(10.0)
(0.0)
Keterangan: SS = Sangat Setuju ; S = Setuju ; TS = Tidak Setuju ; STS = Sangat Tidak Setuju
28
Iklim yang tercipta dalam organisasi non profit WWF-Indonesia baik, sebagian
lebih staf berpendapat iklim yang tercipta baik. Staf merasa bekerja untuk WWFIndonesia bukan suatu keterpaksaan hingga berujung kepada stress, karena sesama staf
sudah dianggap sebagai keluarga sehingga staf akan mampu menyelesaikan pekerjaan
dalam kondisi nyaman. Kenyamanan didapat ketika berkumpul bersama seluruh staf
program kelautan, acara formal maupun non formal. Diantara staf, memiliki panggilan
tersendiri untuk staf lain, tidak terbatas oleh umur atau jabatan di program konservasi
kelautan WWF-Indonesia. Salah satu contoh adalah HZ, staf WWF-Indonesia yang
berumur 27 tahun dan menjabat sebagai bycatch coordinator memiliki julukan
“sekepet”. Julukan tersebut diberikan oleh TL yang berumur di bawah HZ serta
memiliki posisi jabatan lebih rendah dibanding HZ.
Alur saran yang diberikan oleh staf kepada atasan atau pihak terkait juga sangat
baik, mereka langsung mengutarakan masukan untuk suatu kegiatan, agenda dan hal
apapun terkait program keluatan tanpa ada rasa malu atau ketakutan bahwa saran akan
ditolak mentah-mentah. Pada rapat bulanan, peneliti diajak untuk ikut mengamati
suasana rapat dan terlihat sangat jelas tidak ada batasan untuk memberikan saran selama
hal tersebut tidak berbau SARA dan tetap pada koridor pembahasan rapat.
Staf yang berpendapat iklim organisasi WWF-Indonesia yang tercipta cukup
baik merupakan staff yang bekerja pada wilayah konservasi WWF-Indonesia, sehingga
interaksi antar staf jarang dirasakan oleh staf lapang. Staf lapang memiliki interaksi
khusus yang lebih tinggi terhadap warga sekitar wilayah konservasi, bukan kepada staf
lain yang bekerja di kantor. Selain itu ada staf yang memiliki masa kerja di bawah satu
setengah tahun berpendapat iklim organisasi cukup baik, karena periode kerja yang
belum lama sehingga staf belum cukup merasakan kenyamanan dan atmosfer yang
bersahabat dibandingkan staf yang sudah bekerja lebih lama.
Program konservasi kelautan, menurut dimensi budaya organisasi yang
dipaparkan oleh Harrison dan Stokes (1992) termasuk kategori orientasi pada dukungan.
Pada orientasi ini, iklim organisasi sangat menentukan karena yang dibutuhkan adalah
iklim saling percaya antara anggota, ada kehangatan dan kenyamanan yang mendorong
staf untuk semangat dalam menyelesaikan tugas dan masuk ke kantor. Selain itu, arus
komunikasi ke atas yang tercipta pada program konservasi kelautan dinilai berfungsi
dengan baik, atasan mengetahui kesiapan bawahan untuk menerima informasi dari
atasan dan pemahaman mereka terhadap penyampaian informasi tersebut, masukan
yang berharga untuk organisasi juga mudah untuk disampaikan kepada atasan, adanya
feedback terhadap apresiasi yang diberikan atasan kepada staf yang loyal serta
penguatan arah pengendalian atas keterlibatan staf dalam setiap permasalahan
organisasi.
Selain itu, arus komunikasi ke bawah dan ke samping menjadi faktor penentu
program konservasi kelautan WWF-Indonesia memiliki iklim organisasi yang baik.
Keterbukaan dari atasan terhdap staf membuat arus komunikasi ke bawah berjalan
dengan lancar, komunikasi antara sesama tingkat hierarkinya berjalan dengan baik
melalui pertemuan formal seperti rapat bulanan dan informal seperti saling berbagi
cerita, ngobrol melalui grup di aplikasi chatting whatssapp dan lainnya.
Komitmen Kerja
Komitmen kerja merupakan kondisi staf program kelautan WWF-Indonesia
yang memiliki keinginan kuat disertai dengan upaya besar untuk menjalankan tugas
dengan maksimal, sehingga tujuan program keluatan WWF-Indonesia dapat tercapai.
29
Masing-masing staff akan memiliki tingkat komitmen yang berbeda dalam bekerja
untuk program kelautan WWF-Indonesia. Indikator komitmen kerja terdiri atas enam
indikator yang dijabarkan pada Tabel 8
Tabel 8 Distribusi staf berdasarkan indikator komitmen kerja
Indikator
Mengetahui tugas di program konservasi
kelautan
Perasaan senang mengerjakan tugas
Antusias dengan tugas baru
Berusaha menyelesaikan tugas
waktu
Berupaya maksimal agar program
berlanjut
tepat
Bersedia dipindah tempat tugas untuk
WWF-Indonesia
Jumlah staf (orang) dan presentase (%)
SS
S
TS
STS
18
11
1
0
(60.0)
(36.7)
(3.3)
(0.0)
15
12
3
0
(50.0)
(40.0)
(30.0)
(0.0)
8
21
1
0
(27.7)
(70.0)
(3.3)
(0.0)
13
17
0
0
(43.3)
(56.7)
(0.0)
(0.0)
19
11
0
0
(63.3)
(36.7)
(0.0)
(0.0)
14
(46.7)
6
(20)
10
(33.3)
0
(0.0)
Keterangan: SS = Sangat Setuju ; S = Setuju ; TS = Tidak Setuju ; STS = Sangat Tidak Setuju
Komitmen kerja yang dimiliki staf program kelautan WWF-Indonesia adalah
tinggi. Staf yang memiliki komitmen kerja sedang, merupakan staf yang bekerja di
kantor bukan di lapang serta yang bekerja sebagai staf temporer. Sehingga, ketika
ditawarkan untuk pindah ke lapang maka staf tersebut akan menolak. Lain dengan staf
lapang yang lokasi kerja dapat berubah-ubah, namun tidak ada penolakan dari staf
lapang. Hal tersebut dikarenakan kebiasaan tugas yang mereka kerjakan dan sudah
terasa nyaman, maka untuk dipindah tempat hanya staf lapang yang bersedia untuk
direlokasi.
Hampir semua staf akan berusaha mengerjakan tugas sebaik-baiknya dan secara
maksimal. Peneliti pernah berada di kantor hingga pukul tujuh malam, situasi kantor
masih ramai karena hampir seluruh staf ingin menyelesaikan tugas tepat waktu tanpa
menunda. Staf rela pulang lebih larut untuk terselesaikannya tugas yang telah menjadi
mandat untuknya. Namun, ada satu staf yang tidak mengetahui tugasnya di program
kelautan karena staf tersebut baru pindah posisi dan memiliki background pendidikan
sebagai magister hukum.
Komitmen kerja yang dimiliki staf program konservasi kelautan WWF-Indonesia
dipengaruhi oleh iklim yang dirasakan oleh masing-masing staf. Jika dikatakan bahwa
program konservasi kelautan memiliki dimensi orientasi pada dukungan, maka
komitmen terhadap kerja tinggi. Loyalitas dimiliki oleh hampir seluruh staf yang
bekerja untuk program konservasi kelautan WWF-Indonesia. Karena bagi mereka,
pekerjaannya saat ini tidak hanya yang mereka sukai, tetapi karena lingkungan tempat
bekerja sangat mendukung untuk memiliki komitmen tinggi terhadap kerja.
