Uploaded by User83817

Makalah Enterprise Resource Planning

advertisement
Makalah Enterprise Resource Planning (ERP)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................1
1.2 Rumusan Masala......................2
1.3 Tujuan Penelitian..................................3
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian ERP (Enterprise Resource Planning)........4
2.2 Konsep Dasar Enterprise Resource Planning (ERP).......5
2.3 Karakteristik Enterprise Resource Planning (ERP)......6
2.4 Modul – Modul Standar Enterprise Resource Planning (ERP).......7
2.5 Keuntungan Enterprise Resource Planning (ERP).......8
2.6 Kerugian dan Kelemahan Enterprise Resource Planning (ERP).....9
2.7 Keberhasilan Penerapan Enterprise Resource Planning (ERP)..10
2.8 Kegagalan Enterprise Resource Planning (ERP) dan Cara Mengatasinya...11
2.9 Software Enterprise Resource Planning (ERP)......12
2.10 Biaya Implementasi Enterprise Resource Planning (ERP)......13
2.11 Perusahaan Pengguna Enterprise Resource Planning (ERP).....14
BAB III LEMBAGA UMUM Enterprise Resource Planning (ERP)
3.1 Sejarah Perkembangan Enterprise Resource Planning (ERP)
BAB IV KESIMPULAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Sejak 1990-an, Enterprise Resource Planning System (ERP System)
telah banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan di seluruh dunia menggantikan sistem
informasi yang telah dikembangkan sebelumnya (Parr and Shanks, 2000; Soffer et al., 2005;
Motwani et al., 2005; Chang dan Vichita, 2002). Menurut Lee (2000), aplikasi ERP
merupakan paket yang mengintegrasikan fungsi-fungsi bisnis yang penting ke dalam satu
sistem informasi melalui sharing database yang terintegrasi. Sistem ERP dirancang untuk
membantu organisasi didalam mengelola sumber daya yang dimilikinya secara terintegrasi.
Davenport dalam Hawking et al. (2004) menyebutkan terdapat tiga manfaat utama
implementasi sistem ERP yaitu integrasi, optimisasi dan informasi. Integrasi adalah manfaat
ketika perusahaan mampu mengintegrasikan data dan proses secara internal dan eksternal
dengan pelanggan dan supplier. Optimisasi adalah manfaat pada saat perusahaan mampu
menstandarisasi proses bisnis dengan best practice yang ada, sedangkan informasi adalah
kemampuan untuk menyediakan informasi yang kontekstual untuk mendukung pengambilan
keputusan yang efektif. Akan tetapi, Martin dalam Parr and Shanks (2000) menyebutkan
bahwa 90% dari proyek implementasi ERP ternyata terlambat atau melebihi anggaran (over
budget), bahkan beberapa proyek implementasi ERP berakhir dengan kegagalan. Untuk
menghindari terjadinya kegagalan dalam implementasi ERP, Bancroft (1996), Ross (1998)
dan Markus and Tanis (1999) mengajukan model implementasi ERP untuk memperoleh
pemahaman yang mendalam mengenai proses ERP serta memberikan panduan untuk
kesuksesan implementasi ERP. Parr and Shanks (2000) mengembangkan suatu model Project
Phase Model (PPM) yang merupakan sintesis dari model-model proses implementasi ERP
yang sudah ada dan memfokuskan pada proyek implementasi.
Deloitte dalam Hawking (2004) menyatakan bahwa proses untuk mencapai manfaat
tambahan dari implementasi sistem ERP disebut sebagai second wave implementation.
Deloitte meyakini bahwa terdapat sejumlah fase yang terjadi pada post-project yaitu stabilize,
synthesize dan synergize. Botta-Genoulaz et al. (2005) menyebutkan bahwa adanya trap-trap
yang muncul setelah proyek ERP go live. Genoulaz melakukan penelitian terhadap 217
perusahaan di perancis yang telah menerapkan sistem ERP. Trap yang muncul diantaranya
karena perusahaan tidak merencanakan post-project dengan baik. Trap ini ditemukan pada
13% dari jumlah perusahaan tersebut. Namun demikian, penelitian-penelitian sebelumnya
belum memfokuskan pada langkah-langkah konkrit yang harus dilakukan perusahaan pada
fase postproject sistem ERP. Pada Penelitian ini akan dijelaskan pentingnya fase postproject
pada penerapan sistem ERP dan bagaimana aktivitas-aktivitas pada fase post-project
berkontribusi terhadap perolehan benefit.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan¸ maka dirumuskan permasalahan pada
penelitian ini adalah bagaimanakah framework yang menjelaskan pengelolaan post-project
sistem ERP? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka perlu dijabarkan sebagai berikut:
• Proses apa saja yang terjadi pada fase post-project sistem ERP?
• Aktivitas-aktivitas apa saja yang ada pada tiap-tiap proses?
• Bagaimana seluruh aktivitas pada tiap-tiap proses berkontribusi terhadap perolehan benefit
1.3. Tujuan Penelitian
Dari rumusan permasalahan tersebut, maka pada penelitian ini akan dihasilkan framework
pengelolaan post-project sebagai acuan bagi perusahaan dalam tahapan post-project sistem
ERP.
