5263

advertisement
MANUSKRIP
PENGELOLAAN KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT PADA Ny. M DENGAN SELULITIS
DI RUANG FLAMBOYAN 2 RSUD SALATIGA
Oleh:
LIS RIYANTI
0131730
AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2016
PENGELOLAAN KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT PADA Ny. M
DENGAN SELULITIS DI RUANG FLAMBOYAN 2 RSUD SALATIGA
Lis Riyanti*, Joyo Minardo**, Maksum***
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran
[email protected]
ABSTRAK
Kerusakan integritas kulit adalah keadaan ketika seorang individu mengalami atau
berisiko megalami kerusakan jaringan epidermis dan dermis. Perawatan luka adalah manajemen
pencegahan infeksi yang dilakukan untuk mencegah berkembangnya mikroorganisme parasit
yang menghambat proses pembentukan jaringan baru pada luka. Perawatan luka konvensional
harus sering mengganti kain kasa pembalut luka, sedangkan perawatan luka modern memiliki
prinsip menjaga kelembapan luka. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui pengelolaan kerusakan
integritas kulit pada luka terbuka dengan selulitis di RSUD Salatiga.
Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan berupa perawatan luka pasien
dalam memenuhi kebutuhan penanganan kerusakan integritas kulit. Pengelolaan dilakukan
selama 2 hari pada Ny. M. Tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, pemeriksaan
fisik, observasi dan pemeriksaan penunjang.
Hasil pengelolaan kerusakan integritas kulit yang dilakukan menunjukan perbaikan luka
sekunder yang dibuktikan dengan adanya granulasi, terjadinya penyusutan tepi luka, dan tidak
adanya drainase purulen atau nanah pada luka.
Saran bagi perawat di rumah sakit untuk menerapkan prinsip sterillitas alat, pasien dan
lingkungan untuk pencegahan infeksi pada luka pasien.
Kata kunci
Kepustakaan
: Kerusakan integritas kulit, perawatan luka
: 15 (2007-2016)
m2. Rata-rata tebal kulit 1-2 mm. Paling tebal
(6 mm) terdapat di telapak tangan dan kaki
dan paling tipis (0,5 mm) terdapat di penis
(Marwali, 2015).
Dalam keadaan normal kulit memiliki
jenis bakteri, kulit juga merupakan media
perantara masuknya kuman dan bakteri,
tetapi kulit yang utuh merupakan
penghalang yang efektif, yang mencegah
masuk dan berkembangnya bakteri di dalam
tubuh (Padila, 2012).
Bakteri, bersama-sama dengan jamur
dan virus, dapat menyebabkan banyak
penyakit kulit. Infeksi bakteri yang paling
sering adalah pioderma. Manifestasi klinis
infeksi bakteri pada kulit sangat bervariasi,
sesuai dengan bakteri penyebabnya, bagian
tubuh yang dikenai, dan keadaan imunologik
penderita (Marwali, 2015).
Berbagai macam infeksi pada kulit
yang disebabkan oleh bakteri stafilokok dan
streptokok antara lain : impetigo,
PENDAHULUAN
Kulit tersusun atas tiga lapisan:
epidermis, dermis, dan jaringan subkutan.
Epidermis merupakan lapisan yang terletak
paling luar. Lapisan ini tipis dan berisi
reseptor sensori untuk rasa nyeri, suhu,
sentuhan, serta getaran. Lapisan epidermis
tidak memiliki pembuluh darah dan
nutrisinya bergantung pada dermis. Lapisan
dermis mengandung jaringan ikat, kelenjar
sebasea, dan sebagian folikel rambut.
Jaringan subkutan terletak dibawah dermis.
Jaringan ini mengandung lemak dan kelenjar
keringat serta sebagian folikel rambut lain.
Lapisan subkutan dapat menyimpan kalori
untuk pemakaian dikemudian hari dalam
tubuh (Kowalak, Welsh, & Mayer, 2014).