Lingkungan Organisasi
Lingkungan organisasi memiliki pengaruh kuat terhadap keberadaan suatu
organisasi. Lingkungan dibedakan atas sumbernya, lingkungan luar organisasi dan
lingkungan dalam organisasi. Lingkungan luar organisasi misalnya adalah publik, baik
30
masyarakat sekitar, pemerintah, organisasi yang memiliki visi misi senada atau rekan
fundrising. Sementara lingkungan organisasi dalam adalah seluruh staf program
kelautan WWF-Indonesia juga seluruh program yang ada diWWF-Indonesia dikatakan
sebagai lingkungan dalam. Baik atau buruknya pengaruh yang berasal dari luar dan
dalam organisasi, akan mempengaruhi stabilitas organisasi dalam mencapai tujuan.
Lingkungan organisasi memiliki dua variabel berupa ancaman organisasi dan perubahan
organisasi. Ancaman cenderung pengaruh negatif berasal dari luar dan dalam,
perubahan cenderung ke arah positif tetapi ada pula yang negatif berasal dari dalam dan
luar. Tingkatan lingkungan organisasi program kelautan WWF-Indonesia yang
dijabarkan pada Tabel 9
Tabel 9 Distribusi staf berdasarkan tingkat lingkungan organisasi WWF-Indonesia
Tingkat
Tinggi
Sedang
Rendah
Total
Jumlah
3
14
13
30
Presentase(%)
10
43,3
46,7
100
Lingkungan organisasi program kelautan WWF-Indonesia memiliki selisih yang
tidak jauh antara sedang dengan rendah. Karena, pengaruh yang berasal dari dalam dan
luar organisasi tidak memberikan pengaruh yang sangat berarti kepada keberlangsungan
program konservasi kelautan WWF-Indonesia. Hal ini disebabkan oleh dua hal, pertama
program kelautan memiliki tim kuat yakni public relations yang mampu menjaga
stabilitas organisasi dari pengaruh yang diberikan oleh dalam dan luar organisasi.
Kedua adalah mental yang dimiliki staf program kelautan WWF-Indonesia untuk
menghadapi ancaman yang bernilai negatif menjadi hal positif, seperti banyaknya
penolakan yang diberikan oleh masyarakat ketika menerapkan program konservasi,
tidak menjadikan staf mundur dari program tetapi semakin tertantang mencari jalan
keluar. Selain itu, mental mau menerima perubahan dan tidak menjadikan perubahan
sebagai suatu yang aneh dan menghambat kerja.
Lingkungan organisasi WWF-Indonesia termasuk sedang jika dilihat dari dua
unsurnya. Distribusi staf mengenai lingkungan organisasi berdasarkan unsur-unsurnya
dapat dilihat pada Tabel 10
Tabel 10 Distribusi staf berdasarkan tingkat lingkungan organisasi sesuai unsurnya
Unsur Budaya Organisasi
Tingkat Lingkungan Organisasi
Rendah(%)
Sedang(%)
Tinggi(%)
Ancaman Organisasi
7 (23,3)
18 (60)
5 (16,7)
Perubahan Organisasi
11 (36,7)
15 (50)
4 (13,3)
Berdasarkan Tabel 10, pada program konservasi kelautan tidak terdapat ancaman
yang akan menggangu stabilitas organisasi begitupun dengan perubahan, tidak terdapat
perubahan yang signifikan dan berpengaruh nyata yang terlihat oleh seluruh staf
program konservasi kelautan WWF-Indonesia
Ancaman Organisasi
Ancaman organisasi merupakan suatu keadaan dan kondisi yang mempengaruhi
organisasi ke arah negatif, ditandai dengan terhambatnya pencapaian tujuan organisasi
31
dan kerja anggota organisasi. Ancaman berasal dari dalam dan luar organisasi.
Organisasi non profit seperti WWF-Indonesia diasumsikan memiliki ancaman yang
rendah dikarenakan hal yang dibawa dalam mendirikan sebuah organisasi adalah untuk
kesejahteraan masyarakat dan tidak mengambil keuntungan dari masyarakat. Ancaman
organisasi memiliki enam indikator dijabarkan pada Tabel 11
Ancaman yang berasal dari dalam organisasi seperti konflik antar staf tidak terjadi
dalam program konservasi kelautan WWF-Indonesia, karena faktor budaya yang
tercipta yaitu cenderung kekeluargaan sehingga candaan atau ejekan sesama staf bukan
pemicu konflik terjadi, pun tidak teridentifikasi oleh peneliti pemicu konflik antar
staf\program kelautan. Staf masih terus dilibatkan dalam perencanaan program hingga
evaluasi program, sehingga setiap program yang ada seluruh staf mengetahui dan
beberapa paham mengenai prosedur yang lain mendukung dengan caranya sendiri.
Atasan menganggap bahwa opini seluruh staf merupakan hal yang sangat penting untuk
keberlanjutan program konservasi keluatan di WWF-Indonesia ini. Staf tidak merasakan
adanya hambatan informasi. Beberapa staf menyatakan informasi terhambat disebabkan
oleh sifat staf tersebut, yaitu mobilitas yang tinggi berada di wilayah konservasi minim
sinyal sehingga menjadi orang penerima informasi terakhir.
Tabel 11 Distribusi staf berdasarkan indikator ancaman organisasi
Indikator
Masyarakat kurang tertarik terhadap
program konservasi kelautan
Jumlah dukungan pihak swasta berkurang
Konflik antar staff
Staff tidak dilibatkan oleh atasan
Informasi terhambat
Pendaan program berkurang
Jumlah staff (orang) dan presentase (%)
SS
S
TS
STS
1
13
12
4
(3.3)
(43.3)
(40.0)
(13.3)
0
2
24
4
(0.0)
(6.7)
(80.0)
(13.3)
0
2
19
9
(0.0)
(6.7)
(63.3)
(30.0)
0
0
19
11
(0.0)
(0.0)
(63.3)
(36.7)
0
10
17
3
(0.0)
(33.3)
(56.7)
(10.0)
0
2
19
9
(0.0)
(6.7)
(63.3)
(30.0)
Keterangan: SS = Sangat Setuju ; S = Setuju ; TS = Tidak Setuju ; STS = Sangat Tidak Setuju
Ancaman yang berasal dari luar seperti masyarakat menolak program konservasi
dinyatakan oleh beberapa staf terjadi penolakan adapula yang menyatakan tidak terjadi.
Staf yang menyatakan terjadi penolakan adalah staf yang berada di lapang, berinteraksi
langsung dengan masyarakat wilayah konservasi sehingga tahu betul kondisi
masyarakat sesungguhnya, berbeda dengan staf yang berada di kantor, mereka tidak
mengetahui secara langsung kondisi masyarakat. Staf tersebut hanya menilai melalui
satu sisi tanpa adanya konfirmasi langsung terhadap staf lapang.
Secara keseluruhan, ancaman yang terdapat dalam program konservasi kelautan
tidak tergolong tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh dua faktor yaitu organisasi non
profit yang memiliki hakikat tidak mengambil keuntungan dalam menjalankan
organisasinya sehingga ancaman organisasi akan cenderung rendah, atau ada ancaman
tetapi tidak mengganggu stabilitas dan keberadaan organisasi, berbeda dengan
organisasi profit yang sangat rentan dengan ancaman. Faktor kedua adalah keberadaan
public relations yang telah membuat formulasi yang baik untuk meredam ancaman
organisasi datang.