1.4. Pembatasan Masalah
Untuk membatasi permasalahan, maka dilakukan pembatasan masalah yaitu: - Penelitian ini
dilakukan di dua perusahaan BUMN yaitu PT. Krakatau Steel dan PT Telekomunikasi
Indonesia, Tbk (PT Telkom) - Penelitian hanya dilakukan pada divisi menerapkan modulmodul ERP (sistem sudah go-live) - Penelitian di PT Krakatau Steel dilakukan pada
Direktorat SDM dan Umum yang menerapkan Modul SAP Human Resource (HR). Penelitian di PT Telkom dilakukan pada Direktorat Keuangan yang menerapkan Modul SAP
Financial and Control (FICO).
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pendahuluan Bab ini membahas latar belakang penelitian, rumusan permasalahan, tujuan
penelitian , serta batasan dari permasalahan yang diteliti.
Tinjauan Pustaka Dalam bab ini dibahas teori-teori yang mendasari penelitian. Pada
penelitian ini tentu saja teori-teori utama adalah mengenai ERP system dan bagaimana sistem
dijalankan pada tahap post implementasi.
Metodologi Penelitian Bab ini membahas langkah-langkah penelitian dari awal hingga akhir
Pengumpulan dan Pengolahan Data Bab ini membahas penjelasan teknik secara rinci
bagaimana data dikumpulkan beserta pengolahannya.
Analisis Dalam bab ini dilakukan analisa terhadap hasil penelitian
Kesimpulan dan Saran Bab ini memaparkan kesimpulan dari analisa penelitian serta saran
untuk penelitian lebih lanjut.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian ERP (Enterprise Resource Planning)
Perencanaan sumber daya perusahaan, atau sering disingkat ERP dari istilah bahasa Inggrisnya Enterprise Resource Planning, adalah sistem informasi yang diperuntukkan bagi
perusahan manufaktur maupun jasa yang berperan mengintegrasikan dan mengotomasikan
proses bisnis yang berhubungan dengan aspek operasi, produksi maupun distribusi di
perusahaan bersangkutan (Wikipedia, 2010).
Enterprise Resource Planning merupakan sebuah teknologi sistem informasi yang terintegrasi
dan digunakan oleh manufaktur kelas dunia dalam meningkatkan kinerja perusahaan. ERP
adalah suatu sistem, baik sebagai suatu sistem perencanaan ,maupun sebagai sistem informasi
(Indrajit dan Permono, 2005).
Menurut O’Leary, ‘ERP systems are computer based systems designed to process an
organization’s transactions and facilitate integrated and real-time planning ,production, and
customer response. In particular ERP systems will be assumed to have certain characteristic’
(Indrajit dan Permono, 2005).
Capture
Gambar 1. Sumber: Thomas F. Wallace (2001)
Berdasarkan gambar.1, ERP (Enterprise resource Planning) adalah perkembangan lebih lanjut
dari MRP, closed-loop MRP dan MRP. Dari namanya dapat disimpulkan bahwa ERP
cakupannya lebih luas dari MRP II. Kedua-duanya menyangkut perencanaan. MRP II adalah
perencanaan yang sudah lebih luas dari pendahulunya, yaitu MRP, karena mengintegrasikan
perencanaan material dengan perencanaan lain seperti perencanaan bisnis, perencanaan
penjualan, perencanaan produksi dan perencanaan keuangan.Namun MRP II sebagaimana
namanya yaitu Manufacture Resouce Planning, masih terfokus dengan perencanaan yang
langsung berkaitan dengan manufaktur, sedangkan ERP (EnterpriseRresoruce Planning) juga
masih mengenai perencanaan, tetapi mencakup hal yang lebih luas lagi tidak hanya
bersangkutan langsung dengan manufaktur, tetapi mencakup seluruh perusahaan.
2.2 Konsep Dasar Enterprise Resource Planning (ERP)
Berikut ini adalah konsep dasar tentang Enterprise Resource Planning (ERP), antara lain:
Perencanaan sumber daya perusahaan, atau sering disingkat ERP dari istilah bahasa
Inggrisnya, enterprise resource planning, adalah sistem informasi yang diperuntukkan bagi
perusahan manufaktur maupun jasa yang berperan mengintegrasikan dan mengotomasikan
proses bisnis yang berhubungan dengan aspek operasi, produksi maupun distribusi di
perusahaan bersangkutan.
ERP sering disebut sebagai Back Office System yang mengindikasikan bahwa pelanggan dan
publik secara umum tidak dilibatkan dalam sistem ini. Berbeda dengan Front Office System
yang langsung berurusan dengan pelanggan seperti sistem untuk e-Commerce, Customer
Relationship Management (CRM), e-Government dan lain-lain.
2.3 Karakteristik Enterprise Resource Planning (ERP)
Sistem ERP memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:
Sistem ERP merupakan paket software yang didesain pada lingkungan client-server baik
tradisional (berbasis desktop) maupun berbasis web.
Sistem ERP mengintegrasikan mayoritas bisnis proses yang ada.
Sistem ERP memproses seluruh transaksi organisasi perusahaan.
Sistem ERP menggunakan database skala enterprise untuk penyimpanan data.
Sistem ERP mengijinkan pengguna mengakses data secara real time.
Sedangkan karakteristik ERP menurut Daniel E. O’Leary meliputi hal-hal sebagai berikut :
Sistem ERP adalah suatu paket perangkat lunak yang didesain untuk lingkungan pelanggan
pengguna server, apakah itu secara tradisional atau berbasis jaringan.