Kulit merupakan pembungkus yang
elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh
lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh
yang terberat dan terluas ukuranya, yaitu
15% dari berat tubuh dan luasnya 1,50-1,75
1
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS)
atau sindrom kulit terkelupas sebab
stafilokok, ektima, folikulitis, furunkel,
karbunkel, sikosis vulgaris, paronikia,
erisepalas, limfangitis, dan selulitis (Marwali,
2015).
Selulitis adalah radang kulit dan
subkutis yang cenderung meluas ke arah
samping dan dalam. Penyebab dari selulitis
adalah Streptococcus β-hemolitikus dan
Stafilokokus yang sering terjadi pada anakanak dan orang tua. Daerah tropis dan
beriklim panas biasanya merupakan faktor
yang dapat mempengaruhi timbulnya
penyakit dan kondisi lingkungan yang banyak
debu dan kotoran serta kebersihan yang
kurang lebih mudah terjadi (Siregar, 2016).
Adapun tanda dan gejala yang muncul
pada pasien dengan selulitis yaitu biasanya
didahului oleh lesi-lesi sebelumnya, seperti
ulkus statis, luka tusuk, sesudah satu atau
dua hari timbul eritem lokal dan rasa sakit.
Selain itu gejala sistemik seperti malaise,
demam, dan menggigil. Eritem pada tempat
infeksi cepat bertambah merah dan
menjalar. Rasa sakit setempat terasa sekali
(Marwali, 2015).
Daerah kulit yang terkena merupakan
infiltrat edematus yang teraba panas, merah
dan luas. Pinggir lesi tidak menimbul atau
berbatas tegas. Terdapat limfadenopati
setempat yang disertai limfangitis yang
menjalar ke arah proksimal. Vesikula
permukaan dapat terjadi dan mudah pecah.
Abses lokal dapat terbentuk dengan nekrosis
kulit diatasnya. Selulitis yang terdapat di
kulit kepala ditandai oleh beberapa nodula
kecil dan abses. Proses ini biasanya kronik
dengan
kecenderungan
membentuk
terowongan kulit. Biasanya penyakit ini
terjadi pada dewasa muda dan sering
disertai jerawat atau hidradenitis supurativa.
Selulitis perianal yang terdapat pada anak
merupakan proses yang sakit karena terjadi
edem di anus, yang konsistensinya lunak.
Penyebabnya biasanya streptokok grup A
(Marwali, 2015).
Dilaporkan
insidensi
selulitis
diperkirakan 24,6 kasus per 1.000 pasien
pertahun. Selulitis lebih sering ditemukan
pada kelompok usia pertengahan dan usia
tua (Novarina-Sawitri, 2015).
Berdasarkan data di RSUD Salatiga
jumlah pasien yang mengalami infeksi kulit
dan jaringan subkutan pada tahun 2015
sebanyak 64 pasien, yang diidap oleh pasien
perempuan 31 dan pasien laki-laki 33, dan
tingkat usia yang banyak terkena infeksi kulit
dan jaringan subkutan yaitu usia 45-64
tahun. Sehingga dapat disimpulkan kejadian
penyakit infeksi kulit dan jaringan subkutan
lebih banyak menyerang pada laki-laki
dengan angka kejadian mencapai 33 kasus.
Masalah yang muncul akibat selulitis
yaitu, sepsis (selulitis yang tidak diobati, dan
trombofeblitis
(inflamasi
permukaan
pembuluh darah disertai pembentukan
pembekuan darah), dan abses lokal
(Williams & Wilkins, 2015).
Apabila ditangani dengan cara yang
tepat, prognosis infeksi ini biasanya cukup
baik. Pasien dengan faktor kesehatan lain
yang turut mempengaruhi, seperti diabetes,
imunodefisiensi, kerusakan sirkulasi, dan
neuropati, mempunyai risiko yang lebih
besar untuk terkena selulitis yang
berkembang atau meluas (Kowalak, Welsh,
& Mayer, 2014).
Berdasarkan pada data angka kejadian
infeksi penyakit kulit dan jaringan subkutan
yang ada serta masalah yang dapat muncul
akibat dari selulitis maka penulis tertarik
melakukan pengelolaan kasus dengan judul
“Pengelolaan Gangguan Integritas Kulit pada
Ny.M dengan Selulitis di Ruang Flamboyan 2
RSUD Salatiga”.
