MODUL PERKULIAHAN TES INVENTORI Fakultas Program Studi Psikologi Psikologi Tatap Muka 01 Kode MK Disusun Oleh Irma Himmatul Aliyyah M.Psi. Abstract Kompetensi Istilah kepribadian memang digunakan secara luas, akan tetapi, dalam bidang psikometris, “tes kepribadian” diasosiakan sebagai instrumen untuk mengukur ciri-ciri emosi, motivasi, antarpribadi, dan sikap. Berbeda dengan tes intelegensi atau tes bakat minat, tes kepribadian tidak mengukur kemampuan individu Mahasiswa dapat menjelaskan dan mengkomunikasikan definisi tes inventori, sejarah tes inventori, serta menjelaskan makna dan metode tes inventori. Tes Psikologi merupakan Psikodiagnostik Tes Psikologi pada dasarnya adalah alat untuk ukur yang objektif dan dibakukan atas sampel perilaku tertentu (Anastasi, 1997). Menurut Herman Rorshach (1921, dalam Elmira (1990), psikodiagnostik adalah metode untuk menegakkan diagnosa. Istilah ini sesuai dengan istilah diganosa yang terdapat dalam bidang kedokteran. Dalam perkembangannya, psikodiagnostik adalah suatu proses logik yang bertahap dan sistematik dalam pemeriksaan psikologi untuk tujuan memahami kepribadian seseorang yang diperiksa. Implikasi pengertian psikodiagnostis diatas adalah bahwa pembahasan psikodiagnostik melingkupi Proses Pemeriksaan psikologi yaitu, Pengadministrasian Pemeriksaan Psikologi Teknik dan cara pemeriksaan psikologi Cara menginterpretasikannya Proses pengambilan keputusan Tes psikologi sebagai psikodiagnostik terkait erat dengan pengertian kepribadian, karena pada akhirnya yang menjadi tujuan dalam proses psikodiagnostik adalah mendeskripsikan kepribadian. Dengan demikian, yang perlu dikuasai oleh seseorang yang menggunakan tes psikologi adalah adalah pemahaman tentang kepribadian yang meliputi struktur, perkembanganya, dinamikanya, dan aspek-aspek yang menjadi determinan pembentukan tingkah laku pada beberapa situasi tertentu (Elmira, 1990). Kepribadian menurut Allport adalah suatu organisasi yang dinamis, berada dalam individu dari sistem psikofisik yang menciptakan pola karakteristik individu dalam berprilak, berpikir, dan merasakan. Kepribadian mencakup usaha-usaha menyesuaiakan diri yang beraneka ragam namun khas dilakukan oleh individu. 2012 2 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Tes Inventori sebagai Tes Psikologi HIMPSI (2002) mengklasifikasikan Tes Psikologi kedalam 4 jenis; 1. Tes iNtelegensi 2. Tes Minat 3. Tes Bakat 4. Tes Kepribadian Istilah kepribadian memang digunakan secara Luas, seperti pada penjelasan diatas tadi. Akan tetapi, dalam bidang psikometris, “tes kepribadian” diasosiakan sebagai instrumen untuk mengukur ciri-ciri emosi, motivasi, antarpribadi, dan sikap. Berbeda dengan tes intelegensi atau tes bakat minat, tes kepribadian tidak mengukur kemampuan individu. Tes Kepribadian secara garis besar dibagi kedalam 2 kelompok (anastasi, 1997):. a. Tes Proyektif. Mengungkap kepribadian menggunakan media atau materi sebagai tempat untuk memproyeksikan dorongan, perasaan, ataupun sentimen seseorang. Contohnya SCCT, Tes Grafis, dan Rorschach. b. Tes inventori Mengungkap kepribadian melalui kuesioner laporan diri. Dilakukan dengan menggunakan kuesioner laporan diri yang dikerjakan dengan pencil dan paper, diselenggarakan dalam kelompok. Pendekatan Penyusunan Tes Inventori Menurut Anastasi (1997), ada berbagai pendekatan dalam penyusunan Tes Inventori yaitu; a. Prosedur yang terkait Isi Pendekatan berdasarkan “prosedur yang terkait isi” pada awalnya dikembangkan selama perang dunia I, sebagai upaya untuk membakukan wawancara psikiatris dan untuk menyesuaikan prosedur testing massal. Prototipe inventori kepribadian ini adalah lembar data pribadi Woodworth. Woodworth mengumpulkan informasi yang menyangkut simptom meurotis dan praneurotis. Pertanyaan tersebut didasari pada studi kepustakaan psikiatris. Rujukan 2012 3 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id pada simptom-simptom