Sistem ERP memadukan sebagian besar dari proses bisnis.
Sistem ERP memproses sebagian besar dari transaksi perusahaan.
Sistem ERP menggunakan basis data perusahaan yang secara tipikal menyimpan setiap data
sekali saja.
Sistem ERP memungkinkan mengakses data secara waktu nyata (real time)
Dalam beberapa hal sistem ERP memungkinkan perpaduan proses transaksi dan kegiatan
perencanaan.
2.4 Modul – Modul Standar
Sedangkan modul-modul standar yang biasanya terintegrasi di dalam suatu sistem ERP
setidaknya minimal terdiri atas:
Keuangan
Akuntansi Finansial : Secara fungsional modul akuntansi finansial berfungsi untuk
mengumpulkan dan mengelola seluruh data finansial hingga mampu menyajikan laporan dari
hasil relasi data dari beberapa departemen.
Kontrol : Modul kontrol ini berfungsi untuk mengelola data-data yang terkait dengan antara
lain akuntansi laba biaya, cost center, manajemen proyek, dsb.
Fixed Asset Management : Dalam menjalankan operasionalnya setiap lembaga memiliki
beban biaya yang dikeluarkan untuk investasi aktiva tetap, sewa dan gedung. Dalam modul
ini mendukung pekerjaan pengadaan, pemeliharaan, penjualan/penghapusan, penarikan
hingga depresiasi nilai aktiva.
Logistik
Modul logistik secara fungsional digunakan untuk memproses pengadaan, penjualan dan
distribusi logistik yang digunakan oleh perusahaan.
Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia adalah asset terbesar perusahaan yang memerlukan pengelolaan yang
baik dan terukur dari mulai perekrutan, penjadualan dan pemrosesan gaji.
Pekerjaan-pekerjaan rutin bisnis yang terkait sumber daya manusia seperti pembayaran gaji,
manajemen tugas, ongkos tugas luar kantor, bonus/kompensasi, perekrutan hingga
perencanaan kebutuhan tenaga kerja dapat dikelola oleh modul sumber daya manusia.
Business Process Support
Setiap perusahaan selalu terkait dengan masalah manajemen arus kerja dan solusi industri.
Kedua hal tersebut digunakan sebagai kendali atas setiap unit fungsi yang ada di dalam
perusahaan.
Rantai Pasokan (SCM = supply chain management)
SCM sebenarnya adalah modul yang menjadi fokus yang mutakhir dalam pengembangan
sistem ERP.
Penerapan SCM yang baik dengan memanfaatkan Internet adalah solusi yang sangat efektif
dalam penghematan biaya perusahaan. Proses perencanaan hingga optimalisasi penyimpanan
dan penggunaan logistik sangat membantu dalam memperbaiki prediksi permintaan serta
efisiensi bagi perusahaan.
Dukungan E-Commerce
Transaksi elektronik yang terintegrasi melalui media Internet adalah tren masa kini yang
mendorong terjadinya proses bisnis komersial yang efektif. Dengan dukungan e-commerce
yang baik maka produsen dapat langsung berhadapan dengan pengguna akhirnya yang
berakibat pada pemotongan biaya yang cukup signifikan.
2.5 Keuntungan Enterprise Resource Planning (ERP)
Keuntungan dari implementasi ERP antara lain:
Integrasi data keuangan. Oleh karena semua data disimpan secara terpusat, maka para
eksekutif perusahaan memperoleh data yang up-to-date dan dapat mengatur keuangan
perusahaan dengan lebih baik.
Standarisasi Proses Operasi. ERP menerapkan sistem yang standar, dimana semua divisi akan
menggunakan sistem dengan cara yang sama. Dengan demikian, operasional perusahaan akan
berjalan dengan lebih efisien dan efektif.
Standarisasi Data dan Informasi. Database terpusat yang diterapkan pada ERP, membentuk
data yang standar, sehingga informasi dapat diperoleh dengan mudah dan fleksibel untuk
semua divisi yang ada dalam perusahaan.
Keuntungan diatas adalah keuntungan yang dapat dirasakan namun tidak dapat diukur.
Keberhasilan implementasi ERP dapat dilihat dengan mengukur tingkat Return on Investment
(ROI), dan komponen lainnya, seperti:
Pengurangan lead-time
Peningkatan kontrol keuangan
Penurunan inventori
Penurunan tenaga kerja secara total
Peningkatan service level
Peningkatan sales
Peningkatan kepuasan dan loyalitas konsumen
Peningkatan market share perusahaan
Pengiriman tepat waktu
Kinerja pemasok yang lebih baik
Peningkatan fleksibilitas
Penggunaan sumber daya yang lebih baik
2.6 Kerugian dan Kelemahan Enterprise Resource Planning (ERP)
Kerugian yang mungkin terjadi ketika salah menerapkan ERP antara lain adalah:
Strategi operasi tidak sejalan dengan business process design dan pengembangannya
Waktu dan biaya implementasi yang melebihi anggaran
Karyawan tidak siap untuk menerima dan beroperasi dengan sistem yang baru
Persiapan implementation tidak dilakukan dengan baik
Berkurangnya fleksibilitas sistem setelah menerapkan ERP
Beberapa kelemahan ERP juga perlu diperhatikan. Kelemahan-kelemahan dari ERP adalah
sebagai berikut (Jogiyanto, 2003) :
Implementasi ERP sangat sulit karena penerapannya yang terintegrasi dan organisasi harus
merubah cara mereka berbisnis. Kesulitan penerapan ERP ditambah dengan adanya
resistance to change dari personil yang terkena imbasnya akibat perubahan proses dari bisnis.