Metode
Pengkajian
adalah
proses
pengumpulan data secara sistematis yang
bertujuan untuk menentukan status
kesehatan dan fungsional klien pada saat ini
dan waktu sebelumnya, serta untuk
menentukan pola respons klien saat ini dan
waktu sebelumnya (Potter & Perry, 2010).
Menurut
padilla
(2012),
saat
pengkajian yang perlu dikaji adalah identitas
klien (nama, umur, alamat, pekerjaan,
tanggal masuk rumah sakit). Keluhan utama
atau keluhan yang paling dirasakan oleh
pasien saat dilakukan pengkajian. Riwayat
kesehatan dahulu atau apakah pasien
pernah mengalami sakit yang sama atau
2
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
penyakit lain yang diderita. Kemudian
pemeriksaan fisik head to toe.
Keluhan utama yang dialami pasien
adalah adanya luka pada kaki kanan didekat
mata kaki. Keluhan utama tersebut
merupakan akibat dari infeksi bakteri
Staphylococcus
aureus
dan
atau
Streptococcus (Dwi Murtiastutik dkk, 2012).
Sedangkan pasien tidak mengalami penyakit
seperti saat ini dan penyakit lain sbelumnya.
Pada pemeriksaan fisik head to toe
khususnya kulit dan ekstremitas yang
dilakukan, didapatkan data kulit pasien
berwarna kuning bersih, terdapat lesi
berbentuk bulatan dengan diameter kurang
lebih 2 cm pada kaki kanan didekat mata
kaki, tidak terdapat edema tetapi ada
bercak kemerahan pada sekitar kulit kaki
yang luka, kulit kering.
keperawatan, penulis mengangkat masalah
keperawatan “Kerusakan Integritas Kulit
Berhubungan Dengan Infeksi Bakteri”
sebagai diagnosa utama. Penulis akan
membahas lebih dalam tentang masalah
keperawatan yang dialami oleh Ny. M
dengan Selulitis.
Kerusakan integritas kulit adalah
keadaan ketika seorang individu mengalami
atau berisiko megalami kerusakan jaringan
epidermis dan dermis (Carpenito-Moyet,
2007).
Menurut Potter & Perry (2010),
mengatakan bahwa infeksi adalah masuk
dan berkembangnya suatu organisme (agen
infeksius) dalam tubuh pejamu.
Berdasarkan data yang didapat, hal
tersebut sesuai dengan batasan karakteristik
mayor yaitu gangguan jaringan epidermis
dan dermis sedangkan batasan karakteristik
minor yaitu adanya lesi pada diagnosa
kerusakan integritas kulit (Carpenito-Moyet,
2007).
Alasan
penulis
memprioritaskan
diagnosa kerusakan integritas kulit sebagai
diagnosa pertama dikarenakan menurut
teori keperawatan Myra Levine dalam Potter
& Perry (2010) menggambarkan klien
sebagai mahluk hidup terintegrasi yang
saling berinteraksi dan beradaptasi terhadap
lingkunganya. Sehat dipandang dari sudut
konservasi energi dalam lingkup area yang
mana masalah keperawatan pasien yaitu
konservasi struktur integritas. Menurut
penulis masalah kerusakan integritas kulit ini
merupakan apabila tidak segera ditangani
akan bertambah parah dan merusak jaringan
lain. Hal ini didukung oleh Novarina-Sawitri
(2015), selulitis dapat berakhir dengan
komplikasi serius sehingga membutuhkan
penanganan yang tepat. Penatalaksanaan
selulitis yang tidak tepat dapat menimbulkan
komplikasi berupa; limfangitis, infeksi
selulitis berulang, abses subkutan, gangren
dan kematian. Oleh karena itu setelah
memprioritaskan
diagnosa
penulis
menyusun rencana tindakan keperawatan
untuk menangani masalah tersebut.