32
Perubahan Organisasi
Perubahan memiliki sifat yang dinamis, artinya tidak ada yang pernah tahu
kapan perubahan itu terjadi, pada saat kapan dan kapan perubahan itu terjadi. Cukup
sulit untuk menentukan rentang waktu suatu perubahan pada organisasi. Peneliti
menggunakan kata “sekarang” sebagai indikator pembeda dan melihat adakah
perubahan yang teradi pada suatu organisasi. Perubahan bersifat positif dan negatif, ada
yang membawa organisasi pada keadaan yang lebih baik, adapula yang sebaliknya yaitu
menjatuhkan organisasi kepada keterpurukan. Menurut asalnya, perubahan bisa
dipengaruhi oleh luar dan dalam organisasi. Perubahan organisasi memiliki tujuh
indikator dijabarkan pada Tabel 12
Tabel 12 Distribusi staf berdasarkan indikator perubahan organisasi
Indikator
Sekarang informasi terbaru cepat
Sekarang dukungan bertambah
Sekarang sikap masyarakat positif
Sekarang sulit berkomunikasi dengan
atasan
Sekarang staff tidak dilibatkan
Sekarang mengambil keputusan bersama
Sekarang alokasi dan bertambah
Jumlah staf (orang) dan presentase (%)
SS
S
TS
STS
4
22
4
0
(13.3)
(73.3)
(13.3)
(0.0)
6
23
1
0
(20.0)
(76.7)
(3.3)
(0.0)
7
23
0
0
(23.3)
(76.7)
(0.0)
(0.0)
0
0
22
8
(0.0)
(0.0)
(73.3)
(26.7)
0
0
22
8
(0.0)
(0.0)
(73.3)
(26.7)
3
27
0
0
(10.0)
(90.0)
(0.0)
(0.0)
4
26
0
0
(13.3)
(36.7)
(0.0)
(0.0)
Keterangan: SS = Sangat Setuju ; S = Setuju ; TS = Tidak Setuju ; STS = Sangat Tidak Setuju
Perubahan pada program kelautan WWF-Indonesia yang bersifat positif
ditunjukkan oleh cepatnya informasi yang diterima oleh seluruh staf, masing-masing
staf memiliki smartphone yang memudahkan mereka semua untuk mengakses informasi,
menyebarkan dan mencari informasi terkait program. Dukungan dari pihak luar baik
bersifat materi maupun non materi bertambah, dukungan dari pihak swasta akan
membantu program secara materi. Pada saat peneliti melakukan penelitian, dukungan
datang dari “planet surf” untuk program kampanye Save Our Sharks (#SOSharks).
Dukungan non materi datang dari artis-artis yang menjadi “champion” kampanye,
untuk kampanye #SOSharks sendiri didukung oleh 23 public figure yang menjadi
champion dan membantu program untuk stop konsumsi dan pembantaian hiu. Sikap
masyarakat yang tadinya negatif dengan tidak mau mengikuti program, sekarang
menjadi mau mengikuti program di beberapa wilayah konservasi.
Pengambilan keputusan program konservasi tetap dilakukan secara bersama oleh
atasan dan staf, serta alokasi dana untuk program kelautan bertambah. Ditunjukkan oleh
banyaknya kegiatan yang dilakukan dalam waktu bersamaan dan juga menghabiskan
banyak cost untuk kegiatan tersebut. Sementara, perubahan bersifat negatif tidak
teridentifikasi di program kelautan WWF-Indonesia. Atasan masih mudah untuk diajak
berkomunikasi dan juga staf terus dilibatkan dalam pelaksanaan hingga evaluasi
program. Secara keseluruhan perubahan organisasi yang diberikan dari luar dan dalam
bersifat positif untuk pencapaian tujuan program kelautan WWF-Indonesia.
33
PERAN PUBLIC RELATIONS PROGRAM KELAUTAN
WWF-INDONESIA
Peran Public Relations Program Kelautan WWF-Indonesia
Public relations merupakan sebuah bentuk komunikasi serta media bagi
setiap organisasi yang bersifat profit maupun non profit. Keberadaanya sangat
menentukan posisi sebuah organisasi di mata publik, selain itu public relations
juga sebagai penentu pencapaian tujuan organisasi di masa mendatang. Sehingga,
setiap organisasi tentu menjalankan public relations dengan berbagai sistem, cara
dan nama. Sebagai organisasi non profit, WWF-Indonesia menjalankan public
relations yang berbeda dengan organisasi profit dan non profit lainnya, hal
tersebut dikarenakan WWF-Indonesia terbagi menjadi tiga program diantaranya,
program iklim dan energi, konservasi kehutanan dan spesies, serta konservasi
kelautan dan spesies. Ketiga program menjalankan public relationsnya tersendiri,
namun tetap terpusat kepada public relations keseluruhan organisasi WWFIndonesia yaitu divisi communication and media relations.
Penelitian ini khusus melihat bagaimana public relations program
konservasi kelautan dalam menjalankan perannya untuk WWF-Indonesia. Public
relations program konservasi kelautan ini bernama communication and outreach
manager atau sering disebut staff sebagai communications marine disingkat
comms marine, divisi tersebut yang bertindak menjalankan bentuk komunikasi
untuk tercapainya tujuan organisasi. Public relations, memiliki empat peran yaitu
penasehat ahli, fasilitator pemecah masalah, fasilitator komunikasi dan teknisi
komunikasi, peneliti ingin melihat sejauh mana public relations menjalankan
peran public relations hingga berdampak pada fungsinya. Peran tersebut dinilai
oleh seluruh staff program konservasi kelautan WWF-Indonesia, dengan mengisi
kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Distribusi penilaian tingkat peran public
relations oleh staf dijabarkan pada Tabel 13
Tabel 13 Distribusi penilaian tingkat peran public relations oleh staf
Tingkat peran public
relations
Tinggi
Sedang
Rendah
Total
Staf Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia
Jumlah
Presentase(%)
10
33,3
13
43,3
7
23,3
30
100
Secara keseluruhan staf menilai peran public relations sedang atau cukup
baik, hal tersebut disebabkan oleh jumlah tim public relations yang kurang,
sehingga beberapa peran dijalankan oleh public relations dengan cukup baik
seperti peran sebagai penasehat ahli, fasilitator komunikasi juga peran sebagai
teknisi komunikasi dijalankan oleh public relations tidak secara maksimal.
Sementara peran sebagai fasilitator pemecahan masalah dinilai oleh staf telah baik
34
dijalankan oleh public relations (Tabel 14), public relations menciptakan formula
yang tepat untuk dikonsumsi oleh publik, karena publik memiliki fungsi
fundamental untuk keberlangsungan program konservasi kelautan WWFIndonesia salah satunya berupa dukungan berupa moril serta materil yang
dinamakan donasi bulanan, donasi sekali atau kerjasama jangka panjang-jangka
pendek. Formulasi yang dibuat oleh public relations kepada publik eksternal
berupa kampanye-kampanye untuk melindungi species yang hampir punah.
Sejauh ini, public relations telah menciptakan beberapa kampanye seperti, Save
Turtle, Sustainable Seafood, dan pada saat melakukan penelitian sedang
berlangsung kampanye Save Our Sharks (#SOSharks). Dalam melakukan
kampanye, comms marine melibatkan banyak pihak untuk mendukung
berlangsungnya kampanye, diantaranya artis yang menjadi champion atau duta
kampanye, anak muda yang menjadi volunteer, pemerintah dan coorporate
partner WWF-Indonesia.