Biaya implementasi ERP yang sangat mahal
Organisasi hanya memikirkan manfaat yang besar dari penerapan ERP tetapi tidak
mempersiapkan personilnya untuk berubah
Permasalahan lainnya adalah pada personil yang tiba-tiba dibebani dengan tanggung jawab
yang lebih besar dengan kesiapan yang kurang baik mental maupun keahliannya.
2.7 Keberhasilan Penerapan Enterprise Resource Planning (ERP)
Ada beberapa hal yang sangat menentukan keberhasilan implementasi sebuah ERP :
Bisnis proses yang matang.
Hal ini merupakan suatu syarat mutlak bagi sebuah perusahaan yang akan melakukan
implementasi ERP. ERP tidak akan dapat diimplementasikan di sebuah perusahaan yang
tidak memiliki bisnis proses yang jelas.
Change Managementyang baik.
Tidak dapat dipungkiri, implementasi sebuah sistem akan selalu diikuti dengan perubahan
“kebiasaan” dalam perusahaan tersebut. Change management sangat diperlukan untuk
memberi pendidikan kepada pengguna, operator atau siapa pun yang akan bersentuhan
langsung dengan sistem yang baru. Harus betul-betul dapat dijelaskan kenapa perusahaan ini
perlu mengganti sistemnya, seberapa efektif sistem baru ini buat perusahaan, apa masalahmasalah di sistem lama yang dapat dipecahkan oleh sistem baru.
Komitmen
Sebuah implementasi ERP dalam perusahaan, pasti akan menyita banyak waktu dan tenaga.
Komitmen dari pimpinan perusahaan sampai pengguna yang akan bersentuhan langsung
dengan sistem, mutlak sangat diperlukan.
Kerjasama
Kerjasama harus dilakukan dengan baik antara internal perusahaan maupun antara
perusahaan dengan konsultan yang melakukan implementasi. Konsultan dan pengguna sudah
betul-betul menyatukan visi untuk keberhasilan implementasi ini
Good Consultant
Pengalaman konsultan yang melakukan implementasi juga sangat berpengaruh dalam sebuah
implementasi.
2.8 Kegagalan Enterprise Resource Planning (ERP) dan Cara Mengatasinya
Beberapa faktor penyebab kegagalan implementasi ERP adalah :
Manajemen perubahan dan training.
Biasanya kesulitan terbesar terletak pada perubahan praktek pekerjaan yang harus dilakukan.
Disamping itu training yang melibatkan banyak modul seharusnya dilaksanakan seawal
mungkin.
Perencanaan yang buruk.
Perencanaan harus mencakup beberapa area seperti hal-hal bisnis dan ketersediaan user untuk
membuat keputusan pada konfigurasi sistem.
Meremehkan keahlian IT.
Implementasi ERP membutuhkan keahlian staff ditingkatkan dengan baik.
Manajemen proyek yang buruk.
Hanya sedikit organisasi yang mengimplementasi ERP tanpa melibatkan konsultan. Namun
sering kali konsultan melakukan perbuatan yang merugikan kliennya dengan tidak membagi
tanggung jawab.
Percobaan-percobaan teknologi.
Usaha-usaha untuk membangun interface, merubah laporan-laporan, menyesuaikan software
dan merubah data biasanya diremehkan.
Rendahnya keterlibatan Eksekutif.
Implementasi membutuhkan keterlibatan eksekutif senior untuk memastikan adaya partisipasi
yang terdiri dari bisnis dan IT dan membantu penyelesaian konflik-konflik.
Meremehkan sumber daya.
Sebagian besar budget melebihi target terutama untuk manajemen perubahan dan training
user, pengujian integrasi, proses-proses pengerjaan ulang, kustomisasi laporan dan biaya
konsultan.
Evaluasi software yang tidak mencukupi.
Organisasi biasanya tidak cukup memahami apa dan bagaimana software ERP bekerja
sampai mereka sepakat untuk membeli.
Untuk mengatasi kendala tersebut, ada beberapa hal yang telah dilakukan, antara lain:
Implementasi Change Acceleration Project (CAP) untuk mengelola perubahan-perubahan
yang terjadi dalam implementasi ERP.
Pendekatan dengan user sebelum penerapan sistem ERP melalui presentasi-presentasi untuk
menunjukkan kelebihan-kelebihan implementasi sistem tersebut & melibatkan eksekutif
dalam menyelesaikan project yang sedang dijalankan.
Pengembangan Sistem Recovery dalam Implementasi ERP. Merencanakan pembentukkan /
pengembangan project harus dengan perencanaan yang matang.
2.9 Software Enterprise Resource Planning (ERP)
Berikut ini akan dibahas 3 software ERP yang ada pada saat ini.
AXAPTA
Micfosoft Axapta yang saat ini dikenal dengan nama Micfosoft Dynamics Ax adalah sebuah
aplikasi bisnis yang dilengkapi banyak fungsi terpadu. Mulai dari modul manufacturing,
supply chain management, financial management, sampai dengan business analysis.
