Siaran Pers 20 Desember 2010

advertisement
Siaran Pers
20 Desember 2010
WWF-Indonesia & Nahdlatul Ulama: “JALAN TERBAIK MASYARAKAT
DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM”
Jakarta, Indonesia – Dalam KTT Perubahan Iklim baru lalu di Cancun, Meksiko, yang
menghasilkan Cancun Agreement, secara jelas disebutkan bahwa kegiatan adaptasi harus
mendapat prioritas yang sama dengan kegiatan mitigasi. Bersamaan dengan komitmen mitigasi
Indonesia yang disebutkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yaitu menurunkan 26%
emisi Gas Rumah Kaca dari “Business as Usual” hingga 2020, Indonesia diharapkan dapat juga
menghasilkan Strategi Adaptasi Nasional Perubahan Iklim.
Mendukung kesepakatan dan komitmen pemerintah RI tersebut, WWF-Indonesia dan Nahdlatul
Ulama (NU) sepakat menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) sekaligus
meluncurkan buku “Jalan Terbaik Masyarakat dalam Menghadapi Perubahan Iklim: Perspektif
Islam dalam Adaptasi Perubahan Iklim” hari ini.
“MoU ini menggabungkan dua nilai kekuatan masing-masing organisasi yaitu konservasi
lingkungan hidup, dan pendekatan relijius dan budaya dalam rangka menjaga kelestarian planet
bumi yang kita huni,” ungkap DR Efransjah, CEO WWF-Indonesia.
DR Efransjah menambahkan, “Kami yakin jaringan pesantren, sekolah dan kelengkapan
organisasi NU lainnya, akan mampu menjadi komponen penting dalam usaha konsisten kami
menumbuhkan dan meningkatkan kepedulian masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan
dan keanekaragaman hayati Indonesia. Tentunya kami juga berharap seluruh warga NU akan
merasakan manfaat dari kegiatan bersama yang nantinya akan dilakukan oleh WWF-Indonesia
dan NU.”
“Peluncuran buku merupakan salah satu bentuk perhatian dan keseriusan NU terhadap masalah
lingkungan, penanggulangan bencana, dan perubahan iklim, serta masalah kemanusiaan sebagai
implikasi dari kerusakan lingkungan. NU telah membentuk Lembaga Penanggulangan Bencana
dan Perubahan Iklim (LPBI NU) sebagai pelaksana kebijakan dan program NU dalam bidang
tersebut,” jelas Prof. DR. KH. Said Aqil Siroj, MA., Ketua PBNU.
Dalam proses diseminasinya, buku ini dapat menjadi referensi bagi para kiai, santri, maupun umat
NU, khususnya, dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Prof. DR. KH. Said Aqil Siroj, MA.
menekankan, “Selain memberikan gambaran tentang perubahan iklim dan dampaknya, buku ini
akan memperkaya pengetahuan tentang bagaimana Islam memandang isu-isu lingkungan dan
perubahan iklim, serta sekelumit contoh aksi nyata adaptasi perubahan iklim.”
Tentang keterkaitan adaptasi perubahan iklim dan perspektif agama, Ir Avianto Muhtadi, MM.,
Ketua LPBI NU, mengatakan, “ Memang tidak selamanya ‘pintu agama’ mampu memainkan
perannya, namun paling tidak apabila jalur-jalur ilmu pengetahuan dan kesepakaan bersama
menghadapi hambatan, maka pendekatan agama dapat menjadi alat untuk mempengaruhi jiwa
setiap individu agar tidak merusak lingkungan dan justru melestarikannya. Daya tahan ini lebih
dibutuhkan masyarakat dan ekosistem untuk menghadapi variabilitas iklim yang tak menentu serta
meningkatnya kemungkinan kejadian iklim ekstrim.”
