WWF-Indonesia Apresiasi Gebrakan Menteri KP Susi Pudjiastuti

advertisement
WWF-Indonesia
Tel : +62 21 7829461
Gedung Graha Simatupang
Fax: +62 21 7829462
Tower 2C Lt.7-11
www.wwf.or.id
Jl. TB Simatupang Kav.38
Jakarta Selatan 12540
Indonesia
SIARAN PERS
31 Oktober 2014
WWF-Indonesia Apresiasi Gebrakan Menteri KP Susi Pudjiastuti Mendorong Praktik
Perikanan Berkelanjutan
Jakarta – WWF-Indonesia memberikan apresiasi dan dukungan atas langkah-langkah yang telah dilakukan
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dalam minggu pertama menjabat. Sebagai organisasi
konservasi lingkungan dengan misi mewujudkan hubungan yang harmonis antara manusia dan alam, WWFIndonesia berpandangan bahwa kebijakan yang diambil Menteri Susi Pudjiastuti hingga saat ini selaras
dengan prinsip-prinsip perikanan berkelanjutan.
“Prinsip perikanan berkelanjutan mengedepankan praktik perikanan yang ramah lingkungan, memperhatikan
keberlanjutan stok ikan, dan menerapkan pengelolaan perikanan yang berbasis ekosistem,” kata Arnold
Sitompul, Direktur Konservasi WWF-Indonesia.
Pemberantasan illegal fishing, moratorium ijin baru kapal penangkap ikan, pelarangan penebangan bakau dan
penggunaan bahan kimia untuk tambak budidaya, serta pelarangan penangkapan dan perdagangan ikan
bertelur merupakan unsur-unsur terkait perikanan berkelanjutan. Demikian juga dengan pengaturan
eksploitasi sumber daya ikan untuk menjaga kelestarian stok ikan atau yang dikenal sebagai harvest control
rule hingga rencana penghapusan subsidi BBM yang dialihkan ke kesejahteraan nelayan.
Namun, pada praktiknya masih sering ditemukan nelayan atau pengusaha perikanan yang tidak mengikuti
kaidah-kaidah perikanan berkelanjutan, seperti penangkapan ikan menggunakan bahan peledak, obat bius,
penangkapan spesies yang dilindungi dan tidak dilakukannya pencatatan dan pelaporan hasil tangkapan.
Praktik-praktik tersebut secara umum dikategorikan sebagai aktivitas Illegal, Unreported and Unregulated
Fishing (IUU Fishing).
FAO dalam laporan tahun 2014 menyebutkan estimasi kasar jumlah ikan yang diperoleh dari IUU Fishing di
tingkat global dapat mencapai hingga 11-26 juta ton setiap tahunnya yang nilainya diperkirakan sebesar 10-23
miliar dolar AS. Di Indonesia, kegiatan IUU Fishing berkontribusi signifikan pada terjadinya overfishing saat
ini. Analisa dari data statistik perikanan tangkap Indonesia dan FAO, diperkirakan Indonesia mengalami
kelebihan tangkap sebesar 430 ribu ton per tahun, angka tersebut didasarkan atas estimasi yang dibuat oleh
FAO bahwa 30% dari hasil total tangkapan diperkirakan berasal dari kegiatan IUU Fishing.
Mengacu pada rencana Menteri Susi Pudjiastuti untuk meningkatkan nilai tangkapan hingga 5-6 triliun
rupiah, WWF-Indonesia berpandangan pemberantasan IUU Fishing berpotensi meningkatkan pendapatan
produksi perikanan Indonesia secara signifikan, namun belum cukup untuk mencapai target. “Indonesia perlu
meningkatkan kualitas hasil tangkapan ikan, bukan meningkatkan jumlah tangkapan, karena saat ini
tangkapan ikan sudah berlebih”, tambah Arnold. Menurutnya, peningkatan kualitas bisa dilakukan
diantaranya melalui skema peningkatan pengolahan paska tangkap (post harvest processing) dan sertifikasi
ekolabel yang mendukung kelestarian sumberdaya ikan. Melalui upaya peningkatan kualitas perikanan
tangkap, jumlah kapal yang beroperasi dan biaya yang dikeluarkan dapat dikurangi, sehingga keuntungan
bisnis menjadi lebih besar.
Langkah selanjutnya untuk mendorong produksi perikanan yang berkelanjutan adalah dengan meningkatkan
akurasi dan transparansi pencatatan hasil tangkapan ikan. “Pencatatan yang akurat dan transparan akan
membantu pemerintah dalam mendata keuntungan dari sektor perikanan dan mencegah penyelewengan,
termasuk mengidentifikasi adanya tendensi pelaku usaha merekayasa laporan untuk menghindari pajak”, kata
Abdullah Habibi, Manajer Perbaikan Perikanan Tangkap dan Budidaya WWF Indonesia .
WWF-Indonesia mendukung gagasan Menteri Susi Pudjiastuti untuk memasukkan business sense dalam
kebijakan perikanan nasional, khususnya untuk menjamin keberlanjutan (sustainability) sumber daya.
“Praktik perikanan berkelanjutan adalah kunci mewujudkan bisnis perikanan yang berkelanjutan pula.
Business sense dalam kebijakan perikanan nasional harus dapat melihat praktik-praktik berkelanjutan sebagai
bentuk investasi jangka panjang yang akan menjamin keberlanjutan bisnis itu sendiri”, kata Habibi.
WWF-Indonesia siap mendukung dan mengawal kebijakan perikanan berkelanjutan yang lebih efektif di
masa mendatang, seperti yang tertuang dalam Nota Kesepahaman antara KKP dan WWF yang telah
diperbaharui bulan Oktober 2014.
-o0oUntuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
 Abdullah Habibi, Manajer Perbaikan Perikanan Tangkap dan Budidaya , WWF-Indonesia
Email: [email protected]
 Margareth Meutia, Seafood Savers Coordinator, WWF-Indonesia
Email: [email protected]
Tentang WWF Indonesia
WWF-Indonesia adalah organisasi konservasi nasional yang mandiri dan merupakan bagian dari jaringan global WWF.
Mulai bekerja di Indonesia pada tahun 1962 dengan penelitian Badak Jawa di Ujung Kulon, WWF-Indonesia saat ini
bergiat di 27 wilayah kerja lapangan di 17 propinsi, mulai dari Aceh hingga Papua. Didukung oleh sekitar 500 staff,
WWF bekerja bersama pemerintah, masyarakat lokal, swasta, LSM, masyarakat madani, dan publik luas. Sejak 2006
hingga 2013, WWF Indonesia didukung oleh sekitar 64.000 supporter di dalam negeri. Kunjungi wwf.or.id.
2
Download