Sebagaimana software ERP yang lain, Axapta dapat megintegrasikan berbagai bagian dalam
perusahaan dan mempercepat penerimaan informasi dari masing-masing bagian sehingga
dapat membantu manager dalam pengambilan keputusan. Microsoft Dynamics Ax ini sangat
cocok bila digunakan pada perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi dan akan sangat
membantu bagi perusahaan yang memiliki multi lokasi.
Microsoft Dynamics AX terbagi kedalam berbagai kategori, yaitu : Modul Financial ( buku
besar, piutang, dan kewajiban ), Modul Distributon ( pesanan pembeli , persediaan, dan
kebutuhan barang baku ), Modul Project ( manajemen proyek )
ORACLE ERP
Basis data Oracle adalah basis data relasional yang terdiri dari kumpulan data dalam suatu
system manajemen basis data RDBMS. Perusahaan perangkat lunak Oracle pertama kali
dikembangkan pada tahun 1977 dan hingga saat ini Oracle memasarkan jenis basis data yang
dapat digunakan pada berbagai jenis dan merk platform seperri Mac, LINUX dan Windows,
namun yang lebih ditekankan adalah platform menengah seperti UNIX dan LINUX. Hingga
saat ini Oracle telah mengeluarkan versi terbarunya yaitu Oracle 11g.
Modul yang terdapat dalam Oracle adalah : Inventary, pembelian, pengelolaan pesanan,
BOM, WIP, penetapan biaya, ASCP, MRP, ODP, WMS, AP, AR, GL, FA, CM.
SAP
SAP adalah perusahaan software terbesar keempat di dunia yang berpusat di Jerman dan
berdiri sejak tahun 1972. SAP menawarkan solusi ERP lengkap dengan modul yang
terintegrasi untuk CRM dan SCM. Mereka memiliki solusi yang komprehensif untuk
mengatasi kebutuhan industry terutama manufaktur. SAP dapat membantu pengguna dalam
mengangani Customer Relationship Management, ERP , Product Lifecycle, Supply Chain
Management, dan Supplier Relationship Management. SAP mengutamakan produknya bagi
perusahaan kelas menengah ke atas.
2.10 Biaya Implementasi Enterprise Resource Planning (ERP)
Berikut merupakan komposisi biaya pada implementasi ERP
Capture2
Dimana, Secara umum biaya implementasi bervariasi, sebagai berikut:
Skala SME (Small-Medium) berkisar dari US$ 30.000 – US$ 700.000
Skala Medium berkisar dari US$ 700.000 – US$ 3 juta
Skala besar lebih dari US$ 3 juta
2.11 Perusahaan Pengguna Enterprise Resource Planning (ERP)
Gambar dibawah ini merupakan beberapa perusahaan yang menerapkan sistem ERP.
Capture3
STUDI KASUS
Penerapan ERP Pada Perusahaan (Sukses) contoh nya seperti PT.SEMEN GRESIK
IMPLEMENTASI ERP PADA PT. SEMEN GRESIK
Capture4
Semen Gresik adalah perusahaan bergerak di industri semen, yang didirikan sejak tahun
1957. Pada bulan Juni tahun 2001, ERP mulai diaplikasikan untuk mendukung bisnis proses
yang ada di Semen Gresik dengan penerapan pertama kali dilakukan di bagian finansial.
Dengan berjalannya waktu, implementasi dilakukan di bagian penjualan dan kemudian di
bagian manufakturing.
Ada beberapa hal yang melatar belakangi Semen Gresik untuk mengimplementasikan ERP
(Garside, 2004), yaitu :
Kebutuhan ‘Back Bone System’ yang kuat dan mampu memberikan informasi yang relevan
dan tepat waktu.
Kebutuhan integrasi sistem informasi Semen Gresik Group (SSG) guna mendapatkan sinergi
yang lebih optimal. Faktor-faktor yang mendorong adanya kebutuhan integrasi tersebut
diantaranya adalah :
Bergabungnya Semen Tonasa dan Padang sebagai subsidiary Semen Gresik (distributor)
Semen Gresik tersebar di wilayah Jawa-Bali sehingga membutuhkan sistem tersentralisasi
untuk pengiriman ordernya agar order dapat segera diproses dan dipenuhi.
Jaringan distribusi Semen Gresik memiliki dua pabrik, dua puluh tiga gudang penyangga,
seratus dua puluh distributor dan empat puluh Ekspeditur. Order dari distributor dapat
dipenuhi dari pabrik maupun gudang penyangga sehingga perlu sistem informasi yang
terintegrasi diantara pabrik, gudang dan distributor.
Jaringan pengiriman semen sangat kompleks dan melibatkan Ekspeditur untuk
menyelenggarakan jasa transportasi di Semen Gresik, menyebabkan kebutuhan untuk
mengintegrasikan informasi-informasi yang berkaitan dengan pengiriman barang terutama
dengan pihak Ekspeditur.