inilah pertanyaan-pertanyaan inventori pada awalnya dirumuskan. Pertanyaan yang terdapat dalam Lembar Data Woodworth mencakup; ketakutan yang abnorma/ fobia, obsesi dan kompulsi, mimpi buruk dan gangguan tidur, kelelahan berlebihan, perasaan tidak nyata, dan gangguan motorik. Contoh modern dari model pendekatan ini adalah Symptom Checklist-90Revised. Alat Tes ini digunakan untuk menyaring masalah sosial dan simptom psikopatologi. Keuntungan dan Kerugian menggunakan pendekatan ini adalah Keuntungan kerugian Sederhana Tidak memiliki cara mengurangi bias-bias respon Bersifat Langsung Ringkas dan ekonomis Peserta Tes menyadari dampak dari Peserta berkesempatan melakukan manipulasi terhadap alat tes manipulasi b. Empirical Criterion Keying Pendekatan ini merujuk pada pengembangan “kunci skoring/ Criterion Keying” terkait dengan kriteria eksternal tertentu. Butir-butir soal yang terseleksi harus dimasukkan kedalam tes. Bila sebagian besar orang memiliki jawaban yang sama pada satu butir/item soal tentang abnormalitas, maka item “tentang abnormalitas” tersebut menjadi item “normal”. Artinya, butir soal tersebut tidak dimasukkan ke dalam tes. Melalui pendekatan ini, tes inventori merupakan serangkaian stimuli verbal yang terstandarisasikan. Contoh terkenal dari pendekatan ini adalah MMPI. Keuntungan dan Kerugian menggunakan pendekatan ini Keuntungan Butir soal Kerugian menunjukkan butir Tujuan tes dapat menjadi lebih luas abnormalitas, yang diuji secara empiris melampaui tujuan awal, sehingga harus melakukan revisi terus menerus Masih adanya unsur Subjektivitas c. Analisis Faktor 2012 4 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pendekatan melalui analisis faktor dilakukan sebagai upaya untuk mengklasifikasikan ciri-ciri kepribadian secara sistematis. Teknik ini menghasilkan sejumlah kategori yang dibutuhkan dalam menjelaskan suatu fenomena perilaku. Salah satu studi dilakukan oleh Guilford dan rekan-rekan. Ia mengkorelasikan antar butir soal. Hasilnya, dari 30 butir soal yang berbeda, ia menemukan 10 kategori/ ciri-ciri. Pendekatan ini kemudian diterapkan oleh Cattel (1940). Cattel merumuskan ciri kepribadian yang diperoleh dengan metode analisis faktor. Cattel menuliskan semua istilah dan ciri yang terdapat pada tradisi leksikal, kepustakaan psikiatri, dan psikologi. Cattel melakukan analisis faktor berdasarkan 18000 butir soal. Studi yang dilakukan menghasilkan “ciri-ciri utama kepribadian” , yang kemudin dapat digunakan sebagai kausalitas dasar keprbadian individu. Salah satu tes inventori yang dihasilkan adalah 16PF. Keberhasilan Cattel kemudian dilanjutkan oleh D.W. Fiske (1949), dengan alat tes inventori yang diberi nama Big Five. Keuntungan Kerugian Mendapatkan dasar empiris yang jelas Tes Inventori bukan tes Kemampuan dalam kategorisasi yang bertujuan menghilangkan kategori yang tidak perlu, sehingga bisa jadi, ada kategorisasi yang hilang untuk dapat menjelaskan kerpibadian lengkap Subjektivitas relatif berkurang, karena Studi kategorisasi berdasarkan reliabilitas dan validitas yang metode dilakukan oleh para ahli menghasilkan pengelompokkan analisis faktor jumlah faktor yang beragam / berbeda, sehingga membingungkan pengguna. Hasil analisis faktor menjadi sumbangan terhadap definisi konstruk d. Teori Kepribadian Tes inventori disusun atas dasar kerangka teori kepribadaian, meskipun pada kenyataannya banyak teori kepribadian yang satu berbeda kepribadianyang lain.. Oleh karena itu,butir-butir soal disusun dengan teori berdasarkan teori yang digunakan. Tes inventori yang paling terkemuka hingga saat ini adalah Tes EPPS (1959).Tes ini didasari oleh teori tentang kebutuhan yang dikemukakan oleh Murray 2012 5 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id (1938). Edward merumuskan butir-butir pernyataan yang cocok dengan kebutuhan yang disusun oleh Murray. “kebutuhan” yang dimaksud meliputi: Prestasi: Kebutuhan untuk melakukan yang