Tindakan keperawatan pertama yang
dilakukan kepada Ny. M untuk menangani
masalah kerusakan integritas kulit yaitu
melakukan
perawatan
luka
dengan
Hasil
Untuk mengatasi masalah tersebut,
penulis menyusun intervensi yang dilakukan
untuk mengatasi kerusakan integritas kulit
yang dialami Ny. M yaitu lakukan perawatan
luka dengan ganti balutan. Intervensi kedua
yaitu ajarkan prosedur perawatan luka
kepada pasien atau anggota keluarga.
Intervensi ketiga yaitu kolaborasi pemberian
antibiotik. Intervensi yang keempat yaitu
konsultasi kepada ahli gizi dalam pemberian
diit. Intervensi kelima yaitu monitor dan
evaluasi luka.
Pembahasan
Pengkajian dilakukan pada tanggal 6
April 2016 pukul 08.15 di Ruang Flamboyan 2
RSUD Salatiga dengan metode langsung
(autonamnesa)
dan
tidak
langsung
(allownamnesa) data diperoleh dari klien
dan keluarga yang mendampingi klien
selama dirawat. Dari hasil pengkajian
didapatkan data yaitu: nama Ny. M, umur 45
tahun, alamat Bringin, agama Islam,
pekerjaan wiraswata, dengan diagnosa
medis Selulitis. Keluhan utama saat dikaji
pasien mengatakan adanya luka pada kaki
kanan di dekat mata kaki.
Dari hasil pengkajian diatas yang
didapat, langkah kedua dari proses
keperawatan,
yaitu
mengklasifikasikan
masalah kesehatan dalam ruang lingkup
3
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
mengganti balutan. Prinsip balutan yang
digunakan adalah prinsip steril, jenis balutan
yang digunakan adalah balutan wet to dry,
dengan menggunakan larutan Nacl 0,9%.
Tindakan ini merupakan teknik konvensional.
Yang ditujukan untuk mempercepat proses
penyembuhan luka. Hal ini didukung Potter
& Perry (2010), Saat kulit rusak, balutan
membantu mengurangi paparan terhadap
mikroorganisme.
Tindakan yang kedua yaitu ajarkan
prosedur perawatan luka kepada pasien atau
anggota keluarga. Tindakan ini dilakukan
supaya pasien atau keluarga dapat
melakukan perawatan di rumah (Wilkinson,
2016).
Tindakan yang ketiga yaitu konsultasi
kepada ahli gizi dalam pemberian diit. Diit
pasien adalah tinggi kalori tinggi protein.
Dalam Potter & Perry (2010), kalori
memberikan materi yang dibutuhkan untuk
mendukung aktivitas sel pada penyembuhan
luka. Protein yang dibutuhkan biasanya
meningkat. Asupan berbagai makanan yang
seimbang sangat penting untuk mendukung
penyembuhan luka. Diet seimbang harus
meliputi protein, lemak, karbohidrat,
vitamin,
dan
mineral.
Sedangkan
meningkatkan asupan protein membantu
membangun kembali jaringan epidermal.
Tindakan keempat yaitu kolaborasi
pemberian antibiotik. Jenis antibiotik yang
diberikan adalah ceftriaxone 2x1 gram.
Antimikroba atau antibiotik adalah obat atau
zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba,
terutama
fungi,
yang
dapat
menghambat/membasmi mikroba lain (jasad
renik / bakteri), khususnya mikroba yang
merugikan manusia yaitu mikroba penyebab
infeksi pada manusia. Penggunaan antibiotik
tentu diharapkan mempunyai dampak
positif, akan tetapi penggunaan antibiotik
yang tidak rasional akan menimbulkan
dampak negatif. Dampak negatif dari
penggunaan antibiotik yang tidak rasional
antara lain muncul dan berkembangnya
bakteri yang resisten terhadap antibiotik,
munculnya penyakit akibat superinfeksi
bakteri resisten, terjadinya toksisitas atau
efek samping obat (Novi, 2009).