Semen Gresik sebenarnya telah menggunakan aplikasi buatan sendiri (in-house development)
berbasis program Foxbase dan database Sybase sejak 1989. Sayangnya, aplikasi-aplikasi
yang digunakan hanya untuk menunjang operasional bisnis di tingkat departemen/bagian, dan
belum terintegrasi antara satu dan lainnya.Dalam perjalanannya, sistem tersebut tidak bisa
mengakomodasi kebutuhan perusahaan — khususnya para user — yang dari waktu ke waktu
terus berkembang.Jadi, perkembangannya di-drive oleh para user.Dan dalam praktiknya,
tenaga TI memang bisa mengembangkan sesuai kebutuhan mereka.Karena itu, manajemen
PT. Semen Gresik akhirnya memutuskan mencari solusi baru yang lebih powerful dan bisa
terintegrasi dari hulu ke hilir.Manajemen Grup Semen Gresik sangat berkeinginan memiliki
sistem informasi yang bisa dipakai untuk menunjang aspek operasional, taktis bahkan
strategis. Sistem itu juga harus mampu menciptakan kemudahan, kecepatan dan kenyamanan
bagi mata rantai bisnis di lingkungan perusahaan: pemasok, pelanggan, tiap departemen dan
unit-unit di lingkungan Grup Semen Gresik, serta stakeholder lainnya. Untuk
merealisasikannya, pada Oktober 2000 dibentuklah Tim Proyek Sistem Informasi Grup
Semen Gresik.
PROSES IMPLEMENTASI ERP PADA PT. SEMEN GRESIK
Proses Implemetasi ERP
Berikut ini adalah tugas Tim Proyek Sistem Informasi Grup Semen Gresik :
Mendefinisikan rencana proyek yang realistis dan melaksanakan perubahan proses bisnis
sesuai tujuan perusahaan.
Melaksanakan tahap-tahap pengembangan dan penerapan sistem dengan sebaik-baiknya,
sesuai dengan target waktu yang ditentukan.
Mengusulkan penunjukan konsultan dan penetapan platform Sistem Informasi Perusahaan.
Menyusun rencana anggaran dan melaporkan realisasi biaya proyek.
Melaksanakan pengadaan barang dan jasa dalam batas-batas tertentu yang ditetapkan oleh
direksi.
Membuat laporan manajemen secara berkala dan menyusun dokumentasi proyek.
Setelah melalui proses cukup panjang — memakan waktu hampir 1,5 tahun — Semen Gresik
akhirnya memutuskan memakai solusi ERP JD Edwards. Alasannya, solusi ini merupakan
solusi Best Practice, serta cukup fleksibel dan mudah diimplementasikan. Bahkan, beberapa
pemain semen terbesar di dunia menggunakan solusi ini, seperti Lafarge, Cemplank, Argos,
Cockburn Cement, Cruz Azul, Calme Cementi, Ferrobeton.
Sebelum diimplementasi, Tim Proyek meneliti lebih jauh calon user (stakeholder analysis)
selama hampir empat bulan. Salah satu tujuannya: mengetahui sejauh mana tanggapan dan
apresiasi mereka terhadap sistem baru yang akan segera diimplementasi. Hasilnya, beberapa
calon user di sejumlah departemen memang ada yang menunjukkan resistensi terhadap
perubahan, namun secara umum banyak yang menerima terhadap solusi ini.
Proses selanjutnya adalah perusahaan membeli beberapa perangkat hardware yang
mendukungnya. Pada saat yang hampir bersamaan, perusahaan membangun jaringan
LAN/WAN ke seluruh cabang hingga ke gudang-gudang yang tersebar di beberapa lokasi
dan proses ini saja memakan waktu hingga dua tahun.
Proses implementasi modul-modul ERP ini, dimulai pada November 2000. Modul
Maintenance, Inventory dan Purchasing bisa go live Oktober 2001. Menyusul kemudian
modul Finance pada Januari 2002, dan terakhir modul Sales Order & Transportation bisa
diselesaikan pada Juli 2002.
Proses impelementasinya dilakukan secara bertahap atas pertimbangan efektivitas. Pada fase
ini, Semen Gresik dibantu oleh konsultan Berca HardayaPerkasa dan Praweda. Ada sekitar 60
orang yang terlibat pada fase ini: 10 tenaga TI, dan sisanya terdiri dari para user dari berbagai
departemen. Hal yang paling rumit terjadi adalah pada saat implementasi modul Sales Order
& Transportation karena untuk modul ini, para user-nya tidak hanya dari kalangan internal,
tapi juga berbagai mitra bisnis, seperti para buyer (distributor), toko-toko, dan perusahaan
ekspeditur/transporter (pengangkut semen) yang jumlahnya sekitar 100 dan tersebar dari
Serang, Madura hingga Bali. Sehingga kendalanya justru terletak pada sisi SDM-nya, bukan
pada sistemnya. Oleh karena itu, sebelum implementasi, dilakukan proses sosialisasi. Antara
lain, dengan mengumpulkan seluruh distributor dan memberikan briefing kepada mereka.
Setelah proses implementasi selesai, dilanjutkan dengan tahap internalisasi (bersifat teknis):
tim TI Semen Gresik mendatangi para distributor di tiap daerah satu per satu.
Semen Gresik harus mengeluarkan dana sekitar Rp 46 miliar lebih. Namun, biaya sebesar itu
tidak hanya diperuntukkan bagi pembangunan sistem dan infrastruktur di Semen Gresik, tapi
juga mencakup Semen Padang dan Semen Tonasa.
Anggaran Implementasi ERP di Grup Semen Gresik:
Perangkat lunak JD Edwards termasuk lisensi: Rp 7,3 miliar.
Perangkat keras (server & client), Database dan Jaringan: Rp 30 miliar.
Jasa Konsultan: Rp 5,2 miliar.
Pendidikan dan Latihan: Rp 2,9 miliar.