Peran public relations berdasarkan empat unsurnya yaitu sebagai
penasehat ahli, fasilitator pemecah masalah, fasilitator komunikasi dan teknisi
komunikasi dijabarkan pada Tabel 14
Tabel 14 Distribusi staf berdasarkan tingkat peran public relations sesuai
unsurnya
Unsur peran public relations
Tingkat peran public relations
Rendah(%) Sedang(%)
Tinggi(%)
Penasehat Ahli
9 (30)
19 (63,3)
2 (6,7)
Fasilitator Pemecahan Masalah
4 (13,3)
8 (26,7)
18 (30)
Fasilitator Komunikasi
9 (30)
15 (50)
6 (20)
Teknisi Komunikasi
5 (16,7)
16 (53,3)
9 (30)
Peran yang dinilai staf paling sering dilakukan oleh public relations adalah
sebagai fasilitator pemecahan masalah, hal tersebut dikarenakan public relations
menjadi bagian dalam manajemen strategis yang membantu organisasi dalam
menyelesaikan masalahnya. Public relations berperan dalam pengembangan
prosedur, kebijakan, produk dan aksi organisasi serta public relations memiliki
kekuatan untuk mengubah sesuatu yang seharusnya diubah. Akan tetapi, sesuai
dengan job description public relations program konservasi kelautan, tugas
mereka lebih mengarah kepada fasilitator komunikasi yang menciptakan produk
komunikasi yang dapat diterima oleh publik dengan baik. WWF-Indonesia
sebagai organisasi non profit, maka memiliki publik yang khas. Publik eksternal
sebagai pendukung materi dan moril organisasi dibagi menjadi supporter WWF,
volunteer, masyarakat daerah konservasi serta perusahaan swasta sebagai sponsor
dan publik internal yaitu seluruh staf WWF-Indonesia dari jabatan terendah
hingga jabatan tertinggi untuk tersus berupaya melakukan konservasi sehingga
tercapai tujuan dari organisasi. Public relations juga telah menggunakan teknologi
dengan baik untuk berperan sebagai fasilitator komunikasi sebuah organisasi.
Selain itu, teknisi komunikasi juga berperan lebih banyak sesuai job description
yang tertulis untuk dilakukan public relations. Menulis newsletter, artikel terkait,
melakukan profiling, press release, mengelola sosial media dan lainnya.
35
Penasehat Ahli
Peran public relations yang pertama adalah penasehat ahli, memiliki posisi
tertinggi di perusahaan karena public relations sangat dekat dengan pimpinan dan
memegang kendali yang sama dengan pimpinan. Public relations dipercaya untuk
memberikan nasehat kepada pimpinan terkait keberlangsungan organisasi,
umumnya public relations yang berperan sebagai penasehat ahli memiliki
keahlian khusus yang sejalan dengan organisasi, lebih unggul dari segi
pengetahuan dan pendidikan. Penilaian staff terhadap peran public relations
sebagai penasehat ahli pada program konservasi kelautan WWF-Indonesia
memiliki empat indikator dijelaskan melalui Tabel 15
Peran comms marine sebagai seorang penasehat ahli dinilai staff bukan
sebagai suatu peranan yang utama dilakukan comms marine di program
konservasi kelautan. Karena secara struktural, comms marine tidak memiliki
posisi yang seimbang dan setara dengan atasan program kelautan (Direktur) tetapi
jauh di bawahnya. Selain itu, program kelautan sendiri sudah memiliki tim ahli
yang menjadi penasehat Direktur dalam melihat hingga menyelesaikan masalah,
tim tersebut bernama marine science expert. Marine science expert secara
struktural setara dengan direktur program kelautan, sehingga mereka lah yang
menjadi penasehat ahli utama untuk program kelautan WWF-Indonesia.
Tabel 15 Distribusi staf berdasarkan indikator penasehat ahli
Indikator
Communications
Marine
telah
memberikan pengarahan tentang cara
menjalankan
program
Konservasi
Kelautan dengan baik
Communications Marine telah melakukan
pencarian informasi database kelautan
dengan baik
Communications
Marine
telah
memberikan saran untuk menyelesaikan
masalah kelautan kepada atasan di WWF
Indonesia
Communications Marine telah memantau
secara rutin wilayah konservasi kelautan
WWF Indonesia
Jumlah staf (orang) dan presentase (%)
SS
S
TS
STS
6
23
1
0
(20)
(76.7)
(3.3)
(0.0)
2
(6.7)
19
(63.3)
9
(30)
0
(0.0)
4
(13.3)
20
(66.7)
6
(20)
0
(0.0)
2
(6.7)
20
(66.7)
8
(26.7)
0
(0.0)
Keterangan: SS = Sangat Setuju ; S = Setuju ; TS = Tidak Setuju ; STS = Sangat Tidak Setuju
Comms marine sendiri telah berperan sebagai penasehat ahli untuk hasil
yang telah didiskusikan oleh tim ahli dan direktur. Contohnya adalah
permasalahan populasi spesies hiu yang semakin berkurang secara drastis di laut,
sebelumnya tim ahli telah mendiskusikan dengan direktur, setelah didapat
hasilnya, direktur melemparkan kepada tim comms marine untuk diolah dan
dibentuk sehingga bisa dikonsumsi oleh publik WWF-Indonesia. comms marine
membuat sebuah kampanye publik untuk permasalahan spesies hiu dengan nama
“Save Our Sharks”(#SOSharks).
36
Fasilitator Pemecahan Masalah
Peran kedua public relations adalah sebagai fasilitator pemecahan masalah,
seorang public relations mampu melakukan identifikasi suatu masalah yang
timbul pada organisasi, merumuskannya, membuat solusi, menjalankan solusi
sampai kepada evaluasi solusi yang telah dijalankan. Keterlibatan staf sangat
penting dalam menyelesaikan permasalahan organisasi. Peran sebagai fasilitator
pemecahan masalah memiliki lima indikator dijelaskan melalui Tabel 16
Peran comms marine sebagai fasilitator pemecahan masalah dinilai staf
variatif, ada yang berpendapat sudah sangat baik, cukup baik dan tidak baik. Staf
yang berpendapat comms marine tidak berperan sebagai fasilitator pemecahan
masalah ada tiga orang dan ketiganya adalah staf lapang dan tim ahli konservasi
kelautan, staf tersebut merasa lebih mengetahui kondisi dari lapang dan
permasalahan yang ada sampai kepada solusi dari masalah tersebut. Sehingga,
comms marine dinilai tidak memiliki keterlibatan dalam melakukan identifikasi
permasalahan, merumuskan masalah, menyusun solusi, menjalankan solusi dan
evaluasi solusi yang telah dijalankan. Hal tersebut diangga tugas tim ahli
konservasi kelautan. Sementara ada tiga staf yang berpendapat peran comms
marine sebagai fasilitator pemecahan masalah, ketiganya melihat bahwa
permasalahan yang diidentifikasi oleh comms marine bukan permasalahan
konservasi secara ilmiah, tetapi permasalahan yang timbul ketika permasalahan
konservasi tersebut telah dibentuk sebagai suatu kampanye dan masalah yang
timbul ketika akan melakukan kampanye yang diidentifikasi oleh comms marine
dengan melibatkan staf.