Tindakan kelima yaitu monitor dan
evaluasi luka. Dalam mengevaluasi dan
memonitoring luka, perlu diperhatikan
tentang dimensi luka seperti ukuran,
kedalaman luka, panjang luka, dan lebar
luka. Jika memungkinkan dilakukan evaluasi
dengan
photography
untuk
dapat
membandingkan
perkembangan
luka
sesudah dan sebelum dilakukan perawatan.
Selain itu, dapat juga menggunakan wound
assessment charts (Hizkia, 2015).
Kesimpulan
Hasil pengelolaan kerusakan integritas
kulit yang didapatkan selama 2x24 jam
masalah keperawatan teratasi dengan data
subjektif pasien mengatakan sudah lebih
baik dan sudah diperbolehkan pulang oleh
dokter, data objektif pasien sudah terlihat
lebih baik dari kemarin, balutan pada luka
pasien sudah diganti, dan terapi obat sudah
dimasukkan. Kesimpulan yang didapatkan
masalah teratasi.
Saran
Diharapkan pasien dan keluarga
mampu
mencari
informasi
tentang
penangangan Selulitis serta akibat dari
Selulitis, sehingga dapat merawat keluarga
dengan Selulitis dirumah dan mencegah
terjadinya komplikasi.
Daftar Pustaka
Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2007. Buku
Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 10,
Terjemahan Yasmin Asih, Jakarta: EGC.
Harahap, (Marwali). 2015. Ilmu Penyakit
Kulit, Jakarta: Hipokrates.
Hizkia, (2015). Pengaruh Perawatan Luka
Dengan Menggunakan Metode
Modern
Dressing
Terhadap
Kepuasan Pasien Yang Menderita
Luka Diabetes. Diakses pada 23 Mei
2016
pukul
19.00
WIB.
https://www.google.com/search?q=k
onsep+luka&ie=utf-8&oe=utf8&client=firefoxb#q=repository.usu.ac
.id..+pengaruh+perawatn+luka+pdf%2
0hizkia
Kowalak, Welsh, Mayer. 2014. Buku Ajar
Patofisiologi, edisi 3, Jakarta: EGC.
4
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
Novarina & Sawitri. (2015). Profil Pasien
Erisipelas Dan Selulitis. Diakses pada
19 Mei 2016 pukul 20.00 WIB.
https://www.google.com/search?q=jo
urnal.unair.ac.id.++novarina+sawitri&i
e=utf-8&oe=utf-8&client=firefox-bab#q=journal.unair.ac.id.++novarina+s
awitri+profile+erisipelasdan+selulitis
Padilla, (2012). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Potter & Perry. (2010). Fundamental Of
Nursing – Fundamental Keperawatan,
Edisi 7, Buku 1, Terjemahan Adrina
Ferderika Nggie, Jakarta: Salemba
Medika.
Potter & Perry. (2010). Fundamental Of
Nursing – Fundamental Keperawatan,
Edisi 7, Buku 2, Terjemahan Adrina
Ferderika Nggie, Jakarta: Salemba
Medika.
Potter & Perry. (2010). Fundamental Of
Nursing – Fundamental Keperawatan,
Edisi 7, Buku 3, Terjemahan Diah Nur
Fitriani, dkk,
Jakarta: Salemba
Medika.
Siregar, R. S. (2016). Saripati Penyakit Kulit.
Edisi 3, Jakarta: EGC.
Wilianti, Novi Pratika. (2008). Rasionalitas
Penggunanaan Antibiotik Pada Pasien
Infeksi Saluran Kemih Di Bangsal
penyakit Dalam RSUP Kariadi. Diakses
pada 11 Mei 2016 pukul 20.00 WIB.
https://www.google.com/search?#q=
https:%2F%2Fcore.ac.uk%2Fdownload
%2Fpdf%2F11708615.pdf+rasionalitas
+penggunaan+antibiotik+wilianti
Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosis
Keperawatan: Diagnosis NANDA-I,
Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC
(Edisi 10). Alih bahasa: Esty
Wahyuningsih. Jakarta: EGC.
William & Wilkins. (2015). Buku Saku
Patofisiologi Menjadi Sangat Mudah.
Edisi 2. Alih bahasa Huriawati
Hartanto, Jakarta: EGC.
5
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
Download