Umum & Administrasi: Rp 800 juta.
Tata Ruang: Rp 400 juta.
Dalam mengimplementasikan ERP di Semen Gresik, beberapa aspek teknis yang dilakukan
oleh departemen Information Technology (IT) diantaranya :
Mengimplementasikan sofware J.D.Edwards
Membangun sistem jaringan komputer (LAN/WAN)
Membangun infrastruktur server dan database
Membangun tata ruang sistem informasi
Menyusun dokumentasi sistem.
Sedangkan aspek non teknis yang dipertimbangkan oleh departemen IT pada khususnya serta
perusahaan pada umumnya dalam menyongsong implementasi ERP adalah :
Komitmen manajemen agar implementasi berhasil sehingga yang dipertimbangkan tidak lagi
apakah Software tersebut yang ”The Best”.
Proses mapping dilakukan karena bisnis proses J.D.Edwards ternyata tidak sama dengan
bisnis proses yang dijalankan Semen Gresik. Dari proses mapping ini ada dua kemungkinan
yaitu bisnis proses semen Gresik mengikuti J.D.Edwards atau sebaliknya. Tahap selanjutnya
yang dilakukan adalah mengkaji efek dalam jangka panjang dan pendek terhadap pemilihan
bisnis proses yang akan dipakai. Sebagai contoh proses pengadaan barang diputuskan oleh
Semen Gresik untuk mengikuti bisnis proses J.D.Edwards.
Perubahan bisnis proses dan implementasi ERP menyebabkan perubahan-perubahan dalam
struktur organisasi berupa bertambahnya job discription dan unit-unit kerja baru yang
berfungsi untuk mendukung implementasi ERP.
Aplikasi ”Change Management” untuk mengelola perubahan-perubahan yang terjadi dengan
adanya implementasi ERP.
Kendala-kendala dalam Implementasi ERP
Beberapa kendala yang dihadapi oleh pihak Semen Gresik dalam implementasi dikategorikan
menjadi 3 aspek :
Teknis, diantaranya masalah bahasa dan perubahan dari model hard copy menjadi model
display. Penggunaan Software ERP menuntut terminologi istilah yang sama sehingga istilahistilah dalam produksi, penjualan, dan lain-lain yang digunakan di Semen Gresik harus
dirubah sesuai istilah-istilah dalam ERP yang berbahasa Inggris. Pengambilan keputusan
yang dilakukan oleh pihak manajemen secara tradisional dilakukan dengan menggunakan
model hard copy dimana Manajer menandatangani tumpukan kertas yang dimejanya dipaksa
untuk membuka komputer karena proses Approval dilakukan melalui media tersebut (model
display).
Budaya, implementasi ERP yang berbasis penggunaan teknologi menuntut perubahanperubahan yang harus dilakukan karyawan diantaranya harus aware terhadap penggunaan
software tersebut (sebagai contoh selalu update data).
Politik, kendala yang menghambat implementasi berasal dari dalam tubuh departemen IT
sendiri dan dari luar departemen.
Sebagian besar karyawan IT merasa pekerjaannya akan hilang karena digantikan oleh sistem
tersebut. Hal ini dikarenakan sebelum penerapan sistem ERP, bagian IT inilah yang
bertanggung jawab untuk membuat aplikasi-aplikasi sesuai dengan kebutuhan user disemua
departemen.Beberapa karyawan di luar departemen IT juga merasa terancam dengan
berkurangnya kekuasaan karena sebagian pekerjaan akan dilakukan oleh software ERP.
Dengan alasan politis tertentu, beberapa unit kerja yang sebenarnya bisa dihapus dengan
penerapan J.D.Edwards tidak dapat dilakukan.
Keengganan user atau karyawan departemen lain pada saat diimplementasikan software
karena adanya unsur ”ketidakpercayaan” terhadap departemen IT. Ketidakpercayaan tersebut
timbul karena ketakutan bahwa data-data atau laporan-laporan rahasia mereka akan diketahui
oleh bagian IT selaku administrator.
Untuk mengatasi kendala tersebut, ada beberapa hal yang telah dilakukan pihak Semen
Gresik :
Implementasi Change Acceleration Project (CAP) untuk mengelola perubahan-perubahan
yang terjadi dalam implementasi ERP.
Pendekatan dengan user sebelum penerapan sistem ERP melalui presentasi-presentasi untuk
menunjukkan kelebihan-kelebihan implementasi sistem tersebut.
Pengembangan Sistem Recovery dalam Implementasi ERP.
HASIL IMPLEMENTASI ERP
Dengan implementasi yang telah dilaksanakan di Semen Gresik ada beberapa perbaikan yang
diperoleh diantaranya :
Mempercepat proses order dari distributor sehingga membantu meningkatkan penjualan
semen.
Mempercepat waktu pembuatan laporan keuangan, dari sebelumnya per tanggal lima belas
menjadi tanggal lima sudah tercetak semua laporan.
Meningkatkan keakuratan informasi
Proses bisnis yang berlangsung di perusahaannya jauh lebih efisien. Semua proses bisnis di
berbagai departemen sudah bisa dilakukan secara cepat dan tepat.