Tabel 16 Distribusi staf berdasarkan indikator fasilitator pemecahan masalah
Indikator
Communications Marine telah melakukan
evaluasi setiap kegiatan pada program
Konservasi Kelautan dengan baik
Communications
Marine
telah
mengumpulkan seluruh data yang
berkaitan dengan kegiatan program
Konservasi Kelautan
Communications Marine telah membuat
solusi untuk masalah yang timbul dalam
kegiatan program Konservasi Kelautan
Communications Marine telah mengajak
staff lain untuk merencanakan program
Konservasi Kelautan
Communications Marine telah mengajak
staff lain untuk melakukan evaluasi
program Konservasi Kelautan
Jumlah staf (orang) dan presentase (%)
SS
S
TS
STS
2
16
12
0
(6.7)
(53.3)
(40)
(0.0)
2
(6.7)
23
(76.7)
4
(13.3)
1
(3.3)
1
(3.3)
22
(73.3)
7
(23.3)
0
(0.0)
0
(0.0)
23
(73.3)
7
(23.3)
0
(0.0)
0
(0.0)
22
(73.3)
8
(26.7)
0
(0.0)
Keterangan: SS = Sangat Setuju ; S = Setuju ; TS = Tidak Setuju ; STS = Sangat Tidak Setuju
Kampanye “Save Our Sharks”sebagai salah satu contoh comms marine
mengajak seluruh staff untuk melakukan identifikasi hingga evaluasi. Sehingga,
37
comms marine dinilai telah berperan sebagai fasilitator pemecahan masalah
dengan baik oleh staf program konservasi kelautan WWF-Indonesia
Fasilitator Komunikasi
Fasilitator komunikasi adalah peran seorang public relations yang ketiga,
public relations sebagai penjembatan organisasi dengan publiknya, baik publik
eksternal maupun internal, selain itu public relations juga memiliki kemampuan
komunikasi yang baik seperti mendengarkan publik, menyampaikan informasi
kepada publik, sikap sebagai seorang komunikator yang baik serta kemampuan
menggunakan teknologi untuk penyebaran informasi. Distribusi peran sebagai
fasilitator komunikasi terdiri atas sembilan indikator dijelaskan melalui Tabel 17
Comms marine dinilai telah melakukan peran sebagai fasilitator
komunikasi dengan baik pada beberapa aspek, yaitu penyebaran informasi kepada
seluruh staf, memberikan informasi sesuai kebutuhan staf, penggunaan teknologi
untuk melakukan penyebaran informasi dalam hal ini menggunakan surel (surat
elektronik) serta sikap sebagai seorang komunikator yaitu kemampuan berbicara
sehingga staf merasa nyaman ketika melakukan diskusi dengan comms marine.
Aspek lain yang dinilai cukup baik adalah sebagai pendengar keluh kesah staf,
hubungan personal dengan staf yang dilihat dari frekuensi menanyakan kabar
kepada staf, serta jembatan penghubung dengan program konservasi lain.
Tabel 17 Distribusi staf berdasarkan indikator fasilitator komunikasi
Indikator
Communications Marine telah menjadi
pendengar keluhan seluruh staff dengan
baik
Communications Marine telah menjadi
jembatan penghubung saya dan staff
program Konservasi Kelautan dengan
Program Konservasi lain di WWF
Communications Marine telah
memberikan informasi yang saya
butuhkan dengan baik
Communications Marine telah
memberikan informasi mengenai WWF
Indonesia secara keseluruhan dengan baik
Communications Marine telah
menggunakan e-mail untuk
menyampaikan informasi kepada staff
program Konservasi Kelautan dengan
baik
Communications Marine sering
menanyakan kabar saya dan apa yang
sedang saya hadapi
Communications Marine ramah pada
seluruh staff program Konservasi
Kelautan
Communications Marine mudah
Jumlah staf (orang) dan presentase (%)
SS
S
TS
STS
1
18
11
0
(3.3)
(60)
(36.7)
(0.0)
1
(3.3)
19
(63.3)
10
(33.3)
0
(0.0)
1
(3.3)
23
(76.7)
6
(20)
0
(0.0)
4
(13.3)
24
(80)
2
(6.7)
0
(0.0)
9
(30)
19
(63.3)
2
(6.7)
0
(0.0)
1
(3.3)
12
(40)
17
(56.7)
0
(0.0)
5
(16.7)
23
(76.7)
2
(6.7)
0
(0.0)
4
19
7
0
38
dihubungi setiap waktu
Communications Marine enak diajak
berdiskusi
(13.3)
9
(30)
(63.3)
21
(70)
(23.3)
0
(0.0)
(0.0)
0
(0.0)
Keterangan: SS = Sangat Setuju ; S = Setuju ; TS = Tidak Setuju ; STS = Sangat Tidak Setuju
Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor, pertama adalah keberadaan staf
yang menyebar sehingga comms marine terkadang tidak mengetahui posisi terkini
dari masing-masing staf, kedua job desk yang dimiliki oleh comms marine
berbanding terbalik dengan jumlah comms marine yang ada, sehingga comms
marine akan mendahulukan kepentingan yang memiliki nilai urgensi tinggi dan
mengabaikan hal yang dinilai memiliki urgensi rendah seperti menanyakan kabar,
mendengar keluh kesah dan lainnya. Ketiga, staf program kelautan memiliki
personal yang ramah sehingga untuk kenal dengan staf dari program konservasi
lain tidak membutuhkan bantuan comms marine.
Teknisi Komunikasi
Teknisi komunikasi merupakan peran public relations yang berada di
tingkatan akhir, posisinya ada organisasi berada di bawah dan seringnya menjadi
orang terakhir yang mengetahui informasi atau berita yang terjadi seputar
organisasi. Teknisi komunikasi mengelola social media, website, menyusun
tulisan artikel untuk diterbitkan serta membuat press release suatu kegiatan. Peran
sebagai teknisi komunikasi memilki lima indikator yang dijelaskan melalui Tabel
18
Staf program konservasi kelautan menilai comms marine telah melakukan
peran sebagai teknisi komunikasi dengan baik pada aspek pembuatan tulisan,
naskah dan artikel untuk diterbitkan kepada publik, press release, juga
mengajarkan staf teknik penulisan dengan baik. Namun, untuk pengelolaan social
media sangat kurang, hal ini disebabkan oleh jumlah comms marine yang sedikit
sehingga mengalami penumpukan job desk dan tidak melakukan pengelolaan
social media dengan baik. comms marine menyerahkan pekerjaan social media
kepada mahasiswa/i yang sedang magang di program konservasi kelautan atau
kepada staf honorer yang direkrut oleh comms marine.
Tabel 18 Distribusi staf berdasarkan indikator teknisi komunikasi
Indikator
Communications Marine telah membuat
tulisan untuk dipublikasikan kepada
publik dengan baik
Communications Marine telah membuat
press realese setiap kegiatan program
Konservasi Kelautan dengan baik
Communications Marine telah bertugas
membuat naskah untuk siaran pers dan
konferensi pers dengan baik
Communications Marine mengajari staff
lain untuk menulis dengan baik
Jumlah staf (orang) dan presentase (%)
SS
S
TS
STS
13
15
2
0
(43.3)
(50)
(6.7)
(0.0)
10
(33.3)
18
(60)
2
(6.7)
0
(0.0)
7
(23.3)
23
(76.7)
0
(0.0)
0
(0.0)
8
(26.7)
20
(66.7)
2
(6.7)
0
(0.0)
Keterangan: SS = Sangat Setuju ; S = Setuju ; TS = Tidak Setuju ; STS = Sangat Tidak Setuju
39
Peran Public Relations yang Dominan dipengaruhi oleh Budaya dan
Lingkungan Organisasi
Budaya dan lingkungan organisasi yang tercipta di program konservasi
kelautan memberikan pengaruh terhadap peran yang akan dominan dilakukan oleh
seorang public relations. Cutlip (2006) dalam bukunya menerangkan bahwa
organisasi nirlaba atau non profit cenderung memiliki situasi lingkungan yang
rendah ancaman dan minim perubahan, sehingga peran yang banyak dilakukan
adalah sebagai teknisi komunikasi. Peran sebagai fasilitator komunikasi sendiri
bisa menjadi dominan pada organisasi non profit, apabila memiliki kondisi yang
rendah ancaman atau relatif stabil dan memiliki perubahan yang banyak.
Peran public relations sebagai fasilitator komunikasi dan teknisi komunikasi
memiliki nilai signifikansi sebesar 0,034 dan 0,020 (Tabel 19) diperoleh dari uji
statistik chi square dan memiliki nilai keduanya < 0,10 (taraf nyata) dengan
tingkat kepercayaan sebesar 90 persen, sehingga menunjukkan adanya hubungan
antara lingkungan organisasi dengan peran public relations dalam menentukan
dominasi peran public relations, yakni pada peran sebagai fasilitator komunikasi
dan teknisi komunikasi. Pada saat kondisi lingkungan organisasi rendah ancaman
dan cenderung terdapat perubahan maka peran yang dominan adalah sebagai
fasilitator komunikasi dan teknisi komunikasi.
