Sukses di Singapura, sukseskah ERP mengurangi kemacetan di Jakarta? Tiga Belas tahun sukses di terapkan di Singapura, pemerintah indonesia baru berminat untuk mengadopsinya. Singapura merupakan negara pertama yang menerapkan sistem pungutan tol elektronik. Electronic Road Pricing (ERP) adalah bentuk kebijakan manajemen lalu lintas berupa pungutan biaya yang dikenakan kepada pengguna jalan bukan tol pada waktu tertentu, terutama pada jam sibuk. Kesuksesan ERP di Singapura mungkin belum terjamin sepenuhnya akan berhasil di terapkan di Indonesia. Pada dasarnya permasalahan kemacetan yang dialami oleh pemerintah Singapura saat itu sama dengan permasalah yang dihadapi Indonesia saat ini, yaitu jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan yang ada. Bedanya adalah lalu lintas di Singapura sudah tertata sedemikiam modern dengan tersedianya alat transportasi masal yang cepat dan memadai kebutuhan masyarakat. Hal ini juga di dukung dengan tingkat disiplin pengguna jalan dan petugas kepolisian yang sangat berbeda dengan Indonesia. Bukan hanya karena mental masyarakat Singapura yang lebih baik dibandingkan dengan masyarakat Indonesia, tetapi negeri tersebut dapat dengan baik menerapkan hukum serta sanksi yang tegas terhadap para pelanggar peraturan, penegak hukum tidak mudah tergoda denganh cara penyelesaian menggunakan rupiah. ERP mungjkin bisa menjadi inovasi dan terobosa yang baik sebagai salah satu upaya dalam mengatasi kemacetan di Jakarta. Rencananya pada bulan Juli nanti uji coba ERP akan di terapkan di sepanjang jalur Sudirman-Thamrin, setelahnya pada jalan Rasuna Said, Kuningan pada bulan Agustus. Pintu gerbang ERP yang akan dipasang di koridor Rasuna Said jumlahnya akan lebih banyak dibandingkan koridor di jalan Sudirman. Masa uji coba sistem ini akan dilakukan sekitar 3-6 bulan lamanya, saat ini pemerintah bersama perusahaan terkait masih melakukan tahapn persiapan pembuatan pondasi. Hingga saat ini besaran tarif yang diterapkan belum ditetapkan, namun Pemprov DKI Jakarta akan memberlakukan tarif setinggitingginya pada setiap kendaraan yang akan melintas di zona Electronic Road Pricing, sekitar Rp. 20.000 hingga Rp. 40.000 atau bahakan lebih untuk satu kali melintas atau per dua jam. Tarif yang akan di tetapkan bersifat fluktuatif, artinya tarif di sesuakan dengan kepadatan kendaraan yang melintasi jalur tersebut. Penetapan tarif ini berdasarkan Peraturan Pemerintah tentang Pajak dan Retribusi Daerah oleh Kementrian Keuangan. Kemudian disahkan melalui Perda, dan kuasa penetapan tarif oleh Gubernur DKI jakarta. Tentu saja besaran tarif tersebut akan terus di evaluasi setiap bulannya. Dalam mengatasi kemacetan yang sangat rumit dan kronis di Jakarta memang di perlukan banyak upaya inovasi dan terobosan untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Semoga upaya yang diambil pemerintah ini dapat menimbulkan dapak positif yang membuat masyakarat pengguna kendaraan pribadi beralih ke kendaraan umum. Sebagai masyarakat pengguna transportasi kita hanya berharap untuk kedepannya ERP dapat berkontribusi dalam mengurangi kemacetan di Jakarta tanpa menimbulkan permasalah-permasalahan baru lainnya. Meskipun besar kecilnya kontribusi tersebut belum bisa menjadi jaminan terselesaikannya masalah kemacetan dijakarta mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi kemacetan di Jakarta. (ASD)