1
Pembahas:
• Prof. (Hon) Ir. Rachmat Witoelar, Ketua DNPI – Dewan Nasional Perubahan Iklim RI
• Prof. Dr. KH. Artani Hasbi, Rais Syuriah PBNU (Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta)
Penanggap:
• KH. Arwani Faishal, MA, Wakil Ketua PP Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama
• Nyoman Iswarayoga, Climate & Energy Program Director, WWF-Indonesia,
[email protected], +62-812 106 8473/+62-811 128 4868
• Ir. Avianto Muhtadi, MM, Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim,
Nahdlatul Ulama, [email protected], +62-856 102 9196
Moderator:
Brigitta Isworo, Wartawan Editor Lingkungan dan IPTEK Kompas
Media:
• Verena Puspawardani, Campaign Coordinator, Climate & Energy Program, WWF-Indonesia,
[email protected], +62-813 982 72 690
• Shintya Kurniawan, Media Relations, Marketing & Communications Division, WWF-Indonesia,
[email protected], +62-818 062 01160
Tentang WWF
WWF merupakan LSM lingkungan terbesar di dunia yang terkenal karena misi konservasinya.
Didirikan di tahun 1961, WWF sudah beroperasi di lebih dari 100 negara, dengan suporter tetap mencapai 5
juta orang. Misi WWF: Menghentikan kerusakan lingkungan di bumi dan mengembalikannya ke kondisi
semula, serta membangun masa depan saat manusia dapat hidup secara harmonis dengan alam. WWFIndonesia mulai bekerja di Indonesia sejak awal tahun 1960-an Tahun 1998, WWF-Indonesia berubah
status menjadi organisasi nasional dengan badan hukum Yayasan WWF Indonesia. Saat ini, WWFIndonesia menerapkan pendekatan program yang lebih strategis di bidang Pengelolaan Sumber Daya Alam
dan Keanekaragaman Hayati, yang meliputi: unsur kerjasama multi pihak, penanganan ecoregion/lanskap
dengan mempertimbangkan tata-ruang, serta kampanye kebijakan dan penyadaran lingkungan di tingkat
lokal maupun nasional. WWF-Indonesia bekerja dengan tiga program utama, yaitu Forest (hutan), Marine
(laut), dan Climate and Energy (Iklim dan Energi).
Tentang LPBI NU
Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi sosial kemasyarakatan dan keagamaan di Indonesia yang berdiri
pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya. Dalam menjalankan kegiatannya, NU memiliki 4 (empat) sikap
kemasyarakatan,y aitu tawasuth dan i’tidal (sikap moderat dan adil), tasamuh (sikap toleransi), tawazun
(sikap yang seimbang atau keserasian hubugan), dan amar ma’ruf nahi munkar (sikap mengajak berbuat
kebaikan dan mencegah perbuatan buruk/merusak). NU merupakan lembaga yang potensial sebagai agen
perubahan sosial, budaya, dan kebijakan di masyarakat. Jumlah warga NU tercatat mencapai 60 juta orang
yang tersebar di seluruh pelosok tanah air, dengan berbagai status sosial dan profesi, seperti kyai, guru,
nelayan, petani, pedagang, serta duduk di pemerintahan, baik yang menjabat sebagai eksekutif, legislatif,
dan yudikatif. Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) secara
struktural merupakan lembaga pelaksana kebijakan dan program Nahdlatul Ulama di bidang perubahan
iklim, penanggulangan bencana, dan pelestarian lingkungan. Embrio lahirnya LPBI NU adalah CBDRM-NU
(Community Based Disaster Risk Management) yang berbentuk ad hoc di bawah PBNU. Sejak tahun 2004,
CBDRMNU menjadi pioneer dalam pengelolaan risiko bencana, kedaruratan, dan rehabilitasi.
LPBI NU telah mengembangkan program manajemen resiko dan penanggulangan bencana, penyehatan
lingkungan, adaptasi perubahan iklim, dengan pelibatan Sekolah/Madrasah, Pondok Pesantren (Islamic
Boarding School), dan masyarakat. Program pengembangan kapasitas dan pemberdayaan masyarakat ini
merupakan upaya NU untuk melakukan transformasi sosial budaya agar masyarakat dan Pesantren
meningkat kapasitasnya dalam mengurangi kerentaan, sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di wilayahnya. Berdasarkan hal tersebut, LPBI NU telah meformulasikan konsep dan strategi
dengan mengedepankan potensi yang dimilikinya melalui penguatan kapasitas kelembagaan dan
masyarakat.
2
Download