Tabel 19 Signifikansi budaya dan lingkungan organisasi terhadap peran public
relations program konservasi kelautan WWF-Indonesia, tahun 2013
Peran public relations
Budaya Organisasi
Lingkungan
Organisasi
Signifikan
Penasehat Ahli
Fasilitator Pemecahan Masalah
Fasilitator Komunikasi
Teknisi Komunikasi
0.814
0.259
0.967
0.533
0.100
0.324
0.034*
0.020*
Program konservasi kelautan WWF-Indonesia, cenderung memeiliki
lingkungan yang rendah cenderung stabil, sehingga public relations akan berperan
sebagai fasilitator komunikasi dan teknisi komunikasi. Public relations sebagai
fasilitator komunikasi akan menjadi pendengar setia bagi seluruh staf mengenai
berbagai keluhan, komentar bahkan hal positif mengenai organisasi, juga sebagai
penghubung dengan program dan departemen lain dalam organisasi. Public
relations akan lebih fokus untuk menyebarkan informasi kepada seluruh staf
(lapang dan kantor) agar dapat menerima informasi secara bersamaan dan merata,
menjadi penyedia kebutuhan seluruh staf juga publik eksternal mengenai hal yang
terkait dengan program konservasi kelautan. Public relations sebagai teknisi
komunikasi akan cenderung fokus untuk memproduksi tulisan-tulisan melalui
berbagai media (cetak, elektronik dan massa) untuk membentuk sebuah profiling
organisasi, sehingga publik eksternal dan internal dapat memahami program
konservasi kelautan WWF-Indonesia.
40
Budaya organisasi dengan peran public relations memiliki nilai
signifikansi yang lebih besar (Tabel 19) dari 0,10 (taraf nyata), sehingga dapat
dikatakan tidak memiliki hubungan diantara keduanya. Bagaimanapun budaya
yang terbentu pada program konservasi kelautan tidak akan mempengaruhi peran
public relations dan dominasinya dalam melaksanakan perannya. WWF-Indonesia
sudah berdiri 50 tahun lamanya, sehingga budaya yang terbentuk tidak akan
mengalami perkembangan yang signifikan ke arah yang lebih baik atau buruk.
Staf berpendapat bahwa peran public relations sebagai fasilitator
pemecahan masalah berperan tinggi dibandingkan dengan peran lain, dikarenakan
ketidaktahuan beberapa staf akan pekerjaan utama dari public relations dan
menganggap bahwa poin-poin di dalam pertanyaan kuesioner peran fasilitator
pemecahan masalah lebih dominan dilakukan. Masalah yang dianggap oleh staf
adalah masalah yang terjadi di intern program bukan masalah konservasi kelautan,
seperti adanya staf yang sakit dan dirawat di rumah sakit, kekurangan jumlah
tenaga honorer yang jika disimpulkan hal tersebut termasuk ke dalam peran
sebagai fasilitator komunikasi bukan fasilitator pemecahan masalah.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Public relations program konservasi kelautan WWF-Indonesia dinilai
berperan baik oleh staf. Peran dominan yang dilakukan oleh public
relations adalah sebagai fasilitator komunikasi dan teknisi komunikasi
Fasilitator pemecahan masalah dianggap staf peran yang tinggi karena
masalah yang dianggap staf diselesaikan adalah masalah internal program
antar staf bukan masalah konservasi, proses pemecahan masalah tersebut
sesungguhnya termasuk ke dalam peran sebagai fasilitator komunikasi.
2. Lingkungan organisasi berhubungan dengan dominasi peran yaitu sebagai
fasilitator komunikasi dan teknisi komunikasi. Ditunjukkan dengan uji
statistic chi square yang memiliki nilai signifikan < 0,10 (taraf nyata).
Sementara, budaya organisasi tidak memiliki hubungan terhadap peran
dan dominasinya. Sehingga, pada organisasi non profit seperti WWFIndonesia peran public relations yang dominan dilakukan adalah sebagai
fasilitator komunikasi dan teknisi komunikasi.
Saran
1. Agar public relations dapat berperan lebih baik lagi sebagai, penambahan
jumlah staf sangat disarankan untuk kinerja yang lebih baik ke depannya.
Sehingga peran sebagai fasilitator pemecahan masalah dan penasehat ahli
dapat dirasakan oleh publik organisasi
2. WWF-Indonesia perlu mengadakan pelatihan rutin dengan tim ahli untuk
public relations yang ada di WWF-Indonesia, sehingga dapat berperan
dengan maksimal dan mampu menciptakan bentuk komunikasi yang tepat
untuk publik organisasi.
3. Public relations lebih memperhatikan aspek kedekatan terhadap publik
internal (staff) terutama staf lapang, sehingga dapat mengetahui bagaimana
kondisi staf lain dan staf lain mengenal baik public relations yang
memiliki fungsi fundamental dalam keberlangsungan organisasi WWFIndonesia
DAFTAR PUSTAKA
Agung SA et al.2009. Bab 1 Pendahuluan. Dalam: Hubies AVS, editor Dasardasar komunikasi. Bogor[ID]: Sains KPM IPB Press. Hal1-10
Andhini SA. 2012. Analisis pembentukan citra Kebun Raya Cibodas melalui program
pelayanan pendidikan lingkungan. [Skripsi]. Bogor [ID]. Institut Pertanian
Bogor.
Astuti S. 2012. Fungsi public relations PT. Inco Tbk dalam upaya meningkatkan
citra perusahaan. [Skripsi]. [Internet]. [Dikutip 08 November 2012].
Makassar[ID].Universitas
Hasanudin
Dapat
diunduh
di
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/1714.
Cutlip et al. 2000. Effective public relations (Merancang dan Melaksanakan kegiatan
kehumasan dengan sukses).
Damastuti R, Sinatra L. 2008. Kajian peran public relations dalam meningkatkan
citra perguruan tinggi swasta di Jawa. Jurnal Ilmiah Scriptura
02(02):95-105. [Internet]. [Dikutip 09 November 2012]. Dapat diunduh di
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/iko/article/viewFile/16943
/1692 9.
Febriyanti A. 2006. Pengaruh Komunikasi Publik Perusahaan terhadap pencitraan
perusahaan melalui program kemitraan bina lingkungan pada masyarakat
sekitar Kebun Malabar, Pangalengan, Kab Bandung. [Tesis]. Bogor[ID].
Institut Pertanian Bogor.
Harrison, Roger & Herb Stokes. 1992. Diagnosing Oragnizational culture. California
[USA] : Prieffer & Company
Imram M. 2011. Peran public relations pada program CSR untuk meningkatkan
citra positif perusahaan. Jurnal Paradigma. [Internet]. [Dikutip 07
Desember
2012].Dapat
diunduh
di
http://ejournalunisma.net/ojs/index.php/paradigma/article/viewFile/152/239
Irianti E. 2009. Efektivitas kampanye in class yang dilakukan yayasan cinta anak
bangsa(YCAB) terhadap siswa/i MTs Darul Bina. [Internet]. [Dikutip 17 Januari
2012]. Dapat
diunduh
di
http://library.esaunggul.ac.id/opac/files
/S00000265.pdf
Jefkins, Frank. 2004. Public Relations, Edisi Kelima. Jakarta[ID]: Erlangga.
Khadijah S. 2011. Strategi public relations dalam membangun citra perusahaan,
studi deskriptif membangun hubungan baik dengan media dalam upaya
meningkatkan citra perusahaan. Jurnal Makna 02(02). [Internet]. [Dikutip
08 November 2012]. Dapat
diunduh
di
http://unisma.net/ojs/index.php/makna/article/view/399/ 367.