terbaik, dan menyelesaikan yang sulit. Rasa Hormat: Kebutuhan menyesuaikan dengan yang diharapkan dari seseorang Dominan : Kebutuhan untuk menguasai orang lain. Dsb. Inventori ini terdiri dari 210 pasang pernyataan, dimana butir soal masingmasing dipasangkan dengan butir soal dari 14 skala lainnya. Dalam tiap pasangan, peserta tes harus memilih satu pernyataan yang memiliki kesamaan ciri/ mendekati ciri mereka sendiri. Namun demikian,karena peserta tes harus memilih satu pernyataan dari 1 pasang pernyataan berpasangan maka pilihan seringkali terasa dipaksakan. EPPS dalam hal ini menghasilkan skor ipsatif yaitu kekuatan tiap kebutuhan diungkapkan tidak dalam istilah-istilah absolut, tetapi berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan lain didalam diri individu tersebut. Dalam tes inventori ini, kerangka rujukan dalam skoring ipsatif adalah individu dan bukan sampel normatif. Hal ini terjadi karena jumlah semua skor subskala adalah konstan. Jika skor seseorang pada satu subskala naik, maka subskala lain harus bergerak turun. Secara sederhana, implikasinya berarti juga, dua individu yang memiliki skor setiap subskala sama besar, bahkan meimliki skor identik pada EPPS dapat memiliki intensitas/ kekuatan kebutuhan yang berbeda-beda. 2012 6 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kelebihan dan Kekurangan dari pendekatan ini Memiliki dasar teoritis yang jelas, serta Bersifat Ipsatif: memberikan penjelasan lebih lengkap. hasil skor tidak absolut, artinya, dua orang yangmemilki skor sama, memiliki kualitas yang berbeda. Sederhana, praktis Interpretasi skor-skor membingungkan, karena “makna skor” pada setiap orang berbeda-beda. Kadang kala menyingkirkan nilai absolut kekuatan individu. Jenis-jenis Tes Inventori yang digunakan di Indonesia. 1. EPPS 2. Papi Kostik 3. DISC 4. MBTI 5. MMPI 6. WB, WISC, WPPSI. Tantangan dan Permasalahan Penyusunan Tes Inventori Menurut Anasatasi (1997), ada beberapa tantangan dan permasalahan dalam penggunaan tes inventori 1. Berpura-pura dan desirabilitas sosial Tes Inventori selalu memiliki kemungkinan untuk diinterpretasikan beda. Hal ini biasanya terjadi karena butir soal/ item yang terdapat dalam tes inventori sesuai dengan norma sosial yang ada. Implikasinya, peserta tes memilih item tes agar terlihat baik. Contoh yang paling banyak terjadi adalah ketika melamar kerja. Sebaliknya, dalam suatu penyelidikan tindak kriminal, seorang individu bisa berpura-pura buruk, agar didiagnosa mengalami gangguan jiwa sehingga meringankan hukumannya. Individu yang menggunakan tes inventori kadang tidak memanipulasi hasil pengetesan, namun secara tidak disadarinya, berusaha untuk melindungi dirinya dari kritik, ataupun sebagai bentuk persetujuan atau suatu norma sosial. Misalnya, seseorang yang ingin 2012 7 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id mendapatkan intervensi klinis, biasanya memiliki pandangan yang lebih buruk terhadap dirinya. 2. Tendensi akan satu macam respon Peserta tes kadang memiliki tendensi untuk memilih satu respon. Misalnya, memilih respon “ya”, dan mengabaikan “tidak”. Dan sebaliknya. 3. Situasi dan keadaan pribadi Faktor situasi dalam tes inventori sangat mempengaruhi skor tes. Situasi yang berbeda menunjukkan perilaku yang berbeda. Misalnya, siswa yang mencontek dikelas, bisa jadi sangat jujur dalam mengelolan uang organisasi. Hal ini tentu saja membingungkan interpretasi. Selain itu, suatu penyajian situasi yang sama, bisa dipandang berbeda oleh peserta tes. Artinya, peserta tes bisa memiliki makna yang berbeda-beda. 4. Faktor karakteristik Orang Situasi-situsi tertentu bisa jadi berbeda antara satu orang dengan orang yang lain, tergantung pada sasaran, motif, dan perasaaan individu, serta juga pada pengelaman sebelumnya dengan situasi yang serupa. 2012 8 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka 2012 9 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id