Dari sisi produktivitas karyawan, terjadi peningkatan yang mengacu pada survei internal
perusahaan, setelah 6 bulan sistem baru itu go live, umumnya user mengaku puas
BAB III
LEMBAGA UMUM Enterprise Resource Planning (ERP)
3.1 Sejarah Perkembangan Enterprise Resource Planning (ERP)
ERP berkembang dari manufacturing resouces planning (MRP II) dimana MRP II sendiri
adalah hasil evalusi dari material requirement planning (MRP) yang berkembang
sebelumnya. Sistem ERP secara modular biasanya menangani proses manufaktur, logistik,
distribusi persediaan (inventori), pengapalan, invois dan akunting perusahaan. Ini berarti
bahwa sistem ini nanti akan membantu mengontrol aktivitas bisnis seperti penjualan,
pengiriman, produksi, manajemen persediaan, manajemen kualitas dan sumber daya manusia.
Enterprise Resource Planning (ERP) dan pendahulunya, Manufacturing Resource Planning
(MRP II), memungkinkan terjadinya kemajuan yang sangat besar dalam manajemen proses-
proses manufakturing. ERP juga salah satu faktor penyumbang pada performa ekonomi
Amerika yang luar biasa pada era 1990-an. Tidak diragukan bahwa ERP adalah tonggak
sejarah dalam proses industri.
Berikut beberapa contoh bagus mengenai penerapan ERP di berbagai perusahaan :
Enterprise Resource Planning membantu sebuah perusahaan menaikan 20% tingkat
penjualannya di tengah industri yang sedang menurun.
Enterprise Resource Planning membantu sebuah perusahaan Fortune 50 dalam mencapai
penghematan biaya yang sangat besar dan mendapatkan keunggulan daya saing yang
signifikan.
Berikut ini tahapan evolusi ERP :
Tahap I : Material Requirement Planning (MRP) : Merupakan cikal bakal dari ERP, dengan
konsep perencanaan kebutuhan material.
Tahap II: Close-Loop MRP : Merupakan sederetan fungsi dan tidak hanya terbatas pada
MRP, terdiri atas alat bantu penyelesaian masalah prioritas dan adanya rencana yang dapat
diubah atau diganti jika diperlukan.
Tahap III: Manufakturing Resource Planning (MRP II) : Merupakan pengembangan dari
close-loop MRP yang ditambahkan 3 elemen yaitu: perencanaan penjualan dan operasi,
antarmuka keuangan dan simulasi analisis dari kebutuhan yang diperlukan
Tahap IV: Enterprise Resource Planning : Merupakan perluasan dari MRP II yaitu perluasan
pada beberapa proses bisnis diantaranya integrasi keuangan, rantai pasok dan meliputi lintas
batas fungsi organisasi dan juga perusahaan dengan dilakukan secara mudah
Tahap V: Extended ERP (ERP II) : Merupakan perkembangan dari ERP yang diluncurkan
tahun 2000, serta lebih konflek dari ERP sebelumnya.
Capture1
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Implementasi ERP di Semen Gresik jelas memerlukan perubahan-perubahan budaya
organisasi terutama dikaitkan dengan cara bekerja, misalnya karyawan dituntut terus menerus
untuk meng-update data karena informasinya diberikan oleh sistem ini harus bersifat real
time. Dengan berjalannya waktu ternyata pihak Semen Gresik dapat melakukan perubahan
budaya organisasi sehingga user lebih siap dalam mengoperasikan sistem yang baru.
Implementasi ERP di Semen Gresik dapat dilihat bahwa perusahaan tersebut telah mengelola
perubahan-perubahan dengan cukup baik, terbukti dengan dilakukannya aktivitas berikut :
Mengelola perubahan-perubahan yang terjadi sebagai akibat implementasi dengan
mengadopsi CAP.
Melakukan pendekatan-pendekatan kepada departemen yang akan diimplementasi untuk
mendapatkan komitmen. Komitmen ini sangat penting untuk meyakinkan bahwa mereka
akan menggunakan dan mendukung sistem ERP.
Dari pembahasan diatas, ada satu faktor penting lagi yang membawa kesuksesan
implementasi ERP di Semen Gresik yaitu komitmen manajemen, dimana dari awal pihak
manajemen sudah mempunyai inisiatif untuk menerapkan sistem ini.
Dengan menerapkan ERP, maka perusahaan harus memilih antara merubah bisnis proses
yang dimilikinya untuk menyesuaikan dengan sistem ERP atau sebaliknya. Agar dapat
memilih, perusahaan yang akan mengimplementasikan ERP tentunya harus sudah
mempunyai bisnis proses sehingga dapat membandingkan dengan bisnis proses dari sistem
ERP. Dari perbandingan tersebut, jika bisnis proses yang dimiliki perusahaan sudah matang
maka tidak banyak perubahan yang dilakukan. Semen Gresik memutuskan untuk beberapa
bisnis proses ada yang mengikuti sistem J.D.Edwards dan ada yang tidak.
Dari pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa faktor kunci kesuksesan
implementasi ERP di Semen Gresik, yaitu : bisnis proses yang matang, manajemen
perubahan yang baik, komitmen mulai dari level manajemen sampai ke user, dan perubahan
budaya organisasi. PT. Semen Gresik berhasil mengintegrasikan perubahan dengan
mempertimbangkan business process, people dan IT
Saran
Kedepan nya untuk lebih bagus lagi dan tetap menjadi yang terbaik tentunya
DAFTAR PUSTAKA
(Parr and Shanks, 2000; Soffer et al., 2005; Motwani et al., 2005; Chang dan Vichita, 2002).
Download