Koesmono, H Teman. 2005. Pengaruh budaya organisasi terhadap motivasi.
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan 07(02):171-188. [Internet].
[Dikutip 22 September
2013].
Dapat
diunduh
di
http://puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/
Morissan. 2008. Manajemen public relations.Jakarta [ID]: Prenada Media Group.
Prafitri, Refi. 2008. Peranan public relations dalam menjaga eksistensi perusahaan pada
perusahaan berbasis agrowisata (kasus: Kebun Wisata Pasirmukti, Kecamatan
44
Citeureup, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat) [skripsi]. Bogor [ID]. Institut
Pertanian Bogor. 147 hal
Robins P. Stephen .2006. Perilaku Organisasi. Edisi kesepuluh. Terjemahan Benyamin
Molan. Jakarta [ID]: PT Indeks Kelompok Gramedia
Ruslan, Rosady. 2003. Manajemen public relations. Jakarta [ID]: Rajawali Press.
Singarimbun Masri, Sofian Effendi. 1995. Metode penelitian survai. Jakarta [ID]:
LP3ES.
Tahoba AEP. 2011. Hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam
program tanggung jawab sosial perusahaan dengan kepuasan public dan
perilaku konflik, studi kasus: konflik perusahaan BP LNG Tangguh
dengan masyarakat adat teluk Bintuni di Kab. Bintuni,Provinsi Papua
Barat. [Tesis]. Bogor [ID]. Institut Pertanian Bogor.
Wibowo, Adi Lili et al. 2008. Pembentukan citra Taman Rekreasi DKI Jakarta
sebagai green city melalui kualitas penyampaian jasa dan value creation
(studi pada para pengunjung Taman-Taman Rekreasi di DKI Jakarta.
[Internet]. [dikutip
05 November 2012]. Dapat diunduh dari:
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/PRODI._MANAJ._PEMASARAN_WI
SATA/LILI_ADIWIBOWO/Makalah@Lili_Adi_WIbowo/Pembentukan_
Citra_Taman_Rekreasi_DKI_Jakarta_sebagai_Green_C.pdf
Winanti, Marliana B. 2010. Pengaruh budaya dan motivasi organisasi terhadap
kinerja karyawan pada PT. ATRI DISTRIBUTION. [Internet]. [Dikutip 22
September
2013].Dapat
diunduh
di
http://teorionline.files.wordpress.com/2010/06/jurnal-pengaruh-budayaorganisasi-terhadap-motivasi.pdf
[WWF-Indonesia] World Wildlife Fund Indonesia. 2011. Program Konservasi
Kelautan
Spesies. [Diunduh 17 Maret 2013]. Dapat Diunduh di
http://wwf.or.id/program/konservasikelautan
Yudarwati AG. 2004. Community relations: bentuk tanggung jawab sosial
organisasi. Jurnal Komunikasi 01(02):143-156. [Internet]. [Dikutip]. Dapat
Diunduh di http://jurnal.uajy.ac.id/jik/files/2012/05/JIK-Vol1-No22004_4.pdf
45
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
KUESIONER
Diisi oleh peneliti
Nomor Responden :
Hari/tanggal wawancara
Tanggal entry data :
:
Peneliti bernama Fajrina Nissa Utami, adalah seorang mahasiswi Departemen
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor. Saat ini peneliti sedang menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis
Faktor yang Mempengaruhi Peran Public Relations Program Konservasi Kelautan WWF
Indonesia” sebagai salah satu syarat kelulusan studi.
Sehubungan dengan penelitian yang akan dilakukan, peneliti mohon kesediaan
Bapak/Ibu/Saudara/I untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di kuesioner ini dengan
jujur dan sesuai keadaan Anda yang sebenarnya. Hasil dan kerahasiaan jawaban Anda
semata-mata hanya dipergunakan untuk kepentingan penelitian dan penulisan skripsi saja.
Terimakasih atas bantuan dan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/I untuk pengisian kuesioner
ini.
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
2013
46
Bagian 1.
1. Nama
2. Jenis Kelamin*
3. Umur
4. Alamat
5. No. HP/Telp.
6. Posisi/Jabatan
7.Pendidikan terakhir
8. Lama Bekerja
Karakteristik Responden
:…………………………………………...……
: 1. Laki-laki
2. Perempuan
: …………………………………………….tahun
: …………………………………………………...
: …………………………………………………...
: .........................................................................
: .......................................................................
: .........................................................................
Bagian 2.
Budaya Organisasi
Berilah tanda ceklist (√) untuk menjawab pertanyaan di bawah ini
STS = Sangat Tidak Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
SS = Sangat Setuju
Pertanyaan
No
Nilai Organisasi
Saya memahami tujuan organisasi WWF Indonesia
1
Saya memahami visi dan misi organisasi WWF Indonesia
2
Saya memahami tanggung jawab WWF sebagai organisasi
3
pelestarian lingkungan
Saya memahami tujuan program Konservasi Kelautan WWF
4
Saya memahami setiap kegiatan yang dilakukan oleh program
5
Konservasi Kelautan
Iklim Organisasi
Saya dapat menyampaikan pendapat dengan bebas
6
Saya dapat memberikan saran dengan bebas
7
Saya dapat bebas memanggil rekan kerja dengan panggilan
8
apapun
Saya merasa betah berkumpul bersama seluruh karyawan
9
10
Saya merasa senang berkontribusi terhadap program Konservasi
Kelautan
11
Saya merasa program Konservasi Kelautan adalah bagian dari
hidup saya
Komitmen terhadap tugas
Saya mengetahui tugas saya di program Konservasi Kelautan
12
Saya senang mengerjakan tugas saya di program Konservasi
STS
Penilaian
TS
S
SS
47
13
14
Kelautan
Saya selalu antusias dengan tugas baru yang dibebani kepada
saya
Saya selalu berusaha menyelesaikan tugas tepat waktu
15
16
Saya selalu berupaya maksimal agar program Konservasi dapat
terus berlanjut
17
Saya bersedia ditempatkan di wilayah dan posisi mana saja
untuk WWF Indonesia
Bagian 3.
Lingkungan Organisasi
Berilah tanda ceklist (√) untuk menjawab pertanyaan di bawah ini
STS = Sangat Tidak Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
SS = Sangat Setuju
Penilaian
Pertanyaan
No
STS
TS
S
SS
Ancaman Organisasi (Anda mengisi sesuai dengan apa yang anda rasakan selama bekerja di
WWF Indonesia)
Masyarakat kurang tertarik mengikuti program Konservasi
Kelautan di beberapa daerah
1
Pihak swasta atau mitra semakin berkurang untuk memberikan
2
dukungan pendanaan atau non materil kepada program
Konservasi Kelautan
Konflik atau pertikaian sering terjadi diantara staff Konservasi
Kelautan
3
Atasan tidak lagi melibatkan staff dalam mendiskusikan
4
kegiatan selanjutnya untuk program Konservasi Kelautan
Penyebaran informasi terbaru sering terganggu atau terhambat
5
Pendanaan untuk program Konservasi Kelautan berkurang
6
Perubahan Organisasi (Anda mengisi sesuai dengan kondisi saat ini
Sekarang mendapatkan informasi terbaru cepat
7
Sekarang jumlah dukungan dari pihak luar terhadap program
8
Konservasi Kelautan bertambah
Sekarang sikap masyarakat daerah konservasi terhadap program
9
Konservasi Kelautan baik (positif)
Sekarang sulit berkomunikasi dengan atasan
10
Sekarang staff tidak dilibatkan dalam menyelesaikan masalah
11
program Konservasi Kelautan
Sekarang pengambilan keputusan program dilakukan secara
12
bersama
Sekarang alokasi dana untuk menjalani program Konservasi
13
Kelautan bertambah
48
Bagian 4.
Peran Public Relations
Berilah tanda ceklist (√) untuk menjawab pertanyaan di bawah ini
STS = Sangat Tidak Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
SS = Sangat Setuju
Pertanyaan
STS
Penasehat Ahli
Communications Marine telah memberikan pengarahan tentang
cara menjalankan program Konservasi Kelautan dengan baik
Communications Marine telah melakukan pencarian informasi
database kelautan dengan baik
Communications Marine telah memberikan saran untuk
menyelesaikan masalah kelautan kepada atasan di WWF
Indonesia
Communications Marine telah memantau secara rutin wilayah
konservasi kelautan WWF Indonesia
Fasilitator Pemecah Masalah
Communications Marine telah melakukan evaluasi setiap
kegiatan pada program Konservasi Kelautan dengan baik
Communications Marine telah mengumpulkan seluruh data
yang berkaitan dengan kegiatan program Konservasi Kelautan
Communications Marine telah membuat solusi untuk masalah
yang timbul dalam kegiatan program Konservasi Kelautan
Communications Marine telah mengajak staff lain untuk
merencanakan program Konservasi Kelautan
Communications Marine telah mengajak staff lain untuk
melakukan evaluasi program Konservasi Kelautan
Fasilitator Komunikator
Communications Marine telah menjadi pendengar keluhan
seluruh staff dengan baik
Communications Marine telah menjadi jembatan penghubung
saya dan staff program Konservasi Kelautan dengan Program
Konservasi lain di WWF
Communications Marine telah memberikan informasi yang saya
butuhkan dengan baik
Communications Marine telah memberikan informasi mengenai
WWF Indonesia secara keseluruhan dengan baik
Communications Marine telah menggunakan e-mail untuk
menyampaikan informasi kepada staff program Konservasi
Kelautan dengan baik
Communications Marine sering menanyakan kabar saya dan apa
yang sedang saya hadapi
Communications Marine ramah pada seluruh staff program
Konservasi Kelautan
Communications Marine mudah dihubungi setiap waktu
17
Communications Marine enak diajak berdiskusi
18
19
Teknisi Komunikasi
Communications Marine telah membuat
dipublikasian kepada publik dengan baik
tulisan
untuk
Penilaian
TS
S
SS
49
20
21
22
Communications Marine telah membuat press realese setiap
kegiatan program Konservasi Kelautan dengan baik
Communications Marine telah bertugas membuat naskah untuk
siaran pers dan konferensi pers dengan baik
Communications Marine mengajari staff lain untuk menulis
dengan baik
50
Lampiran 2. PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
Hari/ tanggal wawancara
:
Lokasi wawancara
:
Nama dan umur informan
:
Jabatan
:
Pertanyaan Penelitian:
1. Apa latar belakang WWF melaksanakan program Konservasi Kelautan?
Sejak kapan mengimplementasikan program Konservasi Kelautan?
2. Apa itu program Konservasi Kelautan menurut WWF sendiri?
3. Apakah visi dan misi WWF dalam pelaksanaan program Konservasi
Kelautan?
4. Bagaimana posisi struktural pelaksanaan program Konservasi Kelautan
dalam WWF?
5. Berapa orang karyawan yang bertugas menjalankan program Konservasi
Kelautan? Mengapa?
6. Apa saja jenis kegiatan program Konservasi Kelautan yang dilaksanakan
oleh WWF? Apa saja kegiatan yang telah dilakukan? Siapa saja
sasarannya dan dimana pelaksanaannya?
7. Bagaimana pembagian staff serta penempatannya di wilayah konservasi?
Berapa orang satu wilayah?
8. Apa strategi yang dipilih WWF dalam pelaksanaan program Konservasi
Kelautan?
9. Bagaimana pemahaman staff terhadap nilai-nilai yang dibawa oleh WWF
pada Program Konservasi Kelautan?
10. Apakah ada aturan tertentu yang mutlak dilakukan oleh staff dan hukuman
apabila melanggar?
11. Apakah anda dekat dengan top management WWF? Seberapa dekat?
Apakah anda diminta member saran atau nasehat kepada top
management?
12. Apakah anda bersama dengan staff lain mendefinisikan serta memecahkan
masalah dengan membuat kegiatan baru?
13. Apakah anda menjadi wadah oleh seluruh staff sebagai pendengar,
penyampai informasi dan penjembatan dengan top management?
14. Apakah anda rutin membuat tulisan untuk media yang bekerja sama
seperti pembuatan feature, press release,atau desain isi website WWF?
Jika iya seberapa rutin?
15. Menurut anda antara penasehat ahli, fasilitator pemecah masalah,
fasilitator komunikasi dan teknisi komunikasi manakah yang menjadi
peran yang sering anda lakukan?
51
Lampiran 3 Daftar Responden
Waktu
Feedback
5-13-2013
17:27:33
5-14-2013
11:11:29
5-16-2013
11:12:13
5-16-2013
11:42:28
5-16-2013
12:01:57
5-16-2013
12:05:20
5-16-2013
12:05:30
5-16-2013
13:43:16
5-16-2013
15:01:00
5-16-2013
15:34:21
5-17-2013
10:01:29
5-17-2013
10:02:59
5-17-2013
10:29:25
5-17-2013
14:05:02
5-20-2013
2:38:53
5-20-2013
18:29:51
5-23-2013
11:51:13
5-29-2013
13:37:44
6-6-2013
13:56:27
6-19-2013
15:29:52
6-20-2013
15:43:05
6-20-2013
17:46:11
6-20-2013
19:10:47
6-30-2013
17:15:14
7-10-2013
Jenis
kelamin
Umur
Lama
bekerja
Pend.
Terakhir
L
23
19 Bulan
D IV
P
23
2 tahun
S1
P
21
4 bulan
P
25
8 Bulan
SMA
S-1 Ilmu
Kelautan
L
27
5,5 tahun
S1
L
27
2 Tahun
Sarjana
L
40
6 bulan
s1
L
27
9 bulan
S2
L
29
4 tahun
L
34
4 tahun
L
48
15 tahun
S1
sarjana
strata
satu
S2 Ilmu
Lingkung
an
4 tahun
Magister
L
L
n.a.
4,5tahun
master
L
48
19 Tahun
Sarjana
L
34
12 tahun
S2
P
30
4,5 tahun
L
40
6 tahun
S1
Magister
Hukum
L
31
1 tahun
s1
P
30
S1
L
34
5 tahun
5 tahun 8
bulan
L
24
10 bulan
P
37
4 tahun
S1
S2
Penginder
aan jauh
L
37
4 tahun
S1
P
P
23
23
6 Bulan
1 Bulan
S1
S1
S1
52
13:15:23
7-11-2013
15:11:10
7-22-1013
10:13:24
7-22-2013
14:12:15
7-23-2013
15:16:20
7-23-2013
16:15:20
L
28
1 Tahun
S1
P
25
1 Tahun
S1
L
27
2 Tahun
S1
P
30
3 Tahun
S1
L
38
4 tahun
S1
53
Lampiran 4 Hasil Chi Square
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
a
4
.967
Likelihood Ratio
.586
4
.965
Linear-by-Linear Association
.493
1
.483
Pearson Chi-Square
.565
N of Valid Cases
30
a. 8 cells (88.9%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1.60.
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2Value
Pearson Chi-Square
df
a
4
.533
4.365
4
.359
.538
1
.463
3.152
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
sided)
N of Valid Cases
30
a. 8 cells (88.9%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1.33.
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2Value
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
df
sided)
a
4
.020
13.976
4
.007
5.459
1
.019
11.611
30
a. 7 cells (77.8%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .50.
Download